• Tidak ada hasil yang ditemukan

BEBERAPA MASALAH TENTANG KEWAJIBAN MEMBERIKAN NAFKAH TERHADAP ANAK DAN ISTERI DITINJAU DARI HUKUM ISLAM Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BEBERAPA MASALAH TENTANG KEWAJIBAN MEMBERIKAN NAFKAH TERHADAP ANAK DAN ISTERI DITINJAU DARI HUKUM ISLAM Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

BEBERAPA MASAIAH TENTANG KEWAJIBAN MEMBERIKAN NAFKAH TERHADAP ANAK DAN ISTERI DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

SKRIPSI

i b

IT.i •UNtVFic:.,

s u r. * : OLEH : RR. ISWORO UTAMI

* \

GGa- I

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

(2)

BEBERAPA MASALAH TENTANG KEWAJIBAN MEMBERIKAN NAFKAH TERHADAP ANAK DAN ISTERI DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

SKRIPSI

DIAJUKAN UNTUK MELEMGKAPI TUGAS DAN MEMENUHI SYARAT-SYARAT UNTUK MENCAPAI GELAR SARJANA HUKUM

VVW*

■UHTVF.KSiT V . M SJJJ*

OIEH

RR. ISWORO UTAKI 7277

(3)

KATA FEHGANIAR

Alhamdulillah, dengan raoa oyukur ke hadlirat Allah SWT, yang dengan rakhmad dan 'inayahNya, 8aya dapat nenyo- leoaikan akrlpsl ini oeouai dengan eyarat untuk mengakhi- ri pendidlkan dalam suatu perguruan tinggi untuk menyuoun ouatu skripoi guna melengkapi ujian oarJana lengkap.

Ucapan terima kaoih oaya oampaikan kepada Bapak Iomed Baowedan, S.H. oebagai dooen pembimbing X dan Bapak Abdoel Mutholib, S.H. oebagai dooen pembimbing II yang to- lah merelakan waktunya untuk memberikan bimbingan dan po- ngarahan hingga terouounnya skripsi ini.

Juga kepada bapak Dekan dan oemua bapak dooen bo* oerta ibu dooen Fakultao Hukum Univeroitao Airlangga Su­ rabaya, yang telah ikut berouoah payah memberikan ilmunya atau bahan-bahan ilmiah kepada Baya.

Juga kepada bapak Ketua Pengadilan Agama Surabaya beoerta aegenap otafnya yang baik langoung maupun tidak langoung telah ikut membantu oaya untuk memberikan bahon- bahan oerta keterangan-keterangan yang diperlukan.

Tidak lupa kepada ayahanda dan ibunda terointa bo- oerta adik-adik yang oaya aayangi yang tidak boean-booannya telah memberikan dorongan dan oeoangat kepada oaya hingga oelooainya okripoi oaya ini.

Akhirnya terhadap somua jaoa dan kebaikan hati yang oudah tertanam kepada oaya, boroana ini oaya panjatkan doa,

(4)

semoga Allah SWT nembalaa keb&lkan itu aenma dan dalam keridlaan Allah SWT.

Amien,

Surabaya, Aguatua 1982.

(5)

DAFTAR ISI

Relaman KATA PENGANTAR... ill DAFTAR ISI ... ... t

BAB I : FENDAHULUAN... 1

1. Permasalahan : Latar Belakang dan Ru- musannya ... 1

2. Alaean Pemllihan Judul ... 1

3. Tujuan Penuliean... . 2

4• Metodologl ... ... 3

a. Sumber D a t a ... ... 3

b. Proeedur Pongumpulan Data ... 3

c. Anallsa D a t a ... ♦ 3

5* Sistematika... ... 3

BAB II J SEDIKIT TINJAUAN TENTANG NAFKAH ... 6

1. Pengertlan nafkah ... 6

2. Kedudukan N a f k a h ... 17

3. Hilangnya N a f k a h ... ... 21

4. Dasar H u k u m ... 29

Hukum I s l a m ... 29

Undang-Undang Perkawlnan Nomor 1 Tahun 1974 ... ... 32

BAB III t BEBERAPA MASALAH TENTANG KEWAJIBAN SUAMI

(6)

1. Sejauh Manakah Kevrajiban Suami Memberi­

kan Nafkah Kepada Anak dan I s t e r i ... 35

2. Akibat Tang Timbul Blla Tidak Dipenuhinya Nafkah Anak dan leteri ... ... 43

BAB IV : KESIMPULAN DAN S A R A N ... 48

Kesimpulan... 48

Saran ... ... 49 DAFTAR BACAAN

(7)

BAB I PENDAHUUJAN

1* Permasalahan t Latar Belakang dan Rumusannya

Tang oenjadi maaalah atau pokok permasalahan dalasi penulisan ini adalah pembahasan mengenai masalah kewajiban nafkah anak dan isteri dan pembahasan di titik beratkan pada akibat-akibat yang timbul apabila tidak dipenuhinya kewajiban nafkah anak dan isteri tersebut nenurut hukum Islam*

2. Alasan Pemillhan Judul

Saya sengaja memilih judul di atas, karena psrkem- bangan eaman dewasa ini, dalam pembaharuan hukum Nasional yaitu undang-undang perkawinan nomor I tahun 1974 sesuai dengan hukum Islam mengenai kewajiban nafkah anak dan isteri.

Dalam kehidupan rumah tangga, persoalan nafkah meru- pakan persoalan yang pokok, karena nafkah ini merupakan suatu materi atau unsur di antara sekian banyaknya kewaji­ ban suami terhadap isteri dan anak-anaknya dengan eatatan, bahwa banyaknya belanja yang diwajibkan sekedar keperluan dan kebutuhan serta mengingat keadaan kekuatan yang berke- wajiban menurut adat sesuatu tempat,

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, saya ingin mem- bahae tentang sampai sejauh manakah kewajiban suami membe­ rikan nafkah kepada isteri dan anak-anaknya dan bagaimana­ kah apabila suami melalaikan atau dengan sengaja tidak

(8)

lakoanakan kewajlban tersebut*

Demikianlah kiranya yang menarik perhatian oeya untuk memilih Judul ini, karena dl dalam masyarakat na-

sih saja soring terdapat pelanggaran mengenai kewajlban nafkah isteri dan anak-anaknya, meakipun kewajlban ter- aebut sudah diketahui umum.

3* Tu.juan Penullaan

Tujuan penulisan skripei ini adalah:

a* untuk melengkapi tugaa-tugao dan guna memenuhi oyarat- eyarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakul-

taa Hukum Universitaa Airlangga, yaitu tempat oaya menoari ilmu;

b. memberikan aedikit gambaran tentang masalah kewajlban seorang suami, aalah satu di antaranya yaitu tentang kewajlban pemberian nafkah isteri dan anak*

Dengan oedikit bekal pengetahuan yang saya miliki baik yang aaya peroleh dari perkuliahan dl Fakultaa Hu­ kum Univeraitas Airlangga oolama ini, ditambah dengan ba- caan-bacaan lain yang berupa litoratur perpustakaon, so­ ya mencoba menyusun okrlpsi ini dengan tujuan untuk lkut

Berta memperdalam pengetahuan dan pengembangan ilmu di bldong hukum Islam, yaitu dalaa masalah nafkah•

(9)

4* Metodologl

Metodologi yang saya gunakan ialah:

a. cumber data. Data yang dipergunakan untuk menyuuun oKrlp- si ini diperoleh dari bahan kuliah, buku-buku, pendapat- pendapat eerta keterangan-keterangan dari beberapa oar- Jana yang bertalian dengan pokok permasalahan dan bacaan- baoaan yang tersedia di perpustakaan;

b« proaedur pengumpulan data. Sebagai bahan yang dipergu­ nakan untuk menyusun okripsi ini, ialah data yang oa­ ya peroleh melalui studi kepuotakaan, praktek pengadi-

lan agama dan pengamatan dalam praktek.

Studi kepustakaan ini merupakan pengumpulan data dengan jalan membaca literatur-literatur yang ada hu- bungannya dengan judul skripsi. Praktek pengadilan aga­ ma merupakan suatu keputusan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap, sedangkan pengamatan data dalam prak­

tek merupakan kenyataan yang ada dalam masyarakat;

o. analiea data. Dalam analioa data, saya mempergunakan co- tode komperatif dan analitio, yaitu dengan membaca dan mempelajari uraian-uraian dan pandangan-pandangan dari para earjana maupun Undang-undang Perkawinan nomor 1 tahun 1974 dengan peraturan pelaksanaannya, yaitu pcra- turan pemerintah nomor 9 tahun 1975. Kemudian saya con- ooba menganalisa dari segi yuridisnya terhadap masalch yang timbul dalam pelaksanaan atau penerapannya.

(10)

s \

Untuk memudahkan ptemkahasan dalam penulisan ini, maka setiap masalah akan saya uraikan dalam bab demi bab secara terperlnoi dan sallng berhubungan, oehingga meru- pakan suatu pembahasan yang sistematis.

Dalam bab I merupakan ouatu pendahuluan yang nemu- at ganbaran yang menyeluruh isl skripsi ini sebelum mema- suki materi selanjutnya. Oleh karona itu sudah pada tenpat- nya, apabila pendahuluan ini saya letakkan pada bab I di samping itu dalam hal ini menguraikan tentang latar bela- kang perraasalahan, alasan pemilihan judul, tujuan penuli-san okripsi ini Berta metodologi pembahasan yang dipergu-nakan dan diakhiri dengan sistematika,

Dalam bab II akan saya kemukakan sedlkit tinjauon tentang nafkah, yaitu:

1* pengertian nafkah; 2. kedudukan nafkah;

3* hilangnya nafkah;

4. daoar hukum.

Dalam bab III dibahas boberapa masalah tentang kowa- jiban suami memberikan nafkah terhadap anak dan isteri. Un­ tuk ini harus diketahui:

1. oojauh mana kewajiban suami memberikan nafkah kepada anak dan isterinya;

2. okibat yang timbul bile tidak dipenuhinya nafkah anak dan isteri*

(11)

kesimpulan dan saran,

(12)

SEDIKIT TINJAUAN TENTANG NAFKAH

1. Pengertian Nafkah

Ada beberapa pendapat tentang pengertian nafkah atau belanja. Menurut Sayid Sabiq yang dimaksud dengan nafkah dl sini adalah: "Menycdiakan secara cukup apa juga yang dlbutuhkan oleh isteri, baik berupa makanan maupun pakaian, tempat kediaman, pelayanan dan obat-obatan, bah- kan walau leteri itu seseorang yang mampu sekalipun."*

Menurut Sulaiman RasyIdf yang dimaksud dengan naf­ kah atau belanja adalah: "Seraua hajat dan keperluan yang berlaku menurut keadaan dan tempat, seperti makanan,

pa-2 kaian, rumah dan sobagainya.H

Sedangkan menurut Undang-undang Perkavinan nomor 1 tahun 1974 tidak dijelaskan tentang pengertian nafkah. To- tapi Undang-undang Ferkawinan nomor 1 hanya mengatur ten­ tang kewajiban nafkah ouami kepada isteri dan anak-anaknya.

Meskipun ada beberapa pendapat tentang pengertian nafkah, akan tetapi maksudnya adalah sama, yaitu untuk con- cari eeouatu guna memenuhi kebutuhan hidup. Tetapi tidak

BAB II

Sayid Sabiq, Flqh Sunnah, Seluk Beluk Perkavinan Dalam Islam, Jilid I, Alifi iJahasa 6leh Mahyuddin Syaf, Aran, Bandung, h. 247.

2Sulaiman Rasyid, Floh Islam, eet. XVII, Attahiri- yah, Jakarta, 1976, h. 398.

(13)

berartl hidup yang oerba oementara ini hanya untuk menda- patkan nafkah atau memupuk kekayaan belaka, akan tetapl nafkah hanya aebagai alat soseorang untuk dapat berbakti kepada Tuhan*

Oleh karena perooalan nafkah ini tidak dapat dipi- aahkan dari perooalan hidup dan hidup tanpa nafkah juga bukan berarti adanya seauatu keaempumaan hidup, maka naf­ kah harus didapat dan diperoleh dengan jalan uaaha, halal, kemudian dinafkahkan atau dibelanjakan kepada siapa Baja yang berhak menerimanya dari orang yang berkewajiban acn- berinya, Berbicara mengenai nafkah, maka tidak dapat tor- lepao dari aebab-aebab mewajibkan nafkah.

Sebab-sebab mewajibkan nafkah menurut Sulaiman Ra- ayid ada tiga yaitu;

a. dengan aebab turunan yakni, sudah menjadl kewajiban ba- pak atau ibu, kalau bapak tidak ada, untuk memberi belan-

(14)

dunia dengan oebaik-baiknya*"^ (Surat Luqtnan 15)* Cara bergaul ltu amat banyak, ringkasnya berjaga-Jaga torhadap kemungkinan mendapat keoakitan atau keouoahan dan menolong keduanya dalam segala keperluan.

Sepertl halnya dalam hukum Islam, maka Undang-un-dang Perkawinan nomor 1 tahun 1974 juga mengatur hubu-ngan timbal ballk antara orang tua dan anak, yaitu hak dan kewajlban antara orang tua dan anak yang dlatur mulai paoal 45 oampai dengan pasal 49. Tetapi aosuai dengan Judul yang ada, maka dalam okripoi ini hanya torbataa pada pasal 45 oaja dan yang akan dluralkan pada bab teroendiri, yaitu bab III j

b. dongan oebab porkavinan yaknl, diwajibkan atoo ouami memborl belanja kopada lotorlnya yang taat, balk maka* nan atau pakaian, maupun tempat kediaman dan porkakao rumah tangga dan lain-lain menurut keadaan di tompat caaing-m&sing dan kemampuan ouami. Salah satu sabda Eaoulullah SAW :

Takutlah kepada Allah dalam uruoan perempuan, sosung** guhnya kami mengambil moroka dengan kepercayaan Allah dan halal bagimu menoampuri nereka dengan kalimat Allah dan diwajibkan atas kamu (ouami) member! nafkah dan pakaian kepada mereka (ioteri-isteri) dengan-ca- ra yang oebaik-baiknya (pantas). Riwayat Muolim.

Keterangan hadith tersebut oudah terang movajibkan ouami untuk member! nafkah kepada ioterinya dengan

(15)

baiknya atau yang pantaa. Begitu juga seorang Iateri ha- rus taat kepada suamlnya. Firman Allah SWT dalam curat A1 Baqaroh ayat 228 mengatakan : fHak (nafkah) laterl yang dapat diterimanya dari suamlnya eeimbang dengan

kewajiban-c

nya terhadap suamlnya Itu dengan balk Bari keterangan di atao, jelaslah dengan aebab perkawinan meninbulkan hak dan kewajlban antara suami dan laterl* Suami haruo meobe- rl nafkah kepada isteri dan isteri harus taat kepada su- aminya memegang fungoi rumah tangga suamlnya*

Mengonai nafkah dengan aebab perkawinan ini, dalan Undang-undang Perkawinan nomor 1 tahun 1974 diatur dalan pasal 34» yang mengatakan bahwa :

1* Suami wajib melindungi iaterlnya dan memberikan cc- gala aeauatu keperluan hidup berumah tangga aoouoi dengan kemampuannya.

2. Iateri wajib aengatur urusan rumah tangga sebaik- baiknya*

3* Jlka suami atau Isteri melalaikan kewajibannya, m k a masing-maaing dapat mengajukan gugatan kepada Pcnga- dllan.6

Dengan mellhat ial paaal teraobut dl ataa, maka jo- laalah adanya hak dan adanya kowajiban antara auami dan io- teri. Suami berkewajiban member! nafkah kepada Isterinya oo- ouai dengan kemampuannya, aedangkan iateri berkewajiban taat kepada auami9 mengatur segala aeauatu yang berhubungan dengan

5Ibid.

(16)

runah tangga;

o. dengan eobab ailik, yakni aeaeorang yang meopunyai bi- natang, maka wajib ataonya untuk memberi makanan bine- tang itu dan vajib menjaganya jangan eaapai dibori be- ban yang lebih dari semeotinya. Dari Ibnu Umar, bahwa Nabi Muhammad SAW berkata : "Telah dlsiksa aeorang peren- puan lantaran dla memenjarakan oeekor kucing, tidak di- berinya makan dan tidak pula diberinya oinum, oehingga

7

rnatl kutring itu,"' Riwayat Bukhari dan Muslin.

Sedangkan untuk urut-urutan penerima belanja ada por- bedaan pendapat. Ada yang mendahulukan urutan ioteri dari pada anak dan ada yang mendahulukan anak dari pada isteri. Akan tetapi oebaiknya kedua-duanya oama oaja dan tidak oaling dahulu mendahuluinya.

Dengan berpokok pangkal pada keterangan teroebut di atao, maka yang penting adalah membelanjai atau memberi nafkah kepada orang-orang yang ditanggungnya. Karena dongan mengabaikan tanggung Jawab dapatlah dikatakan oeorong itu telah berbuat dosa. Untuk tidak dikatakan berbuat dooa, ca- ka perbuatan yang ditinggalkannya itu bukan trajib dan di- rfllai lobih beoar dari doaa yang lain. Mereka yang boroda dalam tanggungannya atau yang ditanggung belanjanya adalah orang yang wajib menerima nafkah dari padanya. Umpamanya, ioteri, onak-anaknya.

(17)

Ada sebuah hadlth yang artinya : ” Seseorang dapat dikatakan berdosa, karena menyia-nyiakan orang yang cen~

o

Jadi tanggungannya." (H.R.Nasaa'i). Hadlth tersebut ou- dah Jelas menunjukkan kewajlban seseorang untuk member! nafkah kepada orang yang ditanggungnya.

Menurut rlwayat Muslim, hadlth di atao berbunyi do- mikian : H Seseorang dlanggap berdooa menahan rlekl (bclan- ja) orang yang dikuasainya."^ Rlwayat NuBllm itu oeeara khusus menyangkut bolanja orang-orang yang dikuanalnya, sedangkan rlwayat Naoaa'i beroifat unum.

Di olnl perlu diketahui, bahwa tentang besarnya naf­ kah di kalangan fuquha tidak ada kocepakatan pendapat. TJku-ran besarnya nafkah untuk iotori, apakah dillhat dari koa- daan suami iateri, ataukah koadaan suoni dan loterl boroa- ma-sama. Oleh karena itu, banyaknya belanje yang diwajibkon aekodar keperluan dan kebutuhan oerta menglngat keodcon kekuatan yang berkewajiban commit adat oeouatu teopat. Do­ ngan kata lain oeeara ma*ruf, yaitu menurut kedudukan cool- al dan tlngkat kehidupan ekonooi suami dan isteri itu tidak borloblh-lebihan yang membawa kepada boban yang melebihi kesanggupan suami, Karena oyariat Islam menetapkan, bahwa nafkah Itu menurut kemampuan suami. Akan tetapl, apabila

a

Subulus Salon & Piqhuo Sunnah, Pergaulan Suami Is­ teri Menurut Hadlth Nabl SAW. DiterjemahSan oleR rioh.Tha- lib, Bine Ilmu, Surabaya, 1^73, h. 40.

(18)

suami member! lebih dari yang Hitetapkan, memang diperbo- lehkan dan tidak ada salahnya. DI dalam Undang-undang Per- kawinan nomor 1 tahun 1974 paoal 34 yang telah diuraikan di atas, juga dikatakan bahva ouami wajib nelindungl icto- rinya dan memberikan segala ooouatu keperluan hidup bor- rumah tangga sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu, apabila menentukan nafkah itu dengan sekian rupiah adalah tidak wajib.

Pendapat beberapa oashab tentang ukuran beaamya nafkah :

1, menurut Imam Syafi’i nafkah ditentukan menurut keadaan suami. Dalilnya adalah firman Allah SWT surat Ath Tha- laq ayat 7 yang artinya adalah : "Hendaklah member! nafkah orang yang Ka ya dari kekayaannya dan orang nio- k!n hendaklah member! nafkah dari apa yang diborlkan Allah kepadanya."*® Dari ayat ini teranglah, bahva naf­ kah itu ditentukan menurut keadaan suami, bukan menurut keadaan isteri. Banyaknya ialah dua cupak berao bag! ou­ ami yang kaya, aecupak berao bagl suami yang siskin don secupak setengah bag! suami yang oenengah. Dalilnya Ialah, karena nafkah itu diqiaskan kepada kaffarat ;

2. menurut Hanafl dan Malik!, nafkah Itu ditentukan menurut keadaan isteri. Dalilnya ialah kata Nabi SAW kepada

(19)

dun yang artlnya : "Ambillah (nafkah itu) oekedar nsnouku- pl engkau dan anak engkau menurut yang ma'ruf*"^ Honurut had1th lnl nudah terang, bahwa nafkah ditentukan menurut keadaan isteri dan bukan menurut keadaan ouami. Oleh kare­ na itu menurut mashab inlv nafkah Itu tidak ditentukan ba­ nyaknya oatu atau dua cupak, melalnkan oekedar mencukupl untuk isteri dan anaknya. Batao mencukupi itu tidak oooti seeupak atau dua cupak, bahkan boleh kurang atau lebih co- nurut keadaan leteri. Begltu pula dalam firman Allah SV/T ourat Al Baqaroh ayat 233 yang artlnya : "Dan bagl orang yang akan menerima kelahlran puteranya menjadi kewajiban raenyediakan recokl dan pakaian mereka oeoara ma'ruf.Tidaklah

12

dibebani dlri Itu hanyalah oekedar kemampuannya.n Menu­ rut ourat teroebut oudah terang dan nyata, bahwa yang men­

jadl ukuran dalam nafkah itu ialah menurut yang ma'ruf dan tidak ditentukan oecupak atau dua cupak berao \

3. conurut Hanball, nafkah itu ditentukan menurut koadccn ko-dua ouami Isteri kalau koko-duanya kaya, maka wajib nafkah orang kaya. Kalau keduanya miokin, maka wajib nafkah orang nlokin. Begltu pula kalau keduanya orang menengah. Kalau oalah oeorang kaya dan yang lain miokin, maka wajib nafkah orang menengah. Alaoannya ialah menghlmpun antara kedua dalll tersebut, yaitu nafkah yang ditentukan menurut

koa-11Ibld.

(20)

daan suami dan nafkah yang dltentukan menurut keadaan io­ tori. Sedangkan banyaknya nafkah tidak ditentukon satu atau dua cupak beras, melainkan eekedar mencukupi untuk isteri dan anaknya yaitu oooara ma'ruf. Dalilnya ialah oaoa dengan mashab Hanafi dan Maliki, yaitu kata Nabi SAW kopada Hindun dan ourat A1 Baqaroh ayat 233-^

Menurut Hanafi, Maliki dan Hanbali mengqiaskan naf­ kah dengan kaffarat tentang kadarnya nafkah itu dapat di- torima, karena kaffarat itu tidak sama dengan nafkah. Ada- pun perbedaan antara kaffarat dan nafkah ialah :

a. kaffarat hanya memberikan beras saja dan tidak wajib memberikan lauk pauk. Sedangkan pada nafkah wajib juga memberikan lauk pauk ;

b« kaffarat tidak diayaratkan mencukupi orang miakin. Tor- hadap orang kaya dan miskin, banyaknya sama. Sedangkan dalam nafkah dioyaratkan mencukupi Iateri.**

Telah sepakat para ulama, bahwa suami wajib juga con- belikan pakalan, monyediakan tempat kediaman, perkakao ru- mah umpamanya tempat tidur, kain eelimut, bantal dan oobn- galnya* Juga memberikan alat-alat keberoihan umpamanya aabun, sisir, mlnyak rambut dan oebagalnya yang banyaknya atau yang menjadl ukuran adalah tidak dltentukan oleh syn- ra'» Oleh karena Itu dikemballkan menurut adat ( *uruf)

'Mahmud Yunus, loc. olt». U Ibld.. h. 104.

(21)

dalam tiap negara, yaitu oekedar mencukupl serta kepatutan menurut keadaan dan kedudukan suami isteri.

Begltu juga suami wajib menyedlakan khadan atau ponbantu untuk istorlnya, jika isteri itu tidak biaoa mengkhidmatl dirinya sendiri atau la dalam keadaan sakit. Karena demlkian itu termasuk pergaulan secara ma'ruf atau tcrmaeuk pergaulan yang balk*

Perlu diketahui, bahwa menurut Imam Syafi'i dan Hanball, suami tidak wajib membellkan obat untuk istori- nya dan tiada pula wajib membayar uang untuk dokter atau untuk bersuntik. Hanya demlkian itu kewajiban atao iote-

rlnya sendiri. Tetapi menurut 'uruf (adat) negara naoa aeka- rang semuanya itu termasuk kewajiban suami. Menurut oeba- galan ulama, suami yang tidak mau membellkan obat untuk isterinya atau tidak mau membayar uang dokter, terutaoa sesudah Isteri melahlrkan anak, maka suami oeportl Itu

di-1*5

kutukl oleh masyarakat. Mongenal teapat tlnggal telah dicantumkan secara tegas dan jelas dalam ourat Ath Thalaq ayat 6 yang bunyinya ialah ;

Dan hendaklah kamu beri mereka tempat kediaman di tcn- pat tinggalmu yang sesual dongan kemanpuanmu dan jongan- lah kamu menyuoahkan mereka dengan aaksud hondak congu- sir mereka! Dan jlka mereka mongandung, maka borlloh -,6 mereka nafkah, sampai mereka melahlrkan kandungannya.

15Ibid.

(22)

Dari surat teraebut terlihat, bahwa rumah kodianan dloodlakan oleh ouami* Sungguhpun demlkian janganlah pc- nentuan tempat tlnggal oleh suami itu dapat menyusahkan leterl. Keaenangan hatl ifcteri bertempat tlnggal pada ton- pat tlnggal yang dltentukan suamlnya itu hendaklah dipor- hltungkan pula* Cara yang termudah dan terlihat nyata da­ lam menilai kesenangan hatl oi ioteri ialah dengan peraya- taan ootuju atau kurang setujunya ataa tempat tlnggal yang dipllih oleh suaminya itu* Dalam kenyataan biaaanya ioto- ri setuju, asalkan tidak menyempitkan hatl mereka. Jadl menurut hukum Islam mestinya tempat kedlaman Itu yang oe- nyediakan suami, tetapl dalan menentukannya haruslah nin- ta persetujuan si isteri*

Sedangkan menurut Undang-undang Perkawinan nomor 1 tahun 1974 raengenal tempat kedlaman ini juga diatur dalan paoal 32 yang berbunyl ;

1* Suami Isteri harus mempunyai tempat kedlaman yang totap* 2* Rumah tempat kedlaman yang dlmaksud dalam ayat (1)

pa-17 sal ini dltentukan oleh suami-Isteri bersama*

Maksud pasal ini ialah suami isteri haruslah meopu- nyal tempat kedlaman yang tetapf dl mana tempat kodianan itu dltentukan oleh suami Isteri* Jadl tidak ada keharuoan bogi isteri untuk menglkutl ouami bertempat tlnggal di tenpat kc- diaman keluarga suami ataupun sebaliknya suami menglkutl isteri untuk bertempat tlnggal dl kedlaman keluarga

iotori-17

(23)

nya.

2. Kodudukan Nafkah

Sesudah kita mengetahui tentang pengertian nafkah, maka member! nafkah atau membolanjai isteri oleh ouami itu diwajibkan oleh agama, karena oebagai aklbat dari akad nikah oecara aah, maka iatori terpaut kepada ouami dan terikat untuk melayaninya demi untuk kelangsungan hidup beraama. la hmis taat kepadanya, mengatur rumah tangga dan mengatur keperluannya, menjaga anak-anak dan mendldik putera-puterinya. Pada pokoknya ioteri wajib mengatur uru- oan rumah tangga aebaik-baiknya. Sebagai imbalannya oua­ mi harua juga memberinya nafkah dan mencukupl keperluan- nya# yakni selama mereka terlkat oleh tall perkawinan dan tidak dijumpai pendurhakaan atau sebab-sebab lain yang men- jadl penghalang bagi pemberlan nafkah atau belanja itu*

Dalam hubungan hak dan kewajiban ouami ioteri ini menurut Undang-undang Perkawinan nomor 1 tahun 1974 dlatur oecara umum pada paaal 30, yang berbunyl : "Suami ioteri me-mikul kewajiban yang luhur untuk monogakkan rumah tangga

18

(24)

kewaji-bon ouami isteri, maka hak-hak kewajlban yang lain dapat torlaksana dengan balk* Adapun bunyi pasal 33 yang dinak- oud dl atao ialah t "Suami Isteri wajib sallng cinta con- clntol, hormat menghormati, oetia don member! bantuon la- hlr batin yang satu kepada yang lain.**9

Menurut golongan Zhahiri tentang wajibnya nafkah, ialah dari ikatan perkawinan itu oendiri, sehlngga dl na- na saja dljumpal Ikatan perkawinan, wojiblah mengeluarkan nafkah.

Berdasarkan pendapat ini, tanpa mellhat oyarat- syarat yang dlkemukakan oleh para fuqoha lainnya, naka moreka memandang wajib nafkah itu terhadap gadis keoll dan isteri yang durhaka kepada suami.

Berkata Ibnu Hasmln s

Suami hendaknya sembelanjal lsterlnya, mulai oemanjak berlangsungnya akad nlkah, balk diajaknya oompur atau tidak,bahkan walau isteri itu maolh dalam ayunon so* kalipun patuh atau durhaka,kayo atau miskin, maolh cod- punyai bapa atau teloh yotim,maolh perwawan atau tolah janda,orang merdoka otau hanba oahaya.oesuai dengan kemampuannya.*&

Katanya pula s

Menurut Abu Sulalman dan para sahabatnya aorta Sufyon Toaurii Nafkah itu wajib terhadap anak kecil, nulai dllangoungkannyo akad dengannya, Sodang Hakan bln

'Utalbah tolah borfatva mengonal ooorang wonita yang teloh pergi meninggalkan suaminya dalam keadaan march, yakni ketika dltanyakan orang kepadanyai Apokah la

bor-19Ibld«

(25)

hak menerima nafkah? Maka jawabnya: "Memang!" Ulao- nya lagl : "Tak pornah dldengar ada sahabat yang oela- rang pemberian nafkah terhadap isteri yang raendurha- ka." Itu hanyalah suatu pendapat yang diriwayatkan Nakh'i, Sya'bi eerta Hanad bin Abi Sulaiman, juga da­ ri Hasan dan Zuhri. Tak ada alasan mereka mengenai itu, kecuali bahwa nafkah itu adalah oebagai imbalan dari bercarapur, Maka bila bercampur itu ditolak oleh pihak isteri, oaka ia juga ditolak untuk beroleh naf­ kah. Sekian dengan oedikit perobohan.21

Di oini terlihat, bahwa belanja kehidupan keluarga menjadi tanggung jawab ouami. Dalam pengertian belanja di oini termaouk

3

ni. Belanja dan keperluan rumah tanggo ce­

ll ari-hari. 11. Belanja pemeliharaan kehidupan anak-anak. pp

ill. Belanja oekoloh dan pendldlkan anak-anak.w

Sedangkan pormulaan wajib nafkah itu ada dua penda­ pat t

1. Sooudah akod nlkah jang oahih oebagaimana jang di- atur oleh undang-undang perkawinan di Mooir artl- kel 160, pun kata qadim dari Imam Syafi'i borpon- dapat demlkian.

2« Sooudah tamkin atau berootubuh jang pertana* Dan oelama belum ada porootubuhan oeoudah 'aqad, nafkah itu belum wajib dibajar oleh ouami. Pendapat ini adalah fatwa dari Iman Syafl'1.23

Oleh karena itu, nafkah adalah menempatl kedudukon yang oangat pentlng. Soma pentlngnya dengan peroyaratan hidup. Sepertl dltorangkan di atao, bahwa ouami wajib

rasa-21

Ibid.

22

*r*hftlib. Hukum Kekeluarnaan Indonesia. Buku I, Univerolxao Indoneola, Jakarta, 1974, h.

52.---2%

(26)

beri nafkah untuk Isteri dan anak-anaknya.

Persoalan nafkah kadang-kadang dapat membava ooco- orang raempunyai peraoaan beruntung atau bahagia dan juga kadang-kadang dapat meobawa seseorang kepada suaoana hi­ dup yang tidak puaa atau menyesal, karena tidak dapat c o e s

-nuhi kadar nafkahnya yang diharapkan. Hal ini menyebabkan soseoreng berterima kasih kepada Tuhan dan seakan-akan dia tolah mendapat anugerah yang tiada diduga-duga dari Tuhan. Demikian halnya kadang-kadang juga membuat ooco- orang menjadl kufur dan lngkar kepada Tuhan, karena horn- pannya tidak terpenuhi. Seperti pernah disabdakan oleh Nabi SAW sebagai berikut : "Kemiskinan hampir

aenjatuh-O A

kan orang menjadi kafir*"

Di sinl nyatalah, bahwa menurut Islam ceneari nafkah dan reseki yang halal adalah suatu kewajlban* Malohan con- oukupi kebutuhan keluarga, anak dan isteri adalah suatu ibadah. Jika orang sudah berusaha dan kebetulan Tuhan ceng- anugerahkan reseki itu banyak, malahan kelebihan pula, Tuhan mengetuk hatl si kaya ini untuk meobantu si miskin*

Tidak j&rang kita dapatkan dalam suatu kehidupan ru­ mah tangga yang dulunya tenteram dan tenang, karena kco- daan nafkah atau ekonomi rumah tangga yang tidak teratur,

21

(27)

maka rumah tangga itu menjadi k&oau dan eering timbul

kon-flik antara suami ioteri*

Tetapi ini bukan berarti, bahwa keadaan yang

dcni-kian halnya didapat di kalangan keluarga eeperti toroebut

di atao, namun dalam kehidupan mewahpun bisa mengakibatkan

adanya eatu kejadian dalam oebab yang berlainan. Tetapi

tidaklah terlalu berleblh-leblhan apabila diterangkan,

bahwa ioteri yang kurang pengertiannya terhadap nafkah

ouaminya, kemudlan la menjadi kufur kepada Tuhan dalam

arti tidak mensyukurl nlkmat Tuhan.

Oleh karena itu, peraoaan bahagia dan puao hanya

tor-dapat pada orang yang beriman yang oelalu tavakkal kepada

Allah. Semua kekayaan di dunia hanya oebagai alat dan per-

lengkapan hidup anugerah Tuhan kepada oetiap makhluk, ter- oerah kepada manuolanya prlbadiv menjadikannya untuk keba- hagiaan atau oebaliknya.

3. Hilangnya Nafkah

Kewajiban nafkah itu dioertai dengan oyarat-ayarat tertentu. Apabila oeouatu oyarat yang ditetapkan itu hilang, maka hal ini berarti hilanglah kewajiban itu. Huoaknya ouatu perkawinan dengan oebab thalaq, chulu', fadah atau syiqoq, dapat mengakibatkan hilangnya kewajiban nafkah*

(28)

b, ioteri n&u menyerahkan dlri atau memberikan

keoempa-ton kepada ouaminya buat menikmati dirinya I

o. ioteri tidak berkeberatan untuk pindah ke mana on jo yang

di kehendaki ouami, keouali bila dengan perjalanan itu

ouami bermakoud hendak monyuoahkan ioterinya, atau bila

ioteri tidak meraoa aman terhadap dlri atau harta

ben-danya ;

24.

d. ouami ioteri mampu untuk oelakukan hubungan oekoull*

Jika oalah oatu oyarat-oyarat tersebut tidak

torpo-nuhi, maka nafkah itu tidak wajib, Sebabnya ialah, bila akad

itu tidak sah atau batal, maka kedua ouami ioteri haruo

berpioah, demi untuk menghindarkan bahaya,

Demlkian juga, apabila ioteri tidak mau manyerahkan

dlri kepada suamlnya atau tidak memberikan keoempatan buat

mencampurinya, umpamanya la tidak mau melayani ouami dongan

jalan melakukan puaoa atau jika ioteri tidak mau dicacpuri

ouaminya di rumah yang mereka diami, oodangkan ioteri bolun

minta pindah ke rumah lain, maka dalam keadaan oepertl ini

nafkah tidak wajib. Karena ketorlkatan yang menjadi oebab

wajlbnya itu tidak ditemui. Akan tetapi, bila ioteri tolch

menintanya hanya ouaminya menolak untuk pindah dan

kecudi-an ioteri monolok untuk dlcampurinya, maka nafkah itu

tidak-lah gugur. Yang dlpakal oebagai alaoan iatidak-lah, bahwa Nabi SAW

kawln dongan Aioyah ra dan baru menggaulinya oetelah dua

(29)

tahun. Nabi SAW tidak memberinya nafkah, kecuali dari

oa-at pergaulan itu. Sedang nafkah buat maso-masa oebelumnyo

tidak dipenuhinya.

Menurut golongan Maliki serta dari mazhab golongan

Syafi*i, jika seorang istori menyerahkan dirinya kepada

ou-aminya, sedangkan ketika itu ia maaih kecil dan tidak

pa-tut dioampurinya, maka nafkah itu tidak wajib. Karena ti­

dak dijumpainya kesompatan penuh buat bergaul, hingga ti­

dak perlu mendapot imbalan berupa nafkah.

Kata mereka pula s

Ban jika isteri teloh dewasatsebaliknya suami maolh

di bawah umurfmoka pendapat yang betul ialah,bahwa

nofkah wajib,karena dari plhak Isteri diperoleh

ko-mungkinan hanya dari ouamllah terdapatnya holangan. Maka nafkah wajib,seperti halnya bila Isteri conyo-rahkan dlri kepada ouami yang telah dewasa, tetapi ia lari dari isterinya itu.25

Sedangkan fatwa dari golongan Hanafi laloh t

Jika seorang suami membawa istorinya yang maolh kooil

tlnggal di rumahnya dan dia dl oona oebagal ponghi-buraya,maka ia berhak menerlma nafkah,karena kerelaan

ouami menerlma Ikatan torbatao dari isterinya, Totapi

bila tidak dltahaninya di rumahnya, maka tidaklah wa­ jib nafkah.26

Ini cdaloh mashab Abu Yuouf. Adapun mashab Abu

Ha-nifah don Muhammad, oamo dongan machab golongan Syofl'i,

korona keterikatan loteri itu ooperti tidak ada, oehingga

tidak menghontarkon kepada tujuan perkawinan, maka tidak

tra-jib nafkah. Bila loteri beroedla menyerahkan dirinya, totapi

(30)

ia dalam keadaan oakit, hingga tidak dapat dicarapurinya

oleh ouaminya, maka la wajib menerima nafkah. Tidak pan*

taolah, jika dari suatu pergaulan ouami isteri yang baik

dan bertentangan dengan barang ma'ruf yang dltitahkan Al­

lah SWT, jika karena oakit itu oeorang isteri haruo

kehi-langan nafkah yang menjadi haknya.

Sama dengan orang yang oakit ialah wanita yang

non-derlta cacad yang menghalanginya buat dicampurl oloh oua­

minya. Demlkian jika bila oeorang ouami yang leoah oyohwat

atau impoten atau dltlmpa ouatu penyakit yang

merintangi-nya buat bercampur dengan ioterimerintangi-nya, atau dipenjarakan ka­

rena ouatu hutang atau tlndak pidana, karena kemungklnan

hubungan ouami isteri tidak terhalang oleh flhak ioteri,

tetapi dari flhak ouami.

Walaupun hal ini tidak dapat dikatakan karena

ko-ola-olaan, tetapi karena ouami tidak dapat menggunakan hak­

nya itu. Isteri yang dipenjarakan, karena suatu tlndak pi­

dana karena hutang, atau karena la teraniaya dan bila

nl-oalnya Isteri diculik orang hingga ia terplsah dari

ouoni-nya, maka selama la diculik itu, tidak wajib nafkah. Eotapi

apabila yang memenjarakan itu adalah ouaminya oendiri ka­

rena hutang kepadanya, maka tetap wajib. Karena ouamllah

yang nenyebabkan lopaonya haknya Itu.

Jika ioteri merapunyai mata poncaharian dan porgl

untuk keperluan mata pencaharlannya Itu, kemudlan ketlka

(31)

icte-ri pindah daicte-ri rumah ouami ko rumah lain tanpa loin oua­

mi dan tlada dijumpainya alaoan-alasan keagamaan, atau bi­

la la beperglan tanpa ieinnya, begitu juga bila ia

mela-kukan ikhran tanpa peroetujuannya, maka tidak vajib nafkah.

Totapi apabila ia beperglan dan raelakukan ikhram itu atao

peroetujuannya, atau mereka pergl beroama, maka tldaklah

□ enjadi gugur nafkah itu. Karena loteri tidak keluar dari

mentaatlnya atau lepao dari pengawaoannya.

Dari hal-hal teroebut di atao, loteri tidak berhak

memperoleh nafkah, karena pihak iotorilah yang tolah

nens-abalkan hak suami buat menoampurlnya tanpa adanya alaoon

yang dibenarkan oleh agama. Totapi bila dlabaikannya itu

dioobabkan oleh oeouatu alaoan agama, maka tldaklah gugur

nafkah teroebut, mioalnya : Jika loteri dalam keadaan

oa-klt, loteri tidak mentaatl suaminya dioebabkan tempat ting-27 golnya tidak cocok dengan ketentuan agama don oeteruonya.

Sedangkan menurut Naohruddln Thaha, bahwa menurut

pondapat ahll fiqh nafkah itu bioa gugur bila :

1* loteri enggan menjorahkan dirinja dengan tak bera-laoan kopada ouaminja;

2. loteri keluar atau menlnggalkan rumah tempat ting-galnja dengan tidak idsin ouaminja;

3. loteri beperglan tanpa ouaminja dengan oeidsin oua-minja,totapi untuk kepontingan loteri itu;

4. loteri beperglan tanpa ldcin ouaninja.28

Ioterl-loterl itu boleh keluar rumah tangga, aoalkan

untuk beberapa kepentlngan yang biaoa commit adat dengan

(32)

koyakinan, bahwa ouami akan mengisinkan dongan ikhlao*

Beberapa kepentingan tadi miealnya berkunjung kepada

ko-luarga, menjenguk orang sakit atau orang yang kematian,

ko pengadilan, ke rumah eakit9 menuntut atau mendengarkan

pengetahuan yang perlu, beruoaha bertani dan berniaga.2^

Karena di Indoneola Ini pada umumnya kaum Ibu itu turut

oerta giat dalam lapangan hidup dan penghidupan, maka

ko-biaoaan di negara kita memberikan lapangan kepada meroka

atau ioteri-isteri untuk keluar rumah tangga guna bokorja,

beruoaha dan untuk uruoan yang berguna, asalkan keluar itu

Jangan menimbulkan keourigaan dan di tocapat-tempat yang

tidak dapat Benjamin keamanan nereka*

Di dalam hal-hal teroobut di atao itu oebaiknyo.

iotori-ioteri itu mominta portimbangan bagaimana oebaiknya

dibori loin atau tidak* Karona pada hakokatnya rumah tangga

itu tidak ubahnya oeperti ouatu kerajaan dalam bentuk kooil

yang dikondalikan oleh ouami ioteri* Maoing-nasing

ncmpu-nyai hak-hakf kewajiban-kewajiban dan tugao-tugao tortentu

dongan tanggung jawab dan kekuaoaan yang penuh dalam

bi-dangnya naoing-raaoing, Sebab kalau tidak demikian,

tontu-lah akan menimbulkan keadaan yang kacau balau.

Hocong naeing-naoing meopunyai tugao oendiri-oendiri.

Akan totapi kekuaoaan yang tertinggi dalam kesatuan rumah

(33)

tangga Itu terletak dl tangan kaum laki-laki atau ouami.

Seporti diaebutkan dl dalam Al Qur'an surat An Nioa1 ayat

34 yaitu : Laki-laki itu menjadi pembimbing bag! kaum

wa-nita, dlsebabkan kurnla yang leblh dilimpahkan oleh Allah

terhadap oobagaian dari pada lainnya9 begitupun karena

mereka menafkahkan eebagaian dari harta mereka.^0

Maksud ayat tersebut dengan perkataan menguruo,

me-ngandung dua pengertian ialah :

Pertama, laki-laki (auami) menguruo dan memborikan

pirn-pinon kepada ioterinja; Kedua, ouami menguruo dan

ber-tanggungdjawab terhadap koperluan-keperluan rumah tang-ganja. Dengan pengertian dan alam pemikiran Jang deoi-kian sudah oelajaknja apabila kepada ouami diborikan kekuaoaan jang leblh tinggi.31

Perlu dijelaokan leblh lanjut, bohva kekuaoaan yang

leblh tinggl dl eini tldaklah berarti ouami dapat berbuat

oewonang-wenang kopada loteri, akan totapi kekuaoaan yang

loblh tinggl ini berarti memberikan pimplnan dan bertanggung

Jawab torhadap iotori. Oleh karena itu, walaupun loteri

pcr-gi keluar itu oempunyai makoud yang balk, hendaklah

oolara-nya dengan peroetujuan ouami. Karona kewajlban loteri ialah

Qomatuhi ouami dalam hal-hal yang berhubungan antara

kedua-nya oebagal ouami iateri.

Juga meokipun ouami oebagal pimplnan terhadap loteri,

^°Sayid Sabiq, op. clt., h. 226.

y Nadimah Tandjung, Iolam dan Perkawinan, cot# IV,

(34)

keluarga dan rumah tangganya, maka kedudukannya oebagai

pimpinan tladalah memberikan hak istimewa yang lebih

ba-glnya dari pada ioterinya. Suami haruo memberikan

keboba-oan kepada ioterinya untuk belajar llmu pengetahuan yang

borguna dan bermanfaat bag! dirinya, keluarga, nuoa dan

bangoanya* Dengan demlkian ouami dan ioteri itu oama-oama

memlkul kewajiban untuk mengasuh, mendidik dan semallhara

anak-anaknya, balk mengenai pertumbuhan jaomaninya atau

rokhanl dan kecerdaoannya.

Oleh karena itu, dengan tidak dipenuhinya

syarat-oyarat tersebut di atae dapat dijadlkan alasan ouami untuk

mengadakan thalaq yang akibatnya antara lain adalah adanya

ouatu peroeraian. Karena adanya peroeraian, maka hllangloh

nafkah tersebut. Ferlu dlketahui, bahwa peroeraian

oebe-n a m y a adalah tidak dikeheoebe-ndakl oleh Allah SWT, Dalan

oa-lah oatu hadith riwayat Abu Daud dioebutkan : n Di antara

berbuatan halal jang paling diourkai Tuhan ialah

pertjo-raian.^2

Sedangkan kalau klta bandingkan dengan BW

(Burger-11 jk Wetboek), maka hal ini diatur dalam pasal 105 dan

pa-oal 107.

Bunyi pasal 105 BW ialah t

Sotiap ouami adalah kepala dalam peroatuan suami ieto-ri. Sebagal kepala wajibleh la dengan tak mengurangi

beberapa pongeoualian teratur di bawah ini, akan cambe-rl bantuan kepada letecambe-rlnya, atau menghadap untuknya

(35)

har-ta kekayaan milik pribadi ioterinya, kecuall kiranya

tontang hal ini tolah diperjanjikan oebaliknya.Ia haruo

menguruo harta kekayaan itu lakoana seorang bapak-rucah yang baik dan karenanyapun bortanggung jawab atao d o -gala kealpaan dalam ponguruoan itu.Ia tak boleh menin- dahtangankan, atau raembebani harta kekayaan tak bergo- rak milik ioterinya, tanpa peroetujuan oi iotori,33

Bunyi paoal 107 BW ialah : w Setiap ouami wajib ceno- rima diri ioterinya dalam rumah yang ia diami. Berwajiblah ia pula melindunginya dan member! padanya oegala apa yang perlu dan berpatutan dengan kedudukan dan kemampuannya*"^* Maksud paoal-paoal dalam BW teroebut, bahwa ouami adalah kopala dalam peroatuan ouami iotori. Seorang laki- laki yang telah mengikat perkawinan dengan seorang peronpu- an, ooka wajiblah ia memberi perlindungan dan memberikan akan keperluan dari pada iotorinya oeouai dengan kedudukan- nya.

Dari uraian-uraian di ataot baik menurut hukum Iolan, Undang-undang Perkawinan nomor 1 tahun 1974 naupun BW, coka ouami oebagal kepala keluarga wajiblah la memimpin runah tangga dan mellndungl ioterinya memberikan keperluannya dl antaranya adalah memberikan nafkah.

4. Daoar Hukum Hukum lolara

Hukumnya nafkah atau belanja adalah wajib, berdaoarkan

"Subekti dan Tjitrooudibio, Kitab Undang-undanjc Huhun Pordata, cet. VIII, Pradnya Paramita, Jakarta, 1976, h. 45.

(36)

Kitab (firman Allah SWT), Sunnah, Ijma'.

Mengenai landaoan wajibnya nonurut firman Allah

SWT adalah oebagai berikut s

a* Ban bagi orang yang akan menerima kelahiran puteranya

menjadi kewajiban menyedlakan reseki don pakaian

coro-ka oecara ma'ruf. Tidaklah dibebanl dlri itu hanyalah

oekedar kemampuannya. (Al Baqarah i 233).^

b. Dan hendaklah kamu memberi mereka tempat kediaman dl tempat tinggalmu yang seouai dengan kemanpuonnji dan ja-nganlah kamu menyusahkan mereka dengan nakoud hcndok menguoir mereka! Dan jika mereka nengandung, maka beri-lah mereka nafkah, oampai mereka meberi-lahlrkan kandungan-nya! (At Thalak t 6).36

c. Hendaklah orang yang berkolapangan memberi nafkah oocu-ai dengan lapangannya, oedang orang yang reeekinya tor-batao, hendaklah memberi belanja oekodar apa yang di-karuniakan Allah kepadanya. Tidaklah Allah membebanl suatu dlri, kocuali menurut apa yang telah

diberikan-Nya kepadanya. (At Thalak :

7

).37

d. Laki-laklitu nenjadipembimbing bagi kaum wnriita, dioc-babkan karunia yens lebih dilinpahhcu oloh Allah terhadap

oobagoion dari pada lainnya, bogltupun karena menafkah-kah oebagalan dari harta cerokal (An Hioa : 34).“®

Mongenai landaoan wajlbnya menurut sunnah adalah

oo-bagai borlkut :

a. dlriwayatkan oleh Muslim, bahwa Raoulullah bersabda dl

waktu Haji Wada1 3

^S ayid Sabiq, op. olt.. h. 247.

56Ibid., h. 248.

37I M d .

(37)

Hondaklah kamu bertakwa kepada Allah cengenai wanita, karena kamu mengambil mereka dengan kalinat Allah dan kamu halalkan kehormatan mereka, juga dengan kalicat Allah! Dan kamu merapunyai hak yang harue mereka penuhi, yaitu bahwa mereka tidak mengisinkan aeorangpun yang tidak kamu oukai buat menginjak ruan&an dalam dari ru-nahmu. Dan ooandainya mereka melakukannya, pukullah

no-reka tap! tidak terlalu koras. Sebaliknya mereka juga

aempunyai hak yang kamu penuhi, yaitu member! cereka cakanan dan pakaian oeeara ma'rufa*9

b. diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Aioyah ra :

bahwa Hindun binti 'Utbah berkata : " Wahai Haoulullahp Abu Sufyan adalah seorang yang bakhil. Ia tidak monbori buat keperluanku dan anakku, keouali apa yang kuasbil secara diam-diam tanpa diketahuinya." Maka ujar Nabi SAW : " Ambillah oekedar eukup untukmu dan anaknu dongan mafruf.H+°

o. dan diterima dari Mu'awiyah A1 Quoyairi ra katanya :

Saya tanyakan kepada Rasulullah SAW : " Wahai Rasulullah! Apakah hak iotori oalah ooorang dl antara kaai terhadap ouaminya?1* U j a m y a : " Yaitu memberinya makan iika kc=u makan dan memberinya pakaian jika kamu berpakaian, oorta kanu tidak memukul ouka dan tidak pula cemaki dan can^u-eil nereka, kocuali di rumah!

Mongenai landaoannya menurut Ijma', maka oebagal

di-katakan oleh Ibnu Qudamah

2

Para ahli tolah oepakat, bahwa

para ouami berkewajiban memberikan nafkah isterlnya, yaitu

jika mereka teloh ballqh, keouali torhadap ioteri-ioteri AO

(38)

Katanya pula t Dan dl oana terdapat suatu renungan,

yaitu bahwa wanlta Itu terikat kepada suami, hingga

tor-halang buat beruoaha dan mencari nafkah. Maka haruolah ia

diberl nafkah oleh ouaminya itu.*3

Sebagai perbandingan, maka dl dalam Undang-undang

Perkawinan nomor 1 tahun 1974 tentang kewajiban nafkah

ie-teri dan anak dapat dllihat dalam pasal 34*

1. Suami wajib melindungi laterinya dan memberikan

oe-gala seouatu keperluan hidup berumah tangga oeouai dengan kemampuannya*

2. Isteri wajib mengatur uruean rumah tangga

oobaik-balknya.

3* Jika ouami atau iotori melalalkan kewajibannya, cq

-sing-maoing dapat mengajukan gugatan kepada penga­ dilan.44

Sepertl yang telah diuraikan pada bab yang

tordahu-lu, caka paoal 34 ini mongandung artl adanya kewajiban

oua-ni iotori dalam kehddupan rumah tangga* Apabila oalah oatu

nolalaikan kewajibannya, maka maolng-maoing dapat mengaju­

kan gugatan ke pengadilan. Tentang akibat putuonya perkawi­

nan karena peroeraian dapat dllihat dalam paoal 41*

Paoal 41*

a. Balk ibu atau bapak totap berkewajlban memellhara

dan mendidik anak-anaknya, oemata-sata berdaoorkon kopentingan anak, bllamana ada peroellolhan cengenal

ponguaoaan anak, Pengadilan memberikan keputuoannya*

b. Bapak bertanggung jawab atas oomua biaya penolihara-an dpenolihara-an pondidikpenolihara-an ypenolihara-ang dlperoleh penolihara-anak itu, bilpenolihara-anpenolihara-ana bapak dalam kenyataan tidak dapat memenuhl kewajiban

43Ibid.

(39)

tersebut, Pengadilan dapat menentukan, bahwa ibu

ikut memikul M a y a tersebut.

c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suomi un­

tuk memberikan biaya penghidupan dan/atau aonontu-kan oesuatu kewajiban bag! bekas isteri.45

Sedangkan kewajiban orang tua untuk memelihara dan

nendidik anak-anaknya dapat dllihat dalam pasal 43*

Pasal 45.

(1). Kedua orang tua wajib memelihara dan mendldik

anak-anak mereka oebaik-baiknya.

(2). Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam cyat (1)

pasal ini borlaku sampai anak itu kawln atau da­ pat berdlrl sendiri, kewajiban mana borlaku to­ rus, meskipun perkawinan antara kedua orang tua

putus.46

Sebagal pelakoanaan seoara effektif dari

undang-undang perkawinan nomor 1 tahun 1974, ialah peraturan

pe-morlntah nomor 9 tahun 1975* Tentang kewajiban nafkah da­

pat dllihat dalam pasal 24 ayat 2, yang berbunyi :

Solaca berlangoungnya gugatan peroeraian atau poraoho-nan penggugat atau tergugat, Pengadilan dapat i

a. Monentukan nafkah yang haruo dltanggung oleh ouaol.

b. Monentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin peae-liharaan dan pendldlkan anak.

o. Monentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin torpo-liharanya borang-barang yang monjadi hak bersama ouami isteri atau barang-barang yang menjadi hak ioteri.47

Bari semua uraian tentang dasar hukum tersebut, ma­

ka torllhatlah, bahwa antara hukum Islam dan Undang-undang

45Ibld., h. 24.

*6Ibld.. h. 26.

LI

* UndanK-undang Perkawinan, Ponjelasan dan

(40)

Perkawinan nomor 1 tahun 1974 adalah aama dan tidak berbeda.

Oleh karena itu, hukum Islam khusuanya mongenai

nafkah adalah aejalan dengan perkembangan saman dalam

rangka pembaharuan hukum nasional pada dewaaa ini, yaitu

(41)

1. Sejauh Manakah Kewajlban Suami Memberikan Nafkah Kepa­

da Anak dan Isteri

Dl atae telah dikatakan, bahwa hllangnya atau

gu-gurnya nafkah karena tidak dlponuhlnya oyarot-oyarat

oo-orang isteri berhak mendapatkan nafkah. Oleh karena itu,

tidak dipenuhlnya oyarat-oyarat toroobut mengakibatkan

ru-oaknya ouatu perkawinan. Umpamanya torjadlnya thaloq,

fa-oakh dan aeterusnya.

Rusaknya suatu perkawinan dapat mengakibatkan hl­

langnya kewajlban nafkah. Memang kewajlban ouami adalah

memberikan nafkah kepada isteri dan anak-anaknya. Akan to­

tapi oanpai oejauh manakah kewajlban ouami memberikan naf­

kah kopada anak dan ioterinya ? Seouai dongan firman Allah

SWTf ourat A1 Thalak ayat 6 yang artinya :

Dan hondaklah kamu beri mereka tempat kedlaman di tom-pat tinggalnu yang oeouai dongan kemampuanmu dan Jangan-lah kamu menyuoahkan mereka dengan makoud hendak nongu-oir cereka! Dan Jika mereka mengandung, maka berllah no-roka nafkah, oanpai mereka melahirkan kandungannya.*8

Menurut ayat toroebut di atao oudah terang dan Jelao

BAB III

BEBERAPA MASALAH TENTANG KEWAJIBAN SUAMI MEMBERIKAN NAFKAH

TERHADAP ANAK DAN ISTERI

*8Sayid Sabiq, op. cit.. h. 248.

(42)

bahwa ouami yang telah menjatuhkan thalaq kepada

isteri-nya wajib memberi nafkah oelama masih dalam lddohisteri-nya.

Apabila sudah habis iddahnya, maka habislah kewajiban

member! nafkah, pakaian dan tempat kediamannya. Suami

can-borikan nafkah kepada bekao ioterinya karena ada oebabnya,

umpamanya untuk menyusukan anaknya. Ini sebagal bukti,

bahwa ouami wajib memberikan belanja atau nafkah untuk

anak-anaknya juga.

Ada lagi dalil yang membuktikan, bahwa belanja atau

nafkah itu untuk loteri dan anaknya ialah Sabda Nab! SAW

kepada Hindun, yang artinya

1

* Ambillah (nafkah itu) oe-AQ kedar mencukupi engkau dan anak engkau dengan m a fruf»”

Dalam ayat ini maka teranglah, bahwa nafkah itu untuk

is-teri dan anak-anaknya* Sedangkan kewajiban nafkah untuk

anak itu tetap berlaku meokipun isteri telah dithalaq oleh

suaminya. Bahkan bekao loteri berhak meminta upah kepada

bekao suaminya untuk menyusukan anaknya oeperti tereebut

dalam ayat di atao, Dl oini perlu diterangkan, bahwa

oya-rat-oyarat wajib nafkah untuk anak.

Bapak wajib memberi nafkah untuk anak-anaknya de­

ngan oyarat :

a. anak maeih kecll dan belum baliq ;

b. anak miskin tiada mempunyai harta oondlri untuk

nofkah-*9Mahmud Tunuo, op. clt.« h. 127.

(43)

Apabila anak itu telah baliq dan telah kuaoa

ber-uooha, maka bapak tlada wajib memberi nafkah untuk anak itu.

Begltu juga, jika anak itu mempunyai harta eendlrl untuk

nafkahnya, mesklpun ia masih kecil, maka tiada wajib bapak

menberi nafkahnya. Tentang hal ini telah aepakat ulana.

Menurut Hanafi anak yang telah dewasa, jika ia oaoih

menuntut ilmu pengetahuan, wajib bapak memberi nafkahnya.

Anak perempuan wajib diberi nafkah oleh bapaknya hingga ia

bersuami. Kecuall jika ia mampu dongan uoahanya sondiri,

oeperti menjahit, membordir dan sebagainya. Maka tiada wa­

jib bapak memberi nafkahnya.

Untuk suami yang telah menjatuhkan thalaq kepada

io-torinya berkewajiban empat perkara :

a. cemberi mut'ah atau pemberian untuk oenggembirdkan hati

kepada bekas isterinya. Umpamanya pakaian, barang-barong

atau uang. Seauai dengan firman Allah SWT yang artlnya :

" Untuk perempuan-perempuan yang dlthalaq, mut'ah

menu-rut yang ma'ruf."^ (A1 Baqorah : 24-1). Kalau kedua

be-kQo suami isteri itu bersellslh tentang k a d a m y a out'ah,

maka boloh mlnta keputusan kepada hakim, sedangkon haklo

menetapkan kada m y a itu menglngat keadaan dan kedudukan

suanl ;

b. memberi nafkah, pakaian dan tempat kedlaman untuk

(44)

habia iddahnya, maka habiolah kewajiban tersebut.

Da-oarnya firman Allah SWT, ourat At Thalaq ayat 6 yang

telah diaobutkan di atao* Menurut ayat itu auami wajib

memberi tempat kedlaman untuk isteri yang sudah ditha­

laq, sedangkan memberi makanan dan pakaian diqiaokan

kepadanya ;

o, merabayar atau melunaokan mao kawln. Kalau suami menja­

tuhkan thalaq kepada iaterinya, sedangkan maskawin

be-lum dibayar dengan tunai, maka wajiblah membayar atau

melunaakan maskawin itu ;

d. membayar nafkah untuk anak-anaknya.

Meakipun auami telah menjatuhkan thalaq kepada

iato-rinya, la wajib membayar nafkah untuk anak-anaknya, yaitu

belanja untuk pemellharaan dan keperluan pendidikan

anak-anaknya itu eekedar yang patut menurut keadaan dan

kedu-dukan ouami. Kewajiban untuk memberi nafkah anak-anak itu

tcruo-Qeneruo sampai anak-anak baliq lag! berakal aorta

52 mempunyal penghaailan#

Sedangkan apabila iateri beralkap nuayus yang

artl-nya meartl-nyangkal kewajiban terhadap auami, oebagal kewajlban

yang diharuakan oleh perkawinan, mioalnya iateri tidak mau

mengikuti panggllan auami ke dalam billk, atau ia keluar

rumah dongan eemau-maunya dengan tlada oetahu ouaminya,

(45)

pindah rumah bereama ouaminya, maka tolah oepakat ke

on-pat mashab, bahwa tiada wajib atao ouami memberi nafkah

dan tidak pula menyediakan tempat kediaman untuk ioterinya*

Akan tetapi kalau ioterinya mempunyai anak, maka kewajiban

memberi nafkah anak tetap berlaku, meokipun ioteri itu

beroikap nueyuz terhadap ouaminya.

Adapun ioteri yang memaki ouaminya atau menyakiti

hatinya tetap mendapatkan nafkah, bahwa ioteri berhak

dl-\

beri adab dan diajari dengan oebaik-baiknya* Ioteri yang

beroikap nusyus, lalu ouami tidak mau memberi nafkah kepa­

danya, kemudian ioteri itu inoyaf dan kembali dari oikap

nuoyusnya, maka wajiblah ouami memberi nafkah kepadanya

co-perti oediakala. Tentang ini telah dioepakati oleh para

ulaoa Juga.

Sokarang oelama ioteri beriddah, berlaku

ketentuan-ketontuan oebagai berikut ;

a. ioteri yang dlthalaq dengan thalaq rajU, berhak

nenda-patkan nafkah, pakaian dan tompat kediaman dari bekao

ouaminya. Ban bekao ouaminya berhak rujuk kepadanya.

Sab-da Kabi SAW oebagai berikut s n Hanya nafkah dan tenpat

kodlaoan untuk perempuan yang boleh dirujukl oleh

ouaal-n y a."^ (Rawaahul Ahmad Wannaoaali).

b. ioteri hamil yang dlthalaq dongan thalaq bain, berhak

(46)

nendapatkan nafkah dengan oegala macamnya, hlngga lahir

anaknya dengan oepakat ulama* Saauai dengan firman

Al-lah SWT dalam ourat At Thalaq. ayat 6 (

menurut Imam Syafi'i, Imam Maliki dan Hanbali, loteri

yang tidak hamil dan dithalaq bain, tiada berhak

menda-patkan nafkah, pakaian dan tempat kedlaman, Sabda Habi

SAW tentang perempuan yang dithalaq tiga yang artlnya :

n Tidak ada untuknya tempat kedlaman dan tidak pula

naf-kah.*'^ (Rawaahul Ahmad Wa Muslim).

Sedangkan menurut loam Hanafi perempuan itu berhak

mendapat nafkah juga, karona firman Allah SWT dalam cu­

rat At Thalaq ayat 6* Maka ayat-ayat itu umum, baik pe­

rempuan itu dalam iddah thalaq raj'i atau thalaq bain,

oemuanya mendapatkan tempat kedlaman, sedangkan nafkah

yang lain diqiaokan kepadanya (demikian pendapat Imam

Hanafi)* Totapi Imam Syafi'i borpendapat, bahwa ayat itu

khuouo untuk perempuan yang dalam Iddah thalaq raj1!

oa-ja, lain tidak }

tolah oepakat ulama, bahwa loteri yang dalam iddah kare­

na kematlan ouamlnya tidak berhak mendapatkan nafkah,

meoklpun la dalam keadaan hamil* Sabda Nabl SAW yang

or-tinya oebagal borlkut : " Tiada msndapatkan nafkah

(47)

Adaa Raqothanl Blsanaadi Shokheh) ;

e. oodang untuk ioteri yang dlthalaq sebelum dicampuri

tladalah berlddah oama ookall. Sebab Itu ia boleh

ka-win dengan laki-laki lain oesudah diceralkan oleh ou­

aminya. Firman Allah SWT dalam ourat Al Ahsab ayat 49

yang artlnya : " Hal orang-orang mukmln, apabila kacu

kawin dengan perempuan-perempuan mukminat, komudian ka­

mu thalaq mereka itu oebelum kamu campurl, maka tlada­

lah mereka itu b e r l d d a h. ( A l Aheab : 49).

Dari keterangan-keterangan dl atas, terang bahwa

kewajiban ouami memberi nafkah kepada ioteri dan

anak-onaknya ialah ioteri oelama woktu iddah, sedangkan kewa­

jiban memberi nafkah kepada anoknya adalah berlangoung to­

rus, oeokipun ayah dan ibunya boreera! oampal anak

teroe-but mampu berdiri sendiri. Makoudnya ialah anak terseteroe-but

telah ballq dan telah dapat beruoaha atau meoklpun anak

tersebut maelh kecil, tetapi anak itu mempunyal harta

oon-dirl untuk nafkahnya. Untuk kewajiban memberi nafkah

oo-lama ioteri iddah, ini borlaku ketentuan-ketentuan di atco*

Sobagai perbandlngan tentang kewajiban suami

nombo-rlkan nafkah untuk biaya pemeliharaan dan pendldikan untuk

anak yaitu menurut Undang-undang Perkawinan nomor 1 tahun

1974 paoal 41 dan paoal 45* Adapun paoal-paool tersebut

bor-bunyi oebagai berikut :

(48)

Akibat putuonya perkawinan karena perceraian ialah :

a. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, oemata-mata berdaoarkon kepentingan anak,bilamana ada peroelioihan mengonoi

penguaoaan anak, Pengadilan memberikan keputuoannya

b. Bapak yang bertanggung jawab atao semua biaya peco- liharaan dan pendidlkan yang diperoleh anak itu, o bllamana bapak dalam kenyataan tidak dapat memenuhi

* kewajlban teroebut, Pengadilan dapat menentukan, ^bahwft dtu, ikut memikul biaya teroebut.

o. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekao ouani un­ tuk memberikan biaya penghldupan dan/atau menentukan oeouatu kewajlban bagl bekas loteri.58

Paoal 45*

(1)« Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka eebaik-balknya.

(2)* Kewajlban orang tua yang dlmakoud dalan ayat (1) paeal ini berlaku oanpai anak itu kawin atau dapat berdiri oondlrl, kewajlban mana berlaku teruo noo- klpun perkawinan antara kedua orang tua putuo.59 Menurut paoal ini demi kepentingan anak, maka balk ibu dan bapaknya berkewajiban memelihara dan mendidiknya. Semua biaya pemellharaan dan pondidikan menjadl kewajiban bapak* Kewajiban mana borlangoung teruo oampai anak itu ka­ win atau dapat berdiri oondlrl, Apabila dalam kenyataan ba­ pak tidak dapat memenuhi kewajiban teroebut, oaka pongadilan dapat membori keputuoannya.

Sedangkan dalam BW apabila terjdl perceraian, maka oolama perkara berjalan oi iotori berhak menuntut tunjangan nafkah* Tentang tunjangan nafkah ini baru berakhir oetelah Paoal 41*

CO

(49)

meninggalnya si suami atau si isteri. Salah satu pasal

dalam BW yang mengatur hal ini di antaranya ialah paoal

213 dan pasal 227.

Bunyi pasal 213 BW ialah i

31 ioteri berhak menuntut tunjangan nafkah, yang cana, sotelah ditentukan oleh Hakim, harus dibayar oleh oi suami kepadanya selama perkara berjalan.

Apabila si Isteri tanpa loin Hakim meninggalkan runah,

yang ditunjuk baginya, maka tergantunglah pada keadaan boleh atau tidaknya la dlpooat dari segala haknya un« tuk menuntut tunjangan nafkah, bahkan sekiranya dia-lah yang menjadi penggugat, bolehdia-lah ia dinyatakan tak dapat diterima dengan tuntutannya*60

Bunyi pasal 227 BW ialah : " Kewajiban memberi tun­

jangan nafkah berakhir dengan menlnggalnya si suami atau

si ioteri***^

2. Akibat Tang Timbul Bila Tidak Dipenuhinya Nafkah Anak

dan Isteri

Sudah berkall-kall disebutkan di atas, bahwa suami

wajib memberikan nafkah kepada anak dan isterinya. Memang

nafkah buat ioteri merupakan kewajiban bagl suaminya, yakni

□ eaenuhi syarat-syarat yang telah disebutkan dulu, Jika

nafkah itu telah menjadi kowajlban ouami, karena ddanya

oebab dan oukupnya oyarat-oyaratnya, kemudlan suami cnggan

atau dengan oengaja tidak mau nemenuhinya, maka nafkah itu

menjadi hutang yang jadl tanggung jawabnya.

Kedudukannya dalam hal ini adalah seperti

hutang-hu-^°Subekti dan TJitrosudibio, op. olt,. h. 66

(50)

tang lainnya yang tidak mungkin gugur, keouali telah di*

bayar atau dlbebaakan oleh yang berpiutang (dalam hal ini

adalah isteri). Apabila seorang isteri tlnggal beroaoa

ouami, sedangkan yang mengurus perbelanjaan dan

monyedic-kan oogala keperluan seperti mamonyedic-kanan, pakaian, perumahon

dan lain-lain adalah suami, maka isteri tidak berhak lag!

menuntut nafkah karena telah dipenuhinya oleh suami Itu.

Akan tetapi apabila suami itu kikir dan tidak

cen-cukupkan keperluan isterinya atau ditinggalkannya

iotori-nya itu untuk member! nafkah dengan tidak adaiotori-nya alasan

yang dapat dlbenarkan, maka dalam hal lnl loteri dapat

atau berhak menuntut nafkah kepada suami yang menjadi ke­

wajiban nya. Baik itu berupa makanan, pakaian dan tempat

kedlaman. Sementara itu apabila pengaduan isteri itu

tor-nyata benar, maka hakim dapat membenarkan tuntutan itu dan

mengharuskan suami buat memenuhinya.

Demlkian Juga tentang nafkah yang tertahan, yaitu

apabila ouami pergi Jauh atau sukar untuk dihubunglnya,

ka-rona tidak diketahui tempatnya atau hilang tidak tentu

rlmbanya. Sedangkan suami tidak mempunyal harta atau naf­

kah isteri dan anaknya, maka isteri teroebut dapat

menga-Jukan gugatan ke pengadilan.

Ada oebuah hadlth yang menjadi dasar, bahwa nafkah

yang menjadi hak loteri yang tertahan dl tangan suaminya

tldaklah gugur. Jadl suami yang meninggalkan pergi ioteri­

(51)

me-nafkahinya atau meneeraikannya. Sebuah hadith itu ialah

yang artlnya :

Umar p e m a h berklrim ourat kepada para konandan ten-tara mengenai prajurit-prajurit yang menlnggalkan io-teri-isteri mereka, yaitu agar mereka menyuruh oembe-rlkan nafkahnya atau menceraikan* Jika mereka nonce-raikan hendaklah mengirimkan nafkah eelama mereka di-tahan. (HR Syafi'i dan Baihaqi dengan Sanad Ha s a n ).

Sedangkan hadith yang lain mengatakan : "Tidak bo­

leh membuat bahaya atau tidak boleh membalao dengan

memba-hayakan."^ Menurut hadith ini adalah lebih utama kalau

ouami menceraikan ioterinya, karena tidak dapat

nembelan-jai atau menafkahinya. Tidak memberinya nafkah dianggap

□ enimbulkan kerugian dan soma dengan membuat bahaya kepa­

da anak dan ioterinya* Sedangkan tidak dapat member! naf­

kah adalah merupakan kerugian yang lebih beoar terhadap

iotorinya, dibandingkan dari keadaan lemah syahwat yang

juga merugikan ioterinya* Dalam hal ini apabila ioteri

nin-ta cerai, dapat mengadukan ke pengadilan agar hakim

nemak-oa ouaai menceraikan atau mengieinkan isteri mengajukan

pernintaan ceral.

Jika pengadilan mengeoahkan atau suami mengloinkan

ioteri ninta cerai, hukumnya adalah fasakh bukan thalaq

dan ia tidak berhak rujuk kembali* Jika ouami menthalaq,

i

thaloqnya adalah thalaq raj'l dan ia berhak rujuk kembali

dl kemudlan hari.

Referensi

Dokumen terkait

Penambahan proses instruksional EEA ke dalam proses bisnis eLisa menjadi 77,4% mendorong pelibatan lebih konkret unit-unit internal di UGM untuk turut serta dalam pengembangan

Dalam kaitannya untuk mendorong pengaruh kepedulian terhadap NEP dan kesadaran, bukti hubungan positif antara kegiatan petualangan outdoor dan pemahaman NEP bagi siswa mengikuti

Total Mikroba yang Dapat Dikurangi pada Tahap Pemberian Air Jeruk Nipis, Perendaman. Jeruk Nipis dan Perendaman Larutan Asam Jawa Olahan Lawu Bale Formula A, B, dan

Hasil studi Framingham menunjukkan bahwa penderita dengan tekanan diastolik di atas 95 mmHg mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk terjadinya infark otak

CV IJA memiliki faktor keberhasilan, sehingga tetap stabil dan berkembang di antaranya; penawaran dan permintaan masih tinggi, pangsa pasar masih lingkup lokal

Hal ini menandakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar vitamin D plasma dengan basal metabolik indek pada penderita kanker payudara di

Pemilihan penggunaan kompos kotoran sapi dan paitan dalam usaha mencari alternatif penyedia unsur hara makro yang dibutuhkan dalam budidaya tanaman cabai keriting

Berdasarkan tersebut maka dapat dinyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari teknik Listening Team terhadap hasil belajar pada mata pelajaran IPS di kelas