commit to user
PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA
(RUSUNAWA) OLEH UNIT PELAKSANA TEKNIS
DAERAH (UPTD) RUMAH SEWA
KOTA SURAKARTA
Disusun Oleh :
Febriana Susanti
D 0107052
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Politik
Jurusan Ilmu Administrasi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah Diuji dan Disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pada Hari :
Tanggal :
Panitia Penguji :
1. Drs. Priyanto Susiloadi, M. Si ( )
NIP. 19601009 198601 1 001 Ketua Penguji
2. Drs. Suryatmojo, M.Si ( )
NIP. 19530812 198601 1 001 Sekretaris Penguji
3. Drs. H. Sakur, MS ( )
NIP. 19490205 198012 1 001 Penguji
Mengetahui,
Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Prof. Drs. Pawito, Ph.D
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Disetujui Untuk Dipertahankan di Hadapan Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pembimbing Skripsi
commit to user
iv
MOTTO
Tetapi seperti ada tertulis :
“Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh
telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia, semua disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.”
(1 Kor 2 : 9)
Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah
harapanku.
(Mzm 62 : 6)
Proses hidup yang terjadi dalam setiap kehidupan memang tak selalu indah.
Terkadang kita perlu berjuang sambil mencucurkan air mata dalam
menjalaninya. Tetapi satu hal yang harus kita percaya bahwa
ada suatu maksud dalam setiap kejadian yang akan
Tuhan kerjakan buat hidup kita.
commit to user
v
Karya Kecilku ini Kupersembahkan Kepada :
Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa menyertai,
memberi kekuatan dan setia tidak akan pernah
meninggalkanku.
Papa, Mama dan Ade yang selalu mendukung dan
memberikan motivasi kepadaku.
Keluarga besar PMK FISIP yang selalu ada saat
suka dan duka dan menjadi bagian dalam proses
hidupku.
Teman seperjuangan Intan Astri K. yang
senatiasa memotivasi dan menjadi sahabat dikala
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati senantiasa penulis panjatkan puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
kasih karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul
“PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA)
OLEH UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) RUMAH SEWA
KOTA SURAKARTA”.
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi tugas dan
memenuhi persyaratan akademik dalam menyelesaikan program studi pada
Universitas Sebelas Maret Jurusan Administrasi Negara. Sejak dari awal hingga
akhir selesainya penyusunan skripsi ini, penulis telah menerima banyak bantuan
dari semua pihak sehingga pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Drs. H. Sakur, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan yang sangat bermanfaat.
2. Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret.
3. Drs. Is Hadri Utomo, M. Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Unversitas Sebelas Maret.
commit to user
vii
5. Toto Jayanto, S.H, M.Hum selaku Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) Rumah Sewa Kota Surakarta yang telah memberikan ijin dan
membantu dalam proses penelitian.
6. Sri Ratnartiningsih, S.H selaku Subbagian Tata Usaha UPTD Rumah Sewa
Kota Surakarta yang telah menolong dalam pengumpulan data.
7. Pegawai UPTD Rumah Sewa Kota Surakarta yang bersedia membantu dalam
pengumpulan data.
8. Semua penghuni Rusunawa Kota Surakarta yang bersedia membantu dalam
pengumpulan data.
9. Mb Efi, Beta, Yohana dan Wulan yang senantiasa mendukung dalam doa.
10. Teman terkasih Yaya yang rela hati menolong dan mengantarkan dalam
penelitian.
11. Teman-teman AN angkatan’07.
12. Keluarga Kos Putri Agung yang aku kasihi, terimakasih untuk kebersamaan
selama 4, 5 tahun ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan.oleh karena itu, penulis mohon maaf apabila masih ada kesalahan
dalam skripsi ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat diterima
sebagaimana adanya dengan segala keterbatasan dan kesederhanaan.
Surakarta, Januari 2012
commit to user
A. Latar Belakang Masalah……….………..
B. Perumusan Masalah……….……….
4. Hasil Penelitian Terkait Dengan Pengelolaan Rusunawa...
B. Kerangka Pikir...………
BAB III METODE PENELITIAN...
A. Lokasi Penelitian..………...
B. Jenis Penelitian...………...
C. Sumber Data...
D. Teknik Pengumpulan Data………...
commit to user
ix
E. Validitas Data ..………...
F. Teknik Analisis Data...………...
BAB IV DESKRIPSI LOKASI, HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN...
A. Deskripsi Lokasi...
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan...
commit to user
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan di Tiap
Kecamatan Kota Surakarta Tahun 2010...
Banyaknya Rumah Menurut Kontriksi dan Letak Rumah di Tiap
Kecamatan Kota Surakarta Tahun 2010...
Jumlah Pegawai UPTD Rumah Sewa Kota Surakarta...……
Jumlah Pegawai UPTD Rumah Sewa Berdasarkan Jenjang
Pendidikan...
Jabatan dan Nama Pegawai UPTD Rumah Sewa Kota Surakarta..
Persebaran Bangunan Rusunawa di Kota Surakarta...
Hak dan Kewajiban Penyewa Rusunawa Kota Surakarta...
Larangan Bagi Penyewa Rusunawa Kota Surakarta…...……….
commit to user
Kondisi Lahan/Wilayah Rusunawa Begalon Kel.Panularan
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Sebelum Tahun 2003...
Kondisi Lahan/Wilayah Rusunawa Begalon II Kel.
Panularan Kec.Laweyan Kota Surakarta Pada Tahun 2006....
Kondisi Lahan/Wilayah Rusunawa Semanggi Kel.Semanggi
Kec.Pasar Kliwon Kota Surakarta Sebelum Tahun 2010...
Kondisi Lahan/Wilayah Rusunawa Semanggi Kel.Semanggi
Kec.Pasar Kliwon Kota Surakarta Tahun 2010...
Rusunawa Jurug Kel.Jebres Kec.Jebres Kota Surakarta
Tahun 2011...
Rusunawa Kerkop Kel.Purwodiningratan Kec.Jebres Kota
Surakarta Tahun 2011...
Daftar Penghuni Lantai II Rusunawa Begalon yang Tidak
Sesuai Dengan Daftar UPTD Rumah Sewa...
Daftar Penghuni Lantai IV Rusunawa Begalon yang Tidak
Sesuai Dengan Daftar UPTD Rumah Sewa...
commit to user
xii
ABSTRAK
Febriana Susanti, D0107052, Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Sewa Kota Surakarta, Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2012, Hal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) oleh UPTD Rumah Sewa Kota Surakarta. UPTD Rumah Sewa adalah pihak yang mempunyai kewenangan dalam melakukan pengelolaan Rusunawa sebagai pemenuhan rumah tinggal yang bermartabat, nyaman, aman dan sehat khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di Kota Surakarta.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif yang menggambarkan fenomena yang sebenarnya terjadi di lapangan. Adapun sumber data diperoleh melalui proses wawancara dengan informan dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Metode penarikan sampel yang digunakan bersifat purposif sampling yaitu dengan memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data. Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara observasi, dokumentasi, dan wawancara. Uji validitas data dilakukan dengan menggunakan teknik trianggulasi data yaitu menguji data yang sejenis dari berbagai sumber. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan Rusunawa oleh UPTD Rumah Sewa Kota Surakarta dikatakan baik. Pengelolaan Rusunawa yang dijalankan pihak UPTD Rumah Sewa sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku dan berorientasi kepada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Hal ini dibuktikan dengan pencapaian program pembangunan Rusunawa. Namun dalam pengelolaannya, pihak UPTD Rumah Sewa masih banyak mengalami hambatan. Hambatan yang terjadi yaitu beberapa warga Rusunawa seringkali menunggak dalam pembayaran uang sewa dan masalah lain yang terjadi di Rusunawa yaitu pemindahtanganan hak sewa yang dilakukan oleh penyewa Rusunawa kepada pihak lain yang tujuannya untuk mencari keuntungan pribadi. Hal ini menghambat kinerja UPTD Rumah Sewa dan sangat merugikan Pemerintah Kota. Oleh karena itu perlu pengelolaan dalam mengatasi dan menghadapi hambatan tersebut demi tercapainya tujuan pembangunan Rusunawa di Kota Surakarta.
commit to user
xiii
ABSTRACT
Febriana Susanti, D0106032, Management of Rented Simple Mansions by Technical Execution Local Unit (UPTD) of Rent House of Surakarta, Thesis, Department of Administrative Sciences, Faculty of Social and Political Sciences, Sebelas Maret University, Surakarta, 2012.
The aim of this research is to know the management of rented simple mansions by Technical Execution Local Unit (UPTD) of rented House of Surakarta. UPTD of Rented House has the authority in managing as the fulfillment of dignity, cozy,secure, and healty messuage house especially for the low income people (MBR) in Surakarta.
The research method that is used in this research is qualitative descriptive research method which describes the real phenomenon that occured in the field. The process of the source of data is taken by the process of interview with informants and picking related documents. The sampling method used is purposive sampling in which the source data is collected by selecting people based on the particular purpose of the experiment. Observation, documentation, and interview are the techniques of collecting data. The validity data test is done by the using of data trianggulation technique that is tested the similiar data from the various resource. The technique of analyzing data used is interactive analysis which consist of three components, those are data reduction, data presentation, and inferences.
The result of the research shows that the management of rented simple mansions by UPTD of Rented House of Surakarta is good. Management of rented simple mansions which is implemented by UPTD of Rented House is appropriate with the applicable of law regulation and oriented to MBR. It is proved by the achievment of rented simple mansions development programs. However, in the management some members of rented simple mansions oftenly late pay the rent and transfer the right of rent to the other member for seeking personal profit. It impede the performance of UPTD of Rented House and inflict a financial loss for the goverment. Therefore, it needs the management to overcome and to face the obstacles for reaching the goal of multistorey rented simple mansions development in Surakarta.
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan penduduk Indonesia yang pesat sejak awal
kemerdekaan, membuat kepadatan penduduk perkotaan di Indonesia juga
meningkat sangat tinggi. Dengan bertambahnya penduduk yang sangat tinggi
di daerah perkotaan mengakibatkan kebutuhan sarana dan prasarana semakin
meningkat terutama kebutuhan akan tempat tinggal. Tempat tinggal atau
rumah merupakan kebutuhan dasar yang sangat diperlukan oleh seluruh
manusia mengingat fungsi dari tempat tinggal tersebut adalah untuk
mendukung terselenggaranya pembinaan keluarga, pendidikan serta
peningkatan kualitas generasi yang akan datang yang berjati diri.
Oleh karena itu negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa
Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak
dan terjangkau di dalam perumahan yang sehat, aman, harmonis dan
berkelanjutan diseluruh wilayah Indonesia.
Namun sangat disayangkan bahwa pengadaan perumahan di daerah
perkotaan dan pedesaan sangat terbatas karena luas daerah di perkotaan dan
pedesaan yang sangat terbatas dan tidak sebanding dengan kebutuhan
masyarakat yang meningkat cukup pesat akan perumahan. Sehingga
pemenuhan kebutuhan perumahan sampai saat ini masih sulit untuk
dipecahkan terutama bagi masyarakat yang memiliki penghasilan rendah
commit to user
adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu
mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah. (UU RI No.1
Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman Bab 1 Pasal 1).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.1 Tahun 2011 Tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman bahwa pertumbuhan dan
pembangunan wilayah yang kurang memperhatikan keseimbangan bagi
kepentingan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) mengakibatkan
kesulitan masyarakat untuk memperoleh rumah yang layak dan terjangkau.
Pada tahun 2009 di Indonesia terdapat 10 kota otonom yang
merupakan kota terpadat. Menurut WHO (World Healt Organization),
kepadatan penduduk normal adalah 9.600 jiwa per km2. Sedangkan 10 kota
otonom yang merupakan kota terpadat, kepadatan penduduk melebihi standar
yang ditentukan oleh WHO. Kota otonom terpadat di Indonesia adalah
Jakarta Pusat dengan luas wilayah 47,14 km2 dengan jumlah penduduk
sebesar 926.562 jiwa dan kepadatan penduduk sebesar 19.656 jiwa per km2,
Yogyakarta dengan luas wilayah 32,5 km2 dengan jumlah penduduk sebesar
516.296 jiwa dan kepadatan penduduk sebesar 15.886 jiwa per km2, Bandung
dengan luas wilayah 167 km2 dengan jumlah penduduk sebesar 2.510.982
jiwa dan kepadatan penduduk sebesar 15,036 jiwa per km2, Jakarta Timur
dengan luas wilayah 187,73 km2 dengan jumlah penduduk 2.614.642 jiwa
dengan kepadatan penduduk sebesar 13.888 jiwa per km2, Cimahi dengan
luas wilayah 40,25 km2 dengan jumlah penduduk 546.879 jiwa dan kepadatan
commit to user
125,25 km2 dengan jumlah penduduk 1.635.278 jiwa dengan kepadatan
penduduk sebesar 13.056 jiwa per km2, Jakarta Selatan dengan luas wilayah
145,73 km2 dengan jumlah penduduk 1.893.959 jiwa dengan kepadatan
penduduk sebesar 12.996 jiwa per km2, Surakarta dengan luas wilayah 44,04
km2 dengan jumlah penduduk 561.509 jiwa dengan kepadatan penduduk
sebesar 12.750 jiwa per km2, Jakarta Utara dengan luas wilayah 129,69 km2
dengan jumlah penduduk 1.421.265 jiwa dengan kepadatan sebesar 10.959
jiwa per km2, Surabaya dengan luas wilayah 274,06 km2 dengan jumlah
penduduk 2.885.862 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 10.530 jiwa
per km2.
Kecenderungan masalah yang timbul akibat dari besarnya kepadatan
penduduk tanpa diimbangi dengan daya dukung lahan adalah
berkembangnya kawasan pemukiman kumuh dan banyaknya hunian yang tak
berijin. Keterbatasan lahan kota untuk perumahan dan pemukiman serta
keterbatasan biaya terkadang memicu masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR) untuk membangun pemukiman diatas tanah milik pemerintah kota.
Hal ini mengakibatkan buruknya pemandangan kota akibat pemukiman
kumuh dan bangunan-bangunan yang berdiri tanpa ijin. Penghasilan yang
mereka peroleh cenderung rendah sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan
yang layak bagi dirinya sendiri termasuk kebutuhan akan pemukiman yang
bersih, rapi, sehat dan indah. Keterbatasan penghasilan yang mereka miliki
commit to user
membangun permukiman kumuh yang memiliki tujuan sebagai tempat
berlindung dan beristirahat bersama keluarga.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) permukiman
kumuh di Indonesia pada tahun 2009 tercatat seluas 57 ribu hektare
sedangkan pada tahun sebelumnya jumlah pemukiman kumuh tercatat sebesar
54 ribu hektare. Hal ini memicu Indonesia bersama negara-negara di dunia
berkomitmen mengurangi pemukiman kumuh hingga setengahnya pada tahun
2015. Ini menjadi salah satu target MDGs (Millenium Development Goals),
dimana pada tahun 2015 diharapkan sudah meminimalkan sekitar 30 persen
dari total daerah kumuh yang ada di Indonesia.
Pemerintah membuat suatu kebijakan dalam penyediaan permukiman
bagi MBR. Kebijakan tersebut berupa pemberian fasilitas pembangunan
rumah susun sederhana sewa (Rusunawa). Rumah susun sederhana sewa yang
selanjutnya disebut Rusunawa adalah bangunan gedung bertingkat yang
dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang
distrukturkan secara fungsional dalam arah horisontal maupun vertikal dan
merupakan satuan-satuan yang masing-masing digunakan secara terpisah,
status pengguasaannya sewa serta dibangun dengan menggunakan
APBN/APBD dengan fungsi utamanya sebagai hunian. (Peraturan Menteri
Negara Perumahan Rakyat No.14/PERMEN/M/2007).
Rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) ini menjadi alternatif
untuk pemenuhan rumah tinggal yang bermartabat, nyaman, aman dan sehat
commit to user
Rusunawa merupakan bagian dari kekayaan pemerintah daerah yang
keberadaannya harus dikelola secara maksimal agar dapat berdaya guna dan
tepat sasaran. Oleh karena itu pengelolaan rumah susun sederhana sewa
diatur dalam Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat
No.14/PERMEN/M/2007 tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana
Sewa. Dengan adanya otonomi daerah yang luas kepada daerah-daerah
otonom di Indonesia untuk mengurus rumah tangga daerah masing-masing
maka permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan oleh daerah otonomi
menjadi tanggung jawab daerah tersebut. Adanya otonomi daerah diharapkan
dapat meningkatkan peran serta pemerintah daerah kabupaten dan kota dalam
menyelenggarakan pembangunan serta mendorong pemerataan hasil-hasil
pembangunan.
Surakarta sebagai kota besar kedua di Propinsi Jawa Tengah yang
berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Utara), Kabupaten Karanganyar
(Timur), Kabupaten Sukoharjo (Selatan), Kabupaten Sukoharjo (Barat). Luas
wilayah Kota Surakarta mencapai 44,04 km² yang terbagi dalam lima
Kecamatan, yaitu: Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan
Banjarsari. Sebagian besar lahan Kota Surakarta merupakan tempat
pemukiman sebesar 61,68%. Sedangkan 20% dari luas lahan yang ada
merupakan tempat untuk kegiatan ekonomi.
Kota Surakarta atau yang akrab dengan sebutan kota Solo, terdiri dari
commit to user
kepadatan di rata-rata kecamatan sebesar 13.819 jiwa per km2 dan menjadi
urutan ke delapan daerah otonom berpenduduk terpadat.
Untuk mengetahui tingkat kepadatan penduduk tiap kecamatan di
Kota Solo, di bawah ini akan dijabarkan tingkat kepadatan penduduk di setiap
kecamatan pada tabel 1.1:
Tabel 1.1
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk Dan Tingkat Kepadatan Di Tiap
Kecamatan Kota Surakarta Pada Tahun 2010
No. Kecamatan Luas Wilayah
Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010
Dari tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa dari lima kecamatan yang
berada di Kota Surakarta tingkat kepadatan di lima kecamatan tersebut berada
di atas kewajaran atau berada di atas standar dari WHO ( World Healt
Organization ). Menurut WHO kepadatan penduduk normal adalah 9.600
jiwa per km².
Dengan luas wilayah yang hanya 44,04 km² dan kepadatan penduduk
commit to user
permasalahan permukiman. Dimana luas wilayah yang terbatas tidak
diimbangi dengan jumlah penduduk yang ada sehingga tidak sedikit
masyarakat Kota Surakarta khususnya masyarakat berpenghasilan rendah
membangun permukiman di bantaran sungai maupun tempat-tempat terlarang
yang berbahaya apabila dibangun permukiman. Data dibawah ini merupakan
data perkembangan rumah menurut konstruksi dan letak pada tahun 2010
dijelaskan pada tabel 1.2 yaitu :
Tabel 1.2
Banyaknya Rumah Menurut Kontruksi Dan Letak Rumah
Di Tiap Kecamatan Kota Surakarta Pada Tahun 2010
No. Kecamatan
Kontruksi Rumah Letak Rumah
Jumlah
Sumber : BPS Kota Surakarta Tahun 2010
Dari data diatas dapat dilihat bahwa terdapat 9.732 unit rumah yang
terletak di bantaran sungai dan 764 unit rumah yang terletak di bawah
commit to user
Sedangkan hasil pendataan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) kota Surakarta pada tahun 2006 terdapat sebanyak 6.612 Rumah
Tidak Layak Huni (RTLH) yang menempati kawasan kumuh seluas ± 41,607
ha. Kawasan kumuh tersebut dihuni sebanyak 3.421 KK atau 15.850 jiwa.
Dari data tersebut, prosentase rumah kumuh permanen sebesar 39,45%,
rumah kumuh semi permanen sebesar 31,6% dan rumah kumuh tidak
permanen sebesar 28,9%. Sedangkan untuk tahun 2011 data dari Badan
Perncanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Rumah Tidak Layak Huni
(RTLH ) di Kota Surakarta mencapai 6.600 unit. Dari data mengenai Rumah
Tidak Layak Huni (RTLH) di atas dalam kurun waktu 5 tahun terakhir hanya
terjadi penurunan 12 unit Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).
Oleh karena itu untuk menata permukiman di Kota Surakarta maka
Pemerintah Kota Surakarta menyediakan rumah susun sederhana sewa bagi
MBR sebagai solusi untuk permasalahan permukiman yang terjadi di Kota
Surakarta. Agar pengelolaan Rusunawa tepat sasaran dan berdaya guna maka
Pemerintah Kota Surakarta menunjuk UPTD Rumah Sewa untuk mengelola
Rusunawa yang tersebar di Kota Surakarta. Keberadaan Rumah Susun
Sederhana Sewa (Rusunawa) ini selain bisa untuk menambah Pendapatan
Asli Daerah (PAD), juga dapat menanggulangi permukiman kumuh yang
berkembang tidak sehat dan menjembatani masyarakat untuk mendapatkan
tempat hunian yang layak dengan cara menyewa sesuai dengan kondisi atau
commit to user
Oleh karena itu untuk mencapai tujuan pemerintah kota dalam
pemenuhan kebutuhan pemukiman bagi MBR di Kota Solo, perlu adanya
pengelolaan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa). Dalam penelitian ini
peneliti ingin mengetahui bagaimana pengelolaan rumah susun sederhana
sewa (Rusunawa) di Kota Surakarta oleh UPTD Rumah Sewa. Judul yang
diambil pada penelitian ini adalah Pengelolaan Rumah Susun Sederhana
Sewa (Rusunawa) oleh UPTD Rumah Sewa Kota Surakarta. Penelitian ini
akan membahas mengenai pengelolaan rumah susun sederhana sewa
(Rusunawa) yang dilaksanakan oleh UPTD Rumah Sewa Kota Surakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
“Bagaimana pengelolaan serta pencapaian program Rumah Susun
Sederhana Sewa (Rusunawa) oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) Rusunawa Kota Surakarta ?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan dan
pencapaian program Rusunawa di Kota Surakarta. rumah susun sederhana
sewa (Rusunawa) oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rusunawa
Kota Surakarta yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan
commit to user
D. Manfaat Penelitian
1. Diperolehnya informasi dan gambaran mengenai manajemen organisasi
publik terutama Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rusunawa Kota
Surakarta dalam Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa
(Rusunawa).
2. Bagi Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rusunawa, dapat dijadikan
kritik yang bersifat membangun serta sebagai evaluasi terhadap
pencapaian hasil dan perbaikan di masa mendatang.
3. Bagi penulis, merupakan kesempatan untuk menerapkan teori yang
diperoleh selama menjalani perkuliahan ke dalam praktek nyata.
Sehingga dapat melatih cara berfikir sistematis di samping belajar
mengembangkan kemampuan profesional.
4. Bagi civitas akademika, untuk memberikan informasi dan menambah
pengetahuan mengenai pengelolaan rumah susun sederhana sewa
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa)
1. Pengertian Pengelolaan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Pusat bahasa Departemen
pendidikan nasional, 2008: 719) pengelolaan berasal dari kata dasar
kelola yang artinya mengendalikan; menyelenggarakan; menjalankan;
mengurus; menangani. Kemudian dari kata kelola, menjadi mengelola
yang memiliki arti:
a. Mengelola bagi pemerintah adalah menyelenggarakan dan
mengendalikan
b. Mengelola bagi perusahaan adalah mengurus dan menjalankan
Sedangkan pengelolaan itu sendiri menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) memiliki arti proses, perbuatan, dan cara mengelola
melakukan sesuatu kegiatan dengan mengerahkan orang lain, dan proses
mengawasi pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.
Dalam Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No.
14/PERMEN/M/2007 tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa
(Rusunawa) Bab I Pasal I, yang di maksud dengan pengelolaan adalah
upaya terpadu yang dilakukan oleh badan pengelola atas barang milik
negara/daerah yang meliputi perencanaan, pengadaan, penggunaan,
pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan,
commit to user
pengendalian. Dari beberapa istilah tersebut mengarah pada satu istilah
yang disebut dengan manajemen. Oleh karena itu penulis menggunakan
istilah manajemen untuk membahas konsep pengelolaan.
Ada banyak definisi atau batasan-batasan mengenai manajemen yang
dikemukakan oleh para ahli. Menurut Ordway Tead dalam Inu Kencana
Syafiie,dkk (Inu Kencana Syafiie dkk, 1997: 50) :
“Management is the process and agency which direct and gudes the
operations of an organization in the realizing of estabilished aims.”
(Manajemen adalah proses dan perangkat yang mengarahkan serta
membimbing kegiatan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan). Sedangkan menurut G.R.Terry (alih bahasa oleh Inu Kencana
Syafiie, 1997: 50), “ Manajemen adalah suatu proses khusus yang terdiri
dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lain”.
Sedangkan menurut Siswanto (Siswanto, 2006: 2), manajemen adalah
seni dan ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pemotivasian, pengendalian terhadap orang dan mekanisme kerja untuk
mencapai tujuan.
Malayu Hasibuan berpendapat bahwa manajemen hanya merupakan
alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen yang baik akan
memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan. Dengan manajemen, daya
guna dan hasil guna unsur-unsur manajemen akan dapat ditingkatkan.
commit to user
Dalam Internasional Journal of Bussiness and Management,
Management and Cultural Development Vol. 5, No.11 ; November 2010,
dituliskan bahwa:
“…many different definitions on the management have been expressed by the various researchers. Some say that: management is a process. Some express that: management is an art. And also, some believe that: management is a skill.
…it can be concluded that: management is a process that leads the community’s people towards common goals and public utilities. With such descriptions, management can play very important role
in the cultural development.”
(…banyak definisi berbeda tentang manajemen dari beberapa
peneliti. Sebagian mengatakan bahwa manajemen adalah proses. Sebagian mengatakan manajemen sebagai seni. Dan sebagian lainnya mengatakan manajemen adalah kemampuan.
…dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen adalah sebuah
proses untuk memimpin orang dalam suatu komunitas untuk mencapai tujuan bersama dan mambawa kemanfaatan bagi masyarakat. Dengan pengertian manajemen tersebut, maka manajemen dapat memainkan peranan yang sangat penting dalam pengembangan budaya.) (Mohammad Naji; 2010: 172)
Dalam manajemen mengandung fungsi-fungsi manajemen yang
merupakan tugas pokok yang harus dijalankan oleh pimpinan dalam
organisasi apapun agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan efektif dan
efisien. Fungsi-fungsi manajemen pada hakekatnya merupakan tugas
pokok yang harus dijalankan pimpinan dalam organisasi apapun. Dalam
pembahanan mengenai fungsi manajemen terdapat banyak pendapat dari
para ahli. Walaupun demikian perbedaan pendapat tersebut pada dasarnya
adalah saling melengkapi.
G.R. Terry dalam Inu Kencana Syafiie,dkk (1997: 51)
commit to user
1. Perencanaan (Planning)
2. Pengorganisasian (Organizing)
3. Penggerakkan (Actuating)
4. Pengendalian (Controlling)
Dalam Internasional Journal of Bussiness and Management, Study on
the Inovvation Function of the Management, Vol 4, No. 6, Juni 2009
dituliskan bahwa:
“Four function such as planning, organizing, leading and controlling in the management are the mainline in the management
theory all along.” (Empat fungsi seperti perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian adalah merupakan inti dari teori manajemen selama ini). )Yun Zhang, 2009: 147).
Dari beberapa pendapat diatas, maka mengenai pengelolaan rumah
susun sederhana sewa (Rusunawa) di Kota Surakarta, peneliti memilih
untuk menggunakan empat fungsi manajemen menurut G.R. Terry yang
dikenal dengan POAC yaitu Planning, Organizing, Actuating, dan
Controlling.
Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) adalah suatu
proses kegiatan yang dimulai dari perencanaan, pengorganisasian,
penggerakkan, hingga pengawasan dengan memanfaatkan sumber daya
yang dimiliki. Proses pengelolaan tidak dapat dilakukan secara individual
melainkan dengan bantuan orang lain untuk mencapai tujuan yaitu
pengelolaan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) yang memenuhi
kebutuhan masyarakat akan rumah tinggal yang bermartabat, nyaman,
commit to user
berpenghasilan rendah. Pengelolaan atau manajemen merupakan kunci
utama dalam pelaksanaan suatu kegiatan maupun program demi
tercapainya tujuan yang diharapkan.
a. Perencanaan
Perencanaan adalah salah satu fungsi manajemen yang
berhubungan dengan proses penetapan tujuan dan penentuan
tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan oleh suatu organisasi untuk
mencapainya. Dalam perencanaan ditetapkan arah dan strategi yang
diambil untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Perencanaan menurut Malayu Hasibuan (Inu Kencana Syafiie,dkk,
1997: 76) adalah sejumlah keputusan yang menjadi pedoman untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
Menurut T. Hani Handoko (2003: 79) mengatakan bahwa dalam
menetapkan perencanaan yang baik, langkah-langkah yang harus
dilakukan yaitu :
1. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan.
2. Merumuskan keadaan saat ini.
3. Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan.
4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk
pencapaian tujuan.
Sondang P. Siagian (2005: 36) menyebutkan bahwa perencanaan
merupakan usaha sadar dan pengambilan keputusan yang telah
commit to user
depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan
yang ditetapkan.
Perencanaan menjadi hal yang paling mendasar karena melibatkan
pilihan-pilihan dari berbagai tindakan alternatif. Oleh karena itu
perencanaan merupakan suatu proses dasar dalam mengambil
keputusan yang menetapkan langkah-langkah yang diperlukan sebelum
kerja nyata direalisasikan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan digunakan sebagai jembatan bagi masa mendatang dengan
menghubungkan fakta-fakta yang telah ada. Kemudian dengan adanya
fakta-fakta yang telah ada, di tentukan beberapa aktivitas yang dianggap
perlu dalam pencapaian hasil yang diinginkan oleh suatu organisasi.
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat diambil kesimpulan
mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan perencanaan, yaitu:
1. Suatu rencana lahir sebagai hasil pemikiran dari identifikasi
masalah dan analisis situasi yang telah dilakukan.
2. Orientasi dari suatu perencanaan mengarah pada masa depan atau
masa yang akan datang.
3. Dengan perencanaan maka apabila rencana tersebut dilaksanakan
akan mempermudah usaha yang dilakukan dalam pencapaian
tujuan.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan fungsi dari manajemen yang
commit to user
pada pengaturan tugas-tugas yang harus dikerjakan untuk mencapai
tujuan dari suatu organisasi. Pengorganisasian dilakukan oleh
sekelompok orang yang tergabung dalam unit-unit satuan-satuan kerja
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengorganisasian merupakan proses mengatur dan mengalokasikan
tugas-tugas, pekerjaan, wewenang, peran-peran termasuk koordinasi
hubungan-hubungan antar bagian baik secara vertikal maupun
horisontal dalam suatu struktur organisasi yang diperlukan untuk
mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Semakin jelas dan terpadu
tugas-tugas yang dirancang dalam suatu organisasi akan semakin efektif
organisasi itu mencapai tujuannya. ( Koontz dan Weihrich dalam Ulber
Silalahi 2002: 46).
Sedangkan menurut Siswanto (2006: 75) pengorganisasian adalah
pembagian kerja yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota
kesatuan pekerjaan, penetapan hubungan antar pekerjaan yang efektif
diantara mereka, dan pemberian lingkungan dan fasilitas pekerjaan
yang wajar sehingga mereka bekerja secara efisien.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian
merupakan proses mendisain struktur formal, mengatur dan
mengelompokkannya serta membagi tugas atau pekerjaan diantara
anggota organisasi sehingga tercipta organisasi yang dapat digerakkan
sebagai satu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi yang
commit to user
c. Penggerakkan
Fungsi manajemen yang ketiga adalah penggerakkan. Fungsi dari
penggerakan sangat penting karena penggerakan merupakan
pengupayaan dari fungsi perencanaan dan pengorganisasian. Tanpa
adanya penggerakan maka perencanaan dan pengorganisasian yang
telah ditetapkan tidak akan dapat berjalan dengan baik. Akibatnya
tujuan organisasi juga akan sulit untuk dicapai. Dalam proses
penggerakkan berkaitan dengan siapa yang harus digerakkan, mengapa
harus digerakkan, bagaimana menggerakkannya, dan kapan harus
digerakkan. Namun dalam proses penggerakkan tersebut juga
diperlukan kepemimpinan untuk mempengaruhi bawahan dan
memotivasi agar pekerjaan yang dihasilkan sesuai dengan keinginan
pemimpin dan pada akhirnya tujuan dapat tercapai dengan baik.
Menurut Terry dalam Inu Kencana (1999: 81) :
“Penggerakkan atau pelaksanaan kerja merupakan suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berkenan berusaha untuk mencapai sasaran agar sesuai dengan
perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi.”
Hampir senada dengan pendapat Terry, menurut Sondang P.Siagian
(2005: 95) :
“Penggerakkan adalah keseluruhan usaha, teknik dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan
organisasi dengan efisien, efektif, dan ekonomis.”
Dengan demikian pengerakkan merupakan kegiatan pemberian
commit to user
membimbing anggota organisasi agar memiliki keinginan, mau
berusaha, dan bekerja dengan ikhlas dalam melaksanakan tugas yang
telah ditetapkan dalam masing-masing bidang agar tujuan yang telah
ditetapkan dapat tercapai.
d. Pengawasan
Fungsi manajemen yang terakhir adalah fungsi pengawasan atau
pengendalian (controlling). Menurut pendapat George Terry dalam Inu
Kencana Syafiie, dkk (1999: 83) menyatakan bahwa :
“Controlling can be defined as the process of determining what is to accomplished, that is the standart, what is being accomplished, that is the performance, and if necessary applying corrective measure so that performance takes place according to plans, that
is in conformity whith the standart”. ( Pengawasan dapat
dirumuskan sebagai proses penentuan yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana, yaitu selaras dengan standar).
Tidak jauh berbeda dengan pendapat Ulber Silalahi (2003: 47)
bahwa pengawasan (controlling) adalah proses pengukuran pelaksanaan
kerja atau kinerja aktual, membandingkan hasil dengan standar
organisasi dan tujuan, dan pengambilan tindakan korektif jika
dibutuhkan.
Robert J.Mockler lebih memperjelas lagi mengenai definisi
pengawasan yaitu suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar
pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem
informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan
commit to user
penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang
diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan
dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian
tujuan-tujuan perusahaan ( T.Hani Handoko, 2003: 360).
Dengan demikian pengawasan merupakan suatu usaha untuk
menjamin semua tindakan yang diambil sesuai dengan rencana, serta
untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
sehingga tindakan korektif dapat diambil. Dengan pengawasan dapat
diketahui juga sampai seberapa jauh tingkat pencapaian atau tingkat
penyelesaian dari suatu kegiatan sudah terlaksana sesuai dengan
standar yang ditentukan sebelumnya atau tidak. Dengan kata lain
pengawasan adalah proses untuk menjamin bahwa tujuan organisasi
dan manajemen berjalan sesuai dengan yang direncanakan (tercapai).
2. Pengertian Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa)
Menurut UU. No.16 Tahun 1985 Tentang Rumah Susun terkait
dengan rumah susun yang meliputi pengertian rumah susun, pengaturan
dan pembinaan rumah susun, kelengkapan rumah susun, pembangunan
rumah susun, target/sasaran penghuni rumah susun, dan komponen
pembangunan rumah susun.
Pengertian rumah susun menurut UU No.16 Tahun 1985 tentang
rumah susun yaitu rumah susun (rusun) adalah bangunan gedung
bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam
commit to user
maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat
dimiliki dan digunakan secara terpisah terutama untuk tempat yang
dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama.
Pembangunan rumah susun (rusun) bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan perumahan yang layak bagi masyarakat yang berpenghasilan
rendah yang menjamin kepastian hukum dan pemanfaatannya.
Pembangunan rumah susun juga meningkatkan daya guna dan hasil guna
tanah di daerah perkotaan dengan memperhatikan kelestarian sumber
daya alam dan menciptakan lingkungan pemukiman yang lengkap, serasi
dan seimbang serta untuk memenuhi kebutuhan yang berguna bagi
masyarakat.
Sedangkan pengertian Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa)
dalam Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No.
14/PERMEN/M/2007 tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa
(Rusunawa) Bab I Pasal I, menyatakan bahwa Rumah Susun Sederhana
Sewa, yang selanjutnya disebut Rusunawa adalah bangunan gedung
bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam
bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horisontal
maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing
digunakan secara terpisah, status penguasaannya sewa serta dibangun
dengan menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dan atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
commit to user
Pembangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) pada dasarnya
merupakan stimulus bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang
memerlukan tempat tinggal. Oleh karena itu fasilitas pembangunan
rumah susun sederhana sewa (rusunawa) yang telah terbangun perlu
segera dikelola agar tujuan pembangunan rumah susun sederhana sewa
(rusunawa) berhasil dan berdaya guna serta mencapai target dan sasaran
yang diharapkan.
3. Pengertian Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa)
Pengelolaan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) sendiri adalah
sebuah aktivitas atau kegiatan manajemen yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, penggerakkan, dan pengendalian pelaksanaan
kebijakan yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
Rumah Sewa Kota Surakarta selaku unsur pelaksana pemerintah daerah
Surakarta di bidang pengelolaan rumah susun sederhana sewa
(Rusunawa) yang disertai dengan tanggung jawab penuh untuk mencapai
tujuan bersama dan mendapatkan kemajuan yang lebih baik pada badan
organisasi atau pemerintah serta Rumah Susun Sederhana Sewa
(Rusunawa) sebagai obyek kebijakan.
Menurut Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No.14/
PERMEN/M/2007 Tentang pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa
(Rusunawa) Bab II Pasal 3 menyatakan bahwa ruang lingkup
commit to user
a. Pemanfaatan fisik bangunan rusunawa yang mencakup pemanfaatan
ruang dan bangunan, termasuk pemeliharaan, perawatan serta
peningkatan kualitas sarana dan utilitas;
b. Kepenghunian yang mencakup kelompok sasaran penghuni, proses
penghunian, penetapan calon penghuni, perjanjian sewa menyewa
serta hak, kewajiban dan larangan penghuni;
c. Administrasi keuangan dan pemasaran yang mencakup sumber
keuangan, pemanfaatan hasil sewa, pencatatan dan pelaporan serta
persiapan dan strategi pemasaran;
d. Kelembagaan yang mencakup pembentukan struktur, tugas, hak,
kewajiban dan larangan badan pengelola serta peran pemerintah,
pemerintah daerah, provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota;
e. Penghapusan dan pengembangan bangunan rusunawa;
f. Pendampingan, monitoring, dan evaluasi;
g. Pengawasan dan pengendalian pengelolaan rusunawa.
Pengelolaan ini dilakukan dalam rangka mengoptimalkan pengelolaan
Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) agar dapat dimanfaatkan
secara berdaya guna. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah
Sewa merupakan unit struktural yang diberi kewenangan untuk mengelola
Rusunawa dan bertanggung jawab langsung kepada Dinas Pekerjaan
Umum (DPU) Kota Surakarta. Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta diatur dalam
commit to user
Selanjutnya pada Bab III, pasal 3 dan 4 menyatakan bahwa Rumah
Sewa merupakan UPT pada Dinas yang dipimpin oleh seorang Kepala
Rumah Sewa yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas dan mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian kegiatan teknis operasional dan atau kegiatan teknis penunjang
Dinas di bidang penanganan kegiatan teknis di Rumah Sewa dengan
kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.
4. Hasil Penelitian Terkait Dengan Pengelolaan Rumah Susun
Sederhana Sewa (Rusunawa)
Studi-studi terdahulu terkait pengelolaan Rumah Susun Sederhana
Sewa pernah dilakukan berbagai pihak. Penelitian tersebut menghasilkan
kesimpulan yang beragam sesuai dengan kajian penelitiannya, sebagai
berikut:
1. Indartoyo (Makalah Seminar Nasional Arsitektur Universitas Trisakti,
2007)
Mengadakan penelitian tentang Dampak Kehadiran Rusunawa
Bagi Penataan Bangunan Dan Infrastruktur Di Daerah Kawasan
Terbangun, berkesimpulan bahwa : Berbagai program penyediaan
Rusunawa yang telah diimplementasikan hingga saat ini pada lokasi
justru terjadi perkembangan yang kurang menguntungkan seperti
terjadinya pengembangan rumah-rumah tinggi yang tidak terkendali,
tumbuhnya fasilitas layanan yang yang tidak teratur diantaranya justru
commit to user
Rusunawa di Indonesia diprediksi akan meningkatkan jumlah
penduduk sehingga akan menyebabkan peningkatan kebutuhan lahan,
peningkatan jumlah dan volume infrastruktur atau peningkatan
limbah, bertambah padatnya lalu lintas, perubahan iklim mikro di
daerah sekitar kawasan, berkurangnya daya serap tanah terhadap air
hujan, hadirnya komunitas baru yang secara otomatis akan
meningkatkan harga jual tanah, memperbanyak bangunan kumuh,
pengetatan aturan pembangunan dan memerlukan usaha-usaha fisik
dan sosial untuk mencapai integratif antar penduduk. Untuk itu
rencana penataan bangunan dan infrastruktur di kawasan sekitar
Rusunawa sebagai suatu konsep peremajaan permukiman perkotaan
yang integratif menangani masalah penataan lingkungan permukiman
perkotaan serta penyediaan kebutuhan perumahan kota harus dikaji
secara hati-hati, cermat dan matang.
2. Mokh Subkhan (Tesis Program Pascasarjana Magister Teknik
Pembangunan Wilayah Dan Kota Universitas Diponogoro, 2008)
Mengadakan penelitian tentang Pengelolaan Rumah Susun
Sederhana Sewa Di Cengkareng Jakarta Barat yang bertujuan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan ketidakoptimalan
pengelolaan Rusunawa. Keidakoptimalan ini disebabkan oleh :
a) Kurangnya solidaritas penghuni Rusunawa untuk menggunakan
commit to user
b) Kurangnya motivasi penghuni Rusunawa untuk meningkatkan taraf
perekonomian keluarga.
c) Rusunawa mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga sering
disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu.
d) Pengelolaan Rusunawa Cengkareng menunjukkan bahwa
kurangnya peran organisasi dalam hal sosialisasi penggunaan
fasilitas umum bersama sehingga fasilitas tersebut tidak
digunakan dengan semestinya.
e) Koordinasi yang terbatas dengan pihak yang terlibat misalnya
mengenai pengaturan sewa, pemasaran Rusunawa dan sosialisasi
kepada masyarakat.
f) Tidak ada sanksi yang tegas bagi penyewa yang tidak taat
administratif.
3. Sugianto Tarigan (Tesis Program Pascasarjana Magister Teknik
Pembangunan Wilayah Dan Kota Universitas Diponogoro, 2010)
Mengadakan penelitian Tentang Evaluasi Pengelolaan Sistem
Sanitasi Rumah Susun Bidaracina Jakarta Timur yang berkesimpulan
bahwa pertumbuhan pembangunan rumah susun di Jakarta tidak
diimbangi dengan kemampuan pengelolaan rumah susun itu sendiri.
Dari jumlah rumah susun yang sudah dibangun menunjukkan bahwa
operasi dan pemeliharaan sistem sanitasi rumah susun masih rendah,
hal ini mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan dan pelayanan
commit to user
operasional pengelolaan sistem sanitasi yang ada di rumah susun
bidaracina tidak berjalan dengan baik karena tidak sesuai dengan
petunjuk teknis operasional dan pemeliharaan. Hal ini dibuktikan
antara lain dengan kemacetan disaluran pipa masih sering terjadi,
sistem bak kontrol sudah tidak berfungsi, pembuangan lumpur tinja
dari rumah tetangga tidak melalui proses pengolahan tetapi langsung
ke badan air sungai ciliwung sehingga sering tercium bau tidak sedap
dilingkungan rumah susun. Melihat fenomena tersebut pemerintah
dalam rangka pembangunan serta penyelenggaraan pengelolaan
sistem sanitasi menjadi tanggung jawab pemerintah daerah sehingga
diperlukan institusi dan peraturan yang jelas serta tegas.
Hasil penelitian terdahulu di atas, dapat digunakan sebagai
pendukung data deskriptif karena memiliki relevansi dengan
Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa di Kota Surakarta yang
dikaji dalam penelitian ini, diantaranya bahwa :
a) Program penyediaan Rumah susun sederhana sewa (Rusunawa)
perlu dikaji secara hati-hati, cermat dan matang karena kalau
tidak demikian akan mengakibatkan kerugian bagi Pemerintah
Kota itu sendiri. Kerugian yang dapat terjadi seperti
meningkatnya jumlah penduduk sehingga akan menyebabkan
peningkatan kebutuhan lahan, peningkatan limbah,
bertambahpadatnya lalu lintas, berkurangnya daya serap tanah,
commit to user
lingkungan pemukiman serta penyediaan kebutuhan perumahan
dapat diatasi.
b) Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan ketidakoptimalan
pengelolaan Rusunawa yang terdapat di Kota Surakarta.
c) Pembangunan Rumah Susun perlu diimbangi dengan kemampuan
pengelolaan Rumah Susun itu sendiri agar tidak mengalami
penurunan kualitas lingkungan dan pelayanan Rumah Susun.
B. Kerangka Pikir
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi
untuk mendukung terselenggaranya pembinaan keluarga, pendidikan serta
peningkatan kualitas generasi yang akan datang yang berjati diri. (Peraturan
Menteri Negara Perumahan Rakyat No.14/PERMEN/M 2007).
Kebutuhan akan rumah tinggal sangat meningkat khususnya di
kawasan perkotaan maka fasilitas pembangunan rumah susun sederhana sewa
menjadi alternatif untuk pemenuhan rumah tinggal yang bermartabat,
nyaman, aman dan sehat bagi seluruh masyarakat khususnya bagi MBR.
Rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) menjadi solusi bagi Kota Surakarta
untuk penataan wilayah kumuh dan meminimalkan hunian tak berijin serta
merupakan kebijakan Pemerintah Kota Surakarta dalam rangka penyediaan
rumah sederhana dan sehat untuk MBR di Kota Surakarta. Selain itu
keberadaan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) juga sebagai penambah
commit to user
Oleh karena itu pengelolaan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa)
sangat penting untuk dilakukan dalam pelaksanaan kegiatannya agar tujuan
yang diharapkan dapat tercapai. Dengan adanya pengelolaan yang baik
diharapkan akan dapat memudahkan tercapainya tujuan organisasi.
Pengelolaan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) merupakan
serangkaian usaha-usaha yang dilakukan untuk menanggulangi lingkungan
permukiman perkotaan yang tidak sehat (kumuh), meminimalkan hunian
yang tidak berijin dan menjembatani masyarakat berpenghasilan rendah untuk
mendapatkan tempat hunian yang layak dengan cara menyewa sesuai dengan
kondisi atau kemampuan mereka.
Sesuai dengan judul penelitian yaitu pengelolaan rumah susun
sederhana sewa (Rusunawa) oleh Unit Pelaksana Teknis Rumah Sewa Kota
Surakarta, penelitian dilihat berdasarkan fungsi-fungsi manajemen yang
dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan hingga
pengawasan. Fungsi perencanaan dilihat dari bentuk-bentuk perencanaan
yang berupa mekanisme pembuatan rencana, esensi perencanaannya, serta
dasar pertimbangan dalam membuat rencana. Fungsi pengorganisasin terkait
dengan pengelompokkan serta pembagian tugas atau pekerjaan diantara para
anggota organisai sehingga organisasi dapat digerakkan dan tujuan organisasi
dapat tercapai dengan efektif dan efisien.
Fungsi penggerakkan berkaitan dengan pemberian motivasi atau
dorongan bekerja kepada seluruh anggota organisasi serta bimbingan tentang
commit to user
memiliki keinginan, mau berusaha, dan bekerja dengan ikhlas untuk
mengerjakan kegiatan pengelolaan yang tertuang dalam Peraturan Menteri
Negara Perumahan Rakyat No.14/ PERMEN/M/2007 Tentang pengelolaan
Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa).
Pengawasan merupakan suatu usaha untuk menjamin semua tindakan
yang diambil sesuai dengan rencana, serta untuk mengetahui
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi sehingga tindakan korektif dapat diambil. Dengan
kata lain pengawasan adalah proses untuk menjamin bahwa tujuan organisasi
dan manajemen berjalan sesuai dengan yang direncanakan atau ditetapkan
(tercapai). Selain itu pengawasan juga berusaha mengetahui dan
menghindarkan kemungkinan kesalahan dan mencari upaya-upaya untuk
mencegahnya. Pengawasan dalam pengelolaan Rumah Susun Sederhana
Sewa (Rusunawa) merupakan upaya untuk mengetahui pelaksanaan kerja
yang dilakukan pegawai pada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rumah Sewa
dalam mengelola rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) dan capaian
program Rusunawa yang terdapat di Kota Surakarta.
Skema kerangka berfikir secara lebih rinci akan digambarkan pada
gambar 2.1 dibawah ini. Kerangka berfikir yang digunakan dalam penelitian
ini dapat membantu penulis dalam menentukan tujuan dan arah penelitian
commit to user
Gambar 2.1
Skema Kerangka Berpikir
-Kebutuhan masyarakat khususnya masyarakat berpenghasilan
rendah (MBR) akan rumah tinggal yang layak huni, bermartabat, nyaman, aman, dan sehat.
-Adanya lahan hak pakai pemkot yang belum dimanfaatkan.
-Keterbatasan lahan kota untuk permukiman.
-Penataan wilayah pemukiman kumuh dan pencegahan hunian tak
berijin.
Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) sebagai solusi dari
permasalahan yang ada.
Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa:
-Planning -Organizing -Actuating -Controlling
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini mengambil di wilayah Kota Surakarta,
khususnya di lingkup Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Sewa
Kota Surakarta. Pertimbangan yang mendasari pemilihan lokasi penelitian ini
adalah:
1. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Sewa Kota Surakarta
merupakan unit struktural yang diberi kewenangan untuk mengelola
Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) di Kota Surakarta.
2. Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) di Kota Surakarta merupakan
solusi atas kebutuhan perumahan sederhana dan sehat untuk MBR.
Oleh karena pertimbangan diatas maka pengelolaan akan rumah
susun sederhana sewa (Rusunawa) menarik untuk diteliti.
2. Jenis Penelitian
Penelitian berjudul pengelolaan rumah susun sederhana sewa
(Rusunawa) oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Sewa Kota
Surakarta ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk melakukan
penggambaran terhadap obyek atau variabel yang diteliti. Dalam hal ini
penulis berusaha memperoleh gambaran secara jelas mengenai suatu keadaan
yang menggambarkan secara tepat fenomena yang terjadi secara sistematis,
commit to user
hanya terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data tetapi juga
menjelaskan dan menganalisa data yang ada sehingga menjadi sebuah wacana
yang logis dan objektif.
Pendekatan deskriptif kualitatif dipilih karena melalui pendekatan ini
akan didapatkan pemahaman yang mendalam dan sangat dimungkinkan
memperoleh informasi baru terkait dengan objek yang diteliti, yaitu mengenai
pengelolaan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) di Kota Surakarta.
Penelitian deskriptif kualitatif mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan
mendalam yang dapat menggambarkan realitas keadaan atau fenomena yang
sebenarnya terjadi di lapangan.
3. Sumber Data
Data merupakan sumber utama untuk memperoleh informasi yang
jelas dari sebuah penelitian. Menurut Lofland dan Lofland (1984) dalam Lexy
J. Moleong (2010:157) sumber data dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata
dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Dalam penelitian ini untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan
dengan pengelolaan rusunawa maka peneliti melakukan wawancara secara
intensif dengan pihak-pihak yang terkait dengan pengelolaan rumah susun
sederhana sewa (Rusunawa) di Kota Surakarta. Adapun pihak-pihak terkait
antara lain :
1) Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Sewa Kota
Surakarta sebagai unsur pimpinan pengelola. Untuk mendapatkan
commit to user
2) Subbagian Tata Usaha UPTD Rumah Sewa Kota Surakarta sebagai
unsur pelaksana. Untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan
pengelolaan Rusunawa.
3) Staf Teknis UPTD Rumah Sewa. Untuk mengetahui tentang kegiatan
teknis dan pemeliharaan Rusunawa.
4) Masyarakat penghuni Rusunawa.
Data tambahan yang berupa dokumen, literatur, arsip-arsip,
buku-buku serta undang-undang yang berhubungan dengan penelitian ini. Dalam
hal ini, penulis memperoleh data dari :
1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman.
2) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor:
14/PERMEN/M/2007 Tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana
Sewa (Rusunawa).
3) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor:
18/PERMEN/M/2007 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Perhitungan
Tarif Sewa Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Yang Dibiayai
APBN dan APBD.
4) Peraturan Walikota Surakarta Nomor 45 Tahun 2008 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas
commit to user
5) Peraturan Walikota Surakarta Nomor 20-O Tahun 2009 Tentang
Pedoman Uraian Tugas Jabatan Struktural Unit Pelaksana Teknis Pada
Dinas Pekerjaan Umum.
6) Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 Tahun 2009 tentang
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah.
7) Buku-buku, catatan yang berkaitan dengan penulisan.
Dalam penelitian ini sumber data selain kata-kata, tindakan dan
dokumen, sumber data diperoleh juga dari foto. Foto dapat memberikan
gambaran tentang perjalanan dan sejarah orang-orang yang ada didalamnya.
Ada dua kategori foto yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian kualitatif,
yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan oleh peneliti
sendiri. (Bogdan dan Biklen dalam Lexy J. Moleong, 2010: 160).
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk
memperoleh data yang diperlukan untuk penelitian. Penelitian ini
menggunakan teknik pengumpulan data berupa :
a. Wawancara
Teknik ini merupakan suatu jenis pengumpulan data yang dilakukan
dengan mengadakan tanya jawab (interview) dengan informan yang diteliti
untuk mendapatkan data yang diperlukan. Untuk mempermudah dalam
proses wawancara, peneliti membuat pedoman wawancara yang memuat
commit to user
Dalam hal ini wawancara dilakukan dengan melakukan tanya jawab
terhadap narasumber yang dianggap mengetahui dan dapat memberi
informasi tentang pengelolaan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) di
Kota Surakarta, yaitu pegawai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UTPD)
Rumah Sewa serta masyarakat penghuni Rusunawa. Wawancara
digunakan untuk mengetahui secara mendalam bagaimana Unit Pelaksana
Teknis Daerah (UPTD) Rumah Sewa merencanakan, mengorganisasikan,
menggerakkan, serta melakukan pengawasan terhadap pengelolaan
Rusunawa.
b. Observasi
Observasi merupakan metode dasar dalam pengumpulan data yang
bersifat non verbal atau teknik pengumpulan data dengan cara melakukan
pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti untuk
mengamati berbagai keadaan, kegiatan dan peristiwa yang terjadi sesuai
dengan kenyataannya. Observasi merupakan teknik yang digunakan untuk
menggali data berupa dari sumber data yang berupa peristiwa tempat atau
lokasi, benda-benda serta rekaman gambar-gambar. (HB. Sutopo, 2006:
64).
Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan
pengamatan terhadap kondisi lingkungan rumah susun sederhana sewa
(Rusunawa) yang ada di Kota Surakarta disertai rekaman gambar
commit to user c. Pencatatan Dokumen
Teknik ini merupakan teknik pengumpulan data dengan membaca dan
mempelajari sumber-sumber tertulis. Data diperoleh secara tidak langsung,
yaitu dapat berupa catatan, berita, buku-buku, peraturan
perundang-undangan, laporan-laporan dokumen resmi institusi (arsip) dan lain
sebagainya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik ini
dipergunakan sebagai pendukung dan pelengkap data yang diperlukan
dalam penelitian.
5. Validitas Data
Validitas data dimaksudkan sebagai pembuktian bahwa data yang
diperoleh sesuai kenyataan / fakta sehingga kesimpulan dapat
dipertanggungjawabkan. Untuk menguji kebenaran dan keabsahan data,
peneliti menggunakan teknik trianggulasi data. Menurut Lexy J. Moleong
(2010: 330) Trianggulasi data adalah teknik memeriksa keabsahan data
dengan memanfaatkan sesuatu diluar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding tetap data itu. Trianggulasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah trianggulasi sumber, yaitu mengumpulkan data dengan
menggunakan beberapa sumber yang tersedia sehingga data yang
dikumpulkan dari satu sumber akan dikontrol oleh data yang sama dari
commit to user
6. Teknik Analisis Data
Sebagian besar data dari penelitian ini merupakan data kualitatif,
maka penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif yang
tujuannya untuk memperoleh gambaran secara khusus yang bersifat
menyeluruh mengenai apa yang tercakup dalam permasalahan yang terdapat
di lapangan saat pengumpulan data. Sedangkan teknik analisis data kualitatif
dianggap relevan adalah dengan menggunakan model analisis interaktif, yaitu
model yang memerlukan tiga komponen yang berupa reduksi data, penyajian
data, serta penarikan kesimpulan atau verifikasi sehingga data yang
terkumpul akan berhubungan satau sama lain secara sistematis.
a. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan abstraksi data kasar yang diperoleh di lapangan.
Dalam hal ini, reduksi data dilakukan dengan menelaah data yang
terkumpul dari berbagai sumber, dilanjutkan dengan pemilahan data yang
terkumpul dalam penggolongan data, penentuan bagian-bagian yang
hendak dibuang, dipertajam, disederhanakan serta dikembangkan. Data
yang diperoleh dari hasil wawancara dikelompokkan sesuai inti
permasalahan. Hal tersebut dilakukan dengan mereduksi data dari
lapangan, yaitu dengan menulis secara rapi, terperinci dan sistematis untuk
memperoleh keterangan serta data-data yang dibutuhkan dalam menyusun
hasil dan analisis penelitian. Dari kegiatan tersebut dihasilkan
commit to user
mempermudah dalam penarikan simpulan penelitian. Proses reduksi ini
berlangsung terus menerus sampai laporan akhir penelitian selesai disusun.
b. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka proses selanjutnya adalah penyajian data.
Data yang telah direduksi, kemudian disusun dan digabungkan menjadi
suatu bentuk deskripsi informasi yang menarik, logis, dan jelas alur
pikirnya. Sajian ini merupakan rangkaian kalimat yang disusun secara
logis dan sistematis, sehingga apabila dibaca akan mudah dipahami
tentang berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk
berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan
pemahamannya tersebut.
c. Penarikan simpulan dan verifikasi
Pada permulaan pengumpulan data, dapat dilakukan analisa atau
pernyataan yang mungkin terjadi, kemudian disusun sebab dan akibat yang
mungkin dapat muncul, serta proporsi untuk memberikan pengertian
mengenai arti dari hal-hal yang ditemui di lapangan kemudian dapat
ditarik suatu simpulan. Setiap simpulan yang ditetapkan perlu diverifikasi
terus-menerus hingga benar-benar diperoleh konklusi yang valid dan