• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI SOSIAL INDONESIA LANGKAH INDIGENIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEORI SOSIAL INDONESIA LANGKAH INDIGENIS"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

TEORI SOSIAL INDONESIA: LANGKAH INDIGENISASI ILMU

SOSIAL SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN PROBLEMATIKA DI

INDONESIA

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teori Sosial Indonesia

Dosen Pengampu : Dr. Nasiwan, M.Si.

Disusun Oleh :

Feren Novia Amalia

(16416241002)

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat NYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tak lupa kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu menyusun makalah ini baik dalam bentuk materi maupun/ide.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Teori Sosial Indonesia: Langkah Indigenisasi Ilmu Sosial Sebagai Upaya Penyelesaian Problematika Di Indonesia ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca terhadap makalah yang saya buat.

Yogyakarta, 9 January 2018

(3)

DAFTAR ISI

COVER...

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...2

C. Tujuan...2

BAB II PEMBAHASAN...3

A. Perkembangan Teori Sosial Indonesia...3

B. Teori Sosial Tidak Bisa Mengatasi Problematika Yang Ada Di Indonesia...10

C. Pemikiran Kuntowijoyo Sebagai Alternatif Indigenisasi Dalam Menyelesaikan Problematika Yang Ada Di Indonesia...14

D. Pemikiran Selo Sumardjan Terhadap Indigenisasi Teori Sosial Indonesia Dalam Disertasinya Mengenai Perubahan Sosial Di Yogyakata...19

BAB IV PENUTUP...25

A. kesimpulan ...25

B. Saran...26

DAFTAR PUSTAKA...28

LAMPIRAN...30

(4)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori sosial di indonesia yang berkembang saat ini sangatlah banyak. Di balik banyakya teori sosial yang berkembang di indonesia saat ini juga di iringi dengan problematika di indonesia yang semakin kompleks. Teori sosial di indonesia harunya bisa di gunakan untuk menyelesaikan problematika yang berkembang di indonesia tetapi kenyataanya tidak demikian. Hal tersebut terjadi dikarenakan indonesia terlalu sering mengadopsi ilmu barat yang kenyataanya pengadopsian ilmu tersebut tidak sesuai dengan kondisi permasalahan di indonesia.

Teori sosial yang diadopsi dari Negara barat tidak sesuai dengan dengan permasalahan yang ada di indoensia. Teori-teori yang berkembang pada saat ini merupakan sebuah terori yang di hasilkan dari penyelesaian permasalahan yang ada di Negara barat. Dari hal tersebut menyebabkan teori sosial di indonesia mengalami kemandegkan. Dengan hal tersebut sudah sewajarnya jika teori sosial tidak bisa menyelesaikan problematika di indonesia saat ini karena salah pengadopsian dimana ilmu sosial yang seharusnya di terapkan di Negara barat tetapi justru di terapkan di Negara indonesia ini.

Sejalan dengan kejadian tersebut sebenarnya sudah banyak para ilmuan-ilmuan di bidang sosial yang banyak sekali mencetuskan pemikiran yang berkaitanya dengan realita masyarakat di indoensia. Salah satu contoh pemikir tersebut ialah kuntowijaya dan selo soemardjan. Merekamerupakan salah satu daru sekian banyak ahli yang ada di indonesia. Mereka sangat banyak mencetuskan pemikiran sosial mengenai indigenisasi ilmu sosialdi indonesia. Kunthowijaya merupakan salah satu pencetus ilmu sosial profetik dimana didalam ilmu sosial tersebut terdapat sifat-sifat kenabian dimana masyarakat indonesia tidak bisa jauh dengan Tuhan dan hasil karya selo sumardjan yang menghasilkan karya mengebai perubahan sosial di Yogyakarta dapat di gunakan sebgai acuan penyelesaian problematika yang ada di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan teori sosial indonesia?

2. Mengapa teori sosial tidak bisa mengatasi problematika yang ada di indonesia? 3. Bagaimana pemikiran Kuntowijoyo sebagai alternatif indigenisasi dalam

(5)

4. Bagaimana pemikiran selo sumardjan terhadap indigenisasi teori sosial indonesia dalam disertasinya mengenai perubahan sosial di Yogyakata?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui perkembangan teori sosial indonesia.

2. Untuk mengetahui penyebab teori sosial tidak bisa mengatasi problematika yang ada di indonesia.

3. Untuk mengetahui pemikiran Kuntowijoyo sebagai alternatif indigenisasi dalam menyelesaikan problematika yang ada di indonesia.

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Teori Sosial Indonesia

Sejarah perkembangan teori sosial indonesia terbagi menjadi beberapa fase yaitu ilmu sosial colonial(indologi), ilmu sosial developmentalis dan ilmu sosial kotemporer. Perkembangan tersebut tidak hanya di pengaruhi oleh zamanya saja melainkan juga pemikiran-pemikiranya juga. Perkembangan-perkembangan teori sosial indonesia yaitu:

a. Ilmu sosial Kolonial/Indilogi

Ilmu sosial awalnya merupakan corpus yang telah melembaga dimana di bentuk di Leiden yang dimana di lembaga tersebut menyiapkan para pegawai administrasi yang kemudian akan dikirim di Negara hindia belanda(sekarang Indonesia). Zeitgeist (iklim intelektual) yang melatr belakangi ini ialah proses pasifikasi daerah jajahan di hindia belanda[ CITATION Nas161 \l 1033 ]. Penjajah yang telah merebut daerah jajahanya mereka juga membutuhkan ilmu pengetahui tentang masayarakat di daerah jajahan tersebut untuk menguasai masyarakat tersebut sehingga mudah untuk di kendalikan. Untuk itu didirikan nya Universitas Leiden dan dengan semangat orientalisme masuk ke Indonesia melaui lembaga colonial di luar institusi. Pada tahun 1920-an didirikanlah dua perguruan tinggi terkait ilmu sosial yaitu Sekolah Tinggi Hukum (Rechsthogeschool, RHS) dan Fakultas Sastra dan Filsafat ( Fasulteit der Letteren en Wijsbegeerte) yang dimana kedua lembaga perguruan tinggi tersebut berkembanglah ilmu-ilmu sosial versi

indilogie. Beberapa ciri umum dalam perkembangan Ilmu sosial

Kolonial/Indilogi:

- Rezim colonial belanda datang ke Indonesia tidak hanya membawa perangkat birokrasi colonial, melainkan juga rezim ilmu sosial[CITATION Nas16 \p 20 \l 1033 ] berarti dalam hal tersebut dapat kita ketahui bahwa colonial Belanda datang ke Indonesia membawa ilmu-ilmu campuran. Ilmu campuran disitu ialah mereka bukan ahli dalam satu bidang melainkan banyak bidang. Jadi kendati terdapat keahlian bidang-bidang keahlian dalam akademi indilogie

(7)

hukum adat dan linguistic, pada masa nya seorang indolog menguasai banyak bidang sedang mata kuliah sejarah masih bergabung dalam semua mata kuliah tersebut sebelum mendirikan jurusan sejarah dan filsafat tahun 1940[ CITATION Nas161 \l 1033 ].

- Sesuai dengan sifatnya ilmu sosial versi indilogie knoeledge is power mana kala kelompok disiplin ilmu itu kian identic dengan ilmu Negara yang mengabdikan dirinya untuk kepentingan kekuasaan dan jika perlua harus masuk kedalam birokrasi pemerintah colonial.

- Ilmu sosial Indonesia generasi pertama ini hampir terdiri dari para ilmuan sarjana belanda yang ilmunya sampai saat ini masih berpengaruh seperti J.H Boeke ( teori ekonomi ganda) Van Volenhoven (hukum teori adat) dan lain sebaginya.

Bagaimana pun perkembangan indilogie merupakan tonggak awal perkembangan ilmu pengetahuan sosial yang membangun sebuah aspirasi, proposisi dan pencarian legitimasi. Aspirasi yang di maksudkan adalah untuk mengatahui kehidupan masyarakat indonesia khususnya ketika zaman penjajahan. Kemenangan kemerdekaan indonesia sebernarnya bukan karena kemenangan di medan perang melainkan juga karena perkembangan ilmu pengetahuan.

b. Ilmu sosial Developmentalis

(8)

The Social Science Research Council yang di bentuk oleh AS setelah perang dunia ke II membuka jalan kerjasama antara kedua Negara tersebut dengan melakukan pertukaran mahasiswa.

Studi di kawasan Asia Tenggara khusunya indonesia mendapat perhatian khusus terhadap AS sebab tidak ada Negara di kawasan Asia Tenggara selain Indonesia yang oleh AS banyak sekali menggelontorkan dana. Dana tersebut tidak hanya di gunakan untuk pembangunan melainkan digunakan untuk pertukaran dibidang pendidikan kemudian untuk tujuan riset. Dibidang pendidikan AS dengan Indonesia melakukan pembiayaan mengenai bagi para doctoral yang kemudian membuat disertasi dan tidak hanya sebatas itu saja melainkan juga nantinya menerbitkan buku yang di Indonesia digunakan sebgai rujukan.

(9)

teori-teori modernisasi, termasuk yang dikembangkan AS di Indonesia sebagai ilmu ‘borjuis’ dan ahistoris .

Pertengahan 1960-an, ilmu sosial yang ada di Indonesia tak lain ialah ilmu sosial yang diperkenalkan oleh sarjana Amerika di universitas-universitas di negerinya dan dibawa ke Indonesia dalam kerangka kerja sama riset dan pengembangan ilmu sosial di Indonesia. Termasuk ke dalam jaringan ini antara lain ialah didirikannya pusat-pusat pelatihan ilmu sosial di beberapa tempat di Jawa dan luar Jawa. Implikasi teoretis-metodologis dari kecenderungan ini amatlah besar pengaruhnya terhadap perkembangan selanjutnya. Pendidikan lanjutan yang mereka peroleh, seperti juga pergaulan akademik internasional mereka pada periode yang lebih kemudian, membuat watak indologie semakin menghilang, dan sejak itu digantikan oleh mainstream ilmu sosial developmentalis yang mejadi pusat gravitasi baru dalam khazanah pengembangan ilmu sosial Indonesia[ CITATION Mes14 \l 1033 ].

c. Ilmu sosial kotemporer indonesia

Penggunaan istilah kotemporer hanyalah di gunakan atau merujuk perkembangan dan kemajuan ilmu sosial pada saat orde baru dan sesudahnya. Pada pertengahan pertama 1960-an belum bisa berbicara tentang statistik perkembangan ilmu sosial Indonesia, baik mengenai profesi ataupun komunitas ilmuwan sosialnya, maupun lembaga penelitian dan pendidikan ilmu-ilmu sosial yang lebih profesional. Namun sejak awal Orde Baru, memasuki tahun 1970an — sejalan dengan pulangnya sejumlah sarjana ilmu sosial yang menyelesaikan studi mereka di luar negeri, tampaknya hal-hal penting. Menurut [ CITATION Mes14 \l 1033 ] perkembangan ilmu sosial pada tahun 1980-an yaitu:

Mengamati perkembangan ilmu sosial sampai tahun 1980-an, orang pada umumnya berpendapat bahwa tingkat dukungan dan minat pemerintah terhadap ilmu sosial di Indonesia melebihi negara mana pun di Asia Tenggara. Peluang ini dalam satu dan lain haljelas merupakan buah yang telah disemaikan sejak tahun 1950-an, ketika ilmu sosial developmentalis makin mengikis tradisi ilmu sosial kolonial alias indologie.

Berikut beberapa hal menarik pada masa perkembangan ilmu sosial kotemporer: - Semakin banyaknya minat sarjarana luar negeri yang semakin tertarik

(10)

Bersamaan dengan kecenderungan di atas, ada dua gejala unik yang perlu dicatat: pertama masuknya kembali generasi baru peneliti Belanda yang sudah ‘tercerahkan’ dalam paradigma baru dalam “werkgroep” Indonesich studies dengan sejumlah bidang studi (vakgroep) di berbagai universitas Belanda, menggantikan mantel lama, indologie[ CITATION Mes14 \l 1033 ]

Dengan hal tersebut tercipntanya hubungangan antara kawasan Asia Tenggara karena pada satat sebelum PD II belum mengenal kerjasama tersebut.

- Tingginya kadar “parokhial” antardisiplin ilmu yang terorgaisasi dalam lmbaga atau rumpun ilmu sosial, baik ke luar mau ke dalam. Ke luar, maksudnya klaim keabsahan pembagian ilmu pengetahuan modern ke dalam tiga locus yang secara instrinsik dianggap berbeda: rumpun ilmu alam, ilmu sosial dan ilmu kemanusiaan (humaniora). Di lembaga pendidikan tinggi, masing-masing cenderung melihat diri mereka sebagai berbeda dan membuat sekat-sekat yang tinggi satu sama lain[ CITATION Mes14 \l 1033 ].

(11)

kategori-kategori umum yang kaku. Maka untuk menutup semua ini, mereka menyebut kegiatan mereka sebagai hal yang ‘ilmiah’. Dibeberapa tempat di Indonesia, para dosen dan mahasiswa fakultas tertentu ramairamai ikut mendesak agar pindah ke atau bergabung dengan fakultas lain karena beberapa alasan praktis, tiak nayaman di rumah yang lama, antara lain merasa ijazah cap fakultas mereka yang lama kurang “bonafide” atau kurang dihargai oleh pemerintah atau biro pelayanan tenaga kerja. Jadi berkaitan dengan masalah praktis dari segi kelembagaan atau organisasi ilmu pengetahuan[ CITATION Nas161 \l 1033 ]

- Erat kaitannya dengan butir di atas, ialah kecenderungan ahistoris ilmuwan sosial Indonesia kontemporer seperti yang disinyalir oleh Arif Budiman beberapa tahun lalu.1 Ciri ini jelas merupakan penyimpangan atau bahkan kemersotan dua tipologi ilmu sosial sebelumnya, baik indologi maupun ilmu sosial developmentalis sejak semula sangat kuat dalam apresiasi sejarah mereka. Ini tidak hanya berlaku di kalangan para perintis seperti Geerzts dan Ben Anderson dan lain-lain, tetapi juga di kalangan generasi pertama ilmuwan sosial Indonesia sendiri seperti Selo Soemardjan dan juniornya Harsja Bachtiar (sosiologi), Sayogyo (sosiologi pertanian), Kuntjaraningrat (antropologi), Sumitro Djojohadikusumo (ekonomi), dan tentu saja juga Soekmono (arkeologi) untuk menyebut beberapa di antaranya[ CITATION Mes14 \l 1033 ]

- Perangkap ideologi dalam kajian ilmu sosial kontemporer. Para ilmuwan sosial di negara-negara Dunia Ketiga, yang notabene adalah bekas negeri jajahan seperti Indonesialambat laun ‘mulai sadar dan merasa malu bahwa mereka terlalu lama hidup sebagai sarjana imitasi’[ CITATION Kle87 \l 1033 ].

(12)

seperti itu, di manakah sesungguhnya tempat ilmuilmu sosial (dalam bentuk jamak) Indonesia, khsususnya di tengah perkisaran sejarah bangsa yang dilanda krisis multidimensi berkepanjangan dewasa ini, yang notabene berada pada pergantian zaman: pergantian abad, pergantian melinium, pergantian rejim, pergantian paradigma dan seterusnya. Atas dasar itu, maka kiranya tidak mudah untuk mengidentifikasi gambaran monolitik tentang ilmu sosial Indonesia hari ini, yang masih sedang berlangsung dan tengah mencari legitimasi-legitimasi baru, seperti yang tampak dari wacana “indigenisasi” ilmu sosial Indonesia akhir-akhir ini [ CITATION Mes14 \l 1033 ].

B. Teori Sosial Minim Berkontribusi terhadap Problematika Yang Ada Di Indonesia Ilmu sosial pada dasarnya membahas dan mempelajari manusia, perilakunya serta interaksi di dalam masyarakat[CITATION Nas14 \p 104 \l 1033 ]. Sehigga dari tersebut ilmu sosial merupakan ilmu yang tidak bisa jauha dari kehidupan manusia sebab objek dari ilmu sosial sendiri adalah manusia beserta lingkunganya. Ilmu sosial memiliki peran yang penting dalam kehidupan seperti yang disampaikan Hatta dalam [CITATION Nas14 \p 105 \l 1033 ] menyampaikan 3 kegunaan ilmu sosial yaitu :

Critical discource, keabsahan penelitian ditentukan oleh keterikatan pada semua keharusan akademis. Academic enterprise, memposisikan ilmu-ilmu sosial tidak bebas nilai yang terkandung didalamnya. Ilmu sosial yang ada memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Ilmu sosial tidaklah terlepas dari nilai yang melekat padanya. Applied Science, ilmu sosial diperlukan untuk hal-hal praktis membantu menyelesaikan masalah-masalah sosial yang ada dalam masyarakat. Ilmu ilu sosial digunakan untuk mendiskripsikan, memprediksi dan menjawab isu-isu sosial yang muncul. Jadi ilmu sosial mampu menggambarkan fenomena yang terjadi. Dari fenomena tersebut dijadikan acuan dalam mengkaji dan menatap masa yang akan datang. Dengan seperti itu manusia dapat berfikiran kedepan dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.

(13)

problematika yang ada. Teori sosial yang berkembang di indonesia saat ini mengalami berbagai macam problematika yang serius.Perkembangan terori sosial saat ini sangat miris sebab teori sosial yang ada di Indonesia merupakan ilmu Sosial yang di adobsi dari dunia barat. Perkembangan ilmu-ilmu sosial di Asia dan Indonesia ada sangat di pengaruhi dan didominasi oleh Barat-Eropa. Hal semacam ini terjadi karena anggapan barat yang selalu unggul. Banyak Negara-negara yang beranggapan bahwa Negara Barat-Eropa merupakan pusatnya peradaban ilmu khususnya ilmu sosial sehingga banyak yang memperdalam ilmu tersebut dan menerapkanya di Indonesia. Selain itu Indonesia sendiri mengalami ketergantungan terhadap teori-teori barat. Kebergantungan ini dimana kan dengan captive maind oleh Syed Farid Alatas. Menurut catatan Syed Farid Alatas dalam [CITATION Nas161 \p 5 \l 1033 ]tingkat kebergantungan ilmuan sosial di Negara berkebang seperti :

1)kebergantungan pada gagasan. 2)kebergantungan pada media gagasan. 3)kebergantungan pada teknologi pendidikan. 4) ketergantungan pada bantuan rised dan pengajaran. 5)kebergantungan pada investasi pendidikan. 6) kebergantungan ilmuan sosial Dunia Ketiga pada permintaan barat akan keterampilan mereka.

Dari ke enam keterangan tersebut saat ini sangat mencerminkan Indonesia. Indonesia mengalami kebergantungan gagasan dimana para ilmuan selalu meneliti gagasan barat. Selain itu hal tersebut di karenakan rasa menghargai terhadap sesama ilmuan yang sangat kurang. Kebanyakan orang indonesia sudah merasa minder dengan apa yang mereka miliki termasuk gagasan. Untuk itu mereka lebih percaya diri dengan menggunakan gagasan yang dihasilkan oleh Negara barat. Selain itu aturan kutip mengutip juga dirasa belum terlalu melihat di buktikan banyaknya plagiasi. Hal lain para ilmuan yang dirasa kurang di hargai dinegara sendiri untuk itu mereka justru lebih banyak lari ke luar negeri dan mereka lebih di hargai disana.

(14)

teori yang ada di barat merupakan penyelesaian- penyelesaian yang ada di Negara barat sendiri dan tentunya berbeda dengan indonesia. Dengan hal itu para ilmuan seharusnya sebelum menerapkanya harus di kritisi terlebih dahulu apakah teori tersebut cocokan atau tidak jika di terapkan di indonesia.Selain itu permasalahan juga terjadi pada jenjang perguruan tinggi yang seharusnya dari sanalah keluaran ilmuan-ilmuan yang handal dan menngerti mengenai keindonesiaan. Tetapi berbanding terbalik dimana kebayakan mahasiswa saat ini masih menganggap bahwa dosen merupakan sumber dari segala ilmu dan bukan menjadikaya sebagai partner berdiskusi.

Kondisi perkembangan teori ilmu sosila indonesia saat ini belum terlalu berkembang. Hal tersebut dikarenakan saat ini ilmu teori ilmu sosial yang berkembang bukan asli teori yang mencerminkan indigenisasi tetapi hasil dari adobsi dari Barat-Eropa. Persoalan perkembangan teori sosial saat ini bisa dikatakan minim sekali berkontribusi terhadap penyelesaian masalah-masalah yang ada diindonesia. Hal ini dikarenakan minimnya kontribusi ilmuan-ilmuan indonesia yang mengembangkan teori sosial yang berlatar belakang budaya indonesia. Para peneliti tidak percaya dengan ilmu yang mereka ciptakan olehkarena itu hal tersebut menjadi sebuah problematika karena mereka menganggap barat sebagai pusat dari segala ilmu. Kemudian menurut pemikiran Syed Farid Alatas dalam [ CITATION Nas16 \l 1033 ] persoalan perkembangan ilmu sosial sebagai berikut:

(15)

Dari beberapa pemikiran Syed Farid Alatas dapat kita ketahui bahwa perkembangan ilmu sosial di Indonesia mempunyai problematika yang sangat riskan. Dalam pemikiranya pula beliau menjelaskan bahwa terdapat pengabaian terhadap tradisi filsafat dan sastra local yang di tandai banyaknya ilmuan yang lebih memperdalam teori-teori barat yang di pandang unggul dalam segala hal. Selain itu pengadopsian ilmu barat yang tidak dikritisi terlebih dahulu juga membuat kemandegkan ilmu sosial apalagi ilmu sosial yang ada di barat merupakan hasil dari merupakan hasil dari penyelesaian dari problematika yang ada di Negara-negara Barat sendiri yang tentunya jika di terapkan di indonesia tidaklah relevan. Selain itu adanya hegemoni teori sosial barat yang berarti gagasan tertentu lebih berpengaruh (barat) dari pada gagasan yang lain. Teori sosial barat selalu di unggul-unggulkan lebih berpengaruh dalam segala hal dan itu pula sudah termainset kedalam pemikiran-pemikiran ilmuan-ilmuan yang ada di Indonesia sendiri. Selain itu para ilmuan indonesia juga di posisikan sebagai konsumen yang selalu membeli teori-teori pemikiran dari dunia barat yang jika teori-teori tersebut di terapkan di indonesia menjadi tidak relevan.

C. Pemikiran Kuntowijoyo Sebagai Alternatif Indigenisasi dalam Menyelesaikan Problematika Yang ada di Indonesia

(16)

Satyalencana Kebudayaan RI (1997), Mizan Award (1998), Penghargaan Universitas Sumatera Utara. Kalyanakretya Utama untuk Teknologi Sastra dari Menristek (1999), dan Sea Write A ward dari Pemerintah Thailand (1999). Sastrawan kelahiran Bantul, Yogyakarta, 18 September 1943 ini adalah alumni Universitas Gadjah Mada. Semasa mahasiswa, Kuntowijoyo mendirikan Lembaga Kebudayaan dan Seniman Islam (Leksi) dan Studi Grup Mantika (bersama Dawam Rahardjo, Sju’bah Asa, Chaerul Umam, Arifin C. Noer, Amri Yahya, Ikranegara, dan Abdul Hadi W.M.). Kematangannya sebagai sastrawan dan intelektual semakin terbukti dengan beberapa karya semasa dan setelah ia menyelesaikan studi S-2 (University of Connecticut, 1974) dan S-3 (Columbia University, 1980) di Amerika Serikat. Tidak banyak sastrawan Indonesia yang sukses sebagai sastrawan sekaligus sebagai intelektual dan akademisi. Kualitas dan produktivitas Kuntowijoyo menulis karya sastra sebanding dengan kekuatannya menulis karya ilmiah dalam bidang sejarah atau pemikiran sosial berbasis Islam. Baik dalam sastra (khususnya prosa) maupun dalam dunia intelektual/akademisi, Kuntowijoyo menduduki posisi penting dan terhormat. Dua aktivitas itu dijalaninya dengan khusyuk, dengan perhatian dan penekanan yang seimbang [CITATION Bio \p 1-3 \l 1033 ].

Kuntowijoyo merupakan cendekiawan yang melakukan protes terhadap segala bentuk hal-hal yang menyimpang di masyarakat. Sejatinya seorang cendekiawan ilalah sosok yang selalu melakukan protes terhadap penyimpangan-penyimpangan yang ada di masyarakat. Menurut Fikri dan Dharwis dalam bukunya [ CITATION Nas161 \l 1033 ] intelektual bukanlah seseorang agen of social change yang membangun tangga dari langit dan dari puncak ketinggianya menyampaikan kebenaran-kebenaran itu, cendekiawan harus bisa memposisikan diri dimasyarakatnya. Cendekiawan seperti yang di nyatakan oleh Lewis Coser dalam [ CITATION Nas161 \l 1033 ] adalah orang-orang yang tidak pernah puas menerima kenyataan sebagaimana adanya. Cendekiawan adalah sosok yang selalu melakukan protes terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di masyarakat.

(17)

mengubah fenomena sosial tetapi memberi pentunjuk kea rah mana transformasi itu di lakukan untuk apa dan oleh siapa. Oleh sebab tersebut bahwa ilmu sosial tidak hanya bedasarkan citta-cita etik tetapi juga bedasarkan profrtik tertentu. Menurut Kuntowijoyo dalam [ CITATION Nas16 \l 1033 ] arah perubahan yang diidamkan masyarakatnya adalah didasarkan pada cita-cita humanisasi/emansipasi, liberasi, dan transendesi suatu cita-cita profetik yang diderivasikan dari misi historis islam sebagaimana terkandung kedalam surat Ali Imron ayat 110 (Kuntowijoyo, 2003). Surat Ali Imron ayat 110: Engkau adalah umat terbaik yang diturunkan di tengah manusia untuk menegakkan kebaikan, mencegah kemungkaran (kejahatan) dan beriman kepada Allah. Tiga muatan nilai inilah yang mengkarakterisasikan ilmu sosial profetik. Dengan kandungan nilai –nilai humanisasi, liberalisasi, dan transendensi, ilmu sosial profetik diarahkan untuk rekayasa masyarakat menuju cita-cita sosio-etiknya di masa depan.

(18)

kembali dimensi transedental yang menjadi bagi an sah dari fitra kemanusian. Kita ingin merasakan kembali dunia sebagai rahmat Tuhan. Kita ingin hidup kembali dalam suasana yang lepas dari ruang dan waktu, ketika kita bersentuhan dengan kebesaran Allah (Kuntowijoyo,2003). Humanisasi diperlukan karena masyarakat sedang berada dalam tiga keadaan akut yaitu dehumanisasi (obyektivasi teknologis, ekonomis, budaya dan negara), agresivitas (agresivitas kolektif dan kriminalitas) dan loneliness (privatisasi, individuasi) (Kuntowijoyo, 2001). Dimensi liberasi Kuntowijoyo menggariskan empat sasaran liberasi, yaitu sistem pengetahuan, sistem sosial, sistem ekonomi dan sistem politik yang membelenggu manusia sehingga tidak dapat mengaktualisasikan dirinya sebagai makhluk yang merdeka dan mulia. Dalam tema umum humanisasi dapat dilakukan penelitian tentang berbagai gejala sosial dan pemecahannya, yaitu dehumanisasi (objektivitas teknologis, ekonomis, budaya, atau negara), agresivitas kolektif, dan kriminalitas), dan loniliness (spivatisasi, individuasi). Dehumanisasi terjadi antaranya karena dipakainya teknologi (baik berupa alat-alat fisik maupun metode). Masyarakat dalam dunia isdustri mudah sekali terjatuh, kehilangan kemanusiaan. Karenanya usaha untuk mengangkat martabat manusia, (emansipasi). Sebagaimana didalam firman Allah:

manusia jatuh ke dalam tempat keterhinaan, kecuali orang- orang yang

beriman dan beramal shaleh”,Ayat mengatakan bahwa orang dapat terjatuh ketempat

yang paling rendah, kemudian ayat itu mengecualikan ornag- orang yang beriman dan beramal shaleh, dan jelas bahwa ayat itu menegaskan kepada pilar ilmu sosial profetik “humanisasi” yaitu iman dan amal shaleh, dan tentu saja implikasi iman amal shaleh itu sangat luas[ CITATION ZUL12 \l 1033 ].

(19)

Transendensi hendak menjadikan nilai-nilai transendental (keimanan) sebagai bagian penting dari proses membangun peradaban. Transendensi menempatkan agama pada kedudukan yang sangat sentral dalam Ilmu Sosial Profetik. Transendensi adalah dasar dari humanisasi dan liberasi[ CITATION Sya51 \l 1033 ].

D. Pemikiran Selo Sumardjan Terhadap Indigenisasi Teori Sosial Indonesia dalam Disertasinya Mengenai Perubahan Sosial di Yogyakata

Selo Sumardjan dikenal dikalangan akademik dan masyarakat di Indonesia sebagai bapak sosiologi, ilmu yang digelutinya sejak beliau menempuh pendidikan tingginya untuk memperoleh gelar doktor. Thesis beliau yang berjudul social change in Jogjakarta, menjadi salah satu puncak pencapaian beliau yang melahirkan gelar sebagai profesor dengan arus utama sosiologi. Selo Sumardjan lahit di Yogyakarta, 23 Mei 1915, merupakan pendiri sekaligus dekan pertama Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (kini FISIP-UI) dan sampai akhir hayatnya dengan setia menjadi dosen sosiologi di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI). Nama Selo Sumardjan sangat melekat dengan sosiologi. Pada tahun 1956 beliau memeperoleh kesempatan menuntut Ilmu di Cornell University, Amerika Serikat. Di sinilah beliau menunjukan kehebatanya, hanya dalam kurung waktu kurang dari empat tahun beliau boleh pulang ke tanah air dengan menyandang gelar Ph.D. di bidang sosiologi. Selama hidupnya, Selo pernah berkarier sebagai pegawai Kesultanan daerah Istimewa Yogyakarta, Kepala Staf Sipil Gubernur Militer Jakarta Raya, dan Kepala Sekretaris Staf Keamanan Kabinet Perdana Menteri, Kepala Biro III Sekretaris Negara merangkap sekretaris Umum Badan pemeriksaan Keuangan. Pada tahun 1959 beliau dikenal sebagai Bapak Sosiologi Indonesia setelah meraih gelar doktornya di Cornell University, AS dan pada tanggal 17 Agustus 1994, ia menerima Bintang Mahaputra Utama dari Pemerintah dan pada tanggal 10 Agustus 1994 menerima gelar ilmuwan utama sosiologi.

(20)

memerintah, tetapi memberi teladan. Hidupnya lurus, bersih, dan sederhana. Beliau seorang dari sedikit orang yang sangat pantas menyerukan hentikan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisi (KKN). Beliau pantas menjadi teladan kaum birokrat karena etos kerjanya yang tinggi dalam mengabdi kepada masyarakat

Karya Selo Sumardjan yang berjudul Perubahan Sosial di Yogyakarta menjelaskan bahwa terjadi perubahan di masyarakat jawa khususnya di daerah Yogyakarta. Perubahan yang dikaji di daerah tersebut terjadi bukan karena pertambahan penduduk dan pergantian generasi. Perubahan yang dikaji Selo Sumardjan berfokus pada perubahan dalam lembaga-lembaga masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, yang di dalamnya termasuk sistem nilai, norma, sikap dan tingkah laku[ CITATION Nas16 \l 1033 ]. Perubahan yang dipelopori oleh Sultan Hamengkubuwono IX berlaku dari tinggkat atas hingga tingkat pedesaan. Sultan Hamengkubuwono IX mendahului konsep perubahan desentralisasi sebelum pemerintah nasional melaksanakanya.

Perubahan yang terjadi di Yogyakarta sendiri di bagi menjadi beberapa fase dari jaman kedudukan jepang hingga pada pasca kemerdekaan. Yogyakarta di bawah rezim Belanda katika itu Yogyakarta mendapat tekanan dari pihak Belanda dan Gurbernur van Hodendorf berhasil memaksa susuhan agar susunan menyerahkan kerajaan mataram dan isinya dan hanya keturunan lah yang berhak menduduki tahtanya. Selanjutnya karena pengauh dari pihak Belanda akhirnya menghasilkann Perjanjian gyanti yang menyebabkan mataram menjadi 2 yaitu kasultanan Yogyakarta dan Surakarta. Pimpinan sultan yang tradisional digunakan oleh belanda untuk menyalurkan politik kolonialnya sehingga rakyat seolah-olah dimpimpin oleh sultan tetapi dalam sisilain sultan mendapat peengaruh dari Belanda. Yogyakarta pada saat itu terdapat banyak golongan/kasta di dalam masyarakat seperti contohnya penduduk belanda, bangsawan, priyayi, pribumi juga ada masyarakat minoritas cina dan lain sebagainya.

(21)

ustru menimbulkan banyak kesengsaraan. Jepang yang pada saat itu sedang melakukan kegiata perang mengalami kekurangan bahan makanan, pakaian dan perlengkapan perang lainya sehingga menimbulkan banyak perampasan dimana-mana. Salah satu kebijakan yang membuat rakyat menderita adalah dengan diwajibkanya melakukan penyerahan hasil pertanian sebnayak 70% kepada pemerintah Jepang. Selain itu jepang selalu menjanjikan kemerdekaan kepada penduduk tetapi haltersebut tidak pernah ditepatinya.

Setelah jepang menyerah kalah terhadap sekutu berita tersebut segera di respon oleh masayarakat Yogyakarta dengan melakukan pembentukan KNI. Dengan pembentukan tersebut bertujuan untuk mengusir penduduk jepang yang ada di Yogyakarta sendiri. Kejadian tersebut juga siiringi dengan peristiwa bahwa sultan mengumumkan posisi Yogyakarta yang inti dari pengumuan tersebut Sultan mengeluarkan surat pernyataan intinya yogyakarta bersifat kerajaan adalah daerah istimewa yogyakarta, sultan sebagai kepala daerah memegang kekuasaan dalam yogyakarta hadiningrat, hubungan yogyakarta hadiningrat dengan pemerintahan bersifat langsung

(22)

Perubahan politik dan pemerintah di Yogyakarta diprakasai oleh Sultan Hamengkubuwono atau oleh pemerintah propinsi di bawahnya. Perubahan sosial dalam konsep pemikiran Selo Soemardjan adalah perubahan – perubahan pada lembaga – lembaga masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai – nilai sosial, sikap dan pola tingkah laku antarkelompok dalam masyarakat. Secara ringkas begitulah proses perubahan-perubahan yang terjadi di Yogyakarta. Proses perubahan sosial di Yogyakarta memunculkan dalil-dalil umum yang merupakan perubagan karakteristrik sosial seperti[ CITATION Sel81 \l 1033 ]:

a. Kalau ada rangsangan yang cukup kuat untuk mengatasi hambatan – hambatan yang cukup kuat untuk mengatasi tahap permulaan proses perubahan, maka hasrat akan perubahan sosial bisa berubah menjadi tindakan untuk mengubah.

b. Orang – orang yang mengalami tekanan kuat dari luar cenderung mengalihkan agresi balasan mereka dari sumber tekanan yang sebenarnya ke sasaran – sasaran materill yang ada sangkut pautnya dengan sumber itu.

c. Rakyat yang tertekan oleh kekuatan luar cenderung untuk bekerjasama dengan kekuatan luar, tetapi hanya untuk mempertahankan ketentraman jiwa mereka.

d. Orang – orang yang tertekan cenderung untuk menjadi lebih agresif. Hal ini disebabkan mereka semakin menyadari adanya kesenjangan antara keadaan hidup sekarang dengan keadaan yang diinginkan.

e. Proses perubahan sosial di kalangan para pelopor – pelopornya bermula dari pemikiran ke sesuatu di luar (eksternal). Di kalangan para warga masyarakat lainnya, proses itu berlangsung dari sesuatu di luar (eksternal) ke sesuatu yang bersifat kelembagaan.

f. Harta kekayaan yang diinginkan, tetapi tidak bisa lagi diperoleh karena jalan itu ditutup oleh kekuatan – kekuatan rasionalisasi. Dalam hal yang ekstrim, harta kekayaan itu tidak dihargai.

g. Rakyat menolak perubahan karena berbagai alasan, antara lain: ( Mereka tak memahaminya, perubahan itu bertentangan dengan nilai – nili serta norma – norma yang ada, para anggota masyarakat yang berkepentingan dengan keadaan yang ada cukup kuat menolak perubahan, resiko yang terkandung dalam perubahan itu lebih besar dari pada jaminan sosial dan ekonomi yang bisa diusahakan, pelopor perubahan ditolak,

h. Perubahan – perubahan yang tidak merata pada berbagai sektor kebudayaan masyarakat cenderung menimbulkan ketegangan – ketegangan yang mengganggu keseimbangan sosial.

(23)

j. Kalau rakyat terus menerus tidak diberi kesempatan untuk memuaskan kebutuhan – kebutuhan sosialnya, mereka cenderung beralih merenungkan hal bukan keduniawian untuk mendapatkan ketentraman jiwa. Dalam hal sebaliknya, mereka cenderung untuk menjadi lebih sekuler dalam sistem kepercayaan.

k. Suatu perubahan sosial yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh pelopor yang berlawanan engan kepentingan – kepentingan pribadi (vested interests) cenderung untuk berhasil.

l. Perubahan yang dimulai dengan pertukaran pikiran secara bebas diantara para warga masyarakat yang terlibat, cenderung mencapai sukses yang lebih lama daripada perubahan yang dipaksakan dengan dekrit pada mereka.

m. Perubahan dari sistem kelas tertutup ke kela terbuka akan disertai dengan perubahan dari sistem komunikasi vertical satu arah kea rah sistem komunikasi vertical dua arah.

n. Perubahan dari sistem kelas tertutup ke kelas terbuka cenderung untuk mengalihkan orientasi rakyat dari tradisi. Maka, mereka menjadi lebih mudah menerima perubahan – perubahan yang lainnya.

o. Semakin lama dan semakin berat penderitaan yang telaj dialami oleh rakyat karena berbagai ketegangan psikologis dan frustasi, maka semakin tersebar luas dan cepat kecenderungan perubahan yang menuju pada kelegaan.

(24)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Sejarah perkembangan teori sosial indonesia terbagi menjadi beberapa fase yaitu ilmu sosial colonial(indologi), ilmu sosial developmentalis dan ilmu sosial kotemporer. Perkembangan ilmu sosial di Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh tahun saja melainkan bagaimana penyebaranya dan sosok yang mempengaruhi juga berpengaruh terhadap perkembangan teori sosial indoensia. Selain itu pada perkembangan Indilogie dipengaruhi oleh rezim Belanda dimana mereka telah lama menjajah indonesia sehingga mereka dapat empengaruhi perkembangan ilmu sosial yang ada di indoensia. Pada masa ilmu sosial developmentalis di pengaruhi oleh AS karena pada saat setelah terjadi perang dunia AS adalah Negara yang menjadi kiblat peradaban ilmu dimana juga hal ini di pengaruhi oleh ideologi politiknya. Pada saat kotemporer merupakan istilah yang di gunakan setelah ordebaru dimana masyarakt mulai sadar tentang pentignya indigenisasi teori sosial indonesia di buktikan mulai berkembangnya ilmuan-ilmuan yang membaut pemikiran menganai teori sosila indonesia yang bersifat keindonesiaan.

Ilmu sosial di Indonesia saat ini di pengaruhi oleh barat sehingga dalam penerapanya ilmu sosial minim berkontribusi terhadap penyelesaiab problematika yang ada di indonesia sendiri. Negara barat membuat teori bedasarkan hasil dari penyelesaian problematika-problematika yang ada di Negara barat tentunya dari sedikit penjelasan tersebut dapat diketahu bahwa latar belakang pembuatan nya saja sudah berbeda. Problematika yang ada di barat dengan di Indoenesia sudah berbeda dengan itu jika melakukan pengadopsian tanpa menkritisi terlebih dahulu maka membuat ilmu sosil minim dalam menyelesaikan problematika di Indonesia.

Melihat perkembangan ilmu sosial di indonesia yang mengalami kemandegan Kuntowijoyo sebagai kaum intelektual mempunyai alternative pemikiran melalui ilmu sosial profetik. Transformasi Profetik yaitu sebuah transformasi yang bersifat transendensi melalui aksi humanisasi dan liberasi.

(25)

terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat,di mana perubahan tersebut memengaruhi sistem sosialnya. Perubahan sosial yang dimaksud mencakup nilai-nilai dan pola-pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Dalam tesisnya yang dimaksudkan adalah ketika terjadi perubahan-perubahan terhadap lembaga-lembaga kemasyarakatan maka semua akan mempengaruhi sistem sosial seperti halnya yang telah di jelaskan kedalam tesis Selo Sumardjan perubahan yang dilakukan oleh pemimpin pada saat itu membuat sosial masyarakat tanpa di sadarai menjadi berubah. Ini merupakan bukti bahwa pemikiran Selo Sumardjan bersifat keindonesiaan yang berlatar belakangkan Jogjakarta dengan hal tersebut pemikiran Selo sumardja tersebut sesuai dengan nilai-nilai dan probelatika yang ada di Indonesia sendiri.

B. Saran

Ilmu sosial yang ada di Indonesia saat ini mengalami kemandegkan. Sebagai seorang yang bergelut di dalam dunia pendidikan seharusnya kita bisa turut serta dalam mengembangkan teori-teori dari cendekiawan indonesia supaya suatu saat santi teori tersebut dapat di gunakan sebgai pijakan dalam menyelesaikan problematika yang ada di indonesia. Dengan hal tersebu diharapkan ilmu sosial yang ada di indonesia ini turut berkontribusi dalam menyelesaikanproblematika yang ada.

Pembuatan makalah ini diharapkan mampu menambah pengetahuan bagi para pembacanya sehingga semakin banyak orang yang tau mengenai kondisi ilmu sosial yang ada di indonesia diharapkan juga semakin banyak yang mengerti bagaimana cendekiawa-cendekiawan Indonesia telah memikirkan ilmu sosial yang bersifat keindonesiaan.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Biografi Kuntowijoyo . (n.d.). http://repository.usu.ac.id, 1-3.

Ignas, K. (1987). Indigenisasi Ilmu Sosial. Tanggapan Nasional atas Model Pembangunan

dan Pembentukan Teori”dalam Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan. Jakarta: LP3ES.

Jurdi, S. (50-51). Ilmu Sosial, Budaya Intelektual dan Semangat Kenabian : Telaah Perkembangan Ilmu Sosial Nusantara. The Jurnal Of Society and Media , 2017.

Kuntowijoyo. (1991). Paradigma Islam. Bandung : Mizan.

Kuntowijoyo. (2001). Muslim Tanpa Masjid. Bandung: Mizan.

Kuntowijoyo. (2003). Islam Sebagai Ilmu: Epistimologi, Metolodologi, dan Etika .

Yogyakarta: Tiara Wacana.

Nasiwan. (2014). Filsafat Ilmu Sosial Menuju Ilmu Sosial Profetik. Yogyakarta: fistrans Institute CV Primaprint.

Nasiwan, Y. S. (2016). Seri Teori-Teori Sosial Indonesia. Yogyakarta: UNY Press.

Nasiwan, Y. S. (2016). Seri Teori-Teori Sosial Indonesia. Yogyakarta: UNY Press.

Soemardjan, S. (1981). Perubahan Sosial di Yogyakarta. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Zed, M. (2014). Kontruksi Historis Ilmu SosialIindonesia dalam Perspektif Komparatif Menggali Ilmu Sosial Bercorak Keindonesiaan. www.academia.edu, 7.

(27)
(28)

Referensi

Dokumen terkait

Keyword: Myocardial performance index (Tei index) -- Pulmonary arterial hypertension -- Right ventricular function -- Atrial septal

APLIKASI KARAKTER MONSTER DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK CROCHET PADA PRODUK TAS REMAJA PUTRI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Tas ini berbentuk sederhana dan simpel hanya ditambahkan dengan boneka-boneka monster, warna-warna yang dipilih juga warna-warna yang cerah sehingga cocok digunakan untuk

Adam, W. Boneka & Aksesori Rajut Anak. Jakarta: Kriya Pustaka. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia. Warna: Teori dan Kreativitas Penggunaannya.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Struktur Organisasi Penguatan kelembagaan Pemerintah Kampung Tualang Baro telah terbentuk dan berjalan sesuai dengan Qanun Kabupaten Aceh

[r]

DAFTAR LAPORAN ANALISA KATEGORI KASUS BERDASARKAN DIPA BULAN AGUSTUS TAHUN 2017 PADA SAT RESKRIM POLRES LOMBOK TENGAH. NO BULAN JUMLAH / ANGGARAN SISA ANGGARAN

Menurut Gelinas, Oram, dan Wiggins (1990) dalam Abdul Kadir (2003:11), sistem informasi adalah suatu sistem buatan manusia yang secara umum terdiri atas sekumpulan