• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasifikasi Dan Morfologi Ulat Kubis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Klasifikasi Dan Morfologi Ulat Kubis"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Klasifikasi Dan Morfologi Ulat Kubis

Klasifikasi Ulat Kubis

Klasifikasi ulat kubis (Plutella xylostella L.) menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai

berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Lepidoptera

Famili : Plutellidae

Genus : Plutella

Spesies : Plutella xylostella L.

Morfologi Ulat Kubis (Plutella xylostella L)

Telur

Telur Plutella xylostella L. berukuran sangat kecil dan berbentuk agak bulat telur. Telur di

letakkan di bawah daun secara tunggal. Serangga Plutella xylostella L. mampu memproduksi

telur berkisar antara 180-320. Telur diletakkan secara terpisah pada permukaan daun yang

lebih rendah. Stadium telur antara 3-6 hari.

Larva

Larva Plutella xylostella L di lapangan perkembangannya mencapai 4 instar. Larva instar

pertama adalah larva baru keluar dari telur dan langsung menggerek dan masuk ke dalam

daging daun. Instar berikutnya baru keluar dari daun dan terus berkembang sampai instar

ke-4. Waktu yang dibutuhkan untuk perkembangan larva dari instar 1-4 selama 3-7; 2-7; 2-6; dan

2-10 hari. Larva memiliki perkembangan maksimum dengam ukuran mencapai 10-20 mm.

Ukuran larva jika sudah mencapai perkembangan penuh berkisar 0’33 inci.

Bentuk tubuh larva melebar dibagian tengah dan meruncing ke arah anterior dan posterior

dengan dua proleg sampai segmen terakhir membentuk huruf V. Siklus hidup larva

(2)

Pupa

Prepupa berlangsung selama 24 jam, kemudian berkembang menjadi stadium pupa. Ukuran

panjang pupa bervariasi mulai dari 4,5-7,0 mm dan umur pupa mencapai 5-15 hari.

Serangga

Serangga ulat kubis atau dengan nama lain ngengat berbentuk ramping, berwarna coklat

sampai kelabu. Ngengat Plutella xylostella L. memiliki keunikan tersendiri yaitu terdapat

corak berlian pada sayap depan dibagian dorsal. Sehingga hama ini dikenal dengan ngengat

punggung berlian. Ngengat Plutella xylostella L memiliki nama lain, yaitu ngengat tritip dan

ngengat kubis. Ngengat menyerap sari bunga dan merupakan penerbang yang lemah.

Klasifikasi Dan Morfologi Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura F)

Ulat grayak (Spodoptera litura F., Lepidoptera, Noctuidae) merupakan salah satu hama daun

yang penting karena hama ini bersifat polifag atau mempunyai kisaran inang yang luas

meliputi kedelai, kacang tanah, kubis, ubi jalar, kentang, dan lain-lain. Hama ini sering

mengakibatkan penurunan produktivitas bahkan kegagalan panen karena menyebabkan daun

menjadi robek, terpotong-potong dan berlubang. Bila tidak segera diatasi maka daun tanaman

di areal pertanian akan habis (Samsudin, 2008).

Kalsifikasi Ulat Grayak

Klasifikasi Ulat Grayak

Kingdom

Animalia

(3)

Famili

Noctuidae

Genus

Spodoptera

Spesies

Spodoptera litura F.

Morfologi Ulat Grayak

Ulat grayak (S. litura) yang masih muda berwarna kehijauan, sedangkan ulat instar akhirnya

berwarna kecoklatan atau abu-abu gelap dan berbintik-bintik hitam serta bergaris keputihan.

Stadium telur pada serangga ini adalah selama 3 hari kemudian dilanjutkan dengan larva

instar I yang ditandai dengan tubuh larva yang berwarna kuning dengan terdapat bulu-bulu

halus, kepala berwarna hitam dengan lebar 0,2-0,3 mm, lama instar I adalah 3 hari.

Dilanjutkan dengan larva instar II yang ditandai dengan tubuh berwarna hijau dengan panjang

3,75-10 mm, bulu-bulunya tidak terlihat lagi dan pada ruas abdomen pertama terdapat garis

hitam meningkat pada bagian dorsal terdapat garis putih memanjang dari toraks hingga ujung

abdomen, pada toraks terdapat empat buah titik yang berbaris dua-dua, instar II ini

berlangsung selama 3 hari. Larva instar III memiliki panjang tubuh 8-15 mm dengan lebar

kepala 0,5-0,6 mm. Pada bagian kiri dan kanan abdomen terdapat garis zig-zag berwarna

putih dan bulatan hitam sepanjang tubuh, instar III ini berlangsung selama 4 hari. Mulai instar

IV warna bervariasi yaitu hitam, hijau, keputihan, hijau kekuningan atau hijau keunguan,

panjang tubuh 13-20 mm, instar IV berlangsung selama 4 hari (Utami et al., 2010)

Biologi Ulat Grayak

Telur

Imago betina meletakkan telur pada malam hari, telur berbentuk bulat sampai bulat lonjong

telur diletakkan secara berkelompok di atas permukaan daun tanaman. Dalam satu kelompok

jumlah telur 30-100 butir, telur-telur dapat menetas dalam waktu 2-4 hari. Kelompok telur

ditutupi oleh rambut-rambut halus yang berwarna putih, kemudian telur berubah menjadi

kehitam-hitaman pada saat akan menetas. Telur umumnya menetas pada pagi hari.

Larva

Larva S. litura mempunyai warna yang bervariasi, mempunyai kalung atau bulan sabit

berwarna hitam pada segmen abdomen yang keempat dan kesepuluh. Pada sisi lateral dan

dorsal terdapat garis kuning. Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat

tua atau hitam kecoklat-coklatan dan hidup berkelompok. Beberapa hari kemudian, larva

menyebar dengan menggunakan benang sutera dari mulutnya. Biasanya ulat berpindah ke

tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar. Warna dan perilaku ulat instar terakhir

mirip ulat tanah, perbedaan hanya pada tanda bulan sabit, berwarna hijau gelap dengan garis

punggung

warna

gelap

memanjang.

Perkembangan larva instar awal terutama menyebar ke bagian pucuk-pucuk tanaman dan

membuat lubang gerekan pada daun kemudian masuk ke dalam kapiler daun. Stadium larva

berkisar 9-14 hari. Larva instar akhir bergerak dan menjatuhkan diri ke tanah dan setelah

berada di dalam tanah larva tersebut memasuki pra pupa dan kemudian berubah menjadi

pupa.

(4)

Pupa S. litura berwarna cokelat muda dan pada saat akan menjadi imago berubah menjadi

cokelat kehitam-hitaman. Pupa memiliki panjang 9-12 mm, dna bertipe obtek, pupa berada di

dalam tanah dengan kedalaman ± 1 cm, dan sering dijumpai pada pangkal batang, terlindung

di bawah daun kering atau di bawah partikel tanah. Pupa berkisar 5-8 hari bergantung pada

ketinggian

tempat

di

atas

permukaan

laut.

Imago

Imago memliki panjang berkisar 10-14 mm dengan jarak rentangan sayap 24-30 mm. Sayap

depan berwarna putih keabu-abuan, pada bagian tengah sayap depan terdapat tiga pasang

bintik-bintik yang berwarna perak. Sayap belakang berwarna putih dan pada bagian tepi

berwarna cokelat gelap (Kalshoven (1981); Samharinto (1990)).

Biologi Hama

Menurut Juma (1997), Ulat Crop diklasifikasikan sebagai berikut :

Kindong : Animalia

Phylum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Lepidoptera

Family : Pytalidae

Genus : Crocidolomia

Spesies : Crocidolomia binotalis Zell.

Telur berukuran 5 mm dan biasanya berkumpul berkisar antara 10-300

butir dalam satu daun. Telur berwarna hijau cerah dan muda berkamuflase pada

daun. Telur biasanya diletakkan pada bagian bawah daun(Ahmad, 2007).

Larva instar satu bersifat gregarious, memakan daun pada permukaan

bawah dnegan menyisakan lapisan epidermis atas. Larva menghindari cahaya.

(5)

hijau. Warna larva bervariasi, umumnya berwarna hijau dengan batas garis

dorsal dan lateral berwarna kekuningan. Panjang larva sekitar 18 mm

(Purnamasari, 2006).

Larva berukuran berkisah antara 18-25mm dan memiliki kepala hitam

serta warna hijau pada tubuhnya tergantung corak daun yang mereka

makan.Biasanya ulat berada pada bagian bawah daun karena mereka cenderung

menghindari cahaya. Pada hari keempat dan kelima larva akan memakan daun

dari bagian bawah dan akan menyebabkan kerusakan yang parah pada daun

sebelum ulat bergerak pada pusat tanaman (Ahmad, 2007).

Panjang berkisar antara 8.5 sampai 10.5mm dan berbentuk bulat

dengan berwarna hijau cerah dan coklat gelap, pupa biasanya diselubungi oleh

tanah (Ahmad, 2007). Pupa terdapat pada kokon yang terbuat dari butiran tanah

dan membentuk lonjong dengan stadium 9 hari (Wahyuni, 2006).

Ngegat jantan umumnya berukuran lebih besar daripada betinanya. Jantan

berukuran 20-25mm dan betina 8-11mm. Pada betina dan jantan mempunyai

warna coklat pada bagian sayap. Jantan pada umumnya mempunyai warna yang

lebih cerah. Pada siang hari ngengat akan besembunyi pada bagian tubuh pohon

dan aktif pada malam hari (Ahmad, 2007). Imago memiliki sayap dengan bintik

putih dan sekumpulan sisik berwarna kecoklatan. Imago betina dapat hidup

selama 16-24 hari. Pengendalian yang dapat dilakukan secara mekanis dengan

mengumpulkan larva dengan tangan (Wahyuni, 2006).

(6)

Ulat Crop kubis (Crocidolomia binotalis Zell.) sering menyerang titik

tumbuh sehingga sering disebut ulat jantung kubis. Ulatnya kecil berwarna hijau

lebih besar dari ulat tritip,jika sudah besar garis-garis coklat,jika diganggu agak

malas untuk bergerak. Larva muda bergerombol di permukaan bawah daun kubis

dan meninggalkan bercak putih pada daun yang dimakan.Larva instar ketiga

sampai kelima memencar dan menyerang pucuk tanaman kubis sehingga

menghancurkan titik tumbuh. Akibatnya tanaman mati atau batang kubis

membentuk cabang dan beberapa crop yang kecil-kecil. Ulat krop dikenal

sebagai hama yang sangat rakus secara berkelompok dapat menghabiskan

seluruh daun dan hanya meninggalkan tulang daun saja. Pada populasi tinggi

terdapat kotoran berwarna hijau bercampur dengan benang-benang sutera. Ulat

krop juga masuk dan memakan krop sehingga tidak dapat dipanen sama sekali.

(Ahmad, 2007).

Larva muda memakan daun dan meninggalkan lapisan epidermis yang

kemudian berlubang setelah lapisan epidermis kering. Setelah mencapai instar

ketiga larva memencar dan menyerang daun bagian lebih dalam menggerek ke

dalam krop dan menghancurkan titik tumbuh sehingga tanaman akan segera

mati (http://web.entomology.cornell.edu/).

Ulat ini biasanya ditandai dengan adanya kumpulan kotoran pada daun

kubis dan krop menjadi berlubang-lubang yang menyebabkan kualitas hasil

panennya menurun. Serangan utama C. binotalis yaitu pada bagian dalam yang

terlindungi daun hingga mencapai titik tumbuh. Kalau serangan ini ditambah lagi

dengan serangan penyebab penyakit, tanaman bisa mati karena bagian

dalamnya menjadi busuk meskipun dari luar kelihatannya masih baik (Santosa

(7)

Pada waktu siang hari bila ada gangguan imago akan terbang untuk

mencari perlindungan. Kupu-kupu bertelur dalam satu kelompok dengan ukuran

2,5 x 3 – 4 x 5 mm. Kupu-kupu betina umurnya dapat mencapai 16 – 24 hari dan

menghasilkan 11 – 18 butir telur. Setiap kelompoknya terdiri dari 30 – 80 butir

telur (Pracaya, 2001).

Pengendalian Hama Ulat Crop

Menurut Ahmad (2007) Pengendalian yang dapat dilakukan adalah (1)

Melakukan sanitasi Kebersihan kebun, yaitu dengan membersihkan kebun dari

bahan-bahan organic yang bisa membusuk yang dapat menjadi sarang tempat

hama ini bertelur. (2) Melakukan pola tanam dan pengaturan jarak tanam, jangan

menanam dua jenis tanaman yang disukai ulat crop berdekatan. (3) Secara

biologis, yaitu dengan menggunakan musuh alami dari hama ini, (4) Secara

mekanis dengan menangkapi langsung hama ini dan di musnahkan. (5)

Melakukan pemangkasan agar lingkungan tajuk tidak terlalu rimbun. (6)

Melakukan pemangkasan terhadap tanaman yang terserang berat. (7) Dengan

menggunakan perangkap yaitu berupa perangkap cahaya. (8) Membuat

persemaian di tempat yang tidak terlindung atau mengurangi naungan. (9)

Secara kimia, yaitu dengan penggunaan Insektisida alami seperti akar tuba,

daun pucung tembakau dan lengkuas dan disemprotkan pada pada daun, batang

dan bagian lainnya yang belum terserang.

(8)

Ulat jantung (Crocidolomia binnotalis) merupakan hama yang

penting pada tanaman kubis. Munculnya hama ini pada pertanaman kubis

merupakan ancaman yang serius bagi petani. Pada tahun 1998 Balai Proteksi

Tanaman Pangan & Hortikultura V melaporkan ulat jantung kubis merupakan

hama yang menempati urutan pertama penyebab kerusakan tanaman kubis.

Selanjutnya disampaikan bahwa pada tanaman kubis sampai sekarang

belum dapat diatasi secara memuaskan, meskipun pengendalian kimia telah

dilakukan secara intensif. Tanaman kubis (Brassica oleraceae var. capitata L.)

merupakan tanaman sayuran yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, baik

itu kalangan konsumen maupun para petani. Kubis merupakan tanaman sayuran

yang sekarang telah banyak diusahakan para petani di pedesaan Indonesia dan

telah dijadikan salah satu andalan sumber nafkah para petani untuk

meningkatkan taraf hidup.

Hasil rata-rata produksi kubis di Indonesia tergolong masih rendah, yaitu

berkisar 10 -15 ton per ha. Dibandingkan dengan negara-negara penghasil kubis

lainnya seperti Nederland, ± 36 ton per ha dan Amerika Serikat ± 25 ton per ha.

Di Provinsi Sulawesi Utara sendiri yang merupakan daerah pertanaman sayuran

yang cukup besar di kawasan Indonesia Timur memiliki rata-rata produksi hanya

12 ton per ha. Rendahnya produksi tanaman kubis di Sulawesi Utara selain

disebabkan oleh sistem bercocok tanam yang masih bersifat konvensional juga

oleh adanya serangan hama terutama hama ulat crop ini karena bersifat

merusak.

Ulat ini biasanya ditandai dengan adanya kumpulan kotoran pada daun

kubis dan krop menjadi berlubang-lubang yang menyebabkan kualitas hasil

panennya menurun. Serangan utama C. binotalis yaitu pada bagian dalam yang

(9)

dengan serangan penyebab penyakit, tanaman bisa mati karena bagian

dalamnya menjadi busuk meskipun dari luar kelihatannya masih baik.

Serangan hama dan penyakit merupakan faktor pembatas produksi yang

masih berpengaruh besar dalam budidaya kubis. Selain menyerang tanaman

serangga juga dapat berperan sebagai vector penyakit yang berbahaya.

PEMBAHASAN

Dari hasil pengamatan didapati bahwa Pada tanaman kubis yang pada

serangan berat ulat crop akan dapat merusakkan hampir keseluruhan dari

bagian tanaman kubis karena ulat ini langsung menyerang ke titik tumbuh

tanaman. Hal ini sesuai dengan literature yang dikemukakan oleh Ahmad (2007)

yang menyatakan bahwa pada tanaman kubis yang diserang hebat akan menjadi

rusak. Cara makan larva yang rakus dan mampu menghabiskan seluruh daun

kubis merupakan alas an yang menyebabkan ulat ini menjadi hama utama pada

kubis.

Dari hasil pengamatan didapati bahwa untuk mengendalikan hama ini

diperlukan tehnik tehnik tertentu misalnya secara mekanis, biologis dan kimiawi.

Hal ini sesuai dengan literature yang dikemukakan oleh Santosa dan Sartono

(2007) yang menyatakan bahwa Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain

Secara biologis, yaitu dengan menggunakan musuh alami dari hama ini,

sepertiTabuhan Trichograma sp. Lalat sturmiopsis inferens Townsend, Secara

kimia, yaitu dengan penggunaan Insektisida alami, Secara mekanis dengan

(10)

Dari hasil pengamatan didapati bahwa gejala serangan pada hama ini

terlihat Mula mula Larva muda bergerombol di permukaan bawah daun kubis dan

meninggalkan bercak putih pada daun yang dimakan. Larva instar ketiga sampai

kelima memencar dan menyerang pucuk tanaman kubis sehingga

menghancurkan titik tumbuh. Akibatnya tanaman mati atau batang kubis

membentuk cabang dan beberapa crop yang kecil.

Kubis bunga biasa tumbuh pada daerah yang bersuhu antara 20-25ºC.

Hal ini Sesuai dengan Ahmad (2007) yang menyatakan bahwa Kubis bunga

biasa tumbuh pada daerah yang bersuhu antara 20-25ºC. Suhu yang terlalu

rendah atau terlalu tinggi akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan

bunganya terganggu.

KESIMPULAN

1. Kubis (Brassica oleracea. ) merupakan tanaman hortikultura

2. Hama ulat krop (crocidolomia binotalis.) merupakan hama utama bagi tanaman

kubis

3. Biologi hama crocidolomia binotalis.adalah, telur, ulat, dan imago

4. Gejala serangan yang ditimbulkan crocidolomia binotalis. terlihat pada Larva

muda bergerombol di permukaan bawah daun kubis dan meninggalkan bercak

putih pada daun yang dimakan.

5. Pada serangan yang berat menyabebkan tanaman kubis menjadi rusak

diseluruh bagian dan dapat menurunkan produksi tanaman dalam jumlah yang

(11)

6. Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain: kebersihan kebun, mengatur

pola tanam, pennggunaan pestisida alami, dengan musuh alami, dan dengan

menangkap langsung hama ini dll.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, H. 2007. Laporan Hama Ulat Crop (Crocidolomia binotalis Zell.) (Lepidoptere :

Pyralidae) pada Kubis (Brassica oleracea L.). Dizited by IPB e-repository copy

right. Diakses dari http://repository.ipb.ac.id/ pada tanggal 22 Mei 2012

Hadiwigeno, R. W. 2007. Pengenalan Hama dan Penyakit Tanaman Hortikultura. ITSN

e-repository. Diakses dari http://repository.its.ac.id/ pada tanggal 22 Mei 2012

http://web.entomology.cornell.edu/ diakses pada tanggal 22 Mei 2012

http://www.deptan.go.id/keefektifantanah/ diakses pada tanggal 22 Mei 2012

http://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/ diakses pada tanggal 22 Mei 2012

Jumar, 1997. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta.

Mulyono, A. G. S. 2012. Pengaruh Pemberian Perlakuan Berbeda terhadapat Tanaman

Kubis dalam lahan Rumah Kaca dengan teknik Invitro. Program Studi Agronomi

dan Hortikultura, IPB. Bogor.

Novary, T. S. 1997. Bertanam Kubis. Penebar Swadaya. Jakarta

Pracaya, 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Purnamasari, RD.A.W. 2006. Keefektifan CRY1B dan CRY1C Bacillus thuringiensis B.

(12)

pavonana L. (Lepidoptera:Pyralidae). Program Studi Hama dan Penyakit

Tumbuhan, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.

Rukmana, H. 2010. Analisis Perkembangan Tanaman Hortikultura Kubis di Kebun Percobaan

Institut Pertanian Bogor. Diakses dari http://repository.ipb.ac.id/ pada tanggal 22

Mei 2012

Rukmana, H. 2012. Analisis Perkembangan Tanaman Hortikultura di Indonesia

Bagian Tengah. Program Studi Agronomi dan Hortikultura, IPB. Bogor.

Santosa, J dan Sartono, S. 2007. Laporan Penelitian Kajian Insektisida Hayati terhadap

Daya Bunuh Ulat Ptutella xylostell dan Crocidolomia binotalis pada Tanaman

Kubis Crop. Balai Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pertanian RI.

Jakarta. Diakses dari http://www.deptan.go.id/ pada tanggal 22 Mei 2012.

Spittstoesser, G.D. 1984. The Analitycal of Pest Control. University of California. San

Fransisco.

Sutarya, A.J., Sartika, F.S., dan Junaidi, A.S. 1995. Perkembangan Pertumbuhan Tanaman

Hortikultura Kubis di Kebun Percobaan Institut Pertanian Bogor. Diakses dari

http://repository.ipb.ac.id/ pada tanggal 22 Mei 2012

Wahyuni, S. 2006. Perkembangan Hama dan Penyakit Kubis dan Tomat pada Tiga Sistem

Budidaya Pertanian di Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung Kabupaten

Bogor. Program Studi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.

Diposting oleh Jamson Wesley di 10/28/2012 05:44:00 PM

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

3 komentar:

(13)

hormon tumbuhan15 Maret 2016 10.02

Morfologi/Bioekologi

Umumnya ngengat Famili Noctuidae menghindari cahaya matahari dan

bersembunyi pada permukaan bawah daun. Sayap depan berwarna dasar coklat keabu-abuan

dengan bercak-bercak hitam. Pinggiran sayap depan berwarna putih. Warna dasar sayap

belakang putih keemasan dengan pinggiran berenda putih. Panjang sayap depan berkisar 16

-19 mm dan lebar 6-8 mm. Ngengat dapat hidup paling lama 20 hari. Apabila diganggu atau

disentuh, ngengat menjatuhkan diri pura-pura mati. Perkembangan dari telur hingga serangga

dewasa rata-rata berlangsung 51 hari.

Telur diletakkan satu-satu atau dalam kelompok. Bentuk telur seperti kerucut

terpancung dengan garis tengah pada bagian dasarnya 0,5 mm. Seekor betina dapat

meletakkan 1.430 - 2.775 butir telur. Warna telur mula-mula putih lalu berubah menjadi

kuning, kemudian merah disertai titik coklat kehitam-hitaman pada puncaknya. Titik hitam

tersebut adalah kepala larva yang sedang berkembang di dalam telur. Menjelang menetas,

warna telur berubah menjadi gelap agak kebiru-biruan. Stadium telur berlangsung 4

hari. Larva menghindari cahaya matahari dan bersembunyi di permukaan tanah kira-kira

sedalam 5 - 10 cm atau dalam gumpalan tanah. Larva aktif pada malam hari untuk menggigit

pangkal batang. Larva yang baru keluar dari telur berwarna kuning kecoklat-coklatan

dengan ukuran panjang berkisar antara 1 - 2 mm. Sehari kemudian larva mulai makan dengan

menggigit permukaan daun. Larva mengalami 5 kali ganti kulit. Larva instar terakhir

berwarna coklat kehitam-hitaman. Panjang larva instar terakhir berkisar antara 25 - 50 mm.

Bila larva diganggu akan melingkarkan tubuhnya dan tidak bergerak seolah-olah mati.

Stadium larva berlangsung sekitar 36 hari. Pembentukan pupa terjadi di permukaan

tanah. Hama ulat tanah tersebut menyebar di daerah sentra produksi tomat.

Ulat berwarna hitam. Gejala kerusakan yang ditimbulkan ialah terpotongnya

tanaman kubis yang masih kecil. Pengendalian dapat dilakukan dengan membongkar tanah

secara berhati-hati disekitar tanaman yang terpotong. Apabila serangan banyak, dapat

digunakan karbofuran, furadan atau curater.

3.

Gejala serangan

(14)

Pengolahan tanah yang baik untuk membunuh pupa yang ada di dalam tanah.

Sanitasi dengan membersihkan lahan dari gulma yang juga merupakan tempat ngengat A.

ipsilon meletakkan telurnya.

b). Pengendalian fisik / mekanis

Pengendalian secara fisik dengan mengumpulkan larva dan selanjutnya

dimusnahkan. Sebaiknya dilakukan pada senja – malam hari, dan larva biasanya

dijumpai di permukaan tanah sekitar tanaman yang terserang.

c). Pengendalian hayati

Pemanfaatan musuh alami : parasitoid larva A. ipsilon yaitu Goniophana

heterocera, Apanteles (= Cotesia) ruficrus, Cuphocera varia dan Tritaxys braueri.

Predator penting adalah Carabidae. Patogen penyakit yang sering menyerang A. ipsilon

adalah jamur Metharrizium spp. dan Botrytis sp. serta nematoda Steinernema sp.

d). Pengendalian kimiawi

Referensi

Dokumen terkait

Nimfa kutu putih pepaya instar kedua dicirikan oleh warna tubuh nimfa kutu putih jantan yang berwarna merah muda atau nimfa telah berumur sekitar 5 hari setelah telur

[1] Salah satu metode pengklasifikasian yang digunakan adalah algoritma Naïve Bayes untuk mengklasifikasikan bawang dalam kelas bawang merah, kelas bawang putih atau

Bumbu dasar kuning adalah salah satu bumbu dasar masakan Indonesia yang berwarna kuning dengan komposisi dasar bawang merah, bawang putih, kunyit dan garam.. Masakan

Pada percobaan penyilangan dua individu dengan sifat beda lebih dari satu digunakan empat macam manik-manik (empat warna) yaitu merah, putih, hitam dan kuning yang

16,25 Lesi terlihat terlokalisir pada tempat sirih diletakkan dan memiliki satu atau lebih karakteristik seperti, perubahan warna mukosa menjadi kuning/coklat kemerahan, mukosa

Perubahan warna terjadi setelah satu menit dari penambahan sodium sitrat, larutan berubah dari kuning bening menjadi abu-abu, ungu, danberwarna merah pada produk

Salah satu cara untuk menurunkan kadar lemak yaitu dengan memanfaatkan ekstrak bawang putih yang disuntikkan pada kuning telur, karena bawang putih mengandung

Proses pembuahan pada ikan bersifat monospermik, yakni hanya satu spermatozoa yang akan melewati mikropil dan membuahi sel telur pada pembuahan ini terjadi