• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA KOMUNIKASI ORGANISASI LSM FLOWER ACEH DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "POLA KOMUNIKASI ORGANISASI LSM FLOWER ACEH DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. Latar belakang masalah

Komunikasi merupakan suatu proses pembentukan, penyampaian, dan pengolahan pesan yang terjadi dalam diri seseorang atau antara dua orang maupun lebih dengan tujuan tertentu. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari seperti di lingkungan pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau dimana saja manusia berada.

Pentingnya komunikasi tidak hanya sebatas terbatas pada komunikasi personal, tetapi juga dalam lingkup komunikasi kelompok dan organisasi. Manusia hidup berkelompok karena kesadarannya akan kepentingan bersama, meskipun dalam banyak hal dikehidupan masyarakat kita mengetahui banyak kepentingan yang tidak sama bahkan saling bertentangan.

Organisasi merupakan sebuah kelompok individu yang diorganisasi untuk mencapai tujuan tertentu (De Vito 1992:377). Jumlah anggota organisasi bervariasi antara tiga atau empat sampai dengan ribuan anggota. Organisasi juga memiliki struktur formal maupun informal. Organisasi memiliki tujuan umum untuk meningkatkan pendapatan, namun juga memiliki tujuan-tujuan spesifik yang dimiliki oleh orang-orang dalam organisasi tersebut (Burhan 2006:277).

Komunikasi dalam organisasi merupakan proses yang penting dalam menjalankan semua tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi. Permasalahan

(2)

dalam organisasi sering timbul karena komunikasi organisasi yang kurang baik dan kooordinasi yang kurang efektif. Hal ini dikarenakan kinerja pengurus dalam organisasi kurang efektif dan kooordinasi diantara para pengurus tidak berjalan dengan lancar. Dalam hal ini, tugas seorang pemimpin sangat sentral dalam menyelesaikan persoalan tersebut. Pemimpin harus melakukan interaksi yang baik dengan para pengurus. Sesuai dengan pendapat Muhammad (2009:1), bahwa komunikasi yang efektif sangat penting bagi organisasi. Oleh karena itu, para pemimpin organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka.

Pemimpin dan organisasi tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pemimpin yang baik dapat mempengaruhi anggotanya untuk bekerja semaksimal mungkin. Menurut W.G. Scoot dan T.R Mitchell yang dikutip oleh Stephen P.Robbins dalam buku perilaku menyatakan bahwa “komunikasi menjalankan empat fungsi utama didalam suatu kelompok atau organisasi yaitu kendali (kontrol), motivasi, pegungkapan emosional dan informasi”

Agar komunikasi berlangsung efekif dan informasi yang disampaikan oleh seorang pemimpin dapat diterima, dan dipahami oleh anggotanya maka seorang pemimpin harus menerapkan pola komunikasi yang baik pula. Pengetahuan dasar tentang komunikasi saja belum cukup untuk memahami komunikasi organisasi.

(3)

dengan atasan mengenai apa saja yang menjadi kendala dalam organisasi, akan sedikit mengurangi beban. Pemimpin dan anggota organisasi akan saling mengetahui kendala dalam bekerja, sehingga dapat saling berbagi solusi, motivasi, ide, atau bahkan kritikan untuk organisasi tersebut. ( Toto Asmara: komunikasi dakwah).

Menurut data Kementrian Dalam Negri (Kemendagri) jumlah organisasi masyarakat di Indonesia saat ini 344.039 organisasi. Organisasi-organisasi tersebut terdiri dari organisasi sosial, organisasi pemerintahan, organisasi kemasyarakatan, organisasi politik, organisasi massa, organisasi berbadan hukum, organisasi profesi dan organisasi keagamaan.

Dalam kaitannya dengan penelitian komunikasi organisasi, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai pola komunikasi organisasi LSM Flower Aceh. Sebagai salah satu organisasi masyarakat yang memfokuskan diri pada pemberdayaan perempuan. Flower Aceh merupakan organisasi perempuan yang sudah berdiri selama 28 tahun. Didirikan pada tanggal 23 september 1989 oleh Suraiyya Kamaruzzaman dan kawan-kawan sebagai reaksi atas kepedulian terhadap kelompok perempuan aceh pada masa itu. Kehadiran Flower Aceh disebabkan oleh faktor kondisi kelompok perempuan yang sangat memprihatinkan pada masa konflik Aceh. Perempuan kerap menjadi korban kekerasan, pelecehan seksual, pemerkosaan, dan diskriminasi hak-hak politik.

(4)

Selain konflik, bencana yang melanda Aceh pada 26 desember 2004 juga semakin memperburuk keadaan masyarakat Aceh. Keprihatinan terhadap kondisi perempuan yang dua kali terpuruk karena konflik dan bencana menunjukkan bahwa perubahan sosial merupakan akibat yang harus dijalani oleh perempuan.

Semenjak berdiri, lembaga Flower Aceh memfokuskan kegiatan dalam beberapa hal seperti melakukan pendampingan, pemulihan psikis (pemulihan jiwa dan mental), memberikan pendidikan serta bantuan ekonomi yang diberikan kepada kelompok perempuan.

Kelahiran lembaga Flower Aceh juga dibantu oleh kalangan aktivis dan LSM lainnya, memberikan kontribusi terhadap kelompok perempuan salah satunya dengan melibatkan perempuan Aceh mulai dari kalangan elit, kalangan bawah sampai ke korban ikut dalam Duek Pakat Inoeng Aceh (DPIA) untuk melaksanakan kongres dengan tujuan utamanya ingin mengkonsolidasikan kehendak aspirasi perempuan Aceh pada tingkat tata pemerintah dan penetuan nasib bagi Aceh (Santoso dan Yuniver, 2009:30)

(5)

Flower Aceh sebagai bentuk dari civil society dalam menjalankan perannya sebagai lembaga yang perduli terhadap permasalahan yang ada dalam masyarakat, khususnya permasalahan yang dialami oleh kelompok perempuan telah banyak melakukan kegiatan-kegiatan pembinaan untuk para perempuan. Kegiatan ini berlangsung melalui diskusi rutin kelompok perempuan di gampong-gampong. Menyelenggarakan kampanye tentang anti kekerasan terhadap anak dan perempuan, dan turut aktif dalam pertemuan dan seminar yang mengangkat isu tentang kesejahteraan perempuan.

Flower Aceh juga melakukan beberapa kerja sama dengan organisasi-organisasi masyarakat lainnya, baik dalam maupun luar daerah. Melalui kerjasama tersebut, banyak kebijakan yang dibuat dan penelitian yang dilakukan dalam upaya mendorong pemenuhan hak-hak perempuan yang adil dan sesuai dengan kepentingan perempuan.

(6)

Banyak kalangan yang meragukan dampak dari konvensi perempuan tersebut dapat memajukan status perempuan di indonesia. Tetapi para pemerhati masalah perempuan menganggap bahwa ratifikasi konvensi perempuan tersebut sebenarnya dapat dijadikan sebagai alat untuk memajukan kesetaraan gender melalui kajian-kajian terhadap berbagai peraturan, pengamatan terhadap praktek-praktek yang diskriminatif dan penyebarluasan isi dari konfensi perempuan tersebut.

Visualisasi perempuan Indonesia telah mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Sejak dulu secara tradisional perempuan hanya memainkan peran dalam sektor domestic. Dalam keluarga umumnya perempuan dibatasi perannya pada bidang yang langsung berhubungan dengan rumah tangga, seperti menjadi ibu rumah tangga yang baik, mengasuh dan mendidik anak, serta diwajibkan setia kepada suami. Dengan kata lain perempuan yang ideal adalah perempuan yang dapat macak (berhias), masak (masak), dan manak (melahirkan anak). Adanya stereotip peran di sektor domestik ini menyebabkan ketimpangan gender antara laki-laki dan perempuan.

(7)

Pandangan perempuan bekerja pun mulai bergeser. Perempuan bekerja dianggap sebagai perempuan modern dan perempuan tidak bekerja atau ibu rumah tangga dianggap sebagai perempuan tradisional. Begitu juga dengan pandangan bahwa perempuan yang bekerja merendahkan kaum laki-laki bergeser menjadi perempuan sebagai partner laki-laki untuk menumbuhkan relasi dalam membangun keutuhan rumah tangga dan membantu ekonomi keluarga.

Meskipun demikian, ternyata masih banyak hambatan bagi perempuan untuk mencapai kedudukan atau peningkatan prestasi seperti yang diharapkan, apalagi untuk kedudukan pimpinan atau pengambil keputusan lainnya. Untuk mencapai kedudukan yang setara dengan kedudukan laki-laki, seorang perempuan dituntut untuk mempunyai prestasi yang lebih menonjol, serta harus melalui perjuangan yang sangat berat. Hal ini terjadi karena masyarakat indonesia yang menganut paham patriarki, sehingga menghasilkan keputusan dan sikap yang timpang. Perempuan masih dianggap pelengkap saja dalam keluarga dan masyarakat, tidak mempunyai peran berarti dan dianggap sebagai kaum yang lemah. Kekerasan, perlakuan tidak menyenangkan, eksploitasi dan pelecehan seksual, menjadi objek perdagangan manusia, diskriminasi dan tindakan salah lainnya masih menimpa perempuan saat ini.

(8)

kekerasan terhadap istri menempati peringkat pertama yaitu 5.784 kasus (56%). Disusul kekerasan dalam pacaran 2.171 kasus (21%), kekerasan terhadap anak perempuan 1.799 kasus (17%) dan selebihnya kekerasan mantan suami, kekerasan mantan pacar, dan kekerasan terhadap pekerja rumah tangga.

CATAHU ini juga menampilkan data perkosaan dalam perkawinan (marital rape) sebanyak 135 kasus. Perkosaan dalam perkawinan ini merupakan salah satu hal yang serius dan belum banyak diketahui oleh masyarakat. Selain itu beberapa masalah yang mendapatkan perhatian khusus dari lembaga negara dan masyarakat adalah tingginya angka dispenisasi perkawinan yaitu 8.488 kasus. Artinya terdapat 8.488 perkawinan dibawah umur yang di sahkan oleh negara. Beberapa kajian perkawinan anak usia dini menunjukkan dampak negatif terutama bagi perempuan. Dampak negatif tersebut antara lain tercerabutnya akses pendidikan anak perempuan.

Munculnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia dipengaruhi juga oleh kesadaran universal. Salah satu cara yang digagasakan untuk memberikan peluang kepada perempuan adalah memberdayakan perempuan, tidak saja dari kemiskinan, tetapi juga dari kebodohan, dan keterbelakangan yang merupakan sejumlah faktor penghambat mereka dalam mengembangkan diri.

(9)

dipertahankan oleh Flower Aceh merefleksikan bentuk hasil komunikasi struktural yang baik antara pimpinan dan anggota dalam melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan organisasi untuk masyarakat khususnya perempuan. Dengan melihat pentingnya sebuah proses komunikasi dalam sebuah organisasi, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “POLA KOMUNIKASI ORGANISASI LSM FLOWER ACEH DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN”

1.2. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti akan memfokuskan pada studi tentang pola komunikasi organisasi. Bagaimana pola komunikasi yang berlangsung dalam kegiatan sehari-hari antara pemimpin dan anggota organisasi dalam lingkup kerja Flower Aceh

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang sudah diuraikan, maka peneliti dapat menarik rumusan masalah sebagai berikut : bagaimana pola komunikasi organisasi LSM Flower Aceh dalam upaya pemberdayaan perempuan?

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi organisasi LSM Flower Aceh dalam upaya pemberdayaan perempuan.

1.5. Manfaat penelitian. 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bacaan, penelitian dan bahan pembelajaran dalam lingkungan Program Studi Ilmu Komunikasi pada sub kajian komunikasi organisasi.

(10)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan yang berkenaan dengan penelitian ini, dan juga dapat memberikan pengetahuan baru bagi masyarakat. Selain itu penulis juga berharap dapat memberikan informasi yang berguna sebagai masukan kepada Flower Aceh agar dapat mengambil langkah yang tepat dalam menetukan dan mengaktualisasi pola komunikasi organisasi sehingga tujuan pemberdayaan perempuan dapa tercapai dengan baik.

1.6. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sistematika penulisan skripsi guna mempermudah dan memperjelas pemahaman, arah, serta tujuan penelitian : BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Latar belakang masalah berisikan latar permasalahan yang menjadi acuan untuk penelitian. Rumusan masalah berisi rumusan permasalahan yang ingin diteliti. Tujuan dan manfaat penelitian berisi untuk apa dan apa manfaat dari penelitian ini dilakukan dan sistematika penulisan berisikan hal-hal yang akan disajikan beserta penjelasannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang konsep dan teori yang menjadi kerangka berpikir dan menjadi acuan dari penelitian ini yang mencakup definisi pembelajaran dan tanggap bencana tsunami.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisi tentang penjelasan metode yang akan digunakan, lokasi, subjek dan objek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan jadwal penelitian.

(11)

Berisikan hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana data-data yang sudah terkumpul, direduksi dan dianalisis, selanjutnya dilaporkan dengan cara deskriptif kualitatif.

BAB V PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

dah ditangkap, langsung dikuliti dan digotong dengan usungan. Mereka merasa senang setiap kali mendapatkan hasil buruan. Tidak terasa para pemburu itu sudah sampai di tengah

besar dari pada investasi dalam bentuk financial assets selain saham. Pemegang saham memiliki beberapa keuntungan dengan memiliki atau. membeli saham,

HMI yang dibuat dengan Vijeo Citect SCADA dapat menggambarkan proses yang terjadi pada sistem konveyor PLC Mitsubishi FX2N-32MR, terbukti dengan melalui HMI dapat

[r]

Bermain sambil Mengenal Lambang Bilangan Apakah kamu sudah punya teman baru.. Berapa banyak

Pada pertanaman pulai darat yang berumur 2 tahun dijumpai paling banyak jenis gulma (37 jenis). Sedangkan pada pertanaman pulai darat yang berumur 1 tahun hanya ditemukan 24

Presentasi yang dilaksanakan oleh siswa kelas eksperimen lebih baik daripada presentasi yang dilakukan oleh siswa kelas kontrol, hal ini dapat dikarenakan pada

Kecepatan pada kapal tidak terlepas dari desain propeller yang baik agar mendapatkan gaya dorong (Thrust) optimal yang dihasilkan oleh gerak propeller.Tujuan dari penelitian