• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. organisasi masing-masing untuk menyumbangkan konstribusi pelaksanaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. organisasi masing-masing untuk menyumbangkan konstribusi pelaksanaan"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Komitmen

Komitmen merupakan kesetiaan para anggota dan pemimpin terhadap organisasinya. Komitmen merupakan proses yang berkelanjutan dengan para anggota organisasi masing-masing untuk menyumbangkan konstribusi pelaksanaan manajemen terhadap kemajuan organisasi. Penyusunan rencana strategis membutuhkan keterlibatan berbagai pihak sebagai stakeholder kunci dalam perencanaan strategis (Zuckerman 1998).

Komponen komitmen organisasi menyebutkan tiga dimensi yang melibatkan perasaan memiliki dan terlibat dalam organisasi yaitu komitmen efektif, komitmen continuensi, dan komitmen normative. Dimensi ini melibatkan dedikasi seseorang untuk tinggal dalam sebuah organisasi (Meyer dan Allen 1997).

2.2 Komitmen dan Kepemimpinan di Rumah Sakit

Proses penyusunan rencana strategis merupakan usaha untuk memetakan jalan yang akan ditempuh oleh rumah sakit, kegiatan ini tidak mudah dan membutuhkan pemikiran serta kerja keras seluruh sumber daya manusia rumah sakit. Disamping itu terdapat catatan mengenai adanya perbedaan antara maksud misi yang diemban rumah sakit dengan keinginan sumber daya manusianya. Untuk menyusun rencana strategis dibutuhkan komitmen sumber daya manusia terhadap organisasi, hal ini

(2)

perlu ditekankan karena berbagai kasus menunjukkan bahwa penyusunan rencana strategis di rumah sakit lebih didorong oleh penyelesaian tugas dalam pelatihan atau syarat yang dibutuhkan dalam proses akreditasi rumah sakit. Kenyataan bahwa komitmen terhadap sumber daya manusia mungkin berbeda-beda, tanpa komitmen pengaruh rencana strategis terhadap efektifitas organisasi menjadi kurang bermakna. Oleh karena itu sebelum menyusun rencana strategis perlu diperhatikan pemahaman mengenai komitmen dan kepemimpinan.

Menurut Subanegara (2005) yang mengutip pendapat Meyer dan Allen, komitmen terdiri dari tiga dimensi yaitu :

1. Komitmen afektif (Affective Commitment)

Melibatkan rasa memiliki dan terlibat didalam organisasi. Seseorag yang telah berada lama dalam organisasi seharusnya memiliki komitmen yang tinggi, jika diberikan penghargaan oleh organisasinya. Komitmen ini lebih bersifat mengikuti karyawan. Seseorang tidak mau meninggalkan organisasi karena ia sangat meyakini bahwa rasa memiliki dan rasa tanggung jawabnya terhadap pekerjaan menahannya untuk tidak melakukan itu.

2. Komitmen Kontinuans (Continuance Commitment)

Dimensi komitmen atas dasar besar kecilnya pembiayaan yang akan ditanggung oleh karyawan jika meninggalkan organisasi. Tentu saja dalam hal ini erat kaitannya dengan kemampuan seseorang untuk mempertimbangkan resiko yang akan diambilnya. Jadi yang menentukan komitmen adalah faktor rasional. Bisa saja dalam suatu organisasi ada karyawan yang hanya memiliki komitmen ini, ia tidak

(3)

mau mengambil pusing dengan yang lainnya yang penting kebutuhannya untuk pembiayaan hidupnya bisa dipenuhi.

c. Komitmen Normatif (Normative Commitment)

Komitmen ini lebih menekankan kepada keterlibatan perasaan dan menggambarkan dedikasi seseorang untuk tetap tinggal dan bekerja pada organisasinya. Seseorang akan tetap setia karena perasaannya memang mengatakan demikian. Komitmen ini merupakan komitmen yang paling tinggi. Dalam komitmen ini perasaan sangat mendominasi dan akan menimbulkan motivasi yang besar terhadap pekerjaan.

Komitmen yang harus dibangun adalah komitmen affektif dan komitmen normatif, sebab kedua komitmen ini akan sangat kuat dan mengikat, hanya saja memerlukan kesabaran dan ketelitian untuk membangunnya dan membutuhkan waktu yang sangat lama, sebab kuncinya adalah membangun kepercayaan kepada organisasi.

2.3 Sistem

Muninjaya, (2000) mengatakan bahwa sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan terorganisis yang terdiri dari atas beberapa sub sistem yang saling berhubungan dan ditentukan oleh batas-batas yang jelas dan dapat dibedakan dari lingkungannya, dengan kata lain sistem merupakan suatu rangkaian dari bagian yang saling berhubungan. Sistem hanya berfungsi optimal jika semua bagian-bagian yang diperlukan ada dan berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam hubungan

(4)

yang dinamis dengan lingkungannya, sistem menerima berbagai masukan (input) dan mengubah/memprosesnya menjadi keluaran (output) dan hasil akhir (output) dan hasil akhir (outcome) serta dampak (impact). Rangkaian input, proses, output, outcome, output dan impact dalam pemikiran sistem menunjukkan bahwa pendekatan ini sekaligus merupakan alat untuk melakukan perubahan dan peningkatan. Pendekatan sistem dapat digunakan dalam analisis keadaan untuk mengetahui apakah ada masalah atau tidak, dan dapat dipakai untuk menentukan jenis intervensi yang diperlukan untuk mengatasi masalah melalui perubahan pada input dan/atau prosesnya.

Azwar (1988), Muninjaya (2000), dan Notoatmodjo (1993) mengatakan bahwa sistem terbentuk dari elemen atau bagian yang saling berhubungan dan saling mcpengaruhi. Apabila salah satu bagian atau sub bagian sistem tidak berjalan dengan baik, maka akan mempengaruhi bagian yang lain. Secara garis besar elemen-elemen sistem ini adalah sebagai berikut :

2. Masukan (input) : adalah sub elemen-sub elemen yang diperlukan sebagai masukan untuk berfungsinya suatu sistem. Sub sistem tersebut yang dikenal dengan 6 M yaitu manusia (man), uang (money), sarana (material), metode (methode), pasar (market), serta mesin (machine) untuk organisasi yang mencari keuntungan, sedang untuk organisasi yang tidak mencari keuntungan dikenal 4 M yaitu manusia (man), uang (money), sarana (material), metode (methode).

2. Proses : adalah suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah masukan sehingga menghasilkan keluaran (output) yang direncanakan.

(5)

3. Keluaran (output): adalah hal yang dihasilkan oleh proses.

4. Efek (effect) : adalah perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat yang diukur dengan peran serta masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia.

5. Dampak (impact) : adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah beberapa waktu lamanya.

6. Umpan balik (feed back) : adalah merupakan hasil dari proses yang sekaligus sebagai masukan untuk sistem tersebut.

7. Lingkungan (environment) : adalah dunia di luar sistem yang mempengaruhi sistem tersebut.

Selanjutnya pakar manajemen Goerge Terry dalam Azwar (1996) dan Sugiono (1996) mengatakan bahwa pencrapaian tujuan (output) dalam proses manajemen dari suatu sistem dipengaruhi oleh fungsi-fungsi manajemen meliputi: planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian). actualing pelaksanaan dan controlling (pengawasan).

2.4 Komponen Program Manajemen Lingkungan

Komponen program Manajemen lingkungan diarahkan untuk menjawab pertanyaan penelitian dengan cara terpenuhinya tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi dan mendeskripsikan sistem pelaksanaan Manajemen lingkungan di RSUD Langsa meliputi :

(6)

1. Masukan (input) yang diperlukan untuk pelaksanaan Manajemen Lingkungan Rumah Sakit.

2. Proses yaitu pelaksanaan standart prosedur manajemen lingkungan 3. Keluaran (output) memenuhi syarat kesehatan lingkungan Rumah Sakit

2.4.1 Input

a. Tenaga RSUD adalah: sanitarian atau tenaga kesehatan lain yang telah dilatih tentang Manajemen Lingkungan sanitasi dan ditunjuk/ditugaskan untuk mengelola kesehatan lingkungan rumah sakit

b. Biaya Operasional (dana) adalah: biaya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan untuk memanfaatkan pelayanan Manajemen Lingkungan yang tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit berbasis lingkungan (Depkes RI, 2000).

c. Sarana dan prasarana adalah sarana yang minimal dapat menunjang pelaksanaan Manajemen lingkungan sanitasi untuk kegiatan promotif dan preventif. Pelaksanaan pelayanan sanitasi juga harus ditunjang kelengkapan materi yang diperlukan berupa proses administrasi, pencatatan dan pelaporan, dan pedoman buku petunjuk teknis k sanitasi (Depkes RI, 1991/1992).

2.4.2 Proses

Aspek lingkungan rumah sakit adalah unsur dari suatu kegiatan produksi atau pelayanan dari rumah sakit yang dapat berinteraksi dengan lingkungan. Dalam pengertian ini aspek lingkungan akan menjadi aspek yang berdampak penting

(7)

terhadap pelayanan rumah sakit atau masyarakat sekeliling rumah sakit. Rumah sakit dalam kegiatan sehari-harinya akan menguraikan seluruh aktivitas, mulai dari pelayanan medik (poliklinik dan rawat inap), pelayanan penunjang medik, dan penunjang nonmedik. Selain itu, menempatkan pula aktivitas dan pelayanan dalam beberapa kategori utama, seperti rawat jalan dan rawat inap, produk lijflbah yang dihasilkan, kegiatan medik dan nonmedik, transportasi material (medik dan logistik), dan upaya pencegahan pencemaran. Dari masing-masing uraian aktivitas tersebut, akan teridentifikasi bahan-bahan apa yang digunakan baik dari obat-obatan, alat kesehatan, maupun bahan kimia lainnya.

Aspek lingkungan rumah sakit sebenarnya mencakup lingkup yang luas ataupun tidak terbatas sehingga untuk lebih memu-dahkan akan disajikan beberapa contoh dari aspek lingkungan berikut:

a. Pengelolaan limbah infeksius, patologis, dan nonmedik; b. Kejadian infeksi nosokomial;

c. Pembuangan air limbah;

d. Kegiatan yang menggunakan zat kimia e. Kegiatan yang menggunakan air; f. Kegiatan yang menggunakan energi;

g. Penggunaan sumber daya alam; produk yang sudah lama; h. Pembuangan produk.

Identifikasi aspek lingkungan merupakan proses yang berjalan untuk menentukan dampak positif atau negatif dari kegiatan rumah sakit.

(8)

4.2.3 Out put

Hasil yang diharapkan dari seluruh kegiatan oprasional rumah sakit yang berdampak terhadap perubahan kondisi lingkungan yang tidak baik akan menjadi baik sehingga memenuhi prasyarat kesehatan lingkungan rumah sakit dengan memenuhi ketentuan sebagai berikut :

a. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup/

b. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap yang ramah lingkungan/

c. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan. d. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.

e. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.

f. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.

2.5 Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit

Manajemen lingkungan rumah sakit merupakan manajemen yang tidak statis tetapi sesuatu yang dinamis sehingga diperlukan adaptasi atau penyesuaian bila terjadi perubahan di rumah sakit yang mencakup sumber daya, proses dan kegiatan rumah sakit juga apabila terjadi perubahan di luar rumah sakit misalnya perubahan

(9)

peraturan perundang-undangandan pengetahuan yang disebabkan oleh perkembangan teknologi.

Berbagai manfaat yang bias didapat apabila menerapkan system manajemen lingkungan rumah sakit yang terpenting perlindungan terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat dengan mengikuti prosedur yang ada dalam system manajemen lingkungan rumah sakit, maka sekaligus akan membantu dalam mematuhi peraturan perundang-undangan dan system manajemen yang efektif. Dengan demikian sistem ini merupakan system manajemen praktis yang di desain untuk meminimalkan dampak lingkungan dengan cara yang efektif. Beberapa manfaat yang diperoleh bila kita menerapkan system manajemen lingkungan rumah sakit adalah sebagai berikut : 1. Perlindungan terhadap lingkungan

Dampak positif yang paling bermanfaat untuk lingkungan dengan diterapkannya system manajemen rumah sakit adalah pengurangan limbah berbahaya dan beracun (B3) termasuk di dalamnya limbah Infeksius. Selain itu minimisasi limbah sebagai bagian kunci dari penerapan system manajemen lingkungan rumah sakit melalui pendekatan 3 R (Reuse, Recycle, dan Recovery) dapat mengurangi pemakaian bahan baku sehingga jumlah limbah yang dihasilkan relatif lebih sedikit yang berarti juga biaya pengolahannya relatif lebih murah.

2. Manajemen lingkungan

Sistem manajemen lingkungan akan membantu rumah sakit membuat kerangka manajemen lingkungan yang lebih konsisten dan dapat diandalkan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Spesifikasi manajemen lingkungan

(10)

akan memberikan garis-garis besar pengelolaan lingkungan yang didesain untuk semua aspek yaitu, operasional, produk, dan jasa di rumah sakit secara terpadu dan saling terkait satu sama lain.

3. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Penerapan system manajemen lingkungan rumah sakit dapat membawa perubahan kondisi kerja di rumah sakit. Hal ini merupakan harapan yang cukup realistis karena system manajemen lingkungan rumah sakit menekankan peningkatan kepedulian, pendidikan, pelatihan, dan kesadaran dari semua karyawan sehingga mereka mengerti dan tanggap terhadap konsekwensi pekerjaannya. Keterlibatan karyawan dalam proses manajemen lingkungan juga akan meningkatkan budaya sadar dan kepedulian untuk bersama-sama memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan di sekitarnya.

4. Kontinuitas peningkatan performa lingkungan rumah sakit

Sistem manajemen lingkungan rumah sakit tidak didesain untuk menilai tingkat lingkungan misalnya tingkat teknologi pengelolaan lingkungan atau limbah . Namun dengan melakukan system manajemen lingkungan rumah sakit, manajemen lingkungan rumah sakit dapat menjamin dan mengembangkan kemampuannya untuk memenuhi kewajibannya dalam pengelolaan lingkungan. Dengan demikian kinerja pengelolaan lingkungan berjalan seperti spiral yang terus berputar kearah dan mengarah ke kondisi yang lebih baik.

(11)

5. Peraturan perundang-undangan

Dengan menerapkan system manajemen lingkungan maka ada peluang bagi rumah sakit untuk membuktikan kepatuhannya terhadap peraturan perundang-undangan atau menunjukan kepedulian terhadap pengelolaan lingkungan yang lebih baik. Sebagian rumah sakit yang telah berdiri selama beberapa tahun kemungkinan telah dapat menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan. Apabila tidak saat ini rumah sakit tersebut pasti terkena tuntutan hokum dan publisitas negatif. Pemberian denda juga dapat menyebabkan bangkrutnya rumah sakit. Dengan memiliki sertifikasi ISO untuk pengelolaan lingkungan maka kesempatan semakin besar untuk memperoleh dokumen tertulis yang diperlukan untuk menunjukkan bahwa rumah sakit tersebut telah bertindak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pada saat ini banyak instansi lingkungan yang memerhatikan gerakan ISO 14001 namun tidak ikut langsung terlibat sehingga bila suatu rumah sakit menunjukkan bahwa mereka telah memiliki sertifikasi ISO dalam pengelolaan lingkungan, instansi-instansi lingkungan tersebut tidak akan menyelidiki secara mendalam karena hasil audit yang dilakukan ISO sudah sangat lengkap dan menghabiskan yang cukup lama sehingga instansi-instansi tersebut tidak perlu menghabiskan waktunya untuk memastikan bahwa rumah sakit tersebut telah memenuhi peraturan yang berlaku.

6. Bagian dari manajemen mutu terpadu

Manajemen mutu terpadu atau yang lebih dikenal sebagai total quality management ( TQM ) merupakan strategi utama rumah sakit dalam mencapai

(12)

tujuannya, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan pendokumentasian. Sistem manajemen rumah sakit dalam hal ini juga mengandung berbagai tehnik manajemen yang menggunakan pendekatan TQM sehingga implementasi system manajemen lingkungan rumah sakit secara langsung mendukung pelaksanaan manajemen mutu terpadu.

7. Pengurangan dan penghematan biaya

Sistem manajemen lingkungan rumah sakit menawarkan keuntungan finansial baik jangka pendek maupun jangka panjang. Efisiensi pemakaian berbagai sumber daya dan minimisasi limbah yang dihasilkan berarti mengurangi biaya untuk pengadaaan sumber daya dan biaya untuk pengolahan limbah. Penggunaan kembali dan pendaurulangan limbah dapat menjadi tambahan pemasukan financial rumah sakit. Setelah sejumlah biaya dikeluarkan untuk membuat dan menerapkan program-program lingkungan yang belum ada dalam rangka memperoleh sertifikasi secara tidak langsung akan menjadi suatu penghematan biaya dalam jangka panjang terutama dalam hal pembersihan dan pengawasan lingkungan.

8. Meningkatkan citra rumah sakit.

Rumah Sakit yang memiliki sertifikasi ISO 14001 telah menunjukkan bahwa rumah sakit tersebut benar-benar peduli kepada lingkungan. Dengan telah memenuhi standar dalam ISO 14001 pasien akan merasa bahwa lingkungan rumah sakit tersebut telah terlindungi. Hal ini erat kaitannya dengan usaha rumah sakit meningkatkan hubungan baik dengan masyarakat melalui kepercayaan dan kepuasan pasien.

(13)

2.6 Pengaruh Pengelolaan Limbah Rumah Sakit terhadap Masyarakat dan Lingkungan.

Ada beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai resiko yang mendapatkan gangguan karena buangan limbah rumah sakit : 1. Pasien yang datang ke rumah sakit untuk memperoleh pertolongan pengobatan dan perawatan rumah sakit, kelompok ini yang paling rentan terjadinya penyakit. 2. Karyawan rumah sakit dalam melaksanakan tugas sehari-harinya selalu kontak dengan orang sakit yang merupakan agen penyakit, 3. Pengunjung dan pengantar orang sakit yang berkunjun ke rumah sakit, resiko terkena ganguan kesehatan akan semakin besar, 4. Masyarakat yang bermukim di rumah sakit, lebih-lebih lagi jika rumah sakit membuang hasil buangan tidak sebagai mana mestinya ke lingkungan sekitarnya. Dampak buangan air limbah tidak rumah sakit tidak memenuhi aturan mengakibatkan mutu lingkungan menjai turun kualitasnya, dengan akibat lanjutannya adalah menurunkan derajat kesehatan masyarakat di lingkngan tersebut.

2.7 Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

2.7.1 Pengertian Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

Kesehatan lingkungan merupakan usaha untuk mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik manusia yang diperkirakan menimbulkan atau akan menimbulkan hal hal yang merugikan perkembangan fisiknya, kesehatannya ataupun kelangsungan hidup. Maksud dari pengertian lingkungan ini adalah pengendalian semua faktor yang

(14)

ada dalam lingkungan fisik yang memberi pengaruh buruk terhadap perkembangan fisik kesehatan dan kelangsungan hidup manusia.

Kesehatan lingkungan rumah sakit adalah segala upaya untuk menyehatkan dan memelihara lingkungan rumah sakit dan pengaruhnya terhadap manusia. Kesehatan lingkungan rumah sakit bertujuan untuk menciptakan atau mewujudkan kondisi lingkungan rumah sakit yang harus ada diantara manusia dan lingkungannya agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia sehingga memenuhi persyaratan penyehatan lingkungan dan dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial serta membantu proses pengobatan dan penyembuhan penyakit (Dep.Kes RI, 1995).

2.7.2 Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

Adapun persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit berdasarkan Permenkes R1. No. 1204/Menkes/SK/X/2004 adalah meliputi

1. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit a. Lingkungan bangunan rumah sakit

Lingkungan, ruang dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi yang memenuhi persyaratan kesehatan sehingga tidak memungkinkan sebagai tempat bersarang dan berkembang biaknya serangga, binatang pengerat dan binatang pengganggu lainnya.

Untuk persyaratan lingkungan bangunan rumah sakit dapat dijabarkan sebagai berikut :

(15)

1) Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang jelas, dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas.

2) Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas, lahan keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan dilengkapi dengan rambu parkir.

3) Lingkungan bangunan rumah sakit hares bebas dari banjir. Jika berlokasi di daerah banjir harus menyediakan fasilitas /teknologi untuk mengatasinya.

4) Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok.

5) Lingkungan bangunan rumah sakit hares dilengkapi penerangan dengan intensitas cahaya yang cukup

6) Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek atau tidak terdapat genangan air dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan dengan luas halaman.

7) Saluran air limbah domestik dan limbah medis hares tertutup dan terpisah, masing-masing dihubungkan langsung dengan instalasi pengolahan air limbah 8) Ditempat parkir, halaman, ruang tunggu dan tempat-tempat tertentu yang

menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah.

9) Lingkungan dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak memungkinkan sebagai tempat bersarang dan

(16)

berkembang biaknya serangga, binatang pengerat dan binatang pengganggu lainnya.

b. Konstruksi bangunan rumah sakit

Konstruksi bangunan rumah sakit harus kuat, utuh, terpelihara, mudah dibersihkan dan dapat mencegah penularan penyakit serta kecelakaan. Konstruksi bangunan rumah sakit meliputi antara lain adalah :

1). Lantai

a) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna terang dan mudah dibersihkan.

b) Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup ke arah saluran pembuangan air limbah.

c) Pertemuan antara lantai dan dinding harus membentuk konus/lengkung agar mudah dibersihkan

2). Dinding

Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan menggunakan cat yang tidak luntur

3). Ventilasi

a) Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara didalam kamar/ruangan dengan baik.

b) Luas ventilasi alamiah minimum 15 % dari luas lantai.

c) Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara dengan baik, kamar atau ruangan dilengkapi dengan penghawaan buatan/mekanis.

(17)

d) Penggunaan ventilasi buatan /mekanis harus disesuaikan dengan peruntukan ruangan.

5). Atap

a) Atap harus kuat tidak bocor dan tidak menjadi tempat perindukan serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya.

b) Atap yang lebih tinggi dari 10 meter hares dilengkapi penangkal petir 6). Langit-langit

a) Langit-langit harus kuat, berwarna terang dan mudah dibersihkan b) Langit-langit tingginya minimal 2,70 m dari lantai

c) Kerangka langit-langit hares kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti rayap. 7). Konstruksi

Balkon, beranda dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes.

8) Pintu

Pintu hares kuat, cukup tinggi, cukup lebar dan dapat mencegah masuknya serangga, tikes dan binatang pengganggu lainnya.

9). Jaringan Instalasi.

a) Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas, listrik, sistim penghawaan, sarana komunikasi dan lain-lain harus memenuhi persyaratan tehnis kesehatan agar aman digunakan untuk tujuan pelayanan kesehatan.

(18)

b) Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan pipa air limbah dan tidak boleh bertekanan negatif untuk menghindari pencemaran air minum. 10). Lalu lintas Antar Ruangan

a) Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didisain sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan sehingga memudahkan hubungan dan komunikasi antar ruangan serta menghindari risiko terjadinya kecelakaan dan kontaminasi.

b) Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi dengan sarana pencegahan dan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang mudah dipahami oleh pemakainya.

c) Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah bila terjadi kebakaran atau kejadian darurat lainnya.

11).Fasilitas pemadam kebakaran

Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Ruang Bangunan

Penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai dengan fungsi serta memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dengan mengelompokkan ruangan berdasarkan tingat resiko terjadinya penularan penyakit sebagai berikut;

(19)

1). Zona dengan resiko rendah.

Zona resiko rendah meliputi : Ruang administrasi, ruang komputer, ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang informasi dan ruang pendidikan/ pelatihan.

2). Zona dengan resiko sedang.

Zona resiko sedang meliputi : Ruang rawat inap bukan penyakit menular, rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien.

c. Zona dengan resiko tinggi.

Zona resiko tinggi meliputi ruang isolasi ruang perawatan intensif, laburatorium. ruang bedah mayat dan ruang jenazah.

3). Zona dengan resiko sangat tinggi.

Zona resiko sangat tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin dan ruang patologi. 2. Higiene dan sanitasi makanan minuman

Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan minuman yang disajikan dari dapur rumah sakit untuk pasien dan karyawan, makanan dan minuman yaiig dijual didalam lingkungan rumah sakit atau dibawa dari luar rumah sakit. Persyaratan higiene dan sanitasi makanan minuman di rumah sakit dengan indikator angka kuman E.Coli harus 0/gram sample makanan dan minuman. Demikian juga dengan kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman

sebanyak-banyaknya 100/cm2 permukaan dan tidak boleh ada kuman E.Coli. Makanan yang mudah membusuk disipan dalam suhu panas lebih dari 65,5° C atau

(20)

dalam suhu dingin kurang dari 4° C. Untuk makanan yang disajikan lebih dari 6 jam disimpan dalam suhu -5° C sampai -1 ° C

Untuk mengendalikan kemungkinan terjadinya kontaminasi pada makanan dan minuman yang disajikan di rumah sakit sehingga tidak menjadi mata rantai penularan penyakit dan gangguan kesehatan maka dalam kegiatan penyehatan makanan perlu diperhatikan pengamatan yang cermat mulai dari pengadaan bahan mentah, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan penyajian makanan.

Semua penjamah makanan harus selalu memelihara kebersihan prihadi dan terbiasa berperilaku sehat dalam bekerja.

3. Penyehatan air bersih

Air bersih merupakan kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan di rumah sakit. Namun mengingat bahwa.rumah sakit merupakan tempat tindakan dan perawatan orang sakit maka kualitas dan kuantitasnya perlu dipertahankan setiap saat agar tidak mengakibatkan sumber infeksi baru bagi penderita.

Tujuan pengawasan kualitas air di rumah sakit adalah terpantau dan terlindungi secara terus menerus terhadap penyediaan air bersih agar tetap aman dan mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu/membahayakan kesehatan serta meningkatkan kualitas air.

Adapun sasaran pengawasan kualitas air ini terutama ditujukan kepada semua sarana penyediaan air bersih yang ada dan di dikelola oleh rumah sakit dimana bila timbul masalah akan memberi resiko kepada oang-orang yang berada dalam lingkup rumah sakit (pasien, karyawan, tenaga kesehatan maupun pengunjung). Air bersih itu

(21)

sendiri harus sesuai dengan standart kualitas air bersih yang telah ditetapkan berdasarkan Yermenkes no. 416 tahun 1990.

Kegiatan pokok pengawasan kualitas air adalah sebagai berikut : a. lnspeksi sanitasi

Kegiatan ini dilakukan menilai keadaan suat sarana penyediaan air bersih guna mengetahui berapa besar kemungkinan sarana tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya yang mengakibatkan kesehatan masyarakat menurun. Inspeksi sanitasi ini dapat memberikan informasi sedini mungkin pencemaran sumber air yang disebabkan oleh kegiatan manusia atau mahkluk lainnya yang dekat dengan sumber. b. Pengambilan sampel

Sampel diambil dari sistem penyediaan air bersih guna mengetahui apakah air aman bagi konsumen di rumah sakit dan sampel ini harus dapat mewakili air dari sistem secara keseluruhan.

c. Pemeriksaan sampel

Sampel air setelah diambil segera dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan bakteriologi dan kimia.

d. Pencatatan & analisis

Setiap kegiatan yang telah dilaksanakaan dilakukan pencatatan kemudian dianalisis. Jika ada penyimpangan dari kualitas air maka segera dilakukan pengecekan kembali sehingga tindakan perbaikan dapat dilaksanakan.

(22)

tempat tidur. Perkiraan tersebut antara 500-900 liter per tempat tidur per hari (Depkes R1.1995)

4. Pengelolaan limbah

Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas (Depkes RI 1995).

a. Limbah padat

Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis.

1). Limbah medis padat

Limbah medis padat tidak diperbolehkan dibuang langsung ke tempat pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan. Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat disesuaikan dengan kemampuan nimah sakit dan jenis limbah medis padat yang ada.

2). Limbah non medis padat

Pengolahan dan pemusnahan limbah padat non medis harus dilakukan sesuai persyaratan kesehatan.

b. Limbah cair

Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.

(23)

Kualitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau lingkungan harus memenuhi pesyaratan baku mutu efluen sesuai Keputusan Menteri Lingkungan llidup nomor Kep-58/MENLH/12/1995 atau peraturan daerah setempat.

c. Limbah gas

Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi dan pembuatan obat citotoksik.

Standart limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnahan limbah medis padat dengan insinerator mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-13/MENLH/3/1995 teutang baku mutu emisi sumber tidak bergerak.

5. Pengelolaan tempat pencucian Linen (Laundry)

Laundry, rumah sakit adalah : tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan desinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja dan mesin strika.

Laundry harus disediakan ruang-ruang terpisah sesuai kegunaannya yaitu ruang linen kotor, ruang linen bersih, ruang untuk perlengkapan kebersihan, ruang perlengkapan cuci, ruang kereta linen, kamar mandi dan ruang pengering untuk alat-alat termasuk linen.

Linen kotor merupakan sumber kontaminasi penting di rumah sakit. Penanganan linen rutin waktu membersihkan tempat tidur, pengangkutan linen

(24)

sepanjang koridor dan ruang-ruang di rumah sakit dapat menebarkan mikroba ke seluruh bagian rumah sakit. (Depkes KI, 1995).

6. Pengendalian serangga,tikus dan binatang pengganggu lainnya

Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya adalah upaya untuk mengurangi populasi serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya sehingga keberadaannya tidak menjadi vektor penularan penyakit.

Serangga dan tikus merupakan masalah rutin di rumah sakit karena itu pengendaliannya juga harus dilakukan secara rutin, karena dapat menjadi pembawa penyakit dan sekaligus dapat menimbulkan kerugian ekonomi.

Karena kebiasaan hidupnya serangga dan tikus dapat menimbulkan gangguan kesehatan dengan cara memindahkan kuman secara mekanis baik langsung kedalam makanan/bahan pangan atau secara tidak langsung dengan mengkontaminasi peralatan pengolahan makanan dan secara biologis dengan menjadikan vector atau reservoir beberapa penyakit tertentu.

Serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya dapat pula menimbulkan kerugian ekonomi karena merusak bahan pangan dan alat-alat rumah sakit lainnya. Pengendalian serangga dan tikus adalah kegiatan yang bertujuan menekan kepadatan populasi serangga dan tikus di rumah sakit. Dalam melakukan pengendalian terhadap serangga perlu diindentifikasi terlebih dahulu jenis serangga yang akan dikendalikan terutama untuk mengenal kebiasaan hidup dari serangga tersebut.

Prinsip pengendalian terhadap serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya adalah :

(25)

1. Konstruksi rumah sakit dibuat sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kemungkinan berkembang biak serangga dan tikus.

2. Menjaga kebersihan lingkungan sehingga tidak terjadi penumpukan sampah maupun sisa-sisa makanan yang dapat menjadi sarang berkembang biaknya serangga dan tikus.

3. Setiap sarana penampungan air harus dibersihkan atau dikuras sekurang-kurangnya l x seminggu untuk mencegah berkembang biaknya nyamuk aedes agypty.

7. Dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi

Pengertian dari dekontaminasi adalah upaya mengurangi atau menghilangkan kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan dan ruang melalui desinfeksi dan Sterilisasi dengan cara fisik dan kimiawi.

Desinfeksi adalah upaya untuk mengurangi jumlah mikroorganisme patogen penyebab penyakit (tidak termasuk spora) dengan cara fisikk dan kimiawi.

Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua mikroorganisme dengan cara fisik dan kimiawi.

8. Pengamanan radiasi

Pengamanan dampak radiasi adalah upaya perlindungan kesehatan masyarakat dari dampak radiasi melalui promosi dan pencegahan resiko atas bahaya radiasi dengan melakukan kegiatan pemantauan, investigasi dan mitigasi pada sumber, media lingkungan dan manusia yang terpajan atau alat yang mengandung radiasi. Setiap rumah sakit yang memanfaatkan peralatan yang memajankan radiasi dan

(26)

menggunakan zat radioaktif harus memperoleh izin dari badan pengawas tenaga Nuklir.

2.8 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Kesling Rumah Sakit : - Gedung - Ruangan - Penyehatan Makanan - Penyehatan Air - Pengelolaan Limbah - Pencucian Linen - Pengendalian serangga/Tikus - Penyuluhan Kesling Komitmen Petugas Kesehatan Rumah Sakit

Memenuhi Syarat

Tidak Memenuhi Syarat

Kep.Menkes No.1204, Tahun 2004. tentang Prasyarat Kesehatan Lingkungankesehatan Rumah Sakit. Input : - Petugas - Dana - Sarana /Prasarana - Pedoman Teknis Proses : - Perencanaan - Organisasi

- Pemantauan & Evaluasi

Out Put :

- Memenuhi Prasyarat Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Penerapan Manajemen Kesehatan Rumah Sakit

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Pada tugas akhir ini, dibangun model satu sel di subthalamik nukleus untuk menggambarkan penjalaran impuls saraf serta melihat peran input terhadap perubahan potensial membran..

Endang Evacuasiany, Dra., Apt., MS., A.F.K selaku pembimbing utama, atas segala bimbingan, pengarahan, perhatian, dukungan moril, kesabaran dan waktu yang telah disediakan

3. Melakukan pengumpulan Data. Data- data dikumpulkan melalui mesin pencarian dengan menggunakan kata kunci “sistem administrasi perpajakan modern”, “kepatuhan perpajakan”,

Berdasarkan hasil penelitian ini dan penelitian terdahulu dapat ditunjukkan bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) terhadap kemampuan berhitung

Aktor kabuki memiliki ciri khas khusus yang membedakan dirinya dengan aktor lain pada saat memainkan sebuah peran di atas panggung yaitu Kata (型) yang merupakan gaya berakting

Pola yang sama didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Durratul Fakhiroh (2107) dalam pengujian generasi pada penelitiannya menggunakan algoritma genetika untuk

 peptida dari dari suatu p suatu protein rotein membuktikan membuktikan adanya adanya asam asam amino amino bebas bebas dalam dalam suatu suatu protein

Jumlah Balita yang ada di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama. Jumlah bayi usia 6-11 bulan yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi= 20.000. Jumlah Balita di