• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usaha Induksi Pembungaan Kacang Tunggak (Vigna Unguiculata L.) Di Luar Musim Dengan Variasi Pengurangan Panjang Hari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Usaha Induksi Pembungaan Kacang Tunggak (Vigna Unguiculata L.) Di Luar Musim Dengan Variasi Pengurangan Panjang Hari"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

USAHA INDUKSI PEMBUNGAAN

KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata L.) DI LUAR MUSIM DENGAN VARIASI PENGURANGAN PANJANG HARI

Skripsi

Jurusan/program Studi Agronomi

n

Oleh : SISCA SUPARNO

H 0107084

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

USAHA INDUKSI PEMBUNGAAN

KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata L.) DI LUAR MUSIM DENGAN VARIASI PENGURANGAN PANJANG HARI

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memeperoleh derajat Sarjana Pertanian

Di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/program Studi Agronomi

n

Oleh : SISCA SUPARNO

H 0107084

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(3)

commit to user

iii

USAHA INDUKSI PEMBUNGAAN

KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata L.) DI LUAR MUSIM DENGAN VARIASI PENGURANGAN PANJANG HARI

Jurusan/program Studi Agronomi

n

Oleh : SISCA SUPARNO

H 0107084

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(4)

commit to user

iv

HALAMAN PENGESAHAN

USAHA INDUKSI PEMBUNGAAN

KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata L.) DI LUAR MUSIM DENGAN

VARIASI PENGURANGAN PANJANG HARI

Yang dipersembahkan dan disusun oleh

SISCA SUPARNO H 0107084

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal:

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji Ketua

Prof. Dr. Ir. Supriyono, MS NIP. 195907111984 03 1002

Anggota I

Ir. Suharto Pr, MP NIP. 194910101976 11 1001

Anggota II

Drs. Sugijono, MP NIP. 194709161980 03 1001

Surakarta,

Mengetahui

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Usaha Induksi

Pembungaan Kacang Tunggak (Vigna unguiculata L.) Di Luar Musim Dengan

Variasi Pengurangan Panjang Hari”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian

persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret.

Dalam penelitian skripsi ini tentunya tak lepas dari batuan, bimbingan dan

dukungan berbagai pihak, sehingga peneliti tak lupa mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Suntoro W, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Ir. Supriyono, MS selaku pembimbing utama dan Ir Suharto Pr, MP

selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan saran dan sumbangan

pemikiran kepada penulis selama pelaksanaan penelitian sampai penyusunan

skripsi ini.

3. Drs. Sugijono, MP selaku dosen pembahas yang telah memberikan masukan

dan saran pada skripsi ini.

4. Dr. Samanhudi, SP, MSi selaku pembimbing akademik penulis.

5. Ibu dan bapak tercinta yang selalu mendoakan dan mendukung serta kakak dan

adik tercinta yang menjadi inspirasi penulis.

6. Kekasihku Romy Muarifin yang selalu memberiku semangat dan dukungan

dalam penulisan skripsi ini.

7. Anak-anak pandawi, anak-anak pravitasari dan canopi serta semua pihak yang

telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu per satu.

Walaupun disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, tetapi

diharapkan semoga bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Surakarta, April 2011

(6)

commit to user

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

(7)

commit to user

vii

G. Jumlah Biji per Tanaman ... 22

H. Hasil Biji per Tanaman ... 24

I. Diameter Batang ... ... 25

J. Berat Brangkasan... 28

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... ... .... 32

(8)

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rerata Saat Muncul Bunga (MST) ... 15

2. Rerata Jumlah Bunga Tiap Tanaman ... 16

3. Rerata Jumlah Polong per Tanaman ... 18

4. Rerata Jumlah Biji per Polong ... 19

5. Rerata Saat Panen (MST) ... 20

6. Rerata Berat 1000 Biji (gram)... 21

7. Rerata Jumlah Biji per Tanaman... 22

8. Rerata Hasil Biji per Tanaman ... 24

9. Rerata Diameter Batang Sebelum Disungkup (cm) ... 25

10. Rerata Diameter Batang Saat Disungkup (cm) ... 26

11. Rerata Diameter Batang Setelah Disungkup (cm) ... 26

12. Rerata Berat Brangkas Segar (gram) ... 28

(9)

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(10)

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Tabel.1 Anova Saat Muncul Bunga (MST) ... 35

2. Tabel.2 Anova Jumlah Bunga Tiap Tanaman... 35

3. Tabel.3 Anova Jumlah Polong per Tanaman ... 36

4. Tabel.4 Anova Jumlah Biji per Polong ... 36

5. Tabel.5 Anova Saat Panen (MST) ... ... 36

6. Tabel.6 Anova Berat 1000 Biji ... 37

7. Tabel.7 Anova Jumlah Biji per Tanaman ... 37

8. Tabel.8 Anova Hasil Biji per Tanaman ... 37

9. Tabel.9a Anova Diameter Batang Sebelum Disungkup ... 38

10. Tabel.9b Anova Diameter Batang Saat Disungkup ... 38

11. Tabel.9c Anova Diameter Batang Setelah Disungkup ... 38

12. Tabel.10a Anova Berat Brangkas Segar ... 39

13. Tabel.10b Anova Berat Brangkas Kering ... 39

14. Data Curah Hujan ... 40

(11)

commit to user

xi

USAHA INDUKSI PEMBUNGAAN

KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata L.) DI LUAR MUSIM DENGAN

VARIASI PENGURANGAN PANJANG HARI

SISCA SUPARNO (H0107084)

RINGKASAN

Kacang tunggak merupakan kacang pengganti kedelai yang dapat

digunakan sebagai bahan dasar pembuat tempe. Melihat potensi kacang tunggak

yang begitu bagus, maka kacang tunggak perlu dikembangkan. Kacang tunggak

merupakan tanaman yang untuk berbunga sangat dipengaruhi oleh panjang hari.

Tanaman berbunga pada bulan tertentu (juni-juli). Penelitian ini bertujuan untuk

mendapatkan jumlah hari perlakuan pengurangan panjang hari yang mampu

menginduksi pembungaan sehingga mampu hidup diluar musim dengan

berproduksi secara normal.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober 2010 sampai dengan

31 Januari 2011 di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Negeri Sebelas

Maret. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL)

1 faktor dengan 6 tingkat perlakuan dan masing-masing 4 ulangan. Perlakuan

yang dimaksud adalah penutupan tanaman dengan plastik hitam menurut lamanya

hari penutupan yaitu selama 3, 6, 9, 12, 15 hari dan terdapat tanaman pembanding

yang tidak ditutupi dengan plastik hitam. Penutupan dilakukan selama 2 jam pada

sore hari pada masing-masing perlakuan. Pelaksanaan penelitian meliputi

penanaman, pemeliharaan, pemberian penutup (penyungkupan) dan pemanenan.

Variabel pengamatan pada penelitian ini meliputi saat muncul bunga, jumlah

bunga tiap tanaman, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per polong, saat

panen, berat 1000 biji, jumlah biji per tanaman, hasil biji per tanaman, diameter

batang dan berat brangkasan. Data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis

(12)

commit to user

xii

nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (DMRT) dengan taraf

5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman kontrol pun menghasilkan

bunga, hal ini disebabkan karena anomali cuaca. Hasil penelitian yang lainnya

adalah bahwa penutupan dengan plastik hitam belum terbukti meningkatkan

(13)

commit to user

xiii

FLOWERING INDUCTION COWPEA (Vigna unguiculata L.) OFF SEASON WITH LONG DAY VARIATION REDUCTION

Sisca Suparno (H0107084)

SUMMARY

Cowpea is a substitute for soya bean that can be used as the base material

tempeh makers. Seeing the potential of cowpea is so good, it needs to be

developed cowpea. Cowpea plants to flowering is strongly influenced by day

length. Flowering plants in a particular month (June-July). This study aimed to

obtain the number of days reduction in length of day treatment is able to induce

flowering so that they can live outside the season to be produced normally. This

study was conducted on October 10, 2010 until January 31, 2011 in the

greenhouse Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University.

This study using Randomized Complete Block Design (RAKL) 1 factor

with 6 levels of each treatment and 4 replications. The treatment in question is the

closure of plant with black plastic for a longer period that is closing day for 3, 6,

9, 12, 15 days and there is comparator plants that are not covered with black

plastic. Closure carried out for 2 hours in the afternoon on each treatment.

Implementation of research includes planting, maintenance, provision of cover

and harvesting. Observed variables in the study include the time appeared rates,

number of flowers Observed variables in the study include the time appeared

rates, number of flowers per plant, number of pods per plant, seed number per

pods, at harvest, 1000 grain weight, number of seed per plant, weight of seed per

plant, stem diameter and weighs biomass. Obtained data were analyzed with

analysis of diversity based on F test at level 5%. If there is a significantly different

(14)

commit to user

xiv

The results showed that the control plants also produce flowers, this was

due to weather anomalies. Results of other studies is that the closure with a black

(15)

commit to user I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kacang-kacangan merupakan sumber protein dengan kandungan

berkisar antara 20-35%, sumber lemak, vitamin, mineral dan serat. Kacang-

kacangan memberikan sekitar 135 kalori per 100 gram bagian yang dapat

dimakan. Jika mengkonsumsi sebanyak 100 gram, maka jumlah itu akan

mencukupi sekitar 20% kebutuhan protein dan 20% kebutuhan serat per hari

(Anonima, 2010).

Jenis kacang yang mendominasi pasar Indonesia adalah kedelai

(Glycine max), yang sebagian besar masih diimpor dari luar negeri karena

produksi dalam negeri rendah. Agar dapat memenuhi kebutuhan

kacang-kacangan dalam negeri, maka perlu dilakukan usaha untuk mengenalkan jenis

kacang lokal yang juga memiliki kandungan gizi yang hampir sama dengan

kedelai. Salah satu kacang lokal yang memiliki potensi untuk dikembangkan

adalah Kacang Tunggak (Vigna unguiculata L.). Kacang Tunggak (Vigna

unguiculata L.) termasuk dalam keluarga Leguminosa. Bijinya mempunyai

kandungan protein cukup besar yaitu sekitar 25%. Tanaman ini diperkirakan

berasal dari Afrika Barat. Di samping toleran terhadap kekeringan Kacang

Tunggak juga mampu mengikat nitrogen dari udara. Daun dan polongnya

yang masih muda cukup nikmat bila dikonsumsi sebagai sayuran (Litbang,

2011).

Kacang tunggak merupakan kacang yang juga dapat digunakan sebagai

bahan dasar pembuat tempe. Tempe yang tadinya hanya dibuat dengan bahan

dasar kedelai kini dapat dibuat dari bahan dasar bukan kedelai. Kandungan

protein kacang tunggak yang tinggi dan tidak kalah tinggi dengan kedelai ini

merupakan alternatif untuk menyikapi kelangkaan kedelai di Indonesia.

Munculnya bahan alternatif pembuat tempe ini mampu mengurangi angka

impor kedelai di Indonesia (Anonimc, 2011).

Ada beberapa jenis kacang-kacangan yang potensial untuk produksi

(16)

commit to user

cajan), dan kacang babi (Vacia faba). Sifat fisika-kimia kacang-kacangan

tersebut sangat beragam. Berdasarkan komposisi kimia utama yang ada

didalamnya, kacang tunggak sesuai untuk bahan baku pembuatan tempe

(Anonimd, 2008). Selain itu pemanfaatan kacang tunggak belum optimal

sehingga berpotensi untuk dijadikan alternatif pengganti kacang kedelai.

Kacang tunggak atau kacang tolo (Vigna unguiculata L.) telah dikenal

luas di Indonesia. Dari segi gizi kacang tunggak jika dihitung per 100 gram

bahan mengandung protein 22,9 gram, lemak 1,1 gram dan karbohidrat 61,6

gram. Sedangkan setiap 100 gram kacang kedelai mengandung protein 30,2

gram, lemak 15,6 gram dan karbohidrat 30,1 gram. Dari data tersebut dapat

diartikan bahwa nilai gizi kacang tunggak setara dengan kacang kedelai

sehingga berpotensi sebagai pengganti kedelai. Nilai gizi yang tinggi dan

harga yang relatif murah menjadikan kacang tunggak sebagai bahan makanan

sumber protein nabati untuk mencukupi kebutuhan gizi dalam masyarkat.

A. Perumusan Masalah

Pada kacang tunggak pembungaan dipengaruhi oleh hari pendek dan

dipacu oleh suhu malam yang tinggi (21˚C). Menurut Jumin (1989) tanaman

hari pendek adalah tanaman yang mulai memasuki masa generative apabila

mendapatkan lama penyinaran kurang dari fotoperiode kritis.

Lamanya periode penyinaran matahari (fotoperiode) dapat

mempengaruhi terhadap lamanya fase-fase suatu perkembangan tanaman

dengan bahan genetis tertentu. Fase-fase perkembangan tanaman yang dapat

dipengaruhi oleh fotoperiodisme diantaranya perkecambahan, vegetatif dan

fase berbunga (Jorillo et al; 2008). Tanaman yang peka terhadap

fotoperiodisme, perbedaan panjang hari sedikit saja sudah berarti bagi

terbentuknya bunga (Baloch et al; 2009).

Kacang tunggak merupakan tanaman yang sangat dipengaruhi oleh

panjang hari dan biasanya hanya dapat ditanam melewati bulan tertentu

(juni-juli) ketika tanaman mampu berbunga. Mengingat waktu tanam yang sangat

(17)

commit to user

disini timbul permasalahan bagaimana cara meningkatkan produksi kacang

tunggak tidak hanya pada musim tanamnya, tetapi juga diluar musim tanam.

Berdasarkan permasalahan yang ada maka perlu dikaji dalam penelitian

mengenai pengurangan panjang hari untuk usaha induksi pembungaan kacang

tunggak sehingga tanaman mampu berbunga diluar musimnya. Dari penelitian

ini diharapkan juga dapat diketahui mengenai lama waktu penutupan yang

efektif dalam usaha induksi pembungaan sehingga menghasilkan produksi

seperti pada musim tanamnya.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jumlah hari perlakuan

pengurangan panjang hari yang mampu menginduksi pembungaan sehingga

mampu hidup diluar musim dengan berproduksi secara normal.

C. Hipotesis

Diduga pengurangan panjang hari dengan menggunakan sungkup atau

penutup dari plastik hitam selama 2 jam pada saat sore hari selama 9 hari pada

kacang tunggak mampu menginduksi pembungaan diluar musim sehingga

(18)

commit to user

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kacang Tunggak (Vigna unguiculata L. Walp)

Tanaman kacang tunggak berasal dari Afrika. Di Afrika barat, kacang

tunggak dimanfaatkan sebagai bahan sayuran. Saat ini penanaman kacang

tunggak meluas ke daerah-daerah tropis dan subtropis. Kedudukan tanaman

kacang tunggak dalam tata nama (taksonomi) menurut Hanum (1997) dapat

diklasifikasikan sebagai berikut : Phyllum spermatophyta, Kelas

angiospermae, Sub kelas dcotyledonae dan Ordo leguminales. Tanaman ini

termasuk dalam Famili leguminoceae (papilionaceae), Genus vigna, dan

Spesies Vigna unguiculata (L.) Walp.

Kacang tunggak (Vigna unguiculata) merupakan jenis tanaman

kacang-kacangan yang sudah dikenal di Indonesia. Keunggulan kacang tunggak

antara lain mudah dibudidayakan serta toleran terhadap kekeringan, hama dan

penyakit (Purwani dan Santosa, 1995). Hasil penelitian Indrastianingrum dan

Putri menunjukkan bahwa kacang tunggak yang ditanam diluar musim yakni

bulan Oktober, hingga umur 3 bulan tanaman tidak menghasilkan polong dan

biji. Dari hasil tersebut diduga bahwa tanaman kacang tunggak merupakan

tanaman hari pendek.

Vigna unguiculata adalah tanaman herba, merambat, memanjat, atau

semusim tegak, tumbuh setinggi 15-80 cm. Daun berselang dan panjang 5-25

cm. Bunga berwarna putih, krem, kuning, ungu kemerahan atau ungu.

Panjang polong 10-23 cm dengan 10-15 biji/buah polong. Biji beragam dalam

ukuran dan bentuk, segi empat sampai bulat dan bermacam warna, termasuk

putih, coklat, marun, krem dan hijau, umumnya dalam kisaran 5000-12.000

biji/kg (Fery, 2002).

Kacang tunggak merupakan tumbuhan tahunan melata, memanjat, tegak

hingga agak tegak, dengan sistem perakaran yang berkembang dengan baik.

Batang lebih atau kurang bersegi, dengan buku biasanya berwarna ungu.

Penumpu jelas terlihat, berbentuk bundar telur, menempel. Daun berseling,

(19)

commit to user

simetris berbentuk bundar telur, kadang-kadang bercuping dangkal.

Perbungaan tandan di ketiak beberapa bunga yang berkelompok dekat

puncak. Polong menggantung atau tegak hingga menjalar, bentuk memita

dengan panjang 10-100 cm. Bentuk dan ukuran bervariasi, berbentuk bersegi

hingga melonjong, dengan 5-10 mm x 4-8 mm, warna beragam (Koswara,

2011).

Akar tanaman kacang tunggak menyebar pada kedalaman tanah antara

30 cm - 60 cm. Sifat penting dari akar tanaman kacang tunggak adalah dapat

bersimbiosis dengan bakteri rhizobium sp., untuk mengikat nitrogen bebas

(N2) dari udara yang kemudian di bentuk menjadi nodula-nodula

(bintil-bintil) akar. Menurut Rukmana dan Oesman (2000), bahwa hasil penelitian

para ahli pertanian menunjukan tiap hektar kacang tunggak dapat

menghasilkan 198 kg nodula/tahun, setara dengan 440 kg urea. Menanam

kacang tunggak dapat memberikan dua manfaat bagi tanah yaitu sebagai

penutup tanah (vegetasi) tanah pengendali erosi dan penghasil nodula akar

sebagai sumber nitrogen penyubur tanah. Penelitian dan pengembangan

kacang tunggak antara lain untuk menghasilkan varietas unggul, yaitu

varietas yang memiliki daya hasil tinggi, berumur pendek (genjah), dan

toleran terhadap penyakit bercak daun serta virus CMMV (Cowpea Mild

Mottle Virus). Perbaikan varietas kacang tunggak dilakukan melalui

persilangan, seleksi dan evaluasi terhadap varietas introduksi maupun varietas

lokal.

Biji Cowpea (kacang tunggak) digunakan secara luas sebagai makanan

manusia. Di Afrika kacang tunggak merupakan tanaman legum yang

memiliki fungsi sebagai sayuran (daun dan bunga), biji, dan sebagai pakan

segar sistem potong angkut. Spesies ini memiliki potensi tinggi sebagai

pupuk hijau. Tanaman ini dapat dimasukkan kedalam tanah atau disebarkan

dipermukaan tanah 8-10 minggu setelah tanam, dan dapat memberikan N

setara dengan 80 kg N/ha bagi tanaman yang ditanam berikutnya. Pada

percobaan, hasil panen jagung, yang menggunakan kacang tunggak sebagai

(20)

commit to user

tanpa pemupukan. Demikian pula, hasil panen jagung 30% lebih tinggi

dibandingkan dengan jagung yang diberikan pupuk N anorganik 80 kg/ha.

Perkiraan nitrogen yang diikat oleh cowpea berkisar antara 50 sampai lebih

dari 100 kg/ha (Eaglesham, 1982).

Pertumbuhan kacang tunggak terbaik di bawah cahaya matahari penuh

tetapi dapat toleran pada sedikit naungan. Pada ketinggian di atas 700 m

pertumbuhan akan lebih lambat. Tanaman tumbuh baik pada lahan basah tapi

apabila tiba-tiba terdapat suatu periode muncul air berlebih akan menyebab

kerusakan serius dan pengurangan hasil. Kacang tunggak dapat tumbuh pada

semua tipe lahan dari tanah berpasir ringan atau latosol hingga tanah liat

berat, dengan pH 5.5—7.5. Kacang ini toleran pada lahan yang sedikit asam

(Anonimb, 2011).

Tanaman kacang tunggak mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap

lingkungan tumbuh. Tanaman kacang tunggak dapat tumbuh dan berproduksi

baik di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian kurang lebih

1500 m di atas permukaan laut (dpl). Meski demikian, daerah yang paling

cocok untuk menghasilkan produksi yang optimal adalah dataran rendah

sampai ketinggian 500 m dpl. Keadaan daerah yang mendukung pertumbuhan

dan optimalisasi produksi kacang tunggak adalah yang mempunyai suhu

udara 200 C-250 C, kelembaban udara 50%-80%, curah hujan antara 600

mm-1.500 mm/tahun, dan cukup mendapat sinar matahari (Rukmana dan Oesman,

2000).

Tanaman kacang tunggak tahan terhadap kekeringan, sehingga cocok

dikembangkan di lahan kering (tegalan) dan lahan sawah tadah hujan,

dibandingkan dengan jenis kacang-kacangan yang lain. Tanaman kacang

tunggak memiliki kelebihan, yaitu dapat tumbuh diberbagi jenis tanah,

termasuk tanah yang asam dan kering. Kondisi tanah yang paling ideal bagi

pertumbuhan kacang tunggak adalah tanah yang porus, banyak mengandung

bahan organik (humus), dapat menahan kelembapan tanah, dan mempunyai

(21)

commit to user

Kacang tunggak merupakan jenis kacang-kacangan yang mengandung

protein cukup tinggi dan harganya relatif terjangkau. Diketahui bahwa protein

nabati dari kacang-kacangan mengandung protein yang cukup memadai.

Mengingat secara umum konsumsi protein penduduk Indonesia adalah

kurang, maka sangat perlu meningkatkan produksi pangan sumber protein

yang murah, baik hewani maupun nabati. Jenis kacang-kacangan yang

terdapat di Indonesia cukup potensial untuk dikembangkan menjadi produk

yang bergizi, aman dan sesuai dengan selera masyarakat. Produk yang

dimaksud misalnya olahan biji kacang tunggak, biji turi dan koro benguk

(Handajani, 1996).

Secara tradisional biji kacang tunggak dikonsumsi dalam bentuk

sayuran segar (daun dan polong muda), sayuran kering (campuran gudek,

lodeh). Selain untuk konsumsi, kacang tunggak juga dapat digunakan sebagai

bahan pupuk hijau atau sumber bahan organik yang penting bagi tanah.

Pemanfaatan lebih jauh dalam upaya menggali potensi protein kacang

tunggak masih terbatas. Jenis bahan setengah jadi dan produk yang terbuat

karbohidrat, 1,6 vitamin, 0,6 karbon, dan energi yang dihasilkannya sekitar

155 kj/100 g (Van der Maesen dan Somaatmaja, 1993).

Biji kacang tunggak yang memiliki densitas besar, lebih tahan dalam

proses pengupasan (dehulling) kulit sehingga rendemen yang dihasilkan lebih

tinggi dibandingkan biji kacang tunggak yang memiliki densitas rendah

(22)

commit to user

menumbuk kasar (secara tradisional dengan alu) kemudian menampinya.

Pada skala yang lebih besar (industri rumah tangga) dapat digunakan mesin

pengupas kulit (Ngarmsak, 1991).

disebabkan oleh terpenuhinya faktor-faktor yang menjadi pendukung

terjadinya proses perkecambahan. Ada beberapa faktor internal yang

mempengaruhi perkecambahan benih antara lain : tingkat kematangan benih,

ukuran benih, berat benih, kondisi persediaan makanan dalam benih,

ketidaksempurnaan embrio, daya tembus air dan oksigen terhadap kulit biji

(Curtis dan Clark, 1968). Di samping faktor internal, faktor eksternal seperti

suhu, air, oksigen dan cahaya juga mempengaruhi perkecambahan biji.

Perkecambahan tidak dapat terjadi jika benih tidak dapat menyerap air dari

lingkungan.

B. Induksi pembungaan

Bunga merupakan organ generatif tanaman, hal itu disebabkan, melalui

bunga akan berlanjut regenerasi tanaman baru sehingga tanaman selalu eksis

dari waktu ke waktu. Menurut Ashari (2004) Bunga terbagi menjadi dua

golongan yaitu bunga lengkap (hermaphrodite dan complete flower) dan

bunga tidak lengkap (incomplete flower). Pengertian lengkap atau tidak

lengkapnya bunga ditinjau dari adanya bunga jantan dan bunga betina dalam

sekuntum bunga, atau juga dilihat berdasarkan berfungsi atau tidaknya

masing-masing organ tersebut. Dalam menyiasati pemberdayaan bunga perlu

diketahui sifat-sifat morfologi bunga, yang diamati bentuk dan ukuran serta

letak bunga, warna, bau dan jumlah benang sari serta ada tidaknya madu.

Disamping itu perlu diperhatikan apakah bunga hermafrodit, uniseksual,

berumah satu atau berumah dua. Ciri morfologi tiap organ yang menyusun

bunga pada umumnya telah beradaptasi terhadap penyerbuknya (Nasution,

2010).

Proses pembungaan mengandung sejumlah tahap penting, yang

semuanya harus berhasil dilangsungkan untuk memperoleh hasil akhir yaitu

(23)

commit to user

sangat kompleks. Secara fisiologis proses pembungaan ini masih sulit

dimengerti, hal ini disebabkan kurangnya informasi yang tersedia. Dalam

perkembangannya, proses pembungaan ini meliputi beberapa tahap dan

semua tahap harus dilalui dengan baik agar dapat menghasilkan panen tinggi

(Ashari,1998). Menurut Elisa (2004) tahapan dari pembungaan meliputi :

Induksi bunga (evokasi), inisiasi bunga, perkembangan kuncup bunga menuju

bunga mekar, bunga mekar, penyerbukan dan pembuahan dan perkembangan

buah muda menuju kemasakan buah dan biji.

Induksi pembungaan adalah tahap pertama dari proses pembungaan,

yaitu suatu tahap ketika meristem vegetatif diprogram untuk mulai berubah

menjadi meristem reproduktif, terjadi di dalam sel. Dapat dideteksi secara

kimiawi dari peningkatan sintesis asam nukleat dan protein, yang dibutuhkan

dalam pembelahan dan diferensiasi sel.

Induksi pembungaan merupakan salah satu upaya untukmeningkatkan

keseragaman pembungaan pada tanaman. Induksi dapat dilakukan secara

eksogen dengan beberapa cara, antara lain dengan modifikasi panjang hari

(fotoperiodesitas). Induksi pembungaan melalui modifikasi fotoperiodesitas

telah berhasil dilakukan untuk mengatur masa pembungaan (panen bunga)

pada beberapa tanaman, seperti krisan, kalanchoe dan poisenttia. Selain

modifikasi fotoperiodesitas, beberapa jenis zat pengatur tumbuh (ZPT) seperti

GA3 juga diketahui dapat meningkatkan keseragaman pembungaan pada

(24)

commit to user

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober 2010 sampai

dengan 31 Januari 2011 di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Negeri

Sebelas Maret.

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu benih kacang tunggak,

media tanam (tanah) dan air.

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cangkul, cetok, polibag,

ajir, plastik hitam, rafiah, label, alat tulis, gunting, kamera digital, koran dan

neraca analitik.

B. Cara Kerja Penelitian 1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap

(RAKL) 1 faktor dengan 6 tingkat perlakuan dan masing-masing 4

ulangan.

P0 : kontrol (tanpa diberi penutup)

P1 : penutupan plastik hitam selama 2 jam pada sore hari selama 3 hari

P2 : penutupan plastik hitam selama 2 jam pada sore hari selama 6 hari

P3 : penutupan plastik hitam selama 2 jam pada sore hari selama 9 hari

P4 : penutupan plastik hitam selama 2 jam pada sore hari selama 12 hari

P5 : penutupan plastik hitam selama 2 jam pada sore hari selama 15 hari

2. Pelaksanaan Penelitian a. Penanaman

Penanaman dilakukan setelah media tanam sudah disiapkan

didalam polibag. Tiap polibag ditanami tiga benih kacang tunggak.

Media yang digunakan adalah tanah dari Jumantono yang termasuk

(25)

commit to user b. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyulaman dan

penjarangan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, pengikatan

serta pemberian ajir.

Penyiraman dilakukan setiap hari pada waktu sore hari. Untuk

penyulaman dan penjarangan tanaman disini dilakukan pada saat

tanaman berumur 7 HST. Penyulaman tanaman dilakukan untuk

mengganti tanaman yang mati apabila terdapat tanaman yang mati

dengan tanaman yang sehat. Penjarangan dilakukan dengan

menyisakan satu tanaman sehat tiap polibag. Hal ini dikarenakan untuk

menghindari terjadinya kompetisi unsur hara, sehingga dalam tiap

polibag hanya disisakan satu tanaman saja. Penyiangan dilakukan

setiap muncul gulma pada polibag. Penyiangan dilakukan dengan cara

mencabuti langsung tanaman pengganggu atau gulma disetiap polibag.

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara mekanik dan

kimia. Pengendalian hama dan penyakit terlebih dahulu dilakukan

secara mekanik, ketika pengendalian secara mekanik sudah dikatakan

tidak efektif lagi, maka pengendalian dilakukan secara kimia. Hama

yang sering muncul pada tanaman kacang tunggak adalah ulat grayak

(Spodoptera litura), belalang, kutu daun dan tungau. Pengendalian ulat

grayak dan belalang dilakukan dengan mengambili ulat disetiap

tanaman,sedangkan untuk pengendalian kutu daun disemprot dengan

insektisida Dupont Lannate 40 SP dengan dosis 1-2 gram/liter dan

untuk mengendalikan tungau digunakan Talstar 25EC. Pada penelitian

ini, kacang tunggak tidak terserang penyakit.

Pengikatan tanaman dilakukan ketika tanaman sudah mulai

menjalar dan dilakukan sampai 3 kali. Pemeliharaan tanaman

selanjutnya yaitu meliputi pengajiran. Karena yang digunakan untuk

bahan tanam merupakan kacang tunggak varietas yang dapat menjalar,

(26)

commit to user

Pengajiran disini berfungsi untuk menopang tanaman supaya tidak

rebah serta memperkuat tanaman.

c. Pemberian sungkup atau penutup

Pemberian sungkup atau penutup disini hanya selama 2 jam pada

waktu sore hari (dari jam 4 - jam 6) setiap harinya dan lama perlakuan

dengan penutupan sungkup, sesuai dengan variasi lama perlakuan.

Penyungkupan disini dilakukan dengan cara menutupkan plastik hitam

keseluruh bagian tanaman agar daun-daunnya tertutupi. Penyungkupan

mulai dilakukan pada saat tanaman sudah berumur 1,5 bulan setelah

tanam. Hal ini dikarenakan untuk menyesuaikan umur asli tanaman

saat mulai memasuki masa generatif kalau tanaman ditanam pada

musim tanamnya.

d. Pemanenan

Pemanenan dilakukan ketika tanaman sudah berproduksi.

Pemanenan dilakukan sampai beberapa kali. Pemanenan setiap

tanaman berbeda-beda, hal ini dikarenakan kemunculan bunga pada

tiap tanaman tidak serentak. Kriteria pemanenan polong meliputi:

warna polong sudah coklat muda atau coklat tua, polong sudah kering

dan polong sudah berbunyi, artinya biji sudah tidak menempel pada

dinding-dinding polong.

3. Variabel Pengamatan a. Saat muncul bunga (mst)

Saat muncul bunga diamati ketika tanaman sudah memperlihatkan

tanda-tanda munculnya alat generatif (bunga) pada bagian tanaman

yang pertamakalinya.

b. Jumlah bunga tiap tanaman

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung bunga pada tiap

tanaman. Jumlah bunga diamati pada fase generatif.

c. Jumlah polong per-tanaman

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung polong pada tiap

(27)

commit to user

juga polong yang tidak berisi. Pada variable pengamatan ini, polong

berisi dan polong hampa dipisahkan namun polong hampa tetap

dihitung dalam jumlah polong tiap tanaman.

d. Jumlah biji per-polong

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung Jumlah biji

perpolong pada tiap tanaman.

e. Saat panen

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung waktu dari tanam

sampai memasuki panen, hal ini dilakukan dikarenakan masing-masing

tanaman panennya tidak dapat serempak.

f. Berat 1000 biji

Pengamatan dilakukan dengan cara menimbang biji pada

timbangan analitik, kemudian dihitung dengan rumus: 1000 dibagi

jumlah biji per tanaman dikalikan dengan berat biji pertanaman.

g. Jumlah biji per-tanaman

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah biji

per-tanaman.

h. Hasil biji per-tanaman

Pengamatan dilakukan dengan menimbang jumlah biji per-tanaman

dengan neraca analitik.

i. Diameter batang

Pengamatan dilakukan dengan mengukur diameter masing-masing

tanaman dengan menggunakan jangka sorong, pengukuran dilakukan

saat tanaman belum disungkup, saat tanaman sedang disungkup dan

saat tanaman setelah disungkup.

j. Berat brangkasan

Pengamatan dilakuan dengan mengamati berat brangkasan kering

dan segar. Berat brangkas segar diamati dengan menimbang tanaman

setelah panen dengan menimbang seluruh bagian tanaman sampel.

Sebelum ditimbang, tanaman dibersihkan terlebih dahulu dari ujung

(28)

commit to user

Berat brangkas kering diamati setelah tanaman di oven pada suhu

800C. Pengovenan disini bertujuan untuk menghilangkan kadar air

pada tanaman. Pengovenen dilakukan berulang kali sampai didapati

berat konstan tanaman. Berat konstan yaitu apabila berat brangkas

kering tersebut ditimbang dan tidak mengalami perubahan berat yang

terlalu signifikan.

4. Analisis Data

Data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis ragam berdasarkan

uji F pada taraf 5%. Apabila terdapat pengaruh yang berbeda nyata maka

(29)

commit to user

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Saat Muncul Bunga (MST)

Saat muncul bunga merupakan indikator pertumbuhan yang dapat

digunakan untuk mengukur ketersediaan unsur hara, air dan kelancaran

transport pada tanaman. Tanaman yang mempunyai laju fotosintesis yang

tinggi mengakibatkan karbohidrat yang dihasilkan tidak hanya untuk

pertumbuhan batang dan daun tetapi juga untuk perkembangan bunga, buah

dan biji (Harjadi, 2002). Kacang tunggak (Vigna unguiculata) termasuk

tanaman hari pendek, kacang tunggak akan memasuki fase generative apabila

mendapatkan penyinaran kurang dari fotoperiode kritis. Lamanya periode

penyinaran matahari (fotoperiode) dapat mempengaruhi terhadap lamanya

fase-fase suatu perkembangan tanaman dengan bahan genetis tertentu.

Fase-fase perkembangan tanaman yang dapat dipengaruhi oleh fotoperiodisme

diantaranya perkecambahan, vegetatif dan fase berbunga (Jorillo et al; 2008)

Tabel.1 Rerata saat muncul bunga (MST)

Perlakuan Rerata

P0 (kontrol) 7.5

P1 (penutupan plastik hitam selama 3 hari) 9.0 P2 (penutupan plastik hitam selama 6 hari) 12.3 P3 (penutupan plastik hitam selama 9 hari) 9.0 P4 (penutupan plastik hitam selama 12 hari) 8.8 P5 (penutupan plastik hitam selama 15 hari) 9.5

Keterangan: Penyungkupan dilakukan selama 2 jam pada sore hari. Rata-rata saat muncul bunga menunjukan tidak berbeda nyata pada uji ragam 5%.

Pengamatan saat muncul bunga dilakukan ketika tanaman pertama

kali menunjukan tanda-tanda tanaman memasuki fase generatif yaitu dengan

adanya bunga pada tanaman. Bunga yang menjadi indikator saat muncul

bunga disini apabila kuncup bunga sudah sedikit mekar, hal ini dikarenakan

untuk memudahkan pengamatan dan untuk meminimalisir kesalahan dalam

(30)

commit to user

Dari hasil Tabel.1 diperlihatkan rerata masing-masing perlakuan yang

menunjukan tidak berbeda nyata antara perlakuan satu dengan yang lainnya.

Penyungkupan dengan plastik hitam tidak mampu memberikan pengaruh

yang berbeda nyata terhadap tanaman yang tidak di sungkup dengan plastik

hitam dalam hal saat muncul bunga. Hal ini diduga bahwa pada waktu

penanaman kacang tunggak sering terjadi hujan, dengan demikian lamanya

penyinaran menjadi berkurang. Mendungnya langit yang terjadi saat musim

hujan menjadikan penyinaran berkurang, dengan demikian tanaman yang

disungkup dengan plastik hitam dengan tanaman yang menjadi kontrol yaitu

tanpa ditutupi dengan plastik hitam akan sama-sama mendapatkan

pengurangan panjang hari. Tabel.1 hasil analisis menunjukan bahwa

perlakuan tanpa penutupan dengan plastik hitam menunjukan saat muncul

bunga tercepat yaitu 7.5 MST, sedangkan untuk penutupan plastik hitam

selama 2 jam pada sore hari selama 6 hari menunjukkan hasil saat muncul

bunga terlama yaitu 12.3 MST.

B. Jumlah Bunga Tiap Tanaman

Ketersediaan unsur hara, air dan cahaya matahari yang baik pada

tanaman akan memperlancar proses fotosintesis. Fotosintesis akan

menghasilkan fotosintat yang akan digunakan untuk pertumbuhan dan untuk

pembentukan bunga, biji dan buah. Pengamatan jumlah bunga dilakukan

dengan menghitung jumlah bunga tiap tanaman.

Tabel.2 Rerata jumlah bunga tiap tanaman

Perlakuan Rerata

P0 (kontrol) 8.4

P1 (penutupan plastik hitam selama 3 hari) 7.6 P2 (penutupan plastik hitam selama 6 hari) 3.9 P3 (penutupan plastik hitam selama 9 hari) 4.9 P4 (penutupan plastik hitam selama 12 hari) 8.9 P5 (penutupan plastik hitam selama 15 hari) 8.0

(31)

commit to user

Dari hasil Tabel.2 diperlihatkan rerata masing-masing perlakuan yang

menunjukan tidak berbeda nyata antara perlakuan satu dengan yang lainnya.

Penyungkupan dengan plastik hitam tidak mampu memberikan pengaruh

yang berbeda nyata terhadap tanaman yang tidak di sungkup dengan plastik

hitam dalam hal jumlah bunga tiap tanaman. Meskipun tidak memberikan

hasil yang berbeda nyata, namun pengurangan panjang hari cenderung

meningkatkan hasil jumlah bunga tiap tanaman. Hal ini dapat dilihat dari

semakin lamanya waktu penutupan tanaman menghasilkan jumlah bunga tiap

tanaman yang lebih banyak dibanding penutupan yang hanya sebentar.

Tabel.2 hasil analisis menunjukan bahwa penutupan plastik hitam selama 2

jam pada sore hari selama 12 hari memberikan pengaruh yang terbaik untuk

jumlah bunga tiap tanaman, yaitu berjumlah 8.9 bunga. Hal ini diduga karena

tanaman mendapatkan waktu gelap lebih lama dibandingkan perlakuan yang

lain, dengan demikian proses pembentukan bunga lebih besar sehingga

mampu menghasilkan bunga yang lebih banyak dibandingkan dengan

perlakuan yang lainnya. Sedangkan perlakuan yang menunjukan jumlah

bunga tiap tanaman paling sedikit yaitu pada perlakuan penutupan plastik

hitam selama 2 jam pada sore hari selama 6 hari. Jumlah bunga tiap tanaman

termasuk rendah, hal ini dikarenakan sering terjadi hujan dan proses

penyerapan sinar matahari oleh tanaman kurang maksimal yang kemudian

akan berdampak pada proses fotosintesis.

C. Jumlah Polong Per-Tanaman

Jumlah polong dapat menjadi indikator baik tidaknya proses

fotosintesis pada tanaman. Tanaman yang mempunyai laju fotosintesis yang

tinggi mengakibatkan karbohidrat yang dihasilkan tidak hanya untuk

pertumbuhan batang dan daun tetapi juga untuk perkembangan bunga, buah

dan biji (Harjadi, 2002). Laju fotosintesis tidak mungkin berjalan tanpa

adanya cahaya matahari. Pada pembentukan polong pada tanaman akan

(32)

commit to user

dengan sempurna, hal ini dikarenakan polong akan terbentuk oleh fotosintat

yang ada.

Menurut Singer (2001), pada tanaman legum kapasitas penyimpanan

hasil fotosintat sangat ditentukan oleh respon tanaman terhadap lingkungan

untuk proses pengisian biji. Berbagai perbaikan tanaman untuk memperbaiki

respon dan karakteristik vegetatif tanaman sangat bervariasi dan tidak selalu

berbanding lurus dengan produktivitas biji. Stres lingkungan mempengaruhi

pembentukan biji kering pada beberapa fase perkembangan tanaman dan

jaringan yang berkaitan dengan saat episode stress tersebut. Stres tanaman

(kekurangan unsur hara, air dan cahaya matahari atau terkena hama dan

penyakit) menjelang dan saat proses pembungaan sangat menentukan

produksi biji kering. Penurunan intersepsi cahaya sebesar 22% pada saat akhir

vegetatif hingga awal reproduktif menekan hasil biji sebesar 23%. Sedangkan

sebaliknya dengan penambahan cahaya sebesar 25% mulai akhir vegetatif

dapat meningkatkan hasil sebesar 144 - 252%, yang mana hal ini terutama

berhubungan dengan meningkatnya jumlah polong per tanaman (Matthew et

al., 2000).

Tabel.3 Rerata jumlah polong per-tanaman

Perlakuan Rerata

P0 (kontrol) 5.8

P1 (penutupan plastik hitam selama 3 hari) 5.3 P2 (penutupan plastik hitam selama 6 hari) 2.7 P3 (penutupan plastik hitam selama 9 hari) 3.0 P4 (penutupan plastik hitam selama 12 hari) 5.7 P5 (penutupan plastik hitam selama 15 hari) 6.3

Keterangan: Penutupan dilakukan selama 2 jam pada sore hari. Rata-rata jumlah polong per-tanaman menunjukan tidak berbeda nyata pada uji ragam 5%.

Tabel.3 menunjukan hasil rerata dari jumlah polong per-tanaman yang

hampir sama disetiap perlakuan. Penyungkupan tidak mampu memberikan

pengaruh yang berbeda nyata terhadap tanaman yang tidak disungkup dalam

hal jumlah polong per-tanaman. Jumlah polong per-tanaman yang dihasilkan

(33)

commit to user

fotosintesis dengan baik, dengan demikian hasil dari fotosintesis tidak sampai

dapat digunakan untuk pembentukan polong. Cuaca yang buruk

mempengaruhi penerimaan cahaya matahari oleh tanaman, dengan demikian

meskipun tanaman mendapatkan suplai air dan unsur hara secara cukup,

proses fotosintesis akan terhambat. Untuk perlakuan penyungkupan plastik

hitam selama 2 jam pada sore hari selama 15 hari menunjukan hasil tertinggi

dalam menghasilkan jumlah polong per-tanaman. Sedangkan untuk hasil

terendah dalam menghasilkan polong per-tanaman di tunjukan oleh perlakuan

penutupan plastik hitam selama 2 jam pada sore hari selama 9 hari.

D. Jumlah Biji Per-Polong

Pengisian biji sangat bergantung dengan jumlah unsur hara, air dan

cahaya matahari. Apabila salah satu dari ketiga komponen tersebut ada yang

tidak tercukupi, maka akan menghambat laju fotosintesis. Laju fotosintesis

yang terhambat akan menghambat pembentukan biji (Farid, 2009). Proses

suplai fotosintat untuk pematangan biji sangat dipengaruhi oleh tingkat

pancaran cahaya (Andrade et al., 1999).

Tabel.4 Rerata jumlah biji per-polong

Perlakuan Rerata

P0 (kontrol) 11.6

P1 (penutupan plastik hitam selama 3 hari) 12.2 P2 (penutupan plastik hitam selama 6 hari) 8.8 P3 (penutupan plastik hitam selama 9 hari) 12.1 P4 (penutupan plastik hitam selama 12 hari) 11.9 P5 (penutupan plastik hitam selama 15 hari) 11.3

Keterangan: Penutupan dilakukan selama 2 jam pada sore hari. Rata-rata jumlah biji per-polong menunjukan tidak berbeda nyata pada uji ragam 5%.

Tabel. 4 menunjukan rerata jumlah biji per-polong yang tidak berbeda

nyata. Penyungkupan plastik hitam tidak mampu memberikan pengaruh yang

berbeda nyata terhadap tanaman yang tidak disungkup dalam hal jumlah biji

per polong. Hal ini dapat dilihat pada semua variabel perlakuan menunjukan

hasil yang hampir sama. Pengisian biji pada tanaman sangat dipengaruhi oleh

(34)

commit to user

melakukan proses fotosintesis dengan baik, hal ini dikarenakan cahaya

matahari yang diterima tanaman tidak maksimal. Diduga, fotosintesis yang

rendah namun respirasi tanaman pada malam hari tinggi terutama akibat suhu

yang tinggi maka banyak fotosintat yang direspirasikan yang kemudian

pengisian bii menjadi terhambat. Pada penutupan plastik hitam selama 2 jam

pada sore hari selama 3 hari menunjukan nilai tertinggi dalam menghasilkan

jumlah biji per-polong, yaitu sebesar 12.2 biji per-polong. Sedangkan untuk

perlakuan yang menghasilkan biji per-polong paling sedikit adalah pada

perlakuan penutupan plastik hitam selama 2 jam pada sore hari selama 6 hari,

yaitu sebanyak 8.8 biji per-polong.

E. Saat Panen (MST)

Saat panen berkaitan erat dengan saat muncul bunga. Semakin cepat

saat muncul bunga, maka saat panen juga semakin cepat. Pemanenan tidak

hanya dilakukan sekali, tetapi berkali-kali. Setiap ada polong yang sudah

memenuhi kriteria panen, maka panen pun dapat dilakukan. Dengan demikian

saat panen masing-masing perlakuan tidak serempak.

Tabel.5 Rerata saat panen (MST)

Perlakuan Rerata

P0 (kontrol) 13.0

P1 (penutupan plastik hitam selama 3 hari) 14.5 P2 (penutupan plastik hitam selama 6 hari) 11.3 P3 (penutupan plastik hitam selama 9 hari) 13.5 P4 (penutupan plastik hitam selama 12 hari) 13.3 P5 (penutupan plastik hitam selama 15 hari) 14.8

Keterangan: Penutupan dilakukan selama 2 jam pada sore hari. Rata-rata saat panen menunjukan tidak berbeda nyata pada uji ragam 5%.

Tabel.5 menunjukan hasil rerata saat panen (MST) yang menunjukan

hasil tidak berbeda nyata. Pada semua variabel perlakuan menunjukan saat

panen (MST) yang hampir bersamaan. Saat panen sangat dipengaruhi oleh

waktu muncul bunga pada tanaman, dengan demikian tanaman yang saat

muncul bunganya hampir bersamaan atau bersamaan, saat panennya pun akan

(35)

commit to user

penutupan plastik hitam selama 2 jam pada sore hari selama 15 hari

menunjukan waktu saat panen terlama diantara perlakuan yang lainnya, yaitu

selama 14.8 MST. Sedangkan saat panen tercepat ditunjukan oleh perlakuan

penutupan plastik hitam selama 2 jam pada sore hari selama 6 hari, yaitu

selama 11.3 MST. Saat panen tanaman sangat dipengaruhi oleh proses

pemasakan biji. Pemasakan biji sendiri sangat dipengaruhi oleh proses

fotosintesis.

F. Berat 1000 Biji

Berat 1000 biji dihitung dengan menggunakan neraca analitik. Berat

1000 biji sangat dipengaruhi jumlah biji per tanaman. Tidak berbeda dengan

variabel yang lain bahwa proses fotosintesis sangat mempengaruhi hasil

fotosintat. Apabila ketersediaan air, unsur hara atau cahaya matahari

berkurang, maka akan mempengaruhi laju fotosintesis yang kemudian akan

mengakibatkan menurunnya produksi suatu tanaman (Gardner, 1991).

Tabel.6 Rerata berat 1000 biji (gram)

Perlakuan Rerata

P0 (kontrol) 89.9

P1 (penutupan plastik hitam selama 3 hari) 91.1 P2 (penutupan plastik hitam selama 6 hari) 49.9 P3 (penutupan plastik hitam selama 9 hari) 86.6 P4 (penutupan plastik hitam selama 12 hari) 84.6 P5 (penutupan plastik hitam selama 15 hari) 88.5

Keterangan: Penutupan selama 2 jam pada sore hari. Rata-rata berat 1000 biji menunjukan tidak berbeda nyata pada uji ragam 5%.

Tabel.6 menunjukan hasil rerata berat 1000 biji yang menunjukan

hasil yang tidak berbeda nyata, dengan demikian penyungkupan tanaman

tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan tanaman yang tidak

disungkup dalam hal berat 1000 biji. Pada semua variabel perlakuan

menunjukan hasil yang hampir sama, kecuali pada penutupan plastik hitam

selama 2 jam pada sore hari selama 6 hari. Pada perlakuan tersebut

menunjukan hasil terendah, yaitu seberat 49.9 gram. Perhitungan berat 1000

(36)

commit to user

tertinggi, hal ini diduga karena pada saat proses pengisian biji, suplai cahaya

yang diterima tanaman terpenuhi dengan baik. Proses fotosintesis yang tidak

berjalan dengan baik, menyebabkan rendahnya fotosintat yang kemudian

akan digunakan sampai ke pengisian biji. Rendahnya kualitas biji mampu

mempengaruhi berat dari biji itu sendiri. Rendahnya kualitas biji disebabkan

proses fotosintesis yang tidak berjalan dengan baik.

G. Jumlah Biji Per-Tanaman

Pembentukan biji atau polong pada suatu tanaman sangat dipengaruhi

oleh cahaya yang nantinya akan digunakan dalam proses fotosintesis.

Berbeda dengan pembungaan, terlebih untuk tanaman yang sangat tergantung

dengan lamanya penyinaran, lamanya penyinaran akan sangat mempengaruhi

proses pembungaan apabila sesuai dengan jenis tanaman menurut

fotoperiodesitasnya. Misalnya untuk tanaman hari pendek, akan memasuki

masa generatif apabila mendapat penyinaran kurang dari periode kritis.

Namun untuk proses pembentukan biji pada tanaman, tanaman justru

membutuhkan cahaya matahari penuh untuk proses pengisian biji tersebut.

Penurunan intersepsi cahaya sebesar 22% pada saat akhir vegetatif hingga

awal reproduktif menekan hasil biji sebesar 23% (Singer, 2001). Sedangkan

sebaliknya dengan penambahan cahaya sebesar 25% mulai akhir vegetatif

dapat meningkatkan hasil sebesar 144 - 252%, yang mana hal ini terutama

berhubungan dengan meningkatnya jumlah polong per tanaman (Matthew et

al., 2000).

Tabel.7 Rerata jumlah biji per-tanaman

Perlakuan Rerata

P0 (kontrol) 50.2

P1 (penutupan plastik hitam selama 3 hari) 53.5 P2 (penutupan plastik hitam selama 6 hari) 21.4 P3 (penutupan plastik hitam selama 9 hari) 33.1 P4 (penutupan plastik hitam selama 12 hari) 50.6 P5 (penutupan plastik hitam selama 15 hari) 49.3

(37)

commit to user

Tabel.7 menunjukan rerata jumlah biji per-tanaman yang menunjukan

hasil tidak berbeda nyata. Pada semua variabel perlakuan menunjukan hasil

yang hampir sama, dengan demikian penyungkupan dengan plastik hitam

tidak memberikan hasil yang berbeda nyata dengan tanaman yang tidak

disungkup dalam hal jumlah biji per-tanaman. Pada penutupan plastik hitam

selama 2 jam pada sore hari selama 3 hari menunjukan nilai tertinggi dalam

menghasilkan jumlah biji per-tanaman yaitu 53.5 biji per-tanaman.

Sedangkan untuk perlakuan yang menghasilkan biji per-tanaman paling

sedikit adalah pada perlakuan penutupan plastik hitam selama 2 jam pada sore

hari selama 6 hari, yaitu sebanyak 21.4 biji per-tanaman. Rendahnya hasil biji

per-tanaman disebabkan oleh cuaca yang yang kurang mendukung untuk

proses pengisian biji pada tanaman. Cahaya matahari yang penuh sangat

mempengaruhi proses pengisian biji pada tanaman, sedangkan pada

penanaman berlangsung cahaya matahari tidak dapat diterima tanaman secara

maksimal dikarenakan sering terjadi hujan dan mendung.

Faktor iklim sangat menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman.

Apabila tanaman ditanam di luar daerah iklimnya, maka produktivitasnya

sering kali tidak sesuai dengan yang diharapkan.Menurut Sutarno at all

(1997) Studi tentang perilaku kejadian tiap organisme atau tumbuhan dalam

hubungannya dengan perubahan-perubahan iklim disebut dengan fenologi.

Untuk faktor iklim yang dipergunakan dalam penelitian fenologi pada

umumnya adalah curah hujan hal ini adalah karena curah hujan secara

langsung atau tidak langsung penting untuk pengaturan waktu dan ruang

dalam pembentukan bunga dan buah pada tumbuhan tropis. Namun menurut

Ashari (2006) bahwa ada 2 unsur yang mempengaruhi pertumbuhan dan

produksi tanaman yaitu curah hujan dan ketinggian tempat dari permukaan air

laut. Selain unsur iklim di atas, menurut Guslim (2007) Produksi tanaman

juga dipengaruhi oleh Radiasi Matahari dan Suhu. Radiasi matahari

berhubungan dengan laju pertumbuhan tanaman, fotosintesis, pembukaan

(reseptivitas) bunga, dan aktivitas lebah penyerbuk. Pembukaan bunga dan

(38)

commit to user

sering berawan berpotensi kurang untuk produksi benih. Permukaan lahan

ekuator sering menerima total radiasi yang kurang dari lahan berlatitude

10-20 mdpl (Guslim,10-2007).

H. Hasil Biji per Tanaman

Hasil biji pada tanaman sangat dipengaruhi oleh kelancaran

fotosintesis. Apabila laju fotosintesis tinggi, maka fotosintat yang dihasilkan

tinggi, dengan demikian fotosintat yang dihasilkan dapat digunakan untuk

pembentukan biji. Apabila ketersediaan air, unsur hara atau cahaya matahari

berkurang, maka akan mempengaruhi laju fotosintesis yang kemudian akan

mengakibatkan menurunnya produksi suatu tanaman (Gardner, 1991).

Tabel.8 Rerata hasil biji per-tanaman (gram)

Perlakuan Rerata

P0 (kontrol) 4.5

P1 (penutupan plastik hitam selama 3 hari) 5.3 P2 (penutupan plastik hitam selama 6 hari) 2.0 P3 (penutupan plastik hitam selama 9 hari) 3.0 P4 (penutupan plastik hitam selama 12 hari) 4.3 P5 (penutupan plastik hitam selama 15 hari) 4.7

Keterangan: Penutupan dilakukan selama 2 jam pada sore hari. Rata-rata hasil biji per-tanaman menunjukan tidak berbeda nyata pada uji ragam 5%.

Tabel.8 menunjukan rerata hasil biji per-tanaman yang menunjukan

hasil tidak berbeda nyata. Pada semua variabel perlakuan menunjukan hasil

yang hampir sama, dengan demikian penyungkupan dengan plastik hitam

tidak memberikan hasil yang berbeda nyata dengan tanaman yang tidak

disungkup dalam hal hasil biji per-tanaman. Pada penutupan plastik hitam

selama 2 jam pada sore hari selama 3 hari menunjukan nilai tertinggi dalam

menghasilkan hasil biji per-tanaman yaitu 5.3 gram biji per-tanaman.

Sedangkan untuk perlakuan yang menghasilkan biji per-tanaman paling

sedikit adalah pada perlakuan penutupan plastik hitam selama 2 jam pada sore

hari selama 6 hari, yaitu sebanyak 2.0 gram biji per-tanaman. Rendahnya

hasil biji per-tanaman disebabkan oleh cuaca yang yang kurang mendukung

(39)

commit to user

sangat mempengaruhi proses pengisian biji pada tanaman, sedangkan pada

penanaman berlangsung cahaya matahari tidak dapat diterima tanaman secara

maksimal dikarenakan sering terjadi hujan dan mendung.

I. Diameter Batang

Diameter batang diukur tiga kali selama penanaman. Pengukuran

pertama, kedua dan ketiga masing-masing berselang 2 minggu. Pengukuran

diameter batang dilakukan pada sore hari. Pengukuran diameter batang

dilakukan pada sore hari bukan untuk tujuan tertentu yang berkaitan dengan

pertumbuhan tanaman, tetapi lebih kepada kenyamanan pengamatan.

Pertumbuhan tanaman yang baik sangat mempengaruhi diameter batang pada

tanaman. Pada pertumbuhan fase vegetatif tanaman kacang, faktor kualitas

dan kuantitas cahaya dapat mempengaruhi ukuran panjang, diameter batang

dan kepadatan batang. Tanpa meninjau pengaruhnya terhadap fotosintesis,

kedua faktor tersebut mempengaruhi perkembangan dan morfologi tanaman

yang disebut dengan istilah fotomorfogenesis. Sebagai contoh, pada suatu

kapasitas fotosintesa yang sama, bagian batang yang menerima cahaya lebih

banyak akan mengalami pertumbuhan pemanjangan yang lebih pendek.

Kualitas cahaya lebih banyak ditentukan oleh rasio antara cahaya merah (R)

dengan merah jauh (FR) dan iradiasi cahaya biru yang dalam hal ini juga

mempengaruhi proses pemanjangan batang (Board, 2001).

Tabel.9 Rerata diameter batang sebelum disungkup (cm)

Perlakuan Rerata

P0 (kontrol) 0.2

P1 (penutupan plastik hitam selama 3 hari) 0.3 P2 (penutupan plastik hitam selama 6 hari) 0.3 P3 (penutupan plastik hitam selama 9 hari) 0.3 P4 (penutupan plastik hitam selama 12 hari) 0.2 P5 (penutupan plastik hitam selama 15 hari) 0.3

(40)

commit to user

Tabel.10 Rerata diameter batang saat disungkup (cm)

Perlakuan Rerata

P0 (kontrol) 0.4

P1 (penutupan plastik hitam selama 3 hari) 0.4 P2 (penutupan plastik hitam selama 6 hari) 0.4 P3 (penutupan plastik hitam selama 9 hari) 0.4 P4 (penutupan plastik hitam selama 12 hari) 0.4 P5 (penutupan plastik hitam selama 15 hari) 0.4

Keterangan: Penutupan dilakukan selama 2 jam pada sore hari. Rata-rata diameter batang saat disungkup menunjukan tidak berbeda nyata pada uji ragam 5%.

Tabel.11 Rerata diameter batang setelah disungkup (cm)

Perlakuan Rerata

P0 (kontrol) 0.5

P1 (penutupan plastik hitam selama 3 hari) 0.5 P2 (penutupan plastik hitam selama 6 hari) 0.4 P3 (penutupan plastik hitam selama 9 hari) 0.4 P4 (penutupan plastik hitam selama 12 hari) 0.5 P5 (penutupan plastik hitam selama 15 hari) 0.5

Keterangan: Penutupan dilakukan selama 2 jam pada sore hari. Rata-rata diameter batang setelah disungkup menunjukan tidak berbeda nyata pada uji ragam 5%.

Tabel.9 menunjukan rerata diameter batang sebelum disungkup yang

tidak berbeda nyata. Begitu juga dengan Tabel.10 rerata diameter batang saat

disungkup dan Tabel.11 rerata diameter batang setelah disungkup. Hal ini

dapat dilihat dari rata-rata diameter batang dalam setiap waktu pengukuran

yang hampir sama disetiap perlakuan. Pada pengukuran diameter batang

sebelum dilakukan penyungkupan (Tabel.9), pada perlakuan penutupan

plastik hitam selama 2 jam pada sore hari selama 3 hari, 6 hari, 9 hari dan 15

hari menunjukkan diameter batang yang sama, yaitu 0.3 cm. Sedangkan pada

kontrol dan perlakuan penutupan selama 12 hari, menunjukkan diameter yang

lebih kecil, yaitu 0.2 cm. Pada tabel. 10, rerata diameter batang saat

disungkup menunjukkan diameter batang yang sama disemua perlakuan, yaitu

sebesar 0.4 cm. Sedangkan pada tabel.11 rerata diameter batang setelah

disungkup, pada perlakuan control, penutupan selama 3 hari, 12 hari dan 15

(41)

commit to user

selama 6 hari dan 9 hari. Suplai unsur hara, air dan cahaya yang baik sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Diameter batang dari ketiga

waktu pengukuran tersebut terus mengalami pembesaran sampai waktu

pengukuran diameter batang sesudah tanaman dilakukan penyungkupan.

Namun, pada perlakuan penutupan plastik hitam selama 2 jam pada sore hari

selama 6 hari dan 9 hari mengalami perkembangan yang cenderung melambat

dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya.

Gambar.1 Grafik rerata diameter batang (cm)

Keterangan:

P0 : kontrol (tanpa ditutup dengan plastik hitam)

P1 : penutupan plastik hitam selama 2 jam pada sore hari selama 3 hari P2 : penutupan plastik hitam selama 2 jam pada sore hari selama 6 hari P3 : penutupan plastik hitam selama 2 jam pada sore hari selama 9 hari P4 : penutupan plastik hitam selama 2 jam pada sore hari selama 12 hari P5 : penutupan plastik hitam selama 2 jam pada sore hari selama 15 hari

Gambar.1 menunjukan rerata diameter batang pada waktu pengukuran

diameter batang. Pertumbuhan tanaman ketika tanaman belum disungkup

memperlihatkan pertumbuhan yang lebih optimal dibandingkan dengan

pertumbuhan tanaman setelah dilakukan penyungkupan. Hal ini diduga ketika

selama tanaman belum diberi perlakuan, tanaman masih dapat melakukan

proses fotosintesis dengan baik dikarenakan tidak ada yang menghalangi

(42)

commit to user

disungkup, cahaya yang diterima akan terhambat oleh penutupan plastik

hitam yang dilakukan untuk perlakuan. Pada penutupan plastik hitam selama

2 jam pada sore hari selama 6 hari dan 9 hari memperlihatkan pertumbuhan

yang paling kurang optimal dibandingkan dengan perlakuan perlakuan yang

lainnya.

J. Berat Brangkasan

Berat brangkas tanaman merupakan indiator untuk mengetahui

pertumbuhan tanaman. Semakin baik pertumbuhan tanaman, maka berat

brangkasan tanaman akan semakin besar nilainya. Hal ini didasarkan atas

taksiran biomassa atau berat tanaman relative mudah diukur dan merupakan

integritas dari hampir semua peristiwa sebelumnya yang dialami tumbuhan

(Sitompul dan Guritno, 1995).

Tabel. 12 Rerata berat brangkas segar (gram)

Perlakuan Rerata

P0 (kontrol) 41.1

P1 (penutupan plastik hitam selama 3 hari) 67.6 P2 (penutupan plastik hitam selama 6 hari) 40.1 P3 (penutupan plastik hitam selama 9 hari) 43.9 P4 (penutupan plastik hitam selama 12 hari) 28.9 P5 (penutupan plastik hitam selama 15 hari) 35.5

Keterangan: Penutupan selama 2 jam pada sore hari. Rata-rata berat brangkas segar menunjukan tidak berbeda nyata pada uji ragam 5%.

Tabel. 13 Rerata berat brangkas kering (gram)

Perlakuan Rerata

P0 (kontrol) 7.8

P1 (penutupan plastik hitam selama 3 hari) 11.8 P2 (penutupan plastik hitam selama 6 hari) 8.4 P3 (penutupan plastik hitam selama 9 hari) 7.5 P4 (penutupan plastik hitam selama 12 hari) 6.9 P5 (penutupan plastik hitam selama 15 hari) 6.8

(43)

commit to user

Prawiranata et al., (1981) menyatakan bahwa berat brangkasan segar

sangat dipengaruhi oleh pengambilan air oleh tanaman. Dengan kata lain,

efektivitas penyerapan air oleh tanaman dicerminkan oleh berat brangkas

segar. Kebutuhan cukup tersedia bagi tanaman, yang selanjutnya akan

berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman yang lebih baik.

Cabang, batang, daun dan akar yang terbentuk lebih banyak yang selanjutnya

akan berpengaruh berat brangkas segar. Menurut Harjadi (2002), fase

vegetatif terutaman pada perkembangan akar, daun dan batang berhubungan

dengan proses penting dalam pembelahan sel, perpanjangan sel dan tahap

pertama dari deferensiasi sel. Pada fase vegetatif suatu tanaman akan

membuat sel-sel baru, pemanjangan jaringan sel-sel dan penebalan jaringan

yang sebenarnya untuk mengembangkan batang, daun dan system perakaran.

Menurut Soemartono (1990) bahwa air sangat dibutuhkan oleh

tanaman dalam semua proses fisiologis tanaman termasuk pembelahan sel

dan proses pembentukan daun. Tabel. 12 menunjukan hasil rerata dari berat

brangkas segar yang tidak berbeda nyata. Hal ini dapat dilihat dari

masing-masing rerata yang menunjukan hampir sama disetiap perlakuan.

Penyungkupan plastik hitam tidak mampu memberikan hasil yang berbeda

nyata terhadap tanaman yang tidak disungkup dalam hal berat brangkas segar.

Berat brangkas segar tertinggi ditunjukkan pada perlakuan penutupan plastik

hitam selama 2 jam pada sore hari selama 3 hari, yaitu seberat 67.6 gram. Hal

ini diduga bahwa pada perlakuan tersebut suplai air tercukupi dengan baik.

Gardner et al., (1991) menyatakan bahwa berat kering merupakan

parameter pengukuran yang mencerminkan banyaknya asimilat yang

dihasilkan oleh tanaman. Selanjutnya disebutkan oleh Harjadi (2002), bahwa

berat kering pada prinsipnya merupakan hasil berat brangkas segar yang

dihilangkan kandungan airnya dengan pengovenan pada suhu 70-850C hingga

diperoleh berat yang konstan dan pada akhirnya yang tersisa adalah bahan

organic yang hidup dalam bentuk biomassa. Berat brangkas kering dihitung

setelah tanaman dilakukan pengovenan sebanyak 6 kali dengan suhu 800C.

(44)

commit to user

berat konstan adalah apabila pengovenan sesudah dengan pengovenan

sebelumnya berselisih 0.02 dan sudah tidak berubah pada pengovenan

selanjutnya. Table.13 menunjukan hasil rerata berat brangkas kering yang

tidak berbeda nyata. Penyungkupan plastik hitam tidak memberikan pengaruh

yang berbeda nyata terhadap tanaman yang tidak disungkup dalam hal berat

brangkas kering. Hal ini diduga pada tanaman disetiap perlakuan memiliki

kandungan air dan asimilat yang baik. Berat brangkas kering sangat

dipengaruhi oleh kandungan air dan asimilat yang ada pada tanaman. Pada

penutupan plastik hitam selama 2 jam pada sore hari selama 3 hari

menunjukan bobot berat brangkas kering paling berat dibanding dengan

perlakuan yang lainnya. Sedangkan bobot berat brangkas kering paling ringan

ditunjukan pada perlakuan penutupan plastik hitam selama 2 jam pada sore

hari selama 15 hari.

Rendahnya bobot berat brangkas kering suatu tanaman berkaitan erat

dengan pertumbuhan vegetatif suatu tanaman. Pertumbuhan vegetatif sangat

dipengaruhi ketersediaan unsur hara, air serta cahaya matahari yang sesuain

dengan kebutuhan tanaman. Pada penutupan selama 15 hari, jumlah

penerimaan cahaya matahari semakin sedikit dibandingkan dengan perlakuan

yang ditutup lainnya, dengan demikian berat brangkas kering pada perlakuan

(45)

commit to user

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Anomali cuaca menyebabkan tanaman kontrol berbunga.

2. Penutupan dengan plastik hitam belum terbukti meningkatkan

pembungaan dan hasil tanaman secara nyata.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka saran

yang dapat disampaikan adalah: penanaman kacang tunggak diluar musim

Gambar

Tabel Halaman
Gambar
Tabel.4 Rerata jumlah biji per-polong
Tabel. 13 Rerata berat brangkas kering (gram)

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini diperkuat dengan pernyataan Nurhayati (2012) bahwa penularan virus dapat terjadi melalui kontak antara alat yang terkontaminasi virus pada saat penyiangan, dan pencangkulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap rumah tangga buruh pengolah kerupuk kulit ikan skala industri rumah tangga di Desa Kenanga Kabupaten

Teknik purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013: 126). Peneliti mengambil sampel berdasarkan kelas yang

Salah satu manfaat dari metode network planning adalah dapat membantu perusahaan dalam membuat jadwal penyelesaian suatu proyek atau produksi.Untuk dapat membuat jadwal

Penelitian ini dilakukan melalui sistematika pengamatan. Karena pada dasarnya tidak ada anak di dunia ini yang tiba - tiba dapat berbicara dan menguasai bahasa secara

Pada siklus II, persentase ketercapaian aktivitas mengajar guru mengalami peningkatan menjadi 90% aspek yang dicapai 20, dari 20 aspek tersebut ada 2 aspek yang

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa soal-soal yang dikembangkan sudah valid berdasarkan validator dan praktis berdasarkan hasil uji coba pada

Seorang pekerja sosial harus mampu mendampingi dan membantu remaja putus sekolah dalam memecahkan permasalahan yang mereka hadapi selama proses pelayanan sosial