Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya May be cited with reference to the source
i
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penghitungan Indeks/Indikator Kesejahteraan Rakyat (Inkesra) dapat terselesaikan dan memperoleh hasil sebagaimana diharapkan.Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada tim yang telah menyusun dan bekerja dengan penuh semangat dan konsisten sehingga publikasi Indeks/Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Lombok Barat 2013 ini dapat terselesaikan. Hasil ini merupakan terobosan kita bersama untuk mengukur sejauh mana hasil pembangunan yang telah dilaksanakan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Lombok Barat.
Hasil publikasi ini secara implementatif dapat diterapkan untuk mengukur kondisi masyarakat yang terjadi. Ke depan kita harapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu acuan dalam perencanaan kebijakan dan alat ukur hasil-hasil dari kebijakan yang telah dilaksanakan. Oleh karena ini publikasi ini perlu disosialisasikan kepada seluruh masyarakat dan jajaran pemerintahan Kabupaten Lombok Barat.
Semoga upaya kita bersama dapat memberikan kontribusi positif bagi peningkatan kesejahteraan di Lombok Barat, amin.
Gerung, November 2014
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT
Kepala,
ii
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karuniaNya publikasi “Indeks/Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013” telah berhasil diterbitkan. Publikasi ini merupakan edisi perdana yang menggambarkan kesejahteraan rakyat melalui beberapa indikator pada masing-masing bidang pembangunan. Bidang pembangunan yang dimaksud disini adalah kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, kemiskinan, perumahan dan ditambah lagi mengenai Indeks Kesejahteraan Rakyat (IKraR). Sumber data yang dipergunakan dalam publikasi ini sebagian besar berasal dari Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dengan ditambahkan beberapa data tambahan dari Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) dan data sekunder yang berasal dari kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat serta beberapa SKPD terkait.Penghargaan yang sebesar-besarnya kami berikan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya publikasi ini. Karena publikasi ini merupakan publikasi perdana maka kami menyadari sepenuhnya bahwa kekurangan masih banyak ditemukan. Untuk itu saran serta kritik membangun kami harapkan agar dimasa mendatang publikasi ini menjadi lebih baik.
Giri Menang, November 2014 BPS Kabupaten Lombok Barat
Kepala,
iii
Sambutan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Daftar Tabel v
Daftar Grafik vii
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang ………... 1
1.2 Ruang Lingkup ………... 2
1.3 Sumber Data ……… 3
1.4 Sistematika Penulisan ………... 5
KONSEP DAN DEFINISI 6 KEPENDUDUKAN 13 3.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk……….. 14
3.2 Persebaran dan Kepadatan Penduduk ………. 17
3.3 Struktur Umur ………. 20
3.4 Rasio Beban Tanggungan ………. 23
3.5 Rata-Rata Usia Perkawinan Pertama ……… 24
KESEHATAN 26 4.1 Ketersediaan Fasilitas Kesehatan ……… 27
4.2 Derajat dan Status Kesehatan Penduduk ……… 28
4.2.1. Keluhan Kesehatan ………. 28
4.2.2. Rata-Rata Lama Sakit ………. 29
4.3 Penolong Kelahiran………... 32
4.4 Angka Harapan Hidup ……… 34
PENDIDIKAN 36 5.1 Fasilitas Pendidikan ………. 37
5.2 Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan ……… 39
5.3 Partisipasi Sekolah ………... 40 5.4 Melek Huruf ……….. 42 KETENAGAKERJAAN 45 6.1 Angkatan Kerja ……… 46 6.2 TPAK dan TKK ………. 47 6.3 Tingkat Pengangguran ……….. 48 6.4 Lapangan Pekerjaan ……… 50
iv
KEMISKINAN 52
7.1 Persentase Penduduk Miskin ………. 53
7.2 Indeks Kedalaman Kemiskinan ……… 55
7.3 Indeks Keparahan Kemiskinan ………. 57
7.4 Garis Kemiskinan ……….. 58
PERUMAHAN 60 8.1 Status Penguasaan Tempat Tinggal ………... 61
8.2 Kualitas Tempat Tinggal ………... 62
8.3 Fasilitas Air Minum………... 66
8.4 Fasilitas Buang Air Besar ……….. 67
8.5 Sumber Penerangan ……… 69
INDEKS KESEJAHTERAAN RAKYAT 9.1 Dimensi IKraR……….. 73
9.1.1. Dimensi Keadilan Sosial ……….. 74
9.1.2. Dimensi Keadilan Ekonomi ……… 77
9.1.3. Dimensi Demokrasi dan Good Governance ………... 79
9.2 Indeks Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Lobar………. 82
DAFTAR PUSTAKA 85
v
Tabel 3.1. Penduduk Kabupaten Lombok Barat Menurut JenisKelamin 2010-2013 ……… 14 Tabel 3.2 Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten
Lombok Barat Menurut Kecamatan 2011-2013 ……… 15 Tabel 3.3 Luas Wilayah Kabupaten Lombok Barat Menurut
Kecamatan ……… 17 Tabel 3.4 Kepadatan Penduduk Kabupaten Lombok Barat
Menurut Kecamatan Tahun 2010-2013 ……… 18 Tabel 3.5 Penduduk Kabupaten Lombok Barat Menurut
Kelompok Umur Tahun 2012-2013……….. 21 Tabel 3.6 Rasio Beban Tanggungan Kabupaten Lombok Barat
Yahun 2010-2013 ……… 23 Tabel 4.1 Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Lombok Barat Tahun
2011-2013 ……….. 27 Tabel 4.2 Rata-rata Lama Sakit dan Persentase Mengobati Sendiri
2010 – 2013 ……… 30 Tabel 4.3 Persentase Penolong Kelahiran Pertama dan Terakhir
2010 dan 2013 ……….. 33 Tabel 5.1 Fasilitas Sekolah di Kabupaten Lombok Barat Tahun
2010………. 38
Tabel 5.2 Fasilitas Sekolah di Kabupaten Lombok Barat Tahun
2013………. 38
Tabel 5.3 Persentase Penduduk Usia 10+ Menurut Pendidikan Tertinggi yang DItamatkan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010 dan 2013 ……… 39 Tabel 5.4 APS Kabupaten Lombok Barat Menurut Tipe Daerah
tahun 2010 dan 2013 ……… 41 Tabel 5.5 APS Kabupaten Lombok Barat Menurut Jenis Kelamin
tahun 2010 dan 2013 ……… 41 Tabel 6.2 TPAK dan TKK Kabupaten Lombok Barat Tahun
2010-2013 ………. 48
Tabel 6.3 Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010-2013 ………. 50 Tabel 7.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2010-2013 ………... 54 Tabel 7.2 Garis Kemiskinan Kabupaten Lombok Barat Tahun
2010-2013 ……… 58 Tabel 8.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Status Penguasaan
Tempat Tinggal Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010 dan 2013 ……… 62
vi
Tabel 8.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Lantai TerluasKabupaten Lombok Barat Tahun 2010 dan 2013 …………. 65 Tabel 8.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai
Perkapita Kabuaten Lombok Barat Tahun 2010 dan
2013 ………. 65
Tabel 8.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 ………... 67 Tabel 8.5 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas BAB di
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010-2013 ……… 68 Tabel 8.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber
Penerangan Utama di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010-2013 ……… 70 Tabel 9.1 Indikator Dimensi Keadilan Sosial Kabupaten Lombok
Barat Tahun 2009 –2012 ……… 76 Tabel 9.2 Indikator Dimensi Keadilan Ekonomi Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2009-2012 ……….. 78 Tabel 9.3 Indikator Dimensi Demokrasi Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2009-2012 ……….. 81
Tabel 9.4 Indeks Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Lombok Barat Tahun 2009-2012 ……… 82
vii
Grafik 3.1 Penduduk Kabupaten Lombok Barat Hasil SensusPenduduk 2000 dan 2010 Menurut Kecamatan ……… 16 Grafik 3.2 Jumlah Rumah Tangga di Kabupaten Lombok Barat
Menurut Kecamatan Tahun 2012-2013 ………. 20 Grafik 3.3 Piramida Penduduk Kabupaten Lombok Barat Tahun
2013 ………. 22
Grafik 3.4 Usia Pernikahan Pertama Penduduk Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010-2013 ……….. 25 Grafik 4.1 Persentase Penduduk Dengan Keluhan Kesehatan
Tahun 2010-2013 ……… 28 Grafik 4.2 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan dalam 1 Bulan
Terakhir 2010-2013 ……….. 31 Grafik 4.3. Persentase Penduduk yang Rawat Inap dalam 1 tahun
Terakhir 2010-2013 ……….. 32 Grafik 4.4 Angka Harapan Hidup Kabupaten Lombok Barat Tahun
2007-2013 ……….. 34 Grafik 5.1 Angka Melek Huruf (Usia 10+) Kabupaten Lombok Barat
Menurut Tipe Daerah Tahun 2010 dan 2013 ………. 43 Grafik 5.2 Angka Melek Huruf (Usia 10+) Kabupaten Lombok Barat
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 dan 2013 ………….. 43 Grafik 5.3 Angka Melek Huruf (Usia 15+) Kabupaten Lombok arat
Tahun 2007-2013 ……… 44 Grafik 6.1 Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Lombok
Barat Tahun 2010 – 2013 ………. 49 Grafik 7.1 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten Lombok
Barat Tahun 2010-2013 ………. 56 Grafik 7.2 Indeks Keparahan Kemiskinan Kabupaten Lombok
Barat tahun 2010-2013 ……… 57 Grafik 8.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Atap Terluas
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 ……… 63 Grafik 8.2 Persentase Rumah TAngga Menurut Dinding Terluas
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 ……….. 64 Grafik 8.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Jarak Sumber Air ke
Penampungan Tinja di Kabupaten Lombok Barat Tahun
2013 ……… 69
Grafik 9.1 Indeks Dimensi Keadilan Sosial Kabupaten Lombok Barat Tahun 2009-2012 ……….. 77
viii
Grafik 9.2 Indeks Dimensi Keadilan Ekonomi Kabupaten LombokBarat Tahun 2009-2012 ……….. 79 Grafik 9.3 Indeks Dimensi Demokrasi Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2009-2012 ……… 81 Grafik 9.4 IKraR Kabupaten Lombok Barat Tahun 2009-2012
1
1.1. Latar Belakang
Kesejahteraan merupakan tujuan dari diselenggarakannya pembangunan, kesejahteraan sendiri apabila telah dicapai akan semakin meningkatkan kualitas pembangunan. Banyak faktor mempengaruhi terwujudnya kesejahteraan, baik sosial, ekonomi, potensi wilayah maupun budaya dan karenanya pembangunan harus dapat meliputi semua aspek tersebut. Secara nasional strategi pembangunan ditekankan pada perbaikan kualitas hidup masyarakat Indonesia dan sekaligus ditujukan pula untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang memadai. Kendatipun demikian pada pelaksanaannya, aspek ekonomi cenderung mendapatkan prioritas yang lebih besar dibandingkan aspek pembangunan manusia.
Termasuk dalam proses pembangunan adalah usaha masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya, tidak saja berupa kebutuhan fisik seperti makanan, pakaian dan perumahan, tetapi juga kebutuhan non fisik, seperti pendidikan, keamanan, hiburan, status sosial, dan kesempatan kerja. Dalam usaha mempercepat terpenuhinya kebutuhan tersebut, Pemerintah Kabupaten
2
Lombok Barat telah melaksanakan berbagai program di bidang-bidang yang strategis, seperti kesehatan, pendidikan dan perumahan. Kesemuanya itu memerlukan perencanaan sekaligus monitoring dan evaluasi yang cermat dan terarah. Hal ini penting agar dapat terlihat sejauh mana pembangunan telah berdampak dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat, sehingga dalam perogram pembangunan berikutnya dapat dilakukan perbaikan sekaligus penyempurnaan sehingga dapat lebih optimal.Data akan indikator yang mencerminkan kesejahteraan rakyat menjadi suatu alat ukur yang jelas dibutuhkan. Dengan demikian selain penyediaan barang dan jasa yang dapat meningkatkan taraf hidup seluruh masyarakat, penyediaan data yang lengkap, cermat, tepat waktu dan berkesinambungan juga merupakan faktor penunjang proses pembangunan yang sangat menentukan kemajuan selanjutnya. Indikator kesejahteraan rakyat akan memberikan gambaran mengenai dampak pembangunan bagi masyarakat. Indikator ini mencakup aspek kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, kemiskinan dan juga perumahan.
Giatnya pembangunan yang sedang diselenggarakan oleh pemerintah Kabupaten Lombok Barat belum dapat tergambar secara kualitatif tanpa dukungan data yang memadai dan terkini. Keterbandingan dengan daerah lain juga belum dapat diukur tanpa adanya data. Oleh sebab itu paparan data mengenai indikator kesejahteraan rakyat mutlak diperlukan. Informasi yang dituangkan dalam bentuk tabel dan grafis dimaksudkan agar data dapat lebih mudah dipahami.
1.2. Ruang Lingkup
Publikasi ini berisi data dan ulasan singkat mengenai berbagai variabel yang berkaitan dengan kesejahteraan penduduk dan rumah tangga di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2013. Dimensi yang akan disajikan akan dipadukan dalam beberapa bab yang meliputi indikator kependudukan,
3
kesehatan, pendidikan, angkatan kerja, fertilitas dan keluarga berencana, serta perumahan. Laporan hasil penghitungan Indeks Kesejahteraan Rakyat (IkRar) juga akan disajikan sebagai pelengkap.1.3. Sumber Data
Statistik dan indikator yang diperlukan untuk perencanaan, pemantauan dan evaluasi program pembangunan haruslah berkala sehingga bersumber dari survei tahunan. Hal ini karena adanya suatu kebutuhan untuk mengetahui perubahan setiap tahun dari pelaksanaan program yang telah disusun, dan pengaruhnya pada keadaan sosial masyarakat yang menjadi sasaran program tersebut.
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) merupakan salah satu survei yang diselenggarakan oleh BPS yang menyediakan data yang berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia. Dari survei-survei yang dilaksanakan BPS, Susenas merupakan survei yang mempunyai cakupan data sosial paling luas. Data yang dikumpulkan antara lain menyangkut bidang-bidang pendidikan, kesehatan/gizi, ketenagakerjaan, perumahan/lingkungan hidup, kriminalitas, sosial budaya, konsumsi dan pengeluaran rumah tangga, dan alat komunikasi.
Pada tahun 1992, tatkala pemerintah memerlukan informasi untuk merencanakan dan mengevaluasi kebijakan penanggulangan kemiskinan, sistem pengumpulan data Susenas diperbarui. Butir-butir data yang digunakan untuk menyusun indikator kesejahteraan rakyat dalam modul, yaitu kelompok keterangan yang dikumpulkan dalam tiga tahun sekali, ditarik ke dalam kor, yaitu kelompok keterangan yang dikumpulkan tiap tahun. Sejak itu, dalam Susenas tiap tahun tersedia perangkat data yang dapat digunakan untuk memantau taraf kesejahteraan masyarakat, merumuskan program pemerintah yang khusus ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
4
sektor-sektor tertentu dalam masyarakat, dan menganalisis dampak berbagai program peningkatan ksejahteraan penduduk.Dalam kor baru Susenas terdapat pertanyaan-pertanyaan tentang keadaan dan perilaku anggota masyarakat yang erat kaitannya dengan berbagai aspek kesejahteraan seperti apakah ia melakukan perjalanan, apakah masih sekolah, apakah mengalami gangguan kesehatan, apakah rawat jalan atau rawat inap dan lain-lain. Pertanyaan yang khusus menyangkut balita antara lain meliputi penolong kelahiran dan berapa lama disusui. Melalui kor juga dikumpulkan data tentang jenjang pendidikan, kegiatan ekonomi anggota rumah tangga, dan bagi wanita, tentang umur saat perkawinan pertama dan perilaku ber KB. Untuk keterangan rumah tangga dihimpun data mengenai keadaan dan fasilitas perumahan dan pengeluaran konsumsi rumah tangga.
Pertanyaan-pertanyaan dalam Susenas kor dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk memonitor hal-hal yang mungkin berubah tiap tahun, berguna untuk perencanaan jangka pendek, serta pertanyaan yang dapat dikaitkan dengan pertanyaan modul. Pertanyaan yang dimasukkan dalam modul diperlukan untuk menganalisis masalah yang tidak perlu dimonitor tiap tahun atau menganalisis fenomena yang ingin diintervensi pemerintah.
Data Susenas memiliki potensi yang sangat besar untuk menggambarkan kesejahteraan masyarakat. Misalnya untuk menggambarkan keadaan berbagai komponen kesejahteraan dapat disusun berbagai data agregat berupa indikator seperti tingkat partisipasi sekolah, persentase akseptor KB, rata-rata umur perkawinan pertama, rata-rata jumlah anak yang dilahirkan, persentase penduduk yang memanfaatkan fasilitas kesehatan, persentase balita yang diberi ASI, persentase rumah tangga yang memperoleh air bersih, atau mempunyai WC dengan tangki septik, dan rata-rata pengeluaran per kapita.
Survei ini juga menghimpun keterangan mengenai ketenagakerjaan, yang mencakup jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja, struktur
5
tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan, pengangguran, dan rata-rata jam kerja penduduk yang bekerja. Sebagai pelengkap indikator ketenagakerjaan, digunakan pula hasil Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Sakernas ini juga merupakan survey rutin yang dilaksakan setiap tahun oleh Badan Pusat Statistik dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai ketenagakerjaan. Sebagai bahan pelengkap, akan digunakan juga data sekunder yang berasal dari SKPD-SKPD terkait di lingkup pemeritahan Kabupaten Lombok Barat.1.4. Sistematika Penulisan
Penyajian pada publikasi ini pada intinya berupa tabel yang disertai ulasan singkat (analisa deskriptif) terhadap beberapa data dari masing-masing variabel yang ada dalam ruang lingkup penulisan. Adapun tabel-tabel yang berisikan data secara rinci akan disajikan pada bagian akhir dari publikasi (lampiran tabel rinci).
Secara garis besar data/variabel kesejahteraan rakyat dalam publikasi ini dikelompokkan menjadi enam bagian. Bagian pertama merupakan data kependudukan, mencakup antara lain jumlah penduduk menurut jenis kelamin, umur, dan status perkawinan. Bagian kedua, menyajikan kondisi kesehatan penduduk yang menyangkut keluhan kesehatan, jumlah hari sakit, penolong kelahiran balita, kondisi balita dan pemanfaatan fasilitas kesehatan. Di bagian ketiga ditampilkan kondisi pendidikan penduduk yang mencakup partisipasi sekolah, status pendidikan, tingkat pendidikan, dan melek huruf. Data bidang ketenagakerjaan ditampilkan pada bagian keempat publikasi ini, yang mencakup kegiatan utama penduduk, jam kerja, lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan, dan status pekerjaan. Gambaran mengenai fertilitas dan keluarga berencana disajikan pada bagian lima. Kemudian pada bagian keenam yang merupakan bagian akhir disajikan data perumahan.
6
Rumah Tangga dan Anggota Rumah Tangga
Rumah tangga dibedakan menjadi dua, yaitu rumah tangga biasa dan rumah tangga khusus.
a. Rumah tangga biasa adalah seorang atau sekelompok orang yang
mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus, dan biasanya makan bersama dari satu dapur. Yang dimaksud dengan makan dari satu dapur adalah mengurus kebutuhan sehari-hari bersama menjadi satu. Ada beberapa macam bentuk rumah tangga biasa, diantaranya :
1) orang yang tinggal bersama isteri dan anaknya;
2) orang yang menyewa kamar atau sebagian bangunan sensus dan mengurus makannya sendiri;
3) keluarga yang terpisah di dua bangunan sensus, tetapi makannya dari satu dapur, asal kedua bangunan sensus tersebut masih dalam satu segmen.
7
4) rumah tangga yang menerima pondokan dengan makan (indekos) yangpemondok nya kurang dari 10 orang.
5) pengurus asrama, panti asuhan, lembaga pemasyarakatan, dan sejenisnya yang tinggal sendiri maupun bersama anak, isteri serta anggota rumah tangga lainnya, makan dari satu dapur yang terpisah dari lembaga yang diurusnya.
6) masing-masing orang yang bersama-sama menyewa kamar atau sebagian bangunan sensus tetapi mengurus makannya sendiri-sendiri.
b. Rumah tangga khusus adalah
(i) orang-orang yang tinggal di asrama, tangsi, panti asuhan, lembaga pemasyarakatan, atau rumah tahanan yang pengurusan kebutuhan sehari-harinya dikelola oleh suatu yayasan atau lembaga dan,
(ii) kelompok orang yang mondok dengan makan (indekos) dan berjumlah lebih dari 10 orang.
Rumah tangga khusus tidak dicakup dalam Susenas.
Anggota rumah tangga adalah semua orang yang biasa bertempat tinggal di
suatu rumah tangga, baik yang berada di rumah pada saat pencacahan maupun sementara tidak ada. Anggota rumah tangga yang telah bepergian 6 bulan atau lebih, dan anggota rumah tangga yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan pindah/akan meninggalkan rumah 6 bulan atau lebih, tidak dianggap sebagai anggota rumah tangga.
Orang yang telah tinggal di suatu rumah tangga 6 bulan atau lebih atau yang telah tinggal di suatu rumah tangga kurang dari 6 bulan tetapi berniat menetap di rumah tangga tersebut dianggap sebagai anggota rumah tangga.
Status Perkawinan
Kawin adalah mempunyai isteri (bagi laki-laki) atau suami (bagi perempuan)
8
dicakup tidak saja mereka yang kawin sah secara hukum (adat, agama, negara dan sebagainya) tetapi juga mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami isteri.Cerai Hidup adalah berpisah sebagai suami/ isteri karena bercerai dan belum
kawin lagi. Dalam hal ini termasuk mereka yang mengaku cerai walaupun belum resmi secara hukum. Sebaliknya tidak termasuk mereka yang hanya hidup terpisah tetapi masih berstatus kawin, misalnya suami/isteri ditinggalkan oleh isteri/suami ke tempat lain karena sekolah, bekerja, mencari pekerjaan, atau untuk keperluan lain. Wanita yang mengaku belum pernah kawin tetapi pernah hamil, dianggap cerai hidup.
Cerai mati adalah ditinggal mati oleh suami (bagi perempuan) atau isterinya
(bagi laki-laki) dan pada saat pencacahan belum kawin lagi.
Kesehatan
Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang merasa terganggu oleh
kondisi kesehatan, kejiwaan, kecelakaan, atau hal lain. Seseorang yang menderita penyakit kronis dianggap mempunyai keluhan kesehatan walaupun pada waktu survei (satu bulan terakhir) yang bersangkutan tidak kambuh penyakitnya.
Pendidikan
Sekolah adalah kegiatan bersekolah di sekolah formal mulai dari pendidikan
dasar, menengah dan tinggi, termasuk pendidikan yang disetarakan.
Tidak/belum pernah sekolah adalah tidak atau belum pernah sekolah di
sekolah formal, misalnya tamat/belum tamat Taman Kanak-kanak tetapi tidak melanjutkan ke SD.
Masih bersekolah adalah sedang mengikuti pendidikan di pendidikan dasar,
menengah atau tinggi.
Tidak bersekolah lagi adalah pernah mengikuti pendidikan dasar, menengah
9
Tamat sekolah adalah menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat
terakhir suatu jenjang sekolah di sekolah negeri maupun swasta dengan mendapatkan tanda tamat/ijazah. Orang yang belum mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi tetapi telah mengikuti ujian dan lulus dianggap tamat sekolah.
Angkatan Kerja
Angkatan Kerja adalah mereka yang ber-umur 15 tahun ke atas dan selama
seminggu yang lalu sebelum survei mempunyai pekerjaan, baik bekerja maupun sementara tidak bekerja karena suatu sebab seperti menunggu panen, sedang cuti dan menunggu pekerjaan berikutnya (pekerja bebas profesional seperti dukun dan dalang). Disamping itu mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan atau mengharapkan dapat pekerjaan juga termasuk dalam kelompok angkatan kerja.
Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 15 tahun ke atas dan
selama seminggu yang lalu hanya bersekolah, mengurus rumah tangga atau lainnya, serta tidak melakukan suatu kegiatan yang dapat dimasukkan dalam kategori bekerja atau mencari pekerjaan.
Kegiatan yang terbanyak dilakukan adalah kegiatan yang menggunakan
waktu ter-banyak dibandingkan dengan kegiatan lain-nya.
Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerja-an dengan maksud memperoleh
atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan selama paling sedikit satu jam dalam seminggu terus menerus dan tidak
terputus (termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam usaha/kegiatan ekonomi).
Punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja adalah mempunyai
pekerjaan tetapi selama seminggu yang lalu tidak bekerja karena suatu sebab seperti sakit, cuti, menunggu panen dan mogok.
10
Fertilitas dan KB
Anak Lahir Hidup adalah anak yang pada waktu dilahirkan menunjukkan
tanda-tanda kehidupan walaupun mungkin hanya beberapa saat saja seperti jantung berdenyut dan menangis. Anak yang pada waktu lahir tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan disebut lahir mati.
Medis Operasi Wanita (MOW/sterilisasi wanita/tubektomi) adalah
operasi yang dilakukan pada wanita untuk mencegah terjadinya kehamilan, yaitu mengikat saluran telur agar wanita itu tidak dapat mempunyai anak lagi. Operasi untuk mengambil rahim atau indung telur kadang-kadang dilakukan karena alasan-alasan lain, bukan untuk memberikan perlindungan agar wanita tidak mempunyai anak lagi. Yang dicatat sebagai sterilisasi di sini hanya operasi yang ditujukan agar seorang wanita tidak bisa mempunyai anak lagi.
Medis Operasi Pria (MOP/sterilisasi pria/ vasektomi) adalah suatu
operasi ringan yang
dilakukan pada pria dengan maksud untuk mencegah terjadinya kehamilan pada pasangannya.
IUD (intra uterus device)/AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)/spiral
adalah alat yang dibuat dari plastik halus/tembaga, ber-ukuran kecil, berbentuk spiral, T, kipas, dan lainnya, dipasang di dalam rahim untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Suntikan KB adalah salah satu cara pencegahan kehamilan dengan jalan
menyuntikkan cairan tertentu ke dalam tubuh, misalnya satu, tiga atau enam bulan sekali (cara ini disebut juga depo provera).
Pil KB adalah pil yang diminum untuk mencegah terjadinya kehamilan. Pil ini
harus diminum secara teratur setiap hari. Orang dikatakan sedang menggunakan pil KB, apabila sejak haid terakhir, ia minum pil KB setiap hari.
Kondom/karet KB adalah alat yang terbuat dari karet, berbentuk seperti
11
isterinya/pasangannya tidak hamil. Orang dikatakan sedang menggunakan kondom apabila sejak haid terakhir pasangannya selalu menggunakan kondom waktu berkumpul, termasuk saat kumpul terakhir (jadi ia terlindung).Norplan implant/susuk KB adalah enam batang logam kecil yang
dimasukkan ke bawah kulit lengan atas untuk mencegah terjadinya kehamilan. Orang dikatakan menggunakan susuk KB apabila susuk KB terakhir dipasang ditubuhnya kurang dari 5 (lima) tahun sebelum pencacahan.
Lainnya antara lain intravag (tisue KB yang dimasukkan ke dalam vagina
sebelum kumpul).
Alat/cara tradisional antara lain pantang berkala/sistem kalender,
senggama terputus, tidak campur, jamu, urut.
Perumahan
Luas lantai adalah luas lantai yang ditempati dan digunakan untuk keperluan
hari. Bagian-bagian yang digunakan bukan untuk keperluan sehari-hari tidak dimasukkan dalam perhitungan luas lantai seperti lumbung padi, kandang ternak, lantai jemur (lamporan semen), dan ruang khusus untuk usaha (misalnya warung).
Dinding adalah sisi luas/batas dari suatu bangunan atau penyekat dengan
rumah tangga atau bangunan lain.
Atap adalah penutup bagian atas bangunan yang melindungi orang yang
mendiami dari teriknya matahari, hujan dan sebagainya. Untuk bangunan bertingkat, atap yang dimaksud adalah bagian teratas dari bangunan tersebut.
Air Leding adalah sumber air yang berasal dari air yang telah diproses
menjadi jernih sebelum dialirkan kepada konsumen melalui instalasi berupa saluran air. Sumber air ini diusahakan oleh PAM/PDAM/BPAM (Perusahaan Air Minum/Perusahaan Daerah Air Minum/Badan Pengelola Air Minum).
Air Sumur/perigi terlindung bila lingkar mulut sumur/perigi tersebut
12
sedalam 3 meter di bawah tanah dan di sekitar mulut ada lantai semen sejauh 1 meter dari lingkar mulut sumur atau perigi.Kloset/dudukan leher angsa adalah jamban/kakus yang di bawah
dudukannya terdapat saluran berbentuk huruf "U" (seperti leher angsa) dengan maksud menampung air untuk menahan agar bau tinja tidak keluar.
Plengsengan adalah jamban/kakus yang di bawah dudukannya terdapat
saluran rata yang dimiringkan ke pembuangan kotoran.
Cemplung/cubluk adalah jamban/kakus yang di bawah dudukannya tidak
ada saluran langsung ke tempat pembuangan penampungan akhir.
Lainnya adalah tidak mempunyai tempat untuk duduk/jongkok termasuk
13
Penduduk dapat menjadi nilai tambah sekaligus beban bagi pemerintah apabila tidak dapat ditangani dengan baik. Banyaknya jumlah penduduk bisa memperkuat faktor produksi dan menjadi potensi ekonomi apabila memang penduduknya berkualitas. Di sisi lain pertambahan penduduk yang tidak dapat dikendalikan akan menjadi bom waktu yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan hingga bermuara pada terhambatnya pembangunan. Masalah kesenjangan sosial, penyediaan kebutuhan pokok, pendidikan, kesehatan, ketersediaan lapangan pekerjaan bahkan hinga ke perumahan akan menjadi beberapa permasalahan yang ditimbulkan akibat penduduk.Mempertimbangkan penduduk sebagai variabel penentu pembangunan menjadi penting mengingat penduduk merupakan objek sekaligus subjek dari pembangunan. Tingginya pertumbuhan penduduk bisa menghambat upaya untuk meningkatkan kemakmuran suatu wilayah. Selain itu, sebaran penduduk yang tidak merata juga dapat menjadi permasalahan dan masih banyak lagi permasalahan yang dapat ditimbulkan. Oleh karena itu kebijakan yang berorientasi pada kependudukan perlu dibuat sebagai upaya
14
untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat dan tentu saja menunjang kesejahteraan rakyat.3.1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk memang selalu meningkat setiap tahunnya, namun peningkatan yang terkendali dan terencana akan mampu mengarahkan pembangunan menjadi lebih baik. Jika pada Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk Kabupaten Lombok Barat masih berjumlah 599.986 jiwa, maka pada tahun 2013 penduduk Lombok Barat melesat naik menjadi 620.412 jiwa. Dengan kata lain dalam empat tahun terakhir rata-rata setiap tahunnya penduduk Lombok Barat meningkat sebanyak 6.809 jiwa atau sebesar 1,12 persen per tahun.
Rasio jenis kelamin Lombok Barat dalam empat tahun terakhir juga selalu berada di bawah 100 yang artinya jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit daripada jumlah penduduk perempuan. Pengarusutamaan gender memang digadang-gadang oleh pemerintah untuk menjadi dasar dalam pengambilan kebijakan maupun penganggaran. Kondisi bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari laki-laki di Lombok Barat seharusnya
Tahun
Jumlah Penduduk Rasio
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) 2010 293,528 306,458 599,986 95.78 2011 296,680 309,364 606,044 95.90 2012 300,364 312,797 613,161 96.03 2013 303,210 317,202 620,412 95.59
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat
Tabel 3.1 Penduduk Kabupaten Lombok Barat Menurut Jenis Kelamin 2010-2013
15
dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam menyelenggarakan program berbasis gender. Kondisi kependudukan yang terjadi telah membuat kebijakan berbasis gender menjadi suatu keharusan.Kecamatan
Jumlah Penduduk Laju
Pertumbuhan SP 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) Sekotong 56.808 57.476 58.153 2,76 Lembar 44.934 45.461 45.999 1,53 Gerung 75.220 76.102 77.007 1,36 Labuapi 61.462 62.183 62.919 1,03 Kediri 54.771 55.414 56.070 0,75 Kuripan 34.400 34.804 35.215 1,33 Narmada 88.932 89.976 91.041 0,68 Lingsar 64.155 64.909 65.677 1,10 Gunungsari 79.475 80.409 81.358 2,25 Batulayar 45.887 46.427 46.974 2,71 Lombok Barat 606.044 613.161 620.412 1.49
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat
Penduduk terbesar di Lombok Barat berada di Kecamatan Narmada, namun laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Narmada hasil Sensus Penduduk 2010 merupakan yang terendah dibandingkan kecamatan lainnya yang ada di Lombok Barat. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi ada di Kecamatan Sekotong, kendatipun demikian hal ini belum mengkhawatirkan sebab Kecamatan Sekotong masih tergolong sedikit penduduknya apabila dibandingkan dengan wilayahnya yang sangat luas. Penduduk yang paling sedikit ada di Kecamatan Kuripan, namun hal ini masih tergolong wajar mengingat luas wilayah Kuripan juga merupakan yang terkecil di Lombok Barat.
Besarnya laju pertumbuhan penduduk dapat dilihat melalui jumlah penduduk sepuluh tahunan atau yang dikenal juga dengan jumlah penduduk antar sensus. Ternyata dalam dekade Kecamatan Narmada masih merupakan
Tabel 3.2 Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan 2011-2013
16
kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak. Kecamatan Kuripan juga pada Sensus Penduduk 2000 (SP 2000) maupun 2010 (SP 2010) merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit di Lombok Barat. Namun beberapa kecamatan mengalami sedikit pergeseran pola. Bila pada SP 2000 Kecamatan Gerung merupakan kecamatan kedua terbanyak penduduknya, namun pada SP 2010 posisi kedua ditempati oleh Kecamatan Gunungsari. Hal inilah yang mendasari laju pertumbuhan penduduk di Gunungsari menjadi tinggi hingga mencapai 2,25.Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat
Kecamatan dengan laju pertumbuhan penduduk lebih dari 2 yaitu Gunungsari, Batulayar dan Sekotong merupakan kecamatan yang mengalami pergeseran pola. Kecamatan Batulayar menggeser posisi Lembar pada SP 2010 dan Kecamatan Sekotong menggeser Kecamatan Kediri pada SP 2010.
Sekotong Lembar Gerung Labuapi Kediri Kuripan Narmada Lingsar Gunungsari Batulayar 40734 36305 61791 52163 47830 28356 78151 54085 59852 33032 56926 44426 74327 60756 54204 34020 87897 63409 78633 45388 SP 2010 SP 2000 Grafik 3.1 Penduduk Kabupaten Lombok Barat Hasil Sensus Penduduk 2000 dan 2010 Menurut Kecamatan
17
3.2. Persebaran dan Kepadatan Penduduk
Salah satu permasalah yang dihadapi Lombok Barat berkaitan dengan pertumbuhan penduduk adalah pemerataan penduduk. Wilayah Lombok Barat memang membentang dari Selatan ke Utara, kontur wilayah yang berupa perbukitan juga membuat banyak penduduk mengumpul di area tertentu saja. Posisi Lombok Barat yang menjadi penyangga Kota Mataram juga menjadi salah satu penyebab tidak meratanya penyebaran penduduk di Lombok Barat. Kecamatan Labuapi, Gungsari, Batulayar, Narmada dan Lingsar merupakan lima kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota Mataram. Akibatnya di kelima kecamatan ini penduduk cenderung lebih padat dibanding kecamatan lainnya yang ada di Lombok Barat.
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat
Dalam sepuluh tahun terakhir luas wilayah Kabupaten Lombok Barat relatif tidak mengalami perubahan. Lebih dari 50 persen luas wilayah Lombok Barat berada di Kecamatan Sekotong. Kecamatan terluas kedua adalah
Kecamatan Luas Persentase
(1) (2) (3) 1. Sekotong 529,38 50,23 2. Lembar 62,66 5,95 3. G e r u n g 62,30 5,91 4. L a b u a p i 28,33 2,69 5. K e d i r i 21,64 2,05 6. Kuripan 21,56 2,05 7. Narmada 107,62 10,21 8. Lingsar 96,58 9,16 9. Gunungsari 89,74 8,51 10.Batu Layar 34,11 3,24 Jumlah 1.053,92 100,00 Tabel 3.3 Luas Wilayah Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan
18
Kecamatan Narmada disusul oleh Kecamatan Lingsar yang merupakan pecahan dari Kecamatan Narmada. Kecamatan Kediri dan Kuripan mempunyai luas wilayah yang hampir sama dan luas wilayah kedua kecamatan ini merupakan yang terkecil di Lombok Barat. Luas wilayah Kecamatan Lembar dan Gerung juga hampir sama luasnya, namun topografi wilayah Gerung cenderung lebih landai dibanding Lembar sehingga lebih strategis untuk dijadikan sebagai pemukiman. Kecamatan Gerung juga dianggap representative untuk dijadikan ibukota Kabupaten Lombok Barat karena terletak di tengah wilayah Lombok Barat.Kecamatan Kepadatan (jiwa/km2) 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) 1. Sekotong 106 107 109 110 2. Lembar 709 717 726 734 3. G e r u n g 1.193 1.207 1.222 1.236 4. L a b u a p i 2.145 2.170 2.195 2.221 5. K e d i r i 2.505 2.531 2.561 2.591 6. Kuripan 1.578 1.596 1.614 1.633 7. Narmada 817 826 836 846 8. Lingsar 657 664 672 680 9. Gunungsari 876 886 896 907 10.Batu Layar 1.331 1.345 1.361 1.377 Jumlah 569 575 582 589
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat
Membandingkan antara luas wilayah dengan kepadatan penduduknya akan memperjelas gambaran bahwa Lombok Barat menghadapi permasalahan penyebaran penduduk yang tidak merata. Dalam empat tahun terakhir wilayah yang sudah padat menjadi semakin padat, sedangkan kepadatan penduduk di wilayah yang tidak padat hanya sedikit mengalami perubahan. Kecamatan Sekotong sebagai contohnya, luasnya mendominasi
Tabel 3.4 Kepadatan Penduduk Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan Tahun 2010-2013
19
Lombok Barat namun kepadatan penduduknya merupakan yang terkecil se Lombok Barat.Kecamatan Kediri merupakan kecamatan terpadat di Lombok Barat, padahal luas wilayah Kediri hanya sedikit lebih besar dari luas Kecamatan Kuripan. Gambaran kepadatan penduduk antar kecamatan yang polanya masih tidak berubah merupakan indikasi bahwa belum ada kebijakan yang dapat menyentuh perubahan penyebaran penduduk di Kabupaten Lombok Barat.
Jumlah rumah tangga yang terbentuk pada suatu wilayah juga menjadi salah satu faktor penentu kepadatan penduduk. Rumah tangga Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2012 mencapai 172.562 rumah tangga dan pada tahun 2013 mencapai 175.188 rumah tangga. Rata-rata jumlah anggota rumah tangga di Lombok Barat sendiri masih sebanyak 4 orang per rumah tangga dan itu merupakan jumlah yang ideal. Pola jumlah rumah tangga menurut kecamatan mengikuti pola jumlah penduduk sehingga jumlah rumah tangga terbanyak juga ada di Kecamatan Narmada dan terkecil ada di Kecamatan Kuripan.
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat
2012 2013 Grafik 3.2 Jumlah Rumah Tangga di Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan Tahun 2012-2013
20
3.3. Struktur Umur
Pengelompokan penduduk dalam struktur umur diperlukan untuk berbagai analisis kependudukan dan sering dipergunakan untuk berbagai penelitian. Hal ini disebabkan banyak kebijakan yang memang menyasar kelompok umur tertentu, misal kebijakan pendidikan dasar akan fokus pada penduduk kelompok umur 7-12 tahun untuk Sekolah Dasar dan umur 13-15 tahun untuk Sekolah Menengah Pertama.
Kelompok Umur Tahun 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) 0-4 61.214 62.130 62.862 63.598 5-9 59.678 59.258 59.956 60.659 10-14 61.602 60.331 61.041 61.757 15-19 60.290 61.135 61.855 62.581 20-24 53.436 53.772 54.402 55.052 25-29 57.338 56.567 57.228 57.913 30-34 49.640 51.032 51.630 52.247 35-39 46.922 47.192 47.746 48.313 40-44 36.985 38.950 39.407 39.873 45-49 30.192 30.617 30.976 31.342 50-54 25.274 26.125 26.432 26.745 55-59 16.767 17.551 17.757 17.966 60-64 15.024 15.292 15.472 15.653 65+ 25.624 26.092 26.397 26.713 Jumlah 599.986 606.044 613.161 620.412
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat
Komposisi penduduk Kabupaten Lombok Barat didominasi oleh kelompok usia muda dan usia produktif. Jika pada tahun 2010 jumlah balita Lombok Barat mencapai 61.214 jiwa, maka pada tahun 2013 meningkat tajam menjadi 63.598 jiwa. Banyaknya jumlah balita setiap tahun dalam empat tahun terakhir mengindikasikan beberapa hal diantaranya banyak kelahiran baru yang artinya program Keluarga Berencana (KB) tidak berjalan.
Tabel 3.5 Penduduk Kabupaten Lombok Barat Menurut Kelompok Umur Tahun 2012-2013
21
Fenomena ini bisa juga mengindikasikan meningkatnya derajat kesehatan balita dan menurunnya angka kematian bayi di Lombok Barat. Tentu saja untuk membuktikan indikasi tersebut diperlukan penelitian lebih lanjut, namun signal yang nampak menjadi indikasi positif akan pembangunan kesehatan masyarakat Lombok Barat sekaligus signal negatif bagi pelaksanaan program KB. Piramida penduduk akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai komposisi penduduk Lombok Barat.Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat
Sebagaimana tampak pada piramida penduduk, kelompok umur 0-44 tahun merupakan yang terbesar di Lombok Barat. Untuk menjadikan penduduk usia produktif ini sebagai potensi wilayah, harus dapat dijamin kualitas penduduk tersebut. Apabila penduduk ini berkualitas maka daya saingnya akan tinggi
0 - 4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 74 75 + Perempuan Laki-laki Grafik 3.3 Piramida Penduduk Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013
22
sehingga secara langsung akan berdampak pada kualitas kesejahteraan penduduk Lombok Barat.Implikasi lain yang dapat muncul dari besarnya penduduk usia sekolah dan produktif adalah lapangan pekerjaan, ketersediaannya harus dapat dijaga oleh pemerintah untuk dapat menampung penduduk usia produktif ini karena jika tidak tentu saja akan berdampak pada banyaknya pengangguran. Mengingat penduduk usia sekolah juga cukup banyak, maka kebijakan di bidang pendidikan juga perlu dicermati agar dapat meningkatkan kualitas intelektual masyarakat Lombok Barat.
3.4. Rasio Beban Tanggungan
Rasio beban tanggungan atau dikenal juga dengan Dependancy Ratio merupakan gambaran mengenai beban ekonomi yang harus ditanggung oleh kelompok usia produktif ( 15-64 tahun ) terhadap kelompok usia tidak produktif baik itu usia muda (0-14 tahun) maupun usia tua (65 tahun ke atas).
Dependancy Ratio Tahun
2010 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5)
Penduduk usia muda
46,70 45,63 45,63 45,63
Penduduk usia tua
6,54 6,55 6,55 6,55 Total 53,11 52,18 52,18 52,18
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat
Rasio beban tanggungan ekonomi penduduk usia produktif terhadap penduduk usia tua maupun muda di Lombok Barat sejak tahun 2010 hingga 2013 tampaknya tidak menunjukkan perkembangan yang berarti. Selama empat tahun terakhir dependency ratio Lombok Barat bernilai sekitar 52
Tabel 3.6 Rasio Beban Tanggungan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010-2013
23
persen yang artinya dari 100 penduduk berusia produktif harus menanggung secara ekonomi sebanyak 52 penduduk usia non produktif (tua dan muda). Dipilah menurut usia muda dan tua, rasio beban tanggungan usia muda lebih besar dari usia tua sehingga penduduk usia produktif lebih banyak menanggung penduduk usia muda dari pada tua. Dependancy ratio usia muda yang bernilai 46 diartikan bahwa dari 100 penduduk usia produktif harus menanggung 46 penduduk usia muda, dan 100 penduduk usia produktif harus menanggung 6 penduduk usia tua.Fenomena ini kembali menekankan betapa perlunya menggalakkan program Keluarga Berencana (KB) karena dapat dilihat bahwa penduduk usia muda ini memang membuat beban tanggungan ekonomi penduduk produktif menjadi besar. Paradigma bahwa KB adalah untuk menghentikan kelahiran harus diubah dan diganti menjadi merencanakan kehamilan. Dengan merencanakan kehamilan, keluarga dapat berupaya untuk menjarangkan kehamilan agar setiap anak yang dilahirkan menjadi lebih berkualitas dan orang tua dapat lebih focus dalam menuangkan kasih sayang dan mendidik anak-anaknya.
3.5. Rata-rata Usia Perkawinan Pertama
Perkawinan adalah suatu hal yang secara naluri akan dituju oleh setiap manusia. Pada saat seseorang telah matang secara emosi, fisik dan seharusnya ditunjang oleh materi, setiap orang pasti berkeinginan untuk melangsungkan pernikahan. Tidak hanya sebagai sarana untuk meneruskan keturunan, pernikahan juga menjadi sarana ibadah dan bukti ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pernikahan usia muda secara agama memang tidak dilarang, namun beberapa penelitian telah membuktikan bahwa akan lebih baik bagi perempuan untuk tidak menikah muda. Selain karena alasan emosi yang belum stabil, alasan kesehatan fisik juga mendasari hasil penelitian ini, dimana
24
apabila wanita menikah muda akan lebih rentan terhadap penyakit reproduksi.Dilihat dari usia perkawinan utama tampak bahwa penduduk perempuan cenderung menikah muda. Faktor budaya yang telah mengakar di Indonesia dan tidak terkecuali di Lombok Barat, bahwa kodrat perempuan adalah untuk menikah, memiliki keturunan dan mengurus rumah tangga menjadi salah satu penyebab utama fenomena ini. Selain itu secara fisik, perempuan memang cenderung lebih cepat dewasa dibanding laki-laki sehingga walaupun usianya masih muda selama ia sudah mengalami menstruasi, orang tuanya tidak akan menunda pernikahan mereka.Laki-laki disisi lain, dianggap sebagai penanggung jawab ekonomi keluarga dan pencari nafkah utama di rumah tangga, sehingga laki-laki cenderung akan menikah setelah memperoleh pekerjaan.
Rata-rata usia perkawinan pertama akan mengindikasikan fertilitas penduduk. Semakin muda seseorang melangsungkan perkawinan maka akan semakin panjang usia reproduksinya, dan dampaknya peluang mereka untuk terus melahirkan anak akan semakin besar.
Sumber: Susenas (data diolah)
Grafik 3.4 Usia Pernikahan Pertama Penduduk Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010-2013
25
Rata-rata usia pernikahan pertama penduduk perempuan di Kabupaten Lombok Barat dalam empat tahun terakhir berkisar antara 19,25 tahun hingga 19,81 tahun. Artinya tidak ada pergeseran preferensi usia wanita untuk menikah di Lombok Barat dalam 4 tahun terakhir. Undang-undang perkawinan di Indonesia memang mengatur usia minimal untuk menikah adalah 16 tahun, berarti usia pernikahan pertama penduduk wanita di Lombok Barat sudah sesuai dengan Undang-Undang.26
Kesehatan merupakan salah satu indikator yang dapat mengukur kesejahteraan masyarakat. Kesehatan identik dengan mahal dan ada paradigma yang berkembang bahwa kesehatan hanya dapat dinikmati oleh orang kaya saja. Sehingga ada hubungan korelasi antara kesehatan dan kesejahteraan, dimana kesehatan akan meningkatkan kualitas manusia sehingga bisa menjadi sejahtera dan sebaliknya kesejahteraan akan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Berkaitan dengan pembangunan di bidang kesehatan, pemerintah Kabupaten Lombok Barat sudah berupaya menggulirkan beberapa program dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.Tujuan pembangunan kesehatan di Kabupaten Lombok Barat adalah terwujudnya masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat yang dilandasi oleh nilai Patut Patuh Patju. Tujuan tersebut didasarkan pada tujuan pembangunan
27
kesehatan nasional dan filosofi kehidupan masyarakat yang berakar di Kabupaten Lombok Barat. Upaya yang dilakukan diantaranya adalah dengan meningkatkan dan memudahkan akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan, meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk miskin, dan masih banyak lagi. Semua usaha itu dilakukan untuk meningkatkan angka harapan hidup, menurunkan angka kematian bayi, menurunkan angka kematian ibu, meningkatkan gizi balita dan secara umum meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Lombok Barat.4.1. Ketersediaan Fasilitas Kesehatan
Sarana dan prasarana kesehatan yang memenuhi standar dan mudah diakses oleh masyarakat menjadi syarat mutlak bagi penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Fasilitas Kesehatan 2011 2013
(1) (2) (3)
Rumah Sakit Umum 1 1
Puskesmas Rawat Inap 5 5
Puskesmas Non Rawat Inap 11 11
Puskesmas Keliling 21 17
Puskesmas Pembantu 57 57
Rumah Bersalin Swasta 2 2
Balai Pengobatan/klinik 10 11
Praktik dokter Perorangan 0 105
Bank Darah Rumah Sakit 1 1
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat
Rumah sakit besar hanya ada satu unit di Lombok Barat dan terletak di ibukota kabupaten yaitu Kecamatan Gerung. Akan tetapi, di setiap desa telah dibangun
Tabel 4.1 Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2011 dan 2013
28
fasilitas mulai dari puskesmas hingga puskesmas keliling untuk menampung keluhan kesehatan masyarakat. Membandingkan fasilitas kesehatan di Lombok Barat pada tahun 2011 dengan tahun 2013 yang tampak sangat jauh berbeda adalah pada jumlah praktik dokter perorangan. Pada tahun 2011 belum ada dokter yang praktik secara perorangan namun pada tahun 2013 telah ada 105 tempat praktek dokter perorangan yang tersebar di setiap kecamatan yang ada di Lombok Barat.4.2. Derajat dan Status Kesehatan Penduduk 4.2.1. Keluhan Kesehatan
Apabila Dinas Kesehatan mencatat keluhan kesehatan berdasarkan pencatatan atas kasus yang terjadi di fasilitas kesehatan (puskesmas, rumah sakit), BPS melalui Susenas mencatat keluhan kesehatan di rumah tangga. Dengan demikian, individu yang memiliki keluhan kesehatan namun tidak berobat ke fasiitas kesehatan yang ada akan tetap tercakup. Angka kesakitan (modbiditas) menunjukkan adanya gangguan/keluhan kesehatan yang megakibatkan terganggunya aktifitas sehari-hari baik dalam melakukan pekerjaan, sekolah, mengurus rumah tangga maupun kegiatan lainnya.
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah)
2010 2011 2012 2013 34.61 23.39 20.94 20.91 Grafik 4.1 Persentase Penduduk Dengan Keluhan Kesehatan Tahun 2010-2013
29
Keluhan kesehatan merupakan gejala adanya suatu penyakit, dan secara umum keluhan kesehatan tersebut berupa panas, batuk, pilek, asma/sesak napas, diare, sakit kepala berulang, sakit gigi dan penyakit lainnya. Semakin banyak penduduk yang mengalami keluhan kesehatan di suatu wilayah maka semakin rendah derajat kesehatan masyarakat wilayah tersebut.Pada tahun 2010 penduduk Lombok Barat yang mengalami keluhan kesehatan mencapai 34,61 persen. Keluhan kesehatan ini berkurang cukup banyak di tahun 2011 sehingga persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan menjadi 23,39 persen. Keluhan kesehatan ini terus berkurang di tahun 2012 dan 2013 namun pergeseran dari 2012 ke 2013 tidaklah terlalu besar karena hanya berkurang 0,03 persen saja. Berkurangnya persentase penduduk yang tidak sehat sejak tahun 2010 hingga 2013 mengindikasikan bahwa kualitas kesehatan masyarakat Lombok Barat semakin membaik dan tentu saja ditunjang dengan penanganan yang baik oleh tenaga kesehatan pada fasilitas kesehatan yang ada.
4.2.2. Rata-rata Lama Sakit
Pada umumnya suatu penyakit baru dapat didiagnosa setelah tiga hari, sebab di awal sakit gejala yang timbul masih merupakan gejala parsial yang bersifat umum bagi banyak penyakit. Misalnya panas/demam, hampir semua penyakit ditandai dengan panas/demam, sehingga tanpa adanya gejala-gejala tambahan panas/demam tersebut belum dapat mengindikasikan penyakit yang diderita. Lama hari sakit menjadi salah satu penanda berat atau tidaknya sakit yang diderita, semakin lama (hari) sakit maka dapat diasumsikan bahwa penyakit yang diderita cukup serius. Di jaman serba modern ini, penyakit juga semakin berkembang, maka dari itu slogan “mencegah lebih baik daripada
30
menyembuhkan” dirasa sangat relevan apabila dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari.Tahun Rata-Rata Lama Sakit (hari)
Persentase Mengobati Sendiri dalam Sebulan
Terakhir (1) (2) (3) 2010 6,31 73,02 2011 4,68 59,53 2012 4,92 51,28 2013 4,71 66,79
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah)
Rata-rata lama sakit penduduk Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2010 mencapai 6,31 hari, lama sakit ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun berikutnya yang hanya berkisar antara 4-5 hari. Morbiditas penduduk Lombok Barat pada tahun 2010 memang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 hingga 2013. Hal yang mungkin menyebabkannya adalah merebaknya wabah penyakit tertentu pada tahun 2010 yang baru dapat diatasi dan dikendalikan pada tahun-tahun berikutnya, misalnya cikungunya, diare dan demam berdarah.
Apabila mengalami keluhan kesehatan masyarakat dihadapkan pada pilihan mengobati sendiri atau berobat ke tenaga medis. Mengobati sendiri dapat dilakukan dengan mengenali gejala penyakit kemudian membeli obat modern yang dijual bebas di toko-toko, mengkonsumsi obat tradisional maupun pengobatan lainnya. Persentase penduduk yang memilih untuk mengobati sendiri penyakitnya dalam sebulan terakhir pada tahun 2010 mencapai 73,02 persen dan pada tahun 2013 mencapai 66,79 persen. Persentase penduduk
Tabel 4.2 Rata-rata Lama Sakit dan Persentase Mengobati Sendiri 2010-2013
31
yang mengobati sendiri dalam sebulan terakhir memang fluktuatif setiap tahunnya karena ada banyak faktor yang mempengaruhinya. Misalnya faktor menganggap penyakit yang diderita cukup ringan sehingga tidak perlu ke tenaga medis, kurang biaya hingga ke masalah psikologis bahwa ada masyarakat yang justru takut penyakitnya akan terdeteksi berat apabila pergi ke tenaga medis. Apabila opsi mengobati sendiri masih belum dapat meredakan penyakit, tentu saja berobat ke faskes ataupun nakes menjadi opsi terakhir, dan tidak sedikit masyarakat Lombok Barat yang mengalami hal tersebut.Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah)
Pada tahun 2010 sebanyak 49,41 persen masyarakat Lombok Barat yang mempunyai keluhan kesehatan memilih berobat jalan dalam 1 bulan terakhir, persentase ini berburang menjadi 42,69 persen pada tahun 2011. Pada tahun 2013 sebanyak 50,18 persen masyarakat Lombok Barat berobat jalan dan di tahun 2013 berkurang menjadi 43,16 persen.
Pilihan berobat jalan ini mencakup RS Pemerintah dan Swasta, praktik dokter, puskesmas/ puskesmas pembantu, praktek nakes, praktek pengobatan tradisional, bahkan dukun bersalin dan pengobatan lainnya.
49.41 42.69 50.18 43.16 2010 2011 2012 2013 Grafik.4.2 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Dalam 1 bulan Terakhir 2010-2013
32
Apabila penyakit yang diderita cukup berat, diperlukan penanganan rawat inap. Tidak semua fasilitas kesehatan menyediakan layanan rawat inap, sehingga pilihan untuk rawat inap menjadi terbatas. Sepanjang tahun 2010, sebanyak 4,01 persen dari masyarakat Lombok Barat pernah dirawat inap. Persentase ini berkurang menjadi 1,43 persen pada tahun 2011. Kemudian pada tahun 2012 sedikit berta,bah menjadi 1,78 persen namun kembali berkurang menjadi 1,49 persen pada tahun 2013.Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah)
Fasilitas kesehatan untuk rawat inap meliputi Rumah Sakit baik pemerintah maupun swasta, Puskesmas, praktek nakes, praktek pengobatan tradisional dan lainnya. Keberadaan puskesmas rawat inap di Lombok Barat dirasakan sangat bermanfaat sebab sebagian besar masyarakat Lombok Barat yang rawat inap, memanfaatkan fasilitas puskesmas rawat inap.
4.3. Penolong Kelahiran
Turunnya angka kematian ibu dan bayi turut ditunjang oleh penolong kelahiran. Penolong kelahiran yang telah dilatih dan memiliki kemampuan
4.01 1.43 1.78 1.49 2010 2011 2012 2013 Grafik.4.3 Persentase Penduduk yang Rawat Inap dalam 1 tahun Terakhir 2010-2013
33
medis yang mumpuni akan dapat bertindak cepat apabila terjadi komplikasi pada saat proses melahirkan. Pemerintah daerah dalam hal ini telah melakukan berbagai upaya untuk memperluas akses, sarana pelayanan serta tenaga kesehatan untuk membantu kehamilan dan persalinan. Di semua desa yang ada di Lombok Barat telah tersedia bidan desa yang akan senantiasa membantu masyarakat Lombok Barat.Uraian Penolong Kelahiran Pertama Penolong Kelahiran Terakhir
2010 2013 2010 2013 (1) (2) (3) (4) (5) Dokter 12,74 7,69 15,94 9,75 Bidan 66,72 85,97 68,85 85,85 Tenaga Medis lain 4,38
- 5,16 - Dukun Bersalin 11,74 6,34 6,89 4,40 Family/Keluarga 4,03 - 3,16 - Lainnya 0,39 - - -
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah)
Apabila pada tahun 2010 masih terdapat warga masyarakat Lombok Barat yang kelahirannya ditolong oleh tenaga medis lain (perawat), family/keluarga bahkan lainnya, polanya telah berubah jauh di tahun 2013. Penolong kelahiran pertama maupun terakhir pada tahun 2013 hanya tertuju pada tiga nakes yaitu dokter, bidan dan dukun beranak saja. Persentase penolong kelahiran pertama oleh bidan juga meningkat tajam di tahun 2013. Selain itu persentase kelahiran pertama maupun terakhir yang dibantu oleh dukun bersalin juga semakin berkurang dibandingkan tahun 2010. Hal ini mengindikasikan efektifitas program pemerintah yang menyediakan bidan di setiap desa di Lombok Barat.
Tabel.4.3 Persentase Penolong Kelahiran Pertama dan Terakhir 2010 dan 2013
34
4.4. Angka Harapan Hidup (AHH)
Salah satu indikasi keberhasilan pembangunan kesehatan adalah apabila Angka Harapan Hidup (AHH) penduduk Kabupaten Lombok Barat dapat meningkat. Apabila masyarakat Lombok Barat telah dapat hidup dengan sehat maka korelasinya adalah umur yang panjang sehingga AHH meningkat. Sebagai indikator dampak, AHH dapat memberikan gambaran tentang keberhasilan keseluruhan kegiatan pembangunan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah)
Walaupun peningkatannya lambat namun AHH Kabupaten Lombok Barat sejak tahun 2007 hingga 2013 selalu meningkat. Lima tahun yang lalu penduduk Lombok Barat hanya memiliki harapan hidup hingga berusia 60,40 tahun saja. Fasilitas kesehatan di Lombok Barat pada tahun tersebut (2009) memang masih dapat dikatakan belum sebanyak saat ini (2013), apabila ada masyarakat Lombok Barat yang mengalami keluhan kesehatan, masih banyak yang memilih untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di provinsi dikarenakan kurangnya fasilitas kesehatan baik dari segi kualitas maupun
59.54 59.97 60.4 60.84 61.28 61.71 62.13 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Lobar Grafik.4.4 Angka Harapan Hidup Kabupaten Lombok Barat Tahun 2007-2013
35
kuantitas.Saat ini, Lombok Barat telah memiliki Rumah Sakit Umum Tripat dengan fasilitas kesehatan yang lengkap dan tenaga medis yang memadai. Di 2012, pemerintah daerah Kabupaten Lombok Barat bahkan meresmikan dua gedung baru di rumah sakit kebanggaan Lombok Barat ini, sehingga pelayanan kepada masyarakat menjadi lebih optimal. Benar saja kondisi ini memberikan dampak positif bagi kualitas kesehatan masyarakat Lombok Barat, karena pada tahun 2013 AHH Lombok Barat mampu mencapai 62,13 tahun.
36
Hak asasi setiap warga Negara Indonesia yang dilindungi oleh Undang-Undang adalah pendidikan. Pendidikan tidak memandang status sosial, kondisi ekonomi, suku, etnis, asal seseorang, gender, semua berhak memperoleh pendidikan yang bermutu dan berkualitas. Pendidikan akan meningkatkan intelektualitas, kecakapan dan kapabilitas seseorang sehingga mendorong terwujudnya pembangunan manusia seutuhnya serta masyarakat yang madani dan modern dengan berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Pendidikan menjadi sangat penting karena merupakan salah satu investasi pembangunan di masa depan.Pentingnya pendidikan menjadikan pendidikan sebagai sasaran utama dalam setiap program pembangunan. Berbagai upaya untuk mengingkatkan kualitas manusia melalui pendidikan dilakukan oleh pemerintah mulai dari menyediakan sarana sekolah yang memenuhi standar pendidikan di setiap
37
wilayah Lombok Barat, hingga menambah tenaga pengajar bahkan memberikan insentif bagi pengajar di daerah terpencil. Pemerintah juga mengupayakan pendidikan dasar gratis bagi setiap warga masyarakat, juga bantuan bagi siswa miskin untuk bersekolah. Efektif atau tidaknya program pendidikan yang dijalankan akan nampak melalui indikator pendidikan. Beberapa indikator pendidikan yang penting dan lazim digunakan sebagai bahan monitoring dan evaluasi kebijakan adalah Angka Melek Huruf (AMH), Rata-rata Lama Sekolah (MYS), Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan masih banyak lagi.5.1. Fasilitas Pendidikan
Mengingat wilayah Lombok Barat yang membentang dari Selatan ke Utara, salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah daerah Lombok Barat adalah pemerataan fasilitas pendidikan. Ada beberapa daerah yang telah memiliki fasilitas pendidikan yang lengkap mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA), namun masih ada juga daerah yang minim fasilitas. Kendati demikian, pemerintah berusaha agar membangun di lokasi yang strategis sehingga ada sekolah yang dapat dituju oleh penduduk dari beberapa kecamatan sekaligus karena kedekatan wilayahnya. Di kecamatan tertentu bahkan lebih banyak fasilitas pendidikan yang didirikan oleh pihak swasta, namun mutu pendidikannya tetap terjamin sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas masyarakat Lombok Barat.
Selain dari meningkatnya jumlah sekolah, pemerintah juga berusaha meningkatkan kualitas infrastruktur sekolah. Banyak sekolah telah dibangun dan dibuat agar memenuhi standar pendidikan dan keamanan bagi murid-murid yang belajar. Data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Barat menunjukkan bahwa dibandingkan dengan kondisi tahun 2010, jumlah fasilitas pendidikan di Lombok Barat tahun 2013 telah meningkat.
38
Nama Kecamatan TK SD SMP SPDT SMA SMK (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sekotong 2 45 4 5 2 2 Lembar 4 29 5 1 2 1 Gerung 8 44 6 2 4 6 Kediri 13 27 7 2 3 4 Kuripan 5 20 4 2 1 2 Labuapi 9 30 4 0 3 3 Narmada 18 49 7 3 3 1 Lingsar 3 34 7 4 2 5 Gunungsari 10 41 5 4 3 1 Batulayar 9 27 2 4 2 1 J u m l a h 81 346 51 27 25 26 Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. LobarNama Kecamatan TK SD SMP SPDT SMA SMK
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sekotong 1 45 4 4 2 2 Lembar 4 29 6 1 2 2 Gerung 12 45 8 2 3 7 Kediri 15 27 7 2 3 6 Kuripan 7 21 5 2 1 3 Labuapi 10 27 5 0 3 3 Narmada 19 49 9 3 5 4 Lingsar 4 37 8 3 3 6 Gunungsari 10 41 5 4 5 4 Batulayar 10 27 3 3 3 1 J u m l a h 92 348 60 24 30 38
Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Lobar
Jika pada tahun 2010 jumlah PAUD/TK di Lombok Barat hanya 81 unit, maka pada tahun 2013 jumlah meningkat menjadi 92 unit. Sekolah Dasar meningkat sebanyak 2 buah dibandingkan pada tahun 2010, walaupun hanya bertambah 2 unit namun kondisi fisik SD di Lombok sudah jauh lebih baik dibandingkan tahun 2010. Adapun SMP meningkat sebanyak 9 sekolah, SMA
Tabel 5.1 Fasilitas Sekolah di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010 Tabel 5.2 Fasilitas Sekolah di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013
39
meningkat sebanyak 5 unit dan SMK meningkat tajam dari hanya 25 unit di tahun 2010 menjadi 38 sekolah pada tahun 2013. Bertambahnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencetak tenaga kerja siap pakai yang sudah berbekal kemampuan tertentu sesuai dengan jurusan yang dipelajari.5.2. Tingkat Pendidikan Tertingi yang Ditamatkan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka kemampuan intelektual dan kompetensi yang dimilikinya semestinya juga lebih baik. Oleh sebab itu, tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan menjadi salah satu indikator kualitas manusia. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk yang dibarengi dengan pembangunan di bidang pendidikan, diharapkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan juga semakin meningkat.
Tingkat Pendidikan
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+ Perdesaan 2010 2013 2010 2013 2010 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Tidak Punya Ijasah
25,81 24,99 33,97 32,93 29,91 28,83 SD/setara 28,57 29,98 34,93 35,77 31,77 32,78 SMP/setara 17,97 20,81 17,95 15,68 17,96 18,33 SMA/setara 21,97 20,72 10,82 11,66 16,37 16,33 Diploma+PT 5,68 3,50 2,33 3,96 4,00 3,72
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah)
Persentase penduduk usia sepuluh tahun ke atas yang tidak memiliki ijasah dan yang memiliki ijasah SD sebagai ijasah tertinggi yang dimiliki di daerah perdesaan ternyata lebih besar dibandingkan dengan perkotaan.
Tabel 5.3 Persentase Penduduk Usia 10+ Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010 dan 2013
40
Sebaliknya, penduduk dengan ijasah tertinggi SMP dan SMA di daerah perkotaan persentasenya lebih tinggi dari perdesaan. Penduduk yang menamatkan hingga Diploma ke atas pesrsentasenya paling kecil. Pada tahun 2010 penduduk yang tamat Diploma ke atas di perkotaan lebih besar dari perdesaan. Namun pada tahun 2013, persentase perdesaan mengejar sehingga persentase perdesaan melampaui perkotaan.Fenomena yang terjadi memberikan gambaran bahwa memang terdapat perbedaan kualitas antara penduduk yang tinggal di perkotaan dengan perdesaan. Budaya yang menganggap bahwa tamat Sekolah Dasar saja sudah cukup disinyalir menjadi salah satu penyebab tingginya persentase penduduk usia sepuluh tahun ke atas yang hanya menamatkan Sekolah Dasar dan bahkan tidak tamat SD, sedang di perkotaan kesadaran untuk mengenyam pendidikan sudah tinggi. Akses terhadap fasilitas pendidikan juga menjadi penghambat dalam meningkatkan animo masyarakat untuk bersekolah lebih tinggi.
5.3. Partisipasi Sekolah
Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan indikator yang sudah dikenal luas di masyarakat dan kalangan peneliti . APS merupakan perbandingan antara penduduk yang masih bersekolah pada tingkat pendidikan tertentu dengan penduduk di usia sekolah tersebut. Dengan demikian, APS memberikan gambaran akan kesempatan penduduk untuk mengenyam pendidikan.
Untuk penghitungan APS, penduduk dikelompokkan dalam kelompok usia sekolah yaitu, SD usia 7 – 12 tahun, SMP usia 13 – 15 tahun dan SMA usia 16 – 18 tahun. Secara umum APS usia SD merupakan yang tertinggi karena mencapai lebih dari 90 persen, dan semakin tinggi tingkat pendidikannya APS nya menjadi semakin rendah. Apabila dipilah menurut tipe daerah, maka