• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jika Tuhan Bersama Kita Siapa Lagi yan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jika Tuhan Bersama Kita Siapa Lagi yan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 Jika Tuhan Bersama Kita - Siapa Lagi yang Mampu Menghalangi Kita?

Sekelumit Kisah di Balik Program Desaku Menanti

Arif Rohman Charles Sturt University

School of Humanities and Social Sciences

Gang Tongkang Kramat Senen

(2)

2 Saya mulai menekuni masalah gelandangan, pengemis dan anak jalanan sejak sekolah di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung. Waktu itu, saya diajak teman saya untuk ikut seleksi jadi relawan di Yayasan Ar Rufi’ yang menangani anak jalanan di bandung. Nama teman saya itu kalau gak salah Natsir Sinambela dan Adi Apriyan. Saya waktu itu ogah-ogahan karena sebenarnya gak punya ongkos buat naik angkot ke Riung Bandung yang jaraknya lumayan jauh dari Dago. Tapi karena saya dibayarin, ya akhirnya ikutan. Uniknya, dua teman saya ini justru gak diterima, yang diterima justru saya.

Pada waktu itu yang nge-test saya adalah Kang Cahyo. Senior saya ini orangnya keren, tampan dan elegan. Tapi saya gak tahu sekarang orangnya ada dimana. Sudah putus kontak/hubungan sejak saya merantau ke Senen, Jakarta. Pas di-test saya ditanya kalau diterima saya akan melakukan apa untuk Ar Rufi’ dan anak jalanan di Bandung? Saya jawab, ya namanya mahasiswa ya belum berpengalaman, tapi secara konseptual masih seger. Jadi ya saya akan coba praktik ilmu pekerjaan sosial dari mulai engagement, intake, contract, needs assesment, intervention dan monitoring and evaluation (sampai apal banget saya waktu itu). Kang Cahyo ini langsung senyum-senyum misterius dan bikin deg-degan. Ehhh tahu-tahu saya diterima. Pas itulah saya kenal dan mulai akrab dengan Teh Herti Fendiana. Teh Herti inilah yang nanti mengajarkan saya bagaimana mengetik pakai komputer. Katanya saya harus bisa ngetik pakai computer karena penting untuk bikin skripsi atau karya ilmiah (padahal waktu itu masih banyak yang pakai mesin ketik). Teh Herti ini orangnya memang luar biasa, karena isi pembicaraannya tak jauh dari Al Qur’an, Hadits, dan bagaimana menjadi muslim yang baik (ilmunya sudah tinggi banget memang), plus bagaimana menjadi wanita yang mandiri. Oh ya, eman saya si Natsir Sinambela itu akhirnya sekarang jadi Boss di DKT dan si Adi Apriyan jadi pegawai di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Balik Papan.

Yayasan Ar Rufi’ menurut saya organisasi sosial yang keren abis, karena idealismenya yang luar biasa. Hampir semua pengurusnya adalah alumni Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al Ihsan STKS Bandung di Dago. Di sanalah saya ketemu sohib alias teman sejati namanya Wiluk. Mbak Wiluk ini asli Malang, penampilannya apa adanya, dan kelebihannya yaitu dia suka main gitar. Petikan gitarnya mendayu-dayu dan bisa bikin perut langsung lapar. Kehebatan yang kedua yaitu dia itu seorang pendengar yang baik. Orangnya sabar banget dan gila banget mau mendengarkan keluh kesah saya yang tidak jauh dari kiriman uang dari kampung yang minim dan itu pun sering telat. Kelebihan Wiluk yang terakhir yaitu suka ngasih saya makan. Ya maklum lah namanya juga membantu sesama mahasiswa. Tapi kalau saya makan di tempat dia memang keseringan sih. Sebenarnya malu juga, tapi bagaimana? Daripada mati kelaparan di dago udah jauh-jauh datang dari demak kan ironis banget. Belum lagi pasti bakalan dimuat harian pikiran rakyat yang legend di bandung itu. Waduhhhh… Amit-amit dehhh…

(3)

3 (akibatnya ya masuk angin). Lucunya (mungkin ini kritik buat pemerintah waktu itu), pas ada program makanan tambahan, anak-anak yang kita dampingi makannya enak banget seperti ayam, daging, minimal telor, sedangkan relawan pekerja sosial makan sama tempe dan sayur tahu. Ironis memang. Tapi bukankah kerja jadi pekerja sosial/social worker memang utamanya adalah keterpanggilan jiwa? Jadi ya gak masalah. Belum lagi kalau piket malam anak jalanan pada kelahi, bawa pisau, bawa apaan itu garpu yang ditekuk untuk digenggam buat nonjok pas kelahi. Belum lagi yang ngelem pakai aibon. Waduhhh… Pokoknya horror banget lah. Belum lagi mereka yang berusia diatas 21 tahun ngaku anak jalanan dan nantang kelahi karena gak dapat bantuan ini itu. Saya sampai dikerubutin mereka. Tapi akhirnya setelah saya kasih penjelasan, kita semua malah jadi teman akrab dan saya sering diajak main ke rumahnya. Gila, sekampung pada turun ke jalanan saking miskinnya. Oh ya, bantuan untuk anak jalanannya memang keren-keren; seperti kursus nyetir (saya aja gak bisa), kursus bahasa inggris - saya aja sampek ngiler lihatnya - padahal gara-gara pingin bisa bahasa inggris dibela-belain setiap sabtu minggu ke BIP (Bandung Indah Plaza) di Gramedianya buat baca-baca buku bahasa Inggrisnya, dari itu toko buku buka, sampai tutup friend…. Kaki pada pegal-pegal semua (berdiri soalnya). Untung lah kuda-kuda saya lumayan kuat jadi ya dinikmati aja (ya sekali-sekali jongkok sih ngilangin pegel).

(4)

4 seluruh rakyat Indonesia jangan sampai mengalami yang kayak saya alamin. Meskipun saya yakin masih banyak banget yang hidupnya sejuta lebih menderita dari saya. Contohnya Pak karim teman saya di Aceh. Demi kuliah di IAIN beliau ini ngajar ngaji. Makan pun setiap hari dengan ikan asin. Ikan asinnya gak dimakan tapi dibaui aja, untuk pelengkap nasi. Ikan asin dicium pakai hidung baru nasi dimakan. Dan ikan asin itu bisa bertahan seminggu.

Yang bikin saya ingat sampai sekarang adalah bayar kost Rp 200.000,- kadang saya gak punya uang. Lha waktu itu kalau Ibu Mertua Pak Nurjaman minta uang kost-an, biasanya Pak Nurjaman langsung ke gudang atas dan nanya saya. Udah bayar kost belum Rip? Belum Pak… Gak punya duit. Nah Pak Nurjaman itu langsung ngasih duit Rp 200.000,- dari dompetnya ke saya sambil bilang, Resek lu ahh… Ini bayarin ke emak. Jangan bilang uangnya dari gw’. Ini kejadian berkali-kali. Pak Nurjaman ini lah malaikat penolong saya pas merantau ke Jakarta. Kalau saya seharian gak nongol, biasanya Pak Nurjaman langsung ke atas dan nanya ke saya, ‘Udah makan belon lu?’ Belom Pak, gak punya duit. Langsung deh Bapak kita satu ini ngasih saya uang Rp 20.000,- buat makan. Tapi kalau Pak Nurjaman juga lagi gak punya uang, biasanya saya disuruh ngutang di warteg deket pos RW dan disuruh bilang, ‘Nanti pak wakil RW yang bayar’. Begitu lah story-nya. Saya merasa Pak Nurjaman itu seperti Bapak saya sendiri. Walaupun Pak Nurjaman santai dan lembut, tapi jangan salah, kalau lagi gak mood terus ada tukang petik/jambret habis ‘operasi’ dari jalan raya stasiun Senen, terus masuk gang tongkang dan biasanya merembes di gang-gang sempit di gubuk-gubuk di rel kereta api, terus biasanya ilang hingga bikin nama gang tongkang jelek, Pak Nurjaman pernah ambil celengkreng /garu/trisula panjang langsung dilempar ke penjambret itu, tembus sampek betis kakinya. Itulah cerita heroik bapak penolong kita satu ini. Tinggal disitu dari tahun 2000 sampai tahun 2004 membuat saya banyak tahu tentang kehidupan gelandangan, apalagi sejak saya kenal sesepuh gelandangan senen Bapak Indardjo. Orang yang tinggal digubuk-gubuk itu terkadang lucu, kalau bertengkar suami isteri; sang isteri kadang ada yang lari sambil bugil dan nyobek-nyobek akte nikah (surat kawin). Dah gitu nyesel, tapi dapet lagi surat kawin dari nikah massal, begitulah seterusnya, kadang program nikah massal bisa jadi orang-orangnya dari tahun ke tahun ya itu itu juga — orang-orang pemerintah mana tahu detail kayak gini? Hehehe…

Sebagai pendamping masyarakat istilah kerennya community worker atau facilitator atau community development worker kita punya relasi yang bagus dengan tokoh masyarakat seperti RW 03 Kramat Senen ada Pak Bambang, Ibu Tanjung dan 1 lagi saya lupa beliau adalah mantan petinju dan keamanan di pasar RW 03. Demikian juga para tokoh masyarakat di RW 08. Selama tinggal disitu, saya juga banyak mendapatkan teman dari Gang 21 seperti Novi Syaidah, Fiqih Ananta Toer Syadat, dan Si Julung serta Neneng dari RW 03. Pokoknya berkesan banget deh punya temen kayak mereka. Mereka ini bener-bener teman sejati banget. Cuma ya sayangnya, aqua gallon di koperasi sering cepet habis karena saya minum soalnya kalau laper cukup minum biasanya lapernya ilang lho. Ini pengalam pribadi. Hehehe…

(5)

5 wawancara air mengalir. Belum, kata saya. Pingin lihat? Iya. Terus dipanggil lah si Julung diwawancarai. Si Julung ngaku sebagai musician padahal dia pengangguran. Makanya saya tahu, sehebatnya teknik wawancara kalau kita tidak tahu betul seluk beluk kehidupan mereka sehari-hari aslinya, mungkin kita banyak dikibulin juga gak tahu. Apalagi Lea orang bule. Hahaha…. Saya sih diam aja lihat si julung ngarang-ngarang gak jelas gitu.

Suatu ketika, gak ada ujan gak ada angin saya pingin sekolah S2 di Universitas Indonesia (UI) waktu itu Kajian Pengembangan Perkotaan (KPP) membuka pendaftaran untuk angkatan 3. Waktu itu saya pikir, keren juga kuliah disitu bermanfaat untuk karier ke depan. Alhamdulillah ikut test diterima. Ehhh pusing disuruh bayar uang masuk Rp 7.500.000, - plus uang administrasi jadi totalnya Rp 9.000.000,- uang dari mana coba? Waktu itu jurusan kesejahteraan sosial dan kajian wanita masih 3 jutaan dan kajian amerika kalau gak salah 5 jutaan. Akhirnya pinjem sana pinjem sini. Sedihnya, sampai ada tokoh masyarakat, Ibu-ibu yang memberikan akte tanahnya untuk dipinjamkan ke Bank sambil air matanya menetes karena pingin lihat saya melanjutkan S2 di UI. Tentu saja saya tolak secara halus. Jadi dari sini saya baru tahu, keberhasilan seorang fasilitator atau pendamping masyarakat itu gak harus muluk-muluk. Bisa berhubungan baik dan diterima masyarakat itu saja sudah bagus. Selanjutnya baru mengalir…

Lha pas deadline Alhamdulillah Pak Nurjaman bantu pinjam sana-sini dan akhirnya waktu itu hari Jum’at akhir tahun 2002, batas waktu - terakhir pembayaran, akhirnya saya bisa ke gedung pasca sarjana UI Salemba buat nyetor uang di bank BNI, sekaligus daftar ulang. Pas jam 3 sore tepat bank mau tutup saya leganya bukan main. Duduk di bawah pohon beringin saya lemes banget dan sudah gak kuat ngisi form. Soalnya mental saya kena, down saya, nyaris, rasanya seperti antara hidup-mati nyari uang segitu buat sekolah S2. Terus, saya bilang ke Pak Nurjaman, pak tolong diisiin pak, saya gak mampu lagi ngisi, tangan sama badan saya gemetaran semua gak kuat nulis. Dan saya pun menangis. Saya tidak malu, karena kadang seorang super hero pun bisa menangis, dan itu bukanlah sebuah dosa. Pak Nurjaman akhirnya ngisi, padahal beliau hanya tamatan SMA. Jadi form saya kuliah pertama S2 di KPP UI yang ngisi adalah Pak Nurjaman. Pak Nurjaman benar-benar orang yang baik hatinya minta ampun. Kata Pak Nurjaman, hidup di Jakarta itu yang penting nyali. Pak Nurjaman juga selalu mengingatkan kalau besok-besok sudah kerja dan stabil secara ekonomi diusahakan beli baju yang baru. katanya penampilan itu perlu. Masyarakat kita suka melihat dan menghargai seseorang seringkali hanya dari penampilan. Kalau baju kumal ya gak bakalan dihargai orang. Whatzzzz….??? Maksudnya saya kumal begitu? Keterlaluan banget Pak Nurjaman ini. Hya dhezagggggg….!!!!

(6)

6 S2 UI. Mereka tahunya saya kuli konveksi di pasar senen dan luntang lantung cari kerjaan di pasar poncol. Waktu kuliah bersyukur banget ada teman dari Batak, kerja di Dinas Tata Kota DKI namanya Bang Andor Siregar. Bang Andor ini hatinya seputih salju. Kalau iuran foto copy buku pelajaran bisa sampai ratusan ribu semua Bang Andor yang bayarin semuanya buat saya. Pernah hari Minggu, pernah saya gak punya uang, dia bela-belain dari rumahnya Meuruya ke kampus Salemba cuman buat ngasih saya uang buat makan. Gila betul nih hidup. Bener kata orang, Ibu kota lebih kejam daripada Ibu Tiri.

Karena hidup sudah terlanjur susah dan sudah kepalang tanggung. makanya untuk thesis saya ngambil penelitian tentang gelandangan di Senen. Gak tanggung-tanggung saya langsung minta pembimbing Professor Parsudi Suparlan, PhD dan Ibu Siti Oemijati Djajanegara, PhD. Komplit sudah pembimbingnya, yang pertama lulusan S2-S3 dari Amerika yang kedua lulusan S2-S3 dari Perancis. Kata orang sih dua-duanya ini manusia-manusia aneh yang susah ngelulusin mahasiswanya - bahkan ada yang gak sampek lulus, tapi saya gak peduli. Tanggung amat nyari dosen pembimbing. Sempat frustasi dibimbing Professor gelandangan ini saya menghadap dan bilang tidak jadi meneliti homeless people soalnya dimarahin mulu sama professornya sampe kenyang banget, di bilang sontoloyo lah, preman demak lah, mahasiswa goblok lah, etc. Tapi Prof Parsudi ini ternyata ada sisi-sisi lembutnya. Beliau bilang, sebagai seorang ilmuwan sosial itu ada dua hal yang harus dipegang. Pertam,a harus jujur. Yang kedua, pantang menyerah. Terus beliau bilang, apakah masih lanjut dengan penelitian gelandangan? Saya bilang, lanjut Prof! Ngomong-ngomong, waktu itu, saya adalah mahasiswa generasi 3 yang meneliti permasalahan orang gelandangan. Yang pertama adalah Prof parsudi Suparlan sendiri pada tahun 1960 an - generasi pertama. Yang kedua adalah Pak Haswinar Arifin, penelitian gelandangan tahun 1980 an - generasi kedua. Dan yang terakhir adalah saya, penelitian gelandangan tahun 2004 - generasi ketiga. Menariknya pas dibimbing Ibu Oemijati, siang saya dikoreksi-bimbingan, malam jam 9 saya sudah menyerahkan revisi saya. Begitu terus sampai pembantunya apal dan bosen lihat muka saya. Ibu oemi bilang, anda ini lucu, kok begitu bersemangatnya, apakah tidak ada hari esok? Saya hanya diam tersenyum pahit, andaikan beliau tahu kondisi saya yang prihatin banget. Saksinya itu Mbak Rani Toersilaningsih dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI. Itu saksi hidupnya. Hehehe…

(7)

7 Andor. Semoga Ahok mengangkat dia sebagai Kepala Dinas Sosial di Tata Kota DKI Jakarta. I highly recommend him for sureeeeeee…..

Singkat cerita akhirnya saya lulus. Sempet ngajar sebagai dosen tamu di S2 Arsitektur UI, S2 kajian Pengembangan Perkotaan UI, ngajar metode kualitatif di Prodip IV STKS Bandung dan Kemiskinan Perkotaan di program spesialis 1 nya STKS, terus ke Aceh ikut program Unicef dengan Departemen Sosial RI (waktu itu namanya belum Kementerian Sosial). Kaget karena diceritain gajinya sewaktu mendampingi anak korban tsunami gajinya Rp 900.000,- ternyata pas disana gajinya Rp 9.000.000,-. Yah berkah buat ngirim Ibu di Kampung, kakak-kakak dan menikah. Tuhan memang maha besar…. Jadi pingin nangis nih pas ngetik ini.

Seperti buku karangan Lea SEPERTI RODA BERPUTAR (the wheel of fortune),saya juga diterima di Departemen Sosial RI. Kemudian karena Tuhan kasihan sama saya dan dan Tuhan sudah bosan melihat kemalangan hidup saya, gak tahu gimana ceritanya tiba-tiba saya saya mendapat beasiswa ADS dan melanjutkan ke University of New England – Armidale – Australia di bidang Women’s and Gender Studies. Kemudian melanjutkan lagi ke Charles Sturt University untuk mendalami tentang Social Work. Itulah cerita singkat saya. Lucunya, pas pamitan ke Ibu-Ibu di Kramat Senen - kata-kata dari para Ibu-Ibu-Ibu-Ibu selalu tetap sama. Sudah deh jangan sekolah lagi. Nanti ente kelaparan lagi lho, disana jauh, gak ada kita-kita. Nanti kalau kelaparan lagi gimane? Saya hanya senyum-senyum saja pas pamitan. Satu yang saya pelajari di sini adalah masalah seberat apapun akan terselesaikan kalau kita ngomong. Kedua, kalau niat kita tulus gak macem-macem, pasti Tuhan akan mengabulkan permintaan kita. Ketiga, seperti kata Bang Andor, JIKA TUHAN BERSAMA KITA - SIAPA LAGI YANG MAMPU MENGHALANGI KITA?

(8)

8 langsung ngakak pas denger Pak Makmur ngomong seperti itu. Sayang beliau sekarang sudah pensiun dari Kementerian Sosial. Beliau adalah orang hebat di bidang kesejahteraan sosial. Beliau selalu mengatakan program yang baik harus research-based. Dan inilah kelemahan di Kementeriann Sosial selama ini, antara research dan program sering gak nyambung. Itulah sejarah asal usul Program Desaku Menanti. Untuk rinci mengenai Program Desaku Menanti dapat di download di sini….. Download Here

Berikut adalah beberapa link berita dari Program Desaku Menanti : Tangani Gepeng, Kemensos Kembangkan “Desaku Menanti” Kemensos Berdayakan Gepeng Lewat Program Desaku Menanti Kemensos Kembangkan Program Desaku Menanti Kurangi Pengemis Program Desaku Menanti Ajak Pengemis Pulang Kampung

2015, Kemensos Luncurkan `Program Desaku Menanti`

Public Welfare, Ministry Of Social Affairs Develops Desaku Menanti Program Gubernur DIY Relakan Sultan Ground untuk Gelandangan dan Pengemis Keraton Yogya Sumbang Lahan untuk Gelandangan

Kampung “Desaku Menanti”

Bikin Desaku Menanti, Pakde Karwo bagikan rumah untuk 135 PMKS

(9)

9 Ratusan Bangunan Liar Jalan Thonkang Dibongkar

Warga Jalan Thongkang Senen Sadar Segera Pindah

KEBANGETAN, orang Miskin bukannye dibantu malah dibuat tontonan … ??? Pagar Pembatas Rel Kereta Yang Jebol Hingga Kini Belum Diperbaiki

Masyarakat Kurang Sadar Pemeriksaan Gratis Virus Aids

Proyek MP3KI Kucurkan Dana 2,3 Milyar Bagi Pemberdayaan Mandiri Perkotaan

Semoga cerita saya ini bermanfaat bagi kita semua. Tulisan ini hanya refleksi iseng jangan diambil serius. Tetapi jujur, sumpah saya seneng banget program ini akhirnya berani dilaunching tanpa malu-malu kucing lagi. Dulu saya masih ingat, katanya dananya gak ada, tapi akhirnya setelah menunggu 4-5 tahun Program Desaku Menanti bisa terlaksana. Yah better late than never lah… Itu kan harusnya untuk tahun 2009, yahh cuman gak laku aja waktu itu. Gak direspon maksudnya. Saya hanya bisa mendoakan semoga program ini berjalan dengan lancar, dan tugas semua masyarakat lah mengawasi pelaksanaan dan keberlanjutannya. Sebagai penutup saya kutip motto kampus saya dulu di armidale. EX SAPIENTA MODUS (OUT OF WISDOM COMES MODERATION). Salam dari mahasiswa gelandangan….. JIKA TUHAN BERSAMA KITA - SIAPA LAGI YANG MAMPU MENGHALANGI KITA?

Referensi

Dokumen terkait

Badan Pemeriksa Keuangan, yang selanjutnya disingkat BPK, adalah lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana

pengertian kontainer adalah suatu kemasan yang dirancang secara khusus dengan ukuran tertentu dan disamakan berdasarkan standar internasional, terbuat dari bahan

Seperti yang sudah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya bahwa inti dari viral marketing adalah strategi pemasaran yang dapat menyebabkan orang-orang

Beberapa siswa lalu mengilustrasikan bagaimana mereka menentukan banyaknya potongan pita dengan permodelan, yakni dengan membuat gambar yang mewakili panjang total pita

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan pemahaman matematis siswa seluruhnya pada indikator menyatakan ulang sebuah konsep sedangkan

Tujuan dari proyek akhir ini adalah membuat perangkat keras untuk mengetahui dan mengevaluasi proses pengukuran beberapa ciri kualitas produksi secara otomatis dengan

1) Mengambil formulir ceklist ketidaklengkapan rawat jalan atau rawat inap (satu formulir untuk satu rekam medis). 2) Mencatat nama pasien dan nomor rekam medis dari

Misalnya,pantangan yang harus dilaksanakan sewaktu memutus kaji (ilmu). Si murid dipantangkan untuk bertemu dengan sang guru dalam masa ter- tentu. Jika pantarigan ini