• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAWATAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH BBLR D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAWATAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH BBLR D"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PERAWATAN

BAYI BERAT

LAHIR RENDAH

(BBLR) DENGAN

METODE

KANGURU

(2)

PANEL AHLI

Prof. dr. Rulina Suradi, SpA (K)

Divisi Perinatologi, IKA, FK UI/ RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta

dr. Rina Rohsiswatmo, Sp.A (K)

Divisi Perinatologi, IKA, FK UI/ RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta

dr. Rosalina Dewi, Sp.A

Divisi Perinatologi, IKA, FK UI/ RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta

dr. Bernie Endyarni, Sp.A

Divisi Perinatologi, IKA, FK UI/ RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta

Ns. Yeni Rustina, S.Kep, MappSc.,PhD RSUPN Cipto Mangunkusumo

Jakarta

UNIT PENGKAJIAN TEKNOLOGI KESEHATAN

Prof.Dr. dr. Eddy Rahardjo, SpAn, KIC Ketua

dr.Santoso Soeroso, SpA (K), MARS Anggota

dr. Mulya A. Hasjmy, Sp. B. M. Kes Anggota

dr. K. Mohammad Akib, Sp.Rad, MARS Anggota

dr.Suginarti, Mkes Anggota

dr.Diar Wahyu Indriarti, MARS Anggota

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap tahun di dunia diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah

(BBLR).1 Kelahiran BBLR sebagian disebabkan oleh lahir sebelum waktunya

(prematur), dan sebagian oleh karena mengalami gangguan pertumbuhan selama

masih dalam kandungan PJT (Pertumbuhan Janin Terhambat). Di negara

berkembang, BBLR banyak dikaitkan dengan tingkat kemiskinan.2,3 BBLR

merupakan penyumbang utama angka kematian pada neonatus. Menurut perkiraan

World Health Organization (WHO), terdapat 5 juta kematian neonatus setiap tahun

dengan angka mortalitas neonatus (kematian dalam 28 hari pertama kehidupan)

adalah 34 per 1000 kelahiran hidup, dan 98% kematian tersebut berasal dari negara

berkembang.4 Secara khusus angka kematian neonatus di Asia Tenggara adalah 39

per 1000 kelahiran hidup.5 Dalam laporan WHO yang dikutip dari State of the world’s mother 2007 (data tahun 2000-2003) dikemukakan bahwa 27% kematian neonatus

disebabkan oleh Bayi Berat Lahir Rendah. Namun demikian, sebenarnya jumlah ini

diperkirakan lebih tinggi karena sebenarnya kematian yang disebabkan oleh sepsis,

asfiksia dan kelainan kongenital sebagian juga adalah BBLR.6 Di Indonesia, menurut

survey ekonomi nasional (SUSENAS) 2005, kematian neonatus yang disebabkan

oleh BBLR saja sebesar 38,85%.7

Perawatan BBLR merupakan hal yang kompleks dan membutuhkan

infrastruktur yang mahal serta staf yang memiliki keahlian tinggi sehingga seringkali

menjadi pengalaman yang sangat mengganggu bagi keluarga.8 Oleh karena itu,

perawatan terhadap bayi tersebut menjadi beban sosial dan kesehatan di negara

manapun.1 Analisis terkini menunjukkan bahwa sekitar 3 juta kematian bayi baru lahir

(BBL) dapat dicegah per tahun menggunakan intervensi yang tidak mahal dan tepat

guna.9 Salah satu intervensi tersebut adalah perawatan metode kanguru (PMK).

Perawatan dengan metode kanguru merupakan cara yang efektif untuk

memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu kehangatan, air susu ibu,

perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang.1 Metode ini

merupakan salah satu teknologi tepat guna yang sederhana, murah dan sangat

dianjurkan untuk perawatan BBLR. Metode kanguru tidak hanya sekedar

menggantikan peran inkubator, namun juga memberikan berbagai keuntungan yang

tidak dapat diberikan inkubator.10 Dibandingkan dengan perawatan konvensional,

PMK terbukti dapat menurunkan kejadian infeksi, penyakit berat, masalah menyusui

(4)

1.2 Permasalahan

Permasalahan yang dihadapi di Indonesia salah satunya adalah masih

tingginya angka kejadian BBLR yang menjadi penyumbang utama angka kematian

pada neonatus. Sebagian besar BBLR terjadi akibat gangguan pada pertumbuhan

intrauterin. Adanya intervensi diharapkan akan dapat menurunkan angka kejadian

BBLR meskipun secara perlahan. Akan tetapi karena faktor penyebabnya sangat

beraneka ragam dan masih banyak yang belum diketahui, intervensi yang efektif

masih sangat terbatas sehingga intervensi pada BBLR menjadi sangat penting.

Di Indonesia, perawatan BBLR masih memprioritaskan pada penggunaan

inkubator tetapi keberadaannya masih sangat terbatas. Hal ini menyebabkan

morbiditas dan mortalitas BBLR menjadi sangat tinggi, bukan hanya akibat kondisi

prematuritasnya, tetapi juga diperberat oleh hipotermia dan infeksi nosokomial. Di

sisi lain, penggunaan inkubator memiliki banyak keterbatasan. Selain jumlahnya

yang terbatas, inkubator membutuhkan biaya perawatan yang tinggi, serta

memerlukan tenaga terampil yang mampu mengoperasikannya. Selain itu, dengan

menggunakan inkubator, bayi dipisahkan dari ibunya, hal ini akan menghalangi

kontak kulit langsung antara ibu dan bayi yang sangat diperlukan bagi tumbuh

kembang bayi.

Oleh karena itu diperlukan suatu metode praktis sebagai alternatif pengganti

inkubator yang secara ekonomis cukup efisien dan efektif. Dengan ditemukannya

metode kanguru telah terjadi revolusi pada perawatan BBLR. Metode ini bermanfaat

bagi BBLR untuk membantu pertumbuhannya dan menjadikan orang tua lebih

percaya diri serta dapat berperan aktif dalam merawat bayinya.12

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Menurunkan angka mortalitas dan morbiditas BBLR.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Terwujudnya kajian ilmiah berdasarkan Kedokteran berbasis-bukti

(Evidence-based medicine) tentang manfaat perawatan metode kanguru pada

perawatan BBLR.

2. Terwujudnya rekomendasi pemerintah dalam menetapkan kebijakan program

yang berkenaan dengan kesehatan bayi khususnya tentang perawatan

(5)

BAB II

METODOLOGI PENILAIAN

2.1. Strategi Penelusuran Kepustakaan

Penelusuran artikel dilakukan secara manual dan melalui kepustakaan

elektronik: WHO, American Academy of Pediatrics, Petunjuk Praktis Perawatan Bayi

Berat Lahir Rendah dengan Metode Kanguru, dan Lancet dalam dua puluh tahun

terakhir (1988-2008). Kata kunci yang digunakan adalah kangaroo mother care,

preterm infants, low birth weight, pschycological impact, dan perawatan metode

kanguru.

2.2. Level of evidence dan Tingkat Rekomendasi

Setiap literatur yang diperoleh dilakukan penilaian kritis (critical appraisal)

berdasarkan kaidah evidence-based medicine, kemudian ditentukan levelnya.

Rekomendasi yang ditetapkan akan ditentukan tingkat rekomendasinya. Level of

evidence dan tingkat rekomendasi diklasifikasikan berdasarkan definisi dari Scottish

Intercollegiate Guidelines Network, sesuai dengan kriteria yang ditetapkan US

Agency for Health Care Policy and Research.

Level of evidence

Ia. Meta-analisis randomized controlled trials

Ib. Minimal satu randomized controlled trials

IIa. Minimal satu non-randomized controlled trials

IIb. Studi kohort dan/atau studi kasus kontrol

IIIa. Studi cross-sectional

IIIb. Seri kasus dan laporan kasus

IV. Konsensus dan pendapat ahli

Tingkat Rekomendasi

A. Evidence yang termasuk dalam level Ia atau Ib

B. Evidence yang termasuk dalam level IIa atau IIb

(6)

BAB III

PERAWATAN METODE KANGURU

3.1 Perawatan Metode Kanguru

Perawatan metode kanguru (PMK) adalah perawatan untuk BBLR dengan

melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu (skin-to-skin contact).

Metode ini sangat tepat dan mudah dilakukan guna mendukung kesehatan dan

keselamatan BBLR. Esensinya adalah:1

 Kontak badan langsung (kulit ke kulit) antara ibu dengan bayinya secara

berkelanjutan, terus-menerus dan dilakukan sejak dini.  Pemberian ASI eksklusif (idealnya).

 Dimulai dilakukan di RS, kemudian dapat dilanjutkan di rumah.  Bayi kecil dapat dipulangkan lebih dini.

 Setelah di rumah ibu perlu dukungan dan tindak lanjut yang memadai.

 Metode ini merupakan metode yang sederhana dan manusiawi, namun efektif

untuk menghindari berbagai stres yang dialami oleh BBLR selama perawatan di

ruang perawatan intensif.

Gambar 1. Perawatan Metode Kanguru1

3.2 Sejarah

Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Rey dan Martinez di Bogota,

sebagai salah satu alternatif bagi perawatan BBLR yang telah melewati masa krisis,

tetapi masih memerlukan perawatan khusus untuk pemberian makanan untuk

pertumbuhannya.13 Dari penemuan tersebut akhirnya diketahui bahwa cara “skin to

skin contact” (kontak kulit bayi langsung kepada ibu/pengganti ibu) dapat

meningkatkan kelangsungan hidup BBLR. Cara ini sebenarnya meniru binatang

berkantung kanguru yang lahirnya memang sangat imatur karena tidak memiliki

(7)

mencegah kedinginan. Dengan demikian, terjadi aliran panas dari tubuh induk

kepada bayi kanguru sehingga bayi kanguru dapat tetap hidup terhindar dari bahaya

hipotermi. Karena salah satu penyebab kematian BBLR adalah masalah pengaturan

suhu, maka prinsip tersebut digunakan dalam masalah ini.14

3.3 Hasil Penelitian

Selama hampir dua dekade dilakukan penerapan dan penelitian yang

berkaitan dengan metode ini untuk membuktikan bahwa PMK lebih dari hanya

sekedar alternatif untuk perawatan dengan inkubator. Hasil penelitian dan penerapan

tersebut menunjukkan bahwa metode ini sangat efektif untuk mengontrol suhu tubuh,

pemberian ASI dan terjalinnya hubungan batin yang kuat antara ibu dan bayi

(bonding), tanpa memperhatikan tempat, berat badan, usia kehamilan, dan kondisi

klinisnya.15,16

Kebanyakan laporan penelitian maupun pengalaman mengenai PMK berasal

dari fasilitas-fasilitas kesehatan yang ditangani oleh tenaga kesehatan yang terampil.

Diharapkan setelah ibu merasa yakin dengan perawatan yang ia lakukan saat masih

berada di Rumah Sakit, akan dilanjutkan setelah pulang ke rumah. Untuk itu perlu

bimbingan serta pengawasan oleh petugas melalui kunjungan rumah, disamping

tentunya melakukan tindak lanjut khusus.1

Terdapat tiga penelitian yang berdasarkan pada metodologi Pengujian

Terkontrol secara Random (PTR)/Random Clinical Trial (RCT) yang membandingkan

PMK dengan perawatan konvensional (inkubator) dilakukan di negara

berpenghasilan rendah.17,18,19 Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa tidak

terdapat perbedaan yang bermakna pada kelangsungan hidup diantara kedua

kelompok tersebut. Hampir semua kematian pada ketiga studi tersebut terjadi

sebelum bayi dimasukkan ke dalam kriteria sampel (eligibility) yaitu sebelum bayi

stabil.

Penelitian yang dilakukan di Ekuador oleh Sloan dkk, menunjukkan derajat

kesakitan yang rendah pada bayi yang dilakukan PMK (5%) bila dibandingkan

kelompok kontrol (18%).17 Sebuah penelitian observasional menunjukkan bahwa

PMK dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas BBLR.13 Penelitian kasus kontrol

yang dilakukan Charpak dkk (1994) yang dilakukan di Bogota, Kolombia,

menunjukkan bahwa angka kematian kasar pada kelompok PMK lebih tinggi

daripada kelompok kontrol (RR= 1,9; 95%CI: 0,6-5,8). Namun, hasilnya berbalik

mendukung PMK setelah dilakukan penyesuaian terhadap berat badan lahir dan usia

kehamilan (RR = 0,5; 95%CI: 0,2-1,2). Walapun, secara statistik perbedaan tersebut

(8)

Pada penelitian lain (Conde-Agudelo, Diaz-Rosello & Belizan, 2003)

menyatakan bahwa dengan melakukan PMK akan meningkatkan angka

kelangsungan hidup pada BBLR dan bayi prematur serta menurunkan risiko infeksi

nosokomial, penyakit berat dan penyakit saluran pernapasan bawah.21 PMK juga

meningkatkan aktivitas menyusui dan meningkatkan kepercayaan serta kepuasan

ibu (Charpak dkk, 2005).22

3.4 Manfaat PMK

Untuk mempelajari manfaat dan penerapan PMK sebaiknya diketahui tentang

proses kehilangan panas pada bayi baru lahir. Pada intinya ada 4 cara kehilangan

panas pada bayi baru lahir yaitu: 1) Evaporasi merupakan proses kehilangan panas

melalui proses penguapan dari kulit yang basah. 2) Radiasi meliputi kehilangan

panas melalui pemancaran panas dari tubuh bayi ke lingkungan sekitar yang lebih

dingin. Hal ini terjadi misalnya bayi yang baru lahir segera diletakkan di ruang ber AC

yang dingin maka suhu tubuh bayi akan berkurang karena panasnya terpancar ke

sekitarnya yang bersuhu lebih rendah. 3) Konduksi yaitu cara kehilangan panas

melalui persinggungan dengan benda yang lebih dingin misalnya ditimbang pada alat

timbangan logam tanpa alas. 4) Konveksi yaitu kehilangan panas melalui aliran

udara. Hal ini misalnya terjadi pada bayi baru lahir diletakkan di dekat jendela atau

pintu yang terbuka maka akan ada aliran udara luar (yang mungkin lebih dingin)

yang akan berpengaruh pada suhu bayi.14 Atau bisa juga kehilangan panas secara

konveksi apabila bayi dibiarkan telanjang. Udara sekitar bayi lebih panas dari udara

jauh dari bayi. Udara panas lebih ringan dan naik ke atas digantikan oleh udara

dingin sehimgga terjadi juga aliran udara yang mengambil suhu bayi. (hukum Boyle)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Usman dkk (1996) menyatakan bahwa

kemampuan mempertahankan suhu serta kenaikan berat badan pada BBLR yang

dilakukan PMK menunjukkan hasil yang lebih baik. Oleh karena itu, PMK sangat

berguna dalam pencegahan hipotermia pada perawatan BBLR di rumah.23

Secara garis besar, manfaat PMK adalah sebagai berikut :  Manfaat PMK bagi bayi

Dari berbagai penelitian menyebutkan bahwa manfaat PMK pada bayi adalah

sebagai berikut : 24

1. Suhu tubuh bayi, denyut jantung dan frekuensi pernapasan relatif terdapat

dalam batas normal.25

2. BBLR lebih cepat mencapai suhu yang 36,5° C terutama dalam waktu 1 jam

(9)

3. ASI selalu tersedia dan mudah didapatkan sehingga memperkuat sistem

imun bayi karena meningkatnya produksi ASI.

4. Kontak dengan ibu menyebabkan efek yang menenangkan sehingga

menurunkan stres ditandai dengan kadar kortisol yang rendah.22

5. Menurunkan respon nyeri fisiologis dan perilaku yang ditandai dengan waktu

pemulihan yang lebih singkat pada uji tusuk tumit.26

6. Meningkatkan berat badan dengan lebih cepat.22

7. Meningkatkan ikatan bayi-ibu.

8. Memiliki pengaruh positif dalam meningkatkan perkembangan kognitif yang

dilihat dari lebih tingginya skor Indeks Perkembangan Mental Bayley.

9. Waktu tidur menjadi lebih lama yang antara lain ditandai dengan jumlah

waktu terbangun yang lebih rendah.27

10. Menurunkan infeksi nosokomial, penyakit berat, atau infeksi saluran

pernapasan bawah.11

11. Memperpendek masa rawat.28

12. Menurunkan risiko kematian dini pada bayi.

13. Memperbaiki pertumbuhan pada bayi prematur.22

14. Dapat menjadi intervensi yang baik dalam mengangani kolik.

15. Mungkin memiliki pengaruh positif dalam perkembangan motorik bayi.

16. Kelangsungan hidup pada bayi BBLR lebih cepat membaik pada kelompok

PMK daripada bayi dengan metode konvensional pada 12 jam pertama dan

seterusnya.29

17. Bayi yang sangat prematur tampaknya memiliki mekanisme endogen yang

diakibatkan oleh kontak antara kulit ibu dan bayi dalam menurunkan respon

nyeri.26

18. Waktu pemulihan yang lebih singkat pada PMK secara klinis penting dalam

mempertahankan homeostasis.22  Manfaat PMK bagi Ibu

Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa PMK mempermudah pemberian ASI, ibu

lebih percaya diri dalam merawat bayi, hubungan lekat bayi-ibu lebih baik, ibu

sayang kepada bayinya, pengaruh psikologis ketenangan bagi ibu dan keluarga (ibu

lebih puas, kurang merasa stres) (Anderson 1991, Tessier dkk 1998,

Conde-Agudelo, Diaz-Rosello & Belizan 2003, Kirsten, Bergman & Hann 2001). Pada

penelitian lain juga melaporkan adanya peningkatan produksi ASI, peningkatan lama

menyusui dan kesuksesan dalam menyusui (Suradi dan Yanuarso 2000, Mohrbacher

(10)

antar rumah sakit tidak memerlukan alat khusus karena dapat menggunakan cara

PMK (Cattaneo, Davanco, Bergman dkk, 1998).14,24

 Manfaat PMK bagi Ayah30

1. Ayah memainkan peranan yang lebih besar dalam perawatan bayinya.

2. Meningkatkan hubungan antara ayah-bayinya, terutama berperan penting di

negara dengan tingkat kekerasan pada anak yang tinggi.  Manfaat PMK bagi petugas kesehatan

Bagi petugas kesehatan paling sedikit akan bermanfaat dari segi efisiensi tenaga

karena ibu lebih banyak merawat bayinya sendiri. Dengan demikian beban kerja

petugas akan berkurang. Bahkan petugas justru dapat melakukan tugas lain yang

memerlukan perhatian petugas misalnya pemeriksaan lain atau kegawatan pada

bayi maupun memberikan dukungan kepada ibu dalam menerapkan PMK (Cattaneo,

Davanco, Bergman dkk, 1998).

 Manfaat PMK bagi institusi kesehatan, klinik, RS

Sedikitnya ada 3 manfaat bagi fasilitas pelayanan dengan penerapan PMK yaitu

lama perawatan lebih pendek sehingga cepat pulang dari fasilitas kesehatan.

Dengan demikian, tempat tersebut dapat digunakan bagi klien lain yang memerlukan

(turn over meningkat). Manfaat lain yang dikemukakan adalah pengurangan

penggunaan fasilitas (listrik, inkubator, alat canggih lain) sehingga dapat membantu

efisiensi anggaran (Cattaneo, Davanco, Bergman dkk, 1998). Dengan naiknya turn

over serta efisiensi anggaran diharapkan adanya kemungkinan kenaikan

penghasilan (revenue).

 Manfaat PMK bagi Negara

Karena penggunaan ASI meningkat, dan bila hal ini dapat dilakukan dalam skala

makro maka dapat menghemat devisa (import susu formula). Demikian pula dengan

peningkatan pemanfaatan ASI kemungkinan bayi sakit lebih kecil dan ini tentunya

menghemat biaya perawatan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan

pemerintah maupun swasta.14

3.5 Kriteria Pelaksanaan PMK

Pada umumnya bayi yang memenuhi kriteria untuk dilakukan PMK adalah

bayi BBLR , berat lahir ≤1800 gram, tidak ada kegawatan pernapasan dan sirkulasi,

tidak ada kelainan kongenital yang berat, dan mampu bernapas sendiri. Apabila

BBLR tersebut masih memerlukan pemantauan kardiopulmonal, oksimetri,

pemberian oksigen tambahan atau pemberian ventilasi dengan tekanan positif

(11)

pelaksanaan PMK. Bahkan pada kenyataannya, bayi dengan PMK cenderung jarang

mengalami apnea dan bradikardia serta kebutuhan terhadap oksigen relatif stabil.28,31

Pada saat bayi BBLR lahir berbagai komplikasi dapat terjadi. Semakin muda

usia kehamilannya dan semakin kecil bayi, akan semakin banyak masalah yang

akan timbul. Perawatan dini bagi bayi yang memiliki komplikasi harus disesuaikan

dengan pedoman nasional. PMK dapat ditunda hingga kondisi kesehatan bayi stabil.

Kapan tepatnya PMK dimulai, sangat bergantung pada penampilan individual,

dengan sepenuhnya memperhitungkan kondisi ibu dan bayi. Namun, ibu yang

memiliki bayi yang kecil hendaknya didorong untuk segera melakukan PMK.1

Sebagai arahan dapat dipergunakan petunjuk dibawah ini yang melakukan

penggolongan bayi berdasarkan berat lahir. Bayi dengan berat lahir ≥ 1.800 gram

(usia kehamilan ≥34 minggu atau lebih) umumnya lebih stabil dan sedikit mengalami

masalah pemantauan misalnya henti napas. Permasalahan tersebut dapat

meningkat hingga menjadi permasalahan serius pada sekelompok kecil bayi

sehingga memerlukan perawatan di unit khusus. Meskipun demikian, pada sebagian

besar kasus PMK dapat segera dilakukan setelah bayi lahir.1

Bayi dengan berat lahir antara 1.200-1.799 gram (usia kehamilan 28-32

minggu), berbagai permasalahan prematuritas sering terjadi, misalnya sindrom

gangguan pernapasan atau permasalahan lain. Oleh karena itu, pada kasus ini

diperlukan perawatan khusus sedini mungkin. Persalinan sebaiknya dilakukan di

fasilitas dengan penataan yang baik yang dapat menyediakan perawatan yang

dibutuhkan. Bila persalinan terjadi pada tempat selain diatas, bayi harus dirujuk

segera setelah bayi lahir, dan sebaiknya tetap bersama ibunya. Salah satu cara

terbaik merujuk bayi kecil adalah dengan menjaga mereka (ibu dan bayi) agar selalu

dalam keadaan kontak kulit langsung. Sebelum dilakukan PMK, pernapasan dan

sirkulasi bayi distabilkan terlebih dahulu. Diperlukan kira-kira seminggu sebelum

PMK dapat dilakukan. Meskipun mortalitas pada saar kelahiran di kelompok ini

sangat tinggi, kebanyakan karena komplikasi, banyak pula bayi yang bertahan dan

ibu dapat diberikan motivasi untuk memberikan ASI.1

Bayi dengan berat lahir <1.200 gram (usia kehamilan <30 minggu) seringkali

mengalami permasalahan serius akibat prematur, dimana tingkat kematian sangat

tinggi dan hanya sebagian kecil yang mampu bertahan terhadap berbagai

permasalahan akibat prematuritas. Bayi tersebut sangat beruntung bila dirujuk

sebelum kelahiran ke institusi dengan fasilitas perawatan intensif untuk neonatus.

Mungkin akan diperlukan waktu sekitar dua minggu sebelum kondisi bayi tersebut

(12)

PMK dapat diimplementasikan di berbagai berbagai tingkatan fasilitas

kesehatan.32 PMK merupakan pilihan terbaik jika NICU tidak tersedia.33 Jika NICU

tersedia namun tidak sesuai dengan kebutuhan, PMK memberikan rasionalisasi

sumber daya dengan memberikan inkubator bagi bayi yang lebih sakit.34

3.6 Persyaratan PMK

Sumber daya yang paling penting dipersiapkan untuk penerapan PMK adalah

para ibu, petugas yang mempunyai keahlian khusus di bidang ini, dan lingkungan

yang mendukung. Beberapa persyaratan yang tercantum dalam pembahasan ini

meliputi:1

 Formulasi dari kebijakan

Penerapan PMK dan berbagai petunjuk pelaksanaannya harus difasilitasi oleh

pembuat kebijakan kesehatan yang mendukung di semua tingkat pelayanan.

Adapun kebijakan nasional diperlukan untuk menjamin integrasi yang efektif dari

sistem kesehatan, pendidikan serta pelatihan yang ada.  Organisasi pelayanan dan tindak lanjut

Setiap fasilitas kesehatan yang menerapkan PMK harus memiliki kebijakan dan

petunjuk tertulis yang disesuaikan dengan kondisi dan budaya lokal. Kebijakan

semacam ini akan lebih efektif kalau dibuat suatu juklak lokal dengan tetap

mengacu pada petunjuk nasional maupun internasional. Juklak ini melibatkan

seluruh staf dan kemudian dapat disetujui secara konsensus. Juklak ini harus

mencakup PMK serta tindak lanjut. Tindak lanjut dilakukan oleh petugas

kesehatan terlatih yang tinggal berdekatan dengan tempat tinggal ibu. Frekuensi

kunjungan dapat bervariasi. Semakin baik tindak lanjutnya, semakin cepat ibu

dan bayi dapat dipulangkan dari suatu fasilitas kesehatan.  Peralatan dan perlengkapan untuk ibu dan bayi

PMK tidak memerlukan fasilitas khusus. Pengaturan yang sederhana dapat

membuat ibu lebih nyaman tinggal di RS.  Petugas kesehatan yang terlatih

PMK tidak memerlukan tambahan tenaga yang melebihi dari perawatan dengan

menggunakan metode konvensional. Petugas kesehatan yang ada seperti dokter

dan perawat harus memiliki pelatihan dasar tentang pemberian ASI dan juga

pelatihan yang memadai di semua aspek PMK, antara lain:

1. Kapan dan bagaimana memulai penerapan PMK

2. Bagaimana mengatur posisi bayi selama dan diantara pemberian minum

3. Pemberian minum untuk BBLR

(13)

5. Metode pemberian minum alternatif sampai memungkinkan untuk dilakukan

pemberian ASI.

6. Melibatkan ibu di segala aspek perawatan bayinya, termasuk mengawasi

tanda vital dan mengenali tanda bahaya.

7. Melakukan tindakan yang tepat dan efektif bila mendeteksi adanya masalah

yang berkaitan dengan si ibu.

8. Menentukan waktu pemulangan.

9. Berkemampuan untuk mendorong dan mendukung ibu dan keluarganya.

3.7 Komponen PMK

Terdapat empat komponen PMK yaitu :

1. Kangaroo position (posisi)

2. Kangaroo nutrition (nutrisi)

3. Kangaroo support (dukungan)

4. Kangaroo discharge (pemulangan)

3.7.1 Kangaroo position (posisi)

Letakkan bayi diantara payudara dengan posisi tegak, dada bayi menempel

ke dada ibu. Posisi kanguru ini disebut juga dengan kontak kulit-ke-kulit, karena kulit

bayi mengalami kontak langsung dengan kulit ibu.1,23

Gambar 2. Memposisikan bayi untuk PMK1

Posisi bayi diamankan dengan kain panjang atau pengikat lainnya. Kepala

bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri, dengan posisi sedikit tengadah (ekstensi).

Tepi pengikat tepat berada di bawah kuping bayi. Posisi kepala seperti ini bertujuan

untuk menjaga agar saluran napas tetap terbuka dan memberi peluang agar terjadi

kontak mata antara ibu dan bayi. Hindari posisi kepala terlalu fleksi atau ekstensi.

Tungkai bayi haruslah dalam posisi ”kodok”; tangan harus dalam posisi fleksi.1

Ikatkan kain dengan kuat agar saat ibu bangun dari duduk, bayi tidak

(14)

bayi. Perut bayi jangan sampai tertekan dan sebaiknya berada di sekitar epigastrium

ibu. Dengan cara ini bayi dapat melakukan pernapasan perut. Napas ibu akan

merangsang bayi. Berikut adalah cara memasukkan dan mengeluarkan bayi dari

baju kanguru:1

a. Pegang bayi dengan satu tangan diletakkan di belakang leher sampai punggung

bayi.

b. Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-jari lainnya agar

kepala bayi tidak tertekuk dan tak menutupi saluran napas ketika bayi berada

pada posisi tegak;

c. Tempatkan tangan lainnya di bawah pantat bayi.

Gambar 3. Mengeluarkan bayi dari baju kanguru

Didalam Acta Pediatrica (2004), posisi bayi dalam posisi kanguru diuraikan

sebagai berikut. Bayi didekap erat ke dada ibu dengan dibalut handuk katun lembut

yang dilipat 2 berukuran 1 meter persegi. Balutan handuk menutupi sampai telinga

bayi dan dibawah ketiak ibu sedemikian rupa untuk memfikasasi kepala dan dada

bayi dalam posisi mendongak di dada ibu, memberikan jalur udara terbuka optimal

dan mencegah apnea obstruktif. Panggul diposisikan fleksi dan ditempatkan dalam

posisi kodok (frog position), lengan juga dalam posisi fleksi. Sepotong kain panjang

yang melingkari pinggang ibu menjaga/ menopang bayi dari sisi bawah.

Bayi dapat memperoleh sebagian besar perawatan yang diperlukan,

termasuk minum selama dalam posisi kanguru. Mereka dibebaskan dari kontak kulit

langsung hanya pada saat :

- Mengganti popok, dibersihkan, dan perawatan tali pusat.

- Pemeriksaan klinis, berdasarkan jadwal rumah sakit, atau jika diperlukan.

Memandikan bayi setiap hari tidak diperlukan dan tidak disarankan. Jika

kebiasaan-kebiasaan setempat memerlukan mandi setiap hari, dan hal itu tidak dapat dihindari

maka sebaiknya dilakukan sebentar dan dengan air yang cukup hangat (sekitar 37

°C). Bayi harus segera dikeringkan, diberikan pakaian minimal, lalu ditempatkan

(15)

Perawatan bayi dengan kontak kulit langsung dari dada ibu ke bayi memiliki

dampak fisiologis dan stabilitas yang lebih baik daripada bayi yang dirawat di

inkubator.35

3.7.1.1 Memulai PMK

Hampir setiap bayi kecil dapat dirawat dengan PMK. PMK pada bayi kecil

dapat dilakukan dalam dua cara :

1. PMK intermiten : PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan

jika ibu mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan di inkubator

dengan durasi minimal satu jam secara terus-menerus dalam satu hari. Metode

ini dilakukan di fasilitas Unit Perawatan Khusus (level II) dan Intensif (level III).

2. PMK kontinu : PMK yang diberikan sepanjang waktu yang dapat dilakukan di unit

rawat gabung atau ruangan yang dipergunakan untuk perawatan metode

kanguru.

Bayi-bayi dengan penyakit yang berat atau membutuhkan perawatan khusus

dapat menunggu sampai sembuh sebelum dilaksanakan PMK terus-menerus

(kontinu). PMK dengan jangka waktu yang pendek (intermiten) dapat dimulai pada

bayi yang dalam proses penyembuhan tetapi masih memerlukan pengobatan medis

(misalnya infus, tambahan oksigen dengan konsentrasi rendah). Namun, untuk PMK

yang kontinu, kondisi bayi harus dalam keadaan stabil; bayi harus dapat bernapas

secara alami tanpa bantuan oksigen. Kemampuan untuk minum (seperti menghisap

dan menelan) bukan merupakan persyaratan utama, karena PMK sudah dapat

dimulai meskipun pemberian minumnya dengan menggunakan pipa lambung.

Ketika bayi telah siap untuk PMK, atur waktu yang tepat bagi ibu dan bayi.

Sesi pertama ini merupakan sesuatu yang penting dan perlu waktu serta penuh

perhatian. Sarankan pada ibu agar menggunakan pakaian yang longgar dan ringan.

Gunakan ruang khusus yang cukup hangat untuk si bayi. Anjurkan ibu untuk

membawa suami atau seorang teman pilihannya. Ini akan memberikan semangat

dan rasa aman.

Kontak kulit langsung sebaiknya dimulai secara bertahap, perlahan-lahan dari

perawatan konvensional ke PMK yang terus-menerus. Kontak yang berlangsung

kurang dari 60 menit sebaiknya dihindari, karena pergantian yang sering akan

membuat bayi menjadi stres. Lamanya kontak kulit langsung ditingkatkan secara

bertahap sampai kalau mungkin dilakukan terus-menerus siang dan malam dan

hanya ditunda untuk mengganti popok, sambil mengontrol suhu tubuh bayi.

Ketika ibu harus meninggalkan bayinya, bayi tersebut dapat dibungkus

(16)

diselimuti dengan selimut hangat atau jika tersedia ditempatkan dalam alat

penghangat. Selama perpisahan antara ibu dan bayi, anggota keluarga (ayah atau

suami, nenek, dll), atau teman dekat dapat juga menolong melakukan kontak kulit

langsung ibu dengan bayi dalam posisi kanguru.

Gambar 4. Ayah bergilir melakukan PMK1

Semua bayi memerlukan kasih sayang dan perawatan untuk

pertumbuhannya, akan tetapi BBLR lebih memerlukan perhatian agar dapat

berkembang normal disebabkan mereka telah kehilangan atau belum sempat

mendapatkan lingkungan intrauterin yang ideal selama berminggu-minggu atau

bahkan berbulan-bulan. Mereka bahkan sangat sensitif terhadap sinar, suara dan

tindakan yang menyakitkan selama perawatan awal. PMK adalah metode ideal

sebab bayi diayun-ayun, dipeluk, dan mendengarkan suara ibunya saat ibu

melakukan aktivitas sehari-hari. Seorang ayah pun dapat menciptakan suasana

seperti itu. Para petugas kesehatan memiliki peranan penting guna mendorong ibu

dan ayah agar mau menunjukkan perasaan dan cinta mereka pada bayinya.

3.7.2 Kangaroo nutrition (nutrisi)

Posisi kanguru sangat ideal bagi proses menyusui. Dengan melakukan PMK,

proses menyusui menjadi lebih berhasil dan sebagian besar bayi yang dipulangkan

memperoleh ASI. Dengan PMK, proses menyusui menjadi lebih lama. PMK dapat

meningkatkan volume ASI yang dihasilkan ibu. Bayi dengan usia kehamilan 30

minggu dapat memulai proses menyusui. Segera setelah bayi menunjukkan tanda

kesiapan untuk menyusu, dengan menggerakkan lidah dan mulut, dan keinginan

untuk menghisap (seperti menghisap jari atau kulit ibunya), bantu ibu menempatkan

bayi pada posisi melekat yang dirasa cukup baik.1,23

Waktu yang optimal bagi bayi untuk memulai menyusui, seperti menghisap

adalah pada saat dua jam setelah lahir, ketika bayi bersifat sangat responsif

terhadap rangsangan taktil, suhu dan bau yang berasal dari ibunya.36,37 Untuk

(17)

atau pada saat sadar atau terbangun. Bantu ibu untuk duduk dengan nyaman di

kursi tidak berlengan dengan bayi dalam posisi kontak kulit. Untuk pertama kali

menyusui, ambil bayi tersebut dari baju kanguru lalu bungkus atau diberi pakaian,

tunjukkan pada ibu cara ini. Lalu letakkan bayi dalam posisi kanguru dan beritahu ibu

agar bayi berada dalam posisi melekat yang benar.1

Biarkan bayi menghisap selama ia mau. Bayi yang kecil perlu menyusu lebih

sering, yaitu sekitar 2-3 jam. Meskipun bayi belum dapat menghisap dengan baik

dan lama, anjurkan menyusui terlebih dahulu, lalu gunakan metode minum yang lain.

Lakukan apapun yang merupakan pilihan terbaik di tempat Anda: biarkan ibu

memberikan ASI pada bayi dengan cara langsung atau dengan menggunakan alat

(melalui gelas atau pipa).1

Gambar 5. Menyusui dalam PMK1

Meskipun pada beberapa penelitian RCT, PMK dikaitkan dengan lebih

lamanya menyusui, namun bagaimana sebenarnya pengaruh PMK dalam aspek

hubungan menyusui antara bayi dan ibu masih relatif sedikit yang diketahui.38 Pada

studi RCT terbaru yang membandingkan antara ibu yang melakukan PMK segera

setelah lahir selama sedikitnya 45 menit dengan ibu yang membedong bayinya

didapatkan kesimpulan bahwa pengalaman menyusui untuk pertama kalinya lebih

berhasil pada ibu yang melakukan PMK.39

Memberi minum BBLR adalah satu tantangan khusus. Untuk bayi dengan

berat lahir di bawah 1.250 gram beberapa hari pertama belum dapat minum per oral

dan cairan diberikan melalui infus. Pada saat itu, bayi mendapat perawatan

konvensional. Pemberian minum melalui mulut hendaknya dilakukan segera bila

kondisinya memungkinkan dan bayi mampu melakukannya. Ini biasanya terjadi pada

saat bayi mulai mendapat PMK. Hal ini membantu ibu untuk memproduksi ASI, dan

meningkatan pemberian ASI.

Bayi pada kehamilan kurang dari 30-32 minggu biasanya perlu diberi minum

melalui pipa lambung, untuk ASI yang diperas (expressed breast milk). Ibu dapat

(18)

bayi masih minum melalui pipa lambung. Pemberian minum melalui pipa dapat

dilakukan saat bayi berada dalam posisi kanguru.

Pada umumnya bayi dengan masa kehamilan 32-34 minggu dapat diberi

minum melalui gelas kecil. Pemberian minum dapat diberikan satu atau dua kali

sehari saat bayi masih diberi minum melalui pipa nasogastrik. Jika bayi dapat minum

melalui gelas dengan baik, maka pemberian minum melalui pipa dapat dikurangi.

Pada saat pemberian minum melalui gelas maka bayi dikeluarkan dari posisi

kanguru, dibungkus dengan selimut hangat dan dikembalikan pada posisi kanguru

setelah proses pemberian minum.

Pada umumnya bayi dengan usia kehamilan sekitar 32 minggu atau lebih,

sudah dapat mulai menyusu pada ibu. Mula-mula bayi hanya akan mencari puting

dan menjilatnya atau dia sudah mulai menghisap sedikit. Lanjutkan pemberian ASI

yang diperas melalui gelas atau pipa untuk meyakinkan bahwa bayi mendapat

semua yang dibutuhkan. Bayi dengan usia kehamilan 32 minggu sudah bisa

menelan, tetapi belum bisa menghisap sehingga diberikan suplementasi tetesan ASI.

Bayi-bayi dengan usia kehamilan 34-36 minggu atau lebih, dapat memenuhi

semua kebutuhannya langsung dari ASI. Berdasarkan hasil penelitian refleks hisap

dengan EMG (electromyogram), diketahui bahwa refleks hisap yang efektif baru

timbul pada bayi dengan usia kehamilan 34 minggu. Meskipun demikian, sesekali

tambahan minum ASI perah melalui gelas tetap diperlukan.

Pengobatan pencegahan

Bayi BBLR yang lahir dengan mikronutrisi yang tidak cukup, sebaiknya mendapat zat

besi dan suplemen asam folat yang dimulai dari dua minggu setelah kelahiran

sampai setahun usia kronologis.

3.7.3 Kangaroo support (dukungan)

Bentuk dukungan pada PMK dapat berupa dukungan fisik maupun

emosional. Dukungan dapat diperoleh dari petugas kesehatan, seluruh anggota

keluarga, ibu dan masyarakat. Tanpa adanya dukungan, akan sangat sulit bagi ibu

untuk dapat melakukan PMK dengan berhasil. Wanita hamil sebaiknya sudah

diberikan informasi dan edukasi tentang PMK sejak kunjungan antenatal pertama.

Saat bayi telah lahir, ibu memerlukan dukungan dari berbagai pihak, diantaranya

berupa : 23

1. Dukungan emosional : Ibu memerlukan dukungan untuk melakukan PMK.

Banyak ibu muda yang mengalami keraguan yang sangat besar untuk memenuhi

(19)

teman serta petugas kesehatan. PMK membuat ibu dapat memenuhi semua

kebutuhan bayi.

2. Dukungan fisik : Selama beberapa minggu pertama PMK, merawat bayi akan

sangat menyita waktu ibu. Istirahat dan tidur yang cukup sangat penting

peranannya pada PMK. Oleh karena itu, ibu memerlukan dukungan untuk

membantu menyelesaikan tugas-tugas rumah.

3. Dukungan edukasi : Sangat penting memberikan informasi yang ibu butuhkan

agar ia dapat memahami seluruh proses PMK dan megerti bahwa PMK memang

sangat penting. Ibu harus mengetahui manfaat PMK. Hal ini membuat PMK

menjadi lebih bermakna dan akan meningkatkan kemungkinan bahwa ibu akan

berhasil menjalankan PMK baik di rumah sakit ataupun saat di rumah.

Semua ibu dapat melakukan PMK terlepas dari usia, paritas, pendidikan,

budaya, maupun agama. Beberapa hal berikut harus dijadikan bahan pertimbangan

ketika berkonsultasi mengenai PMK, seperti: posisi kanguru, makanan bayi,

perawatan di institusi dan di rumah, apa yang boleh dilakukan untuk bayi yang

didekapnya dan apa yang harus dihindarinya. Dalam melakukan konseling pada

PMK, petugas kesehatan menjelaskan keuntungan dan manfaat serta implikasi dari

PMK bagi ibu dan bayinya, dan selalu memberi alasan untuk setiap rekomendasi

yang diberikan. Melaksanakan PMK sebaiknya adalah keputusan sendiri setelah

memahami PMK, dan bukan dianggap suatu kewajiban.

Beberapa hal berikut harus dijadikan bahan pertimbangan ketika

berkonsultasi mengenai PMK:

1. Kemauan : ibu harus mempunyai kemauan untuk melaksanakan PMK

2. Harus tersedia waktu yang penuh untuk memberikan perawatan : anggota

keluarga yang lain dapat menawarkan kontak kulit yang intermitten, tetapi tidak

dapat menyusui.

3. Kesehatan umum : jika ibu sakit/menderita komplikasi selama persalinan, dia

harus sehat terlebih dahulu sebelum melaksanakan PMK.

4. Berada dekat dengan bayi: ibu dianjurkan agar segera kembali ke rumah sakit

pada saat bayinya siap untuk PMK.

5. Dukungan keluarga : seorang ibu perlu mendapat dukungan untuk mengerjakan

tugasnya yang lain di rumah dan sebagai pengganti ibu untuk PMK apabila ibu

berhalangan.

6. Dukungan masyarakat : ini sangat penting, kalau terdapat hambatan sosial,

ekonomi atau keluarga.

(20)

Selama melakukan PMK, ibu diajarkan juga untuk mengawasi tanda bahaya

pada bayi. Bayi yang minumnya baik dan berada dalam dekapan ibu secara

terus-menerus, biasanya mampu dengan mudah mempertahankan suhu

tubuhnya dalam batas normal (antara 36,5-37,5°C suhu aksila), jika suhu

ruangan tidak lebih rendah dari yang direkomendasikan. Hipotermia jarang terjadi

pada bayi PMK. Pengukuran suhu tubuh bayi masih diperlukan, tetapi tidak

sesering bayi yang dirawat dengan metode konvensional. Ketika PMK dimulai,

pengukuran suhu ketiak dilakukan setiap 6 jam sampai stabil, terus-menerus

sampai tiga hari. Selanjutnya pengukuran hanya diperlukan dua kali sehari. Bayi

dalam PMK jarang akan mengalami hipotermia (suhu <36,5oC) karena suhu

tubuh ibu akan naik secara otomatis untuk menghangatkan bayinya. Jika bayi

kepanasan, ibu juga dapat menurunkan suhunya untuk mendinginkan bayi. Jadi,

tubuh ibu berfungsi seperti inkubator otomatis.

Frekuensi pernapasan normal pada BBLR berkisar antara 40 dan 60 kali per

menit. Kadang-kadang napasnya diselingi dengan periode apnea (tidak

bernapas). Akan tetapi jika durasinya menjadi terlalu lama (20 detik atau lebih)

dan bibir bayi menjadi biru (sianosis), denyut nadi menurun (bradikardia) dan dia

tidak dapat bernapas secara spontan, segeralah mengeluarkan bayi dari posisi

kanguru dan berikan rangsangan pernapasan. Semakin kecil atau semakin

prematur bayi tersebut, semakin lama dan semakin sering periode apnea terjadi.

Saat bayi mendekati cukup bulan, apnea semakin jarang terjadi. Penelitian

membuktikan bahwa kontak kulit dapat membuat pernapasan semakin teratur

pada bayi-bayi muda dan dapat menurunkan risiko apnea. Bila terjadi apnea, ibu

dapat memberikan rangsangan dengan cara menggosok secara lembut

punggung atau kepalanya,sampai bayi mulai bernapas kembali. Jika tetap tidak

bernapas, ibu dapat memanggil petugas kesehatan. Apabila apnea seringkali

terjadi sebaiknya cari pertolongan petugas kesehatan. Ajari ibu untuk mengenali

tanda-tanda bahaya. Berikut ini beberapa tanda bahaya:

- Kesulitan bernapas : dada tertarik ke dalam, merintih

- Bernapas sangat cepat atau sangat lambat

- Serangan apnea sering dan lama

- Bayi terasa dingin : suhu bayi di bawah normal walaupun telah dilakukan

penghangatan

- Sulit minum: bayi tidak lagi terbangun untuk minum, berhenti minum atau

muntah

- Kejang

(21)

- Kulit menjadi kuning

Yakinkan ibu bahwa tidaklah berbahaya bila :

- Bersin atau cegukan

- Buang air tiap diberi minum

- Tidak buang air besar selama 2-3 hari

3.7.4 Kangaroo discharge (pemulangan)

Pemulangan berarti ibu dan bayinya boleh pulang ke rumah dengan tetap

menjalani PMK di rumahnya. Namun, lingkungan tempat tinggal mereka dapat

sangat berbeda dengan fasilitas unit PMK di institusi kesehatan yang selalu dikelilingi

oleh para petugas yang mendukung. Mereka akan tetap memerlukan dukungan

meskipun tidak sesering dan seintensif seperti sebelumnya. Lingkungan keluarga

sangat penting untuk kesuksesan PMK. Ibu sebaiknya kembali ke rumah yang

hangat, bebas rokok, dan mendapat dukungan dalam melaksanakan tugas

sehari-hari. Jika tidak ada layanan tindak lanjut atau lokasi RS letaknya jauh, pemulangan

dapat ditunda. Oleh karena itu, waktu pemulangan berbeda tergantung pada

besarnya bayi, tempat tidur yang tersedia, kondisi rumah dan kemudahan untuk

follow-up. Biasanya bayi PMK dapat dipulangkan dari rumah sakit ketika telah

memenuhi kriteria dibawah ini:1

Ibu dan bayi :

 Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik dan tidak ada apnea atau

infeksi

 Bayi minum dengan baik

 Berat bayi selalu bertambah (kurangnya 15g/kg/hari) untuk

sekurang-kurangnya tiga hari berturut-turut

 Ibu mampu merawat bayi dan dapat datang secara teratur untuk melakukan

follow-up

Di Malawi, bayi dipulangkan jika berat badan telah naik minimum 10g/hari

selama tiga hari, dapat minum dengan baik (minum melalui gelas atau dari ASI) dan

jika kondisi umum telah stabil. Terdapat batasan berat badan minimum yakni 1.500

g. Bayi yang dipulangkan dengan berat badan < 1.800 gram dipantau setiap minggu

dan bayi dengan berat badan >1.800 gram setiap dua minggu.

Tujuan tindak lanjut dan pemantauan:

1. Memberikan pelayanan pada bayi berat lahir rendah/ prematur pasca rawat inap

yang telah menjalani Perawatan Metode Kanguru

(22)

3. Skrining gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi yang menjalani PMK di

rumah

4. Memotivasi ibu agar tetap melanjutkan perawatan metode kanguru kontinu

5. Untuk mempromosikan pemberian ASI eksklusif

6. Mempromosikan dan melakukan imunisasi

7. Meningkatkan angka kesintasan BBLR

Tempat Pemantauan

Pemantauan pasca rawat dapat dilakukan di Poliklinik Anak RS atau di sarana

kesehatan memenuhi syarat.

Waktu Pemantauan

Semakin kecil bayi pada saat pemulangan, semakin awal dan sering

pemantauan yang diperlukan. Jika bayi dilepas sesuai dengan kriteria diatas, anjuran

berikut ini dapat berlaku pada keadaan seperti :

1. Dua kali kunjungan ulang per minggu sampai dengan 37 minggu usia pasca

menstruasi

2. Satu kali kunjungan ulang per minggu setelah 37 minggu

Pemeriksaan pada kunjungan dapat bervariasi, sesuai dengan kebutuhan ibu

dan bayi. Periksalah hal-hal berikut setelah setiap kunjungan:

1. PMK

Lama kontak langsung kulit ibu-bayi, posisi, pakaian, suhu badan, dukungan

untuk ibu dan bayi. Apakah bayi menunjukkan tanda-tanda intoleransi? Apakah

saatnya untuk menyapih bayi dari PMK (biasanya sekitar 40 minggu dari usia

pasca menstruasi, atau sebelumnya) Jika belum, dorong ibu dan keluarganya

untuk melanjutkan PMK selama mungkin.

2. Pemberian ASI

Apakah memberikan ASI eksklusif? Jika ya, pujilah si ibu dan dorong ibu untuk

meneruskan. Jika tidak, anjurkan ibu untuk meningkatkan pemberian ASI dan

kurangi pemberian makanan atau cairan lain. Tanyakan dan lihat apakah ada

permasalahan dan berikan dukungan. Jika bayi mengkonsumsi tambahan

formula atau makanan lain, periksa keamanan dan kecukupannya; pastikan

bahwa keluarganya mempunyai persediaannya yang cukup.

3. Pertumbuhan

Timbang bayi dan periksa pertambahan berat badannya selama periode terakhir.

(23)

ibu. Jika tidak mencukupi, tanya dan cari permasalahan, penyebab dan solusi.

Semua ini umumnya berhubungan dengan pemberian minum dan penyakit.

4. Penyakit

Tanya dan cari tanda-tanda apapun yang mengindikasikan adanya penyakit, baik

yang dilaporkan atau tidak oleh ibu. Tangani setiap penyakit berdasarkan standar

operasional prosedur dan juklak lokal. Pada kasus dimana menyusui tidak

eksklusif, cari tanda-tanda permasalahan nutrisi atau pencernaan.

5. Obat-obatan

Berikan persedian obat-obatan yang cukup, jika perlu cukup sampai kunjungan

ulang berikutnya.

6. Imunisasi

Pastikan ibu mengikuti jadwal imunisasi setempat.

7. Yang menjadi perhatian ibu

Tanyakan pada ibu permasalahan yang lain, termasuk soal pribadi, rumah

tangga, dan sosial. Cobalah bantu menemukan solusi terbaik untuk semuanya.

8. Kunjungan ulang berikutnya

Selalu jadwalkan atau pastikan kunjungan berikutnya. Jika waktu memungkinkan

jangan hilangkan kesempatan untuk memeriksa dan nasehati tentang higiene ibu

dan meningkatkan kewaspadaan ibu terhadap tanda-tanda bahaya yang

memerlukan perawatan segera.

9. Kunjungan ulang khusus

Dorong ibu untuk melakukan kunjungan ini jika hal ini diperlukan untuk mengatasi

permasalahan somatis atau medis lainnya.

10. Perawatan bayi secara biasa

Anjurkan para ibu untuk melakukan perawatan bayi secara biasa (menyapih dari

PMK) setelah berat bayi mencapai 2.500 g atau 40 minggu dari usia pasca

menstruasi.

Waktu pemantauan dan beberapa pemeriksaan yang dilakukan saat pemantauan

mengacu pada Perinatal Education Programme, 2004.

1. Pemantauan awal: Kontak awal bertujuan untuk menilai pertumbuhan (berat

badan, panjang dan lingkar kepala bayi) dan kondisi umum, serta membuat ibu

mengenal penyedia perawatan neonatal terdekat.

Bayi dengan berat:

 < 1.500 gram : diperlukan pemeriksaan setiap hari di poli rawat jalan

(24)

 >1.500 gram: paling lambat dalam 2 hari setelah dipulangkan harus datang

untuk pemeriksaan di RS/sarana kesehatan yang memenuhi syarat. Perlu

dilakukan pemeriksaan 3-4 kali / minggu sampai BB 1.800 gram, kemudian

1x/minggu sampai BB 2.500 gram. Rekomendasi ini hanya sebagai pedoman

dan harus disesuaikan dengan keadaan bayi, ibu dan keluarga serta sarana

kesehatan. Tindak lanjut lebih sering diperlukan pada daerah yang dingin.

2. Pemantauan perkembangan dapat dimulai pada usia koreksi 0 minggu (40

minggu dari HPHT), bertujuan untuk mendeteksi gangguan perkembangan dan

memberikan intervensi lebih awal, sehingga angka keberhasilannya pun akan

lebih besar.

3. Anak kembar selalu dijadwalkan untuk dilakukan pemantauan di poliklinik yang

sama dalam hari yang sama.

4. Beberapa kondisi bayi:

Bila ditemukan sindrom/abnormalitas neurologis pada 1 minggu pertama

kehidupan: segera jadwalkan untuk klinik spesialis yang sesuai dengan

diagnosis. Bayi yang lebih besar dengan masalah minum atau masalah lain yang

bermakna (misalnya HIE perbaikan, abnormalitas jantung) sebaiknya juga dilihat

lebih awal di RS oleh dokter.

Pemeriksaan saat kunjungan ulang

 Melakukan skrining gangguan pertumbuhan:

- Berat badan dan panjang badan harus ditimbang secara rutin. Kenaikan BB

minimal 15 gram/kg/ hari. Sebaiknya BB dan PB di plot di kurva

pertumbuhan yang sesuai dengan usia gestasi.

- Lingkar kepala dan panjang badan diukur minimal 1 bulan sekali dan diplot di

kurva pertumbuhan lingkar kepala yang sesuai usia gestasi.

- Pemberian asupan nutrisi harus disesuaikan

 Melakukan skrining gangguan perkembangan:

- Melakukan skrining perkembangan dengan menggunakan Kuesioner Pra

Skrining Perkembangan (KPSP) dan dilanjutkan dengan Denver II (pada

sarana yang memiliki fasilitas) saat usia koreksi 0 hari

- Melakukan dan mengajarkan ibu stimulasi dini perkembangan

- Melakukan intervensi pada bayi dengan gangguan perkembangan

 Melakukan pemberian imunisasi  Melakukan pemantauan yang lain:

- Edukasi ibu pasien mengenai pemberian ASI dan tanda kegawatan pada

bayi

(25)

o Pemantauan ROP (Retinopathy of prematurity)

o USG kepala pada usia 1, 3, 7,dan 28 hari, kemudian dilanjutkan setiap 4

minggu sampai usia 3 bulan

o Fungsi pendengaran setelah keadaan klinis stabil.

o Ostepenia of prematurity ( dilakukan pemeriksaan kadar alkali fosfatase,

kalsium dan fosfat secara berkala setiap 2 minggu)

o Pemeriksaan penunjang lain disesuaikan dengan keadaan bayi.

Saat merencanakan untuk mengikuti jejak, implementasi monitoring dan evaluasi

PMK memiliki dua fokus, yaitu fokus jangka pendek dan jangka panjang. Fokus

jangka pendek menanyakan apakah PMK telah berhasil diimplementasikan.

Fokus jangka panjang memerhatikan apakah PMK dapat dipertahankan dan

berlangsung. Berikut ini adalah sejumlah aspek yang diperlukan bagi Menteri

kesehatan dalam merencanakan tindak lanjut dengan intervensi baru :

 Di akhir periode tertentu, diperlukan kunjungan ke RS daerah oleh pelatih

nasional dan jika memungkinkan dengan penilai independen

menggunakan instrumen monitoring untuk menilai kemajuan

implementasi dan kelangsungan PMK.

 Sejumlah sampel pusat layanan kesehatan dikunjungi untuk menilai

kualitas layanan PMK dan menilai beberapa rekam medis.

 Sebaiknya ada sertifikat bagi RS dan layanan kesehatan yang telah

sukses mengimplementasikan PMK dan menunjukkan sustainabilitas.  Perencanaan harus dibuat di tingkat sistem kesehatan memasukkan PMK

sebagai bagian mekanisme penilaian kualitas perawatan neonatus.

3.8 Penerapan PMK

PMK terutama digunakan pada perawatan BBLR/prematur di beberapa rumah sakit

dengan kategori sebagai berikut:

a. RS yang tidak memiliki fasilitas untuk merawat bayi BBLR. Pada keadaan ini,

PMK merupakan satu-satunya pilihan perawatan karena jumlah inkubator dan

perawat tidak memadai.

b. RS yang memiliki tenaga dan fasilitas tetapi terbatas, dan tidak mampu merawat

semua bayi BBLR. PMK menjadi pilihan jika dibandingkan dengan perawatan

konvensional dengan menggunakan inkubator.

c. RS yang memiliki tenaga dan fasilitas yang memadai. Disini, PMK bermanfaat

untuk meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi, mengurangi risiko infeksi,

(26)

3.9 Fasilitas dan peralatan yang diperlukan dalam PMK

Berikut ini adalah beberapa fasilitas dan peralatan yang diperlukan untuk

melakukan PMK :

1. Bangsal dengan dua atau empat tempat tidur dengan ukuran yang sesuai bagi

ibu untuk tinggal seharian dengan si bayi. Di bangsal ini para ibu dapat berbagi

pengalaman, memperoleh dukungan serta kerjasama, dan pada saat yang

bersamaan si ibu dan bayinya dapat menerima kunjungan pribadi tanpa

mengganggu yang lain. Kamar tersebut harus dipertahankan kehangatannya

untuk si bayi (24-26°C).

2. Kamar mandi dengan fasilitas air bersih, sabun, dan handuk serta wastafel untuk

tempat cuci tangan.

3. Ruangan lain yang berukuran lebih kecil yang dapat digunakan para petugas

untuk konseling dengan ibu. Ruangan ini dapat juga dipergunakan untuk

melakukan evaluasi keadaan si bayi.

4. Support Binder (Ikatan/pembalut penahan bayi agar dapat terus berada di posisi

PMK). Alat ini adalah satu-satunya alat khusus yang digunakan untuk PMK. Alat

ini membantu para ibu untuk menahan bayinya agar dengan aman terus berada

dekat dengan dada ibu. Untuk memulainya, gunakan secarik bahan kain yang

halus, kira-kira sekitar satu meter, lipatlah secara diagonal, lalu buatlah simpul

pengaman, atau dapat juga dikaitkan ke ketiak ibu. Selanjutnya, baju kanguru

dari pilihan ibu dapat menggantikan kain ini. Semua ini untuk memungkinkan

para ibu dapat menggunakan dengan bebas tangan mereka dan agar mereka

dapat bergerak dengan bebas selama melakukan kontak kulit langsung ibu

dengan bayi.1 Namun demikian, pemakaian baju kanguru ini sebaiknya

disesuaikan dengan kondisi budaya setempat.

(27)

5. Pakaian Bayi

Jika bayi menerima PMK secara terus-menerus, bayi tersebut cukup dipakaikan

popok atau diapers sampai dibawah pusat. Pada saat bayi tidak dalam posisi

kanguru, bayi dapat ditempatkan di tempat tidur yang hangat dan diberi selimut.

Jika suhu ruangannya adalah 24-26°C, bayi pada posisi kanguru hanya memakai

popok, topi yang hangat, dan kaus kaki. Namun, jika suhu turun di bawah 22°C,

bayi tersebut harus memakai baju tanpa lengan yang terbuat dari kain katun yang

terbuka bagian depannya sehingga memungkinkan tetap terjadinya kontak kulit

dengan dada dan perut ibu. Ibu kemudian mengenakan bajunya yang biasa

untuk menghangatkan dirinya dan si bayi.

Gambar 7. Pakaian bayi untuk PMK1

6. Peralatan dan keperluan lain

 Sebuah termometer yang dapat membaca suhu rendah (low reading

thermometer) yang cocok digunakan untuk mengukur suhu badan di bawah

35°C.1

 Timbangan. Idealnya menggunakan timbangan neonatus dengan interval 10

gram.1

 Peralatan resusitasi dasar dan oksigen, jika mungkin harus tersedia disetiap

ruangan BBLR dirawat.1

 Obat-obatan untuk mencegah dan mengobati berbagai masalah BBLR boleh

ditambahkan sesuai petunjuk pelaksanaan lokal. Obat-obatan khusus kadang

diperlukan tetapi tidak dianjurkan.1

(28)

BAB IV

DISKUSI

Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan salah satu pendekatan yang

cukup menarik yang dapat digunakan dalam meningkatkan perawatan pada

neonatus, meningkatkan ikatan antara ibu-bayi, serta dapat menurunkan beban

biaya perawatan bayi BBLR. Namun, efektivitas PMK sebagai pengganti terapi

konvensional (inkubator) dalam terapi bayi BBLR masih dipertanyakan. Hal ini

karena sebagian besar kematian neonatus pada BBLR terjadi pada saat periode

stabilisasi sehingga pada saat itu PMK belum dapat dilakukan. Saat ini, masih belum

ada bukti yang mendukung penggunaan PMK sebagai alternatif perawatan pada bayi

BBLR yang belum stabil. Bahkan hasil analisis Cochrane 2002 menyimpulkan bahwa

masih belum terdapat bukti yang cukup dari penelitian RCT yang dapat

merekomendasikan penggunaan rutin PMK sebagai terapi bayi BBLR. Namun

demikian, beberapa penelitian terbaru lainnya menunjukkan hasil sebaliknya.

Berikut ini adalah beberapa komponen yang dinilai didalam berbagai

penelitian yang membandingkan antara perawatan bayi BBLR yang mendapat PMK

dengan yang mendapat terapi konvensional (inkubator):

1. Mortalitas :

 Hampir bisa dikatakan tidak ada efek samping dari penggunaan PMK. Dari

satu penelitian menyatakan bahwa PMK tidak berkaitan dengan peningkatan

risiko kematian. Oleh karena itu, PMK merupakan pendekatan yang aman

digunakan pada perawatan bayi BBLR yang secara klinis stabil.18

 Penelitian lain menyatakan bahwa tidak ada perbedaan dalam angka

mortalitas.14-16

 Persentase kematian pada bayi yang dilakukan PMK secara dini lebih rendah

daripada bayi yang dirawat di NICU. Sebagian besar kematian terjadi dalam

12 jam pertama kehidupan. Angka kelangsungan hidup pada bayi PMK lebih

baik daripada yang mendapat terapi konvensional (inkubator).29

2. Infeksi

 PMK berkaitan dengan menurunnya risiko infeksi nosokomial, penyakit berat,

dan infeksi saluran pernapasan bawah.14-16

 Kejadian sepsis secara signifikan lebih tinggi pada bayi yang dirawat dengan

inkubator.37

3. Menyusui

(29)

 Pada bayi PMK menyusui menjadi lebih sering dan lebih lama. Peranan dari

ASI ini sangat banyak diantaranya akan menignkatkan imunitas, sehingga

dapat mengurangi risiko infeksi yang pada akhirnya akan mengurangi masa

rawat di RS.40

 Pendekatan PMK yang dilakukan secara dini akan meningkatkan kesuksesan

dalam menyusui. Tetapi jika PMK baru dilakukan setelah satu bulan,

perbedaannya secara klinis tidak terlalu bermakna.41

4. Kunjungan kembali ke RS

 Tidak ada perbedaan dalam hal kunjungan kembali ke RS.14-16

5. Pertumbuhan

 Bayi dengan PMK, berat badannya naik lebih banyak per harinya dan

memiliki lingkar kepala yang lebih besar, meskipun perbedaannya secara

klinis tidak terlalu bermakna.15-16,42,43

6. Perkembangan psikomotor

 Tidak ada perbedaan dalam perkembangan psikomotor.14-16

7. Ketidakpuasan orangtua

 PMK mengurangi ketidakpuasan orangtua dalam perawatan bayinya.14-16

 Lebih dari 95% ibu bahagia dalam merawat bayinya.29

 Metode PMK merupakan metode pilihan yang paling diterima oleh ibu dan

keluarganya di rumah.

8. Perilaku ikatan ibu

 Kompetensi ibu pada bayi dengan PMK lebih baik daripada bayi yang dirawat

di inkubator. Namun persepsi ibu mengenai dukungan sosial pada bayi yang

dirawat di NICU lebih baik daripada bayi PMK.15

9. Hasil Lain

 Episode hipotermia dan hipertermia lebih signifikan terjadi pada bayi yang

dirawat dengan inkubator daripada bayi yang dilakukan PMK.16,36 Pada

penelitian lain, PMK terbukti sama efektifnya dengan inkubator dalam

menghangatkan neonatus yang mengalami risiko hipotermia. Pada bayi yang

cukup bulan, bayi PMK mendapat panas dari suhu ibu saat suhunya kurang

dari 36,3°C, tetapi akan kehilangan panas jika suhunya mencapai 37°C. Oleh

karena itu, mungkin tidak ada risiko heat stress pada neonatus selama

PMK.44

 Rata-rata kardiovaskular dan suhu pada bayi dengan PMK terdapat dalam

batas normal. Episode apnea, bradikardia, dan napas periodik tidak

(30)

dengan PMK bila dibandingkan yang mendapat terapi konvensional

(inkubator).45

 Kejadian hipoglikemia secara signifikan lebih tinggi pada bayi yang dirawat

dengan inkubator.36

 Neonatus yang sangat prematur yang menjalani PMK tampaknya memiliki

mekanisme endogen dalam menurunkan respons nyeri, tetapi tidak sekuat

pada neonatus yang lebih matur. Waktu pemulihan yang pendek pada PMK

secara klinis bermakna dalam mempertahankan homeostasis.22

 Rerata masa rawat pada bayi PMK sekitar 4,5 hari dan pada kelompok

kontrol 6,5 hari.15 Pada penelitian lain, rerata masa rawat pada bayi PMK

sekitar 11 hari dan pada kelompok kontrol 13 hari.16 Rata-rata masa rawat

pada bayi PMK dua hari lebih singkat daripada kelompok kontrol.14

 Biaya perawatan secara keseluruhan pada bayi PMK berkurang hingga

50%.16

 PMK yang dilakukan segera setelah persalinan secara klinis bermanfaat

mengurangi stress yang berkaitan dengan kelahiran dan meningkatkan

kemampuan pengaturan diri neonatus dalam menghadapi lingkungan

ekstrauterin dari berbagai rangsangan yang berasal dari lingkungan.46

Dari penjelasan diatas, meskipun masih belum terdapat hubungan yang

sangat jelas apakah PMK secara langsung dapat menggantikan peranan inkubator,

namun dari berbagai hasil penelitian yang ada saat ini terlihat bahwa manfaat PMK

sangat banyak. Oleh karena itu, peranan PMK sebagai terapi alternatif pemakaian

inkubator dapat saja dipertimbangkan.

Indikasi PMK di setiap fasilitas pelayanan dapat saja berbeda. Ada penelitian

yang menggunakan kriteria sebagai berikut : bayi prematur, berat lahir <1500 gram,

dan mampu bernapas sendiri.47,48 Sedangkan pedoman WHO membuat

penggolongan berat badan sebagai arahan dalam melaksanakan PMK. Di Indonesia,

bayi BBLR <1.800 g, tidak boleh dilakukan PMK di Puskesmas tetapi harus dirujuk

ke Rumah Sakit. Bayi BBLR >1.800 g yang lahir di Puskesmas, dianjurkan untuk

perawatan di Puskesmas dan dilakukan PMK.

Untuk mempersiapkan penerapan PMK diperlukan beberapa persyaratan

seperti berikut ini :

1. Formulasi dari kebijakan

2. Organisasi pelayanan dan tindak lanjut

3. Peralatan dan perlengkapan untuk ibu dan bayi

(31)

Jika dilihat dari hasil-hasil penelitian diatas, sebagian besar penelitian

dilakukan di negara berkembang. Jika dilihat secara geografis, kondisinya dengan di

Indonesia tidaklah jauh berbeda, namun untuk hal-hal tertentu yang spesifik tertentu

ada beberapa perbedaan. Misalnya mengenai suhu ruangan di fasilitas PMK. Suhu

ruangan sangat dipengaruhi oleh kondisi/iklim di negara masing-masing. WHO

mencantumkan rentang suhu ruangan sebesar 22°-24°C. Sedangkan di Indonesia,

rentang suhu ruangan berkisar 25°-27°C. Apakah pada suhu ruangan yang lebih

panas, PMK secara efektif bisa dilakukan masih menjadi pertanyaan. Sayangnya,

berbagai literatur tidak ada yang mencantumkan secara spesifik mengenai

rentang/batas suhu ruangan ini.

Biasanya bayi PMK dapat dipulangkan dari rumah sakit ketika telah

memenuhi kriteria dibawah ini :

Ibu dan bayi :

 Terdapat batasan berat badan bayi minimum yakni 1.500 g.

 Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik dan tidak ada apnea atau

infeksi

 Bayi minum dengan baik

 Berat bayi selalu bertambah (kurangnya 15g/kg/hari) untuk

sekurang-kurangnya tiga hari berturut-turut

 Ibu mampu merawat bayi dan dapat datang secara teratur untuk melakukan

pemantauan

 Bayi yang dipulangkan dengan berat badan < 1.800 gram dipantau setiap minggu

dan dilakukan minimal di RS Umum daerah, sedangkan bayi dengan berat badan

(32)

BAB V

ANALISIS BIAYA

Dari berbagai penelitian, tidak ada yang mencantumkan analisis biaya secara

detail mengenai perbandingan antara perawatan bayi BBLR yang menggunakan

PMK dengan perawatan konvensional (inkubator). Namun, ada salah satu penelitian

yang secara kasar membandingkan antara pemakaian inkubator dengan PMK

seperti berikut ini:49

 Di negara berkembang, biaya untuk perawatan bayi BBLR (berat 1.000 gram)

dengan menggunakan inkubator adalah sebesar US$ 800 per hari.

 Di Bogota, biaya untuk perawatan bayi BBLR (berat 1.000 gram) dengan

menggunakan inkubator adalah sebesar US$ 89 per hari.

 Sedangkan bayi BBLR dengan PMK hanya membutuhkan biaya US$ 2 per hari.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode PMK merupakan

cara yang efektif dengan rasio biaya-manfaat yang sangat menguntungkan.

Di Indonesia, penelitian yang dilakukan Haksari dkk. (2002) melakukan

analisis biaya dengan membagi dua komponen yaitu : biaya penghasilan dan biaya

pengeluaran yang terdiri dari biaya makanan untuk ibu dan bayi, obat dan alat

kesehatan, pemeriksaan lab dan sinar X, listrik dan bahan bakar, dan perawatan

alat. Untuk ketenagaan RS, waktu bekerja berkurang hingga 40% dan layanan gawat

darurat berkurang sampai 50% pada PMK daripada metode konvensional. Oleh

karena itu, biaya staf PMK lebih rendah. Penggunaan oksigen, obat dan alat juga

lebih rendah pada kelompok PMK. Pada metode konvensional, memerlukan

perawatan pada sistem peringatan, peralatan oksigen, listrik dan bahan bakar, serta

susu formula. Biaya keseluruhan pada PMK berkurang hingga 30%. Pada PMK

membutuhkan biaya total Rp. 31.584.000, dan pada metode konvensional Rp.

(33)

BAB VI

REKOMENDASI

Bayi berat lahir rendah masih menjadi masalah besar di dunia maupun di

Indonesia khususnya, selain sebagai penyumbang terbesar kematian anak yaitu 27

% di dunia pada tahun 2000 dan 38,8 % di Indonesia pada tahun 2005.

Penatalaksanaan BBLR ini memerlukan sarana dan prasarana yang memadai

secara kuantitas dan kualitas, seperti rasio perawat yang baik adalah 1 perawat

berbanding 2-4 pasien atau alat kesehatan berteknologi tinggi seperti ventilator,

Continous Positive Air Pressure (CPAP), inkubator dan lain-lain. Sejak

ditemukannya Perawatan Metode Kanguru (PMK) oleh dr Martinez dkk., banyak

manfaat yang dapat diperoleh semua pihak terutama BBLR dengan perawatan

metode kanguru ini. Penelitian-penelitian selanjutnya di luar negeri maupun

Indonesia telah membuktikan manfaat yang diperoleh dari PMK ini, sehingga yang

dapat direkomendasikan adalah sebagai berikut :

1. PMK dapat digunakan sebagai alternatif pengganti inkubator, karena perawatan

metode ini terbukti dapat menstabilkan suhu bayi dengan menggunakan panas

badan ibu dan sama efektifnya bahkan lebih baik dari inkubator. [Rekomendasi

A]

2. PMK memberikan ibu kepercayaan diri dalam merawat bayinya yang

mempunyai berat lahir rendah, sehingga bila PMK kontinu dilakukan di Rumah

Sakit (RS) maka keperluan tenaga kesehatan khususnya perawat dapat lebih

efesien karena ibu yang merawat bayinya sendiri dan perawat dapat dipanggil

bila diperlukan. Bagi bayi yang belum dapat dilakukan PMK kontinu, dianjurkan

untuk melakukan PMK intermiten untuk membiasakan ibu merawat bayi dengan

PMK. [Rekomendasi A]

3. PMK dapat mengurangi infeksi nosokomial, menstabilkan laju nadi, mengurangi

apnea prematur, menstabilkan saturasi, meningkatkan produksi dan keberhasilan

menyusui, meningkatkan berat badan, meningkatkan ikatan batin antara bayi-ibu

maupun anggota keluarga lainnya, mengurangi angka kematian dan morbiditas

BBLR. Berdasarkan fakta yang tersebut diatas maka PMK sangat

direkomendasikan untuk BBLR di Indonesia terutama apabila bayi tersebut stabil

keadaan klinisnya dan hanya memerlukan inkubator untuk perawatannnya. Pusat

pelayanan primer seperti puskesmas dapat meneruskan perawatan BBLR yang

telah dipulangkan dari pusat pelayanan sekunder atau tersier. Pusat pelayanan

kesehatan sekunder dapat melakukan PMK kontinu untuk BBLR yang masih

Gambar

Gambar 2. Memposisikan bayi untuk PMK1
Gambar 6. Kantong untuk menggendong bayi PMK1

Referensi

Dokumen terkait

Mengetahui hubungan bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan kejadian pneumonia pada balita di Puskesmas Kandangan – Kediri. 1.3.2

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pernyataan Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Tugas Rujukan pada Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sering

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara suami perokok dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) di wilayah kerja Puskesmas Kartasura. Metode Penelitian ini

Hasil penelitian ini didapatkan lima tema pengalaman ibu usia remaja dalam merawat bayi berat lahir rendah, yaitu (1) mengupayakan pengobatan untuk BBLR; (2) memberikan

kemudian dari data antopometri bayi yaitu berat badan bayi 1700 gram sesuai dengan kriteria BBLR yaitu berat bayi lahir kurang dari 2500 gram dan jika berat badan

Pengetahuan ibu nifas tentang perawatan bayi dengan berat badan lahir rendah mayoritas berpengetahuan Cukup sebanyak 15 responden (50%), berdasarkan umur mayoritas

Masalah pengaturan suhu yang masih rendah, bayi berat lahir rendah memiliki daya tahan tubuh yang masih lemah dan pembentukan antibodi belum sempurna sehingga perlindungan

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram tanpa memandang masa