• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kosmetika

2.1.1 Pengertian kosmetik

Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke- 19, pemakaian kosmetika mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti "berhias". Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat disekitarnya. Sekarang kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk tujuan meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

Pada tahun 1995 Lubowe menciptakan istilah "cosmedik" yang merupakan gabungan dari kosmetik dan obat yang sifatnya dapat mempengaruhi kulit secara positif, namun bukan obat. Ilmu yang mempelajari kosmetika disebut "kosmetologi" yaitu ilmu yang berhubungan dengan pembuatan, penyimpanan, aplikasi penggunaan, efek dan efek samping kosmetika (Wasitaatmadja, 1997). 2.1.2 Fungsi Kosmetik

Apabila dasar kecantikan adalah kesehatan, maka penampilan kulit yang sehat adalah bagian yang langsung dapat kita lihat, karena kulit merupakan organ tubuh yang berada paling luar dan berfungsi sebagai pembungkus tubuh. Dengan demikian pemakaian kosmetik yang tepat untuk perawatan kulit, rias atau dekoratif akan bermanfaat bagi kesehatan tubuh (Wasitaatmadja, 1997).

(2)

5

Penggolongan kosmetika menurut penggunaannya bagi kulit: 1. Kosmetik perawatan kulit (Scin care cosmetic)

Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk didalamnya:

a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (Cleanser): sabun, cleansing cream, cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).

b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (Mosturizer), misalnya: mosturizer cream, night cream, anti wrinkel cream.

c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen foundation, sun block cream/lotion.

d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (Peeling), misalnya scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai pengampelas (abrasiver).

2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make up)

Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri. Dalam kosmetik riasan, peran zat warna dan pewangi sangat besar. Kosmetik dekoratif terbagi menjadi dua golongan:

a. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaian sebentar, misalnya lipstik, bedak, pemerah pipi, eye shadow, dan lain-lain.

(3)

6

b. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya luntur dalam waktu yang lama, misalnya pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut, dan preparat penghilang rambut (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.2 Lipstik

Lipstik adalah produk kosmetik yang paling luas digunakan. Karena bibir dianggap sebagai bagian penting dalam penampilan seseorang. Lipstik merupakan pewarna bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat (roll up) yang terbentuk dari minyak, lilin, lemak, dan yang paling terutama pewarna (Wasitaatmadja, 1997).

Lipstik adalah make up bibir yang anatomis dan fisiologisnya agak berbeda dari kulit bagian badan lainnya. Misalnya, stratum korneumnya sangat tipis dan dermisnya tidak mengandung kelenjar keringat maupun kelenjar minyak sehingga bibir mudah kering dan pecah-pecah terutama jika dalam udara yang dingin dan kering. Hanya air liur yang merupakan pembasah yang alami untuk bibir (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.2.1 Syarat Lipstik

Syarat lipstik yang baik adalah seragam, berwarna terang dan dapat menutupi permukaan dengan baik, berkilau namun tidak terlalu berlemak, bentuknya tidak terlalu mudah berubah, pada suhu rendah tidak getas, stabil terhadap paparan cahaya, air, dan udara, tidak beracun dan tidak iritan, serta rasanya netral (Ismunandar, 2007).

2.2.2 Kandungan Lipstik

Lipstik pada tahun-tahun di sekitar Perang Dunia I diwarnai dengan karmin, pewarna yang terbuat dari cochineal, serangga kecil yang berwarna

(4)

7

merah. Serangga kecil itu dibuat serbuk dan kemudian diberi amonia. Lipstik yang tidak terhapus dikenalkan pada tahun 1920-an. Pewarna pada lipstik jenis ini, warnanya samar ketika berada dalam tabung. Namun, ketika bersentuhan dengan bibir warnanya muncul dan tetap tinggal selama beberapa jam. Di akhir tahun 1960-an, yang populer justru lipstik yang samar dan warnanya mudah hilang. Kini orang kembali ke tahun 1920-an, lipstik yang tren adalah yang terang benderang ditambah dengan berbagai corak warna sesuai dengan mood pemakainya (Ismunandar, 2007).

Badan lipstik terbuat dari campuran minyak jarak dan lilin, biasanya lilin tawon lebah. Campuran ini terbukti bersifat tiksotropik, yakni tetap tegar dalam tabung namun dengan mudah digerakkan bila ditekankan pada bibir ketika digunakan. Senyawa ester, seperti 2-propil miristat, biasanya ditambahkan untuk mengurangi kelengketannya (Ismunandar, 2007).

Pewarna yang digunakan dalam lipstik harus bersifat tidak larut dalam air, sebab kalau tidak, ludah para wanita akan selalu berwarna. Jadi, biasanya yang digunakan adalah pewarna yang larut dalam minyak dan tidak larut dalam air (Ismunandar, 2007).

2.3 Zat Pewarna

Di negara maju, suatu zat pewarna buatan harus melalui berbagai prosedur pengujian sebelum dapat digunakan. Zat warna yang akan digunakan harus menjalani pengujian dan prosedur penggunaannya, yang disebut proses sertifikasi. Proses sertifikasi ini meliputi pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis media terhadap zat warna tersebut. Proses pembuatan zat warna sintetis biasanya melalui perlakuan pernberian asam sulfat atau asam nitrat yang seringkali

(5)

8

terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik. Sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa antara dulu yang kadang-kadang berbahaya dan seringkali tertinggal dalam hasil akhir, atau terbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya. Untuk zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan bahwa kandungan arsen tidak boleh lebih dari 0,0004 persen dan timbal tidak boleh lebih dari 0,0001, sedangkan logam berat lainnya tidak boleh ada. Di Indonesia, peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/8 (Cahyadi, 2009).

Tabel 2.1 Bahan Pewarna Sintetis yang Dilarang di Indonesia

Bahan Pewarna Nomor Indeks

Warna (C.I.No.) Citrus red No. 2

Ponceau 3R Ponceau SX Rhodamin B Guinea Green B Magenta Chrysoidine Butter Yellow Sudan I Methanil Yellow Auramine Oil Oranges SS Oil Oranges XO Oil Yellow AB Oil Yellow OB (Red G)

(Food Red No. 1) (Food Red No. 5) (Acid Green No. 3) (Basic Violet No. 14) (Basic Orange No. 2) (Solvent Yellow No. 2) (Food Yellow No. 2) (Food Yellow No. 14) (Ext. D & C Yellow No. 1) (Basic Yellow No. 2) (Solvent Oranges No. 7) (Solvent Oranges No. 5) (Solvent Oranges No. 6)

12156 16155 14700 45170 42085 42510 11270 11020 12055 13065 41000 12100 12140 11380 11390 (Cahyadi, 2009).

(6)

9

Menurut Joint FAC/WHO Expert Committee on Food Additives (JECFA) zat pewarna buatan dapat digolongkan dalam beberapa kelas berdasarkan rumus kimianya, yaitu azo, triarilmetana, quinolin, xanten, dan indigoid. Sedangkan berdasarkan kelarutannya dikenal dua macam pewarna buatan, yaitu dyes dan lakes (Cahyadi, 2009).

Tabel 2.2 Kelas-kelas Zat Pewarna Buatan Menurut JECFA

Nama Warna Azo: 1. Tartrazin 2. Sunset Yellow FCF 3. Allura Red AC 4. Ponceau 4R 5. Red 2G 6. Azorubine 7. Fast Red E 8. Amaranth 9. Brilliant Black BN 10. Brown FK 11. Brown HT Triarilmetana: 12. Brilliant Blue FCF 13. Patent Blue F 14. Green S 15. Fast Green FCF Quinolin: 16. Quinoline Yellow Xanten: 17. Erythrosine Indigoid: 18. Indigotine Kuning Oranye Merah (kekuningan) Merah Merah Merah Merah Merah (kebiruan) Ungu Kuning coklat Coklat Biru Biru Biru kehijauan Hijau Kuning kehijauan Merah Biru kemerahan (Cahyadi, 2009).

(7)

10

Pewarna yang digunakan dalam kosmetika umumnya terdiri atas dua jenis, yaitu:

1. Pewarna yang dapat larut dalam cairan, air, alkohol, atau minyak. Contoh pewarna kosmetika adalah: Pewarna asam (acid dyes) yang merupakan golongan terbesar pada pakaian, makanan dan kosmetik. Unsur terpenting dalam pewama ini adalah gugus azo. Solven dyes yang larut dalam air dan alkohol, misalnya: DC merah, merah hijau No.17, violet, kuning. Xanthene dyes yang dipakai dalam lipstik, misalnya DC Orange, merah dan kuning. 2. Pewarna yang tidak dapat larut dalam air (insoluble), yang terdiri atas bahan

organik dan inorganik, misalnya lakes, besi oksida. Tidak semua zat warna dapat digunakan dalam kosmetika. Kulit di beberapa bagian tubuh sensitif terhadap zat warna tertentu, sehingga memerlukan warna khusus, seperti kulit di sekitar mata, kulit di sekitar mulut dan bibir (Wasitaatmadja, 1997).

Penentuan mutu suatu bahan dapat diamati dengan warna. Warna hasil suatu produksi suatu bahan sangat berpengaruh bagi pemakainya. Contoh warna suatu kosmetika sangat berperan secara psikologis bagi pemakainya sebagai bentuk kecantikan. Adapun tujuan pemberian warna pada suatu bahan, baik obat maupun kosmetika bahkan makanan adalah agar bahan atau hasil produksi itu menarik bagi pemakainya, menghindari adanya pemalsuan terhadap suatu hasil pabrik dan menjaga keseragaman hasil suatu pabrik yang penting adalah keamanan bagi para pemakai zat warna, sebab pemakaian keliru dapat menyebabkan hal-hal yang tidak dikehendaki seperti memberikan efek karsinogenik, teratogenik, alergi dan lain-lain (Sudarmadji, 2003).

(8)

11

Ponceau 3R merupakan zat berbentuk butiran atau serbuk warna merah hingga merah tua dan mempunyai sifat tidak berbau. Selain itu zat tersebut mudah larut dalam air, dalam gliserol P, serta sukar larut dalam etanol P. Dipasar zat ini banyak dijumpai di minuman ringan bahkan beberapa produk sirup dan juga produk kosmetik ditambahi zat ini. Zat pewarna merah pada lipstick,dan jeli atau agar-agar terbukti mengandung ponceau (Wijaya, 2000).

Tabel 2.3 Bahan Pewarna Sintetis yang Diizinkan di Indonesia

Pewarna Nomor Indeks

Warna (C.I.No.) Batas Maksimum Penggunaan Amaran Biru berlian Eritrosin Hijau FCF Hijau S Indigotin Ponceau 4R Kuning Kuinelin Kuning FCF Riboflavina Tartrazine Amaranth : CI Food Red 9 Brilliant blue FCF : CI Food Red 2 Erithrosin : CI Food Red 14 Fast Green FCF : CI Food Green 3 Green S : CI Food Green 4 Indigotin : CI Food Blue I Ponceau 4R : CI Food Red 7 Quineline yellow : CI Food yellow 3 Sunset yellow FCF : CI Food yellow 3 Riboflavina Tartrazine 16185 42090 45430 42053 44090 73015 16255 74005 15980 - 19140 Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya (Cahyadi, 2009).

(9)

12 2.4 Arti dan Jenis Kromatografi

Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Cara yang asli telah diketengahkan pada tahun 1903 oleh Tsweet, yang telah menggunakannya untuk pemisahan senyawa-senyawa yang berwarna, dan nama kromatografi diambil dari senyawa yang berwarna (Sastrohamidjojo, 1985).

Metode pemisahan merupakan bagian penting dari analisis kromatografi dan telah berkembang menjadi teknik pemisahan utama. Pemisahan adalah kata yang timbul dari penggunaannya yang mengacu pada analisis kimia. Namun demikian, ada beberapa manfaat dalam mempertimbangkan kata itu dengan tepat, definisi umum seperti yang disarankan oleh Rony:

Pemisahan adalah kondisi hipotesis dimana ada isolasi lengkap, dengan m daerah makroskopik yang terpisah, masing-masing komponen kimia m yang terdiri dari campuran. Dengan kata lain, tujuan dari setiap pemisahan adalah proses untuk mengisolasi komponen kimia m dalam bentuk murni, dimana m berbentuk seperti botol kaca atau botol polyethylene (Miller, 1988).

Dalam Kromatografi, satu fase diadakan bergerak atau diam, dan yang lainnya melewati fase gerak itu. Sebutan GC dan LC mengacu pada keadaan fisik dari fase gerak. Klasifikasi lebih lanjut dapat dilakukan dengan penamaan fase gerak dan fase diam, dengan demikian kita memiliki sifat kromatografi gas-padat (DS), gas-cair (GL), cair-cair (LL), dan cair-padat (LS). Baru-baru ini, cairan superkritis telah digunakan sebagai fase gerak, dan setelah itu teknik ini dinamakan sebagai kromatografi cairan superkritis (SFC) terlepas dari keadaan fase diam (Miller, 1988).

(10)

13

Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fasa yaitu satu fasa tetap (stationary) dan yang lain fasa bergerak (mobile). Fasa bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat macam sistem kromatografi. Keempat macam sistem kromatografi tersebut adalah:

1). Fasa bergerak zat cair-fasa tetap padat:

Dikenal sebagai kromatografi serapan yang meliputi - Kromatografi lapisan tipis

- Kromatografi penukar ion.

2). Fasa bergerak gas-fasa tetap padat: - Kromatografi gas padat

3). Fasa bergerak zat cair-fasa tetap zat cair: Dikenal sebagai kromatografi partisi - Kromatografi kertas

4). Fasa bergerak gas-fasa tetap zat cair: - Kromatografi gas-cair

- Kromatografi kolom kapiler (Sastrohamidjojo, 1985). 2.5 Kromatografi Kertas (Kkt)

Berbagai jenis pemisahan yang sederhana dengan kromatografi kertas telah dikerjakan di mana proses dikenal sebagai “analisa kapiler”. Metoda-metoda seperti ini sangat bersesuaian dengan kromatografi serapan, dan sekarang kromatografi kertas dipandang sebagai perkembangan dari sistem partisi. Salah satu zat padat dapat digunakan untuk menyokong fasa tetap yaitu bubuk selulosa (Sastrohamidjojo, 1985).

(11)

14

Mula-mula telah dilakukan pemisahan asam-asam amino dan peptida-peptida yang merupakan hasil hidrolisa protein wool dengan suatu cara dimana kolom yang berisi bubuk diganti dengan lembaran kertas dan kemudian diletakkan dalam bejana tertutup yang berisi uap jenuh larutan. Ini adalah merupakan jenis dari sistem partisi dimana fasa tetap adalah air, disokong oleh molekul-molekul selulose dari kertas, dan fasa bergerak biasanya merupakan campuran dari satu atau lebih pelarut-pelarut organik dan air (Sastrohamidjojo, 1985).

Pada kromatografi kertas peralatan yang dipakai tidak perlu alat-alat yang teliti atau mahal. Hasil-hasil yang baik dapat diperoleh dengan peralatan dan materi-materi yang sangat sederhana. Senyawa-senyawa yang terpisahkan dapat dideteksi pada kertas dan dapat segera diidentifikasikan. Bahkan jika dikehendaki, komponen-komponen yang terpisahkan dapat diambil dari kertas dengan jalan memotong-motongnya dan kemudian dilarutkan secara terpisah (Sastrohamidjojo, 1985).

2.5.1 Garis Besar Secara Umum dari Cara Kerja

Setetes dari larutan yang mengandung campuran yang akan dipisahkan diteteskan/diletakkan pada daerah yang diberi tanda di atas sepotong kertas saring dimana ia akan meluas membentuk noda yang bulat. Bila noda telah kering kertas dimasukkan dalam bejana tertutup yang sesuai dengan satu ujung, dimana tetesan cuplikan ditempatkan, tercelup dalam pelarut yang dipilih sebagai fasa bergerak (jangan sampai noda tercelup karena berarti senyawa yang akan dipisahkan akan terlarut dari kertas). Pelarut bergerak melalui serat-serat dari kertas oleh gaya kapiler dan menggerakkan komponen-komponen dari campuran cuplikan pada perbedaan jarak dalam arah aliran pelarut. Bila permukaan pelarut telah bergerak

(12)

15

sampai jarak yang cukup jauhnya atau setelah waktu yang telah ditentukan, maka kertas diambil dari bejana dan kedudukan dari permukaan pelarut diberi tanda dan lembaran kertas dibiarkan kering. Jika senyawa-senyawa berwarna maka akan terlihat sebagai pita-pita atau noda-noda yang terpisah (Sastrohamidjojo, 1985).

Metoda identifikasi yang paling mudah adalah berdasarkan pada kedudukan dari noda relatif terhadap permukaan pelarut, menggunakan harga Rf. Kadang-kadang, terutama pada gugus-gugus yang besar dari senyawa-senyawa yang susunan kimianya mirip, seperti asam-asam amino, harga-harga Rf sangat berdekatan satu sama lain (Sastrohamidjojo, 1985).

Bila akan melakukan pemisahan dengan kromatografi kertas maka hal-hal berikut perlu mendapatkan perhatian:

1). Metoda (penaikkan, penurunan atau mendatar) 2). Macam dari kertas

3). Pemilihan dan pembuatan pelarut (fasa bergerak) 4). Kesetimbangan dalam bejana yang dipilih

5). Pembuatan cuplikan 6). Waktu pengembangan

7). Metoda deteksi dan identifikasi (Sastrohamidjojo, 1985). 2.5.2 Alat dan Teknik

Metoda penurunan. Alat yang pokok adalah berupa bejana yang terbuat dari gelas, platina atau logam tahan karat yang diatasnya ditutup untuk mencegah penguapan dari pelarut (Sastrohamidjojo, 1985).

Metoda penaikkan. Bejana yang digunakan untuk kromatografi penaikkan sama seperti untuk kromatografi penurunan, tetapi pelarut diletakkan di bagian

(13)

16

bawah dari bejana, dan kertas dicelupkan diatasnya, dimana lembaran kertas tergantung di atas batang gelas yang dicepit dengan gabus pada ujungnya (Sastrohamidjojo, 1985).

Metoda mendatar. Dalam cara ini kertas dibentuk bulat di tengahnya diberi lubang sebagai tempat untuk meletakkan sumbu yang terbuat baik dari gulungan kertas atau dari benang dimana melalui ini pelarut dapat naik yang kemudian membasahi kertas untuk kemudian mengembang melingkar membawa senyawa yang dipisahkan (Sastrohamidjojo, 1985).

2.5.3 Kertas

Pekerjaan mula-mula dalam kromatografi kertas dilakukan dengan menggunakan kertas saring Whatmann No. 1 dan hingga sekarang masih dipakai. Kertas dalam pemisahan terutama mempunyai pengaruh pada kecepatan aliran pelarut. Sedangkan fungsi dari kertas sendiri sangat kompleks. Efek-efek serapan disebabkan oleh sifat polar dari gugus-gugus hidroksil dimana ini kemungkinan sangat penting dan sejumlah kecil dari gugus karboksil dalam selulosa dapat menaikkan terhadap efek-efek pertukaran ion (Sastrohamidjojo, 1985).

Tabel 2.4 Macam-macam Kertas Kromatografi

Kecepatan aliran

Cepat Sedang Lambat

Kertas-kertas tipis No. 4 No. 54 No. 540 No. 7 No. 1 No. 2 No. 20

Kertas-kertas tebal No. 31 No. 17

No. 3 No. 3 MM (Sastrohamidjojo, 1985).

(14)

17 2.5.4 Pelarut-pelarut

Fasa bergerak biasanya merupakan campuran yang terdiri atas satu komponen organik yang utama, air dan berbagai tambahan seperti asam-asam, basa atau pereaksi-pereaksi kompleks, untuk memperbesar kelarutan dari beberapa senyawa atau untuk mengurangi lainnya. Contoh penggunaan dari pelarut yang dipilih untuk senyawa-senyawa organik yang polar akan lebih mudah larut dalam air daripada dalam zat-zat cair organik, akan terjadi gerakan yang lambat jika fasa bergerak anhidrida digunakan, penambahan air terhadap pelarut akan menyebabkan senyawa-senyawa tersebut untuk bergerak (Sastrohamidjojo, 1985).

2.5.5 Cara Penempatan Cuplikan Pada Kertas

Larutan campuran yang akan dipisahkan ditempatkan pada kertas yang berupa noda. Biasanya dibiarkan untuk berkembang membentuk suatu bulatan. Harus dicegah penempatan larutan terlalu banyak. Karena kelebihan setiap komponen akan menyebabkan tidak akan tercapainya kesetimbangan partisi selama ia bergerak, hingga ia akan mengakibatkan terjadinya kedudukan/lokasi yang kabur. Ada beberapa cara pembuatan noda. Salah satu cara adalah dengan menggunakan gelas kapiler dengan diameter yang sama, dimana cara ini sering digunakan. Sedangkan cara lain dapat menggunakan alat penyuntik (Sastrohamidjojo, 1985).

Kedudukan dari permukaan pelarut yang terdapat pada kertas harus selalu diberi tanda segera setelah lembaran kertas diambil dan kemudian dikeringkan, dengan cara digantungkan. Penandaan dapat menggunakan pensil pada sisi samping kertas. Pengeringan sebaiknya dibiarkan dalam udara, bila dikehendaki

(15)

18

dapat menggunakan kipas angin. Jangan mengeringkan dengan menggunakan udara panas, karena dapat merusak beberapa konstituen dari campuran. Kebanyakan dari pelarut-pelarut kromatografi cepat menguap tanpa meninggal residu (Sastrohamidjojo, 1985).

2.5.6 Identifikasi dari Senyawa-senyawa

Dalam mengidentifikasi noda-noda dalam kertas sangat lazim menggunakan harga Rf (retordation factor) yang didefinisikan sebagai:

Jarak yang digerakkan oleh senyawa Rf =

Jarak yang digerakkan oleh permukaan pelarut Ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga Rf yaitu:

- Pelarut - Suhu

- Ukuran dari bejana - Kertas

- Sifat dari campuran

Untuk mengukur Rf perlu melokalisir permukaan pelarut. Harga-harga Rf biasanya dinyatakan sebagai fraksi/bagian. Perbedaan dalam harga-harga Rf untuk dua senyawa yang dipisahkan tergantung pada besarnya noda-noda dan panjangnya aliran pelarut. Cara yang paling mudah dalam mengukur Rf adalah dengan menggunakan mistar (Sastrohamidjojo, 1985).

Gambar

Tabel 2.1 Bahan Pewarna Sintetis yang Dilarang di Indonesia
Tabel 2.3 Bahan Pewarna Sintetis yang Diizinkan di Indonesia
Tabel 2.4 Macam-macam Kertas Kromatografi

Referensi

Dokumen terkait

Klasifikasi Struktur Pasar Pasar Persaingan Sempurna Pasar Oligopoli Pasar Monopolistik Pasar Monopoli Banyak penjual pembeli Produk homogen Tidak ada hambatan masuk pasar

Berserah harus dinyatakan dengan tindakan aktif menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah dan percaya bahwa Allah akan memelihara dan memberikan yang terbaik kepada kita..

Pada bangunan candi di Indonesia, selain berbagai macam arca Budha dan para dewa yang terdapat di candi di Indonesia, selain berbagai macam arca Budha dan para dewa yang terdapat

Glukosa diberikan pada medium kultur untuk perkembangan embrio dari tahap 4 sel sampai blastosis karena metabolisme glukosa dapat memblok proses cleavage. 12 Glutamin

Simbol ini digunakan untuk menggambarkan arsip permanen yang merupakan tempat penyimpanan dokumen yang tidak akan diproses lagi dalam sistem akuntansi yang bersangkutan.

Sistem Informasi Geografis (SIG) / Geographic Information System (GIS) adalah suatu sistem informasi berbasis komputer, yang digunakan untuk memproses data spasial

Pasien yang masuk ke IGD rumah sakit tentunya butuh pertolongan yang cepat dan tepat untuk itu perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan gawat darurat sesuai dengan

Prosedur pengendalian dokumen , prosedur pengendalian rekaman - Sudahkan dokumen dikendalikan Nomor dokumen, nomor format, dokumen ditanda tangani, daftar induk. dokumen,