• Tidak ada hasil yang ditemukan

spesialis I di bagian/smf Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Sanglah dan telah memberikan dukungan, semangat serta masukan selama pembuatan tesis. 6.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "spesialis I di bagian/smf Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Sanglah dan telah memberikan dukungan, semangat serta masukan selama pembuatan tesis. 6."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

i

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya maka tesis yang berjudul: ”Perbedaan kadar interleukin 2 pada bayi divaksinasi BCG yang terbentuk parut dan tidak terbentuk parut” dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, pengarahan, sumbangan pikiran, dorongan semangat dan bantuan lainnya yang sangat berharga dari semua pihak, tesis ini tidak akan terlaksana dengan baik dan lancar. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr Ketut Suastika, SpPD-KEMD yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas pada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis I di Universitas Udayana.

2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Prof. Dr. dr Putu Astawa, Sp.OT (K), M.Kes, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas pada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis I dan Program Magister Ilmu Biomedik di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

3. Ketua Program Studi Ilmu Biomedik, Dr. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, MSc, Sp.GK, yang telah memberikan kesempatan yang telah diberikan pada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister Ilmu Biomedik .

4. Direktur RSUP Sanglah Denpasar, dr. I Wayan Sudana, M.Kes atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan untuk melanjutkan pendidikan di Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak dan melakukan penelitian di RSUP Sanglah Denpasar.

5. Kepala Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah, dr. Bagus Ngurah Putu Arhana, Sp.A(K) yang telah memberikan kesempatan penulis untuk mengikuti program pendidikan dokter

(2)

ii

spesialis I di bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Sanglah dan telah memberikan dukungan, semangat serta masukan selama pembuatan tesis.

6. Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis I (KPS PPDS-I) Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah, dr. Ketut Suarta, Sp.A(K) yang telah memberikan kesempatan, bimbingan dan dukungan sejak awal sampai akhir pendidikan penulis. Terima kasih karena telah menjadi orang tua yang senantiasa mengarahkan, membimbing dan memberikan dukungan selama penulis menjalani pendidikan PPDS I IKA.

7. Dr. Ni Putu Siadi Purniti, Sp.A(K) selaku pembimbing pertama yang telah banyak memberikan dorongan, semangat serta meluangkan waktu dan pemikiran dalam penyusunan tesis ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

8. DR. dr. I Gusti Lanang Sidiartha, Sp.A(K) selaku pembimbing kedua atas bimbingan dan saran selama penyusunan tesis ini.

9. Prof. dr. Soetjiningsih, Sp.A(K), dr. I Made Arimbawa, Sp.A(K), dan dr. I Gusti Ngurah Sanjaya Putra, SH, SpA(K), selaku penguji yang telah memberikan banyak masukan dalam penyusunan dan penulisan tesis ini. 10. Seluruh supervisor Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana/RSUP Sanglah atas segala bimbingan yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan.

11. Suami tercinta yang selalu setia mendampingi, senantiasa sabar, dan memberikan dukungan dengan penuh kasih sayang, tak lupa juga untuk putra tercinta yang selalu menghadirkan tawa sebagai hiburan disaat lelah, yang rela waktunya terbagi demi kesempurnaan penelitian ini.

12. Kedua orang tua dan mertua yang telah dengan penuh kasih sayang dan mendukung sepenuhnya sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

(3)

iii

13. Kepada semua pihak, keluarga, sahabat, rekan PPDS, rekan paramedis dan non paramedis yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu di sini, atas seluruh dukungan dan bantuan yang telah diberikan selama penulis menjalani pendidikan PPDS I IKA.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini jauh dari sempurna. Dengan segala kerendahan hati, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan tesis ini. Sekiranya, penulis tetap mohon petunjuk untuk perbaikan supaya hasil yang tertuang dalam tesis ini dapat bermanfaat bagi ilmu kedokteran dan pelayanan kesehatan.

Denpasar, 5 Januari 2017

(4)

iv ABSTRAK

PERBEDAAN KADAR INTERLEUKIN 2 PADA BAYI YANG DIVAKSINASI BACILLUS OF CALMETTE-GUERIN (BCG) YANG TERBENTUK PARUT

DAN TIDAK TERBENTUK PARUT.

Vaksinasi Bacillus Of Calmette And Guerin (BCG) adalah upaya untuk mencegah berkembangnya penyakit TB dan TB berat pada anak. Kegagalan vaksinasi BCG akan berimplikasi terhadap peningkatan kasus penyakit TB pada anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan perbedaan kadar IL-2 antara bayi yang terbentuk dan tidak terbentuk parut setelah divaksinasi BCG.

Sebanyak 94 subjek direkrut secara konsekutif di poliklinik anak RSUP Sanglah Denpasar, 11 puskesmas se-wilayah kotamadya Denpasar, dan 6 puskesmas se-wilayah kabupaten Jembrana, sejak September sampai Nopember 2016. Penelitian dikerjakan secara observasional analitik dengan desain potong lintang. Pada subjek dilakukan pemeriksaan timbulnya parut BCG dan kadar IL-2. Normalitas distribusi data diuji dengan uji Kolmogorov-Sminov. Dilakukan uji Mann-Whitney untuk menilai perbedaan kadar IL-2 pada yang terbentuk dan tidak terbentuk parut. Uji korelasi Spearman untuk menilai korelasi antara kadar IL-2 dan ukuran parut BCG. Nilai P < 0,05 adalah signifikan.

Terdapat 80 subjek yang terdiri dari 50 bayi dengan parut dan 30 tanpa parut diperiksa kadar IL-2. Median kadar IL-2 setelah vaksinasi BCG adalah 0,505 pg/ml. Tidak terdapat perbedaan bermakna kadar IL-2 antara bayi dengan parut BCG dan bayi tanpa parut BCG (masing-masing dengan median 0,508 (minimum 0,367, maksimum 0,720) dan median 0,493 (minimum 0,415, maksimum 0,664), pg/ml, P=0,33). Terdapat korelasi negatif lemah dan tidak bermakna antara kadar IL-2 dan ukuran parut BCG (r=-0,151; p=0,296).

Tidak terdapat perbedaan kadar IL-2 antara bayi yang terbentuk dan tidak terbentuk parut BCG setelah divaksinasi BCG. Keberhasilan vaksinasi BCG adalah sama antara yang terbentuk parut dan tidak terbentuk parut.

(5)

v ABSTRACT

DIFFERENCE LEVEL OF INTERLEUKIN 2 IN BACILLUS OF CALMETTE-GUERIN (BCG)-VACCINATED INFANTS WITH POSITIVE AND

NEGATIVE SCAR

Vaccination Of Bacillus Calmette-Guerin (BCG) is a way to prevent the development of tuberculosis (TB) and severe TB disease in children. If BCG vaccination fail, it will implicates increament TB disease case in children. The aim of this study was to prove the difference level of IL-2 in infants with positive and negative BCG scar that reflected the success of BCG vaccination.

The study was done in an analytic observational with cross-sectional design. Ninety four subjects were consecutively recruited in the outpatient clinic of Sanglah Hospital, primary health cares throughout the city of Denpasar and Jembrana, from September 2016 to November 2016. The data distribution was evaluated by Kolmogorov-Sminov test. Mann-Whitney test was done to assess the difference level of IL-2. Spearman test was performed to assess the correlation between levels of IL-2 and size of BCG scar. The P value <0.05 was considered significant.

Eighty subjects were examined IL-2 level that consisted of 50 positive and 30 negative BCG scar infants. Median levels of IL-2 after BCG vaccination is 0.505 pg/ml. There were no significant difference of IL-2 level between positive and negative BCG scar infants with median 0.508 (minimum 0,367-maximum 0.720) and 0.493 (minimum 0,415-maximum 0.664), pg/ml, respectively, P = 0.33. There was not significant negative-weak correlation between IL-2 level and size of BCG scar (r = -0.151; p = 0.296).

There was no difference of IL-2 level in infant with positive and negative scar who received BCG vaccination. The successful of BCG vaccination was equal between positive and negative BCG scar infants.

(6)

vi DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM……… i

PRASYARAT GELAR……….. ii

LEMBAR PENGESAHAN...………. iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ……….. iv

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT………. v

UCAPAN TERIMAKASIH ……… vi

ABSTRAK………. ix

ABSTRACT ………. x

DAFTAR ISI……….. xi

DAFTAR GAMBAR ………. xiv

DAFTAR TABEL……….. xv

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG……...……… xvi

DAFTAR LAMPIRAN……….. xviii

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

1.1 Latar Belakang……… 1

1.2 Rumusan Masalah ……….. 6

1.3 Tujuan Penelitian……… 6

1.4 Manfaat Penelitian……….. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA………. 8

2.1 Tuberkulosis……… 8

2.1.1 Epidemiologi………. 8

2.1.2 Etiologi……….. 10

(7)

vii

2.1.4 Imunopatogenesis………. 16

2.2 Vaksinasi BCG (Bacillus of Calmette and Guerin)……… 20

2.2.1 Karakteristik Vaksin BCG……….... 20

2.2.2 Respon Imun terhadap Vaksinasi BCG……… 23

2.2.3 Interleukin 2 ………. 25

2.2.4 Efektivitas Vaksinasi BCG………... 28

2.2.5 Cara Pemberian ……… 33

2.2.7 Parut pada Vaksinasi BCG……… 36

2.3 Interleukin 2 dan Parut BCG ……….. 41

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 42 3.1 Kerangka Berpikir ……….. 42

3.2 Kerangka Konsep……… 45

3.3 Hipotesis Penelitian ………... 45

BAB IV METODE PENELITIAN ……… 46

4.1 Rancangan Penelitian ………. 46

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ……… 46

4.3 Penentuan Sumber Data ………. 46

4.3.1 Populasi Penelitian……… 46

4.3.2 Sampel Penelitian ………. 47

4.4 Variabel Penelitian ………. 48

4.5 Definisi Operasional Variabel ……… 48

4.6 Instrumen Penelitian……… 51

4.7 Prosedur Penelitian………. 52

4.8 Alur Penelitian ………... 56

4.9 Analisis Data...……… 57

4.10 Etika Penelitian………. 58

BAB V HASIL PENELITIAN ….……….……… 59

5.1 Karakteristik Subjek Penelitian………..………. 59 5.2 Perbedaan Kadar IL-2 antara Bayi yang Terbentuk dan Tidak

(8)

viii

Terbentuk Parut Setelah divaksinasi BCG………... 61

5.3 Korelasi Kadar IL-2 dengan Ukuran Parut BCG..……….………. 63

BAB VI PEMBAHASAN……….……….……… 64

6.1 Karakteristik Subjek………….………..………. 64

6.2 Perbedaan Kadar IL-2 antara Bayi yang Terbentuk dan Tidak Terbentuk Parut setelah divaksinasi BCG……..………. 66

6.3 Korelasi Kadar IL-2 dengan Ukuran Parut BCG..……….………. 70

6.4 Keterbatasan Penelitian………... 71

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN..….……….….……… 72

7.1 Simpulan………..………..………. 72

7.2 Saran……….………....…... 72

DAFTAR PUSTAKA ……… 74

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Struktur dinding sel mikobakterium ……….. 11

Gambar 2.2 Faktor-faktor yang menentukan virulensi M.tb ………. 13

Gambar 2.3 Respon imunitas seluler terhadap M.tb……….. 16

Gambar 2.4 Penyuntikan vaksin BCG secara intrakutan……… 33

Gambar 3.1 Bagan kerangka berpikir………. 44

Gambar 3.2 Bagan kerangka konsep ………. 45

Gambar 4.1 Kurva ELISA IL-2 ………. 55

Gambar 4.2 Alur penelitian……… 56

Gambar 5.1 Profil penelitian……….. 60

(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 5.1 Karakteristik subjek……… 61 Tabel 5.2 Perbedaan Kadar IL-2 antara yang terbentuk parut dan tidak terbentuk

parut ………..……… 62

Tabel 5.3 Control by analysis faktor-faktor yang terkait dengan terbentuknya

parut BCG……….. 62 Tabel 5.4 Korelasi antara kadar IL-2 dan ukuran parut BCG....……… 63

(11)

xi

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

SINGKATAN

AIDS : Acquired Immuno Deficiency Syndrome AG : Arabinogalactan

Ara : Arabinan

BCG : Bacillus of Calmette and Guerin BTA : Basil Tahan Asam

CFP-10 : Culture Filtrate Protein 10 kDa CMI : Cell Mediated Immunity CR : Complement

DC-SIGN : DC-specific-intracellular-adhesion-molecule-3-grabbing-non-integrin ESAT-6 : Early Secretory Antigen target 6 kDa

HBHA : Heparin-binding Haemagglutinin HIV : Human Immunodeficiency Virus IFN- : Interferon Gamma

IL : Interleukin

LAM : Lipoarabinomannan

LMI : Leucocyte Migration Inhibition MA : Asam Mikolat (Mycolic Acid) M. Bovis : Mycobacterium Bovis

MDGs : Millennium Development Goals MDR : Multi Drug Resistant

mm : Milimeter

M.Tb : Mycobacterium Tuberculosis MR : Mannose Receptors

(12)

xii n : Jumlah

NK : Natural Killer NO : Nitrogen Oxide

MNT : Mikobakterium Non Tuberkulosis PDIMs : Phthiocerol Dimycocerosates PG : Peptidoglycan

PGLs : Phenolic Glycolipids pg/ml : Picogram per mililiter

PPI : Program Pengembangan Imunisasi PRRRs : Pattern recognition receptors OAT : Obat anti tuberkulosis RD-1 : Region of Difference-1 RNAp : RNA polymerase

RNI : Reactive Nitrogen Intermediates ROI : Reactive Oxygen Intermediates SB : Simpang Baku

TB : Tuberkulosis TLR : Toll-like Receptors TNF- : Tumor Necrosis Factor 

UNICEF : The United Nations Children’s Emergency Fund WHO : World Health Organization

T : Sel T Gamma Delta

LAMBANG

= : sama dengan < : kurang dari > : lebih dari

(13)

xiii  : kurang dari sama dengan % : persen

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Persetujuan setelah Penjelasan……… 85

Lampiran 2 Kuesioner……… 90

Lampiran 3 Amandemen Perubahan Judul Penelitan………. 93

Lampiran 4 Ethical Clearence……… 94

Lampiran 5 Surat Ijin Melaksanakan Penelitian………. 95

Lampiran 6 Hasil Analisis Data SPSS ………... 100

(14)

xiv BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Vaksinasi Bacillus Of Calmette And Guerin (BCG) adalah upaya untuk mencegah infeksi tuberkulosis (TB) berkembang menjadi penyakit TB dan TB berat pada anak. Penyakit TB pada anak sampai saat ini masih menjadi penyebab kematian tersering terkait infeksi. Terdapat asumsi bahwa keberhasilan vaksinasi BCG ditandai dengan terbentuknya parut BCG dan kadar interleukin 2 (IL-2). Apabila vaksinasi BCG gagal, berimplikasi terhadap peningkatan kasus TB pada anak.

World Health Organization (WHO) memperkirakan paling sedikit 550 ribu anak menjadi sakit TB setiap tahunnya. Sebanyak 75% dari semua kasus TB pada anak terdapat di negara sedang berkembang (WHO, 2016a). Indonesia termasuk dalam 22 negara dengan prevalens TB yang tinggi. Proporsi kasus TB anak diantara semua kasus TB dari tahun 2007-2013 berkisar antara 7,9%-12%, dengan penemuan kasus baru TB tertinggi di Provinsi Papua yaitu 9.511 kasus (302 kasus/100.000 penduduk) pada tahun 2014 (Pusdatin, 2015).

Angka kematian TB anak masih sangat tinggi dan menjadi penyebab utama kematian pada anak terkait infeksi hampir di seluruh negara. World Health Organization melaporkan sebanyak 80.000 anak meninggal karena TB setiap tahunnya. Hal ini menjadi salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kegagalan pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) yaitu menurunkan angka

(15)

xv

kematian anak 2/3-nya pada tahun 2015 (WHO, 2016b). Penyakit TB pada anak di Indonesia merupakan penyebab ketiga dari 10 besar penyakit menular penyebab kematian setelah pnemonia dan diare, dengan angka kematian sebesar 3,9% pada anak dibawah 5 tahun (UNICEF, 2009).

Tuberkulosis pada anak memiliki sifat progresivitas tinggi, yaitu dapat berkembang cepat dari infeksi TB menjadi penyakit TB. Risiko menjadi penyakit TB tergantung dari beberapa faktor, seperti usia saat terpapar, status nutrisi, status imunitas, genetik, dan virulensi mikobakterium. Anak-anak usia kurang dari 2 tahun lebih sering berkembang menjadi sakit TB dalam 12 bulan pertama. Usia muda dan infeksi HIV adalah faktor risiko utama untuk penyakit TB berat atau disseminata (Nelson dan Wells, 2004).

Salah satu upaya yang terbukti efektif untuk mencegah penyakit TB adalah dengan melakukan vaksinasi BCG. World Health Organization merekomendasikan pemberian vaksinasi BCG pada semua bayi di hari-hari pertama kehidupan di seluruh dunia, terutama pada negara-negara dengan angka kejadian TB tinggi (WHO, 2006). Indonesia memasukkan vaksinasi BCG dalam program vaksinasi nasional yaitu mewajibkan pemberian vaksinasi BCG pada semua bayi baru lahir sampai usia 2 bulan (Hadinegoro, 2008).

Vaksin BCG pertama kali ditemukan pada tahun 1908 oleh Calmette and Guerin di Pasteur Institute, Prancis, yang diperoleh dari strain Mycobacterium bovis (M.bovis). Mycobacterium bovis memberikan imunitas tanpa menimbulkan efek patologis seperti pada Mycobacterium tuberculosis (M.tb) (Smith dkk., 2008).

(16)

xvi

Vaksinasi BCG memberikan perlindungan kepada bayi dan anak terhadap penyakit TB berat seperti meningitis TB dan TB milier dengan perkiraan efikasi sebesar 80%, sedangkan efikasi vaksin untuk mencegah TB paru sebesar 0-80% (Soares dkk., 2008). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi variasi efikasi vaksin BCG dalam melawan TB yaitu usia saat diberikan, genetik, strain vaksin BCG, dosis vaksin, dan cara pemberian (Kagina dkk., 2009).

Mekanisme kerja vaksin BCG melawan TB adalah melalui mekanisme imunitas seluler yang dimulai dengan aktivasi makrofag untuk memfagositosis M.bovis yang telah bereplikasi secara lokal. Makrofag bersama dengan sel dendrit mengantarkan M.bovis menuju kelenjar limfe regional dan mempresentasikannya kepada sel T. Sel T selanjutnya berdiferensiasi dan bermigrasi ke jaringan yang terinfeksi yaitu pada tempat penyuntikan vaksin dan memroduksi berbagai sitokin proinflamasi seperti interferon-γ (IFN-γ), interleukin 2 (IL-2) dan tumor necrosis factor-α (TNF-α) dan sitokin antiinflamasi seperti interleukin 4, 5, 10, 17, 21, 22 (IL-4, IL-5, IL-10, IL-17, IL-21, IL-22) (Faridi dkk., 2009). Interferon-γ adalah sitokin utama dalam mengontrol infeksi TB yang memiliki kemampuan mangaktivasi sifat antimikroba dari makrofag yaitu dengan memroduksi sitokin proinflamasi TNF-α, IL-1, IL-6, dan IL-12 yang terlibat dalam pembentukan granuloma. Sel-sel tambahan lain yang berperan dalam imunitas antimikroba yaitu sel natural killer (sel NK) dan sel-sel sitolitik T gamma/delta (T). Sel-sel tersebut mensekresi sejumlah sitokin terutama IFN- (Raja, 2004; Kulchavenya, 2013).

(17)

xvii

Efektivitas vaksinasi BCG ditandai dengan dihasilkannya imunitas memori yang apabila dirangsang memberikan respon imunitas seluler. Respon imunitas seluler untuk melawan TB tergantung juga dari jumlah sel T CD4 dan CD8 (Kulchavenya, 2013). Penurunan kadar CD4 dan CD8 seperti yang terjadi pada infeksi human immunodeficiency virus (HIV) memungkinkan perkembangan infeksi TB menjadi progresif (Havlir dan Barnes, 1999; Scanga dkk., 2000).

Penelitian terakhir menyebutkan bahwa IL-2 merupakan faktor terpenting dalam proses respon imunitas seluler karena IL-2 dihasilkan oleh sel-sel CD4. Interleukin 2 meningkatkan proliferasi dan survival sel T serta diferensiasi in-vitro menjadi sel-sel efektor dan sel-sel memori (Malek, 2003; Bachmann dan Oxenius, 2007). Penelitian oleh Soares dkk. (2008) menyebutkan bahwa IL-2 berhubungan kuat dengan memori sentral. Pembentukan sel T memori ini memungkinkan untuk melakukan ekspansi ketika berhadapan kembali dengan antigen. Interleukin 2 dapat pula menekan replikasi dari mikobakterium dan merangsang perkembangan respon imun menjadi tipe Th1 yang berperan penting dalam melawan TB serta mengaktifkan sel NK dan sel T untuk memroduksi IFN- (Young dkk., 2002).

Kondisi-kondisi yang menurunkan kadar CD4 seperti imunodefisiensi,

keganasan (leukemia), mendapat kemoterapi, mendapat terapi imunosupresif dan infeksi M.tb maupun mikobakterium non tuberkulosis (MNT) akan menurunkan kadar IL-2. Infeksi seperti sepsis, pneumonia, influenza atau virus lainnya dapat menurunkan sementara kadar CD4 (Kamphuis dkk., 2006; Al-Aska dkk., 2011).

(18)

xviii

Penyuntikan vaksin BCG intrakutan menyebabkan reaksi lokal berupa peninggian kulit yang akan menghilang dalam waktu ½ sampai 2 jam tergantung pada status hidrasi jaringan kulit, kemudian akan memberikan tanda kemerahan dengan ukuran 5-10 mm. Selanjutnya terbentuk pustul dalam waktu 3-10 hari setelah vaksin disuntikkan yang kemudian akan pecah 2-5 hari setelah terbentuk pustul dan menjadi ulkus berukuran 4-8 mm. Ulkus akan menyembuh dalam waktu 4-6 minggu, yang diawali dengan terbentuknya krusta yang menutupi ulkus dan berakhir dengan terbentuknya parut BCG dengan batas tidak tegas. Parut terbentuk sempurna 8-12 minggu setelah penyuntikan vaksin BCG. Hal ini menandai berakhirnya respon imun seluler lokal terhadap vaksinasi BCG (Faridi dkk., 2009; Said dan Boediman, 2010). Parut BCG adalah suatu tanda keberhasilan vaksinasi. Sejumlah peneliti menyebutkan bahwa parut BCG dapat membedakan antara individu yang mendapat vaksinasi dan tidak mendapat vaksinasi. Kegagalan pembentukan parut BCG dapat terjadi pada 10% anak yang mendapat vaksinasi BCG (Rani dkk., 1998). Penelitian oleh Srisaravanapavananthan dkk. (2008) melaporkan kegagalan terbentuknya parut BCG sebesar 11%. Kegagalan terbentuknya parut BCG dipikirkan sebagai cerminan dari kegagalan terbentuknya respon imun seluler. Allami dkk. (2011) menyebutkan terdapat hubungan signifikan antara parut BCG dan respon imun seluler melalui reaktivitas dengan uji tuberkulin, namun penelitian lain menyebutkan kegagalan pembentukan parut BCG tidak mencerminkan kegagalan vaksinasi karena terdeteksinya leukocyte migration inhibition (LMI) yang positif sebagai salah satu penanda respon imun seluler terhadap BCG (Rani dkk., 1998).

(19)

xix

Secara in vitro, keberhasilan vaksinasi BCG yang ditunjukkan oleh respon imunitas seluler dapat dievaluasi melalui pemeriksaan kadar CD4, CD8, atau sitokin-sitokin yang dihasilkan dalam proses respon imunitas seluler (Vijayalakshmi dkk., 2006). Sampai saat ini belum ada penelitian yang mengevaluasi kadar IL-2 untuk menilai keberhasilan vaksinasi BCG pada bayi yang terbentuk parut BCG dan pada bayi yang tidak terbentuk parut BCG dan membandingkan antara keduanya, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah terdapat perbedaan kadar IL-2 pada bayi yang divaksinasi BCG yang terbentuk parut dan tidak terbentuk parut.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Apakah terdapat perbedaan kadar IL-2 pada bayi yang divaksinasi BCG yang terbentuk parut dan tidak terbentuk parut?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk membuktikan perbedaan kadar IL-2 yang mengindikasikan keberhasilan vaksinasi BCG pada bayi yang divaksinasi BCG yang terbentuk parut dan tidak terbentuk parut.

1.3.2. Tujuan Khusus

(20)

xx

2. Untuk mengetahui kadar IL-2 pada bayi yang divaksinasi BCG yang terbentuk parut dan tidak terbentuk parut.

3. Untuk membuktikan korelasi antara kadar IL-2 dengan ukuran parut BCG.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Akademis

1. Memberikan bukti ilmiah tentang kadar IL-2 pada bayi setelah vaksinasi BCG pada yang terbentuk parut dan tidak terbentuk parut.

2. Memberikan data dasar untuk penelitian selanjutnya tentang keberhasilan vaksinasi BCG untuk mencegah penyakit TB berat pada bayi dan anak.

1.4.2. Manfaat Praktis

Berdasarkan hasil penelitian ini, terbentuk atau tidak terbentuk parut BCG dapat menunjukkan keberhasilan vaksinasi BCG.

(21)

Referensi

Dokumen terkait

Validasi materi ini dilakukan dua kali tahap oleh dua ahli validator yaitu: dosen fakultas tarbiyah jurusan pendidikan agama Islam Bapak Drs. Hasil

Perusahaan yang mempunyai struktur modal optimal menggunakan DER lebih besar dari angka 1,00 yang berarti perusahaan menggunakan lebih banyak utang daripada saham yang digunakan

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Menggambarkan perencanaan program kemitraan yang dilaksankan oleh UPT SKB Gunungkidul, 2) Menggambarkan implementasi model kemitraaan

Di antar hikmah beranak banyak di masa sekarang ini adalah seorang wanita akan berpikir seribu kali kalau minta bercerai dari suaminya. Jauh berbeda antara istri yang sudah

Nilai rata-rata aroma tortilla ubi jalar ung pada gambar histogram memberikan hasir berkisar 4,27 - 4,63 (antara tidak suka dana suka ) dengan masing-masing

Penambahan karagenan dengan konsentrasi yang berbeda tidak mempengaruhi rasa minuman jeli nanas, hal ini disebabkan komposisi bahan dalam pengolahan minuman jeli nanas

Simulasi detektor alkohol ini menggunakan perangkat keras, sensor MQ-3 sebagai input, mikrokontroller Atmega16 sebagai pengolah data dari sensor MQ-3, LCD berfungsi

Untuk menganalisis aflatoksin pada jagung yang digunakan untuk pakan ternak dapat dilakukan ekstraksi dengan pelarut organik yang aman (metanol) dan pemurnian menggunakan SPE