BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedirgantaraan merupakan bidang yang berkaitan dengan ruang di sekeliling dan melingkupi bumi yang terdiri atas ruang udara dan antariksa. Bidang kedirgantaraan dapat dikaitkan dengan dunia penerbangan dan militer. Sampai saat ini, penelitian dalam bidang kedirgantaraan hanya terbatas pada riset mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang teknologi kedirgantaraan. Penelitian mengenai bahasa atau kosakata yang digunakan dalam bidang kedirgantaraan belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas pemakaian kosakata atau leksikon dalam register kedirgantaraan.
Sebagai register, bidang kedirgantaraan memiliki istilah-istilah khusus yang hanya digunakan dalam bidang kedirgantaraan. Istilah-istilah tersebut memiliki bentuk-bentuk gramatikal yang terbentuk-bentuk melalui proses-proses lingual. Berikut ini contoh data leksikon dalam register kedirgantaraan.
(1) Hujan yang menerpa kanopi masih cukup keras sehingga aku belum dapat melihat landasan, hanya sosok Hercules yang anggun dan besar yang aku lihat (Angkasa, 2009 No.7 hal. 75).
(2) Typhoon dilengkapi dengan dua buah sayap canard di bagian depan untuk menghasilkan tingkat kelincahan yang tinggi (Angkasa, 2005 No.6 hal. 6).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana bentuk-bentuk satuan gramatikal leksikon dalam register kedirgantaraan?
2. Bagaimana relasi makna, medan makna dan perubahan makna dalam register kedirgantaraan?
3. Bagaimana campur kode dalam bidang kedirgantaraan?
1.3 Tujuan
Tujuan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk satuan gramatikal dalam register kedirgantaraan.
2. Mendeskripsikan relasi makana, medan makana, dan perubahan makana dalam register bidang kedirgantaraan.
3. Mendeskripsikan campur kode dalam bidang kedirgantaraan.
1.4 Ruang Lingkup
Secara keseluruhan, penelitian ini membahas leksikon/pembendaharaan kata dalam register kedirgantaraan. Pembahasan mengenai leksikon dalam register kedirgantraan melingkupi bentuk-bentuk lingual, relasi makna, medan makna, perubahan makna, dan campur kode dalam register kedirgantaraan.
1.5 Tinjauan Pustaka
Suryati, (2009) dalam skripsinya “Leksikon Register Fotografi” mengungkapkan bentuk-bentuk lingual, klasifikasi leksikon, relasi makna, medan makna, dan perubahan makna dalam register bidang fotografi. Selain itu, ia juga menjelaskan campur kode yang terjadi dalam register fotografi. Penelitian mengenai register juga dilakukan oleh Listiarini (2009) dalam skripsinya “Register Seks sebagai Variasai Bahasa: Studi Kasus Majalah Femina dan Kartini”. Listiarini mendeskripsikan bentuk-bentuk kebahasaan dan makna register seks, mengklasifikasikan istilah bahasa asing dalam register seks beserta alasan pemakaiannya dan mengungkapkan bentuk campur kode dalam konsultasi seks. Dalam penelitiannya, Listriani menggunakan majalah Kartini dan Femina sebagai bahan penelitian.
Dari penelitian diatas, terlihat bahwa penelitian mengenai register telah banyak dilakukan. Namun, penelitian mengenai leksikon dalam bidang kedirgantaraan belum pernah dilakukkan Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian mengenai leksikon yang digunakan dalam suatu register.
1.6 Landasan Teori
Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Bahasa merupakan sebuah sistem yang terbentuk dari sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan (Chaer, 2004:11). Variasi bahasa timbul karena para penuturnya yang homogen dan karena kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh penutur sangat beragam. Abdul Chaer membagi variasi bahasa berdasarkan empat segi, yaitu variasi bahasa dari segi penutur, segi pemakaian, segi keformalan, dan variasi bahasa dari segi sarana. Variasi bahasa yang dilihat dari segi pemakaiannya menyangkut pemakaian bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang tertentu. Variasi bahasa berdasarkan fungsi ini lazim disebut dengan register (Chaer, 2004: 68--69).
yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk kata serta pengaruh perubahan struktur kata terhadap golongan dan arti kata (Ramlan, 1978:2).
Menurut Kridalaksana (2008), semantik merupakan sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam sauatu bahasa atau bahasa pada umumnya. Karena objek dalam penelitian ini berupa kata, maka jenis semantiknya adalah semantik leksikal. Dalam semantik leksikal, istilah yang biasa digunakan untuk tanda linguistik adalah leksem. Leksem merupakan istilah yang lazim digunakan dalam studi semantik untuk menyebut satuan kebahasaan yang memiliki makna (Chaer, 2002:8).
Dalam sebuah leksem, dimungkinkan terdapat relasi makna, medan makna, dan perubahan makna. Relasi makna merupakan hubungan semantik yang terdapat diantara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lainnya. Satuan bahasa ini dapat berupa kata, frasa, maupun kalimat. (Chaer, 1994:297). Perubahan makna adalah perubahan yang terjadi pada satuan ujaran yang terjadi secara diakronis dan dimungkinkan terjadi dalam waktu yang relatif lama (Chaer, 1994: 310--311). Perubahan makna dapat terjadi akibat perubahan lingkungan, pertukaran tanggapan indera, gabungan leksem atau kata, tanggapan pemakai bahasa, asosiasi, dan perubahan makna akibat perubahan bentuk (Pateda, 2001:160--182). Medan makna merupakan seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan karena menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu (Chaer, 1994:316).
Sosiolinguistik merupakan cabang linguistik yang mempelajari hubungan dan saling pengaruh antara perilaku bahasa dan perilaku sosial (Kridalaksana, 2008:225). Menurut Wardhaugh, campur kode (code-mixing) terjadi ketika penutur menggunakan dua bahasa secara bersamaan dengan cara berubah dari satu bahasa ke bahasa lain dalam satu tuturan/ucapan (Wardhaugh, 1988:103).
1.7 Metode Penelitian
2010, majalah Angkasa No. 7 terbit April 2009, majalah Angkasa No. 6 terbit Maret 2009, majalah Angkasa No. 10 terbit Juli 2005, dan majalah Angkasa No. 6 terbit Maret 2005. Populasi data sebanyak 133 dengan jumlah istilah sebanyak 163.
Pada tahap analisis data, digunakan metode agih dengan teknik bagi unsur dan metode padan dengan teknik translasional. Teknik bagi unsur bermanfaat untuk menentukan bagian-bagian fungsional suatu konstruksi sehingga dapat ditentukan istilah umum dan istilah khusus yang digunakan dalam register Kedirgantaraan. Hasil penerapan teknik bagi unsur langsung itu menjadi dasar bagi analisis data selanjutnya (Mastoyo, 2007:55). Dalam penggunaan metode padan dengan teknik translasional peneliti menggunakan pembandingan dengan bahasa lain diluar register kedirgantaraan. Karena sebagian besar leksikon dalam register kedirgantaraan adalah leksikon dari bahasa Inggris, bahsa lain yang dikomparasikan adalah bahasa Indonesia.