• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Sewa Kota Surakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Sewa Kota Surakarta"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA

(RUSUNAWA) OLEH UNIT PELAKSANA TEKNIS

DAERAH (UPTD) RUMAH SEWA

KOTA SURAKARTA

Disusun Oleh :

Febriana Susanti

D 0107052

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai

Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Politik

Jurusan Ilmu Administrasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah Diuji dan Disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pada Hari :

Tanggal :

Panitia Penguji :

1. Drs. Priyanto Susiloadi, M. Si ( )

NIP. 19601009 198601 1 001 Ketua Penguji

2. Drs. Suryatmojo, M.Si ( )

NIP. 19530812 198601 1 001 Sekretaris Penguji

3. Drs. H. Sakur, MS ( )

NIP. 19490205 198012 1 001 Penguji

Mengetahui,

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Prof. Drs. Pawito, Ph.D

(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Disetujui Untuk Dipertahankan di Hadapan Penguji Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pembimbing Skripsi

(4)

commit to user

iv

MOTTO

Tetapi seperti ada tertulis :

“Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh

telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia, semua disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.”

(1 Kor 2 : 9)

Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah

harapanku.

(Mzm 62 : 6)

Proses hidup yang terjadi dalam setiap kehidupan memang tak selalu indah.

Terkadang kita perlu berjuang sambil mencucurkan air mata dalam

menjalaninya. Tetapi satu hal yang harus kita percaya bahwa

ada suatu maksud dalam setiap kejadian yang akan

Tuhan kerjakan buat hidup kita.

(5)

commit to user

v

Karya Kecilku ini Kupersembahkan Kepada :

Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa menyertai,

memberi kekuatan dan setia tidak akan pernah

meninggalkanku.

Papa, Mama dan Ade yang selalu mendukung dan

memberikan motivasi kepadaku.

Keluarga besar PMK FISIP yang selalu ada saat

suka dan duka dan menjadi bagian dalam proses

hidupku.

Teman seperjuangan Intan Astri K. yang

senatiasa memotivasi dan menjadi sahabat dikala

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati senantiasa penulis panjatkan puji

syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan

kasih karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul

PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA)

OLEH UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) RUMAH SEWA

KOTA SURAKARTA”.

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi tugas dan

memenuhi persyaratan akademik dalam menyelesaikan program studi pada

Universitas Sebelas Maret Jurusan Administrasi Negara. Sejak dari awal hingga

akhir selesainya penyusunan skripsi ini, penulis telah menerima banyak bantuan

dari semua pihak sehingga pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Drs. H. Sakur, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan yang sangat bermanfaat.

2. Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret.

3. Drs. Is Hadri Utomo, M. Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas

Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Unversitas Sebelas Maret.

(7)

commit to user

vii

5. Toto Jayanto, S.H, M.Hum selaku Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah

(UPTD) Rumah Sewa Kota Surakarta yang telah memberikan ijin dan

membantu dalam proses penelitian.

6. Sri Ratnartiningsih, S.H selaku Subbagian Tata Usaha UPTD Rumah Sewa

Kota Surakarta yang telah menolong dalam pengumpulan data.

7. Pegawai UPTD Rumah Sewa Kota Surakarta yang bersedia membantu dalam

pengumpulan data.

8. Semua penghuni Rusunawa Kota Surakarta yang bersedia membantu dalam

pengumpulan data.

9. Mb Efi, Beta, Yohana dan Wulan yang senantiasa mendukung dalam doa.

10. Teman terkasih Yaya yang rela hati menolong dan mengantarkan dalam

penelitian.

11. Teman-teman AN angkatan’07.

12. Keluarga Kos Putri Agung yang aku kasihi, terimakasih untuk kebersamaan

selama 4, 5 tahun ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan.oleh karena itu, penulis mohon maaf apabila masih ada kesalahan

dalam skripsi ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat diterima

sebagaimana adanya dengan segala keterbatasan dan kesederhanaan.

Surakarta, Januari 2012

(8)

commit to user

A. Latar Belakang Masalah……….………..

B. Perumusan Masalah……….……….

4. Hasil Penelitian Terkait Dengan Pengelolaan Rusunawa...

B. Kerangka Pikir...………

BAB III METODE PENELITIAN...

A. Lokasi Penelitian..………...

B. Jenis Penelitian...………...

C. Sumber Data...

D. Teknik Pengumpulan Data………...

(9)

commit to user

ix

E. Validitas Data ..………...

F. Teknik Analisis Data...………...

BAB IV DESKRIPSI LOKASI, HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN...

A. Deskripsi Lokasi...

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan...

(10)

commit to user

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan di Tiap

Kecamatan Kota Surakarta Tahun 2010...

Banyaknya Rumah Menurut Kontriksi dan Letak Rumah di Tiap

Kecamatan Kota Surakarta Tahun 2010...

Jumlah Pegawai UPTD Rumah Sewa Kota Surakarta...……

Jumlah Pegawai UPTD Rumah Sewa Berdasarkan Jenjang

Pendidikan...

Jabatan dan Nama Pegawai UPTD Rumah Sewa Kota Surakarta..

Persebaran Bangunan Rusunawa di Kota Surakarta...

Hak dan Kewajiban Penyewa Rusunawa Kota Surakarta...

Larangan Bagi Penyewa Rusunawa Kota Surakarta…...……….

(11)

commit to user

Kondisi Lahan/Wilayah Rusunawa Begalon Kel.Panularan

Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Sebelum Tahun 2003...

Kondisi Lahan/Wilayah Rusunawa Begalon II Kel.

Panularan Kec.Laweyan Kota Surakarta Pada Tahun 2006....

Kondisi Lahan/Wilayah Rusunawa Semanggi Kel.Semanggi

Kec.Pasar Kliwon Kota Surakarta Sebelum Tahun 2010...

Kondisi Lahan/Wilayah Rusunawa Semanggi Kel.Semanggi

Kec.Pasar Kliwon Kota Surakarta Tahun 2010...

Rusunawa Jurug Kel.Jebres Kec.Jebres Kota Surakarta

Tahun 2011...

Rusunawa Kerkop Kel.Purwodiningratan Kec.Jebres Kota

Surakarta Tahun 2011...

Daftar Penghuni Lantai II Rusunawa Begalon yang Tidak

Sesuai Dengan Daftar UPTD Rumah Sewa...

Daftar Penghuni Lantai IV Rusunawa Begalon yang Tidak

Sesuai Dengan Daftar UPTD Rumah Sewa...

(12)

commit to user

xii

ABSTRAK

Febriana Susanti, D0107052, Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Sewa Kota Surakarta, Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2012, Hal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) oleh UPTD Rumah Sewa Kota Surakarta. UPTD Rumah Sewa adalah pihak yang mempunyai kewenangan dalam melakukan pengelolaan Rusunawa sebagai pemenuhan rumah tinggal yang bermartabat, nyaman, aman dan sehat khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di Kota Surakarta.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif yang menggambarkan fenomena yang sebenarnya terjadi di lapangan. Adapun sumber data diperoleh melalui proses wawancara dengan informan dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Metode penarikan sampel yang digunakan bersifat purposif sampling yaitu dengan memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data. Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara observasi, dokumentasi, dan wawancara. Uji validitas data dilakukan dengan menggunakan teknik trianggulasi data yaitu menguji data yang sejenis dari berbagai sumber. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan Rusunawa oleh UPTD Rumah Sewa Kota Surakarta dikatakan baik. Pengelolaan Rusunawa yang dijalankan pihak UPTD Rumah Sewa sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku dan berorientasi kepada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Hal ini dibuktikan dengan pencapaian program pembangunan Rusunawa. Namun dalam pengelolaannya, pihak UPTD Rumah Sewa masih banyak mengalami hambatan. Hambatan yang terjadi yaitu beberapa warga Rusunawa seringkali menunggak dalam pembayaran uang sewa dan masalah lain yang terjadi di Rusunawa yaitu pemindahtanganan hak sewa yang dilakukan oleh penyewa Rusunawa kepada pihak lain yang tujuannya untuk mencari keuntungan pribadi. Hal ini menghambat kinerja UPTD Rumah Sewa dan sangat merugikan Pemerintah Kota. Oleh karena itu perlu pengelolaan dalam mengatasi dan menghadapi hambatan tersebut demi tercapainya tujuan pembangunan Rusunawa di Kota Surakarta.

(13)

commit to user

xiii

ABSTRACT

Febriana Susanti, D0106032, Management of Rented Simple Mansions by Technical Execution Local Unit (UPTD) of Rent House of Surakarta, Thesis, Department of Administrative Sciences, Faculty of Social and Political Sciences, Sebelas Maret University, Surakarta, 2012.

The aim of this research is to know the management of rented simple mansions by Technical Execution Local Unit (UPTD) of rented House of Surakarta. UPTD of Rented House has the authority in managing as the fulfillment of dignity, cozy,secure, and healty messuage house especially for the low income people (MBR) in Surakarta.

The research method that is used in this research is qualitative descriptive research method which describes the real phenomenon that occured in the field. The process of the source of data is taken by the process of interview with informants and picking related documents. The sampling method used is purposive sampling in which the source data is collected by selecting people based on the particular purpose of the experiment. Observation, documentation, and interview are the techniques of collecting data. The validity data test is done by the using of data trianggulation technique that is tested the similiar data from the various resource. The technique of analyzing data used is interactive analysis which consist of three components, those are data reduction, data presentation, and inferences.

The result of the research shows that the management of rented simple mansions by UPTD of Rented House of Surakarta is good. Management of rented simple mansions which is implemented by UPTD of Rented House is appropriate with the applicable of law regulation and oriented to MBR. It is proved by the achievment of rented simple mansions development programs. However, in the management some members of rented simple mansions oftenly late pay the rent and transfer the right of rent to the other member for seeking personal profit. It impede the performance of UPTD of Rented House and inflict a financial loss for the goverment. Therefore, it needs the management to overcome and to face the obstacles for reaching the goal of multistorey rented simple mansions development in Surakarta.

(14)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan penduduk Indonesia yang pesat sejak awal

kemerdekaan, membuat kepadatan penduduk perkotaan di Indonesia juga

meningkat sangat tinggi. Dengan bertambahnya penduduk yang sangat tinggi

di daerah perkotaan mengakibatkan kebutuhan sarana dan prasarana semakin

meningkat terutama kebutuhan akan tempat tinggal. Tempat tinggal atau

rumah merupakan kebutuhan dasar yang sangat diperlukan oleh seluruh

manusia mengingat fungsi dari tempat tinggal tersebut adalah untuk

mendukung terselenggaranya pembinaan keluarga, pendidikan serta

peningkatan kualitas generasi yang akan datang yang berjati diri.

Oleh karena itu negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa

Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman

agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak

dan terjangkau di dalam perumahan yang sehat, aman, harmonis dan

berkelanjutan diseluruh wilayah Indonesia.

Namun sangat disayangkan bahwa pengadaan perumahan di daerah

perkotaan dan pedesaan sangat terbatas karena luas daerah di perkotaan dan

pedesaan yang sangat terbatas dan tidak sebanding dengan kebutuhan

masyarakat yang meningkat cukup pesat akan perumahan. Sehingga

pemenuhan kebutuhan perumahan sampai saat ini masih sulit untuk

dipecahkan terutama bagi masyarakat yang memiliki penghasilan rendah

(15)

commit to user

adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu

mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah. (UU RI No.1

Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman Bab 1 Pasal 1).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.1 Tahun 2011 Tentang

Perumahan dan Kawasan Permukiman bahwa pertumbuhan dan

pembangunan wilayah yang kurang memperhatikan keseimbangan bagi

kepentingan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) mengakibatkan

kesulitan masyarakat untuk memperoleh rumah yang layak dan terjangkau.

Pada tahun 2009 di Indonesia terdapat 10 kota otonom yang

merupakan kota terpadat. Menurut WHO (World Healt Organization),

kepadatan penduduk normal adalah 9.600 jiwa per km2. Sedangkan 10 kota

otonom yang merupakan kota terpadat, kepadatan penduduk melebihi standar

yang ditentukan oleh WHO. Kota otonom terpadat di Indonesia adalah

Jakarta Pusat dengan luas wilayah 47,14 km2 dengan jumlah penduduk

sebesar 926.562 jiwa dan kepadatan penduduk sebesar 19.656 jiwa per km2,

Yogyakarta dengan luas wilayah 32,5 km2 dengan jumlah penduduk sebesar

516.296 jiwa dan kepadatan penduduk sebesar 15.886 jiwa per km2, Bandung

dengan luas wilayah 167 km2 dengan jumlah penduduk sebesar 2.510.982

jiwa dan kepadatan penduduk sebesar 15,036 jiwa per km2, Jakarta Timur

dengan luas wilayah 187,73 km2 dengan jumlah penduduk 2.614.642 jiwa

dengan kepadatan penduduk sebesar 13.888 jiwa per km2, Cimahi dengan

luas wilayah 40,25 km2 dengan jumlah penduduk 546.879 jiwa dan kepadatan

(16)

commit to user

125,25 km2 dengan jumlah penduduk 1.635.278 jiwa dengan kepadatan

penduduk sebesar 13.056 jiwa per km2, Jakarta Selatan dengan luas wilayah

145,73 km2 dengan jumlah penduduk 1.893.959 jiwa dengan kepadatan

penduduk sebesar 12.996 jiwa per km2, Surakarta dengan luas wilayah 44,04

km2 dengan jumlah penduduk 561.509 jiwa dengan kepadatan penduduk

sebesar 12.750 jiwa per km2, Jakarta Utara dengan luas wilayah 129,69 km2

dengan jumlah penduduk 1.421.265 jiwa dengan kepadatan sebesar 10.959

jiwa per km2, Surabaya dengan luas wilayah 274,06 km2 dengan jumlah

penduduk 2.885.862 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 10.530 jiwa

per km2.

Kecenderungan masalah yang timbul akibat dari besarnya kepadatan

penduduk tanpa diimbangi dengan daya dukung lahan adalah

berkembangnya kawasan pemukiman kumuh dan banyaknya hunian yang tak

berijin. Keterbatasan lahan kota untuk perumahan dan pemukiman serta

keterbatasan biaya terkadang memicu masyarakat berpenghasilan rendah

(MBR) untuk membangun pemukiman diatas tanah milik pemerintah kota.

Hal ini mengakibatkan buruknya pemandangan kota akibat pemukiman

kumuh dan bangunan-bangunan yang berdiri tanpa ijin. Penghasilan yang

mereka peroleh cenderung rendah sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan

yang layak bagi dirinya sendiri termasuk kebutuhan akan pemukiman yang

bersih, rapi, sehat dan indah. Keterbatasan penghasilan yang mereka miliki

(17)

commit to user

membangun permukiman kumuh yang memiliki tujuan sebagai tempat

berlindung dan beristirahat bersama keluarga.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) permukiman

kumuh di Indonesia pada tahun 2009 tercatat seluas 57 ribu hektare

sedangkan pada tahun sebelumnya jumlah pemukiman kumuh tercatat sebesar

54 ribu hektare. Hal ini memicu Indonesia bersama negara-negara di dunia

berkomitmen mengurangi pemukiman kumuh hingga setengahnya pada tahun

2015. Ini menjadi salah satu target MDGs (Millenium Development Goals),

dimana pada tahun 2015 diharapkan sudah meminimalkan sekitar 30 persen

dari total daerah kumuh yang ada di Indonesia.

Pemerintah membuat suatu kebijakan dalam penyediaan permukiman

bagi MBR. Kebijakan tersebut berupa pemberian fasilitas pembangunan

rumah susun sederhana sewa (Rusunawa). Rumah susun sederhana sewa yang

selanjutnya disebut Rusunawa adalah bangunan gedung bertingkat yang

dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang

distrukturkan secara fungsional dalam arah horisontal maupun vertikal dan

merupakan satuan-satuan yang masing-masing digunakan secara terpisah,

status pengguasaannya sewa serta dibangun dengan menggunakan

APBN/APBD dengan fungsi utamanya sebagai hunian. (Peraturan Menteri

Negara Perumahan Rakyat No.14/PERMEN/M/2007).

Rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) ini menjadi alternatif

untuk pemenuhan rumah tinggal yang bermartabat, nyaman, aman dan sehat

(18)

commit to user

Rusunawa merupakan bagian dari kekayaan pemerintah daerah yang

keberadaannya harus dikelola secara maksimal agar dapat berdaya guna dan

tepat sasaran. Oleh karena itu pengelolaan rumah susun sederhana sewa

diatur dalam Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat

No.14/PERMEN/M/2007 tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana

Sewa. Dengan adanya otonomi daerah yang luas kepada daerah-daerah

otonom di Indonesia untuk mengurus rumah tangga daerah masing-masing

maka permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan oleh daerah otonomi

menjadi tanggung jawab daerah tersebut. Adanya otonomi daerah diharapkan

dapat meningkatkan peran serta pemerintah daerah kabupaten dan kota dalam

menyelenggarakan pembangunan serta mendorong pemerataan hasil-hasil

pembangunan.

Surakarta sebagai kota besar kedua di Propinsi Jawa Tengah yang

berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Utara), Kabupaten Karanganyar

(Timur), Kabupaten Sukoharjo (Selatan), Kabupaten Sukoharjo (Barat). Luas

wilayah Kota Surakarta mencapai 44,04 km² yang terbagi dalam lima

Kecamatan, yaitu: Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan

Banjarsari. Sebagian besar lahan Kota Surakarta merupakan tempat

pemukiman sebesar 61,68%. Sedangkan 20% dari luas lahan yang ada

merupakan tempat untuk kegiatan ekonomi.

Kota Surakarta atau yang akrab dengan sebutan kota Solo, terdiri dari

(19)

commit to user

kepadatan di rata-rata kecamatan sebesar 13.819 jiwa per km2 dan menjadi

urutan ke delapan daerah otonom berpenduduk terpadat.

Untuk mengetahui tingkat kepadatan penduduk tiap kecamatan di

Kota Solo, di bawah ini akan dijabarkan tingkat kepadatan penduduk di setiap

kecamatan pada tabel 1.1:

Tabel 1.1

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk Dan Tingkat Kepadatan Di Tiap

Kecamatan Kota Surakarta Pada Tahun 2010

No. Kecamatan Luas Wilayah

Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010

Dari tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa dari lima kecamatan yang

berada di Kota Surakarta tingkat kepadatan di lima kecamatan tersebut berada

di atas kewajaran atau berada di atas standar dari WHO ( World Healt

Organization ). Menurut WHO kepadatan penduduk normal adalah 9.600

jiwa per km².

Dengan luas wilayah yang hanya 44,04 km² dan kepadatan penduduk

(20)

commit to user

permasalahan permukiman. Dimana luas wilayah yang terbatas tidak

diimbangi dengan jumlah penduduk yang ada sehingga tidak sedikit

masyarakat Kota Surakarta khususnya masyarakat berpenghasilan rendah

membangun permukiman di bantaran sungai maupun tempat-tempat terlarang

yang berbahaya apabila dibangun permukiman. Data dibawah ini merupakan

data perkembangan rumah menurut konstruksi dan letak pada tahun 2010

dijelaskan pada tabel 1.2 yaitu :

Tabel 1.2

Banyaknya Rumah Menurut Kontruksi Dan Letak Rumah

Di Tiap Kecamatan Kota Surakarta Pada Tahun 2010

No. Kecamatan

Kontruksi Rumah Letak Rumah

Jumlah

Sumber : BPS Kota Surakarta Tahun 2010

Dari data diatas dapat dilihat bahwa terdapat 9.732 unit rumah yang

terletak di bantaran sungai dan 764 unit rumah yang terletak di bawah

(21)

commit to user

Sedangkan hasil pendataan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

(PMKS) kota Surakarta pada tahun 2006 terdapat sebanyak 6.612 Rumah

Tidak Layak Huni (RTLH) yang menempati kawasan kumuh seluas ± 41,607

ha. Kawasan kumuh tersebut dihuni sebanyak 3.421 KK atau 15.850 jiwa.

Dari data tersebut, prosentase rumah kumuh permanen sebesar 39,45%,

rumah kumuh semi permanen sebesar 31,6% dan rumah kumuh tidak

permanen sebesar 28,9%. Sedangkan untuk tahun 2011 data dari Badan

Perncanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Rumah Tidak Layak Huni

(RTLH ) di Kota Surakarta mencapai 6.600 unit. Dari data mengenai Rumah

Tidak Layak Huni (RTLH) di atas dalam kurun waktu 5 tahun terakhir hanya

terjadi penurunan 12 unit Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).

Oleh karena itu untuk menata permukiman di Kota Surakarta maka

Pemerintah Kota Surakarta menyediakan rumah susun sederhana sewa bagi

MBR sebagai solusi untuk permasalahan permukiman yang terjadi di Kota

Surakarta. Agar pengelolaan Rusunawa tepat sasaran dan berdaya guna maka

Pemerintah Kota Surakarta menunjuk UPTD Rumah Sewa untuk mengelola

Rusunawa yang tersebar di Kota Surakarta. Keberadaan Rumah Susun

Sederhana Sewa (Rusunawa) ini selain bisa untuk menambah Pendapatan

Asli Daerah (PAD), juga dapat menanggulangi permukiman kumuh yang

berkembang tidak sehat dan menjembatani masyarakat untuk mendapatkan

tempat hunian yang layak dengan cara menyewa sesuai dengan kondisi atau

(22)

commit to user

Oleh karena itu untuk mencapai tujuan pemerintah kota dalam

pemenuhan kebutuhan pemukiman bagi MBR di Kota Solo, perlu adanya

pengelolaan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa). Dalam penelitian ini

peneliti ingin mengetahui bagaimana pengelolaan rumah susun sederhana

sewa (Rusunawa) di Kota Surakarta oleh UPTD Rumah Sewa. Judul yang

diambil pada penelitian ini adalah Pengelolaan Rumah Susun Sederhana

Sewa (Rusunawa) oleh UPTD Rumah Sewa Kota Surakarta. Penelitian ini

akan membahas mengenai pengelolaan rumah susun sederhana sewa

(Rusunawa) yang dilaksanakan oleh UPTD Rumah Sewa Kota Surakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

“Bagaimana pengelolaan serta pencapaian program Rumah Susun

Sederhana Sewa (Rusunawa) oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah

(UPTD) Rusunawa Kota Surakarta ?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan dan

pencapaian program Rusunawa di Kota Surakarta. rumah susun sederhana

sewa (Rusunawa) oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rusunawa

Kota Surakarta yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan

(23)

commit to user

D. Manfaat Penelitian

1. Diperolehnya informasi dan gambaran mengenai manajemen organisasi

publik terutama Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rusunawa Kota

Surakarta dalam Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa

(Rusunawa).

2. Bagi Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rusunawa, dapat dijadikan

kritik yang bersifat membangun serta sebagai evaluasi terhadap

pencapaian hasil dan perbaikan di masa mendatang.

3. Bagi penulis, merupakan kesempatan untuk menerapkan teori yang

diperoleh selama menjalani perkuliahan ke dalam praktek nyata.

Sehingga dapat melatih cara berfikir sistematis di samping belajar

mengembangkan kemampuan profesional.

4. Bagi civitas akademika, untuk memberikan informasi dan menambah

pengetahuan mengenai pengelolaan rumah susun sederhana sewa

(24)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa)

1. Pengertian Pengelolaan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Pusat bahasa Departemen

pendidikan nasional, 2008: 719) pengelolaan berasal dari kata dasar

kelola yang artinya mengendalikan; menyelenggarakan; menjalankan;

mengurus; menangani. Kemudian dari kata kelola, menjadi mengelola

yang memiliki arti:

a. Mengelola bagi pemerintah adalah menyelenggarakan dan

mengendalikan

b. Mengelola bagi perusahaan adalah mengurus dan menjalankan

Sedangkan pengelolaan itu sendiri menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) memiliki arti proses, perbuatan, dan cara mengelola

melakukan sesuatu kegiatan dengan mengerahkan orang lain, dan proses

mengawasi pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.

Dalam Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No.

14/PERMEN/M/2007 tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa

(Rusunawa) Bab I Pasal I, yang di maksud dengan pengelolaan adalah

upaya terpadu yang dilakukan oleh badan pengelola atas barang milik

negara/daerah yang meliputi perencanaan, pengadaan, penggunaan,

pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan,

(25)

commit to user

pengendalian. Dari beberapa istilah tersebut mengarah pada satu istilah

yang disebut dengan manajemen. Oleh karena itu penulis menggunakan

istilah manajemen untuk membahas konsep pengelolaan.

Ada banyak definisi atau batasan-batasan mengenai manajemen yang

dikemukakan oleh para ahli. Menurut Ordway Tead dalam Inu Kencana

Syafiie,dkk (Inu Kencana Syafiie dkk, 1997: 50) :

“Management is the process and agency which direct and gudes the

operations of an organization in the realizing of estabilished aims.”

(Manajemen adalah proses dan perangkat yang mengarahkan serta

membimbing kegiatan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan). Sedangkan menurut G.R.Terry (alih bahasa oleh Inu Kencana

Syafiie, 1997: 50), “ Manajemen adalah suatu proses khusus yang terdiri

dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang

dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan

melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lain”.

Sedangkan menurut Siswanto (Siswanto, 2006: 2), manajemen adalah

seni dan ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

pemotivasian, pengendalian terhadap orang dan mekanisme kerja untuk

mencapai tujuan.

Malayu Hasibuan berpendapat bahwa manajemen hanya merupakan

alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen yang baik akan

memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan. Dengan manajemen, daya

guna dan hasil guna unsur-unsur manajemen akan dapat ditingkatkan.

(26)

commit to user

Dalam Internasional Journal of Bussiness and Management,

Management and Cultural Development Vol. 5, No.11 ; November 2010,

dituliskan bahwa:

“…many different definitions on the management have been expressed by the various researchers. Some say that: management is a process. Some express that: management is an art. And also, some believe that: management is a skill.

…it can be concluded that: management is a process that leads the community’s people towards common goals and public utilities. With such descriptions, management can play very important role

in the cultural development.”

(…banyak definisi berbeda tentang manajemen dari beberapa

peneliti. Sebagian mengatakan bahwa manajemen adalah proses. Sebagian mengatakan manajemen sebagai seni. Dan sebagian lainnya mengatakan manajemen adalah kemampuan.

…dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen adalah sebuah

proses untuk memimpin orang dalam suatu komunitas untuk mencapai tujuan bersama dan mambawa kemanfaatan bagi masyarakat. Dengan pengertian manajemen tersebut, maka manajemen dapat memainkan peranan yang sangat penting dalam pengembangan budaya.) (Mohammad Naji; 2010: 172)

Dalam manajemen mengandung fungsi-fungsi manajemen yang

merupakan tugas pokok yang harus dijalankan oleh pimpinan dalam

organisasi apapun agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan efektif dan

efisien. Fungsi-fungsi manajemen pada hakekatnya merupakan tugas

pokok yang harus dijalankan pimpinan dalam organisasi apapun. Dalam

pembahanan mengenai fungsi manajemen terdapat banyak pendapat dari

para ahli. Walaupun demikian perbedaan pendapat tersebut pada dasarnya

adalah saling melengkapi.

G.R. Terry dalam Inu Kencana Syafiie,dkk (1997: 51)

(27)

commit to user

1. Perencanaan (Planning)

2. Pengorganisasian (Organizing)

3. Penggerakkan (Actuating)

4. Pengendalian (Controlling)

Dalam Internasional Journal of Bussiness and Management, Study on

the Inovvation Function of the Management, Vol 4, No. 6, Juni 2009

dituliskan bahwa:

“Four function such as planning, organizing, leading and controlling in the management are the mainline in the management

theory all along.” (Empat fungsi seperti perencanaan,

pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian adalah merupakan inti dari teori manajemen selama ini). )Yun Zhang, 2009: 147).

Dari beberapa pendapat diatas, maka mengenai pengelolaan rumah

susun sederhana sewa (Rusunawa) di Kota Surakarta, peneliti memilih

untuk menggunakan empat fungsi manajemen menurut G.R. Terry yang

dikenal dengan POAC yaitu Planning, Organizing, Actuating, dan

Controlling.

Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) adalah suatu

proses kegiatan yang dimulai dari perencanaan, pengorganisasian,

penggerakkan, hingga pengawasan dengan memanfaatkan sumber daya

yang dimiliki. Proses pengelolaan tidak dapat dilakukan secara individual

melainkan dengan bantuan orang lain untuk mencapai tujuan yaitu

pengelolaan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) yang memenuhi

kebutuhan masyarakat akan rumah tinggal yang bermartabat, nyaman,

(28)

commit to user

berpenghasilan rendah. Pengelolaan atau manajemen merupakan kunci

utama dalam pelaksanaan suatu kegiatan maupun program demi

tercapainya tujuan yang diharapkan.

a. Perencanaan

Perencanaan adalah salah satu fungsi manajemen yang

berhubungan dengan proses penetapan tujuan dan penentuan

tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan oleh suatu organisasi untuk

mencapainya. Dalam perencanaan ditetapkan arah dan strategi yang

diambil untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Perencanaan menurut Malayu Hasibuan (Inu Kencana Syafiie,dkk,

1997: 76) adalah sejumlah keputusan yang menjadi pedoman untuk

mencapai suatu tujuan tertentu.

Menurut T. Hani Handoko (2003: 79) mengatakan bahwa dalam

menetapkan perencanaan yang baik, langkah-langkah yang harus

dilakukan yaitu :

1. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan.

2. Merumuskan keadaan saat ini.

3. Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan.

4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk

pencapaian tujuan.

Sondang P. Siagian (2005: 36) menyebutkan bahwa perencanaan

merupakan usaha sadar dan pengambilan keputusan yang telah

(29)

commit to user

depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan

yang ditetapkan.

Perencanaan menjadi hal yang paling mendasar karena melibatkan

pilihan-pilihan dari berbagai tindakan alternatif. Oleh karena itu

perencanaan merupakan suatu proses dasar dalam mengambil

keputusan yang menetapkan langkah-langkah yang diperlukan sebelum

kerja nyata direalisasikan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Perencanaan digunakan sebagai jembatan bagi masa mendatang dengan

menghubungkan fakta-fakta yang telah ada. Kemudian dengan adanya

fakta-fakta yang telah ada, di tentukan beberapa aktivitas yang dianggap

perlu dalam pencapaian hasil yang diinginkan oleh suatu organisasi.

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat diambil kesimpulan

mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan perencanaan, yaitu:

1. Suatu rencana lahir sebagai hasil pemikiran dari identifikasi

masalah dan analisis situasi yang telah dilakukan.

2. Orientasi dari suatu perencanaan mengarah pada masa depan atau

masa yang akan datang.

3. Dengan perencanaan maka apabila rencana tersebut dilaksanakan

akan mempermudah usaha yang dilakukan dalam pencapaian

tujuan.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan fungsi dari manajemen yang

(30)

commit to user

pada pengaturan tugas-tugas yang harus dikerjakan untuk mencapai

tujuan dari suatu organisasi. Pengorganisasian dilakukan oleh

sekelompok orang yang tergabung dalam unit-unit satuan-satuan kerja

guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pengorganisasian merupakan proses mengatur dan mengalokasikan

tugas-tugas, pekerjaan, wewenang, peran-peran termasuk koordinasi

hubungan-hubungan antar bagian baik secara vertikal maupun

horisontal dalam suatu struktur organisasi yang diperlukan untuk

mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Semakin jelas dan terpadu

tugas-tugas yang dirancang dalam suatu organisasi akan semakin efektif

organisasi itu mencapai tujuannya. ( Koontz dan Weihrich dalam Ulber

Silalahi 2002: 46).

Sedangkan menurut Siswanto (2006: 75) pengorganisasian adalah

pembagian kerja yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota

kesatuan pekerjaan, penetapan hubungan antar pekerjaan yang efektif

diantara mereka, dan pemberian lingkungan dan fasilitas pekerjaan

yang wajar sehingga mereka bekerja secara efisien.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian

merupakan proses mendisain struktur formal, mengatur dan

mengelompokkannya serta membagi tugas atau pekerjaan diantara

anggota organisasi sehingga tercipta organisasi yang dapat digerakkan

sebagai satu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi yang

(31)

commit to user

c. Penggerakkan

Fungsi manajemen yang ketiga adalah penggerakkan. Fungsi dari

penggerakan sangat penting karena penggerakan merupakan

pengupayaan dari fungsi perencanaan dan pengorganisasian. Tanpa

adanya penggerakan maka perencanaan dan pengorganisasian yang

telah ditetapkan tidak akan dapat berjalan dengan baik. Akibatnya

tujuan organisasi juga akan sulit untuk dicapai. Dalam proses

penggerakkan berkaitan dengan siapa yang harus digerakkan, mengapa

harus digerakkan, bagaimana menggerakkannya, dan kapan harus

digerakkan. Namun dalam proses penggerakkan tersebut juga

diperlukan kepemimpinan untuk mempengaruhi bawahan dan

memotivasi agar pekerjaan yang dihasilkan sesuai dengan keinginan

pemimpin dan pada akhirnya tujuan dapat tercapai dengan baik.

Menurut Terry dalam Inu Kencana (1999: 81) :

“Penggerakkan atau pelaksanaan kerja merupakan suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berkenan berusaha untuk mencapai sasaran agar sesuai dengan

perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi.”

Hampir senada dengan pendapat Terry, menurut Sondang P.Siagian

(2005: 95) :

“Penggerakkan adalah keseluruhan usaha, teknik dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan

organisasi dengan efisien, efektif, dan ekonomis.”

Dengan demikian pengerakkan merupakan kegiatan pemberian

(32)

commit to user

membimbing anggota organisasi agar memiliki keinginan, mau

berusaha, dan bekerja dengan ikhlas dalam melaksanakan tugas yang

telah ditetapkan dalam masing-masing bidang agar tujuan yang telah

ditetapkan dapat tercapai.

d. Pengawasan

Fungsi manajemen yang terakhir adalah fungsi pengawasan atau

pengendalian (controlling). Menurut pendapat George Terry dalam Inu

Kencana Syafiie, dkk (1999: 83) menyatakan bahwa :

“Controlling can be defined as the process of determining what is to accomplished, that is the standart, what is being accomplished, that is the performance, and if necessary applying corrective measure so that performance takes place according to plans, that

is in conformity whith the standart”. ( Pengawasan dapat

dirumuskan sebagai proses penentuan yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana, yaitu selaras dengan standar).

Tidak jauh berbeda dengan pendapat Ulber Silalahi (2003: 47)

bahwa pengawasan (controlling) adalah proses pengukuran pelaksanaan

kerja atau kinerja aktual, membandingkan hasil dengan standar

organisasi dan tujuan, dan pengambilan tindakan korektif jika

dibutuhkan.

Robert J.Mockler lebih memperjelas lagi mengenai definisi

pengawasan yaitu suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar

pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem

informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan

(33)

commit to user

penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang

diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan

dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian

tujuan-tujuan perusahaan ( T.Hani Handoko, 2003: 360).

Dengan demikian pengawasan merupakan suatu usaha untuk

menjamin semua tindakan yang diambil sesuai dengan rencana, serta

untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi

sehingga tindakan korektif dapat diambil. Dengan pengawasan dapat

diketahui juga sampai seberapa jauh tingkat pencapaian atau tingkat

penyelesaian dari suatu kegiatan sudah terlaksana sesuai dengan

standar yang ditentukan sebelumnya atau tidak. Dengan kata lain

pengawasan adalah proses untuk menjamin bahwa tujuan organisasi

dan manajemen berjalan sesuai dengan yang direncanakan (tercapai).

2. Pengertian Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa)

Menurut UU. No.16 Tahun 1985 Tentang Rumah Susun terkait

dengan rumah susun yang meliputi pengertian rumah susun, pengaturan

dan pembinaan rumah susun, kelengkapan rumah susun, pembangunan

rumah susun, target/sasaran penghuni rumah susun, dan komponen

pembangunan rumah susun.

Pengertian rumah susun menurut UU No.16 Tahun 1985 tentang

rumah susun yaitu rumah susun (rusun) adalah bangunan gedung

bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam

(34)

commit to user

maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat

dimiliki dan digunakan secara terpisah terutama untuk tempat yang

dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama.

Pembangunan rumah susun (rusun) bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan perumahan yang layak bagi masyarakat yang berpenghasilan

rendah yang menjamin kepastian hukum dan pemanfaatannya.

Pembangunan rumah susun juga meningkatkan daya guna dan hasil guna

tanah di daerah perkotaan dengan memperhatikan kelestarian sumber

daya alam dan menciptakan lingkungan pemukiman yang lengkap, serasi

dan seimbang serta untuk memenuhi kebutuhan yang berguna bagi

masyarakat.

Sedangkan pengertian Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa)

dalam Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No.

14/PERMEN/M/2007 tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa

(Rusunawa) Bab I Pasal I, menyatakan bahwa Rumah Susun Sederhana

Sewa, yang selanjutnya disebut Rusunawa adalah bangunan gedung

bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam

bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horisontal

maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing

digunakan secara terpisah, status penguasaannya sewa serta dibangun

dengan menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) dan atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

(35)

commit to user

Pembangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) pada dasarnya

merupakan stimulus bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang

memerlukan tempat tinggal. Oleh karena itu fasilitas pembangunan

rumah susun sederhana sewa (rusunawa) yang telah terbangun perlu

segera dikelola agar tujuan pembangunan rumah susun sederhana sewa

(rusunawa) berhasil dan berdaya guna serta mencapai target dan sasaran

yang diharapkan.

3. Pengertian Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa)

Pengelolaan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) sendiri adalah

sebuah aktivitas atau kegiatan manajemen yang meliputi perencanaan,

pengorganisasian, penggerakkan, dan pengendalian pelaksanaan

kebijakan yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

Rumah Sewa Kota Surakarta selaku unsur pelaksana pemerintah daerah

Surakarta di bidang pengelolaan rumah susun sederhana sewa

(Rusunawa) yang disertai dengan tanggung jawab penuh untuk mencapai

tujuan bersama dan mendapatkan kemajuan yang lebih baik pada badan

organisasi atau pemerintah serta Rumah Susun Sederhana Sewa

(Rusunawa) sebagai obyek kebijakan.

Menurut Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No.14/

PERMEN/M/2007 Tentang pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa

(Rusunawa) Bab II Pasal 3 menyatakan bahwa ruang lingkup

(36)

commit to user

a. Pemanfaatan fisik bangunan rusunawa yang mencakup pemanfaatan

ruang dan bangunan, termasuk pemeliharaan, perawatan serta

peningkatan kualitas sarana dan utilitas;

b. Kepenghunian yang mencakup kelompok sasaran penghuni, proses

penghunian, penetapan calon penghuni, perjanjian sewa menyewa

serta hak, kewajiban dan larangan penghuni;

c. Administrasi keuangan dan pemasaran yang mencakup sumber

keuangan, pemanfaatan hasil sewa, pencatatan dan pelaporan serta

persiapan dan strategi pemasaran;

d. Kelembagaan yang mencakup pembentukan struktur, tugas, hak,

kewajiban dan larangan badan pengelola serta peran pemerintah,

pemerintah daerah, provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota;

e. Penghapusan dan pengembangan bangunan rusunawa;

f. Pendampingan, monitoring, dan evaluasi;

g. Pengawasan dan pengendalian pengelolaan rusunawa.

Pengelolaan ini dilakukan dalam rangka mengoptimalkan pengelolaan

Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) agar dapat dimanfaatkan

secara berdaya guna. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah

Sewa merupakan unit struktural yang diberi kewenangan untuk mengelola

Rusunawa dan bertanggung jawab langsung kepada Dinas Pekerjaan

Umum (DPU) Kota Surakarta. Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana

Teknis Pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta diatur dalam

(37)

commit to user

Selanjutnya pada Bab III, pasal 3 dan 4 menyatakan bahwa Rumah

Sewa merupakan UPT pada Dinas yang dipimpin oleh seorang Kepala

Rumah Sewa yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab

kepada Kepala Dinas dan mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian kegiatan teknis operasional dan atau kegiatan teknis penunjang

Dinas di bidang penanganan kegiatan teknis di Rumah Sewa dengan

kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.

4. Hasil Penelitian Terkait Dengan Pengelolaan Rumah Susun

Sederhana Sewa (Rusunawa)

Studi-studi terdahulu terkait pengelolaan Rumah Susun Sederhana

Sewa pernah dilakukan berbagai pihak. Penelitian tersebut menghasilkan

kesimpulan yang beragam sesuai dengan kajian penelitiannya, sebagai

berikut:

1. Indartoyo (Makalah Seminar Nasional Arsitektur Universitas Trisakti,

2007)

Mengadakan penelitian tentang Dampak Kehadiran Rusunawa

Bagi Penataan Bangunan Dan Infrastruktur Di Daerah Kawasan

Terbangun, berkesimpulan bahwa : Berbagai program penyediaan

Rusunawa yang telah diimplementasikan hingga saat ini pada lokasi

justru terjadi perkembangan yang kurang menguntungkan seperti

terjadinya pengembangan rumah-rumah tinggi yang tidak terkendali,

tumbuhnya fasilitas layanan yang yang tidak teratur diantaranya justru

(38)

commit to user

Rusunawa di Indonesia diprediksi akan meningkatkan jumlah

penduduk sehingga akan menyebabkan peningkatan kebutuhan lahan,

peningkatan jumlah dan volume infrastruktur atau peningkatan

limbah, bertambah padatnya lalu lintas, perubahan iklim mikro di

daerah sekitar kawasan, berkurangnya daya serap tanah terhadap air

hujan, hadirnya komunitas baru yang secara otomatis akan

meningkatkan harga jual tanah, memperbanyak bangunan kumuh,

pengetatan aturan pembangunan dan memerlukan usaha-usaha fisik

dan sosial untuk mencapai integratif antar penduduk. Untuk itu

rencana penataan bangunan dan infrastruktur di kawasan sekitar

Rusunawa sebagai suatu konsep peremajaan permukiman perkotaan

yang integratif menangani masalah penataan lingkungan permukiman

perkotaan serta penyediaan kebutuhan perumahan kota harus dikaji

secara hati-hati, cermat dan matang.

2. Mokh Subkhan (Tesis Program Pascasarjana Magister Teknik

Pembangunan Wilayah Dan Kota Universitas Diponogoro, 2008)

Mengadakan penelitian tentang Pengelolaan Rumah Susun

Sederhana Sewa Di Cengkareng Jakarta Barat yang bertujuan untuk

mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan ketidakoptimalan

pengelolaan Rusunawa. Keidakoptimalan ini disebabkan oleh :

a) Kurangnya solidaritas penghuni Rusunawa untuk menggunakan

(39)

commit to user

b) Kurangnya motivasi penghuni Rusunawa untuk meningkatkan taraf

perekonomian keluarga.

c) Rusunawa mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga sering

disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu.

d) Pengelolaan Rusunawa Cengkareng menunjukkan bahwa

kurangnya peran organisasi dalam hal sosialisasi penggunaan

fasilitas umum bersama sehingga fasilitas tersebut tidak

digunakan dengan semestinya.

e) Koordinasi yang terbatas dengan pihak yang terlibat misalnya

mengenai pengaturan sewa, pemasaran Rusunawa dan sosialisasi

kepada masyarakat.

f) Tidak ada sanksi yang tegas bagi penyewa yang tidak taat

administratif.

3. Sugianto Tarigan (Tesis Program Pascasarjana Magister Teknik

Pembangunan Wilayah Dan Kota Universitas Diponogoro, 2010)

Mengadakan penelitian Tentang Evaluasi Pengelolaan Sistem

Sanitasi Rumah Susun Bidaracina Jakarta Timur yang berkesimpulan

bahwa pertumbuhan pembangunan rumah susun di Jakarta tidak

diimbangi dengan kemampuan pengelolaan rumah susun itu sendiri.

Dari jumlah rumah susun yang sudah dibangun menunjukkan bahwa

operasi dan pemeliharaan sistem sanitasi rumah susun masih rendah,

hal ini mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan dan pelayanan

(40)

commit to user

operasional pengelolaan sistem sanitasi yang ada di rumah susun

bidaracina tidak berjalan dengan baik karena tidak sesuai dengan

petunjuk teknis operasional dan pemeliharaan. Hal ini dibuktikan

antara lain dengan kemacetan disaluran pipa masih sering terjadi,

sistem bak kontrol sudah tidak berfungsi, pembuangan lumpur tinja

dari rumah tetangga tidak melalui proses pengolahan tetapi langsung

ke badan air sungai ciliwung sehingga sering tercium bau tidak sedap

dilingkungan rumah susun. Melihat fenomena tersebut pemerintah

dalam rangka pembangunan serta penyelenggaraan pengelolaan

sistem sanitasi menjadi tanggung jawab pemerintah daerah sehingga

diperlukan institusi dan peraturan yang jelas serta tegas.

Hasil penelitian terdahulu di atas, dapat digunakan sebagai

pendukung data deskriptif karena memiliki relevansi dengan

Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa di Kota Surakarta yang

dikaji dalam penelitian ini, diantaranya bahwa :

a) Program penyediaan Rumah susun sederhana sewa (Rusunawa)

perlu dikaji secara hati-hati, cermat dan matang karena kalau

tidak demikian akan mengakibatkan kerugian bagi Pemerintah

Kota itu sendiri. Kerugian yang dapat terjadi seperti

meningkatnya jumlah penduduk sehingga akan menyebabkan

peningkatan kebutuhan lahan, peningkatan limbah,

bertambahpadatnya lalu lintas, berkurangnya daya serap tanah,

(41)

commit to user

lingkungan pemukiman serta penyediaan kebutuhan perumahan

dapat diatasi.

b) Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan ketidakoptimalan

pengelolaan Rusunawa yang terdapat di Kota Surakarta.

c) Pembangunan Rumah Susun perlu diimbangi dengan kemampuan

pengelolaan Rumah Susun itu sendiri agar tidak mengalami

penurunan kualitas lingkungan dan pelayanan Rumah Susun.

B. Kerangka Pikir

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi

untuk mendukung terselenggaranya pembinaan keluarga, pendidikan serta

peningkatan kualitas generasi yang akan datang yang berjati diri. (Peraturan

Menteri Negara Perumahan Rakyat No.14/PERMEN/M 2007).

Kebutuhan akan rumah tinggal sangat meningkat khususnya di

kawasan perkotaan maka fasilitas pembangunan rumah susun sederhana sewa

menjadi alternatif untuk pemenuhan rumah tinggal yang bermartabat,

nyaman, aman dan sehat bagi seluruh masyarakat khususnya bagi MBR.

Rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) menjadi solusi bagi Kota Surakarta

untuk penataan wilayah kumuh dan meminimalkan hunian tak berijin serta

merupakan kebijakan Pemerintah Kota Surakarta dalam rangka penyediaan

rumah sederhana dan sehat untuk MBR di Kota Surakarta. Selain itu

keberadaan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) juga sebagai penambah

(42)

commit to user

Oleh karena itu pengelolaan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa)

sangat penting untuk dilakukan dalam pelaksanaan kegiatannya agar tujuan

yang diharapkan dapat tercapai. Dengan adanya pengelolaan yang baik

diharapkan akan dapat memudahkan tercapainya tujuan organisasi.

Pengelolaan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) merupakan

serangkaian usaha-usaha yang dilakukan untuk menanggulangi lingkungan

permukiman perkotaan yang tidak sehat (kumuh), meminimalkan hunian

yang tidak berijin dan menjembatani masyarakat berpenghasilan rendah untuk

mendapatkan tempat hunian yang layak dengan cara menyewa sesuai dengan

kondisi atau kemampuan mereka.

Sesuai dengan judul penelitian yaitu pengelolaan rumah susun

sederhana sewa (Rusunawa) oleh Unit Pelaksana Teknis Rumah Sewa Kota

Surakarta, penelitian dilihat berdasarkan fungsi-fungsi manajemen yang

dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan hingga

pengawasan. Fungsi perencanaan dilihat dari bentuk-bentuk perencanaan

yang berupa mekanisme pembuatan rencana, esensi perencanaannya, serta

dasar pertimbangan dalam membuat rencana. Fungsi pengorganisasin terkait

dengan pengelompokkan serta pembagian tugas atau pekerjaan diantara para

anggota organisai sehingga organisasi dapat digerakkan dan tujuan organisasi

dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

Fungsi penggerakkan berkaitan dengan pemberian motivasi atau

dorongan bekerja kepada seluruh anggota organisasi serta bimbingan tentang

(43)

commit to user

memiliki keinginan, mau berusaha, dan bekerja dengan ikhlas untuk

mengerjakan kegiatan pengelolaan yang tertuang dalam Peraturan Menteri

Negara Perumahan Rakyat No.14/ PERMEN/M/2007 Tentang pengelolaan

Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa).

Pengawasan merupakan suatu usaha untuk menjamin semua tindakan

yang diambil sesuai dengan rencana, serta untuk mengetahui

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi sehingga tindakan korektif dapat diambil. Dengan

kata lain pengawasan adalah proses untuk menjamin bahwa tujuan organisasi

dan manajemen berjalan sesuai dengan yang direncanakan atau ditetapkan

(tercapai). Selain itu pengawasan juga berusaha mengetahui dan

menghindarkan kemungkinan kesalahan dan mencari upaya-upaya untuk

mencegahnya. Pengawasan dalam pengelolaan Rumah Susun Sederhana

Sewa (Rusunawa) merupakan upaya untuk mengetahui pelaksanaan kerja

yang dilakukan pegawai pada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rumah Sewa

dalam mengelola rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) dan capaian

program Rusunawa yang terdapat di Kota Surakarta.

Skema kerangka berfikir secara lebih rinci akan digambarkan pada

gambar 2.1 dibawah ini. Kerangka berfikir yang digunakan dalam penelitian

ini dapat membantu penulis dalam menentukan tujuan dan arah penelitian

(44)

commit to user

Gambar 2.1

Skema Kerangka Berpikir

-Kebutuhan masyarakat khususnya masyarakat berpenghasilan

rendah (MBR) akan rumah tinggal yang layak huni, bermartabat, nyaman, aman, dan sehat.

-Adanya lahan hak pakai pemkot yang belum dimanfaatkan.

-Keterbatasan lahan kota untuk permukiman.

-Penataan wilayah pemukiman kumuh dan pencegahan hunian tak

berijin.

Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) sebagai solusi dari

permasalahan yang ada.

Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa:

-Planning -Organizing -Actuating -Controlling

(45)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini mengambil di wilayah Kota Surakarta,

khususnya di lingkup Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Sewa

Kota Surakarta. Pertimbangan yang mendasari pemilihan lokasi penelitian ini

adalah:

1. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Sewa Kota Surakarta

merupakan unit struktural yang diberi kewenangan untuk mengelola

Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) di Kota Surakarta.

2. Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) di Kota Surakarta merupakan

solusi atas kebutuhan perumahan sederhana dan sehat untuk MBR.

Oleh karena pertimbangan diatas maka pengelolaan akan rumah

susun sederhana sewa (Rusunawa) menarik untuk diteliti.

2. Jenis Penelitian

Penelitian berjudul pengelolaan rumah susun sederhana sewa

(Rusunawa) oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Sewa Kota

Surakarta ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan

pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk melakukan

penggambaran terhadap obyek atau variabel yang diteliti. Dalam hal ini

penulis berusaha memperoleh gambaran secara jelas mengenai suatu keadaan

yang menggambarkan secara tepat fenomena yang terjadi secara sistematis,

(46)

commit to user

hanya terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data tetapi juga

menjelaskan dan menganalisa data yang ada sehingga menjadi sebuah wacana

yang logis dan objektif.

Pendekatan deskriptif kualitatif dipilih karena melalui pendekatan ini

akan didapatkan pemahaman yang mendalam dan sangat dimungkinkan

memperoleh informasi baru terkait dengan objek yang diteliti, yaitu mengenai

pengelolaan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) di Kota Surakarta.

Penelitian deskriptif kualitatif mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan

mendalam yang dapat menggambarkan realitas keadaan atau fenomena yang

sebenarnya terjadi di lapangan.

3. Sumber Data

Data merupakan sumber utama untuk memperoleh informasi yang

jelas dari sebuah penelitian. Menurut Lofland dan Lofland (1984) dalam Lexy

J. Moleong (2010:157) sumber data dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata

dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Dalam penelitian ini untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan

dengan pengelolaan rusunawa maka peneliti melakukan wawancara secara

intensif dengan pihak-pihak yang terkait dengan pengelolaan rumah susun

sederhana sewa (Rusunawa) di Kota Surakarta. Adapun pihak-pihak terkait

antara lain :

1) Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Sewa Kota

Surakarta sebagai unsur pimpinan pengelola. Untuk mendapatkan

(47)

commit to user

2) Subbagian Tata Usaha UPTD Rumah Sewa Kota Surakarta sebagai

unsur pelaksana. Untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan

pengelolaan Rusunawa.

3) Staf Teknis UPTD Rumah Sewa. Untuk mengetahui tentang kegiatan

teknis dan pemeliharaan Rusunawa.

4) Masyarakat penghuni Rusunawa.

Data tambahan yang berupa dokumen, literatur, arsip-arsip,

buku-buku serta undang-undang yang berhubungan dengan penelitian ini. Dalam

hal ini, penulis memperoleh data dari :

1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman.

2) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor:

14/PERMEN/M/2007 Tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana

Sewa (Rusunawa).

3) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor:

18/PERMEN/M/2007 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Perhitungan

Tarif Sewa Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Yang Dibiayai

APBN dan APBD.

4) Peraturan Walikota Surakarta Nomor 45 Tahun 2008 Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas

(48)

commit to user

5) Peraturan Walikota Surakarta Nomor 20-O Tahun 2009 Tentang

Pedoman Uraian Tugas Jabatan Struktural Unit Pelaksana Teknis Pada

Dinas Pekerjaan Umum.

6) Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 Tahun 2009 tentang

Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah.

7) Buku-buku, catatan yang berkaitan dengan penulisan.

Dalam penelitian ini sumber data selain kata-kata, tindakan dan

dokumen, sumber data diperoleh juga dari foto. Foto dapat memberikan

gambaran tentang perjalanan dan sejarah orang-orang yang ada didalamnya.

Ada dua kategori foto yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian kualitatif,

yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan oleh peneliti

sendiri. (Bogdan dan Biklen dalam Lexy J. Moleong, 2010: 160).

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk

memperoleh data yang diperlukan untuk penelitian. Penelitian ini

menggunakan teknik pengumpulan data berupa :

a. Wawancara

Teknik ini merupakan suatu jenis pengumpulan data yang dilakukan

dengan mengadakan tanya jawab (interview) dengan informan yang diteliti

untuk mendapatkan data yang diperlukan. Untuk mempermudah dalam

proses wawancara, peneliti membuat pedoman wawancara yang memuat

(49)

commit to user

Dalam hal ini wawancara dilakukan dengan melakukan tanya jawab

terhadap narasumber yang dianggap mengetahui dan dapat memberi

informasi tentang pengelolaan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) di

Kota Surakarta, yaitu pegawai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UTPD)

Rumah Sewa serta masyarakat penghuni Rusunawa. Wawancara

digunakan untuk mengetahui secara mendalam bagaimana Unit Pelaksana

Teknis Daerah (UPTD) Rumah Sewa merencanakan, mengorganisasikan,

menggerakkan, serta melakukan pengawasan terhadap pengelolaan

Rusunawa.

b. Observasi

Observasi merupakan metode dasar dalam pengumpulan data yang

bersifat non verbal atau teknik pengumpulan data dengan cara melakukan

pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti untuk

mengamati berbagai keadaan, kegiatan dan peristiwa yang terjadi sesuai

dengan kenyataannya. Observasi merupakan teknik yang digunakan untuk

menggali data berupa dari sumber data yang berupa peristiwa tempat atau

lokasi, benda-benda serta rekaman gambar-gambar. (HB. Sutopo, 2006:

64).

Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan

pengamatan terhadap kondisi lingkungan rumah susun sederhana sewa

(Rusunawa) yang ada di Kota Surakarta disertai rekaman gambar

(50)

commit to user c. Pencatatan Dokumen

Teknik ini merupakan teknik pengumpulan data dengan membaca dan

mempelajari sumber-sumber tertulis. Data diperoleh secara tidak langsung,

yaitu dapat berupa catatan, berita, buku-buku, peraturan

perundang-undangan, laporan-laporan dokumen resmi institusi (arsip) dan lain

sebagainya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik ini

dipergunakan sebagai pendukung dan pelengkap data yang diperlukan

dalam penelitian.

5. Validitas Data

Validitas data dimaksudkan sebagai pembuktian bahwa data yang

diperoleh sesuai kenyataan / fakta sehingga kesimpulan dapat

dipertanggungjawabkan. Untuk menguji kebenaran dan keabsahan data,

peneliti menggunakan teknik trianggulasi data. Menurut Lexy J. Moleong

(2010: 330) Trianggulasi data adalah teknik memeriksa keabsahan data

dengan memanfaatkan sesuatu diluar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding tetap data itu. Trianggulasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah trianggulasi sumber, yaitu mengumpulkan data dengan

menggunakan beberapa sumber yang tersedia sehingga data yang

dikumpulkan dari satu sumber akan dikontrol oleh data yang sama dari

(51)

commit to user

6. Teknik Analisis Data

Sebagian besar data dari penelitian ini merupakan data kualitatif,

maka penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif yang

tujuannya untuk memperoleh gambaran secara khusus yang bersifat

menyeluruh mengenai apa yang tercakup dalam permasalahan yang terdapat

di lapangan saat pengumpulan data. Sedangkan teknik analisis data kualitatif

dianggap relevan adalah dengan menggunakan model analisis interaktif, yaitu

model yang memerlukan tiga komponen yang berupa reduksi data, penyajian

data, serta penarikan kesimpulan atau verifikasi sehingga data yang

terkumpul akan berhubungan satau sama lain secara sistematis.

a. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan dan abstraksi data kasar yang diperoleh di lapangan.

Dalam hal ini, reduksi data dilakukan dengan menelaah data yang

terkumpul dari berbagai sumber, dilanjutkan dengan pemilahan data yang

terkumpul dalam penggolongan data, penentuan bagian-bagian yang

hendak dibuang, dipertajam, disederhanakan serta dikembangkan. Data

yang diperoleh dari hasil wawancara dikelompokkan sesuai inti

permasalahan. Hal tersebut dilakukan dengan mereduksi data dari

lapangan, yaitu dengan menulis secara rapi, terperinci dan sistematis untuk

memperoleh keterangan serta data-data yang dibutuhkan dalam menyusun

hasil dan analisis penelitian. Dari kegiatan tersebut dihasilkan

(52)

commit to user

mempermudah dalam penarikan simpulan penelitian. Proses reduksi ini

berlangsung terus menerus sampai laporan akhir penelitian selesai disusun.

b. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka proses selanjutnya adalah penyajian data.

Data yang telah direduksi, kemudian disusun dan digabungkan menjadi

suatu bentuk deskripsi informasi yang menarik, logis, dan jelas alur

pikirnya. Sajian ini merupakan rangkaian kalimat yang disusun secara

logis dan sistematis, sehingga apabila dibaca akan mudah dipahami

tentang berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk

berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan

pemahamannya tersebut.

c. Penarikan simpulan dan verifikasi

Pada permulaan pengumpulan data, dapat dilakukan analisa atau

pernyataan yang mungkin terjadi, kemudian disusun sebab dan akibat yang

mungkin dapat muncul, serta proporsi untuk memberikan pengertian

mengenai arti dari hal-hal yang ditemui di lapangan kemudian dapat

ditarik suatu simpulan. Setiap simpulan yang ditetapkan perlu diverifikasi

terus-menerus hingga benar-benar diperoleh konklusi yang valid dan

Gambar

Tabel 1.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan di Tiap
Tabel 1.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk Dan Tingkat Kepadatan Di Tiap
Tabel 1.2 Banyaknya Rumah Menurut Kontruksi Dan Letak Rumah
gambar 2.1 dibawah ini. Kerangka berfikir yang digunakan dalam penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun faktor-faktor yang dapat menjadi penghambat dalam Pelaksanaan Pemanfaatan Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA) tersebut adalah sebagai berikut : 1) Kurangnya

Program Rumah Susun Sederhana Sewa Begalon II merupakan salah satu upaya pemerintah dalam memberikan hunian layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Kota Surakarta

Biaya hidup yang terjangkau serta kualitas hunian yang layak dan sehat seharusnya dirasakan oleh penghuni Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Kaligawe Kota Semarang yang

Efektifitas hukum yang berlaku di dalam pengelolaan RUSUNAWA Kota Surakarta, maka peneliti melakukan pendekatan penelitian yang berfokuskan pada masalah ( problem

Kondisi MCK berfungsi dengan baik, Sedangkan Pengelolaan sistem instalasi air bersih rumah susun sederhana sewa Ujuna menggunakan fasilitas air tanah atau sumur suntik yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk dan pelaksanaan perikatan sewa di rumah susun sederhana sewa serta sanksi bila penyewa telah melangar perikatan

Fenomena dalam penelitian ini adalah mengenai peran UPTD III dalam pengelolaan Rusunawa Penjaringansari dimana pengelolaan tersebut tertulis dalam Surat Edaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan teknis yaitu arsitektur, mekanikal dan elektrikal Rusunawa Kabupaten Sleman, penelitian ini mengevaluasi pengelolaan