• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENYUSUN RENCANA KERJA SEKOLAH (RKS) MELALUI WORKSHOP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENYUSUN RENCANA KERJA SEKOLAH (RKS) MELALUI WORKSHOP"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Purwati 64

Vol. 4 No. 2 - Oktober 2020 Halaman 64-74

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENYUSUN RENCANA KERJA SEKOLAH (RKS) MELALUI

WORKSHOP DI DAERAH BINAAN I KECAMATAN MARGASARI TAHUN 2019

Purwati

Pengawas SD Koordinator Dikbud Kecamatan Margasari E-mail: purwatimgs@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketidakmampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah (RKS) yang masih belum sesuai dengan ketentuan. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah di Daerah Binaan I Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal pada Tahun 2019 dapat menyusun dan memiliki RKS yang diharapkan melalui

workshop. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2019 bertempat di SDN

Margasari 02 di Daerah Binaan I Kecamatan Margasai Kabupaten Tegal. Subjek penelitian ini adalah semua kepala SD di Daerah Binaan I Kecamatan Margasari yang berjumlah 10 orang kepala SD. Waktu penelitian bulan Maret sampai dengan Juni 2019. Dilaksanakan 2 siklus, tiap siklus 2 (Dua) kali pertemuan. Menggunakan teknik pengumpulan data non tes, alat pengumpulan data menggunakan lembar pengamatan, analisa data menggunakan deskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil kondisi awal, siklus I dan siklus II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui workshop, Kepala SD di Daerah Binaan I Kecamatan Margasari dapat meningkatkan kemampuannya. Terbukti Nilai rata-rata dalam penyusunan RKS pada kondisi awal rerata perolehan 49,49 dengan ketercapaian kurang, siklus I meningkat perolehan 63,99 ketercapaian cukup, naik 29%. Siklus II meningkat 84,99 dengan ketercapaian baik, naik 32,8%. Secara keseluruhan peningkatan dari kondisi awal hingga siklus II menjadi 61,8%. Penelitian Tindakan Sekolah ini membuktikan keberhasilan melalui workshop dapat meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah (RKS) di Daerah Binaan I Kecamatan Margasari.

Kata kunci: Rencana Kerja Sekolah; Workshop; Kemampuan Kepala Sekolah Abstract

This research is motivated by the inability of the Principal to compile the School Work Plan (RKS) which is still not in accordance with the provisions. The purpose of this research is to improve the ability of the Principals in the Assisted Area I, Margasari District, Tegal Regency in 2019 to be able to compile and have the expected RKS through the workshop. The research is

(2)

Purwati 65 conducted in 2019 at SDN Margasari 02 in the Assisted Area I, Margasai District, Tegal Regency. The subjects of this study are all 10 primary school principals in the Assisted Area I, Margasari Subdistrict. The research period is March to June 2019. There are 2 cycles, each cycle of 2 (two) meetings. Using non-test data collection techniques, data collection tools using observation sheets, data analysis using comparative descriptions, namely comparing the results of initial conditions, cycle I and cycle II. The results show that through the workshop, the Principal of SD in the Assisted Area I, Margasari District can improve their abilities. It is proven that the average value in the preparation of the RKS in the initial conditions, the average acquisition is 49.49, with less achievement, in the first cycle, the improvement is 63.99, a sufficient achievement, up to 29%. The second cycle improves to 84.99 with good achievement, up to 32.8%. Overall, the increase from initial conditions to cycle II becomes 61.8%. This school action research proves that the success through Workshops can improve the ability of school principals to prepare School Work Plans (RKS) in the Assisted Area I, Margasari District.

Keywords: School Work Plan; Workshop; Principal’s Abilities

PENDAHULUAN

Kepala Sekolah sebagai pemimpin di sekolah adalah orang yang memiliki peran yang kuat dalam mengkoordinasikan sumber daya pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah melalui program-program yang dilakukan secara berencana dan bertahap. Oleh karena itu, Kepala Sekolah dituntut memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk meningkatkan mutu sekolah. Salah satu tugas pokok Kepala Sekolah dalam sistem pengelolaan sekolah adalah memenuhi standar pengelolaan pendidikan. Dalam Standar pengelolaan pendidikan menetapkan salah satu indikator sekolah efektif adalah memiliki Rencana Kerja Sekolah (RKS) terdiri dari Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) yang dijabarkan pada Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan dinyatakan dalam Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah (RKAS) mutlak bagi sekolah sebagai pedoman dan dasar pengelolaan sekolah. Hal tersebut diatur dalam PP nomor 19 tahun 2005 pasal 13 ayat 1 yang menyebutkan bahwa setiap satuan Pendidikan dikelola atas dasar Rencana Kerja Jangka Panjang satuan Pendidikan yang meliputi masa 4 tahun serta peraturan Mentri nomor 19 tahun 2007 yang menyebutkan bahwa sekolah membuat rencana kerja jangka menengah yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu 4 tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan. Rencana kerja tahunan

(3)

Purwati 66

yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) dilaksanakan berdasarkan rencana jangka menengah.

Namun dalam kenyataan di lapangan, pada saat peneliti sebagai pengawas mengadakan supervisi kepada Kepala Sekolah dalam penyusunan RKS, hasil penyusunan RKS baru mencapai 49,49 dan penyusunan RKS belum sesuai ketentuan, sehingga kemampuan kepala sekolah dalam menyusun RKS, hasilnya belum sesuai ketentuan. Ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain; sebagian besar Kepala Sekolah belum menyusun RKS (RKJM, RKT, RKAS) merupakan satu kesatuan yang urut, tetapi membuat RKJM, RKT, RKAS masing-masing secara terpisah dan kadang tidak ada keterkaitan antara program kerja dengan kegiatannya; sementara ini sebagian Kepala Sekolah menyelenggarakan pendidikan di sekolah berdasarkan perencanaan RKAS saja; dan penyusunan RKS (RKJM, RKT dan RKAS) analisis tidak diawali dari hasil EDS sehingga program kerja dan kegiatannya tidak berdasarkan kebutuhan realita sekolah. Berdasarkan kenyataan di atas diperlukan upaya agar semua Kepala Sekolah dapat menyusun RKS dalam menentukan strategi pencapaian tujuan sekolah. Maka perlu dilakukan upaya peningkatan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKS, sehingga peneliti perlu mengambil tindakan yang dipilih yaitu dengan cara diadakan Workshop.

Kemampuan Kepala Sekolah

Menurut Robbin (2007: 57) kemampuan berarti kapasitas seseorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan sekarang. Dari pengertian kemampuan tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kecakapan, kesanggupan individu untuk melakukan suatu pekerjaan. Kemampuan Kepala Sekolah adalah kecakapan yang memadai untuk melakukan suatu tugas atau menguasai keterampilan dan kecakapan yang dipersyaratkan sebagai kepala sekolah dalam melaksanakan pelayanan di bidang pendidikan. Baik berupa dana, peralatan, waktu, bahkan suasana yang mendukung.

Untuk dapat melaksanakan tugas pokok tersebut, seorang Kepala Sekolah dituntut memiliki sejumlah kompetensi. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah telah ditetapkan bahwa ada 5 (lima) dimensi kompetensi yaitu; kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi; dan sosial. Sebagaimana tercermin dari kompetensi kepribadian, kepala sekolah harus memilki sifat: berakhlak mulia dan menjadi teladan bagi komunitas sekolah/madrasah; memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin; memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri; bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan

(4)

Purwati 67

fungsi; mengendalikan diri dalam menghadapi masalah; dan memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.

Kompetensi manajerial dijelaskan sesuai Keputusan Mendiknas yaitu Kepala Sekolah harus mampu dan terlihat kinerjanya dalam bidang-bidang manajerial sebagai berikut: menyusun perencanaan sekolah/madrasah mengenai berbagai tingkatan perencanaan; mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan; memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/madrasah secara optimal; menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik; mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal; memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/madrasah secara optimal; mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif; menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik; mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal; dan mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal.

Fungsi Kepala Sekolah sebagai seorang pemimpin seharusnya dalam praktik sehari - hari selalu berusaha memperhatikan dan mempraktekkan fungsi kepemimpinan di dalam kehidupan sekolah, yaitu: Kepala Sekolah harus dapat memperlakukan sama terhadap orang-orang yang menjadi bawahannya, sehingga tidak terjadi diskriminasi, sebaliknya dapat diciptakan semangat kebersamaan di antara mereka yaitu guru, staf, dan para siswa; sugesti atau saran sangat diperlukan oleh para bawahan dalam melaksanakan tugas. Para guru, staf dan siswa suatu sekolah hendaknya selalu mendapatkan saran anjuran dari Kepala Sekolah sehingga dengan saran tersebut selalu dapat memelihara bahkan meningkatkan semangat, rela berkorban, rasa kebersamaan dalam melaksanakan tugas masing-masing; dalam mencapai tujuan setiap organisasi memerlukan dukungan, dana, sarana dan sebagainya. Kepala Sekolah bertanggung jawab untuk memenuhi atau menyediakan dukungan yang diperlukan oleh para guru, staf, dan siswa, baik berupa dana, peralatan, waktu, bahkan suasana yang mendukung; Kepala Sekolah berperan sebagai katalisator, dalam arti mampu menimbulkan dan menggerakkan semangat para guru, staf, dan siswa dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan; dan Kepala Sekolah sebagai pemimpin harus dapat menciptakan rasa aman di lingkungan sekolah.

Rencana Kerja Sekolah (RKS)

Rencana Kerja Sekolah (RKS) merupakan sebuah rencana strategis sekolah yang disusun sebagai acuan pengembangan program sekolah di masa

(5)

Purwati 68

yang akan datang yang dihasilkan melalui suatu proses yang sistematis dan berkesinambungan dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala atas dasar prediksi terhadap kemungkinan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. RKS ini disusun secara bersama oleh Tim Pengembang Sekolah (TPS), dibawah kendali Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab satuan pendidikan. Salah satu aktivitas atau tahapan penting dalam kegiatan manajemen sekolah yang dilakukan Kepala Sekolah adalah menyusun perencanaan sekolah. Perencanaan adalah langkah atau tahapan yang sangat penting dalam manajemen. Menurut Jone (2007: 15) perencanaan adalah pemikiran rasional berdasarkan fakta- fakta dan atau perkiraan yang mendekati (estimate) sebagai persiapan untuk melaksanakan tindakan-tindakan kemudian. Pentingnya fungsi perencanaan dalam pengelolaan sekolah dapat dilihat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 19 Tahun 2007 tentang standar pengelolaan. Setiap sekolah pada semua jenjang Pendidikan (SD, SMP, SMA, SMK) bahwa sekolah harus membuat RKS, sebagai berikut: Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) yang menggambarkan tujuan yang dicapai dalam kurun waktu 4 tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan; Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang dinyatakan dalam rencana kegitan dan anggaran sekolah (RKAS) yang dilaksanakan berdasarkan Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM). RKJM adalah rencana kerja yang berisi tujuan, program, kegiatan dan estimasi sumber daya untuk jangka waktu 4 tahun. Sedangkan RKT adalah program jangka pendek atau tahunan sebagai jabaran atau operasionalisasi RKJM. Tujuan Rencana Kerja Sekolah diantaranya untuk: menjamin agar tujuan sekolah yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan tingkat kepastian yang tinggi dan resiko yang kecil; memberikanarah kerja yang jelas tentang pengembanan sekolah; menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar pelaku sekolah, antar sekolah dan dinas pendidikan; menjamin keterkaitan antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; mengoptimalkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat; menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan.

Workshop

Workshop adalah sebuah kegiatan pembelajaran yang singkat dan

intensif, dengan topik yang relatif sempit, dan biasanya menekankan pertukaran informasi, interaksi antar peserta, dan pembahasan yang sering bersifat tutorial dan cenderung teknis. Karena sifatnya yang lebih teknis, sering diberikan setelah ada pemberian informasi yang lebih menekankan teori, misalnya yang berbentuk seminar ataupun konferensi. (Paulpla, 2011). Selanjutnya menurut Paulpla menyatakan bahwa penyelenggaraan workshop

(6)

Purwati 69

akan efektif jika memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: karakteristik

workshop; kebutuhan peserta; dan persyaratan perencana dan vasilitator workshop. Karakteristik kunci sebuah workshop adalah sebagai berikut :

pembelajaran yang intensif dalam waktu relatif singkat; interaksi dalam kelompok kecil; -Keterlibatan yang aktif; penerapan dari informasi/pembelajaran yang diberikan; dirancang dengan tujuan pembelajaran yang spesifik dan sempit; dan tujuan pembelajaran adalah perubahan tingkah laku.

Agar pelaksanaan workshop berjalan efektif, perlu dilakukan langkah- langkah sebagai berikut: menentukan materi atau substansi yang akan dibahas dalam workshop; menentukan peserta workshop yang terkait dengan materi yang dibahas; dan menentukan penyaji yang membawakan kertas kerja. Pelaksanaan workshop penyusunan RKS perlu dibangun dan dilaksanakan dengan cara menyelesaikan tugas dan/atau memecahkan masalah yang dihadapi oleh kepala sekolah dalam hal ini tentang penyusunan RKS. Peserta juga diberikan kesempatan untuk berbagi pengalaman mereka sendiri dalam melaksanakan praktik penyusunan RKS. Hal ini membuat mereka terlibat dan memberikan contoh-contoh yang dapat digunakan untuk menyusun RKS pada kegiatan workshop. Perancang workshop perlu memusatkan untuk memberikan dalam penyusuna RKS antara lain melalui praktik langsung dalam penyusunan RKS . Berdasarkan waktu, yaitu workshop yang dilakukan dalam waktu yang memiliki jangka waktu tertentu. Berdasarkan kesepakatan dari peserta atau telah ditentukan sebelumnya.

METODE PENELITIAN

Setting, Subjek dan Objek Penelitian

Tempat dilaksanakan workshop di Gugus Sultan Hasanudin, SD Inti Margasari 02 Daerah Binaan I Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2019 sampai dengan bulan November 2019. Menyusun proposal, menyusun laporan sampai dengan seminar. Penelitian dilakukan terhadap 10 Kepala SD di daerah Binaan I, terdiri dari 9 kepala SD Negeri yaitu SDN Margasari 02, SDN Margasari 03, SDN Margasari 04, SDN Margasari 05, SDN Margasari 06, SDN Margasari 07, SDN Dukuhtengah 01, SDN Dukuhtengah 02, SDN Dukuhtengah 03 dan 1 SD Swasta yaitu SDI Alfalah Kecamatan Margasari. Objek penelitian ini adalah kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKS, karena kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKS belum sesuai ketentuan.

Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer. Sumber data primer adalah sumber data yang bersumber dari subyek

(7)

Purwati 70

yaitu kepala sekolah. Dalam hal ini kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKS.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini, teknik yang digunakan adalah teknik non tes. Teknik yang digunakan adalah berupa pengamatan (observasi) terhadap produk RKS yang telah dibuat oleh Kepala Sekolah. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini berupa lembar pengamatan (instrument) terhadap produk RKS yang telah dibuat oleh Kepala Sekolah.

Validasi dan Analisis Data

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas instrumen lembar observasi. Validasi data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara hasil kolaborasi peneliti dengan rekan pengawas satu kecamatan. Analisis data penelitian ini meliputi analisis data nilai menyusun RKS Siklus I, dan nilai menyusun RKS Siklus II, analisis deskriptif komparatif antara Pra Siklus dengan Siklus I, Siklus I dengan Siklus II, dan analisis deskriptif komparatif Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II.

Indikator Kinerja

Kondisi akhir yang diharapkan dari kegiatan penelitian ini adalah semua Kepala Sekolah di Daerah Binaan I Kecamatan Margasari memiliki RKS sesuai dengan ketentuan. Melalui kegiatan workshop diharapkan semua Kepala Sekolah memiliki RKS sebagai arah dalam pengelolaan sekolah. Indikator kinerja yang dijadikan patokan berdasarkan kajian teori serta permasalahan yang dihadapi perolehan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKS berkategori baik, minimal mencapai 80.

Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus I dan siklus II dilaksanakan selama dua pertemuan melalui tahapan perencanaan

(planning), tindakan (action) dan pengamatan (observation), dan refleksi

(reflection).

PEMBAHASAN

Data pemantauan pembinaan penilaian kinerja Kepala Sekolah bidang manajerial khususnya RKS pada awal tahun 2019 di Daerah Binaan I Kecamatan Margasari menunjukkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKS masih belum sesuai ketentuan, terbukti hasil penyusunan RKS 49,49. Data tersebut diperoleh Pengawas Sekolah pada saat melaksanakan pembinaan manajerial pada Kepala Sekolah tahun 2019. Supervisi Kepala Sekolah dilaksanakan mulai awal bulan Februari 2019.

(8)

Purwati 71

Gambar. 1. Diagram Pra Siklus Kemampuan Kepala Sekolah Menyusun RKS Hasil supervisi Kepala Sekolah di Daerah Binaan I memiliki RKS yang masih terpisah - pisah antara RKJM, RKT dan RKAS, bahkan ada yang tidak ada kaitannya sehingga jauh dari harapan juga belum sesuai ketentuan. Dalam pengelolaan sekolah belum ada strategi untuk meningkatkan mutu agar memiliki kekuatan dalam menghadapi tantangan global. Sekolah diselenggarakan apa adanya. Cita-cita untuk mewujudkan visi dan misi kadang tidak sesuai dan jauh dari harapan. Melihat keadaan tersebut maka peneliti sebagai pengawas memandang perlu untuk melakukan penelitian melalui pelatihan dan pendampingan dengan cara workshop bagi Kepala Sekolah di daerah binaan I untuk menyusun RKS.

Siklus I pertemuan 1 dilaksanakan pada bulan Agustus dan pertemuan 2 bulan September 2019. Pada siklus ini Peneliti memberikan sosialisasi tentang pentingnya RKS dan penyusunan RKS yang sesuai ketentuan dengan melihat hasil rekomendasi kelemahan dalam EDS. Kepala sekolah menentukan prioritas dari rekomendasi EDS pada rapot mutu sekolah tahun lalu, yang akan dijadikan kegiatan dalam penyusunan RKS. Pada tahap ini peneliti dan teman sejawat melakukan kegiatan menganalisis menggunakan lembar pengamatan terhadap kepala sekolah dalam menyusun RKS.

Gambar. 2. Diagram Siklus I Kemampuan Kepala Sekolah Menyusun RKS Hasil tindakan yang dilakukan pada siklus I dari 10 kepala sekolah, 10 Orang kepala sekolah memperoleh ketercapaian cukup. Dengan skor rata-rata 38,4 nilai rata-rata 63,99 dengan ketercapaian cukup. Hasil perolehan

51.66

50 50 50 50

48.33 48.33 48.33

50

(9)

Purwati 72

meningkat dibanding siklus I. Peneliti mengolah hasil yang diperoleh berupa catatan-catatan. Selama kegiatan workshop siklus I dengan teman sejawat. Kelemahan dan keunggulan pada siklus I dicatat yang kemudian merupakan acuan dalam perencanaan dan tindakan pada siklus II. Karena hasil yang diperoleh belum mencapai indikator yang diharapkan, maka peneliti dan teman sejawat memandang perlu untuk meneruskan penelitian pada siklus II.

Siklus ke II dilaksanakan bulan Oktober sampai dengan bulan November 2019. Peneliti menyiapkan instrumen supervisi dan observasi siklus II. Selain itu, Peneliti juga mengundang teman sejawat yang pernah melakukan observasi untuk melakukan observasi ulang setelah para Kepala Sekolah mengikuti kegiatan workshop siklus I. Pada tahap ini peneliti bersama teman sejawat menelaah hasil pengamatan dari penyusunan RKS yang telah disusun oleh Kepala Sekolah dan tim pengembang sekolah.

Gambar. 3. Diagram siklus II Kemampuan Kepala Sekolah Menyusun RKS Hasil pengamatan dari 10 orang kepala sekolah semua kepala sekolah memperoleh nilai berkisar antara 71-90 ketercapaianya baik, Skor rata-rata 51,0 dengan hasil nilai 84,99 ketercapaian baik. Ini lebih meningkat lagi dari perolehan pada siklus I. Oleh karena pada siklus II ini, kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKS telah mencapai keberhasilan indikator dengan memperoleh nilai lebih dari 80 ketercapaian baik, maka penelitian ini tidak dilanjutkan lagi.

Gambar. 4. Diagram Pra Siklus, Siklus I, Siklus II Kemampuan Kepala Sekolah Menyusun RKS

(10)

Purwati 73

Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat melaksanakan penelitian ini, kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKS pada Pra Siklus nilai 49,49. Semua Kepala Sekolah ketercapaiannya kurang. Pada siklus I nilai 63,99 mengalami peningkatan 29%. Satu orang Kepala Sekolah ketercapaianya baik. Sembilan Kepala Sekolah ketercapaiannya cukup. Pada siklus II nilai 84,99 ketercapaian semua 10 orang Kepala Sekolah mengalami peningkatan 32,8% dari siklus I. Sehingga dari Pra Siklus sampai siklus II Kemampuan kepala sekolah dalam menyusun RKS mengalami peningkatan 61,8%.

Kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKS adalah sebagai berikut: 1) Perumusan Visi , Misi; 2) Ada tujuan sekolah; 3) Ada indikator mutu lulusan; 4) Menetapkan rencana kerja jangka pendek (1 tahun); 5) Menetapkan Rencana Kerja Jangka Menengah (4 tahun); 6) Menetapkan program standar isi; 7) Menetapkan program standar proses; 8) Menetapkan program kompetensi lulusan; 9) Menetapkan standar kompetensi sarana dan prasarana; 10) Menetapkan standar Tendik; 11) Menetapkan program standar pengelolaan; 12) Menetapkan program standar pembiayaan; 13) Menetapkan program standar penilaian; 14) Menentukan waktu pelaksanaan kegiatan; dan 15) Rencana pembiayaan dalam RKAS.

SIMPULAN

Berdasarkan uraian dan data di atas peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan workshop dapat meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKS. Hal ini terbukti pada hasil penelitian menunjukkan bahwa pada bulan Maret sampai Juni 2019 Kepala Sekolah pada Daerah Binaan I yang berjumlah 10 orang telah dapat menyusun RKS sesuai dengan ketentuan. Pada saat Pra Siklus kemampuan kepala sekolah 49.49, ketercapaian kurang. Setelah diadakan tindakan melalui workshop dengan dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 2 (Dua) pertemuan, pada siklus I kemampuan Kepala Sekolah mengalami peningkatan dengan nilai 63,99 ketercapaian cukup, mengalami peningkatan 29% dan siklus II memperoleh nilai 84,99 dengan ketercapaian baik mengalami peningkatan 32,8%. Sehingga kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKS dari Pra Siklus, Siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan secara keseluruhan mencapai 61,8%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa melalui workshop dapat meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKS di Daerah Binaan I Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal Tahun 2019.

Implementasi pelaksanaan Workshop telah terbukti dapat meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKS. Hal ini memiliki dampak positif terhadap perkembangan ilmu dan penelitian.

(11)

Purwati 74

Penelitian ini dapat dikembangkan untuk peningkatan ilmu bidang manajerial dalam pengelolaan sekolah. Penelitian ini juga memiliki dampak penerapan praktis dalam pemecahan masalah-masalah yang sering timbul dalam manajerial Kepala Sekolah. Nilai positif dari kegiatan workshop, memotivasi peneliti untuk menginformasikan kepada rekan pengawas sekolah.

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami ucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada pengelola jurnal DIALEKTIKA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Peradaban yang telah membantu dalam menerbitkan artikel ini, dan saya juga mengucapkan terima kasih kepada 10 Kepala Sekolah Dasar di daerah Binaan I Kecamatan Margasari yang telah membantu dalam penelitian ini sebagai bahan membuat artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Djauzak. 1996. Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah

Dasar, Jakarta: Debdikbud.

John R. Montanari, Cyril P. Morgan, Jefery S Bracker. 1990. Strategic

Management: A Choice Approach.

Kamis. 1977. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Kartika.

Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan.

Torik dkk, 2019. Modul Penguatan Kompetensi Pengawas Sekolah, Materi

Rencana Kerja Sekolah.

Wahyusunibyo. 2005. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

Demikian hasil kerja kami dalam menyusun Rencana Kerja sekolah ( RKS ) kami sdar bahwa dalam proses penyusunan masih banyak kekurangan baik dalam penyusunan data , kalimat dan

kolaboratif dapat meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam menyusun rencana kerja sekolah” Adapun tujuan yang diharapkan adalah : pendampingan manajerial secara

RENCANA KERJA SEKOLAH merupakan rencana pengembangan sekolah untuk jangka waktu empat tahunan dan rencana Kerja Tahunan nadalah rencana yang relatif bersifat baku, tidak

Akhirnya kami berharap semoga Rencana Kerja Kepala Sekolah ini dapat menjadi pedoman penyelenggaraan pendidikan di UPTD SD Negeri 01 Koto Tangah Simalanggang untuk Tahun

semua guru di Sekolah kami telah menyusun rencana pemberian tugas terstruktur dan tugas mandiri setiap mata pelajaran, baik yang tertuang dalam silabus atau RPP,

Rencana kerja SD NEGERI 7 WIWIRANO Kabupaten Konawe Utara disusun dengan mempertimbangan keadaan Sekolah, harapan pemangku kepentingan, dan tantangan dalam lingkungan strategis

Ketentuan tentang rencana kerja jangka menengah yang selanjutnya disebut RKJM dan rencana kerja tahunan yang selanjutnya disebut RKT ini diperkuat melalui Peraturan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa guru di sekolah binaan sudah dapat menyusun RPP dengan membuat dengan benar dalam hal mencantumkan identitas mata pelajaran, standart