• Tidak ada hasil yang ditemukan

perut berwarna putih (Balai Budidaya Air Tawar, 2011).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "perut berwarna putih (Balai Budidaya Air Tawar, 2011)."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Gurami 2.1.1 Klasifikasi

Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan gurami adalah sebagai berikut : Phylum : Chordata

Class : Pisces Sub class : Telostei Ordo : Perciformes Family : Belontia Genus : Osphronemus

Spesies : Osphronemus gouramy

2.1.2 Morfologi

Gurami mempunyai bentuk badan yang panjang, pipih dan terdapat sisik yang berbentuk stenoid. Punggungnya tinggi dengan panjang maksimum 65 cm dan mempunyai sirip perut dengan jari-jari yang sudah berubah menjadi alat paraba. Ujung sirip punggung dan sirip dubur dapat mencapai pangkal ekor, sirip ekor berbentuk busur. Badan gurami pada umumnya berwarna biru kehitaman dan bagian perut berwarna putih (Balai Budidaya Air Tawar, 2011).

Ikan gurami memiliki garis lateral tunggal, lengkap dan tidak terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang bawah, sirip ekor membulat, jari-jari lemah pertama sirip perut merupakan benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba. Pada ikan muda terdapat garis tegak berwarna hitam berjumlah 8-10 buah.

(2)

Pada daerah pangkal ekor terdapat titik hitam bulat (SNI, 2000). Morfologi ikan gurami dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Morfologi ikan gurami (Osphronemus gouramy) (Agrofestival.com, 2011) Keterangan: a. Mulut b. Operkulum c. Sirip punggung d. Sirip anal e. Sirip ekor f. Sirip dada.

2.1.3 Habitat dan Penyebaran

Ikan Gurami adalah ikan asli Indonesia. Karena ukurannya yang besar, sehingga mendapat julukan Indonesia Giant Gorame. Awalnya, ikan gurami banyak ditemukan di Pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Tetapi karena sangat digemari masyarakat, maka ikan ini menyebar ke beberapa pelosok tanah air. Bahkan sejak abad 18, ikan gurami sudah diperkenalkan ke negara lain, diantaranya Madagaskar, Mauritius, Sycheles, Australia, Srilangka, Suriname, Guyane, Martinique dan Haiti (Robert,1992).

(3)

Habitat asli gurami adalah perairan tawar misalnya rawa dan sungai. Gurami akan berkembang dengan baik apabila dibudidayakan di daerah daratan rendah pada ketinggian 50-600 m dari permukaan laut dan menunjukan tingkat pertumbuhan optimal apabila dikembangkan di daratan dengan ketinggian 50-400 m dari permukaan laut dengan suhu sekitar 24-28ºC (Agri, 2011) . Gurami termasuk ikan air tawar yang hidup di dalam air yang tenang dan tergenang pada kedalaman 1 meter, dengan kadar oksigen yang cukup dan mutu air yang baik. Air untuk gurami tidak harus mengalir deras seperti untuk ikan mas. Lokasi yang tepat untuk memelihara gurami secara lebih produktif adalah daerah daratan rendah yang beriklim panas dengan suhu sekitar 25-28oC (Adnan dkk, 2002). Gurami dapat tumbuh dan berkembang pada perairan tropis dan subtropis. (Djarijah dan Puspowardoyo, 1992

dalam Arie, 2009).

2.2 Jamur

Jamur merupakan organisme eukariota yang digolongkan kedalam kelompok cendawan sejati. Dinding sel jamur terdiri atas kitin, sel jamur tidak mengandung klorofil. Jamur mendapatkan makanan secara heterotrof dengan mengambil makanan dari bahan organik. Bahan organik disekitar tempat tumbuhnya diubah menjadi molekul sederhana dan diserap langsung oleh hifa, oleh karena itu jamur tidak seperti organisme heterotrof lainnya yang menelan makanan kemudian mencernanya sebelum diserap (Iswanto, 2009).

(4)

Jamur merupakan organisme heterofilik yang merupakan senyawa organik untuk nutrisinya (Pelczar dan Chan, 1986).Bersifat heterotrof, menyerap nutrien melalui dinding selnya dan mengekskresikan enzim ekstraseluler ke lingkungan, menghasilakan spora atau konidia dan melakukan reproduksi seksual ataupun aseksual (Gandjar dkk, 2006).

Jamur memerlukan oksigen untuk hidupnya (bersifat aerobik). Habitat (tempat hidup) jamur terdapat pada air dan tanah. Cara hidupnya bebas atau bersimbiosis, tumbuh sebagai saprofit atau parasit pada tanaman, hewan dan manusia (Sumarsih , 2003).

2.2.1 Morfologi Jamur

Badan vegetatif jamur yang tersusun dari filamen-filamen disebut thallus, yang pada dasarnya terdiri atas dua bagian yaitu miselium dan spora. Miselium merupakan kumpulan beberapa filamen yang disebut dengan hifa (Pelczar dan Chan, 1986). Morfologi jamur dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Morfologi jamur (Airlanda, 2011) Keterangan: a. Spora

(5)

Bagian penting dari jamur adalah hifa, karena hifa berfungsi menyerap nutrien dari lingkungan serta membentuk struktur untuk reproduksi. Hifa merupakan struktur fungus berbentuk tabung menyerupai seuntai benang panjang yang terbentuk dari pertumbuhan spora atau konidia. Hifa dewasa mempunyai ukuran tebal berkisar 100-150 µm. Hifa dewasa mempunyai tambahan bahan pada dinding selnya, yaitu melanin dan lipid (Gandjar dkk, 2006).

Berdasarkan fungsinya dibedakan dua macam hifa, yaitu hifa fertil dan hifa vegetatif. Hifa fertil adalah hifa yang dapat membentuk sel reproduksi atau spora. Apabila hifa tersebut arah pertumbuhannya keluar dari media disebut hifa udara. Hifa vegetatif adalah hifa yang berfungsi untuk menyerap makanan dari substrat. Berdasarkan bentuknya dibedakan pula menjadi dua macam hifa, yaitu hifa tidak bersepta dan hifa bersepta. Hifa yang tidak bersepta merupakan ciri jamur yang termasuk Phycomycetes (Jamur tingkat rendah). Hifa ini merupakan sel yang memanjang, bercabang-cabang, terdiri atas sitoplasma dengan banyak inti (senositik). Hifa yang bersepta merupakan ciri dari jamur tingkat tinggi atau yang termasuk Eumycetes (Sumarsih , 2003). Hifa jamur dapt dilihat pada gambar 3.

(6)

Gambar 3. Hifa jamur (Budisma, 2012) Keterangan: a. Hifa tidak bersepta

b. Hifa bersepta

2.2.2 Reproduksi Jamur

Jamur yang telah dewasa akan membentuk struktur-struktur untuk melakukan reproduksi agar spesiesnya menyebar dan tidak punah (Gandjar dkk, 2006). Jamur bereproduksi secara aseksual dan seksual. Kebanyakan jamur memproduksi spora. Spora merupakan unit trasmisi primer. Reproduksi secara aseksual (biasa disebut sebagai reproduksi vegetatif) yang tidak melibatkan sel lain (Post, 1987). Reproduksi secara aseksual membentuk karpus yang di dalamnya mengandung hifa fertil yang menghasilkan spora atau konidia (Gandjar dkk, 2006). Sedangakan reproduksi secara seksual, spora yang dihasilkan dari peleburan dua nukleus dari induknya (Pelczar dan Chan, 1986).

(7)

2.2.3 Pemeriksaan Jamur pada Ikan a) Metode Slide Culture

Pengamatan isolat fungi dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama yaitu, pengamatan fungi secara makroskopis yang meliputi pengamatan terhadap warna dan bentuk koloni. Tahap kedua yaitu, pengamatan secara mikroskopis yang dilakukan dengan membuat slide preparation. Salah satu metode yang digunakan adalah slide

culture yang meliputi pengamatan terhadap bentuk hifa, bentuk, dan ukuran spora

(Hamdiyanti dkk, 2003).

Metode slide culture dimulai dengan menyiapkan cawan petri yang diisi dengan kapas dan dibasahi dengan air secukupnya. Dua buah tusuk gigi diletakkan pada bagian pinggir kapas yang sudah di basahi dan object glass diletakkan di atas tusuk gigi tersebut. Media SDA (Saboraud Dextrose Agar) atau PDA (Potato

Dextrose Agar) yang baru dipotong dengan ukuran lebih kecil dari ukuran cover glass

dan letakkan di atas object glass. Jamur yang terdapat pada media SDA atau PDA yang telah diinkubasi kemudian oleskan pada pinggir media SDA atau PDA yang telah disiapkan pada object glass serta tutup dengan cover glass. Cawan petri tersebut diinkubasi pada suhu ruangan selama lebih kurang empat hari atau sampai tumbuh jamur. Setelah empat hari amati jamur yang tumbuh di bawah mikroskop dengan cara meneteskan Lactophenol cotton Blue pada object glass sebanyak satu tetes kemudian cover glass yang sudah di tumbuhi jamur diletakkan pada object glass tersebut dan diamati dibawah mikroskop dan jamur tersebut dapat untuk identifikasi (Balai Karantina Ikan, 2011c).

(8)

b) Metode Heinrich’s

Selain metode slide culture, terdapat metode lain yang dapat digunakan untuk proses pengamatan jamur yaitu metode Heinrich’s. Metode ini dimulai dengan mempersiapkan peralatan. Peralatan yang digunakan harus dalam keadaan steril. Pertama-tama siapkan object glass, cover glass, tisu basah yang dimasukkan dalam cawan dan sterilkan dengan autoklaf. Setelah selesai sterilisasi berikan lilin

(parafin-petrolatum) steril pada sebelah kiri dan kanan tempat yang akan ditutup cover glass.

Tutup dengan cover glass lalu teteskan suspensi spora jamur dalam media cair pada media cover glass yang tidak diberi lilin. Berikan sampai setengah luasan cover glass. Tekan cover galss secara media merata. Inkubasi pada suhu kamar selama 3x24 jam. Ambil preparat dan amati di bawah mikroskop (Pradhika, 2008).

2.2.4 Identifikasi Jamur

Identifikasi merupakan membandingkan isolat yang belum diketahui dengan taksa yang ada untuk menetapkan identitasnya (Gandjar dkk, 2006)

Identifikasi dilakukan setelah jamur yang diisolasi tumbuh. Karakteristik tersebut digunakan sebagi dasar untuk mengklasifikasikan jamur. Karakteristik makroskopi, bentuk koloni, warna dari permukaan jamur (Murray, 2007). Klasifikasi jamur sangat dibutuhkan untuk mendiagnosis kasus penyakit ikan yang disebabkan oleh jamur. Klasifikasi bisa berdasarkan siklus hidup, morfologi hifa, unit reporoduksi dan tipe spora yang dihasilkan. Klasifikasi dari jamur berdasarkan

(9)

nomenklatur dan taksonomi. Taksonomi individual berdasarkan hasil interpretasi morfologi, psikologi dan informasi genetik (Post, 1987).

Taksonomi yang digunakan untuk mengidentifikasi jamur terbagi atas dua bagian, yaitu taksonomi konvensional dan taksonomi modern. Taksonomi konvensional, jamur dikelompokan berdasarkan informasi fenotipik, yaitu informasi yang berasal dari protein dan fungsinya, karakter kemotaksonomi, fisiologi dan morfologi. Karakteristik fenotipik yang sering digunakan adalah morfologi makroskopik dan mikroskopik, reproduksi seksual dan sifat fisiologi. Pengelompokan berdasarkan taksonomi konvesional umumnya mempunyai kelemahan, sulit untuk mendeteksi spesies baru. Kelemahan yang dimiliki oleh taksonomi konvensional dapat ditutupi oleh taksonomi modern yang mengelompokan jamur tidak saja berdasarkan informasi fenotipik, tetapi juga informasi genotipik dan filogenetik dari suatu organisme. Informasi genotipik dan filogenetik adalah informasi yang berasal dari asam nukleat (DNA atau RNA) yang ada di dalam sel (Gandjar dkk, 2006).

2.2.5 Jamur pada Ikan

Infeksi jamur umumnya terjadi jika ikan mendapat luka baik secara mekanik maupun infeksi oleh parasit yang lain. Beberapa jenis jamur yang digolongkan patogen karena dapat menimbulkan kematian pada ikan antara lain Ichthyophonus

hoferi, Branchiomyces sanguinis, Aphanomyces invandans, Aphanomyces astacii, Saprolegnia sp. dan Achlya rasemosa (Rahmaningsih, 2011).

(10)

Kematian ikan yang terifeksi jamur terjadi karena kulitas air yang tidak sesuai. Seperti tingginya bahan organik, fluktuasi suhu dan pH. Keadaan tersebut dapat memicu tumbuhnya jamur. Kasus kematian ikan air tawar di Eropa yang mencapai 30-50% dari populasi yang disebabkan oleh Branchiomyces sanguinis (Post, 1987). Selain itu kasus penyakit EUS (Epizootic Ulcelarative Syndrome) yang disebabkan oleh jamur Aphanomyces menyebabkan luka yang disertai borok dan menyebabkan kematian pada ikan (Lilley et al, 1992). Jamur tersebut tidak hanya menyebabkan kerugian bagi para pembudidaya tetapi menyebabkan ikut terinfeksinya ikan sehat.

Jamur tersebut menyerang ikan air tawar seperti, ikan gurami, ikan mas, ikan nila, ikan patin, lele dan belut. Berikut spesesifikasi dari jamur tersebut:

1. Saprolegnia parasitica

Menurut Bruno and Wood (1994), kalsifikasi jamur Saprolegnia

parasitica adalah sebagai berikut :

Phylum : Oomycota Class : Oomycotea Order : Saprolegniales Family : Saprolegniaceae Genus : Saprolegnia

Species : Saprolegnia parasitica

Saprolegnia parasitica merupakan penyakit jamur pada ikan dan telur ikan

yang berasal dari famili Saprolegniaceae. Dan penyakit yang disebabkan oleh

(11)

dan payau berpotensi terfinfeksi saprolegniasis. Keberadaan telur yang tidak sesusai menyebabkan ikan dan telur ikan terinfeksi oleh Saprolegnia parasitica (Post, 2007).

Saprolegnia parasitica merupakan jamur yang menyerang bagian tubuh ikan

yang terluka dan dalam beberapa waktu akan menyebar pada jaringan sehat lainnya. Serangan Saprolegnia biasanya berkaitan dengan kondisi kualitas air yang buruk, seperti sirkulasi air rendah, kadar oksigen terlarut rendah, kadar amonia tinggi dan kadar bahan organik tinggi (Kretiawan, 2011)

Ciri makroskopis Saprolegnia parasitica ditandai dengan munculnya sesuatu seperti kapas, berwarna putih, terkadang dengan kombinasi kelabu dan coklat, pada kulit, sirip, insang, mata atau telur ikan (Sevilla, 2010).

Identifikasi jamur diperlukan untuk mendiagnosis suatu penyakit yang disebabkan oleh jamur. Saprolegnia parasitica merupakan jamur bercabang yang hifanya tidak bersepta. Bereproduksi secara aseksual dimana zoosporangium lengkap yang ujung dari hifanya fertil (Post, 1987). Pengamatan Saprolegnia parasitica secara mikroskopis di bawah mikroskop menunjukkan hifa transparan (hialin), bercabang, tidak bersepta dan hifa berukuran besar dengan ukuran 7–50 µm (Dewi, 2011). Zoospora Saprolegnia parasitica dapat dilihat pada gambar 4.

(12)

Gambar 4. Zoosporangium Saprolegnia parasitica (Vandenberg, 2008) Keterangan: a. Zoospora

b. Hifa

Saprolegnia parasitica merupakan jamur yang berfilamen, organisme tidak

bersekat koenositik yang hidup pada habitat air tawar dan untuk mendapatkan makanan mereka hidup secara saprofit atau parasit. Ciri lain yang dimiliki oleh

Saprolegnia parasitica adalah memiliki sporangium yang berdiameter 100 µ, lebih

lebar dari hifanya. Miseliumnya berkembang di dalam substrat, sedangkan yang terlihat di luar substrat berfungsi untuk perkembangbiakan. Jika kita amati jamur ini dengan mikroskop, dibagian ujung miseliumnya akan tampak sporangium yang menghasilkan zoospora. Jamur ini dapat tumbuh pada suhu 0-35°C, dengan pertumbuhan optimal 15-30 °C (Kretiawan, 2011).

Laju infeksi tergantung pada suhu air dan kondisi ikan. Infeksi bisa mencapai 40 atau 50% dari permukaan tubuh ikan, insang, dan mata. Degenerasi jaringan yang dihasilkan dari infeksi jamur dapat mengganggu keseimbangan osmotik ikan. Ikan yang sakit menjadi semakin malas dan kehilangan keseimbangan sesaat sebelum kematian. Mortalitas ikan dapat mencapai 10-50% dari populasi (Graham, 2005).

(13)

2. Aphanomyces astaci

Menurut Scoot (1961), kalsifikasi jamur Aphanomyces astaci adalah sebagai berikut : Phylum : Phycomycetes Class : Oomycoetes Order : Saprolegniales Family : Saprolegniaceae Genus : Aphanomyces Spesies : Aphanomyces astaci

Aphanomycetes merupakan jamur yang merupakan penyebab utama penyakit

UES (Ulceratif Epizootic Syndrome) pada ikan. Gejala klinis dari UES adalah terdapat bercak putih pada daging di bawah otot dan pada beberapa kasus berwana coklat timbul warna kecoklatan pada otot (Rukyani, 1994).

Ciri mikroskopis jamur Aphanomyces astaci adalah memiliki miselium berdiameter 5-15 um dan bercabang. Zoospora muncul pada ujung sporangium dalam bentuk memanjang, kemudian menjadi kista disekitar ujung sprorangium. Zoospora dibentuk dari hifa vegetatif. Hifa Aphanomyces astaci bercabang, tidak bersepta dan berpigmen (Alderman, 1982). Salah satu ciri Aphanomyces astaci parasitik adalah menghasilkan kantung spora yang keluar dari bagian tengah atau samping hifa sedangkan Aphanomyces astaci saprofitik hanya menghasilkan satu cluster spora dan keluar dari bagian terminal atau ujung hifa (Fraser et al, 1992). Morfologi

(14)

Gambar 5. Aphanomyces astaci (Strand, 2011) Keterangan: a. Hifa

b. Zoospora

3. Achlya

Menurut Willoughby (1994), kalsifikasi jamur Achlya adalah sebagai berikut : Phylum : Phycomycetes

Class : Oomycoetes Order : Saprolegniales Family : Saprolegniaceae Genus : Achlya

Achlyaiasis merupakan penyakit jamur yang menyerang ikan dan telur ikan yang disebabkan oleh Achlya. Achlya merupakan jamur yang bercabang, panjang dan memiliki hifa tidak bersepta. Achlya merupakan genus yang berasal dari famili Saprolegniaceae sehingga secara makroskopis Achlya memiliki ciri yang sama dengan Saprolegnia yaitu tedapat benda seperti kapas pada permukaan tubuh, berwarna putih keabuan atau putih kecoklatan yang tumbuh pada permukaan kulit, sirip, insang atau mata (Post, 1987).

a

b

(15)

Achlya memiliki ciri makroskopis yang sama dengan Saprolegnia tetapi secara

mikroskopis terdapat perbedaan yaitu sporangium yang terbentuk di ujung hifa, hifa bercabang dan trasparan. Selain itu Achlya memiliki tiga tahap zoospora yang disebut

polyplanetism, zoospora primer keluar secara bergerombol dan kemudian keluar

menjadi zoospora sekunder dan tersier. Pembentukan kista primer terjadi dimulut sporangium dan zoospora primer masih bergerombol. Pembentukan sporangium kedua dengan cara membentuk cabang dibawah sporangium utama yang telah kosong (Sharma, 1989). Karakteristik morfologi organ reproduksi aseksual pada famili Saprolegniaceae dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Karakteristik morfologi organ reproduksi aseksual pada famili Saprolegniaceae (Yuasa dkk, 2003) Keterangan: a. Saprolegnia b. Achlya c. Leptolegnia d. Aphanomyces 4. Ichthyosporidium hoferi

Klasifikasi Ichthyosporidium hoferi menurut Plehn and Mulsow (1911) adalah sebagai berikut:

(16)

Kingdom : Fungi Phylum : Microspora Kelas : Microsporea Ordo : Microsporida Family : Nosematidae Genus : Ichthyosporidium Spesies : Ichthyosporidium hoferi

Ichthyoponus merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur

Ichthyosporidium hoferi jamur ini bersifat obligat parasit dengan siklus hidup yang

kompeks. Suhu optimumnya adalah 10oC dan dapat tumbuh pada suhu 3-20oC, tetapi tidak dapat tumbuh pada suhu 30oC (Post, 1987).

Sebaran penyakit biasanya berlangsung melalui pencernaan, yaitu melalui spora yang termakan. Oleh karena itu, ikan yang terserang ringan sampai sedang biasanya tidak menunjukkan gejala penyakit. Pada kasus serangan berat, kulit ikan tampak berubah kasar seperti amplas. Hal ini disebabkan terjadinya infeksi dibagian bawah kulit dan jaringan otot. Ikan dapat pula menunjukkan gejala pembengkokan tulang. Bagian internal ikan akan tampak pembengkakan disertai dengan adanya luka berwarna kelabu-putih (Ishak, 2011).

Pada organ internal seperti hati, ginjal, jantung dan limpa yang terinfeksi ditemukan nodul granumalomatosis (Sugianti, 2005). Terdapat satu sampai tiga luka pada hati dan ginjal dengan lebar 0,5-2,3 cm. Luka tersebut menonjol di sekitar jaringan dan terasa kasar bila disentuh. Secara makroskopis terdapat nodul yang berwana putih sampai krem yang terdapat pada hati dan berdiameter antara 0,5-10 mm (Rahimian, 1998).Secara mikroskopis Ichthyosporidium hoferi memiliki hifa yang tidak bersepta. Pada jaringan yang terinfeksi cabang dari hifa tersebut terikan

(17)

dengan dinding jaringan serta terdapat granula (Rand, 1994). Mortalitas akibat infeksi akut terjadi dalam waktu 2–4 minggu dengan adanya infasi di jantung, degenerasi dan nekrosis otot (Sugianti, 2005). Spora Ichthyosporidium hoferi dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Spora Ichthyosporidium hoferi (Ozturk dkk, 2010)

5. Branchiomyces sanguinis

Klasifikasi Branchiomyces sanguinis menurut Plehn (1912) adalah sebagai berikut: Phylum : Oomycota Clas : Oomycetes Ordo : Saprolegniales Family : Saprolegniaceae Genus : Branchiomyces

Spesies : Branchiomyces sanguinis

Branchiomyces sanguinis merupakan jamur yang dijumpai pada ikan yang

mengalami stres lingkungan, seperti pH rendah 5,8-6,5, kandungan oksigen rendah atau pertumbuhan alga yang berlebih, tumbuh pada temperatur 14–35°C,

(18)

pertumbuhan optimal biasanya terjadi pada suhu 25-31°C. Penyebab utama infeksi biasanya adalah spora jamur yang terbawa air. Branchiomyces sanguinis pada umumnya menyerang insang ikan. Ikan yang terjangkit akan menunjukkan gejala bernafas dengan tersengal-sengal dipermukaan air dan malas. Insang tampak mengeras dan berwarna pucat, khususnya pada daerah yang terjangkit. Apabila bagian jaringan yang terserang mati dan lepas, maka spora jamur akan ikut terbebas dan masuk kedalam air sehingga akan memungkinkan untuk menyerang ikan lainnya (Ishak, 2011).

Branchiomyces sanguinis memliki hifa berdinding tebal yang dapat

berpoliferasi dengan pembuluh darah yang berdekatan dengan jaringan insang. Spora dapat diidentifikasi jika penyakit berada pada tahap akut (Svobodova dan Vykusova, 1991).

Branchiomyces sanguinis secara mikroskopis memiliki hifa yang tidak

bersepta dan memiliki tebal 0,2 um (Post, 1987). Hifa bercabang diujung dan berada pada permukaan insang (Paperna and Cave, 2001). Spora jamur menempel pada insang, bertunas dan memproduksi hifa yang menyebabkan isang menjadi nekrosis (Post, 1987). Hifa Branchiomyces dapat dilihat pada gambar 8.

(19)

Gambar

Gambar 1. Morfologi ikan gurami (Osphronemus gouramy)  (Agrofestival.com, 2011) Keterangan:   a
Gambar 2. Morfologi jamur  (Airlanda, 2011)  Keterangan:  a. Spora
Gambar 3. Hifa jamur  (Budisma, 2012) Keterangan:   a. Hifa tidak bersepta
Gambar 4. Zoosporangium Saprolegnia parasitica  (Vandenberg, 2008) Keterangan:  a. Zoospora
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)Modul berbasis model pembelajaran ARIAS untuk memberdayakan motivasi dan berpikir kritis siswa pada materi ekosistem

Untuk itu penelitian ini penulis lakukan untuk mengetahui dan menjawab “Bagaimana sistem pengelolaan konsep – konsep pembiayaan pendidikan yang efektif dan efisien

Kesimpulan dari penelitian ini adalah aspal dapat dimodifikasi dengan karet alam, kekuatan optimum aspal diperoleh pada penambahan 1 phr karet

Fasilitas yang memadai kategorinya sedang, dalam hal ini peran penyuluh sebagai konsultan kategorinya tinggi, ini artinya penyuluh sebagai konsultan sudah cukup baik dengan

Packed Red Cell mungkin dapat meningkatkan pasokan hemin sebagai unsur yang diperlukan H.influenza dalam pertumbuhannya.. banyak eritrosit yang ditambahkan, semakin

Selain itu UML juga dapat diartikan sebagai sebuah Bahasa yang telah menjadi standar dalam industry untuk visualisasi, merancang dan mendokumentasikan sistem piranti lunak

Penelitian ini menggunakan metode yuridis empiris dengan pendekatan kualitatif, serta analisis data menggunakan metode induktif, yaitu dengan menganalisis data yang telah

25 Codeware Compress Build 7130, Build 7200,Build 7300,Build 7400,Build 7500,Build 7510 Engineering Software Pressure Vessel And Heat Exchanger.