• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGGETHER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH REPRODUKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGGETHER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH REPRODUKSI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN

“NUMBERED HEAD TOGGETHER” UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA

MATA KULIAH REPRODUKSI

Triana Kartika Santi * ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan meningkatkan motivasi dan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Reproduksi dengan menerapkan metode pembelajaran Numbered Head Together. Jenis penelitian ini merupakan kolaboratif antara peneliti dengan dosen serumpun. Alur pelaksanaan tindakan model spiral meliputi rencana, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Hasil penelitian model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa, peningkatan motivasi sedikit demi sedikit, pada siklus I 31 %; siklus II 47% sampai pada akhir siklus III nilai motivasi termasuk kategori cukup yaitu mencapai 56 %. Hasil belajar dalam bentuk penilaian mean pada Siklus I mencapai nilai 56,78 Siklus II mencapai nilai 64,01 Siklus III mencapai nilai 72,45.

Kata Kunci : Pembelajaran Numbered Head Together , Motivasi, Hasil belajar PENDAHULUAN

Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Kemajuan suatu bangsa hanya bisa dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya penataan mutu pendidikan ini diharapkan dapat menaikan harkat dan martabat manusia Indonesia. Untuk mencapai itu, pendidikan harus adaptif terhadap perubahan zaman yang berarti mutu pendidikan harus selalu ditingkatkan sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan akan dunia kerja (Nurhadi dan Agus, 2003:1).

Kurikulum berbasis kompetensi (Competance Based Curriculum) yang ditetapkan dalam undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara tegas menggeser orientasi pendidikan kita dari content-oriented ke proses kegiatan pembudayaan ilmu dan nilai. Perubahan orientasi pendidikan ini membawa implikasi yang amat luas dalam praktik pembelajaran di lembaga pendidikan. Pembelajaran di perguruan tinggi di dorong ke arah yang lebih konstruktif dan memberi

peluang seluas-luasnya

pengembangan potensi mahasiswa. Dalam konteks pembaharuan pendidikan ada tiga hal utama yang perlu disoroti, yaitu pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, dan efektifitas metode pembelajaran. Untuk dapat mencapai sederetan tujuan yang dituangkan dalam kurikulum tersebut, perlu

(2)

dilakukan pembelajaran dan pendekatan yang sesuai. Menurut Eggan dan Kauchak dalam Aisyah (2000:57) efektifitas pembelajaran akan terjadi bila mahasiswa secara

aktif di libatkan dalam

pengorganisasian dan penemuan informasi (pengetahuan). Mereka tidak menerima saja pengetahuan yang diberikan oleh dosen. Dalam mewujudkan pembelajaran yang dapat melibatkan mahasiswa secara aktif, salah satunya dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif.

Menurut Wena (2009:188),

pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah mahasiswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama.

Metode Numbered Head Together (NHT) merupakan salah satu dari strategi pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Spenser Kagan (1993) dalam Nurhadi dan Agus (2003:66), dimana metode ini mengacu pada belajar kelompok mahasiswa tetapi masing-masing anggota memiliki bagian tugas (pertanyaan) sendiri-sendiri dengan nomor yang berbeda-beda. Dalam pembelajaran Reproduksi yang

mempelajari proses

perkembangbiakkan tumbuhan dan hewan lebih mengacu pada interaksi sosial sehingga pembelajaran metode

Numbered Head Together dapat

meningkatkan hubungan sosial antar mahasiswa. Keunggulan metode ini adanya kerjasama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok tergantung keberhasilan individu sehingga anggota kelompok

tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain tanpa kerja apapun.

Setiap mahasiswa mendapat

kesempatan sama untuk menunjang timnya untuk memperoleh nilai yang maksimal sehingga termotivasi untuk belajar. Dengan demikian setiap individu merasa mendapat tugas dan tanggung jawab sendiri-sendiri sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai (Sukidin dkk, 2002:156-157).

Rendahnya motivasi belajar pada mahasiswa semester V FKIP prodi Biologi Untag Banyuwangi pada mata kuliah reproduksi disebabkan pembelajaran ini lebih menekankan konsep-konsep yang bersifat hafalan. Akibatnya mahasiswa menjadi bosan dan jenuh. Apabila dibiarkan maka akan berimplikasi terhadap penurunan hasil belajar mahasiswa. Disisi lain dosen lebih menekankan target ketercapaian materi sehingga kurang memperhatikan bagaimana cara untuk memotivasi mahasiswa.

Keberhasilan seseorang dalam belajar sangat ditentukan oleh adanya keinginan atau dorongan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar disebut motivasi. Dengan kata lain motivasi adalah seluruh atau totalitas kekuatan yang tersembunyi dalam diri seseorang yang dapat dikerahkan untuk melaksanakan sesuatu yang lebih baik dibanding dengan sebelumnya dalam mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual dan peranannya yang khas yaitu menumbuhkan gairah, merasa senang dan semangat dalam belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan perolehan belajar (Sardiman, 1996).

Beberapa ciri mahasiswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dapat dikenali selama mengikuti

(3)

proses pemebelajaran di kelas. Brown (1987) menyatakan ada 8 (delapan) ciri, yaitu : (1) tertarik pada guru/dosen artinya tidak bersikap acuh tak acuh, (2) tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan, (3) antusias tinggi, serta mengendalikan perhatian dan energinya kepada kegiatan belajar, (4) ingin tergabung dalam suatu kelompok kelas, (5) ingin identitas diri diakui oleh orang lain, (6) tindakan dan kebiasaannya, serta moralnya selalu dalam kontrol diri, (7) selalu mengingat pelajaran dan selalu mempelajari kembali di rumah, dan (8) selalu terkontrol oleh lingkungan.

Menurut Suryabrata (1994), menyatakan bahwa motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif pada saat tertentu. Sedangkan motif adalah keadaan dalam diri sesorang individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Hasil belajar adalah perubahan pada diri mahasiswa baik pada tingkat kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (ketrampilan) sehingga hasil dari latihan-latihan melalui kegiatan mengamati, mendengarkan maupun membaca (Winatapura dan Rosita, 1994). Untuk mengetahui hasil belajar yang telah dicapai peserta didik maka dilakukan suatu penilaian. Teknik yang dapat digunakan dalam penelitian meliputi tes dan non tes. Tes merupakan sekelompok pertanyaan yang harus di jawab oleh peserta didik dengan tujuan untuk mengukur kemajuan belajar, sedangkan non tes dapat

dilakukan dengan melalui

pengamatan, wawancara dan angket (Slameto, 1991).

Menurut Hamalik (1999)

menyatakan bahwa evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan

pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar menunjukkkan pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku peserta didik. Tujuan hasil evaluasi hasil belajar antara lain untuk mengdiagnostik dan pengembangan, hasil evaluasi menggambarkan kemajuan, kegagalan dan kesulitan masing-masing peserta didik.

Tujuan pembelajaran mata kuliah

Reproduksi adalah membantu

mahasiswa memahami peristiwa-peristiwa perkembangan zigot atau embrio, mengenal lebih jauh organ

pembentuknya dan proses

perkembangbiakkan sehingga

terbentuk dan tumbuh menjadi individu yang mirip dengan induknya. Untuk mencapai tujuan ini tidak mudah untuk mencapainya. Salah satu penyebab adalah banyak materi yang sulit dipahami dan prinsip-prinsip ilmiah yang digunakan untuk menjelaskan sesuatu bersifat abstrak ke kompleks.

Berdasarkan permasalahan diatas tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk menerapkan Metode Pembelajaran “Numbered Head Together” agar dapat meningkatkan

motivasi dan hasil belajar mahasiswa pada Mata kuliah Reproduksi.

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian adalah penelitian tindakan kelas (Classroom

(4)

Action Research). Subyek penelitian

adalah mahasiswa semester V Prodi

Pendidikan Biologi UNTAG

Banyuwangi berjumlah 36 orang. Penelitian Tindakan ini bersifat kolaboratif yang didasarkan pada permasalahan yang muncul dalam mata kuliah Reproduksi. Dalam pelaksanaan PTK perlu dilakukan siklus tindakan yang mengacu pada penguasaan yang ditargetkan yaitu menggunakan model penelitian tindakan Hopkins (PGSM: 1999) yang berbentuk spiral, dengan tahapan penelitian tindakan pada satu siklus meliputi perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).

Metode pengumpulan data

menggunakan test, observasi dan angket. Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif dalam bentuk prosentase kreteria motivasi yang digolongkan dalam kategori sebagai berikut : >80% = Motivasi sangat tinggi; 65-80 % = Motivasi tinggi; 50-65 % = Motivasi cukup; <50% = Motivasi kurang. Dan hasil belajar nilai ketuntasannya 65.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan awal dalam penerapan metode pembelajaran Numbered

Head Together peneliti hanya

memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sedang dipelajari kemudian mahasiswa berusaha menjawab dan menjelaskan, sehingga sepenuhnya kegiatan penemuan jawaban materi dilakukan oleh mahasiswa. Kegiatan tersebut terlihat banyak membuat kesibukkan untuk dapat menemukan dan menjelaskan jawaban tersebut. Sehingga dalam hal ini mahasiswa di tuntut untuk belajar sendiri untuk memahami materi yang edang diberikan oleh dosen sebelum pembelajaran dimulai. Pada tiap-tiap anak dengan nomor yang sama berusaha untuk tampil terbaik dalam menjelaskan jawaban. Sehingga dari proses belajar tersebut tampak adanya persaingan antara kelompok untuk menjadi yang terbaik.

Berdasarkan hasil penilaian motivasi di lihat dari keaktifitas saat kegiatan pembelajaran dari aspek kemampuan bertanya, kemampuan menjawab pertanyaan, mengeluarkan pendapat dan kemampuan membuat kesimpulan diperoleh rekapitulasi 3 siklus sebagai berikut :

No Kategori Motivasi Siklus I Siklus II Siklus III

1 Sangat tinggi 8 % 11 % 11 %

2 Tinggi 14 % 22 % 31 %

3 Cukup 17 % 14 % 14 %

4 Kurang 61 % 53 % 44 %

Hasil penilaian motivasi pada siklus I didapatkan data yaitu mahasiswa yang tergolong dalam kategori motivasi sangat tinggi berjumlah 3 orang dengan prosentase 8 %. Sedangkan yang tergolong dalam

kategori motivasi tinggi berjumlah 5 orang dengan prosentase 14 %. Mahasiswa yang tergolong dalam kategori motivasi cukup berjumlah 6 orang dengan prosentase 17 %. Sedangkan yang tergolong kategori motivasi kurang berjumlah 22 orang

(5)

dengan prosentase 61 %. Jadi hanya 14 mahasiswa dengan prosentase 31 % yang tergolong kreteria motivasi kategori lebih dari cukup.

Pada siklus II mahasiswa yang tergolong dalam kategori motvasi sangat tinggi berjumlah 4 orang dengan prosentase 11 %. Sedangkan yang tergolong dalam kategori tinggi berjumlah 8 orang dengan prosentase 22 %. Mahasiswa yang tergolong dalam kategori cukup berjumlah 5 dengan prosentase 14 %. Sedangkan yang tergolong dalam kategori motivasi kurang berjumlah 19 orang dengan prosentase 53 %. Ada peningkatan jumlah dengan kreteria kategori motivasi lebih dari cukup yaitu 17 orang dengan prosentase 47 %.

Pada siklus III mahasiswa yang tergolong dalam kategori motivasi sangat tinggi berjumlah 4 orang dengan prosentase 11 %. Sedangkan yang tergolong dalam kategori motivasi tinggi berjumlah 11 orang dengan prosentase 31 %. Mahasiswa yang tergolong dalam kategori motivasi cukup berjumlah 5 orang dan yang termasuk motivasi kurang 16 orang dengan prosentase 44 %. Ada peningkatan jumlah dengan kreteria kategori motivasi lebih dari cukup yaitu 20 orang dengan prosentase 56 %.

Dari data tersebut dapat diketahui

bahwa penggunaan metode

pembelajaran Numbered Head

Together dapat meningkatkan

motivasi belajar mahasiswa. Peningkatan di sini menunjukkan bahwa motivasi mahasiswa naik sedikit demi sedikit atau akhir siklus III dengan kategori cukup. Hal ini sesuai dengan pendapat Dimyati dan Moedjono (2002:80) motivasi merupakan kekuatan mental yang

menjadi penggerak belajar. Kekuatan penggerak tersebut berasal dari berbagai sumber, salah satunya dengan penggunaan metode yang tepat dalam pembelajaran. Motivasi sangat erat kaitannya dengan minat, mahasiswa yang memiliki minat terhadap bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut.

Dalam pembelajaran dengan metode Numbered Head Together

tampak bahwa masing-masing

mahasiswa benar-benar mempunyai rasa tanggung jawab yang besar atas jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang bersifat individu sehingga mahasiswa benar-benar semuanya tidak ada yang tidak mempersiapkan diri dan ikut sepenuhnya dalam kegiatan pembelajaran sehingga tampak dalam proses pembelajaran dengan metode Numbered Head

Together mahasiswa lebih terlibat aktif

berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Slameto (1991:37), bila mahasiswa menjadi partisipan yang baik dalam kegiatan pembelajaran, maka dia memiliki pengetahuan dengan baik sehingga hasil belajar akan lebih baik, sebaliknya apabila mahasiswa kurang berpartisipasi, maka hasil belajar akan kurang baik.

Pada umumnya peserta didik menampakkan sikap yang kurang bergairah, kurang bersemangat dan kurang siap dalam menerima pelajaran. Ketidak siapan mahasiswa akan berpengaruh terhadap proses belajar mengajar, karena akan

mengakibatkan suasana

pembelajaran kurang aktif dan interaksi timbal balik antara dosen dan

(6)

mahasiswa tidak terjadi apalagi antara mahasiswa dengan mahasiswa.

Berdasarkan penilaian hasil belajar diperoleh dari rata-rata nilai harian

dan nilai tugas dengan rekapitulasi sebagai berikut :

Dari data diatas di ketahui ketuntasan belajar mahasiswa yaitu mencapai nilai 65-100 pada siklus I hanya mencapai 44,44 % yang tuntas hanya 16 orang. Sedang pada siklus II meningkat menjadi 58,33 % yang tuntas dengan jumlah 21 orang. Pada siklus ke III ketuntasan mencapai 83,33 % yang tuntas meningkat berjumlah 30 mahasiswa.

Data diatas menunjukkan metode

pembelajaran Numbered Head

Together ternyata dapat

meningkatkan hasil belajar. Keberhasilan metode ini disebabkan masing-masing mahasiswa benar-benar mempersiapkan diri dengan baik, baik secara individu maupun kelompok untuk menjadi yang terbaik. Menurut Morgan et al dalam Soekamtodan Winataputra (2002:41) menyatakan bahwa peserta didik akan merasa termotivasi untuk berprestasi jika mereka berorientasi kapada tugas dan masalah yang memberikan tantangan, dimana penampilan mereka dinilai dan dibandingkan dengan patokan atau dengan penampilan orang lain. Masing-masing peserta didik telah berbekal informasi pengetahuan dari buku diktat maupun buku penunjang yang lain untuk mempersiapkan materi

yang akan disajikan dalam

pembelajaran. Hal ini juga dikatakan

bahwa pembelajaran yang

memberikan kesempatan pada

mahasiswa untuk menemukan

konsep-konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi akan menyebabkan mahasiswa berusaha untuk mencari sendiri. Perhatian mahasiswa terdapat materi kuliah akan timbul karena bahan pelajaran dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut sehingga membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya.

Menurut Slameto (1991:54) hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh 2 faktor pendukung yaitu : (1) faktor internal yang meliputi faktor jasmani, psikologis, kelelahan. Sedangang faktor ke (2) yaitu factor ekternal, meliputi keluarga, sekolah (metode, mengajar, kurikulum, alat pelajaran atau keadaan gedung dan waktu belajar), serta faktor masyarakat. Sehingga dalam hal ini peran pendidik

sangat penting, khususnya

berhubungan dengan metode

mengajar. Menurut Sudjana (1990:65) optimalnya hasil belajar tergantung pada proses belajar peserta didik dan pendidik. Kegiatan belajar mengacu kepada kegiatan mahasiswa dan erat

hubungannya dengan metode

mengajar. Hal ini menurut Dimyati dan Moedjono (2002:239) metode yang tepat sangat diperlukan selama

proses pembelajaran untuk

mendapatkan hasil yang baik.

Metode pembelajaran ditinjau dari tepat atau tidaknya sangat tetgantung

Indikator Siklus I Siklus II Siklus III

Mean Hasil belajar 56,78 64,01 72,45

(7)

pada pendidik. Menurut Sardiman (2000:145), peran pendidik dalam proses pembelajaran dapat berperan sebagai fasilitator dan motivator. Dosen dalam hal ini merupakan fasilitator dan kemudahan dalam proses pembelajaran. Misalnya dalam menciptakan suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan mahasiswa sehingga interaksi belajar mengajar akan berlangsung secara efektif sehingga benar-benar ada perhatian dari

mahasiswa selama proses

pembelajaran. Menurut Soekamto dan Winataputra (2002:47) perhatian merupakan faktor yang jelas besar pengaruhnya, peserta didik perlu mempunyai perhatian yang cukup besar mengenai apa yang disajikan sehingga dia dapat menerima dengan baik dimana pusat perhatian tersebut tertuju pada isi materi pelajaran

maupun proses untuk

memperolehnya.

Dalam pembelajaran Repro-duksi khususnya pada materi perkembang biakan pada tumbuhan dan hewan

serta memahami organ–organ

pembentuknya metode pembelajaran

Numbered Head Together merupakan

metode yang sesuai yang terbukti dapat mempengaruhi peningkatan motivasi dan hasil belajar mahasiswa. Saat proses pembelajarn mahasiswa betul-betul sudah mempersiapkan diri sebelumnya karena sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung pada akhir pertemuan peneliti sudah memberikan informasi tentang teknik pembelajaran

dengan metode pembelajaran

Numbered Head Together ini. Karena

metode pembelajaran Numbered Head Together merupakan metode

baru bagi mahasiswa, sehingga mahasiswa mengerti bahwa hal ini akan berpengaruh pada hasil belajar

mereka sehingga mereka setiap kegiatan dapat dilaksanakan sebaik-baiknya. Sesuai dengan pendapat Depoter dkk (2000:52) bahwa keyakinan positif akan mempengaruhi sehingga bila mahasiswa hanya menganggap pembelajaran itu hanya formalitas maka hasilnya tidak sama dengan apa yang diharapkan sehingga pendidik harus meyakinkan pada peserta didik tentang tujuan pembelajaran dan teknik dalam metode pembelajaran ini.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan ternyata penerapan metode pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan

motivasi dan hasil belajar pada mata kuliah Reproduksi.

1) Peningkatan motivasi sedikit demi sedikit sampai pada akhir siklus, hasil akhir motivasi termasuk kategori cukup yaitu mencapai 56 %.

2) Hasil belajar dalam bentuk penilaian mean pada Siklus I mencapai nilai 56,78 dan ketuntasan belajar 44,44 % ; Siklus II mean hasil belajar mencapai nilai 64,01 dan ketuntasan belajar 58,33 %; Siklus III mean hasil belajar mencapai 72,45 dan ketuntasan belajar 83,33 %’

Disarankan bagi peneliti

selanjutnya yang akan menggunakan metode pembelajaran Numbered Head Together, hendaknya

mem-perhatikan penyebaran kemampuan mahasiswa yang merata di setiap kelompok agar ketuntasan belajar secara keseluruhan mencapai maksimal.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah N. 2000. Mengembangkan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Matematika melalui Pembelajaran Kooperatif. Forum kependidikan

(November) No. 1 Th 2000.

Brown, J.W. 1987. Coolege Teaching: A Systematic Approach. Toronto: Mc Grow-Hill Book Company.

Deporter, B.M.R dan Sarah, S.H. 2000. Quantum Teaching: Mempraktekkan

Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Terjemahan Ary Hilam dari

Quantum Teaching: Orchescrating Student Success (1999). Bandung: Kaifa.

Dimyati, M. dan Moejiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, O. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta; Bumi Aksara.

Nurhadi dan Agus,G.S. 2003. Pembelajaran Kontekstual. Malang: Universitas Negeri Malang.

Sardiman. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Soekamto dan Winataputra. 1997. Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud.

Sudjana, N. 1990. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suryabrata, S. 1994. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.

Sukidin, Bassrowi dan Suranto. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya; Insan Cendekia.

Tim Proyek PGSM. 1999. Penelitian tindakan Kelas. Jakarta: Dirjen Dikti.

Wena, M. 2009. Strategi Prmbelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Komputer dapat digunakan sebagai alat bantu di dalam pekerjaan termasuk di bidang pendidikan untuk meningkatkan kualitas dari hasil pekerjaan tersebut. Di sekolah

Kesesuaian hasil penelitian dengan teori dikarenakan secara teoritis apabila LDR bank sampel penelitian mengalami peningkatan berarti telah terjadi prosentase

Mongoloid Asia (Asiatic Mongoloid): warna kulit kuningpucat atau putih lobak, ukuran tubuh sedang, rambut hitamkejur, bentuk muka lonjong atau oval dan bulat, mata

Pos Indonesia Cabang Ungaran yang merupakan pelaku usaha dan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang pelayanan, harus selalu berusaha

Ease the restrictions in section 7.6.5.5 on page 26 and section 7.9.2.4.4 on page 35 and Table 11 on page 48 of OGC 09-025r1 (WFS 2.0.0) by permitting a service to encode

Berkenaan dengan hal tersebut diatas, diharapkan agar Saudara dapat hadir tepat waktu dengan membawa dokumen asli dan 1 (satu) rangkap fotocopy untuk setiap data yang telah

Analisis data yang digunakan adalah hubungan antara panjang usus dan panjang total tubuh ikan, serta jenis makanan yang ada dalam usus ikan untuk

Malaria bisa kambuh bila terlalu lelah atau makan makanan yang dipantang seperti tersebut di atas, ada juga yang mengatakan tidak tahu karena belum pernah sakit malaria,