• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kemampuan Siswa Memahami Isi Cerita Melalui Metode Diskusi di Kelas VI SDN No. 2 Rano

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peningkatan Kemampuan Siswa Memahami Isi Cerita Melalui Metode Diskusi di Kelas VI SDN No. 2 Rano"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

20

Peningkatan Kemampuan Siswa Memahami Isi Cerita Melalui

Metode Diskusi di Kelas VI SDN No. 2 Rano

Norman, Efendi, Sahrudin Barasandji

Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

ABSTRAK

Norman (2016), Peningkatan Kemampuan Siswa Memahami Isi Cerita Melalui Metode Diskusi di kelas VI SDN NO.2 Rano. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Tadulako.Pembimbing (I) Efendi dan Pembimbing (II) Sahrudin Barasandji.

Permasalahan penelitian ini “Apakah melalui metode diskusi kemampuan siswa memahami isi cerita dapat meningkat di kelas VI SDN NO.2 Rano, Kecamatan Balaesang Tanjung, Kabupaten Donggala?” Tujuan Penelitian ini untuk menigkatakan kemampuan siswa memahami isi cerita melalui metode diskusi di kelas VI SDN NO.2 Rano Kecamatan Balaesang Tanjung, Kabupaten Donggala. Rancangan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus dan tiap siklus melalui empat tahap yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan Tindakan, (3) Observasi, dan (4) Refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI SDN NO.2 Rano tahun ajaran 2014/2015. Sukjek penelitian adalah 15 siswa ditambah 1 orang guru sebagai pengamat. Pada siklus pertama diperoleh kektuntasan klasikal sebesar 33,33% dan rata-rata daya serap 60%,, masih kategori belum berhasil. Oleh karena itu dilanjutkan pada siklus kedua dan hasilnya ketuntasan klasikal 100% dan rata-rata daya serap meningkat menjadi 85.33% dalam kategori baik karena presentasekeberhasilan siswa sudah tercapai. Dengan demikian tindakan selanjutnya tidak dilaksanakan lagi. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa memahami isi cerita di kelas VI SDN NO.2 Rano dapat ditingkatkan melalui metode diskusi.

Kata kunci : Memahami Isi Cerita; Metode Diskusi

I. PENDAHULUAN

Memahami isi cerita merupakan kepotensi yang harus dicapai dan dikuasai

oleh siswa sekolah dasar kelas VI. Kemampuan memahami sebuah cerita merupakan

salah satu jenis kemampuan yang sangat penting bagi siswa dalam menjalani

kehidupan sehari-hari. Pada setiap saat siapapun akan memahami berbagai informasi.

Salah satu informasi tersebut adalah cerita. Jadi, betapa pentingnya siswa memiliki

(2)

21 Pembelajaran memahami isi cerita telah peneliti lakukan secara klasikal.

Dalam pembelajaran tersebut peneliti menyuruh siswa membaca sebuah cerita yang

diambil dari buku pegangan siswa. Siswa secara perorangan ditugasi untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan antara lain mencatat tokoh cerita, alur cerita, latar cerita,

sebab-sebabb terjadinya konflik, dan ringkasan isi cerita. Hasil pembelajaran tersebut

ternyata di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal.

Hasil refleksi diperoleh data bahwa selama proses pembelajaran para siswa

banyak yang mengeluh dan munculnya rasa tidak percaya diri. Mereka sangat

kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Ini merupakan gambaran kegagalan

proses pembelajaran.

Demikian halnya di kelas VI SDN NO.2 Rano hasil belajar siswa perlu adanya

peningkatan prestasi beajar dalam hal ini memahami isi cerita. Secara keseluruhan

pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang merupakan hasil belajar merupakan wujud

prestasi yang dicapai oleh siswa. Hal ini perlu segera ditangani dengan seksama

dengan mengadakan perbaikan seperlunya karena menurut Winkel (1984)

menyebutkan bahwa prestasi adalah bukti suatu keberhasilan usaha yang dicapai.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar secara umum adalah faktor

internal dan eksternal. Faktor internal adalah merupakan faktor yang berasal dari diri

individu yang bersangkutan, antara lain jasmani (fisik) dan rohani (psikis). Sedangkan

faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu vang bersangkutan

atau sering disebut sebagai faktor lingkungan.

Sedangkan secara khusus faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa

adalah : Siswa kurang motivasi dalam belajar, media pembelajaran yang kurang

lengkap, penggunaaan media pembelajaran yang tidak tepat, siswa kurang

memperhatikan penjelasan guru, kepedulian orang tua terhadap anak di rumah kurang,

kurangnya melaksanakan percobaan dan demontrasi, sarana dan prasarana yang

kurang mendukung serta metode pembelajaran yang kurang tepat.

Dari permasalahan yang ada penggunaan metode pembelajaran merupakan

(3)

22 berdampak pada hasil belajar pada siswa. Dalam hal ini metode yang digunakan

adalah metode diskusi.

Metode diskusi dipilih dengan pertimbanngan metode ini akan membangkitkan

semangat siswa dengan cara siswa belajar dengan temannya yang merupakan tutor

sebaya. Disamping itu siswa akan terbiasa berfikir kritis, kreatif dan mampu

berpendapat sehingga dapat meningkatkan pemahamannya. Dengan meningkatnya

pemahaman maka hasil belajar juga akan meningkat. Penerapan metode ini tentunya

tidak akan berdiri sendiri, namun tetap didukung dengan metode yang lain, hanya

prioritas tetap pada metode diskusi.

Sebaliknya pembelajaran tanpa menggunakan metode pembelajaran vang tepat

maka akan berdampak pada pemahaman siswa kesulitan dalam memahami konsep

yang dipelajari. Akibatnya hasil belajar siswa mengecewakan.

Oleh karena itu dalam pembelajaran ini menggunakan metode diskusi untuk

meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan memperhatikan masalah diatas, peneliti

akan melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Kemampuan Siswa Memahami

Isi Cerita Melaui Metode Diskusi di Kelas VI SDN NO.2 Rano”.

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Untuk memperoleh pengertian belajar secara obyektif, dan lengkap maka perlu

dikemukakan beberapa pendapat dari para ahli yang telah memberikan definisi tentang

belajar. Menurut Purwanto(1990) mengatakan bahwa belajar merupakan suatu

perubahan tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah

lakuyang lebih baik, tetapi ada juga kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang

lebih buruk. Selain itu belajar juga dapat diartikan sebagai perubahan yang terjadi

karena latihan tau pengalaman.

Gagne dan din Wahyudin (2007) berpendapat bahwa seperangkat yang

mengubah sifat stimulus dari lingkungan menjadi beberapa tahap pengelohan

informasi yang diperlukan untuk memperoleh kapasitas yang baru (Margaret G. Bell).

Oleh sebab itu proses belajar selalu bertahap mulai belajar malalui tanda (signal),

(4)

23 belajar secara verbal, belajar prinsip dan belajar untuk memecahkan masalah. Hasilnya

berupa kapabilitas, baik berupa sikap, ataupun pengetahuan tertentu.

Udin S. Winataputra (2007) mengemukakan bahwa belajar tidak hanya

berkenaan dengan pengetahuan saja tetapi juga meliputi seluruh kemampuan siswa.

Sehingga belajar memusatkan kepada tiga hal, yaitu :

Pertama, belajar harus memungkinkan terjadinva perubahan perilaku pada diri

individu. Perubahan tersebut tidak hanya aspek pengetahuan atau kognitif saja tetapi

juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta ketrampilan (psikomotor).

Kedua, perubahn itu harus merupakan buah dari pengalaman. Perubahan

perilaku yang terjadi pada diri individu karena adanya interaksi antara dirinva dengan

lingkungan.

Ketiga, perubahan tersebut relatif menetap. Perubahan yang merupakan hasil

belajar relatif permanen karena diperoleh dengan cara yang wajar, lain dengan yang

diperoleh secara tidak wajar misalnva obat-obatan (dopping) dapat berubah-rubah.

Selanjutnya pengertian hasil menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1995) sesuatu

yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh usaha.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan

pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam

maupun dari luar individu kearah perubahan yang lebih baik atau vang lebih maju.

III. METODE PENELITIAN

Desain atau model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Penelitia Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam bentuk sikulus dan

direncanakan dalam dua siklus jika seandainya pada siklus pertama belum mencapai

ketuntasanyang dtentukan. Setiap siklus terdiri atas empat tahap yang mengacu pada

model Kemmis dan MC Taggart (dalam Kasbullah, K.1998) yaitu rencana tindakan,

Pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan

dilaksanakan dikelas VI SDN NO.2 Rano sedangkan yang menjadi subjek dalam

penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VI yang berjumlah 15 orang yang terdiri dari 1

(5)

24 2014/2015. Rencana penelitian tindakan kelas ini pada persiapan awal peneliti

merencanakan kegiatan dengan menyusun Rancangan Perencanaan Pembelajaran

(RPP), penetapan waktu, cara penyajian, perangkat pembelajaran yang digunakan

untuk mengukur tingkat kemampuan partisipasi siswa, menjelaskan tujuan

pembelajaran, mencantumkan alternatif tindakan yang hendak dicapai. Data dalam

penelitian ini yaitu data kualitatif dan data kuantiatif. Dimana data kualitatif adalah

peningkatan kemampuan siswa dan cara penyampaian guru dalam mengajar, dan hasil

observasi siswa dan guru. Sedangkan kuantitaif adalah hasil evaluasi belajar siswa

pada akhir tindakan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun data yang dperoleh dalam penelitian ini, yaitu berupa data hasil

observasi guru, observasi kegiatan siswa, dan hasil evaluasi belajar siswa melalui

penerapan metode diskusi. Hasil penelitian yang terdiri dari test awal, siklus I dan

siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Kegiatan Ketuntasan Belajar Klasikal (%)

Aktifitas Mengajar Guru

Aktivitas Belajar siswa (%)

Tes Awal 15, 38 % - 40 % Kurang

Siklus I 33,33 % Cukup 60 % Cukup

Siiklus II 100 % Sangat Baik 85,,33 %

Sangat Baik

Berdasarkan tabel diatas, bahwa penggunaan metode diskusi untuk mata

pelajaran Bahasa Indonesia pada materi memahami isi cerita sangat efektif untuk

meningkatkan kemampuan dan hasil belajar klasikal, aktivitas belajar siswa, dan

aktivitas mengajar guru. Hal ini dibuktikan oleh peningkatan ketuntasan belajar

klasikal sebesar 17% pada siklus I dari sebelumnya hanya 15,38% pada tes awal siswa

menjadi 33,33 % pada siklus I dan aktivitas belajar belajar siswa meningkat sebesar

20% dari sebelumnya 40% hanya pada tes awal siswa menjadi 60% pada siklus I

(6)

25 siswa yang dinilai berdasarkan 10 aspek penilaian berada dalam kategori cukup pada

siklus I. Dan hal itu mengalami peningkatan pada siklus II dimana ketuntasan belajar

klasikal sebesar 100% , aktivitas belajar siswa sebesar 85,33% sedangkan aktivitas

mengajar guru sudah berada pada kategori sangat baik.

Pembahasan

Berdasarkan penelitian kurang maksimalnya aktivitas guru maupun siswa

dalam proses belajar mengajar sangat terlihat pada peningkatan kemampuan siswa

yang dilihat pada hasil belajar siswa. Peningkatan kemampuan merupakan salah satu

ukuran berhasil atau tidaknya seseorang setelah menempuh kegiatan belajar disekolah

dengan menggunakan penilaian berupa tes. Peningkatan kemampuan mempunyai

peran penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap peningkatan

kemampuan siswa dalam upaya mencapai tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.

Peningkatan kemampuan dapat diamati setelah kegiatan pembelajaran selesai

dilakukan.

Berdasarkan penelitian yang diperoleh, dapat dikemukakan bahwa dengan

menerapkan metode diskusi bisa membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti

pembelajaran, karena bisa berani untuk berbicara, berani untuk mengajukan dan

menjawab pertanyaan. Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajaran guru seharusnya

menggunakan model pembelajaran yang bisa membuat siswa aktif, sehingga siswa

tidak hanya diam dan mendengarkan dalam mengikuti pembelajaran yang cenderung

membuat siswa menjadi bosan dan pasif.

Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I dan siklus II, aktivitas guru dan

siswa serta hasil analisis tes akhir siklus I dan II, terlihat adanya peningkatan aktivitas

belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pada siklus I, aktivitas guru

menunjukan bahwa guru kurang maksimal dalam mengorganisasikan siswa dalam

belajar, membimbing siswa belajar dan memberikan pengarahan pada siswa. Begitu

aktivitas pada siklus I dapat diketahui bahwa aspek menjawab pertanyaan yang

diajukan oleh guru, mengerjakan lembar kegiatan secara kooperatif dan membuat

kesimpulan dari materi yang diajarkan masih belum optimal dan perlu ditingkatkan,

hasil analisis tes akhir yang peroleh pada siklus I ketuntasan klasikal mencapai

(7)

26 Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus I, dapat dikatakan bahwa

penelitian ini belum berhasil karena masih ada 10 orang siswa belum tuntas yang

memperoleh nilai kurang dan 5 orang yang memperoleh nilai baik dengan nilai

rata-rata 60%, atau mendapatkan nilai 60. Hal ini disebabkan karena siswa masih terbiasa

dengan metode konvensional, yang kurang menuntut aktivitas siswa dalam kegiatan

pembelajaran sehingga siswa yang belum optimal dalam mendiskusikan lembar

kegiatan dan bekerja sama, kebanyakan siswa dalam menyimpulkan materi.

Pada saat siswa mengerjakan lembar kegiata, guru kurang merata dalam

melakukan bimbingan kepada siswa, akibatnya ada beberapa siswa yang bermain dan

tidakmenyelesaikan LKS dengan serius. Untuk mengatasi hal tersebut peneliti dan

observer saling memberi masukan agar pada siklus berikutnya guru tampil dengan

lebih baik. Guru harus berusaha memberikan bimbingan yang merata pada semua

siswa sehingga tidak ada siswa dalam diskusi yang merasa tidak diperhatikan dan

semua siswa terlibat secara aktifbaik dalam mengajukan pertanyaan, berdiskusi

maupun mengerjakan lembar kegiatan. Guru harus lebih memotivasi siswa agar lebih

berani berbicara dan mengeluarkan pendapat serta lebih baik dalam memberikan

penghargaan pada siswa dengan kinerja baik. Saat menyimpulkan materi siswa masih

bingung, hal ini terjadi karena siswa belum terbiasa untuk melakukannya. Untuk

menghindari kesalahan tersebut pada siklus berikutnnya guru harus lebih memotivasi

dan membimbing siswa untuk bisa menyimpulkan materi walaupun dengan bahasa

yang sederhana. Ini semua dapatdimaklumi karena siswa jarang mengikuti kegiatan

pembelajaran dengan metode diskusi.

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I, maka peneliti melanjutkan

tindakan kesiklus II. Pada siklus II terlihat adanya peningkatan - peningkatan dalam

kegiatan pembelajaran dibandingkan pada siklus I. Hasil observasi aktivitas guru

mengalami peningkatan. Pada lembar observasi guru siklus I skor yang diperoleh 37

(92,5%) dan skor yang dicapai pada siklus II sebesar 40 (100%). Dilihat dari

pencapaian skor tersebut, dapat diketahui bahwa pelaksanaan proses pembelajaran

yang dilakukan oleh guru sudah maksimal. Hal ini karena ada siklus I belum terbiasa

(8)

27 terbiasa mengajar dan menggunakan metode pembelajaran ini sehingga pelaksanaan

kegiatan pembelajaran berlangsung dengan baik.

Pada sikulus I diperoleh skor lember observasi siswa 23 (63,89%) dan pada

siklus II skor yang diperoleh meningkat sebesar 40 (100%). Peningkatan tersebut

dapat dilihat pada kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan vang diajukan oleh

guru, memperhatikan penjelasan materidan mampu menentukan hal-hal vang

berhubungan dengan cerita vang disampaikan, mengerjakan lembarkegiatan secara

kooperatif , dan membuat kesimpulan dari materi yang diajarkan. Hal ini karena pada

siklus I siswa masih dalam tahap penyesuaian, mereka belum terbiasa dengan metode

pembelajaran ini, apalagi saat melakukan diskusi. Sehingga kegiatan pembelajaran

tidak terlaksana dengan baik. Pada siklus II aktifitas siswa dalam mengikuti

pembelajaran sudah meningkat, karena pada siklus II siswa sudah terbiasa menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh guru, memperhatikan penjelasan materi, menentukan

hal-hal yang berhubungan dengan cerita vang disampaikan, mengerjakan lembar

kegiatan dan menyimpulkan materi yang telah diberikan. Hal ini menunjukan adanya

peningkatan kemampuan siswa dari siklus I ke siklus II.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat dikemukakan bahwa

dengan menerapkan metode diskusi bisa membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran. Karena berani untuk berbicara, berani mengajukan dan

menjawab pertanyaan. Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajaran guru seharusnya

metode pembelajaran yang bisa membuat siswa aktif, sehingga siswa tidak hanya

diam dan mendengarkan dalam mengikuti pembelajaran yang bisa membuat siswa

aktif, sehingga siswa tidak hanya diam dan mendengarkan dalam mengikuti

pembelajaran yang cenderung membuat siswa menjadi bosan dan pasif. Pelaksanaan

metode diskusi kelompok yang dilakukan secara lanjut (dalam hal ini dua siklus)

menambah ketrampilan guru dalam mengajar sehingga siswa lebih mampu meyerap

(9)

28 V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan hasil belajar siswa pada siklus I

dengan materi cerita memperoleh nilai rata-rata 60 dengan ketuntasan belajar secara

klasikal 33,33% dan hasil belajar siswa pada siklus II dengan materi pada cerita rakyat

mengalami peningkatan dengan memperoleh nilai sebesar 85,33 dan ketuntasan

belajar secara klasikal 100%. Maka dapat disimpulkan bahwa melaui metode diskusi

dapat meningkatakan kemampuan siswa dalam memahami isi cerita di kelas VI SDN

No.2 Rano

Saran

1. Untuk melatih siswa berdiskusi, bekerjasama, terbiasa dalam menyampaikan ide

dan gagasannya, serta dapat meningkatkan kemampuannya, metode yang tepat

adalah metode diskusi

2. Metode diskusi ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk dijadikan

sebagai bahan pertimbangan dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dan

efektif khususnya untuk mengajarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia.

DAFTAR RUJUKAN

Depdikbud, (2005). Evaluasi Pendidikan. Dirjen dikdasmen, Jakarta.

Din Wahyudin. (2007). Pengantar Pendidikan. Jakarta : Universitas Terbuka.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1995). Jakarta : Balai Pustaka.

Purwanto, N. (1990). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Mulyana Sumantri dan Johan Purnama, 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV. Maulana.

Purwanto, Ngalim. (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sri Anitah, W. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka.

Winataputra, (2007). Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Universitas Terbuka

Winarno Surakhmad, (1978). Dasar dan tehnik Research, Pengantar Metodologi Ilmiah.

(10)

29 Winkel, WS, 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia TIM penyusun Kamus, (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Referensi

Dokumen terkait

Motivasi berprestasi pada mahasiswa diambil menjadi sorotan dalam penelitian ini, dengan mengacu pada rendahnya prestasi mahasiswa dan masih banyaknya mahasiswa

Integrasi penyelenggaraan pendidikan anti korupsi pada semua mata pelajaran dan kegiatan pada satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 dilaksanakan

2.3 Kajian Lepas antara Kepimpinan Distributif dengan Komitmen Guru untuk Berubah Dalam konteks pengurusan organisasi yang sentiasa mengalami perubahan akibat daripada

Pada proses pembelajaran di kelas eksperimen guru membangun keterampilan berpikir kritis siswa yang sesuai dengan salah satu dari tujuan dari model pembelajaran PBI,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan aktivitas belajar dan prestasi belajar PKn antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

menggunakan bantuan bentuan komputer dalam hal ini media video animasi untuk mempercepat pemahaman siswa pada materi. Berdasarkan uraian di atas, tujuan dari

dari narasumber, nara sumber dalam penelitian ini adalah guru bahasa.. Indonesia kelas IX SMPN 2 Karangpawitan. Wawancara yang dilakukan bersifat tertutup,

Berdasarkan data dan analisis sebaiknya perusahaan lebih mengutamakan perlunya usaha untuk mengintensifkan penagihan piutang agar tidak terjadi keterlambatan dalam