• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Kinerja Aparatur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Kinerja Aparatur"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA TERHADAP KINERJA APARATUR DESA AMARTAPURA KECAMATAN MADUKARA KABUPATEN KARANG TUMARITIS. SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Menyelesaikan Program Strata Satu (S-1) Program Studi Administrasi Pemerintahan. oleh MARIO BALLOTELI NPM.. PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PEMERINTAHAN SEKOLAH TINGGIILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (STISIP). BENTANG BARANANG KARANG TUMARITIS. 2013.

(2) ABSTRAK MARIO BALLOTELI (10010XXX) Pengaruh Gaya Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Kepala Desa Terhadap Kinerja Aparatur Desa Amartapura Kecamatan Madukara Kabupaten Karang Tumaritis – Sekolah Tinggi Imu Sosial dan Ilmu Pemerintahan (STISIP) BENTANG BARANANG – Karang Tumaritis Pembimbing:. Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Kecamatan Madukara Kabupaten Karang Tumaritis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) Menguji dan mendeskripsikan pengaruh gaya kepemimpinan kepala desa terhadap kinerja aparatur Desa Amartapura, Kecamatan Madukara, Kabupaten Karang Tumaritis, dan (2) Mendeskripsikan besarnya pengaruh gaya kepemimpinan kepala desa terhadap kinerja aparatur Desa Amartapura, Kecamatan Madukara, Kabupaten Karang Tumaritis. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey, dengan pegawai di Desa Amartapura Kecamatan Madukara Kabupaten Karang Tumaritis yang seluruhnya berjumlah 16 orang. Teknik pengumpulan data untuk kedua variabel Gaya Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Kepala Desa dan Kinerja Aparatur Desa Amartapura menggunakan instrumen angket dengan skala ordinal serta menggunakan skala Likert. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Gaya Kepemimpinan Kepala Desa berpengaruh positif terhadap Kinerja Aparatur Desa Amartapura, Kecamatan Madukara, Kabupaten Karang Tumaritis yang ditunjukkan dengan persamaan regresi Ŷ = 44,885 + 0,239X + e serta pengujian hipotesis dengan uji t yang menunjukkan nilai thitung (2,861) lebih besar daripada nilai ttabel (1,761) pada tingkat kekeliruan 5% dan db = 14 untuk penolakan atas HO, dan diterimanya HA.. (2) Besar pengaruh ditunjukkan dengan koefisien determinasi sebesar 0,275 yang mengandung makna sebanyak 27,50% Kinerha Aparatur Desa Amartapura dipengaruhi oleh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa. Sedangkan sisanya sebesar 72,50 % merupakan pengaruh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.. 2.

(3) BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah batasan yang reaktif dapat diidentifikasikan, bekerja secara terus menerus untuk mencapai tujuan.1 Kemudian menurut Euis Sholeha dan Suzy mengemukakan organisasi adalah perserikatan orang-orang yang usahanya harus dikoordinasikan, tersusun dari sejumlah sub system yang saling berhubungan dan saling tergantung, bekerja sama atas dasar pembagian kerja, peran dan wewenang, serta mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai.2 Organisasi berisikan orang-orang yang mempunyai serangkaian aktivitas yang jelas dan dilakukan secara berkelanjutan guna mencapai tujuan organisasi. Semua tindakan yang diambil dalam setiap kegiatan diprakarsai, dan ditentukan oleh manusia yang menjadi anggota organisasi, dimana manusia sebagai pendukung utama setiap organisasi apapun bentuk organisasi itu (Mulyadi dan Rivai, 2009).3. 1 2 3. Robbins, S.P. Perilaku Organisasi. (PT. Indeks Kelompok Gramedia. 2006). P. 55 Sholeha, Euis. Dan Suzy. 1996. Kepemimpinan Yang Efektif, Tinjauan dan Implementasinya Bagi Pencapaian Tujuan Organisasi. Jurnal Gema Stikubank. Hal: 45-56. Mulyadi, Deddi. Dan Veithzal Rivai. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. (Jakarta : Rajawali Pers. 2009) p. 21. 3.

(4) Dalam mencapai tujuan organisasi, setiap organisasi memerlukan sumber daya untuk mencapainya. Sumber daya merupakan sumber energi, tenaga, kekuatan yang diperlukan untuk menciptakan aktivitas ataupun kegiatan. Sumber daya itu antara lain sumber daya alam, sumber daya finansial, sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sumber daya manusia. Diantara sumber daya tersebut, sumber daya yang terpenting ialah sumber daya manusia.4 Sumber daya manusia dianggap penting karena dapat mempengaruhi efisiensi dan. efektivitas organisasi,. serta. merupakan. pengeluaran pokok organisasi dalam menjalankan kegiatannya.5 Sumber daya manusia yaitu sumber daya yang digunakan untuk menggerakkan, dan mensinergikan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan organisasi. Sejalan dengan itu Simamora mendefinisikan bahwa sumber daya manusia merupakan asset organisasi yang paling penting, dan membuat sumber daya organisasi lainnya menjadi bekerja.6 Dengan demikian, tanpa sumber daya manusia sumberdaya lainnya akan menganggur dan kurang bermanfaat dalam mencapai tujuan organisasi. Untuk itu sumber daya manusia sebagai asset organisasi perlu dilakukan pengelolaan (manajemen) dengan baik. Menurut. Stoner,. manajemen. merupakan. proses. perencanaan,. pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota. 4 5 6. Wirawan. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Jakarta : Salemba Empat. 2009) p. 107 Simamora, Henry. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi III. (Jakarta : STIE YKPN. 2006) p. 11 Ibid. 4.

(5) organisasi, serta penggunaan sumber daya manusia, dan sumberdaya lainnya agar tercapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.7 Manajemen sumber daya manusia (MSDM) sendiri adalah serangkaian fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian) yang dijadikan dasar dilaksanakannya fungsi msdm (pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemberhentian pegawai), dengan maksud terwujudnya tujuan organisasi, individu pegawai, dan masyarakat.8 Adapun tugas msdm menurut Gibson, et al (1995) yaitu berkisar pada upaya mengelola unsur manusia dengan potensi yang dimiliki sehingga dapat diperoleh sumber daya manusia yang puas (satisfied), dan memuaskan (satisfactory) bagi organisasi.9 Gibson, et all (1995) menjelaskan bahwa kinerja organisasi tergantung pada kinerja pegawainya, atau dengan kata lain kinerja pegawai akan memberikan kontribusi pada kinerja organisasi.10 Apa yang dikemukakan Gibson tersebut dapat diartikan bahwa perilaku anggota organisasi baik secara individu ataupun kelompok dapat memberikan kekuatan atau pengaruh atas kinerja organisasinya. Kinerja pegawai adalah hal yang penting untuk diperhatikan organisasi, karena dapat mempengaruhi tercapainya tujuan dan kemajuan organisasi untuk dapat bertahan dalam suatu persaingan global yang sering berubah atau tidak stabil.. 7. 8 9 10. Ibid Flippo, Edwin B. Manajemen Personalia, Edisi Keempat, (Jakarta: Erlangga. 1993) p. 41 Gibson, James. L, et all. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Edisi ke-5. (Jakarta : Erlangga. 1995) p. 24 Ibid. 5.

(6) Rivai (2003) mengemukakan kinerja ialah hasil kerja seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang, dan tanggung jawabnya.11 Lalu Seymour menjelaskan bahwa kinerja merupakan tindakan-tindakan atau pelaksanaan-pelaksanaan tugas yang dapat diukur atau dinilai.12 Dengan demikian, kinerja pegawai dalam suatu organisasi perlu diukur atau dinilai, agar dapat diketahui apakah kinerja pegawai itu baik atau buruk. Kinerja yang baik adalah kinerja yang optimal, yaitu kinerja yang sesuai standar organisasi dan mendukung tercapainya tujuan organisasi, dan dikatakan buruk jika sebaliknya (Masrukhin dan Waridin, 2006).13 Kinerja pegawai erat kaitannya dengan penilaian kinerja, untuk itu penilaian kinerja pegawai perlu dilakukan oleh suatu organisasi. Penilaian kinerja (performance evaluation) yaitu proses untuk mengukur atau mengevaluasi hasil pekerjaan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi (Rivai, 2003).14 Dengan kata lain penilaian kinerja ditentukan oleh hasil kegiatan sumber daya manusia (SDM) dengan standar kinerja yang telah ditetapkan organisasi sebelumnya. Dalam perkembangannya, melakukan penilaian kinerja pegawai tidaklah sederhana. Karena dalam penilaian kinerja memerlukan syarat,. 11. Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. (Jakarta: Erlangga. 2004) p. 77 12 Cahyono, Budhi. 2006. “Pengaruh Organizational Stressor dan Individual Traits Terhadap Stress Pekerjaan.” Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol 7 No 2. P 181-195 13 Masrukhin dan Waridin. 2004. Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja,Budaya Organisasi Dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai. EKOBIS. Vol 7. No 2. Hal: 197-209. 14 Rivai, Op.Cit. 6.

(7) indikator, serta terdapat elemen-elemen atau variabel-variabel yang mempengaruhinya. Adapun beberapa variabel yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai menurut Wirawan15 antara lain: a. Gaya kepemimpinan, gaya kepemimpinan yang biasa diterapkan pimpinan kepada bawahan atau pegawai dalam rangka proses kepemimpinannya. b. Motivasi kerja, motivasi kerja yang biasa diberikan pemimpin atau organisasi kepada bawahan atau pegawai. Dalam organisasi ada dua pihak yang saling tergantung dan merupakan unsur utama dalam organisasi yaitu pemimpin sebagai atasan, dan pegawai sebagai bawahan (Mulyadi dan Rivai, 2009).16 Kepemimpinan pemimpin dalam suatu organisasi dirasa sangat penting, karena pemimpin memiliki peranan yang strategis dalam mencapai tujuan organisasi yang biasa tertuang dalam visi dan misi organisasi.17 Kepemimpinan ialah kemampuan dan keterampilan seseorang atau individu yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja, untuk mempengaruhi perilaku orang lain terutama bawahannya, untuk berfikir dan bertindak sedemikian rupa, sehingga melalui perilaku yang positif tersebut dapat memberikan sumbangsih nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.18 Kemudian Basuki dan Susilowati menyatakan. 15 16. 17 18. Wirawan. Op.Cit. p. 24 Mulyadi dan Rivai. Loc.Cit. Suranta, Sri. 2002. Dampak Motivasi Karyawan Pada Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Dengan Kinerja Karyawan Perusahaan Bisnis. Empirika.Vol 15. No 2. Hal: 116-138. Siagian, Sondang. P. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. (Jakarta: Rineka Cipta. 2002.) p. 41. 7.

(8) bahwa pemimpin merupakan titik sentral dalam manajemen, sedangkan manajemen merupakan titik sentral dari organisasi.19 Mulyadi. dan. Rivai. memaparkan. bahwa. pemimpin. dalam. kepemimpinannya perlu memikirkan dan memperlihatkan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan kepada pegawainya.20 Gaya kepemimpinan yaitu norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Gaya kepemimpinan atasan dapat mempengaruhi kesuksesan pegawai dalam berprestasi. Dengan kata lain gaya kepemimpinan atasan dapat berpengaruh pada kinerja pegawai dalam suatu organisasi. Beberapa penelitian tentang pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai pernah dilakukan, dengan menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Seperti penelitian yang dilakukan beberapa ahli di atas menunjukkan hasil bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Kemudian terdapat pula penelitian dengan hasil yang menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja pegawai. Dalam. perkembangannya,. gaya. kepemimpinan. tidak. hanya. diperhatikan oleh organisasi swasta, melainkan organisasi pemerintah juga dalam meningkatkan kinerja pegawai. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang 19 20. Basuki, dan Indah Susilowati. 2005 “Dampak Kepemimpinan, dan Lingkungan Kerja, Terhadap Semangat Kerja”. Jurnal JRBI. Vol 1 No 1. Hal : 31-47 Mulyadi dan Rivai. Op.Cit.. 8.

(9) ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Sumber: UndangUndang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang “Pokok-Pokok Kepegawaian”). Pegawai Negeri Sipil berkedudukan sebagai unsur aparatur Negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan (Sumber: Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang “Pokok-pokok Kepegawaian”). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa PNS mempunyai peran yang sangat menentukan keberhasilan dalam meraih tujuan, dan merupakan kunci dalam menentukan keberhasilan Pemerintah dalam melaksanakan kewenangan. Berdasarkan hal tersebut, maka kinerja pegawai (PNS) harus dinilai dan ditingkatkan secara berkesinambungan. Dalam menilai kinerja para PNS, ada baiknya jika kegiatan ini tidak berhenti pada keberadaan para PNS itu sendiri. Hal ini perlu juga dikaitkan dengan sistem dan mekanisme evaluasi kinerja lebih luas yang melibatkan proses evaluasi kualitas motivasi kerja yang diberikan, dan evaluasi kualitas kepemimpinan para pemimpin institusi tempat mereka bekerja. Dengan kata lain proses penilaian kinerja PNS tidak bisa dilepaskan dari motivasi kerja, berikut peran dan tanggungjawab para pemimpin instansi tersebut. Peningkatan kinerja pegawai senantiasa dilakukan agar dapat mencapai sasaran pelayanan prima bagi masyarakat, yaitu terciptanya pelayanan yang. 9.

(10) disajikan oleh aparatur pemerintah yang sesuai dengan standar, serta dapat menciptakan citra positif. Aparat dan perangkat Desa Amartapura, Kecamatan Madukara dalam meningkatkan kinerja pegawainya dihadapkan pada kendala yang timbul, yaitu masih rendahnya pemahaman tupoksi dari pegawai dalam mendukung pelaksanaan tugas. Dimana untuk mendukung pelaksanaan tugas-tugas yang ada setiap pegawai harus senantiasa memiliki pemahaman yang baik terhadap apa yang telah menjadi tupoksinya (Sumber: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2010). Berdasarkan hal tersebut, menunjukkan kesenjangan (gap) terhadap apa yang seharusnya atau apa yang diharapkan organisasi (setiap pegawai harus senantiasa memiliki pemahaman yang baik terhadap apa yang telah menjadi tupoksinya, untuk mendukung pelaksanaan setiap tugas yang ada) dengan apa yang senyatanya terjadi di lapangan (masih rendahnya pemahaman tupoksi. dari. pegawai. dalam. mendukung. pelaksanaan. tugas),. yang. mengindikasikan bahwa kinerja pegawai belum tercapai secara optimal. Dengan melihat dan memperhatikan uraian-uraian tersebut di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa terhadap Kinerja Aparatur Desa Amartapura Kecamatan Madukara Kabupaten Karang Tumaritis”.. 10.

(11) B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya dengan menunjukkan hasil yang tidak konsisten, dan melihat kendala yang dihadapi oleh Perangkat Desa Amartapura Kecamatan Madukara Kabupaten Karang Tumaritis, di mana kendala tersebut menunjukkan kekurangan yang perlu diperbaiki untuk mencapai kinerja pegawai yang optimal. Untuk itu dalam memecahkan masalah tersebut perlu dikembangkan beberapa pertanyaan penelitian, antara lain sebagai berikut: 1. Apakah gaya kepemimpinan kepala desa berpengaruh terhadap kinerja aparatur Desa Amartapura, Kecamatan Madukara, Kabupaten Karang Tumaritis? 2. Seberapa besar perngaruh gaya kepemimpinan kepala desa terhadap kinerja aparatur Desa Amartapura, Kecamatan Madukara, Kabupaten Karang Tumaritis?. C. Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah diatas, maka peneliti mempunyai tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini. Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut. 1. Menguji dan mendeskripsikan pengaruh gaya kepemimpinan kepala desa terhadap kinerja aparatur Desa Amartapura, Kecamatan Madukara, Kabupaten Karang Tumaritis.. 11.

(12) 2. Mendeskripsikan besarnya pengaruh gaya kepemimpinan kepala desa terhadap kinerja aparatur Desa Amartapura, Kecamatan Madukara, Kabupaten Karang Tumaritis.. D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Praktis Hasil penelitian dapat memberikan informasi kepada Kepala Desa Amartapura selaku pimpinan tertinggi di dalam organisasi tersebut, berikut serta para pegawai atau perangkat Desa Amartapura Kecamatan Madukara, Kabupaten Karang Tumaritis, akan pengaruh dari gaya kepemimpinan dan motivasi kerja dalam meningkatkan kinerja pegawai. 2. Kegunaan Teoretis Memberikan tambahan referensi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya bidang Manjemen Pemerintahan.. E. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1. Kerangka Pemikiran a. Gaya Kepemimpinan Ada banyak defenisi tentang kepemimpinan. Tetapi bagi kita, secara mendasar kepemimpinan berarti mempengaruhi orang lain. Ini merupakan defenisi yang luas dan termasuk di dalamnya bermacam-macam prilaku yang diperlukan untuk mempengaruhi orang lain. Sebagian besar persfektif kepemimpinan memandang pemimpin sebagai sumber pengaruh. Pemimpin. 12.

(13) dalam memimpin pada dasarnya mempengaruhi dan para pengikutnya mengikuti sebagai pihak yang dipengaruhi. Pada dasarnya kepemimpinan mengacu pada suatu proses untuk menggerakkan sekelompok orang menuju ke suatu tujuan yang telah ditetapkan/disepakati bersama dengan mendorong atau memotivasi mereka untuk bertindak dengan cara yang tidak memaksa. Dengan kemampuannya seorang pemimpin yang baik harus mampu menggerakkan orang-orang menuju tujuan jangka panjang dan betul-betul merupakan upaya memenuhi kepentingan mereka yang terbaik. Dengan demikian kepemimpinan dapat dikatakan sebagai peranan dan juga suatu proses untuk mempengaruhi orang lain. (Rivai 2004:64).21 Selanjutnya, Kepemimpinan adalah kemampuan yang sanggup meyakinkan orang lain supaya bekerja sama di bawah pimpinannya sebagai suatu team untuk mencapai atau melakukan suatu tujuan tertentu.. Kepemimpinan juga merupakan relasi dan pengaruh antara pimpinan dan yang dipimpin. Kepemimpinan tersebut muncul dan berkembang sebagai hasil dari interaksi otomatis diantara pemimpin dan individu-individu yang dipimpin. Kepemimpinan ini dapat berfungsi atas dasar kekuasaan pemimpin untuk mengajak, mempengaruhi dan menggerakan orang-orang lain guna melakukan sesuatu, demi pencapaian satu tujuan tertentu. Dengan begitu pemimpin tersebut ada bila terdapat kelompok atau organisasi. Maka keberadaan pemimpin itu selalu ada di. 21. Rivai. Op.Cit. p. 64. 13.

(14) tengah-tengah kelompoknya (anak buah, bawahan. Rakyat).22 (Kartono, 2005: 6) Sehubungan dengan itu, dapat diuraikan beberapa persyaratan kepemimpinan yaitu sebagai berikut: 1) Jujur 2) Berpengetahuan 3) Berani 4) Tegas 5) Dapat diandalkan 6) Berinisiatif 7) Bijaksana 8) Adil 9) Gairah 10) Ulet 11) Tidak mementingkan diri sendiri 12) Setia 13) Berwibawa 14) Mampu membuat pertimbangan.23 (Yukl, 1994) Demikian dapat di lihat bahwa untuk menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah, diperlukannya syarat-syarat yang sangat kuat agar seorang. 22. 23. Kartini Kartono, Psikologi Sosial untuk Manajemen: Perusahaan dan Industri, (Jakarta: Rajawali Press, 1994) p. 6 Yukl, G. Leadership in Organizations.(Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. 1994) p. 48. 14.

(15) pemimpin dapat memimpin anggotanya atau kelompoknya dengan bijaksana serta bertanggung jawab dalam mencapai tujuan organisasi. Keberhasilan. seorang. pemimpin. banyak. tergantung. dari. keberhasilannya dalam kegiatan komunikasi. Seseorang tak mungkin menjadi pemimpin tanpa punya pengikut. Lebih tinggi kedudukannya sebagai pemimpin, akan lebih banyak pengikutnya. Akan tetapi tidak mungkin ia dapat menaiki anak tangga kepemimpinannya tanpa kemampuan. membina. hubungan. komunikatif. dengan. pengikut-. pengikutnya dan bakal pengikut-pengikutnya. Yang sangat penting bagi seorang pemimpin dalam kegiatannya sebagai komunikator ialah adanya faktor daya tarik komunikator dan faktor kepercayaan pada komunikator. Menurut Veithzal Rivai dalam bukunya Kepemiminan dan Perilaku Organisasi menjelaskan bahwa : “Gaya kepemimpinan merupakan pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin dalam rangka mencapai sasaran organisasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan yaitu pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan pemimpin, dengan menyatukan tujuan organisasi dengan tujuan individu atau pegawai, dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran yang telah menjadi komitmen bersama.”24 Berdasarkan pendapat Veithzal Rivai diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa gaya kepemimpinan yang sering dipakai untuk menapai tujuan atau sasaran yang menjadi kesepakatan bersama adalah. 24. Rivai. Op.Cit. p. 107. 15.

(16) gaya kepemimpinan yang berdasarkan pola perilaku dan strategi yang disukai seorang pemimpin. Pendapat di atas menunjukan bahwa gaya seorang pemimpin merupakan suatu penggabungan dari apa yang pemimpin tersebut inginkan secara individu dan apa yang mejadi tujuan organisasi, dan gaya kepemimpinan tersebut akan terlihat dari pola dan tingkah laku pemimpin tersebut. Masih dalam bukunya Veithzal Rivai Kepemiminan dan Perilaku Organisasi membagi gaya kepemimpinan kedalam beberapa indikator, yaitu : 1) Watak 2) Visi 3) Kemampuan 4) Memberi Motivasi 5) Memberikan Arahan 6) Melakukan Evaluasi25 b. Kinerja Aparatur Desa Kinerja dalam sebuah organisasi merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam menjalankan tugas organisasi, baik itu dalam lembaga pemerintahan maupun swasta. Kinerja berasal dari bahasa job. 25. Ibid. p. 105. 16.

(17) performanceatau atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang di capai oleh seseorang atau suatu institusi). Kamus bahasa indonesia. Berikut pengertian kinerja : “Menurut Anwar Prabu Mangku Negara dalam bukunya yang berjudul evaluasi kinerja sumber daya manusia kinerja sumber daya manusia adalah pre stasi kerja atau hasil kerja output baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai dalam persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.26 Kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu organisasi atau lembaga pemerintahan dalam mencapai misinya. Untuk organisasi atau lembaga pemerintahan pelayana publik, informasi kinerja tentu sangat berguna untuk menilai seberapa jauh pelayanan yang diberikan oleh organisasi itu memenuhi harapan dan memuaskan pengguna jasa. Dengan melakukan penilaia terhadap kinerja, maka upaya untuk memperbaiki kerja bisa dilakukan secara lebih terarah dan sistematis. Adapun pengertian kinerja aparatur yang dikemukakan oleh Agus Dharma dalam bukunya “Manajemen Prestasi” yaitu sebagai berikut : “Kinerja aparatur adalah sesuatau yang dicapai oleh aparatur, prestasi kerja yang diperhatikan oleh aparatur, kemampuan kerja dikaitkan dengan penggunaan peralatan kantor”.27 (Dharma, 1991:105) Pendapat. tersebut. mengemukakan. bahwa. kinerja. aparatur. merupakan hasil yang dicapai dari suatu kegiatan aparatur pada sebuah 26 27. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) p, 9 (Dharma, 1991:105). 17.

(18) organisasi yang tidak lepas dari memanfaatkan peralatan kantor yang menunjang pada suatu pencapaian hasil tujuan organisasi. Sejalan. dengan. pengertian. tersebut,. A.A.. Anwar. Prabu. Mangkunegara dalam bukunya “Evaluasi Kinerja SDM”, mengatakan bahwa: “Kinerja aparatur adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang aparatur dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.”28 (Mangkunegara, 2005:9) Berdasarkan pengertian diatas bahwa kinerja aparatur sangat erat kaitannya dengan hasil kerja apalagi jika melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab akan menghasilkan hasil kerja yang memiliki kualitas dan kuantitas. Pengertian kinerja aparatur menurut Bambang Kusriyanto yang dikutip oleh Harbani Pasolong dalam bukunya “Teori Administrasi Publik” adalah “Kinerja aparatur adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi”.29 Berdasarkan pengertian kinerja aparatur dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa kinerja aparatur erat kaitannya dengan hasil pekerjaan Dalam konteks kinerja Kumoromotomo menggunakan beberapa kriteria untuk dijadikan pedoman dalam menilai kinerja organisasi pelayanan publik, antara lain : 28 29. Mangkunegara, Op.Cit. p. 9 Pasolong, Harbani. Teori Administrasi Publik. Alfabete, Bandung. 2007) p. 175. 18.

(19) 1) Efesiensi Efesiensi menyangkut pertimbangan tentangkeberhasilan organisai pelayanan publik mendapatkan laba, mamanfaatkan faktor-faktor produksi serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis. Apabila diterapkan secara objektif, kriteria seperti likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas merupakn kriteria efesiensi yang sangat relevan. 2) Efektivitas Apakah tujuan dari didirikannya organisasi pelayanan publik tersebut tercapai? Hal tersebut erat kaintannya dengan rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan organisasi, serta fungsi agen pembangunan. 3) Keadilan Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat kaitannya dengan konsep ketercukupan atau kepantasan. Keduanya mempersoalkan apakah tingkat efektivitas tertentu, kebutuhan dan nilai-nilai dalam masyarakat dapat terpenuhi. Isu-isu yang menyangkut pemerataan pembangunan, layanan kepada kelompok pinggiran dan sebagainya, akan mampu dijawab melalui kriteria ini. 4) Daya Tanggap Berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan oleh perusahaan swasta, organisasi pelayanan publik merupakan bagian dari daya tanggap negara atau pemerintah akan kebutuhan vital masyarakat. Oleh sebab itu, kriteria organisasi tersebut secara keseluruhan harus dapat dipertanggungjawabkan secara transparan demi memenhi kriteria daya tanggap ini.30 (Kumoromotomo, 1996:52) Berdasarkan indikator-indikator dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa kinerja aparatur dapat dikatakan berkualitas dalam tingkatannya apabila berdasarkan indikator efisiensi, efektivitas, keadilan, dan daya tanggap atau responsivitas. Kinerja tidak lepas dari beberapa indikator yang mempengaruhi. Berikut indikator yang mempengaruhi kinerja sebagaimana yang dikemukakan oleh Dwiyanto dalam buku Reformasi Birokrasi Publik. 30. (Kumoromotomo, 1996:52). 19.

(20) 1) Produktivitas 2) Kualitas Layanan 3) Responsivitas 4) Responsibilitas 5) Akuntabilitas31 Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti diharapkan dapat menentukan seberapa besar gaya kepemimpinan sesuai dengan situasi yang ada agar pemimpin dapat mempengaruhi para aparatur bawahannya dalam bekerja dan dapat menghasilkan kinerja aparatur yang sangat berkualitas. Kerangka pemikiran diatas dapat dilihat dalam model kerangka penelitian sebagai berikut.. Gaya Kepemimpinan (Rivai,2009:105). Kinerja Aparatur (Dwiyanto, 2005:50). 1) 2) 3) 4) 5). 1) 2) 3) 4). Watak Visi Kemampuan Memberi Motivasi Memberikan Arahan 6) Melakukan Evaluasi. Produktivitas Kualitas Layanan Responsivitas Akuntabilitas. 2. Hipotesis Penelitian Uji hipotesis penelitian digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. 31. secara. komprehensif,. yaitu. besarnya. Pengaruh. Gaya. Dwiyanto, 2005:50. 20.

(21) Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Kinerja Aparatur Desa Amartapura Kecamatan Madukara Kabupaten Karang Tumaritis ditentukan oleh sub variabel gaya kepemimpinan situasional yaitu watak, visi, kemampuan, memberi motivasi, memberi arahan, dan melakukan evaluasi, serta variabel. kinerja. aparatur. yaitu. produktivitas,. kualitas. layanan,. responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas. Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut. HO = Tidak terdapat pengaruh gaya kepemimpinan kepala desa terhadap kinerja. aparatur. Desa. Amartapura. Kecamatan. Madukara. Kabupaten Karang Tumaritis. HA = Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan kepala desa terhadap kinerja aparatur Desa Amartapura Kecamatan Madukara Kabupaten Karang Tumaritis.. F. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Penelitian Penelitian tentang “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Kinerja Aparatur Desa Amartapura Kecamatan Madukara Kabupaten Karang Tumaritis” ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu pendekatan yang ada dalam penelitian. Pendekatan ini menekankan pada prosedur yang ketat dalam menentukan variabel-variabel penelitiannya. Keketatan pendekatan ini sudah terlihat dari asumsi dasar penelitian kuantitatif.. 21.

(22) Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai objek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variabel masing-masing. Reliabilitas dan validitas. merupakan. syarat. mutlak. yang. harus. dipenuhi. dalam. menggunakan pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil penelitian dan kemampuan replikasi serta generalisasi penggunaan model penelitian sejenis. Selanjutnya, penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesis dan pengujiannya yang kemudian akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula statistik yang akan digunakan. Juga, pendekatan ini lebih memberikan makna dalam hubungan-nya dengan penafsiran angka statistik bukan makna secara kebahasaan dan kulturalnya. Metode penelitian memandu peneliti tentang urut-urutan bagaimana penelitian akan dilakukan, dengan alat apa dan prosedur yang bagaimana. Dalam penelitian tentang “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Kinerja Aparatur Desa Amartapura Kecamatan Madukara Kabupaten Karang Tumaritis” ini digunakan metode deskriptif verifikasi dengan menggunakan teknik survei. Singarimbun mengemukakan bahwa penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok.32 Sementara itu, Sugiyono mengemukakan bahwa menurut tingkat. 32. Masri Singarimbun & Sofian Effendi. Metode Penelitian Survai. (Jakarta: LP3ES. 2003) p. 3. 22.

(23) eksplanasinya, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian asosiatif.33 Penelitian asosiatif adalah penelitian yang mencari pengaruh antara satu variabel dengan variabel lainnya. Variabel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah (1) Gaya Kepemimpinan dan (2) Kinerja Aparatur Desa. 2. Teknik Pengumpulan Data Menurut Nasir, teknik pengumpulan data merupakan instrumen ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data yang akan dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan, serta beragam fakta yang berpengaruh terhadap fokus penelitian yang sedang diteliti. Sesuai dengan pengertian teknik penelitian di atas, teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini terutama ada dua macam, yakni studi dokumentasi dan teknik angket.34 a. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini dimaksudkan sebagai cara pengumpulkan data dengan mempelajari dan mencatat bagian-bagian yang dianggap penting dari berbagai risalah resmi yang terdapat baik di lokasi penelitian maupun di instansi lain yang. ada pengaruhnya dengan lokasi penelitian. Studi. dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari. 33 34. Sugiyono. Op.Cit. p. 11 Nasir (2003:328). 23.

(24) instansi/lembaga meliputi buku-buku, laporan kegiatan dan keuangan, serta dokumen lain yang relevan dengan fokus penelitian. b. Teknik Angket Angket yang disusun dan dipersiapkan disebar kepada responden sebagaimana ditetapkan sebagai sampel penelitian. Jumlah angket yang disebarkan seluruhnya adalah sebanyak sampel yang ditentukan untuk penelitian. Pemilihan dengan model angket ini didasarkan atas alasan bahwa (a) responden memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang diajukan, (b) setiap responden menghadapi susunan dan cara pengisian yang sama atas pertanyaan yang diajukan, (c) responden mempunyai kebebasan dalam memilih jawaban, dan (d) dapat digunakan untuk mengumpulkan data atau keterangan dari banyak responden dalam waktu yang cepat dan tepat. Untuk mengungkap data ini digunakan angket yang berbentuk skala Likert. Adapun alasan menggunakan skala Likert ini untuk mengukur sikap, pendapat dan profesi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu fenomena sosial. Permasalahan strategi pemasaran dan keputusan pembelian produk dapat dikategorikan sebagai fenomena sosial. Oleh karena itu, penggunaan skala Likert pada penelitian ini dapat diterima. Skala Likert yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.. 24.

(25) Tabel 1.1 Penskoran Skala Likert Bobot Penilaian. Pernyataan. Bobot Penilaian. Pernyataan. Sangat setuju. Skor : 5. Sangat baik. Skor : 5. Setuju. Skor : 4. Baik. Skor : 4. Netral. Skor : 3. Netral. Skor : 3. Tidak setuju. Skor : 2. Tidak baik. Skor : 2. Sangat tidak setuju. Skor : 1. Sangat tidak baik. Skor : 1. G. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karang Tumaritis, yang berlokasi di Jl. Siti Jenab Karang Tumaritis. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, yakni dari bulan Februari 2013 sampai dengan bulan Juli 2013. Rincian pelaksanaan penelitian dapat dijelaskan melalui tabel berikut. Tabel 1.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian No. Kegiatan. 1. Kegiatan Prapenelitian. 2. Pengumpulan Data. 3. Analisis Data. 4. Penyusunan Laporan. 5. Bimbingan dan Perbaikan. 6. Sidang Skripsi. Febr 2013. Maret 2013. April 2013. Mei 2013. Juni 2013. Juli 2013. X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X. 25.

(26) H. Sistematika Penulisan Secara sistematis, karya tulis ini dikembangkan dalam lima bagian sebagai berikut. 1. Bagian pertama merupakan pendahuluan yang membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran dan hipotesis, waktu dan lokasi penelitian, serta sistematika pengembangan skripsi. 2. Bagian kedua merupakan tinjauan teoretis yang berisi tentang pembahasan gaya kepemimpinan dan kinerja aparatur desa. 3. Bagian ketiga merupakan pembatasan mengenai metode penelitian yang membahas tentang latar penelitian, metode dan teknik penelitian, metode dan teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan data. 4. Pembahasan hasil penelitian yang berisi deskripsi, analisis, serta pembahasan hasil penelitian serta pembuktian hipotesis. 5. Bagian kelima merupakan kesimpulan atas seluruh hasil analisis data yang diperoleh dalam penelitian serta saran yang dapat dikemukakan berdasarkan temuan-temuan pada saat penelitian.. 26.

(27) BAB II KAJIAN TEORI. A. Gaya Kepemimpinan 1. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan sangat diperlukan bagi suatu organisasi dalam menentukan kemajuan dan kemunduran organisasi, serta tidak ada organisasi yang dapat maju tanpa kepemimpinan yang baik (Mas’ud, 2004). Tanpa kepemimpinan, organisasi hanyalah merupakan kumpulan orang-orang yang tidak teratur dan kacau balau. Kepemimpinan akan merubah sesuatu yang potensial menjadi kenyataan. Dengan demikian keberadaan kepemimpinan dalam organisasi adalah sangat penting dalam mencapai tujuan dan kemajuan organisasi. Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi. Istilah pemimpin, kepemimpinan dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar pimpin. Namun demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda. Pemimpin adalah suatu peran dalam sistem tertentu karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Istilah Kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang.. 27.

(28) Kepemimpinan merupakan bagian penting dari manajemen, karena kepemimpinan merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran (Sholeha dan Suzy, 1996). Kemudian Handoko (2003) mengemukakan bahwa kepemimpinan ialah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Sedangkan. Robbins. (2008). mengartikan. kepemimpinan. adalah. kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok kearah tercapainya tujuan. Lebih lanjut lagi Nimran (2004) mendefinisikan kepemimpinan (leadership) yaitu suatu proses mempengaruhi perilaku orang lain agar berperilaku seperti yang dikehendaki. Kemudian Mulyadi dan Rivai (2009). menjelaskan. bahwa. kepemimpinan. merupakan. proses. mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki budaya pengikut, serta proses mengarahkan ke dalam aktivitas-aktivitas positif yang ada hubungannya dengan pekerjaan dalam organisasi. Miftah Toha dalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan dalam management mendefinisikan kepemimpinan sebagai berikut. “Kegiatan mempengaruhi orang lain atau seni mempengaruhi perilaku orang lain atau seni mempengaruhi perilaku manusia, baik perorangan maupun kelompok, kepemimpinan dapat terjadi dimana saja, asalkan seseorang menunjukan kemampuannya untuk mempengaruhi perilaku orang lain ke arah tercapainya suatu tujuan terentu” (Thoha, 1983:123). 28.

(29) Berdasarkan pendapat diatas, bahwa seorang pemimpin harus bisa mempengaruhi bawahan supaya setiap bawahan atau aparatur yang dipimpinnya dapat bekerja lebih keras sehingga tujuan suatu organisasi dapat tercapai sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemimpin. Buku. Kartini. Kartono. yang. berjudul. Pemimpin. dan. Kepemimpinan, mendefinisikan kepemimpinan sebagai berikut. “Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki keterampilan teknis, khususnya dalam suatu bidang, sehingga ia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan” (Kartono, 1998:74). Pemimpin harus memliki kemampuan lebih dari orang lain atau bawahannya supaya proses mempengaruhi orang lain ataupun bawahannya dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan sehingga akan terjadi keselarasan dalam bekerja dan tujuan-tujuan tertentu akan tercapai. Gibson dalam Harbani Pasolong mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah “Satu usaha menggunakan suatu gaya mempengaruhi dan tidak memaksa untuk memotivasi individu dalam mencapai tujuan”.(Hasibuan, 2003:170) Pendapat di atas menunjukan bahwa untuk memotivasi aparatur supaya lebih baik lagi dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, seorang pemimpin dituntut untuk menggunakan suatu gaya yang sesuai dengan keadaan situasi yang dihadapinya.. 29.

(30) Menurut Harbani Pasolong dalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan Birokrasi mengemukakan bahwa kepemimpinan yang baik sebagai berikut. “Perilaku yang diharapkan dari kepemimpinan birokrasi adalah perilaku yang menyesuaikan dengan situasi di lingkungan birokrasi. Jika dilingkungan birokrasi banak yang tidak jujur , maka pemimpin birokrasi harus memberikan contoh kepada bawahannya dengan berperilaku jujur. Jika para bawahan ditemukan tidak disiplin, maka pemimpin memberikan contoh kepada bawahannya dengan berperilaku disiplin. Jika dalam birokrasi ditemukan banyak yang korup, maka pemimpin birokrasi harus berani memberikan sanksi berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang ada, dn pemimpin birokrasi memberikan contoh bahwa memang dirinya bersih tidak bebas dari perilaku korup”.(Pasolong, 2013:80) Pendapat diatas mencerminkan bahwa sebagai seorang pemimpin yang baik harus bisa memberika contoh yang baik pula bagi bawahanya, kemudian jika dalam suatu organisasi ada yang melanggar peraturan yang sudah ada maka pemimpin harus berani bertindak tegas untuk memberikan sanksi terhadap bawahannya yang melanggar peraturan tersebut. Berdasarkan definisi-definisi kepemimpinan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah bagian yang dianggap penting dalam manajemen organisasi, yang dimana melekat pada diri seorang pemimpin dalam bentuk kemampuan dan atau proses untuk mempengaruhi orang lain atau bawahan perorangan atau kelompok, agar bawahan perorangan atau kelompok itu mau berperilaku seperti apa yang dikehendaki pemimpin, dan memperbaiki budayanya, serta memotivasi perilaku bawahan dan mengarahkan ke dalam aktivitas-aktivitas positif. 30.

(31) yang ada hubungannya dengan pekerjaan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Menurut Mulyadi dan Rivai (2009) pemimpin dalam suatu organisasi dalam memberikan pengaruh kepada bawahannya lebih bersifat formal, yaitu berdasarkan posisi yang dimiliki pemimpin dalam organisasi. Dengan demikian pemimpin dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh statusnya, yakni sebagai pimpinan formal. Pimpinan formal sendiri adalah seseorang yang ditunjuk sebagai pemimpin, atas dasar keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku jabatan dalam struktur organisasi, dengan segala hak dan kewajiban yang melekat berkaitan dengan posisinya.. 2. Teori-teori Kepemimpinan Dalam Mulyadi dan Rivai (2009) dikemukakan beberapa teori kepemimpinan, yaitu: a. Teori Sifat Teori ini memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-sifat yang tampak dari pemimpin. Asumsi dasar dari teori ini adalah. keberhasilan. pemimpin. disebabkan. karena. sifat. atau. karakteristik, dan kemampuan yang luar biasa yang dimiliki seorang pemimpin, dan oleh sebab itu seseorang dirasa layak untuk memimpin. Adapun sifat atau karakteristik, dan kemampuan yang luar biasa yang dimiliki seorang pemimpin, antara lain:. 31.

(32) 1) Inteligensia. Seorang pemimpin memiliki kecerdasan diatas para bawahannya. Pemimpin dengan kecerdasannya itulah dapat mengatasi masalah yang. timbul. dalam. organisasi,. dengan. cepat. mengetahui. permasalahan apa yang timbul dalam organisasi, menganalisis setiap permasalahan, dan dapat memberikan solusi yang efektif, serta dapat diterima semua pihak. 2) Kepribadian. Seorang pemimpin memiliki kepribadian yang menonjol yang dapat dilihat dan dirasakan bawahannya, seperti: •. Memiliki sifat percaya diri, dan rasa ingin tau yang besar.. •. Memiliki daya ingat yang kuat.. •. Sederhana, dan dapat berkomunikasi dengan baik kepada semua pihak.. •. Mau mendengarkan masukan (ide), dan kritikan dari bawahan.. •. Peka terhadap perubahan globalisasi, baik itu perubahan lingkungan, teknologi, dan prosedur kerja.. •. Mampu beadaptasi dengan perubahan-perubahan yang timbul.. •. Berani dan tegas dalam melaksanakan tugas pokoknya, dan dalam mengambil sikap, serta mengambil keputusan bagi kepentingan organisasi dan pegawainya.. •. Mampu menyatukan perbedaan-perbedaan yang ada dalam organisasi.. 32.

(33) 3) Karakteristik fisik. Seorang pemimpin dikatakan layak menjadi pemimpin dengan melihat karakteristik fisiknya, yaitu: usia, tinggi badan, berat badan, dan penampilan. b. Teori Perilaku Dalam teori ini perilaku pemimpin merupakan sesuatu yang bisa dipelajari. Jadi seseorang yang dilatih dengan kepemimpinan yang tepat akan meraih keefektifan dalam memimpin. Teori ini memusatkan perhatiannya pada dua aspek perilaku kepemimpinan, yaitu: fungsi kepemimpinan, dan gaya kepemimpinan. Terdapat dua fungsi kepemimpinan, yaitu: 1) Fungsi yang berorientasi tugas. 2) Fungsi yang berorientasi orang atau pemeliharan kelompok (sosial). Suprayetno dan Brahmasari (2008) menyebutkan beberapa tugas pemimpin adalah sebagai berikut: 1) Peranan yang bersifat interpersonal. Maskudnya adalah seorang pemimpin dalam organisasi adalah simbol akan keberadaan organisasi, bertanggung jawab untuk memotivasi dan mengarahkan bawahannya.. 33.

(34) 2) Peranan yang bersifat informasional. Maksudnya yaitu seorang pemimpin dalam organisasi mempunyai peran sebagai pemberi, penerima, dan penganalisis informasi. 3) Peranan pengambilan keputusan. Maksudnya ialah seorang pemimpin mempunyai peran sebagai penentu kebijakan yang akan diambil berupa startegi-strategi untuk mengembangkan inovasi, mengambil peluang atau kesempatan, dan bernegosiasi. c. Teori Situasional, Merupakan suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin memahami perilakunya, sifat-sifat bawahannya,. dan. situasi. sebelum. menggunakan. suatu. gaya. kepemimpinan tertentu. Pendekatan ataupun teori ini mensyaratkan pemimpin untuk memiliki keterampilan diagnostik dalam perilaku manusia. Sholeha dan Suzy (1996) mengemukakan bahwa dalam teori ini kepemimpinan dipengaruhi oleh berbagai faktor situasi dalam organisasi, dan faktor situasi diluar organisasi, antara lain: 1) Faktor situasi diluar organisasi: sosial dan budaya yang berkembang, perubahan globalisasi, dan kondisi perekonomian. 2) Faktor situasi dalam organisasi: kepribadian dan latar belakang pemimpin, pengharapan dan perilaku atasan, tingkatan organisasi dan besarnya kelompok, pengharapan dan perilaku bawahan.. 34.

(35) 3. Pengertian Gaya Kepemimpinan Dalam mensukseskan kepemimpinan dalam organisasi, pemimpin perlu perlu memikirkan dan memperlihatkan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan kepada pegawainya (Mulyadi dan Rivai, 2009). Gaya kepemimpinan atasan dapat mempengaruhi kesuksesan pegawai dalam berprsetasi, dan akan berujung pada keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya (Suranta, 2002). Pemimpin perlu memikirkan gaya kepemimpinan yang paling tepat, dimana gaya kepemimpinan yang paling tepat yaitu gaya kepemimpinan yang dapat memaksimumkan kinerja, dan mudah dalam menyesuaikan dengan segala situasi dalam organisasi (Mulyadi dan Rivai, 2009). Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang sedemikian rupa untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Sholeha dan Suzy, 1996). Sedangkan Mulyadi dan Veithzal Rivai (2009) menerangkan bahwa gaya kepemimpinan merupakan pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin dalam rangka mencapai sasaran organisasi.. Dengan. demikian. dapat. disimpulkan. bahwa. gaya. kepemimpinan yaitu pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan pemimpin, dengan menyatukan tujuan organisasi dengan tujuan individu atau pegawai, dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran yang telah menjadi komitmen bersama.. 35.

(36) Lebih. lanjut. Suranta. (2002). menjelaskan. bahwa. gaya. kepemimpinan bersifat lentur atau fleksibel, maksudnya adalah gaya kepemimpinan yang biasa diterapkan pemimpin dapat berubah dengan gaya kepemimpianan yang lainnya seiring dengan berubahnya situasi dan kondisi. internal. organisasi.. Sehingga. tercapai. keefektifan. gaya. kepemimpinan, dan tercapainya tujuan organisasi. Menurut Veithzal Rivai dalam bukunya Kepemiminan dan Perilaku Organisasi menjelaskan bahwa : “Gaya kepemimpinan merupakan pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin dalam rangka mencapai sasaran organisasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan yaitu pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan pemimpin, dengan menyatukan tujuan organisasi dengan tujuan individu atau pegawai, dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran yang telah menjadi komitmen bersama”(Rivai,2009:107) Berdasarkan pendapat Veithzal Rivai diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa gaya kepemimpinan yang sering dipakai untuk menapai tujuan atau sasaran yang menjadi kesepakatan bersama adalah gaya kepemimpinan yang berdasarkan pola perilaku dan strategi yang disukai seorang pemimpin. Sementara itu gaya kepemimpinan menurut S Suarli dan Yayang Bahtiar dalam buku Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis adalah “pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai suatu tujuan”(Suarli dan Bahtiar, 2006:24). 36.

(37) Pendapat diatas menunjukan bahwa gaya seorang pemimpin merupakan suatu penggabungan dari apa yang pemimpin tersebut inginkan secara individu dan apa yang mejadi tujuan organisasi, dan gaya kepemimpinan tersebut akan terlihat dari pola dan tingkah laku pemimpin tersebut. Masih dalam bukunya Veithzal Rivai Kepemiminan dan Perilaku Organisasi membagi gaya kepemimpinan kedalam beberapa indikator, yaitu : 1) 2) 3) 4) 5) 6). Watak Visi Kemampuan Memberi Motivasi Memberikan Arahan Melakukan Evaluasi (Rivai,2009:105) Pertama, Watak dianggap sangat penting dalam mempengaruhi. orang lain atau bawahan karena sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku, budi pekerti, tabiat atau sifat seseorang. Kedua, Visi merupakan suatu pandangan jauh tentang tujuan dan apa yag harus dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara jelas menerangkan gambaran sistem yang ingin dicapai sesuai dengan yang disepakati bersama. Ketiga, Kemampuan seorang pemimpin merupakan suatu usaha yang secara sistenatis dan dilakukan untuk mengubah situasi dan kondisi ke taraf yang lebih sempurna.. 37.

(38) Keempat, Memberi motivasi harus mampu membuat sistem yang bisa mengawasi dinamika diantara para bawahan atau pegawai dan keadaan emosional didalam batin seorang kariawan. Kelima, Memberikan arahan perintah resmi seorang pemimpin perusahaan. kepada. bawahannya. yang. berupa. petunjuk. untuk. melaksanakan sesuatu dan jika tidak dilaksanakan akan mendapat sanksi. Keenam, Melakukan evaluasi mrupakan proses pengukuran atau penilaian efektivitas strategi yang digunakan untuk dalam upaya mencapai tujuan suatu perusahaan. Menurut Harbani Pasolong dalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan Birokrasi mendefinisikan kepemimpinan sebagai berikut : “Kepemimpinan adalah gaya yang digunakan pemimpin dalam mempengaruhi pengikut atau bawahannya dalam melakukan kerja sama mencapai tujuan yang telah ditentukan”. (Pasolong, 2013:5) Pendapat diatas menunjukan bahwa dalam pencapaian suatu tujuan sangat perlu adanya gaya kepemimpinan yang digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya dalam rangka mengarahkan dan mempengaruhi setiap bawahannya. Keberhasilan pembangunan suatu desa tidak luput dari gaya kepemimpinan seseorang dalam memimpin desa tersebut. Berikut macammacam gaya kepemimpinan menurut Siagian dalam buku Teori dan Praktek Kepemimpinan. 1) Otokratik. 38.

(39) 2) 3) 4) 5). Paternalistik Kharismatik Laissez Faire Demokratik (Siagian, 1988:27) Gaya kepemimpinan yang otokratik adalah gaya seseorang. memimpin dengan sangat egois, egoismenya yang sangat besar akan mendorong memutarbalikan kenyataan yang sebenarnya sehingga sesuai dengan apa yang secara subjektif diinterpretasikannya sebagai kenyataan. Gaya kepemimpin yang paternalistik banyak terdapat dilingkungan masyarakat yang masih bersifat tradisional, salah satu ciri utama dari masyarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan. Orang-orang tersebut dihormati terutama karena orang-orang demikian biasanya memproyeksikan sifat-sifat dan gaya hidup yang pantas dijadikan teladan atau panutan oleh para anggota masyarakatnya, dan biasanya di dampingi oleh harapan pengikutnya. Pemimpin yang kharismatik biasanya memiliki daya tarik yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar, pemimpin yang kharismatik juga seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelakan secara konkret mengapa orang tertentu dikagumi. Seorang pemimpin yang laissez faire cenderung memilih peranan yang pasif dan membiarkan organisasi berjalan menurut temponya sendiri 39.

(40) tanpa banyak mencampuri bagaimana organisasi harus dijalankan dan digerakan. Hal ini terjadi karena pemimpin mempunyai presepsi bahwa para bawahannya sudah dewasa sehingga mereka tahu akan kerjaan dan tanggung jawabnya. Karena itu, demikian pandangan pemimpin yang laissez faire, nilai yang tepat dalam hubungan atasan-bawahan adalah nilai yang didasarkan kepada saling mempercayai yang besar. Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi sehingga bergerak sebagai suatu totalitas. Seorang pemimpin yang bersifat demokratik biasanya menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun sedemikian rupa demi tercapainya tujuan dan berbagai sasaran organisasi. Tercapainya pembangunan suatu desa tidak luput dari gaya kepemimpinan seseorang dalam memimpin desa tersebut. Berikut gaya kepemimpinan situasional menurut Siagian dalam buku Teori dan Praktek Kepemimpinan yaitu Kondisi, Waktu dan Ruang.(Siagian, 1988:17) Ketiga indikator menurut Siagian diatas merupakan suatu hal yang penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin bergaya situasional dalam memimpin suatu organisasi, begitu pula dengan Kepala Desa Weragati dalam memimpin Desa Weragati, dengan memperhatikan dan memaksimalkan ketiga hal tersebut, Kepala Desa Weragati maka akan didapatkan suatu program-program kerja yang akan berjalan secara optimal, menyangkut kinerja aparatur dalam PNPM mandiri. 40.

(41) Kondisi di luar organisasi mutlak perlu dikenali secara tepat. Misalnya suasana persaingan yang dihadapi oleh suatu desa. Seandainya suatu desa dipimpin oleh seorang pemimpin dengan gaya yang laissez faire misalnya dalam hal pesaingan antar desa mendapat dana bantuan dari pemerintah. Sikap, perilaku dan gaya yang santai yang merupakan satu ciri utama seorang pemimpin yang laissez faire, akan berakibat fatal apabila dipertahankan terus pada hal desa yang dipimpinya menghadapi suasana persaingan yang ketat dan bahkan mungkin tidak sehat. Konsistensi gaya kepemimpinan dalam hal ini tidak hanya merugikan diri sendiri, akan tetapi juga merugikan desa sebagai keseluruhan. Segi kepemimpinan lain yang perlu diperhatikan adalah yang berkaitan dengan faktor waktu, inilah yang dimaksud dengan faktor temporal. Akan ada saat-saat tetentu dalam kehidupan organisasi dimana inovasi dan kreativitas merupakan unsur penentu keberhasilan. Misalnya dalam menghadapi tekanan untuk merubah struktur dan cara kerja dalam organisasi sebagai akibat perkembangan teknologi yang mau tidak mau harus diterapkan. Faktor lain yang perlu mendapat perhatian adalah faktor ruang atau faktor spatial. Gaya kepemimpinan yang dituntut dalam menggerakan satu organisasi di satu daerah mungkin saja lain dari gaya kepemimpinan yang diperlukan bila seseorang memimpin organisasi di tempat yang lain. Artinya, sikap dan perilaku yang tegas dan keras mungkin cocok di satu daerah yang penduduknya cenderung bersifat keras juga. Sikap dan. 41.

(42) perilaku demikian akan tidak cocok bila diterapkan di satu daerah yang penduduknya kebalikan dari sebelumnya.. 4. Macam-macam Gaya Kepemimpinan Menurut. Robbins. (2006). terdapat. empat. macam. gaya. kepemimpinan yaitu sebagai berikut: a. Gaya kepemimpianan Kharismatik. Adalah gaya kepemimpinan yang memicu para pengikutnya dengan memperlihatkan kemampuan heroik atau luar biasa ketika mereka mengamati perilaku tertentu pemimpin mereka b. Gaya kepemimpinan transaksional. Yaitu gaya kepemimpinan yang memandu atau memotivasi para pengikutnya menuju ke sasaran yang ditetapkan dengan memperjelas persyaratan peran dan tugas. c. Gaya kepemimpinan transformasional. Ialah gaya kepemimpinan yang menginspirasi para pengikut untuk melampaui kepentingan pribadi mereka dan mampu membawa dampak yang mendalam dan luar biasa pada pribadi para pengikut. d. Gaya kepemimpinan visioner. Merupakan gaya kepemimpinan yang mampu menciptakan dan mengartikulasikan visi yang realistis, kredibel, dan menarik mengenai. 42.

(43) massa depan organisasi atau unit organisasi yang tengah tumbuh dan membaik... 5. Pengertian Kepala Desa Kekepalaan mempunyai konotasi adanya kedudukan dalam hirarkhi organisasi, yang di dalamnya terkandung tugas, wewenang dan tanggung jawab yang telah ditentukan secara formal. Kekepalaan berkaitan dengan wewenang sah berdasarkan ketentuan formal, untuk membawahi dan memberi perintah-perintah kepada kelompok orang-orang “bawahan” tertentu dan dalam bidang masalah tertentu pula. Seorang kepala unit belum tentu dapat menjadi leader. Demikian pula seorang leader belum tentu mempunyai kedudukan sebagai kepala. Seorang yang tidak mempunyai pengaruh dapat saja menjadi seorang kepala instansi, dan ia baru menjadi seorang leader kalau ia mampu mempengaruhi orang lain. Oleh karena itu, pimpinan yang mengepalai suatu organisasi atau salah satu unitnya harus menyadari bahwa kedudukan formal saja belum tentu merubah perilaku anak buahnya sesuai dengan yang diharapkan agar memudahkan dan melancarkan pencapaian tujuan organisasinya, atau mampu menciptakan kerjasama yang baik antara bawahannya. Bedasarkan pengertian tentang kepemimpinan tersebut di atas, jelas kepemimpinan itu tidak perlu terkait dengan batasan-batasan dan. 43.

(44) ketentuan-ketentuan. formal.. Maka. seseorang. yang. melaksanakan. kekepalaan mungkin belum dapat disebut sebagai orang pemimpin. la sekaligus dapat disebut sebagai seorang pemimpin, apabila ia juga mampu mempengaruhi bawahan sehingga mereka dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti dan mentaati kehendak atau perintah-perintahnya. Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batasbatas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat iatiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan NKRI. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang pemerintah desa yang dimaksud dengan desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mngatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten. Kawasan pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan SDA, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Tipologi dari masyarakat desa dilihat dari kegiatan pokok yang ditekuni masyarakatnya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, selain itu tipologi desa bisa dilihat dari segi pemukiman maupun dari. 44.

(45) tingkat perkembangan masyarakat desa itu sendiri, dilihat dari segi mata pencaharian pokok yang dikerjakan. Seorang kepala desa adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang kepala desa adalah seseorang yang aktif membuat rencanarencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama, Kepala desa merupakan seorang pemimpin yang mampu mempengaruhi bawahannya dalam memenuhi fungsi dan kewajibannya. Kepala Desa adalah pemimpin dari desa di Indonesia. Kepala Desa merupakan pimpinan dari pemerintah desa. Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Kepala Desa tidak bertanggung jawab kepada Camat, namun hanya dikoordinasikan saja oleh Camat. Jabatan Kepala Desa dapat disebut dengan nama lain, misalnya wali nagari (Sumatera Barat), pambakal (Kalimantan Selatan), hukum tua (Sulawesi Utara), perbekel (Bali). Wewenang Kepala Desa antara lain: a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) b. Mengajukan rancangan peraturan desa c. Menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD.. 45.

(46) d. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa) untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD. Kepala Desa dilarang menjadi pengurus partai politik (namun boleh menjadi anggota partai politik), merangkap jabatan sebagai Ketua atau Anggota BPD, dan lembaga kemasyarakatan, merangkap jabatan sebagai Anggota DPRD, terlibat dalam kampanye Pemilihan Umum, Pemilihan Presiden, dan Pemilihan Kepala Daerah.Kepala Desa dapat diberhentikan atas usul Pimpinan BPD kepada Bupati/Walikota melalui Camat, berdasarkan keputusan musyawarah BPD. Istilah Lurah seringkali rancu dengan jabatan Kepala Desa. Memang, di Jawa pada umumnya, secara historis pemimpin dari sebuah desa dikenal dengan istilah Lurah. Namun dalam konteks Pemerintahan Indonesia, sebuah Kelurahan dipimpin oleh Lurah, sedang desa dipimpin oleh Kepala Desa. Tentu saja keduanya berbeda, karena Lurah adalah Pegawai Negeri Sipil yang bertanggung jawab kepada Camat, sedangkan Kepala Desa bisa dijabat siapa saja yang memenuhi syarat (bisa berbeda-beda antar desa) yang dipilih langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Kepala Desa (Pilkades).. B. Kinerja Aparatur 1. Pengertian Kinerja Setiap pegawai dalam organisasi dituntut untuk memberikan kontribusi positif melalui kinerja yang baik, mengingat kinerja organisasi tergantung pada kinerja pegawainya (Gibson, et all, 1995). Kinerja adalah. 46.

(47) tingkat terhadapnya para pegawai mencapai persyaratan pekerjaan secara efisien dan efektif (Simamora, 2006). Menurut Dessler (2006) kinerja pegawai merupakan prestasi kerja, yakni perbandingan antara hasil kerja yang dapat dilihat secara nyata dengan standar kerja yang telah ditetapkan organisasi. Kemudian Robbins (2008) mendefinisikan kinerja yaitu suatu hasil yang dicapai oleh pegawai dalam pekerjaanya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan. Lalu Mangkunegara (2005) kinerja ialah hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melakukan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sedangkan Rivai (2003) kinerja diartikan kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan suatu kegiatan, dan menyempurnakannya sesuai tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Berdasarkan pengertian-pengertian kinerja dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja baik itu secara kualitas maupun kuantitas yang telah dicapai pegawai, dalam menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan organisasi, dan hasil kerjanya tersebut disesuaikan dengan hasil kerja yang diharapkan organisasi, melalui kriteria-kriteria atau standar kinerja pegawai yang berlaku dalam organisasi. Berhasil tidaknya kinerja yang telah dicapai oleh organisasi tersebut di pengaruhi oleh tingkat kinerja pegawai secara individual maupun secara kelompok. Dengan asumsi semakin baik kinerja pegawai. 47.

(48) maka semakin baik pula kinerja organisasi. Dengan demikian organisasi perlu menetapkan tujuan kinerja pegawai. Adapun tujuan kinerja pegawai menurut Basri dan Rivai (2005): a. Untuk perbaikan hasil kinerja pegawai, baik secara kualitas ataupun kuantitas. b. Memberikan pengetahuan baru dimana akan membantu pegawai dalam memecahan masalah yang kompleks, dengan serangkaian aktivitas yang terbatas dan teratur, melalui tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan organisasi. c. Memperbaiki hubungan antar personal pegawai dalam aktivitas kerja dalam organisasi. Kinerja pegawai dipengaruhi oleh berbagai faktor (Gibson, et all, 1995), antara lain: a. Faktor individu, yaitu kemampuan dan keterampilan (mental dan fisik), latar belakang (pengalaman, keluarga, dst), dan demografis (umur, asal usul, dll). b. Faktor organisasi, adalah sumber daya, kepemimpinan, imbalan (kompensasi), struktur organisasi, dan diskripsi pekerjaan (job description). c. Faktor psikologis, ialah persepsi, sikap, kepribadian, pola belajar, dan motivasi. Dalam. suatu. organisasi. pegawai. dituntut. untuk. mampu. menunjukkan kinerja yang produktif, untuk itu pegawai harus memiliki 48.

(49) ciri individu yang produktif. Ciri ini menurut Sedarmayanti (2001) harus ditumbuhkan dalam diri pegawai untuk meningkatkan kinerjanya. Adapun ciri-ciri atau karakteristik dari individu yang produktif antara lain: a. Kepercayaan diri b. Rasa tanggung jawab c. Rasa cinta terhadap pekerjaan d. Pandangan ke depan e. Mampu menyelesaikan persoalan f. Penyesuaian diri terhadap lingkungan yang berubah g. Memberi kontribusi yang positif terhadap lingkungan h. Kekuatan untuk menunjukkan potensi diri.. 2. Penilaian Kinerja Dalam suatu organisasi penilaian kinerja merupakan mekanisme penting bagi manajemen untuk digunakan dalam menjelaskan tujuan, dan standar kinerja, serta memotivasi kinerja individu secara berkelanjutan (Simamora, 2006). Untuk mengetahui baik atau buruk kinerja seorang pegawai maka perlu dilakukan penilaian kinerja, yang pada dasarnya penilaian kinerja merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien. Penilaian kinerja adalah proses dimana organisasi mengawasi pelaksanaan kerja individu pegawai (Simamora, 2006), sedangkan menurut Dessler (2006) penilaian kinerja yaitu memberikan umpan balik kepada pegawai dengan tujuan memotivasi. 49.

(50) pegawai untuk menghilangkan kemerosotan kinerja atau berkinerja lebih baik lagi. Pegawai menginginkan dan memerlukan umpan balik berkenaan dengan prestasi mereka, dan penilaian menyediakan kesempatan untuk memberikan umpan balik kepada mereka. Jika kinerja tidak sesuai dengan standar, maka penilaian memberikan kesempatan untuk meninjau kemajuan pegawai, dan untuk menyusun rencana peningkatan kinerja (Dessler, 2006). Menurut Simamora (2006) Umpan balik penilaian kinerja memungkinkan pegawai mengetahui seberapa baik mereka bekerja jika dibandingkan dengan standar organisasi. Manfaat dari penilaian kinerja sendiri dapat dilihat melalui dua segi manfaat Wexley dan Yukl (dalam Crimson Sitanggang, 2008) yaitu: a. Segi administratif antara lain: 1) Sebagai dasar pembuat keputusan promosi, pemberhentian, dan mutasi 2) Sebagai alat menetapkan kebutuhan pelatihan 3) Sebagai kriteria dalam seleksi dan penempatan 4) Dasar penilaian manfaat pelatihan 5) Dasar penilaian efisiensi dan produktivitas 6) Metode administrasi penggajian b. Segi pengembangan pegawai antara lain: 1) Sebagai alat untuk mengenali kelemahan pegawai. 50.

(51) 2) Alat. untuk. mengembangkan. kemampuan. pegawai. dengan. memberikan umpan balik 3) Alat untuk meningkatkan motivasi pegawai 4) Alat untuk mendorong pemimpin melakukan pengamatan terhadap perilaku setiap bawahannya, untuk kemudian dikenali kebutuhan pelatihannya 5) Alat untuk menunjukan kekurangan masa lalu dan menambah kekuatan pegawai di masa yang akan dating. Menurut Dessler (2006) ada lima faktor dalam penilaian kinerja: a. Kualitas pekerjaan, meliputi: akuisi, ketelitian, penampilan dan penerimaan keluaran b. Kuantitas Pekerjaan, meliputi: volume keluaran dan kontribusi c. Supervisi yang diperlukan, meliputi: membutuhkan saran, arahan atau perbaikan. d. Kehadiran, meliputi: regularitas, dapat dipercaya/diandalkan dan ketepatan waktu e. Konservasi, meliputi: pencegahan, pemborosan, kerusakan dan pemeliharaan. Dalam melakukan penilaian kinerja pegawai diperlukan langkahlangkah, berikut langkah-langkah penilaian kinerja (Dessler, 2006): a. Mendefinisikan pekerjaan, yang berarti memastikan bahwa atasan dan bawahan sepakat tentang tugas-tugasnya dan standar jabatan.. 51.

(52) b. Menilai kinerja, berarti membandingkan kinerja aktual bawahan dengan standar yang telah ditetapkan dan ini mencakup beberapa jenis tingkat penilaian. c. Sesi umpan balik, berarti kinerja dan kemajuan bawahan dibahas dan rencana-rencana dibuat untuk perkembangan apa saja yang dituntut.. 3. Indikator Kinerja Pegawai Adapun indikator dari kinerja pegawai menurut Bernadine (dalam Mas’ud, 2004) adalah sebagai berikut: a. Kualitas, Tingkat di mana hasil aktivitas yang dilakukan mendekati sempurna, dalam arti menyesuaikan beberapa cara ideal dari penampilan aktivitas ataupun memenuhi tujuan yang diharapkan dari suatu aktivitas. b. Kuantitas, Jumlah yang dihasilkan dalam istilah jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan. c. Ketepatan Waktu, Tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada waktu awal yang diinginkan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain. d. Efektivitas,. 52.

(53) Tingkat penggunaan sumber daya manusia organisasi dimaksimalkan dengan maksud menaikan keuntungan atau mengurangi kerugian dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya.. e. Kemandirian, Tingkat dimana seorang pegawai dapat melakukan fungsi kerjanya tanpa minta bantuan bimbingan dari pengawas atau meminta turut campurnya pengawas untuk menghindari hasil yang merugikan.. C. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Aparatur Desa Kepemimpinan pemimpin yang diperlihatkan dan diterapkan ke dalam suatu gaya kepemimpinan merupakan salah satu faktor dalam peningkatan kinerja. pegawai,. karena. pada. dasarnya. sebagai. tulang. punggung. pengembangan organisasi dalam mendorong, dan mempengaruhi semangat kerja yang baik kepada bawahan. Untuk itu pemimpin perlu memikirkan dan memperlihatkan gaya kepemimpinan yang tepat dalam penerapannya. Gaya kepemimpinan ialah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan pemimpin, dengan menyatukan tujuan organisasi dengan tujuan individu atau pegawai, dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran yang telah menjadi komitmen bersama. Suranta. (2002);. Rachmawati,. Warella,. dan. Hidayat. (2006);. Kusumawati (2008); Baihaqi (2010) telah meneliti gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai, kemudian menyatakan bahwa gaya kepemimpinan 53.

(54) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka diduga kuat gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja aparatur desa.. 54.

(55) BAB III OBJEK PENELITIAN. A. Deskripsi Latar Penelitian Desa merupakan perangkat daerah yang berkedudukan di wilayah Kecamatan. Desa dipimpin oleh Kepala Desa yang berada di bawah dan bertanggungjawab. kepada. Bupati. melalui. Camat.. Desa. Amartapura. merupakan salah satu dari 11 desa yang ada di wilayah kecamatan Madukara. Kantor Desa Amartapura Kecamatan Madukara terletak di Jl. Prabu Dwarawati, Tlp. 9977874545442, Desa Amartapura, Kabupaten Karang Tumaritis 322205. Desa Amartapura dipimpin oleh kepala desa yang dipilih langsung oleh masyarakat. Pada periode ini yang menjabat sebagai kepala desa adalah Bapak Prabakesah. Kepala. Desa. mempunyai. tugas. melaksanakan. kewenangan. pemerintahan yang dilimpahkan oleh Camat untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah dan menyelenggarakan tugas umum pemerintahan, meliputi pemberdayaan masyarakat, ketentraman dan ketertiban umum, penerapan dan penegakan peraturan perundangan-undangan, pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum pemerintahan di tingkat desa, pelayanan masyarakat di tingkat RW dan RT sesuai dengan ketentuan dan atau peraturan perundangundangan yang berlaku.. 55.

(56) Dalam melaksanakan tugas sebagai mana dimaksud, Kecamatan menyelenggarakan fungsi : 1. Pengkoordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat; 2. Pengkoordinasian upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum; 3. Pengkoordinasian penerapan dan penegakan peraturan perundangundangan; 4. Pengkoordinasian pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum; 5. Pengkoordinasian penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan; 6. Pembinaan penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan; 7. Pelaksanaan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan. Struktur Organisasi Desa Amartapura Kecamatan Madukara adalah sebagai berikut.. 56.

(57) B. Definisi Operasional Variabel Penelitian Definisi operasional variabel bertujuan untuk menjelaskan makna variabel yang sedang diteliti. Singarimbun (2003:46-47) memberikan pengertian tentang definisi operasional sebagai unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana. cara. mengukur. suatu variabel. Definisi. operasional dapat juga dikatakan sebagai informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama. Dengan demikian, definisi operasional dalam sebuah penelitian harus dapat diukur dan spesifik serta dapat dipahami oleh orang lain. Berdasarkan pendekatan penelitian yang digunakan, variabel penelitian ini dapat didefinisikan sebagaimana terlihat pada tabel berikut. Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel Gaya Kepemimpinan. Dimensi. Skala. 1. Pemimpin memiliki karakter terbuka.. Ordinal. 2. Pemimpin memiliki visi yang berorientasi ke masa depan. Ordinal. Kemampuan. 3. Pemimpin memiliki kemampuan manajerial yang baik. Ordinal. Memberi Motivasi. 4. Pemimpin selalu memberi motivasi kepada bawahannya. Ordinal. Memberikan Arahan. 5. Pemimpin memberikan arahan secara berkala demi menjaga stabilitas kinerja bawahannya. Ordinal. Melakukan Evaluasi. 6. Pemimpin selalu mengevaluasi setiap tugas yang diberikan kepada bawahannya. Ordinal. Produktivitas. 7. Kinerja mencapai batas maksimum target yang. Ordinal. Watak. (Rivai,2009:105) Visi. Kinerja Aparatur. Indikator. 57.

(58) Variabel. Dimensi. Indikator. Skala. ditetapkan. 8. Kinerja mengarah kepada kuantitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. 9. Mampu menyelesaikan pekerjaan secara beragam.. (Dwiyanto, 2005:50). Kualitas Layanan. 10. Tujuan pekerjaan dapat tercapai dengan maksimal. 11. Tingkat kesalahan sangat sedikit.. Ordinal. Responsivitas. 12. Aparat memberikan perhatian yang baik terhadap masyarakat 13. Memberikan pelayanan dengan sungguh-sungguh hingga tuntas. Ordinal. Akuntabilitas. 14. Pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku. 15. Mendahulukan yang lebih dahulu sesuai dengan kedatangan pekerjaan yang harus dilayani.. Ordinal. C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Sumber data mengacu kepada populasi penelitian serta penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian. Populasi menurut Husaeni (2008: 41) adalah semua nilai baik melalui perhitungan kuantitatif maupun kualitatif, dari karak-teristik tertentu mengenai objek yang lengkap dan jelas. Ditinjau dari banyaknya anggota populasi, maka populasi terdiri dari populasi terbatas (terhingga) dan populasi tak terbatas (tak terhingga), dan dilihat dari sifatnya populasi dapat bersifat homogen dan heterogen. Menurut Sugiyono (2004:4) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang. 58.

(59) mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi penelitian tentang ”Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Kinerja Aparatur Desa Amartapura Kecamatan Madukara Kabupaten Karang Tumaritis” ini adalah seluruh pegawai atau aparatur Desa Amartapura Kecamatan Madukara Kabupaten Karang Tumaritis yang seluruhnya berjumlah 16 orang. 2. Sampel Penelitian Pada penelitian ini digunakan teknik sampling berupa probability sampling, yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi semua anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2004: 92). Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling di mana populasi mempunyai anggota yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Akan tetapi, mengingat jumlah sampel ternyata jauh di bawah 100 orang, maka seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian, atau menggunakan sampel populasi.. D. Langkah-langkah Pengumpulan Data Menurut Neuman, W. Lawrence (2006: 209-219) terdapat tujuh langkah dasar dalam melakukan sebuah penelitian survey sebagai berikut.. 59.

(60) 1) Perencanaan Perencanaan meliputi penentuan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu penelitian dan merencanakan strategi umum untuk memperoleh dang menganalisa data bagi penelitian itu. 2) Pengkajian secara teliti terhadap rencana penelitian Tahap ini merupakan pengembangan dari tahap perencanaan. Disini disajikan lagi latar belakang penelitian, permasalahan, tujuan penelitian, hipotesis serta metode. 3) Pengambilan contoh (sampling) Proses pemilihan sejumlah unsur dari suatu populasi guna mewakili seluruh populasi itu. 4) Penyusunan daftar pertanyaan Proses penerjemahan tujuan-tujuan studi kedalam bentuk pertanyaan untuk mendapatkan jawaban yang berupa informasi yang dibutuhkan. 5) Kerja lapangan Tahap ini meliputi pemilihan dan latihan para pewawancara, bimbingan dalam wawancara serta pelaksanaan wawancara. 6) Editing dan Coding Coding adalah proses memindahkan jawaban yang tertera dalam daftar pertanyaan ke dalam berbagai kelompok jawaban yang disusun dalam angka dan ditabulasi.. 60.

Gambar

Tabel 1.2  Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tabel 3.1  Operasionalisasi Variabel Penelitian
Tabel 3.1  Penskoran Skala Likert
Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa responden wanita ternyata  lebih banyak daripada responden laki-laki, yakni sebanyak 75%
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kawasan hutan mangrove di stasiun riset Yayasan Gajah Sumatera (YAGASU) Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan dipilih sebagai tempat penelitian karena

Seringkali dalam pertunjukan tari kuda lumping, juga menampilkan atraksi yang2. mempertontonkan kekuatan supranatural berbau magis, seperti atraksi

Dan yang menjadi permasalahan adalah semua perangkat tersebut memiliki layar dengan resolusi yang berbeda – beda, sehingga jika sistem informasi perkuliahan ini diakses melalui

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurangkurangnya meliputi hal-hal: Pemahaman wawasan atau landasan

Pada gambar di atas ini menampilkan daftar menu kopi dan daftar menu makanan serta masing-masing harganya, jika customer sudah memilih atau menentukan pesanannya

Faktor tidak yakin terhadap kredibiliti pihak pengurusan yang telah diberikan kuasa untuk mentadbir dan mengurus bangunan skim strata dengan sewajarnya turut

Seperti yang telah disebutkan dalam sub bab sebelumnya bahwa perbedaan antara Ibn hazm dan al-Rafi‟i tentang meminang di atas pinangan orang lain adalah hanya

Beberapa aktivitas reklamasi pada lahan bekas tambang antara lain: pembongkaran, reklamasi lahan fasilitas tambang, reklamasi lahan bekas tambang, penanganan