Imelda Oliva Wissang 964
PENERAPAN NILAI PENDIDIKAN TOKOH KODE AGU BALAK
CERITA ANAK LOKAL MASYARAKAT MANGGARAI TIMUR
Imelda Oliva Wissang
Institut Keguruan dan Teknologi Larantuka
INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK
URL : http://e-jurnalmitrapendidikan.com
© 2018 Kresna BIP. e-ISSN 2550-0481 p-ISSN 2614-7254
Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)
Dikirim : 11 September 2018 Revisi pertama : 13 September 2018 Diterima : 15 September 2018 Tersedia online : 27 September 2018
Penerapan nilai pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk membentuk generasi penerus
menjadi generasi yang berkarakter dan mampu
menghidupi semangat keberagaman dalam hidup
bermasyarakat. Salah satu media yang dapat digunakan dalam menerapkan nilai pendidikan adalah cerita rakyat. Kehadiran tokoh-tokoh dalam cerita sekaligus memberikan pengaruh bagi anak karena anak dapat mengidentifikasi diri dengan tokoh yang ada yang hadir sesuai perannya, seperti cerita rakyat Manggarai Timur dengan judul Kode agu Balak. Penelitian ini mengangkat masalah penerapan nilai pendidikan apa sajakah melalui kehadiran tokoh Kode agu Balak dalam cerita anak lokal masyarakat Manggarai Timur dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasilnya menunjukkan bahwa cerita lokal Kode agu Balak memiliki makna, pesan dan nilai pendidikan
yang dapat diterapkan dalam kehidupan, seperti
a)penerapan nilai pendidikan membangun persahabatan, b)penerapan nilai pendidikan kerjasama, c)penerapan nilai pendidikan saling mengakui, d)penerapan nilai pendidikan permufakatan, e)penerapan nilai pendidikan kesetiaan atau komitmen, dan f)penerapan nilai pendidikan saling berdamai.
Kata Kunci : Nilai Pendidikan, Cerita Anak
Imelda Oliva Wissang 965 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penerapan nilai-nilai kehidupan merupakan usaha yang terus menerus dilakukan oleh pendidik atau guru di sekolah, orang tua atau para pendamping anak sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara seimbang dalam pengetahuan, sikap dan ketrampilan sebagaimana yang diinginkan. Secara khusus penerapan nilai pendidikan yang dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk membentuk generasi penerus menjadi generasi yang berkarakter mulia yang mampu menghidup semangat kebergaman dalam hidup bermasyarakat.
Banyak cara atau media yang dapat digunakan untuk menanamkan nilai kehidupan kepada anak seperti melalui cerita khususnya cerita rakyat yang memberikan sejumlah nilai juga pengetahuan dan pemahaman sebagai warisan budaya bagi anak sebagai generasi penerus (Suryani, 2016).
Tokoh dalam cerita misalnya dapat memberikan gambaran karakter yang dapat diteladani dimana tokoh ini dapat diperan oleh manusia juga ada yang diperankan oleh binatang atau disebut cerita fabel yang menarik minat anak untuk mendengar atau membacanya (Yuwono, Bactri dalam Gusal, 2015).
Cerita anak yang berasal dari daerah tertentu menggambarkan keadaan suatu maasyarakat dengan kebiasaan, adat istiadat yang menjadi tradisi, pedoman dan tata hidup atau pandangan hidup suatu masyarakat. Cerita anak mengandung pesan moral yang menjadi pedoman dalam kehidupan di tengah masyarakat (Gusal, 2015) seperti dalam cerita anak lokal masyarakat Manggarai Timur Kode agu Balak yang memberikan pelajaran berharga bahwa semua yang dikerjakan terlebih dahulu harus mempertimbangkan baik buruknya sehingga dapat bermanfaat baik bagi diri maupun bagi sesama (Barung, 2010:53).
Cerita rakyat Kode agu Balak di Manggarai Timur merupakan cerita anak berupa fabel yang mengisahkan persahabatan antar dua binatang yakni Kode (kera)
dan Balak (kadal). Dikisahkan meskipun berbeda namun kedua binatang ini bersahabat
bahkan untuk mempererat persahabatan diantara mereka maka keduanya bersepakat untuk membuka kebun baru. Setiap ada rencana selalu bermufakat meski pertentangan selalu terjadi tetapi keduanya tetap bersahabat, saling memahami dan berdamai satu sama lain.
Kisah Kode agu Balak memberikan makna dan pesan yang mendidik yang perlu diwariskan kepada anak sebagai generasi penerus. Ada nilai yang memberikan motivasi juga ada nilai yang memberikan kesadaran, peringatan, teguran atau nasihat. Karena itu pula penulis tertarik untuk mengangkat fabel anak Kode agu Balak ini untuk dianalisis.
Rumusan Masalah
Imelda Oliva Wissang 966 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan nilai pendidikan melalui kehadiran tokoh Kode agu Balak cerita lokal masyarakat Manggarai Timur.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk; 1. Manfaat Teoritis
a. Menambah khasanah pengetahuan bagi pembaca, peminat, pengajar cerita anak b.Sebagai media pembelajaran untuk menerapkan nilai-nilai kehidupan bagi
generasi penerus. 2. Manfaat Praktis
a. Sebagai sumber pustaka dan referensi bagi guru dan siswa pada mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia
b. Sebagai sumber pengetahaun bagi pembaca
c. Sebagai bahan pengembangan bagi sekolah dalam meningkatkan sarana perpustakaan
d. Sebagai acuan bagi penelitian lanjutan
KAJIAN PUSTAKA Nilai
Nilai merupakan sesuatu yang berharga dan menekankan proses yang padu antara penerapan dan hasil yang dapat ditunjukan lewat bentuk fisik, pola perilaku, sikap, tutur kata, pandangan, pemahaman terhadap berbagai aspek kehidupan. Nilai menghendaki segala hal dapat berjalan sesuai tata aturan, pedoman atau kesepakatan yang ada yang dapat memberi pengaruh positip dalam kehidupan bersama atau bermasyarakat (Gusal, 2015).
Nilai juga dapat menjadi pedoman yang mengatur perilaku dan pola hidup suatu masyarakat atau komunitas (Yusuf, 2013) dimana pola hidup ini akan menjadi warisan luhur bagi generasi penerus, warisan yang tidak bisa diganti oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini yang semakin pesat, cepat, tepat tetapi kadang kurang bertahan sebagaimana lestarinya warisan lokal yang ada, seperti cerita rakyat yang mengandung nilai-nilai kehidupan (Suryani, 2016; Agi, 2017; Aminah, 2016).
Pendidikan
Pendidikan dapat dikatakan sebagai proses yang terus berlangsung dalam kehidupan manusia yang dapat membantu pemahaman sehingga dapat berkembang menuju apa yang diinginkan. Pendidikan juga merupakan kebutuhan setiap manusia untuk bertumbuh dan berkembang dalam berbagai tatanan hidup bersama dimana tercipta saling menghargai, saling percaya, saling mengakui karena setiap orang memiliki keunggulan dan keterbatasan dalam mewujudkan keinginan bersama. Pembentukan sikap dapat dilakukan melalui pendidikan yang baik (Yusuf, 2013).
Imelda Oliva Wissang 967 kreatifitas lainnya sehingga tercipta kemungkinan seseorang dapat belajar mengetahui, memahami, memanfaatkan apa yang diterima sesuai dengan fungsinya (Gusal, 2015).
Cerita Rakyat
Cerita rakyat hidup dan berkembang di tengah masyarakat dengan berbagai bentuk, seperti fabel yang merupakan cerita dengan tokoh binatang. Cerita rakyat merupakan warisan budaya, warisan sastra dari suatu masyarakat tertentu karena di dalam cerita rakyat mengandung isi, pesan, amanat yang selalu berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan yang berguna bagi pengembangan karakter suatu masyarakat khususnya bagi generasi penerus (Maryaeni, 2013). Selain itu cerita rakyat memiliki sejumlah fungsi dan nilai yang sangat diperlukan dalam kehidupan bersama suatu masyarakat (Suryani, 2016; Agi, 2017; Aminah, 2016).
Cerita rakyat merupakan kekayaan dan jati diri suatu masyarakat yang kebanyakan masih tersebar secara lisan meski ada yang sudah didokumentasikan dengan baik melalui buku-buku bacaan yang memungkinan orang dalam hal ini anak atau siswa dapat membaca dan mengetahui isi, pesan yang terkandung dalam cerita tersebut. Dalam cerita rakyat tersimpan sejumlah nilai yang merupakan kearifan lokal suatu masyarakat yang berguna bagi kehidupan (Priyanto, 2014).
Melalui cerita rakyat seseorang dapat belajar mengenai budaya, tradisi, kebiasaan suatu masyarakat bahkan melalui cerita rakyat dapat tercipta berbagai pikiran, ide, gagasan, kreatifitas untuk membangun hidup bersama secara harmonis terlebih di komunitas masyarakat yang multi (Maryaeni, 2013; Gusal, 2015).
Dunia anak
Dunia anak semestinya menjadi dunia yang ramah dan memberikan berbagai kemungkinan untuk anak dapat berkembang sebagaimana proses yang dilalui sesuai masa perkembangan anak. Dunia anak merupakan sebuah keadaan, situasi, kesempatan yang diciptakan secara kreatif oleh orang tua atau orang yang peduli terhadap dunia anak seperti guru, pendamping sehingga anak bisa aktif, kreatif dan memberikan pengaruh positip terhadap sesame ang lain serta bersama-sama menerapkan nilai-nilai yang berguna melalui kreativitas mereka. Salah satunya melalui kegiatan membaca atau menulis tentang cerita rakyat sehingga dapat memperlajari warisan budaya dari daeerahnya atau daerah lain untuk memperkaya pengetahuan, pengalaman serta pengamalan akan kehidupan bersama dalam masyarakat (Priyanto, 2014).
Fabel Kode agu Balak
Bahasa Manggarai
Kode agu Balak
Danong one beo Lambaleda mose Kode agu Balak. Konem beda tara dise sua dia tau. Manga reje dise ga kudut wengkas uma weru ai kudut weri muku landing dio
pande. Eme de Kode weri saung ngger wa tanah, eme hi Balak pu’un muku weri ngger
wa tanah.
Imelda Oliva Wissang 968
“Muku daku wua gi agu tee ga,” tae de Balak. “Muku daku kole te’es ga,” tae de kode. Wuan ga mese keta agu mecik. Kali adong hia kode. Bae le kode reba hae dia halas wa tana kanang nganceng. Hia balak toe ngance elo ngger eta.
Ca leso ga rejeng le Kode agu hia Balak kudut ngo lelo muku one uma de
Balak. Ai ita muku te’e one uma de Balak, tuke hia Kode te hang muku de reba haen hi
Balak sampe becur. Poli becur tae le Kode, “Tong nae de hau kudut pau muku laku
eta mai’n”.
Ele hia Balak tong nae, kali ga hi Kode pande pau tai’d toe pau muku. Cempeng hia Balak ga bo hi Kole toe manga senget. Ali becur bail tukan hia Kode toe ngance wau eta mai pu’u muku. Landing hitu ga hi Kode tae kole latang Balak kudut tong kole nae ai ngoeng pau weki diha Kode.
“Tong nae de hau ga Balak,” jera hi Kode. Aiata cempeng bail keta hi Balak manga hia ceha wa mai nae lempo. Toe manga ita le Kode.
“Tekar hau ga,” jera de Balak. Tekar keta hia Kode eta mai nae ata poli tong le Balak. Ceka le lempo one pucu de Kode. Rait hia ali leng betin. Ali denge rait mai taung’s Kode iwo’d one mai puar kudu ongga hi Balak. Denge hitu gelang keta hi Balak ceha. Untung manga ca ata remeng ciwal uma ruis situ. Bengkes keta ata situ ita hi Balak ai toe pande rusak po’ong one uma.
Pisa wulang ngger musi cumang kole kode agu Balak pas one watu cupu uma.
One watu situ ise tae taung cempeng agu beti nai’d lawing ho’o. Ise kole bantang
cama kudu dame. Ise sua gar eke cumang one ca niang kudut teing hang agu tau ca nai ise sua kudu cumang kole one watu hitu. Pas ma ice pisa hi Kode ba wua ara agu hi Balak ba latung.
Poli bantang ai ceing at cai teke olo lonto muing one watu hitu. Pas du leso reke ga hi balak at acai le olo landing ga toe lonto eta mai watu. Ata kudut ceha agu hi Kode hi Balak ceha wa mai watu. Toe beheng poli hitu cai hi Kode lonto eta mai watu. Hi Kode jejer keta nai ai toe di cai hi Balak. Ai beheng bail gereng hi Kode ciek benta hi Balak.
“Uu…, Balak,” benta hi Kode.
“Uu, ho’o aku e,” wale hi balak wa mai watu. Leng denge running wa mai watu, hi Kode raha toe bae liha kali hitu reweng de Balak. Hi Kode benta kole ne nggitu kole hi Balak wale wa mai watu. Ali cempeng hi Kode pande bike liha watu hitu hena iko de Balak. Du hitu ga bae li Kode kali reweng wa mai watu kali hi Balak. Kode rantang keta ai poli pande betot iko’d de Balak. Du hitu ga iko’d de balak gelang keta betot.
Terjemahan Bahasa Indonesia
Kera dan Kadal
Konon di Lambaleda Tenggara hiduplah dua binatang si Balak dan si
Imelda Oliva Wissang 969 Beberapa bulan kemudian si Kodebertanya, “Teman, pisangmu sudah berbuah
masak?”
“Pisangku sudah berbuah dan matang di pohon,” jawab di Balak.
“Pisangku juga sudah masak,” kata si Kode.” “Buahnya besar dan enak.”
Padahal si Kode berbohong. Si Kode tahu bahwa temannya hanya bisa merayap di tanah. Si Balak tidak bisa menengadah (melihata ke atas).
Suatu hari si Kode mengajak si Balak untuk pergi melihat pisang di kebun si
Balak. Begitu melihat pisang di kebun si Balak sudah masak, si Kode naik. Ia makan
pisang dari temannya itu sampai puas. Setelah kenyang, si Kodeberkata “Tong nae de hau (tadah sarungmu) untuk menampung pisang yang saya jatuhkan.”
Begitu si Balak menadahkan sarungnya, si Kode menjatuhkan ta’i (kotoran) ke sarung tersebut. Si Balak protes, tetapi si Kode tidak mempedulikannya. Karena perutnya sudah kenyang, ia tidak bisa lagi turun dari pohon pisang. Ia minta si Balak
untuk menadahkan sarung lagi supaya badannya terjatuh di atas sarung si Balak.
“Tadah sarungmu,” perintahnya kepada si Balak. Karena jengkel, si Balak
memasang lempo (ranjau kecil) di bawah sarung supaya tidak dilihat si Kode.
“Tekar ga (lompatlah),”perintah si Balak. Dadanya tertancap ranjau. Ia rait
(menjerit) karena rasa sakit yang luar biasa. Mengetahui kejadian itu, kera-kera dari pinggir hutan pun datang untuk menghajar si Balak. Si Balak cepat menyembunyikan diri. Untunglah, di kebun itu ada seorang manusia yang mengusir kawanan kera.
Si Balak disukai manusia karena binatang ini tidak merusak atau mencuri
tanaman manusia. Sementara itu, si Kode dibenci manusia karena bintanag ini sering mengganggu/mencuri tanaman manusia.
Pada bulan berikutnya si Kode dan si Balak bertemu lagi di atas batu di pinggir kebun. Di atas batu itu mereka mengakui kesalahan yang pernah terjadi. Mereka sepakat untuk berdamai supaya bisa hidup bersahabat lagi. Keduanyapun janji bertemu di satu tempat untuk saling memberikan makanan. Keduanya bersepakat untuk bertemu kembali di atas batu itu empat hari kemudian. Dalam pertemuan nanti si Kode
membawa buah pohon ara dan si Balak membawa jagung.
Disepakati pula bahwa yang datang lebih dulu harus duduk di atas batu. Pada hari pertemuan itu si Balak yang datang lebih cepat, tetapi ia tidak duduk di atas batu. Dengan maksud main-main untuk menggoda temannya, si Balak bersembunyi di bawah batu. Selang beberapa menit kemudian datanglah si Kode dan duduk di atas batu itu. Si Kode gelisah karena dikiranya si balak belum datang. Karena sudah terlalu lama menunggu, si Kode berteriak memanggil sahabatnya.
“Uu…, Balak,” teriak si Kode.
“Uu, ho’o aku e,” jawab si Balak dari bawah batu. Mendengar suara dari
bawah batu itu, si Kode malah mengancami pemilik suara itu. Si Kode mengira bahwa sahabatnya belum datang. Berulang-ulang si Kode berteriak memanggil sahabatnya, berulang-ulang pula sahutan si Balak dari bawah batu. Karena jengkel, si Kode
menghantam batu dengan pantatnya. Batu pecah dan badan si Balak terancam remuk. Untunglah, bagian yang remuk kena pecahan batu itu hanya bagian ekor si Balak. Seketika itu si Kode baru sadar bahwa suara di bawah batu adalah suara sahabatnya. Ia menyesal karena ekor dari temannya remuk/putus. Sejak saat itu ekor si Balak
Imelda Oliva Wissang 970 METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam sebuah penelitian akan menjawab permasalahan dan tujuan penelitian.
Dalam penelitian ini metode yang digunalan adalah metode deskriptif kualitatif. Digunakannya metode ini untuk mendeskripsikan penerapan nilai pendidikan melalui kehadiran tokoh Kode agu Balak dalam cerita lokal masyarakat Manggarai Timur. Sedangkan metode kualitatif digunakan berkaitan dengan pendeskripsian tanpa disertai perhitungan statistik (Rianse, 2008:8 dalam Gusal, 2015, & Suryani, 2016).
Jenis dan Waktu Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan karena objek kajian berupa teks tertulis dalam buku juga berbagai buku penunjang lainnya. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Juni 2018.
Data dan Sumber Data Data Penelitian
Data peneitian ini adalah data tulis berupa kalimat atau paragraf yang berkaitan dengan penerapan nilai pendidikan melalui kehadiran tokoh Kode agu Balak dalam cerita lokal masyarakat Manggarai Timur.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah cerita Kode agu Balak dalam buku Pembelajaran Cerita Lokal Masyarakat Manggarai Timur yang diterbitkan oleh GO Penerbit CV. Graffiko Ruteng, Flores 2010, penulis Drs. Kanis Barung, H.Hum, tebal 139 halaman.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian adalah teknik baca-catat, yang dilakukan dengan cara membaca berulang-ulang teks cerita kemudian memilah sesuai aspek yang akan diteliti, lalu mencatat data-data atau informasi yang mendukung penelitian ini.
Teknik Analisis Data
Teknik yang dilakukan dalam menganalisis data menggunakan penjaringan data dengan cara mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan data yang berkaitan dengan penerapan nilai pendidikan melalui tokoh Kode agu Balak dalam cerita lokal masyarakat Manggarai Timur dengan cara kerja sebagai berikut;
1. Mengidentifikasi data, dimana membaca keseluruhan cerita dan memberi kode pada data yang sesuai dengan permasalahan penelitian
2. Mengklasifikasi data dengan cara mengelompokkan data yang berkaitan dengan niliai pendidikan dalam cerita lokal Kaba agu But Masyakarat Manggarai Timur. 3. Mengalisis data dengan metode deskriptif.
Imelda Oliva Wissang 971 5. Interpretasi data, dengan memberikan gambaran secara umum tentang hasil
penelitian yang diperoleh, seperti pada simpulan hasil penelitian.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penerapan nilai pendidikan melalui kehadiran tokoh Kode agu Balak Cerita lokal Masyarakat Manggarai Timur, sebagai berikut;
Nilai Pendidikan Membangun Persahabatan
Bagi masyarakat Manggarai Timur nilai pendidikan membangun persahabatan merupakan kekuatan dalam hidup bermasyarakat dimana perbedaan dapat menyatukan semua pihak, seperti dalam cerita Kode agu Balak terdapat penerapan nilai pendidikan membangun persahabatan dimana kedua binatang ini meskipun berbeda tetapi bersahabat, bahkan mereka sepakat untuk melakukan pekerjaan membuka kebun baru, seperti kutipan;
“Danong one beo Lambaleda mose Kode agu Balak. Konem beda tara dise sua dia tau. Manga reje dose ga kudut wengkas uma weru ai kudut weri muku landing dio
pande” (PCL,2010:51.p 1).
Dahulu kala…hiduplah si Balak dan si Kode. Walaupun berbeda bentuk, mereka
bersahabat. Suatu ketika mereka sepakata membuka kebun baru untuk tanam pisang, tetapi cara mereka berbeda”.
Dari kutipan di atas dapat dijelaskan dimana kedua binatang Kode agu Balak
itu berbeda baik secara fisik juga dalam pandangan, sikap atau cara untuk mengerjakan sesuatu seperti membuka kebun untuk menanam pisang tetapi perbedaan itu justru membuat mereka bisa bersahabat satu sama lain dan mereka berhasil melaksanakan rencana yang telah disepakati bersama.
Nilai Pendidikan Kerjasama
Dalam membangun persahabatan atau hidup bersama, kebiasaan yang hidup ditengah masyarakat Manggarai Timur adalah selalu ada kerjasama dan apa dikerjakan selalu diputuskan bersama dalam musyawarah dan hasilnya dapat diketahui bersama sehingga apa yang dicita-citakan tercapai, seperti kutipan;
“…Manga reje dose ga kudut wengkas uma weru ai kudut weri muku…”
(PCL,2010:51.p 1).
Suatu ketika mereka sepakat membuka kebun baru untuk tanam pisang, tetapi cara mereka berbeda”
Nilai pendidikan kerjasama yang digambarkan dalam kutipan di atas dapat terlaksana setelah ada kesepakatan dimana melalui kesepakatan dapat mendorong semua pihak melakukan tugas atau pekerjaan untuk suatu maksud yang diingkinkan bersama.
Kutipan lain yang mengandung nilai pendidikan kerjasama seperti berikut;
“Ca leson ga rejeng le Kode hia balak kudu ngo elo muku one uma de balak”
(PCL,2010:51.p 5).
Suatu hari si Kode mengajak si Balak untuk pergi melihat pisang di kebun si Balak. Kutipan diatas menggambarkan sikap keterbukaan diantara Kode agu Balak
Imelda Oliva Wissang 972 Demikian pun dalam kehidupan masyarakat Manggarai Timur sikap keterbukaan menjadi jalan yang melancarkan segala rencana atau kesepaktan bersama.
Nilai Pendidikan Saling Mengakui
Nilai pendidikan saling mengakui dalam kehidupan masyarakat Manggarai Timur merupakan penerapan sikap jujur terhadap diri sehingga dapat saling mengakui bila terjadi kesalahan atau mampu mengakui diri bila ada kekurangan maupun kebolehan Dalam cerita ini dimaksudkan bahwa si Kode dan si Balak masing-masing memiliki keterbatasan disamping kebolehan. Karena itu keduanya tidak ada yang disingkirkan atau disepelekan, seperti kutipan;
“Ele hia tadah le Balak le nae kali ta’id kode ata pau. Mai hia Balak protes tapi toe
hirau le kode. Ali becur tukan hia toe ngance wau kaut eta mai pu’u muku agi tae kole
riha Balak kudut tadah nae kudu pau weki diha” (PCL,2010:51 p.5, 6).
Si Kode menyuruh si Balak untuk membentang kain supaya ia menjatuhkan pisang masak di kebun si Balak. Si Balak protes tetapi si Kode tidak menghiraukannya. Ia tetap makan sampai kenyang hingga tidak bisa turun dari pohon pisang. Ternyata ia menjatuhkan kotorannya sehingga si Balak jengkel.
Kutipan diatas menggambarkan sikap cerdas dari kebiasaan buruk si Kode
yang licik dan mengecewakan si Balak. Tetapi meski demikian, si Balak tetap memenuhi permintaan si Kode. Bahwa si Balak dapat memahami maksud si Kode
demikian sebaliknya si Kode memahami keinginan si Balak. Dalam situasi kecewa si
Balak masih bersedia memenuhi keinginan sahabatnya si Kode.
Kutipan lain yang menggambarakan nilai pendidikan saling mengerti, seperti berikut;
“Tong nahe da’u de jera di Kode. Ai jengkel keta hi Balak wa main de naen na’a keta
lempo” (PCL,2010:51 p.7)
Si Kode meminta tadah kain. Karena jengkel si Balak meletakkan lempo (ranjau/kayu tajam) di bawah kain
Kutipan ini dapat dijelaskan bahwa si Balak cerdas menggunakan akal untuk menyadarkan si Kode yang sudah mengecewakan si Balak. Usaha untuk menyadarkan sesama dapat juga melalui perbuatan yang tidak terpuji dimana dalam situasi tertentu dibutuhkan untuk membuka kesadaran bahwa sesama patut dihargai.
Nilai Pendidikan Permufakatan
Nilai pendidikan permufakatan yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat Manggrai Timur merupakan sikap keterbukaan diantara warga dan nilai ini sangat diperlukan ketika merencanakan suatu kegiatan apalagi kegiatan besar atau melaksanakan suatu perkerjaan untuk kepentingan bersama, seperti kutipan;
“Manga reje dose ga kudut wengkas uma weru ai kudut weri muku” (PCL,2010:51 p
1)
Mereka sepakat untuk membuka kebun baru menanam pisang
Imelda Oliva Wissang 973 Kutipan lain yang menjelaskan tentang nilai pendidikan permufakatan bahwa sebelum melakukan suatu pekerjaan selalu ada mufakat hingga membawa hasil yang baik, seperti berikut;
“Ca leso ga rejeng le Kode hia Balak kudut ngo lelo muku one uma de Balak” (PCL,
2010:51 5).
Suatu hari si Kode mengajak si Balak. Mereka sepakat pergi ke kebun si Balak untuk melihat pisang
Nilai Pendidikan Kesetiaan atau Komitmen
Nilai pendidikan kesetiaan atau komitmen merupakan sikap untuk setia pada janji atau kesepakatan, keputusan yang menjadi komitmen bersama. Nilai ini dihidupi masyarakat Manggarai Timur dalam berbagai kegiatan yang menjadi kesepakatan atau keputusan bersama. Melalui penerapan nilai ini setiap warga sadar untuk teguh pada janji dan menghindari pelanggaran, seperti pada kutipan berikut;
“…wengkas uma weru ai kudut weri muku” (PCL,2010:51 p 1)
membuka kebun baru untuk menanam pisang Atau pada kutipan lain;
“ ….rejeng le Kode latang hia Balak kudu ngo elo muku one uma de balak (PCL,
2010:51 5)
ajakan si Kode kepada si Balak untuk pergi ke kebun si Balak untuk melihat pisang. Dari kutipan diatas tergambar sikap bahwa komitmen terhadap janji yang telah disepakati akan memudahkan segala urusan terlebih dalam menyelesaikan persoalan, seperti juga kutipan berikut;
“Ise sua ga reke cumang one ca niang kudut teing hang agu tau ca nai” (PCL,
2010:51 p 11)
Mereka berdua sepakat untuk bertemu dan saling memberi makan tanda berdamai.
Nilai Pendidikan Saling Berdamai
Perdamaian merupakan sikap terpuji yang selalu diusahakan setiap orang. Hidup berdamai menjadi harapan karena dapat tumbuh sikap saling menghargai dan saling menghormati satu sama lain. Bagi masyarakat Manggarai Timur penerapan nilai perdamaian atau saling berdama merupakan warisan yang selalu diperjuangan dan dihidupi seperti kutipan berikut;
“One watu situ ise tae taung salah ata pernah pande” (PCL, 2010:51 p 11)
Diatas sebuah batu yang menjadi tempat pertemuan keduanya saling mengakui kesalahan yang sudah didilakukan
Kutipan ini menjelaskan bahwa perdamaian hanya bisa terjadi jika pihak yang saling bermusuhan bersedia saling mengakui kesalahan dan mau menerima pernytaan bersalah kedua pihak.
Kutipan lainnya;
“Ise sua ga reke cumang one ca niang kudut teing hang agu tau ca nai ise sua”
(PCL, 2010:51 p 11)
Imelda Oliva Wissang 974 Kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa bagi masyarakat Manggarai Timur perdamaian merupakan ungkapan saling mengasihi dengan tidak lagi memperhitungkan kesalahan pada waktu yang lalu. Simbol perdamaian ini melalui acara teing hang (beri makan) tanda bahwa terjadi perdamaian diantara pihak yang bermusuhan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Penerapan nilai-nilai kehidupan melalui cerita rakyat membantu anak dapat tumbuh dan berkembang secara seimbang dalam pengetahuan, sikap dan ketrampilan sebagaimana yang diinginkan. Cerita rakyat mengandung nilai-nilai kehidupan dan memiliki pesan moral yang berguna bagi kehidupan masyarakat. Anak sebagai generasi penerus harus mendapat kesempatan pertama untuk diarahkan pada penghayatan akan warisan nilai luhur dari cerita rakyat yang ada. Kehadiran tokoh-tokoh dalam cerita sekaligus memberikan pengaruh bagi anak karena anak dapat mengidentifikasi diri dengan tokoh yang ada yang hadir sesuai perannya. Salah satu cerita rakyat masyarakat Manggari Timur adalah cerita Kode agu Balak yang memiliki makna dan warisan nilai pendidikan yang dapat diterapkan dalam kehidupan, seperti a) penerapan nilai pendidikan membangun persahabatan, b) penerapan nilai pendidikan kerjasama, c) penerapan nilai pendidikan saling mengakui, d) penerapan nilai pendidikan permufakatan, e) penerapan nilai pendidikan kesetiaan atau komitmen, dan f) penerapan nilai pendidikan saling berdamai.
Saran
Berdasarkan uraian diatas maka diajukan beberapa saran sebagai berikut; 1. Bagi guru Bahasa dan Sastra Indonesia agar memanfaatkan khasanah lokal
khususnya cerita rakyat sebagai sumber belajar.
2. Bagi siswa agar dapat mencintai dan merasa memiliki cerita rakyat yang membantu memberikan kesadaran akan warisan nilai-nilai kehidupan.
3. Bagi sekolah agar menambah buku bacaan lokal di perpustaakaan sekolah.
4. Bagi pemerintah Kabupaten Manggarai Timur agar melestarikan warisan lokal seperti cerita rakyat dengan membantu penulis menerbitkan buku-buku pelajaran muatan lokal.
5. Bagi peneliti lanjutan agar dapat melanjutkan penelitian tentang cerita rakyat Kode
agu Balak dalam berbagai jenis tema serta meneliti cerita atau kekayaan budaya
lokal lainnya yang ada di wilayah Manggarai Timur.
DAFTAR PUSTAKA
Agi, Irawan. Ronal. 2017. “Nilai-Nilai pendidikan karakter dalam Cerita Rakyat
Pangkalan Jambu Desa Bungo Tanjung Kabupaten Merangin. Artikel
Repository Unja.ac.id. Akses 24 Mei 2018.
Aminah, Nur, 2016. “Nilai-Nilai Pendidikan Cerita Rakyat dalam Buku Sastra Lisan
Lampung karya Efendi Sanusi dan Impikasinya dalam Pembelajaran Bahasa
Imelda Oliva Wissang 975 Barung, Kanis. 2010. Pembelajaran Cerita Lokal Masyarakat Manggarai Timur.
Ruteng, Flores, GO Penerbit CV Graffiko.
Gusal, La. Ode. 2015. “Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerita Rakyat Sulawesi
Tenggara Karya La Ode Sidu.” Artikel Jurnal Humanika No 15, Vol. 3,
Desember 2015/ISSN 1979-8296. Akses 22 Mei 2018.
Kenzumudin, Mohammad. 2017. “Menggali Nilai dan Fungsi Cerita Rakyat Sultan
Hodirin dan Masjid Wali At-Tagwa Loram Kulon Kudus”. Artikel Jurnal
Kredo: Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra Universitas Muria Kudus, 2017. Akses 23 Mei 2018.
Maryaeni. 2013 “Pendidikan Multikultural” Artikel Jurnal Asosiai Jurusan/Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Nomor 1/Tahun 1/2013.
Priyanto, Aris. 2014. “Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Aktualisasi
Bermain”. Artikel Jurnal Ilmiah Guru “Cope” No.02/Tahun XVIII/November
2014. Akses 23 Mei 2018.
Suryani, Tikah, 2016. “Analisis Nilai-Nilai Moral Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara
Edisi 5”. Artikel E-journal.2016. Akses 23 Mei 2018.
Yusuf, Muhammad, 2013. “Membentuk Karakter Melalui Pendidikan Berbasis Nilai”.