• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KABUPATEN SOPPENG 2017-2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KABUPATEN SOPPENG 2017-2021"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

1 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g

Bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang

mencakup empat sektor yaitu pengembangan kawasan permukiman, penataan bangunan dan

lingkungan, pengembangan air minum, serta penyehatan lingkungan permukiman. Penjabaran

perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang

mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta

permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis

kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan

kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan

program dan kegiatan yang dibutuhkan.

7.1 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Mengacu pada UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,

permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu

satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai

penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.

Kegiatan pengembangan permukiman di Kabupaten Soppeng terdiri dari pengembangan

permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan

perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas

permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari

pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa

tertinggal.

7.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

7.1.1.1 Arah Kebijakan

Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada peraturanperundangan,

antara lain:

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan JangkaPanjang

Nasional.

(2)

2 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g

Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian

yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus

meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman

kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan KawasanPermukiman.

Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan

permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c),penyelenggaraan

kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan

dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumahsusun khusus,

dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan. Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan

penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan

kumuh.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan

Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang. Peraturan ini menetapkan target

berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun

2014.

Pengembangan Permukiman di Kabupaten Soppeng dilaksanakan dengan upaya

peningkatan kualitas permukiman kumuh, perkotaan dan perdesaan. Peningkatan

pembangunan prasarana dan sarana ( infrasruktur ) Permukiman di kawasan Terpilih Pusat

Pengembangan Desa / Desa Pusat Pertumbuhan dan pada Desa terpencil / Desa tertinggal

melalui program pemberdayaan masyarakat.Terkait dengan tugas dan wewenang

pemerintah dalam pengembangan permukiman maka UU No. 1 Tahun 2011

mengamanatkan tugas dan wewenang sebagai berikut:

A. Tugas

1. Pemerintah Pusat

a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi nasional di bidang

perumahan dan kawasan permukiman.

b) Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang penyediaan Kasiba

(3)

3 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g

c) Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional di bidang

perumahan dan kawasan permukiman.

d) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan

e) kebijakan nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan hunian

dan kawasan permukiman.

f) Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat nasional.

2. Pemerintah Provinsi

a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi di

bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman

padakebijakan nasional.

b) Merumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan Kasiba dan Lisiba lintas

kabupaten/kota.

c) Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pada tingkat provinsi

di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

d) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi

pelaksanaankebijakan provinsi penyediaan rumah, perumahan, permukiman,

lingkunganhunian, dan kawasan permukiman.

e) Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan

dankawasan permukiman lintas kabupaten/kota.

f) Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum

perumahandan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

g) Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi

masyarakat, terutama bagi MBR.

h) Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota

a) Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat

kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan

berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.

b) Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan

kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

c) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap

pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah,

perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

d) Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan

(4)

4 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g

perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

e) Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.

f) Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan

dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada

tingkat kabupaten/kota.

g) Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.

h) Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.

i) Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan

dan kawasan permukiman.

j) Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di

bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

k) Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.

B. Wewenang

1. Pemerintah Pusat

a) Menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan criteria rumah,

perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak, sehat, dan aman.

b) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman.

c) Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang

perumahan dan kawasan permukiman.

d) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan

kawasan permukiman pada tingkat nasional.

e) Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan

perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.

f) Mengevalusi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional.

g) Mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan strategi di bidang perumahan dan

kawasan permukiman.

h) Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan

permukiman kumuh.

i) Menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman.

j) Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan

dan kawasan permukiman.

(5)

5 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g

a) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman

pada tingkat provinsi.

b) Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang

perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

c) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan

kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

d) Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan

perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan

dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

e) Mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

f) Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan

permukiman kumuh pada tingkat provinsi.

g) Mengoordinasikan pencadangan atau penyediaan tanah untuk pembangunan

perumahan dan permukiman bagi MBR pada tingkat provinsi.

h) Menetapkan Kebijakan dan Strategi daerah dalam penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota Watansoppeng

a) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman

pada tingkat kabupaten/kota.

b) Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang

perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

c) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan

kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

d) Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang-undanganserta

kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman

pada tingkat kabupaten/kota.

e) Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan

permukiman bagi MBR.

f) Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada

tingkat kabupaten/kota.

g) Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah

kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan

kawasan permukiman.

(6)

6 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g

dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

i) Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan

permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

7.1.1.2 Lingkup Kegiatan

Prioritas pembangunan permukiman di Kabupaten Soppengadalah:

a. Peningkatan kualitas lingkungan pemukiman kumuh perkotaan tertuju padaKota

Watansoppeng sebagaiprioritas utama dalam pembangunan strategis kawasan

perkotaan di Kabupaten Soppeng. Peningkatan kualitas permukiman tersebut

dilakukan dengan peningkatan infrastruktur permukiman, seperti pembangunan

prasarana jaringan jalan lingkungan, peningkatan pelayanan air minum,

pembangunan sistem pengelolaan limbah/ sanitasi lingkungan, serta pengelolaan

persampahan. Pembangunan dari komponen sektor keciptakaryaan tersebut akan

menjadi tolak ukur peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh perkotaan.

b. Pembangunan infrasturktur perdesaan; Program pembangunan infrastruktur

perdesaan tahun 2018, 2019, dan 2020 diarahkan kepada desa-desa tertinggal

dalam rangka pengentasan kemiskinan dan meningkatkan aksesibilitas masyarakat.

7.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

7.1.2.1 Isu Strategis

Setiap Kabupaten/Kota perlu melakukan identifikasi isu-isu strategis didaerahnya, berikut

penjabaran isu-isu strategis pengembangan permukiman di Kabupaten Soppeng yang disajikan

pada Tabel 7.1.

Tabel 7.1. Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman

di Kabupaten Soppeng

No Strategis Keterangan

1

Fungsi dan peran PKL Soppeng sebagai tempat pemusatan berbagai aktivitas wilayah, seperti pemusatan permukiman perkotaan, pusat pelayanan kegiatan sosial, ekonomi, budaya, dan pemerintahan, tentunya memerlukan

pendekatan pola penanganan yang lebih terpadu, terintegrasi, komprehensif, dan berkelanjutan guna mewadahi aktivitas masyarakat dalam satu tatanan pengaturan pemanfaatan ruang yang harmonis, nyaman, dan produktif, sehingga dalam mengelola kawasan perkotaan Soppeng ini perlu melibatkan berbagai sektor pembangunan. Penting bagi kawasan perkotaan ini

menjadikan bidang ke-ciptakaryaan sebagai katalisator penciptaan lingkungan perkotaan yang layak huni.

2

(7)

7 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g

dasar lingkungan permukiman.

3

Alokasi realisasi program peningkatan kualitas lingkungan permukiman pada Kawasan Perkotaan Soppeng ini belum mampu mengatasi secara signifikan permasalahan-permasalahan di seputar permukiman perkotaan, terutama kawasan permukiman masyarakat berpenghasilan rendah.

4

Kawasan perkotaan Soppeng menjadi pusat distribusi pergerakan lintas provinsi yang tentunya menjadikan kawasan ini sebagai tempat transit bagi salah satu pelintas di jalur trans sulawesi.

Sumber: RTRW Kabupaten Soppeng 2012

7.1.2.2 Kondisi Eksisting

Kondisi prasarana dan sarana permukiman secara kuantitas menyebar baik

diperkotaan maupun di daerah pedesaan seperti peningkatan kualitas lingkungan

perumahan kota, pembangunan infrastruktur pedesaan seperti peningkatan jalan/jembatan

desa, ketersediaan air minum dan sanitasi serta fasiilitas umum lainnya.Ditinjau dari tingkat

penyediaan PSD masih menunjukkan adanya indikator keterbatasan berkaitan dengan

tingkat kebutuhan pelayanan kepada masyarakat terutama di daerah pedesaan

Program/kegiatan pembangunan permukiman berdasarkan tingkat permasalahan

sosial ekonomi masayarakat baik perkotaan maupun di pedesan seperti peningkatan

kualitas permukiman kumuh perkotaan, pembangunan infrastruktur pedesaan, yang lebih

baik diperioritaskan pada desa – desa tertinggal dan pengembangan wilayah kecamatan

terisolir.

Tabel 7.2. PERDA yang terkait Pengembangan Permukiman di Kabupaten Soppeng

No PERDA

1 Perda Kabupaten Soppeng tentang Rencana Program Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten

Soppeng

2 Perda Kabupaten Soppeng tentang Rencana Program Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten

Soppeng; 2016-2021

3 Perda 08 tahun 2012 Kabupaten Soppeng tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten

Soppeng.

4 Perda Bagungan Gedung (BG) Kabupaten Soppeng 2015

Sumber: Bappeda Kabupaten soppeng 2016

Tabel 7.3. Kawasan Kumuh di Perkotaan Soppeng

(8)

8 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g

4 Desa Paroto -

-5 Desa Kebo -

-6

MARIORIAWA

Kelurahan Limpopajang -

-7 Kelurahan Batu-Batu -

-8 Kelurahan Attangsalo -

-9 Kelurahan Manorang Salo -

-10 Kelurahan Kaca -

-TOTAL -

-Sumber: SK KumuhKab Soppeng 2016

7.1.2.3 Permasalahan

Masalah permukiman dapat dilihat pada dinamika perkembangan kota dan wilayah,

serta konflik di dalam kehidupan bermasyarakat. Permasalahan pembangunan permukiman

di Kabupaten Soppengadalah:

1. Masih Luasnya Kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat

menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan dan pelayanan infrastruktur yang masih

terbatas.

2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil,daerah

terpencil, dan kawasan perbatasan.

3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.

4. Aspek kelembagaan, aspek pendanaan dan aspek peran serta masyarakat.

7.1.2.4 Tantangan

Secara umum yang menjadi tantangan pembangunan dan pengembangan permukiman di

Kabupaten Soppeng dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kelembagaan daerah yang menangani bidang kecipta-karyaan masih lemah dalam

penyelenggaraan pembangunan dan pengembangan permukiman.

2. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

3. Pelaksanaan pembangunan bidang perumahan/ permukiman belum optimal, hal ini

(9)

9 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g

serta dukungan prasarana dan sarana dasar.

4. Aspek pembiayaan pembangunan perumahan dan permukiman, dalam hal ini

mengintensifkan pembiayaan melalui sumber-sumber pembiayaan dari pihak swasta dan

swadaya masyarakat, tentunya didukung oleh APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN.

5. Perhatian Pemerintah Daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya yang masih

rendah

6. Aspek peran serta masyarakat, lemahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya

partisipasi sebagai pendampingan dalam pengembangan permukiman baik secara

individual maupun organisasi masyarakat yang ada.

7. Penguatan Sinergi RP2KP dalam penyusunan RPIJM Kabupaten

7.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan permukiman di Kabupaten

Soppeng, yaitu dari aspek kelembagaan, aspek pendanaan dan aspek peran serta masyarakat,

maka sehubungan dengan hal tersebut ada beberapa alternatif pemecahan masalah yang

direkomendasikan sebagai berikut:

1. Kelembagaan yang menangani bidang kecipta-karyaan khususnya pengembangan

permukiman yang didukung dengan uraian tugas dan fungsi (tupoksi) yang jelas serta

penempatan tenaga pelaksana sesuai dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman

kerja yang dimiliki.

2. Adanya pengorganisasian pendanaan dari berbagai sumber (APBD Kabupaten, APBD

Provinsi, APBN dan Swadaya) yang pelaksanaannya oleh Satker berada dalam SKPD.

3. Peningkatan peran serta masyarakat dalam menangani program/ kegiatan pengembangan

permukiman baik individu maupun organisasi masyarakat.

4. Optimalisasi peningkatan peran serta swasta dalam penyelenggaraan pembangunan sektor

perumahan dan permukiman.

7.1.4 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman

7.1.4.1 Program Kerja

1. Pembinaan Pengembangan Permukiman

a. Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)

b. Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP)

(10)

10 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g

a. Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh

b. Peningkatan Infrastruktur Kawasan RSH

3. Rusunawa Beserta Infrstuktur Pendukungnya

4. Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan

a. Pembangunan/Peningkatan Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

b. Infrastruktur Kawasan Permukiman Rawan Bencana

c. Infrastruktur Kawasan Pemukiman potensial agropolitan

5. Pemberdayaan Masyarakat (PPIP, PISEW, dan RIS PNPM).

7.1.4.2 Kesiapan (Readiness Criteria)

Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria

yang menentukan, yang terdiridari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut :

1. Umum

 Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.

 Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.

 Kesiapan lahan (sudah tersedia).

 Sudah tersedia DED.

 Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP, RPKPP, dan KSK)

 Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk

pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.

 Ada unit pelaksana kegiatan.

 Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.

2. Khusus

a) Rusunawa

 Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoUdalam Rangka penanganan Kws.

Kumuh

 Kesanggupan Pemda untuk menyediakan Sambungan Listrik, Air Bersih, dan PSD

lainnya

 Ada calon penghuni

b) PNPM Perkotaan

 Lokasi adalah kelurahan perkotaan mengacu data PODES 2008 dan sudah

ditetapkan oleh Menko Kesra

(11)

11 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g

 Dipilih kelurahan yang belum mendapatkan 3 kali putaran BLM dan yang sudah,

tetapi jumlah KK miskin ≥ 25%

 Kab/Kota menyediakan:

- DDUB sebesar 20 – 30%

- BOP minimal 5% dari pagu BLM kab/kota

 Provinsi menyediakan BOP 1% dari Pagu BLM Provinsi

c) RIS PNPM

 Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.

 Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.

 Tingkat kemiskinan desa >25%.

 Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM.

d) PPIP

 Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI

 Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta Karya lainnya

 Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik

 Tingkat kemiskinan desa >25%

7.1.5 Usulan Program dan Kegiatan

Peningkatan kualitas permukiman tersebut dilakukan dengan peningkatan infrastruktur

permukiman, seperti pembangunan prasarana jaringan jalan lingkungan, peningkatan pelayanan

air minum, pembangunan sistem pengelolaan limbah/ sanitasi lingkungan, serta pengelolaan

persampahan. Pembangunan dari komponen sektor keciptakaryaan tersebut akan menjadi tolak

ukur peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh perkotaan. Adapun usulan matriks

program kegiatan 2017-2021 dapat dilihat pembahasan berikutnya yang ada di BAB VIII .

7.2 PENATAAN BANGUNAN & LINGKUNGAN 7.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai

bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan

binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan

lingkungannya.Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan Kabupaten Soppengyaitu :

1. Bantuan teknis penyusunan pedoman pembangunan gedung dan lingkungan.

(12)

12 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g

3. Penyusunan NPSM sebagai tindak lanjut UU No. 28/2002 dan PP No. 36/2005

4. Pembinaan penyelenggaraaan bangunan gedung kepada pemangku kepentingan terkait

5. Bantuan teknis pembangunan bangunan gedung dan pelayanan pengelolaan rumah

Negara

6. Penataan lingkungan permukiman kumuh, nelayan dan tradisional melelui pemberdayaan

masyarakat.

7. Penataan dan revitalisasi bangunan gedung bersejarah dan lingkungannya.

Bidang Tata Bangunan Kabupaten Soppeng mempunyai fungsi :

1. Pelaksanaan kebijakan mengenai penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara

beserta lingkungannya mengacu pada norma, standart, prosedur dan kriteria yang ada;

2. Pelaksanaan pembangunan dan pembinaan teknis penyelenggaraan bangunan gedung dan

rumah negara serta penataan bangunan dan lingkungannya;

3. Pelaksanaan pembinaan teknis penyelenggaraan pemeliharaan dan perawatan bangunan

gedung dan rumah negara beserta lingkungannya;

4. Pelaksanaan pembinaan dan pemberdayaan jasa konstruksi serta pengelolaan bangunan

gedung dan rumah negara;

5. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi

peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:

1. Kegiatan penataan lingkungan permukiman

 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);

 Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);

 Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh

 Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.

2. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung

 Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;

 Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;

 Pelatihan teknis.

3. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan

 Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;

 Paket dan Replikasi

7.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

(13)

13 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g

1. Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan;

Masalah kemiskinan di Kabupaten Soppeng sudah sangat mendesak untuk ditangani

khususnya di Perkotaan. Di mana salah satu ciri umum dari kemiskinan adalah minimnya

infrastruktur Prasarana dan Sarana Dasar (PSD) yang memadai, kualitas lingkungan yang

kumuh dan tidak layak huni. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan memperkuat

kelembagaan masyarakat dan menjalin kemitraan dengan masyarakat melalui program

P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) Kabupaten Soppeng.

2. Kebutuhan Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh;

Permukiman kumuh adalah permukiman yang kualitas lingkungannya sangat tidak layak

huni antara lain karena berada pada lahan yang sangat tidak sesuai dengan peruntukan

tata ruang, kepadatan dalam luasan sangat tinggi, kualitas bangunan tidak memadai dan

tidak terlayani prasarana lingkungan yang memadai dan membahayakan keberlangsungan

hidup dan penghidupan penghuninya. Upaya penataan kawasan kumuh tidak hanya pada

aspek fisik saja tetapi juga melaui Konsep TRIDAYA/bersejarah tersebut.

1. Peningkatan Kualitas Lingkungan Kawasan Tradisional/Bersejarah;

Kawasan tradisional/bersejarah memiliki refleksi nilai budaya yang tinggi. Di sisi lain

kawasan disekitarnya seringkali dijumpai tidak tertata dengan baik bahkan

mengalami penurunan kualitas lingkungan. Demi menjaga kelestarian nilai budaya

dari masyarakat dan meningkatkan kualitas lingkungan dibutuhkan upaya

revitaliasasi kawasan tradisional Kabupaten Soppeng.

2. Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara

Merupakan kegiatan berupa pengadaan, pemanfataan dan penghapusan baik fisik

maupun administrasi dari Gedung-gedung dan Rumah-rumah negara. Pada

pelaksanaan pemerintah pusat mendorong peran pemerintah daerah berkomitmen

dalam pengelolaan GRN. Kegitan-kegiatan utama GRN terdiri Kegiatan Pembinaan

Teknis dan kegiatan fisik.

Berikut dijabarkan isu-isu strategis sektor penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten

(14)

14 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g Tabel 7.5. Isu Strategis Sektor PBL di Kabupaten Soppeng Tahun 2016

NO KEGIATAN SEKTOR PBL ISU STRATEGIS SEKTOR PBL

KAB SOPPENG

dan Rumah Negara Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara

3 Pemberdayaan Komunitas dalam

Penanggulangan Kemiskinan Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

Sumber: RPIJM Kab Soppeng 2016

3. Kondisi Eksisting

Penanganan tata bangunan dan lingkungan di Kabupaten Soppeng dilakukan

melalui kebijaksanaan pemberian surat izin mendirikan bangunan (IMB) dan

Pelaksanaan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Namun dalam hal ini belum

banyak memberi dampak positif terhadap keserasian bangunan dan lingkungan

masih bercampur baur kawasan perumahan, perdagangan dan pergudangan di

daerah perkotaan, demikian pula dengan tidak tertibnya garis-garis sempadan

bangunan menurut peruntukannya serta pemanfaatan ruang yang tidak terkendali

baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan terlihat pembangunan dan

pemanfaatan lahan dilakukan pada kawasan non budidaya seperti pada kemiringan

lahan >40%, dikawasan pinggiran sungai sehingga sering terjadi bencana banjir,

tanah longsor dan bencana lainnya.

Tabel 7.6. Peraturan Daerah / Peraturan Bupati terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan

Di Kabupaten Soppeng Tahun 2016

Tabel 7.7. Pemberdayaan Komunitas Dalam Penanggulangan Kemiskinan

Di Kabupaten Soppeng Tahun 2016

No Kab/Kota Kegiatan PNPM Mandiri Ket

1 Kab Soppeng P2KP

-No Perda/Peraturan Gubernur/Peraturan Bupati/Peraturan lainnya Ket

No Tahun Tentang

1 Perda Prov Sulsel No 9 2009 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

Sulsel

2 Perda Kab SoppengNo 8 2012 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

(15)

15 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g

4. Permasalahan dan Tantangan

Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa

permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:

1. Penataan Lingkungan Permukiman

 Rendahnya Kualitas lingkungan dikawasan ,pusat kota,percampuran

fungsi perdagangan dan perumahan.

 Masih rendahnya kondisi jalan lingkungan permukiman.

 Belum tersedianya system proteksi kebakaran

 Sudah tersedia rencana rinci bangunan dan lingkungan (RTBL) pada sebagian kawasan perkotaan namun belum operasional.

2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

 Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah

serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;

 Belum ada regulasi Pengaturan Bangunan;

 Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan

Bangunan Gedung

 Lingkungan perkantoran/ instansi pemerintah berada pada kawasan

yang bertopografi rendah sehingga cenderung mengalami banjir pada

musim hujan.

 sebagian kondisi fisk bangunan Perkantoran sudah tua sehingga perlu di revitalisasi dan di relokasi.

3. Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:

 Kurangnya penyediaan taman kota, ruang publik dan ruang terbuka hijau

 Kurangnya penyediaan fasilitas olahraga tingkat kabupaten

4. Kapasitas Kelembagaan Daerah

 Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam

pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;

 Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan

gedung dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.

(1) Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Penataan bangunan dan lingkungan bertujuan untuk menjamin kondisi bangunan

(menata dan mengatur) karena akan dijadikan dasar pada masa yang akan datang. Jika ditinjau

(16)

16 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g

baik. Rencana penataan bangunan dan lingkungan terutama pada daerah yang sudah

terbangun harus memperhatikan kelestarian lingkungan. Untuk itu, maka pada beberapa daerah

yang peruntukannya sebagai lahan bebas bangunan akan dijadikan sebagai open space untuk

memberikan nuansa nuansa lingkungan yang asri.Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan

untuk sektor PBL oleh Kab/Kota, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor

PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010 yaitu :

1. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman.

a) RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan).

Panduan bangunan Kawasan di Kabupaten Soppeng yang dimaksudkan untuk

mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta

membuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana

umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana,

dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan Kawasan di Kabupaten

Soppeng. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kabupaten

Soppengmeliputi:

1) Program Bangunan dan Lingkungan

Pembangunan dan Pengembangan Kawasan di Kota Watansoppengadalah

meningkatkan citra kawasan (pusat kota) Soppeng sebagai kawasan

berbasiskan pusat pelayanan pemerintahan, pelayanan sosial ekonomi,

perdagangan dan jasa yang didukung oleh kegiatan dan permukiman yang

serasi, nyaman dan berwawasan lingkungan guna mendukung terwujudnya

Kota Watansoppeng sebagai kawasan strategis pertumbuhan.

2) Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan Lingkungan

Konsep utama pengembangan struktur kawasan dari Kawasan Soppeng

adalah penataan kembali dari struktur linier dimana semua pergerakan dan

fungsi-fungsi kawasan berorientasi pada jalur jalan utamanya menjadi suatu

struktur kawasan yang kompak dan diarahkan untuk memiliki nilai-nilai kualitas

perancangan kawasan.

3) Konsep Komponen Perancangan Kawasan

Pengembangan kawasan perencanaan sebagai urban epicentrum dipahami

sebagai sebuah kawasan yang menjadi titik pusat orientasi Kabupaten

Soppeng yang di dalamnya berkembang fungsi-fungsi pelayanan skala regional

antara lain pusat pelayanan jasa dan pemerintahan, perdagangan serta

(17)

ciri-17 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g

ciri sebuah kawasan yang hidup (liveable dan vibrant) dengan ragam kegiatan

di dalamnya yang berlangsung sangat intensif. Pengembangan dan

pembangunan kawasan perencanaan harus mampu memadukan unsur-unsur

serta nuansa kesejarahan dan budaya ke dalam sektor-sektor pembangunan

serta Harus mampu mewadahi aspirasi-aspirasi masyarakat. Dalam

perkembangannya, kawasan perencanaan ini diharapkan menjadi atau memiliki

perbedaan dengan kawasan lainnya di Kota Watansoppeng, baik secara fisik,

visual, lingkungan maupun suasana tempatnya.

4) Blok Pengembangan Kawasan dan Program Penanganannya

Zona pengembangan kawasan di Kota Watansoppeng dipusatkan pada

kawasan di kecamatan Liliriaja dan sebagian Kecamatan Lalabata.

5) Rencana Umum Dan Panduan Rancangan Struktur Peruntukan Lahan

Upaya menegaskan Kawasan Soppeng sebagai kawasan urban epicentrum

sekaligus mem-vital-kannya secara optimal dan efisien, memerlukan suatu

upaya untuk menambahkan fungsi-fungsi lainnya yang dapat mendukung

fungsi dan kegiatan utama pusat kota.

6) Rencana Perpetakan

Rencana perpetakan lahan pada Kawasan perencanaan dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu perepetakan tanah berupa sistem blok yang terdiri dari

gabungan beberapa persil, dan sistem kapling/persil.

7) Rencana Tapak

Rencana tapak pada wilayah perencanaan, secara umum tidak banyak

mengalami perubahan, yaitu sebagai kawasan kawasan pusat kota. Namun

untuk menunjang peranannya sebagai kawasan pusat kota maka perlu

diciptakan suatu karakter khas pada masing-masing blok perencanaan. Hal

yang dapat dilakukan adalah:

 jaringan jalan (jalan kendaraan atau jalan untuk pedestrian) di beberapa bagian blok, yang dapat membuka wilayah perencanaan

dengan wilayah lain di sekitarnya.

 Membentuk jaringan pedestrian way yang menghubungkan semua

unit perencanaan sehingga tercipta pedestrian freedom.

 Mengupayakan agar bantaran bisa menjadi urban green space.

 Menetapkan jarak bangungan terhadap jalan sedemikian rupa

(18)

18 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g

 Mengarahkan ketinggian bangunan, sehingga akan menghasilkan

roof-lineyang berirama dan menghasilkan koridor jalan sebagai ruang

closure.

 Untuk memperkuat „entrance masuk‟ pada kawasan dapat dibuat

„Gerbang‟ sebagai focal point untuk kawasan melalui pengarahan ketinggian bangunan di sisi kiri-kanan jalan, sehingga bisa membentuk

image sebagai gerbang, juga dapat dilakukan dengan membuka node

yang ada serta menempatkan landmark berupa patung dan sejenisnya

pada bundaran jalan (roundabout).

 Memberikan link antar bangunan berupa pedestrian shelter/ koridor bagi pejalan kaki, sehingga wilayah perencanaan bisa disebut sebagai

kawasan yang pedestrian friendly.

8) Intensitas Pemanfaatan lahan

Konsep pengendalian intensitas kawasan urban epicentrum Soppeng adalah

tercapainya pemanfaatan lahan yang lebih merata dan seimbang sesuai

dengan tujuan peruntukan kawasan. Intensitas Pemanfaatan Lahan adalah

perbandingan jumlah luas seluruh lantai bangunan terhadap luas tanah

perpetakan / daerah perencanaan yang sesuai dengan rencana kota. Intensitas

pemanfaatan lahan erat hubungannya dengan konsep peruntukkan lahan,

terutama menyangkut besaran ruang yang ditempati oleh peruntukkan yang

telah ditetapkan. Intensitas pemanfaatan lahan merupakan luas lantai

maksimum yang dapat dibangun di atas sebidang lahan, hal tersebut memberi

gambaran tentang skala pembangunan bagi kawasan Soppeng.

Koefisien Lantai Bangunan adalah perbandingan jumlah total luas bangunan

terhadap luas lantai dasar. Ketinggian bangunan ini perlu diatur agar terjadi

keselarasan dan keharmonisan antar bangunan dan lingkungan. Penetapan

besar KLB di kawasan perencanaan didasarkan pada pertimbangan sebagai

berikut:

 Harga lahan

 Ketersediaan dan tingkat pelayanan prasarana (jalan)

 Dampak atau kebutuhan terhadap prasarana tambahan

(19)

19 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g

Rencana ketinggian bangunan maksimum yang dapat diterapkan di kawasan

perencanaan adalah sebagai berikut :

 Di sepanjang jalan arteri diperbolehkan maksimum berkisar antara 3 – 4 lantai (KLB maks = 4 x KDB) dengan tinggi puncak atap bangunan maksimum 20

meter dari lantai dasar.

 Di sepanjang jalan kolektor diperbolehkan maksimum berkisar antara 2 – 3 lantai (KLB maks = 3 x KDB) dengan tinggi puncak atap bangunan maksimum

16 meter dari lantai dasar.

 Di sepanjang jalan lokal diperbolehkan maksimum 2 lantai (KLB maks = 2 x KDB) dengan tinggi puncak atap bangunan maksimum 12 meter dari lantai

dasar.

Koefisien Dasar Bangunan adalah perbandingan antara luas lantai dasar bangunan

dan luas total keseluruhan tapak. Dengan menyisakan luasan beberapa meter persegi pada

tapak dimaksudkan agar masih terdapat bidang-bidang peresapan air hujan di dalam tapak

tersebut. Dengan menyisakan luasan kapling agar tidak didirikan bangunan, juga berdampak

secara psikologis. Apabila seluruh kapling dipenuhi bangunan, maka kesan padat dan sesak

akan sangat terasakan. Penetapan besar KDB di kawasan perencanaan didasarkan pada

pertimbangan sebagai berikut:

 Tingkat pengisian / peresapan air (water recharge)

 Besar pengaliran air

 Jenis penggunaan lahan dan Harga lahan

Rencana intensitas pemanfaatan lahan kawasan Soppeng :

 Permukiman, terdiri dari perumahan dengan KDB 50 – 60 %

 Fasilitas Pendidikan, terdiri dari TK, SD, SLTP, SLTA, Akademi/PT, dan Pesantren dengan KDB 45 – 50 %.

 Fasilitas Kesehatan, terdiri dari rumah sakit bersalin, puskesmas, apotik, dan balai pengobatan dengan KDB 40 – 50 %.

 Fasilitas Peribadatan, terdiri dari masjid, langgar / musholla, gereja, dan vihara dengan KDB 40 – 50 %.

(20)

20 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g

 Fasilitas Perdagangan dan Jasa, terdiri dari pasar, pertokoan, pasar swalayan, warung/kios, koperasi dengan KDB maksimum 70 % disesuaikan dengan lokasi dan

karakteristik kegiatannya.

 Fasilitas Rekreasi dan Olah Raga, terdiri dari gedung gedung pertemuan, penginapan/losmen, hotel, rumah makan, dan sarana rekreasi lainnya dengan KDB

60 – 70 %.

 Taman dan Ruang Terbuka Hijau, berupa taman kota, taman lingkungan, lapangan olah raga dan lahan konservasi dengan KDB 5 – 10 %.

9) Rencana Investasi

 Kegiatan pelaksanaan Rencana Tata Bangunan dan lingkungan kawasan Soppeng

dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Soppeng, Pemerintah Provinsi Sulawesi

Selatan, dan masyarakat KabupatenSoppeng.

 Seluruh kegiatan pembangunan harus mengacu kepada panduan Tata Bangunan

dan Lingkungan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Soppeng.

 Pelaksanaan kegiatan oleh masyarakat melalui pembangunan fisik bangunan di

dalam lahan yang dikuasainya, termasuk pembangunan ruang terbuka hijau, ruang

terbuka, dan sirkulasi pejalan kaki dengan tetap mengacu pada syarat dan ketentuan

berlaku.

10) Ketentuan Pengendalian Rencana

 Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui beberapa tahapan kegiatan

diantaranya; penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan

disensitif, serta pengenaan sanksi.

 Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan penegendaliannya dan disusun untuk setiap

blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.

 Izin dalam pemanfaatan ruang sebagaimana yang diatur dalam undang-undang

penataan ruang diatur oleh pemerintah Kabupaten Soppeng berdasarkan

kewenangan dan ketentuan yang berlaku. Disamping itu dalam hal perizinan

pemerintah dapat membatalkan izin apabila melanggar ketentuan yang berlaku.

 Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi kemudian

terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan oleh pemerintah

(21)

21 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g

 Perizinan pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai upaya penertiban

pemanfaatan ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang harus dilakukan sesuai

rencana tata ruang.

 Izin pemanfaatan ruang diatur dan ditertibkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Soppeng sesuai dengan kewenangannya masing-masing. Pemanfaatan ruang yang

tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang dilengkapi dengan izin maupun

yang tidak memiliki izin, dikenai sanksi administratif, sanksi pidana penjara, dan/atau

sanksi pidana denda.

 Pemberian insentif dimaksudkan sebagai upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, baik yang

dilakukan oleh masyarakat maupun oleh pemerintah daerah. Bentuk insentif

tersebut, antara lain dapat berupa keringanan pajak, pembangunan prasarana dan

sarana (infrastruktur), pemberian kompensasi, kemudahan prosedur perizinan, dan

pemberian penghargaan.

 Disisentif dimaksudkan sebagai perangkat untuk mencegah, membatasi

pertumbuhan, dan/atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata

ruang, yang antara lain dapat berupa pengenaan pajak yang tinggi, pembatasan,

penyediaan prasarana dan sarana, serta pengenaan kompensasi dan penalti.

 Pemberian insentif dan disisentif dalam pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan supaya pemanfaatan ruang yang dilakukan sesuai dengan rencana tata

ruang yang sudah di tetapkan.

 Insentif merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap

pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata tuang, berupa :

o keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa

ruang, dan urun saham;

o pembangunan serta pengadaan infrastruktur;

o kemudahan prosedur perizinan; dan/atau

o pemberian penghargaan kepada masyarakat,

o swasta dan/atau pemerintah daerah.

Disinsetif merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau

mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, berupa :

 pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya

yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat

(22)

22 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g  pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan

penalti;

 Insentif dan disisentif dalam penataan bangunan dan lingkungan diberikan

dengan tetap menghormati hak masyarakat.

11) Pedoman Pengendalian Pelaksanaan Pengelola Kawasan

 Guna tercapainya keberhasilan operasionalisasi RTBL, dilaksanakan

melalui pemasyarakatan secara menyeluruh, yaitu :

 Pemasyarakatan bagi keseluruhan dinas-dinas sektoral maupun instansi

vertikal.

 Pemasyarakatan kepada masyarakat luas melalui pemerintah kabupaten

dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Peran serta masyarakat dapat

berbentuk:

 Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan wujud

struktural dan pola pemanfaatan ruang kawasan perkotaan.

 Penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan RTBL;

 Konsolidasi pemanfaatan tanah, air, udara, dan sumberdaya alam

lainnya untuk tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas;

 Perubahan atau konversi pemanfaatan ruang sesuai dengan RTBL;

 Pemberian masukan untuk penetapan lokasi pemanfaatan ruang; dan

atau kegiatan menjaga, memelihara dan meningkatkan kelestarian

fungsi lingkungan hidup.

Peran Pemerintah Daerah (di bawah koordinasi Bappeda) dalam memasyarakatkan

RTBL mempunyai pengaruh besar, yang akan menentukan tingkat keberhasilan

pelaksanaannya.

12) Program Pengendalian Pelaksanaan

 Program-program yang menjadi prioritas utama sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 43 direkomendasikan berdasarkan kebutuhan dari stakeholder kabupaten

dan berawal dari permasalahan utama kawasan yang membutuhkan solusi yang

tepat dan inovatif.

 Pelaksanaan RTBL kawasan Soppeng dapat dikendalikan dari kesesuaian

dengan arahan kebijakan tata ruang yang lebih makro, ketepatan sasaran

program, adanya dukungan legal, serta adanya “good governance”.

b) RISPK ( Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran )

RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang

(23)

23 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g

Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem

Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang

terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun

terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif,

sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi

bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.

Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan

lingkungan meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta

kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran sistem proteksi kebakaran

pada bangunan gedung dan lingkungannya.

RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan Rencana

Sistem Penanggulangan Kebakaran di Kabupaten/Kota untuk kurun waktu 10 tahun.

RISPK memuat rencana kegiatan pencegahan kebakaran yang terdiri dari kegiatan

inspeksi terhadap ancaman bahaya kebakaran pada kota, lingkungan bangunan dan

bangunan gedung, serta kegiatan edukasi pencegahan kebakaran kepada

masyarakat dan kegiatan penegakan Norma, Standar, Pedoman dan Manual

(NSPM). RISPK juga memuat rencana tentang penanggulangan kebakaran yang

terdiri dari rencana kegiatan pemadaman kebakaran serta penyelamatan jiwa dan

harta benda.

1. Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah

Kawasan tradisional/bersejarah memiliki refleksi nilai budaya yang tinggi. Di sisi

lain kawasan disekitarnya seringkali dijumpai tidak tertata dengan baik bahkan

mengalami penurunan kualitas lingkungan. Demi menjaga kelestarian nilai

budaya dari masyarakat dan meningkatkan kualitas lingkungan dibutuhkan

upaya revitaliasasi kawasan tradisional.Beberapa kawasan yang perlu segera

dilakukan penataan, antara lain:

a) Dukungan PSD Penataan dan Revitalisasi Kawasan Budaya

b) Kws Permukiman Tradisional dan Bersejarah yang Meningkat

Kualitasnya.Penyusunan desain revitalisasi Kawasan Tradisional

6.Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

a)

Lingkungan perkantoran/ instansi pemerintah berada pada kawasan yangbertopografi rendah

sehingga cenderung mengalami banjir pada musim hujan, dan sebagian kondisi fisk bangunan

(24)

24 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g

b)

Pelaksanaan kebijakan mengenai penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara

beserta lingkungannya mengacu pada norma, standart, prosedur dan kriteria yang ada;

Pelaksanaan pembangunan dan pembinaan teknis penyelenggaraan bangunan gedung dan

rumah negara serta penataan bangunan dan lingkungannya; Pelaksanaan pembinaan teknis

penyelenggaraan pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung dan rumah negara beserta

lingkungannya; Pelaksanaan pembinaan dan pemberdayaan jasa konstruksi serta pengelolaan

bangunan gedung dan rumah negara;

7.Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan program pemerintah

yang secara substansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan melalui konsep

memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah

Daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga dapat terbangun "gerakan kemandirian

penanggulangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan", yang bertumpu pada nilai-nilai

luhur dan prinsip-prinsip universal. [Dikutip dari : Buku Pedoman Umum P2KP-3, Edisi Oktober

2005]

Permasalahan kemiskinan di Kabupaten Soppeng sudah sangat mendesak untuk ditangani.

Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin

adalah tidak memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai, dengan

kualitas perumahan dan permukiman yang jauh dibawah standar kelayakan, serta mata

pencaharian yang tidak menentu.

Disadari bahwa selama ini banyak pihak lebih melihat persoalan kemiskinan hanya pada tataran

gejala-gejala yang tampak terlihat dari luar atau di tataran permukaan saja, yang mencakup

multidimensi, baik dimensi politik, sosial, ekonomi, aset dan lain-lain. Dalam kehidupan

sehari-hari dimensi-dimensi dari gejala-gejala kemiskinan tersebut muncul dalam berbagai bentuk,

seperti antara lain :

a)

Dimensi Politik, sering muncul dalam bentuk tidak dimilikinya wadah organisasi yang

mampu memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat miskin, sehingga mereka

benar-benar tersingkir dari proses pengambilan keputusan penting yang menyangkut diri

mereka. Akibatnya, mereka juga tidak memiliki akses yang memadai ke berbagai sumber

daya kunci yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan hidup mereka secara layak, termasuk

(25)

25 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g

b)

Dimensi Sosial, sering muncul dalam bentuk tidak terintegrasikannya warga miskin ke

dalam institusi sosial yang ada,terinternalisasikannya budaya kemiskinan yang merusak

kualitas manusia dan etos kerja mereka, serta pudarnya nilai-nilai kapital sosial;

c)

Dimensi Lingkungan sering muncul dalam bentuk sikap, perilaku, dan cara pandang yang

tidak berorientasi pada pembangunan berkelanjutan sehingga cenderung memutuskan dan

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang kurang menjaga kelestarian dan perlindungan

lingkungan serta permukiman;

d)

Dimensi Ekonomi, muncul dalam bentuk rendahnya penghasilan sehingga tidak mampu

untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sampai batas yang layak; dan

e)

Dimensi Aset, ditandai dengan rendahnya kepemilikan masyarakat miskin ke berbagai hal

yang mampu menjadi modal hidup mereka, termasuk aset kualitas sumberdaya manusia

(human capital), peralatan kerja, modal dana, hunian atau perumahan, dan sebagainya.

Karakteristik kemiskinan seperti tersebut di atas dan krisis ekonomi yang terjadi telah

menyadarkan semua pihak bahwa pendekatan dan cara yang dipilih dalam penanggulangan

kemiskinan selama ini perlu diperbaiki, yaitu ke arah pengokohan kelembagaan masyarakat.

Keberdayaan kelembagaan masyarakat ini dibutuhkan dalam rangka membangun organisasi

masyarakat warga yang benar-benar mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin, yang

mandiri dan berkelanjutan dalam menyuarakan aspirasi serta kebutuhan mereka dan mampu

mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik di tingkat

lokal, baik aspek sosial, ekonomi maupun lingkungan, termasuk perumahan dan permukiman.

Penguatan kelembagaan masyarakat yang dimaksud terutama juga dititikberatkan pada upaya

penguatan perannya sebagai motor penggerak dalam „melembagakan' dan „membudayakan'

kembali nilai-nilai kemanusiaan serta kemasyarakatan (nilai-nilai dan prinsip-prinsip di P2KP),

sebagai nilai-nilai utama yang melandasi aktivitas penanggulangan kemiskinan oleh masyarakat

setempat. Melalui kelembagaan masyarakat tersebut diharapkan tidak ada lagi kelompok

masyarakat yang masih terjebak pada lingkaran kemiskinan, yang pada gilirannya antara lain

diharapkan juga dapat tercipta lingkungan kota dengan perumahan yang lebih layak huni di

dalam permukiman yang lebih responsif, dan dengan sistem sosial masyarakat yang lebih

mandiri melaksanakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

Kepada kelembagaan masyarakat tersebut yang dibangun oleh dan untuk masyarakat,

selanjutnya dipercaya mengelola dana abadi P2KP secara partisipatif, transparan, dan

akuntabel. Dana tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membiayai kegiatan-kegiatan

penanggulangan kemiskinan, yang diputuskan oleh masyarakat sendiri melalui rembug warga,

(26)

26 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g

masyarakat untuk kegiatan yang bermanfaat langsung bagi masyarakat, misalnya perbaikan

prasarana serta sarana dasar perumahan dan permukiman.

Model tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk penyelesaian persoalan

kemiskinan yang bersifat multi dimensional dan struktural, khususnya yang terkait dengan

dimensi-dimensi politik, sosial, dan ekonomi, serta dalam jangka panjang mampu menyediakan

aset yang lebih baik bagi masyarakat miskin dalam meningkatkan pendapatannya, meningkatkan

kualitas perumahan dan permukiman meraka maupun menyuarakan aspirasinya dalam proses

pengambilan keputusan. Untuk mewujudkan hal-hal tersebut, maka dilakukan proses

pemberdayaan masyarakat, yakni dengan kegiatan pendampingan intensif di tiap kelurahan

sasaran.

Melalui pendekatan kelembagaan masyarakat dan penyediaan dana bantuan langsung ke

masyarakat kelurahan sasaran, P2KP cukup mampu mendorong dan memperkuat partisipasi

serta kepedulian masyarakat setempat secara terorganisasi dalam penanggulangan kemiskinan.

Artinya, Program penanggulangan kemiskinan berpotensial sebagai “gerakan masyarakat”, yakni;

dari, oleh dan untuk masyarakat.

(1) Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan PBL

Untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai dalam penataan bangunan dan lingkungan,

beberapa program penataan bangunan dan lingkungan yang diusulkan, antara lain:

1. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman;

a) Sarana dan Prasarana Revitalisasi Kawasan

b) Sarana dan Prasarana Penanggulangan Bahaya Kebakaran

c) Sarana dan Prasarana Penataan Ruang Terbuka Hijau ( RTH )

d) Sarana dan Prasarana Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/ Bersejarah

e) Pembangunan Fisik PSD Revitalisasi

2. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

a) Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung

b) Penyusunan RTBL

c) Kelengkapan Aksesibilitas Bangunan Gedung

3. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan.

a) P2KP

b) PNPM Perkotaan

(27)

27 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g

Uraian Rencana Kegiatan Prioritas Keciptakaryaan sektor Penataan Bangunan dan

Lingkungan di Kabupaten Soppeng diperlihatkan pada Tabel 7.8.

Tabel 7.8.Usulan Prioritas Pembangunan Infrastruktur Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Soppeng2017-2021

1 LAPORAN PEMBINAAN PELAKSANAAN PBL,

PENGELOLAAN GEDUNG DAN RUMAH NEGARA

1a Draft NSPK daerah Bidang Penataan Bangunan dan

Lingkungan

1b Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

(RTBL) Kawasan Perkantoran Kota Watansoppeng KAB.SOPPENG

Kota Watansoppeng, Kec. Lalabata

Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

(RTBL) Kawasan Kota Lama Watansoppeng KAB.SOPPENG

Kota Watansoppeng, Kec. Lalabata

Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

(RTBL) Kawasan Kota Baru Watansoppeng KAB.SOPPENG

Kota Watansoppeng, Kec. Lalabata

Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

(RTBL) Kawasan Wisata Lejja KAB.SOPPENG

Kota Watansoppeng, Kec. Lalabata

1c Laporan Pembinaan Pelaksanaan PBL, Pengelolaan Gedung

dan Rumah Negara

Penyusunan RISPK Kota watansoppeng KAB.SOPPENG Kota Watansoppeng

Penyusunan RISPK Kota Cabenge KAB.SOPPENG Kota Watansoppeng

Penyusunan RISPK Kota Batu-Batu KAB.SOPPENG Kota Watansoppeng

Penyusunan RISPK Kota Takalal KAB.SOPPENG Kota Watansoppeng

2

LAPORAN PENGAWASAN PELAKSANAAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN, PENGELOLAAN GEDUNG DAN RUMAH NEGARA

3 BANGUNAN GEDUNG DAN FASILITASNYA

3a Aksesibilitas Bangunan Gedung dan Lingkungan

Penyusunan Rentin Aksebilitas Bangunan Gedung dan

Lingkungan KAB.SOPPENG Kota Watansoppeng

Dukungan Prasarana dan Sarana Aksebilitas Bangunan

Gedung dan Lingkungan KAB.SOPPENG Kota Watansoppeng

4 SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN

4a Sarana dan Prasarana Revitalisasi Kawasan

Dukungan PSD Penataan dan Revitalisasi Kawasan

Wisata Ompo KAB.SOPPENG Kota Watansoppeng

Dukungan PSD Penataan dan Revitalisasi Kawasan

Wisata Lejja KAB.SOPPENG Lejja, Batu-Batu

Dukungan PSD Penataan dan Revitalisasi Kawasan

Wisata Citta KAB.SOPPENG Lejja, Batu-Batu

(28)

28 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g Dukungan Prasarana dan Sarana Proteksi Kebakaran KAB.SOPPENG Kota Watansoppeng

4c Sarana dan Prasarana Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Dukungan Prasarana dan Sarana Ruang Terbuka Hijau

Lapangan Gasis, Kota Watansoppeng KAB.SOPPENG Kota Watansoppeng

Dukungan Prasarana dan Sarana Ruang Terbuka Hijau Kota Watansoppeng (Ex kantor Perhubungan Lama dan

Ex Kantor Camat Lalabata & BPS Lama) KAB.SOPPENG Kota Watansoppeng

Dukungan Prasarana dan Sarana Ruang Terbuka Hijau

Taman Gapis dan Anggrek Kota Watansoppeng KAB.SOPPENG Kota Watansoppeng

Dukungan Prasarana dan Sarana Ruang Terbuka Hijau Taman Parkir Mesjid Raya, Taman Adipura, Taman

Parasamya dan jalur Hijau Median Jalan Kota Lalabata KAB.SOPPENG Kota Watansoppeng

4b Sarana dan Prasarana Penataan Lingkungan Permukiman

Tradisional Berejarah

5 KESWADAYAAN/PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (P2KP)

5a Pendampingan Pemberdayaan Sosial (P2KP/PNPM)

Sumber : Usulan Prioritas Keg Keciptakaryaan Sektor Penataan Bangunan & LingkunganKab Soppeng T.A 2017-2021

2. SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

(1) Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

1. Arahan Kebijakan

Penyelenggaraan Pengembangan SPAM adalah Kegiatan merencanakan konstruksi,

mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik).

Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam pengembangan systempenyediaan

air minum (SPAM) antara lain:

1. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum

rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM).

Untuk pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung jawab Pemerintah dan

Pemerintah Daerah.

2. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka Panjang (RPJP)

Tahun 2005-2025.

Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana masihrendah

aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan.

3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan SistemPenyediaan Air

Minum

Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun,memperluas

(29)

29 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g

keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalamkesatuan yang utuh untuk melaksanakan

penyediaan air minum kepadamasyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Peraturan

tersebut jugamenyebutkan asas penyelenggaraan pengembangan SPAM, yaitu

asaskelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian,

keberlanjutan, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.

4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang KebijakandanStrategi

pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan

pelayanan/penyediaanairminum perlu dilakukan pengembangan SPAM yang bertujuanuntuk

membangun, memperluas, dan/atau meningkatkan sistem fisik dan non fisikdalam kesatuan

yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepadamasyarakat menuju keadaan

yang lebih baik dan sejahtera.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal

Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem

Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi

dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari.

Kebijakan mengenai pengembangan air minum dalam kurun waktu 5 tahun kedepan di

Kabupaten Soppeng dibagi atas 3 bagian yaitu :

1. Pengembangan dan peningkatan Air Minum Ibu Kota Kabupaten (Kota Watansoppeng) dalam

rangka

untuk meningkatkan kapasitas produksi air Minum, pengadaan pipa dan pemasangan pipa

peningkatan pelayanan meliputi peningkatan kelembagaan, penambahan air baku, perbaikan

instalasi transmisi dari Dia 300 mm ke Dia 400 mm, distribusi dan sambungan rumah, dan

bangunan pelengkap lainnya.

2. Pengembangan system penyediaan air minum/ SPAM IKK meliputi peningkatan kelembagaan,

peningkatan/ perbaikan prasarana dan sarana yang sudah rusak, dan pembangunan baru bagi

IKK yang belum Memiliki SPAM.

3. Pengembangan system penyediaan air minum pedesaan meliputi : pembentukan kelembagaan

pengelola, rehabilitasi/peningkatan terhadap prasarana dan sarana yang sudah ada dan kurang

berfungsi, dan pengembangan penyediaan air bersih yang berbasis masyarakat.

(30)

30 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g

Sub Bidang air minum Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum

memiliki program dan kegiatan yang bertujuan meningkatkan pelayanan air minum di perdesaan

maupun perkotaan, khususnya bagi masyarakat miskin di kawasan rawan air. Selain itu

meningkatkan keikutsertaan swasta dalam investasi dalam pembangunan sarana air minum di

perkotaan.

Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam pengembangan sistem pengadaan air

minum antara lain :

1. Peran kabupaten/kota dalam pengembangan wilayah

2. Rencana pembangunan kabupaten/kota

3. Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi kabupaten/kota bersangkutan, seperti struktur dan

marfologi tanah, tipografi dan sebaginya.

4. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan

lingkungan.

5. Dalam penyusunan RPIJM harus memperhatikan Rencana Induk Sistem Pengembangan air

minum.

6. Logical Frework (kerangka logis) penilaian kelayakan investasi pengelolaan air minum.

7. Keterpaduan pengelolaan air minum dengan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

(SPAM) dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan pengembangan,

sekurang-kurangnya dilaksanakan pada setiap perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk

maupun dalam perencanaan teknik.

8. Memperhatikan perundangan dan peraturan serta pedoman dan petunjuk yang tersedia.

(2) Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan,dan Tantangan

2.

Isu Strategis

Cakupan pelayanan air minum dengan perpipaan maupun non perpipaan rendah,

sehingga diperlukan pembangunan jaringan sistem air minum baru dalam rangka menambah

jumlah masyarakat yang mendapat pelayan air minum dalam rangka peningkatan kesejahteraan

masyarakat, diantaranya :

1. Pembangunan jaringan sistem Penyediaan Air Minum di Ibukota Kecamatan (IKK)

2. Pembangunan jaringan sistem Penyediaan Air Minum di Kawasan MBR

3. Pembangunan jaringan sistem Penyediaan Air Minum Perdesaan

3.

Kondisi Eksisting

1. Gambaran Umum Sistem Penyediaan dan Pengelolaan

Cakupan eksisting pelayanan sektor air bersih/air minum dikelompokkan dalam 3 kategori :

(31)

31 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g

a) Cakupan pelayanan perkotaan = 56,59 % dari jumlah penduduk.

b) Cakupan Pelayanan Ibu Kota Kecamatan (IKK)

c) Cakupan pelayanan pedesaan = 62,59 % dari jumlah penduduk.

Kondisi sistem sarana prasarana penyediaan dan pengelolaan air minum di Kab. Soppeng saat

ini, sudah tidak mampu lagi memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat kota secara baik yang

dikelola PDAM. Oleh karena itu dari hasil evaluasi yang dilakukan menunjukkan perlunya

peningkatan kapasitas sarana dan prasarana. Berikut data eksisting sarana dan prasarana air

bersih Kab. Soppeng.

Tabel 7.9. Data Cakupan Layanan Air Minum

Kabupaten Soppeng 2017-2021

2b SPAM di Kawasan Kumuh & Nelayan

Pembangunan SPAM perdesaan di Kel. Attang Salo Kab.soppeng Kel. Attang Salo

Pembangunan SPAM perdesaan di Kel.

Limpomajang Kab.soppeng Kel. Limpomajang

Pembangunan SPAM perdesaan di Kel. Kaca Kab.soppeng Kel. Kaca

Pembangunan SPAM perdesaan di Desa Kessing Kab.soppeng Desa Kessing

2c SPAM di kawasan MBR (optimalisasi IKK)

SPAM di kawasan MBR (optimalisasi IKK Lalabata) Kab.soppeng Lalabata

SPAM di kawasan MBR (optimalisasi IKK Liliriaja) Kab.soppeng Liliriaja

(32)

32 | R P I J M K a b u p a t e n S o p p e n g

SPAM di kawasan MBR (optimalisasi IKK

Marioriwawo) Kab.soppeng Lilirilau

SPAM di kawasan MBR (optimalisasi IKK

Marioriawa) Kab.soppeng Lalabata

SPAM di kawasan MBR (optimalisasi IKK

Donri-Donri) Kab.soppeng Donri-Donri

SPAM di kawasan MBR (optimalisasi IKK Citta) Kab.soppeng Lalabata

SPAM di kawasan MBR (optimalisasi IKK Ganra) Kab.soppeng Lalabata

3 SPAM DI IBU KOTA KECAMATAN (IKK)

Pembangunan/Peningkatan SPAM IKK Kab.soppeng Kec. Ganra

4 SPAM PERDESAAN

4a SPAM di Desa Rawan Air/Pesisir/Terpencil

Pembangunan SPAM di Pedesaan Kab.soppeng Desa Timusu

Desa Watu

Sumber: Data Kab SoppengHasil Workshop SPM Tahun 2016

Kondisi Sarana dan prasarana air minum yang ada di Kabupaten Soppeng untuk jenis pelayanan

perpipaan yang pengelolaannya oleh Perusahaan Daerah Air Minum Soppeng.

1. Sistem Non Perpipaan

2. Aspek Teknis; Sistem non perpipaan yang ada umumnya berupa sumur, baik berupa sumur

gali maupun sumur bor, dimana untuk sumur bor masih sangat terbatas. Sementara untuk

sumur gali permasalahannya adalah Kualitas air yang dihasilkan pada umumnya rasanya

Gambar

Tabel 7.1. Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman
Tabel 7.2. PERDA yang terkait Pengembangan Permukiman di Kabupaten Soppeng
Tabel 7.6. Peraturan Daerah / Peraturan Bupati terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan
Tabel 7.8.Usulan Prioritas Pembangunan Infrastruktur Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Soppeng2017-2021
+6

Referensi

Dokumen terkait

Upaya meningkatkan mutu pembelajaran Bahasa Arab di Kelas V MI Tsamrotul Huda 2 Jatirogo Kecamatan Bonang Demak adalah dengan menerapkan belajar tuntas dalam bidang Bahasa Arab

Spiritia tetap yakin bahwa ketersediaan informasi yang jelas dan benar tentang penyakit dan pengobatannya adalah unsur penting bagi Odha untuk mengatur kehidupan dan kesehatan

Pasal 60 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 menentukan bahwa perkawinan campuran tidak dapat dilangsungkan sebelum terbukti bahwa syarat- syarat perkawinan yang ditentukan oleh

Selain itu, secara khusus penelitian yang dilakukan oleh Spevack (2013) menyebutkan bahwa setelah menggunakan KB suntik dalam 2 tahun, sebanyak 70% pengguna Depo Provera

Menguji nilai karakteristik Marshall pada penggantian sebagian filler Semen Portland dengan 60% abu cangkang lokan dan 40% serbuk batu bata pada campuran Asphalt

Cara mengevaluasi efisiensi motor tersebut adalah dengan menentukan besarnya daya output motor, daya input motor untuk mengetahui besarnya effisiensi motor

Hasil perhitungan optimalisasi keuntungan dengan metode simpleks diperoleh hasil yang maksimal yaitu jika Industri Rumahan Kopi Bubuk Asli Lampung memproduksi kopi bubuk yang

Karakteristik beban nol adalah karakteristik yang menggambarkan hubunga antara tegangan ke motor dengan arus daya cos φ motor pada keadaan tanpa beban, jadi putaran