• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2002:599) diartikan sebagai sebuah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2002:599) diartikan sebagai sebuah"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kreativitas Guru

2.1.1 Kreativitas

Kreativitas adalah suatu tindakan yang kreatif dan berhubungan dengan penemuan baru, kegiatan kreativitas mudah ditemukan di individu atau kelompok dalam lingkungan. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2002:599) diartikan sebagai sebuah kemampuan untuk mencipta. Slameto (2010:145) berpendapat bahwa “Kreativitas adalah sesuatu yang berkaitan dengan penemuan baru atau suatu hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang sudah ada sebelumnya”. Menurut pendapat Susanto (2013:109) mengatakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan dalam mengungkapkan hubungan-hubungan baru, melihat sesuatu dari suatu pandangan baru dan membentuk kombinasi baru dari dua konsep atau lebih yang dikuasai sebelumnya, maka berpikir kreatif dapat dimaknai dengan berpikir yang dapat menghubungkan atau melihat sesuatu dari sudut pandang baru.

Kreativitas merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu, seseorang yang memiliki kemampuan disebut individu kreatif. Barron mengemukakan dalam Ngalimun dkk (2013:44) “Kreativitas merupakan kemampuan seseorang dalam menciptakan sesuatu yang baru”. Ngalimun dkk (2013:44) menyatakan bahwa “Kreativitas tersebut mengacu pada

kemampuan pada diri yang menandai seorang kreatif”. Menurut Hasan (2013:4) mengatakan bahwa kreativitas ialah kemampuan dari seseorang melahirkan sesutu yang baru, baik berupa ide/gagasan maupun karya baru. Kreativitas bermakna sebagai suatu kreasi baru yang tercipta. Kreativitas merupakan kegiatan pada otak yang teratur, menyeluruh dan imajinatif.

Di dalam suatu tindakan yang kreatif dapat menghasilkan produk baru atau pembaruan dari suatu kombinasi produk yang telah ada sebelumnya. Semiawan (2009: 44) mengungkapkan bahwa kreativitas adalah merubah sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu

(2)

yang baru. Dapat diartikan, mengkombinasikan dua konsep lama menjadi konsep baru. Sedangkan menurut Ninik (2013: 637) kreativitas merupakan hasil dari interaksi antara manusia dan lingkungannya, kemampuan dalam membuat kombinasi baru, berdasarkan suatu data, informasi yang telah ada, atau unsur-unsur yang sudah dikenal sebelumnya, yaitu sebuah pengalaman dan pengetahuan yang sudah ditemui atau didapatkan seseorang dikehidupannya baik itu dari lingkungan keluarga, masyarakat, dan maupun dari lingkungan sekolahnya”.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan yang dimiliki setiap manusia, kemampuan tersebut telah ada didalam diri masing-masing. Kreativitas dapat berupa gagasan-gagasan, ide-ide, sebuah karya baru yang dilahirkan atau dikembangkan oleh seseorang dalam bentuk karya baru maupun gabungan dari beberapa hal yang sudah ada, menghasilkan karya maupun gagasan baru, berbeda dengan karya atau gagasan yang pernah ada sebelumnya. Kreativitas merupakan proses kreatif yang terjadi langsung pada diri seseorang atau suatu kelompok dan menghasilkan produk-produk yang kreatif.

2.1.2 Guru

Guru adalah pekerja profesional. Pekerjaan dari guru itu sendiri sangat erat dengan hal mendidik anak-anak para penerus bangsa. Seorang guru adalah sumber dari ilmu, banyak sekali yang mereka kuasai mulai dari pengetahuan, keterampilan sampai dengan bahan ajar atau media yang digunakan dalam mengajar. Selain itu guru dijadikan sebagai seseorang yang yang akan digugu dan ditiru oleh anak-anak dalam segala aspek yang ada pada diri guru tersebut. Dengan harapan bisa membentuk dan menuntun peserta didik lebih baik lagi di masa depan (Sinaga, 2018:12). Pengertian guru menurut kamus umum Bahasa Indonesia

(3)

“Orang yang mengajari orang lain didalam sekolah, mengajari ilmu pengetahuan atau keterampilan”. Adapun dalam Undang-Undang tentang Guru dan Dosen Nomor 14 tahun

2005 dijelaskan bahwa yang dimaksud guru ialah “Pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah”.

Guru menjadi penentu generasi muda yang akan datang, guru selalu memberikan pembelajaran yang terbaik untuk para peserta didik. Menurut Mulyasa (2009:5) guru merupakan komponen yang menentukan keseluruhan dalam sistem pendidikan, guru seharusnya mendapatkan perhatian sentral, pertama dan utama. Guru memiliki peran sebagai pemegang peran dalam pembangunan pendidikan yang dilakukan secara formal di sekolah. Guru dijadikan model oleh peserta didik, semua perkataan guru akan digugu dan perbuatan guru akan ditiru, maka dari itu kreativitas diperlukan oleh setiap guru dalam mengajar. Pentury (2017:271) berpendapat bahwa guru dituntut dapat menjadi contoh teladan kreatif (creative role model) yang mengembangkan sikap dan prilaku diri dengan memberikan inspirasi dan motivasi dengan membuat suasana kelas yang menyenangkan, materi dan metode serta teknik pembelajaran yang kreatif untuk perkembangan siswa.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa guru adalah seseorang yang memiliki pengaruh bagi kehidupan bangsa selanjutnya, karena guru dipercaya untuk mendidik, membimbing, melatih dan memberikan pendidikan berupa sikap, ilmu pengetahuan dan juga keterampilan pada anak-anak generasi penerus bangsa. Guru dituntut menjadi contoh teladan yang baik, karena guru pada hakikatnya dijadikan model bagi para peserta didik, semua yang terucap akan digugu dan segala perilakunya akan ditiru.

(4)

Kreativitas memiliki ciri-ciri yang dapat menandakan adanya kreativitas pada diri individu. Didalam Pedoman Diagnostik Potensi Peserta Didik (Depdiknas 2004:19) terdapat ciri kreativitas yang disebutkan antara lain :

1) seseorang yang memiliki rasa ingin tahu dengan cara menunjukkannya; 2) menciptakan sesuatu dan memecahkan persoalan; 3) memberikan tanggapan yang cerdas; 4) berani mengambil resiko yang akan terjadi; 5) suka mencoba hal yang baru; 6) peka dengan hal yang berkaitan dengan keindahan dari lingkungan sekitar.

Individu yang memiliki kreativitas akan tampak lebih menonjol dalam tindakannya, kreativitas yang dimilikinya dapat dibedakan menjadi dua ciri-ciri. Munandar (2009:10) menjelaskan ciri-ciri dari kreativitas dibedakan menjadi dua yaitu: ciri kognitif (aptitude) dan ciri non-kognitif (non-aptitude). Ciri kognitif (aptitude) itu sendiri terdiri dari keaslian, keluwesan, kelancaran dan menggarap sesuatu secara tekun dan cermat. Sedangkan ciri nonkognitif dari kreativitas meliputi motivasi yang dimiliki, kepribadian seseorang, dan sikap kreatif yang telah ada pada diri. Kreativitas yang telah diuraikan tersebut sangat dianjurkan untuk dikembangkan setiap individu.

Dalam kreativitas guru terdapat ciri-ciri yang terlihat dari bagaimana guru memiliki kesiapan dalam mengajar yaitu berupa persiapan dalam mengajar, proses mengajar sampai pemberian penilaian untuk peserta didik. Monawati (2018:36-37) berpendapat bahwa terdapat beberapa ciri-ciri dari kreativitas, yaitu sebagai berikut:

1) Kelancaran, yaitu suatu pemikiran yang dimiliki seseorang dengan mudah dicetuskan dalam bentuk ide-ide/gagasan, penyelesaian masalah atau jawaban dari suatu pertanyaan. 2) Keluwesan, merupakan kemampuan seseorang yang dapat mengubah suatu keadaan atau pemikiran dengan menggunakan cara yang dimilikinya. 3) Keaslian, dalam hal ini seseorang mampu menciptakan hal baru dengan cara yang unik dan baru, dapat melahirkan kombinasi baru dari bagian atau unsur yang sudah ada sebelumnya. 4) Perincian, merupakan kemampuan mengembangkan suatu ide, gagasan dan produk untuk menambahkan sesuatu kedalamnya kemudian terciptalah produk baru yang lebih menarik. 5) Evaluasi, merupakan penentuan dari suatu hal untuk mengukur seberapa baiknya produk tersebut.

Guru kreatif pada suatu pembelajaran adalah guru yang dapat memberikan ilmu secara maksimal kepada peserta didik, dan kehaliannya yaitu sebagai Teacher Schoolar. Menurut Brown (2012:10) karakteristik dari seorang Teacher Scholar yaitu adalah:

1) Dapat menunjukan kepada peserta didik pada suatu hal yang berhubungan dengan pembelajaran. 2) Segala aktivitas pembelajaran guru harus mampu melibatkan peserta didik

(5)

didalamnya. 3) Sebagai guru harus menjadi dan memberikan motivasi kepada peserta didik. 4) Guru bisa mengembangkan strategi dalam pembelajaran. 5) Guru diharapkan mampu menciptakan atau mengubah pembelajaran menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. 6) Guru mampu membuat sesuatu yang baru dalam pembelajaran 7) Guru mampu menciptakan dan mengembangkan media atau bahan ajar pada pembelajaran dengan menarik dan mudah dalam penggunaanya. 8) Mampu membuat atau mengembangkan bahan ajar deng an bermacam-macam. 9) Mampu menghasilkan hal-hal baru dalam suatu proses pembelajaran.

Kreativitas pada diri seseorang tampak pada sikap yang dimiliknya, seseorang yang kreatif cenderung sangat aktif, menyukai tantangan dan cerdas. Sund dalam Slameto (2010:147) berpendapat bahwa seseorang yang memiliki potensi dalam kreativitasnya dapat dikenali, yaitu dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1) memiliki keinginan cukup besar; 2) terbuka dengan pengalaman baru yang dimilikinya; 3) panjang akal; 4) mempunyai keingintahuan untuk menemukan (meneliti); 5) lebih menggemari tugas yang sulit; 6) mencari dan memberikan jawaban yang memuaskan; 7) memiliki pengorbanan pada diri sendiri untuk lebih bergerak dan aktif menjalan sebuah tugasnya; 8) berpikir secara luwes; 9) memberikan tanggapan suatu pertanyaan dengan jawaban yang cenderung lebih banyak; 10) kemampuan beranalisis; 11) memiliki banyak pertanyaan; 12) dapat memberikan suatu penjelasan secara deskripsi secara baik; 13) hobby membaca.

Berdasarkan ciri-ciri kreativitas guru yang sudah dikemukakan oleh beberapa sumber dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kreativitas guru dapat dilihat dari bagaimana guru dalam melaksanakan sebuah proses pembelajaran dengan caranya sendiri yang menunjukkan sebuah kekereatifan. Guru kreatif memiliki rasa ingin tahu yang besar dan tidak takut gagal dalam mencoba sesuatu. Dalam kreativitasnya guru mampu menghasilkan hal baru dalam suatu proses pembelajaran, guru juga mampu menciptakan sebuah pembelajaran yang menyenangkan dan juga menggunakan media pembelajaran sehingga pembelajaran bermakna bagi peserta didik.

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas Guru

Kreativitas merupakan proses dalam memberikan suatu pengaruh. Salah satu yang memberikan pengaruh yaitu kemampuan yang telah ada atau yang sudah dimiliki pada diri. Wijaya & Rusyan dalam (Monawati, 2018:37-38), berpendapat bahwa pengaruh tumbuhnya sebuah kreativitas terutama pada kalangan guru yaitu sebagai berikut:

1) keadaan dalam suatu pekerjaan yang dapat meningkatkan kecakapan dan pengetahuan dalam bertugas; 2) terdapat kerjasama yang baik antara partner kerja dalam pemecahan masalah yang sedang dihadapi; 3) adanya pemberian sebuah dorongan dan penghargaan dalam setiap suatu

(6)

pekerjaan yang telah berhasil dilakukannya agar setiap upaya yang telah dilakukannya dalam memberikan hal positif bagi guru untuk meningkatkan prestasi peserta didik; 4) adanya pemberian kepercayaan secara penuh kepada para guru untuk menunjukan dan meingkatkan kreativitasnya; 5) memberikan sebuah kewenangan yang cukup besar kepada guru dalam setiap pemecahan suatu masalah didalam kerjanya; 6) memberikan kesempatan kepada para guru dalam merumuskan sebuah kebujakan yang berkaitan dengan pendidikan disekolah terutama yang berkaitan dengan prestasi belajar siswa.

Kreativitas yang dimiliki setiap individu berbeda-beda, perbedaan tersebut bisa dilihat dari segi gender dan keluarga dari setiap individu. Ninik (2013:639) berpendapat bahwa faktor penyebab perbedaan kreativitas yang dimiliki setiap individu, yaitu:

1) Jenis kelamin yaitu umumnya kreativitas muncul lebih besar pada anak laki-laki perempuan. 2) Status sosial ekonomi, dalam hal ini, anak dari kelompok sosial ekonomi yang atas biasanya kreatifnya lebih tinggi daripada anak yang berasal dari sosial ekonomi kelompok yang lebih rendah. 2) Urutan kelahiran berdasarkan survei, selaian lingkungan menunjukkan seberapa kreatif anak namun berdasarkan urutan kelahiran juga bisa menunjukkan sapa yang lebih kreatif. Anak bungsu, anak tengah dan anak satu-satunya mungkin lebih kreatif dsari anak pertama. 3) Ukuran keluarga yairu umumnya, anak dari segi ukuran keluarga yang kecil mereka lebih kreatif karena suatu kondisi tertentu. 4) Dari kota atau dari pedesaan pada sebuah penelitian, anak dari kota biasanya lebih kreatif. 5) Intelegensi, menurut penelitian anak yang pandai cenderung lebih memiliki kekreatifan yang besar.

Kreativitas dapat timbul melalui pengaruh faktor keturunan dan lingkungan sekitar, sehingga lingkungan biasanya dijadikan kualitas dari diri setiap individu. Pentury (2017:269) menyebutkan 2 faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas pada guru yaitu :

1) Faktor Internal (warisan dan psikologis) yaitu faktor yang sudah melekat pada dirinya dan bisa dikembangan atau tumbuh menjadi suatu kreativitas yang lebih baik dari semula faktor internal biasanya didapatkan dari suatu warisan dan psikologis. Begitu juga dengan seorang guru di dalam pekerjaannya dalam mengajar menginginkan perkembangan dalam mengajar untuk menjadi yang lebih baik dan berkualitas. 2) Faktor Eksternal (lingkungan sosial dan budaya) merupakan faktor yang juga pada umumnya dimiliki oleh seseorang terutama guru, dalam hal ini faktor eksternal terbagi menjadi empat kelompok yaitu: a) latar belakang pendidikan yang dimiliki guru; b) pelatihan guru dan organisasi perguruan; c) pengalaman mengajar; d) kesejahteraan guru.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas guru disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas guru dapat terjadi ketika dalam pekerjaan yang dimiliki seseorang diharuskan meningkatkan suatu kecakapan dalam bertugas maka kekreativitasan pada diri seseorang tersebut akan muncul, pada hakikatnya kreativitas yang sudah ada di dalam diri kita jika terus diasah akan semakin meningkat. Kemudian, faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas guru juga dapat dipengaruhi dari faktor keturunan dan lingkungan sosial dimana jika tinggal di lingkungan orang-orang kreatif maka kita juga akan ikut menjadi seseorang yang kreatif.

(7)

2.2 Pelaksanaan Pembelajaran pada Masa Pandemi Covid-19 2.2.1 Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang telah berkembang mengikuti zaman, dimana pembelajaran daring melibatkan unsur teknologi informasi. Fitriyani dkk (2020:166) mengatakan bahwa “Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dilakukan dengan sistem jarak jauh dengan menggunakan aktivitas pembelajaran secara teknologi dalam belajar. Pembelajaran daring memberikan banyak manfaat di masa pandemi ini, pembelajaran daring menyediakan akses belajar tanpa hambatan fisik seperti yang dilakukan didalam kelas”.

Menurut Sadikin dkk (2020:216) “Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang menggunakan internet dalam pemakainnya untuk mmunculkan interaksi dalam belajar”.

Kemudian “Di sekolah dasar pembelajaran daring dilakukan dalam pengawasan orang tua. Peserta didik dengan diawasi oleh orang tua akan berinteraksi dengan guru menggunakan berbagai aplikasi yaitu seperti video converence, live chat/telepon, whatshaap group, zoom maupun google classroom’. (Dewi, 2020:56)

Kemajuan dari teknologi informasi dan komunikasi saat ini membawa berbagai perubahan dalam kehidupan manusia. Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) semakin dirasakan di berbagai sektor, termasuk di bidang pendidikan.

Menurut Bilfaqih dkk (2015:4) manfaat dari pembelajaran daring itu sendiri yaitu:

1) Meningkatkan mutu pendidikan dengan memanfaatkan multimedia secara efektif dalam pembelajaran. 2) Menjadi jalan untuk menempuh keterjangkauan pendidikan yang bermutu melalui penggunaan pembelajaran dalam jaringan. 3) Adanya penekanan biaya penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dalam pemanfaatan sumber daya bersama.

Dalam perkembangannya, pembelajaran daring dapat dibagi menjadi dua macam penyajian pembelajaran yaitu sinkronus dan asinkronus.

1. Metode Sinkronus

Sinkronus adalah pada saat bersamaan, yaitu pada saat pembelajaran guru dan peserta didik bertemu dijadwal yang sama, tempat yang sama dalam jaringan internet, walaupun

(8)

keduanya berada di lokasi geografis yang berbeda. dengan menggunakan metode ini, guru dan peserta didik berada layaknya pada pembelajaran tatap muka. Mereka saling mengobrol, berdiskusi, bertanya, dan lainnya. meskipun cara sinkronus terlihat mudah namun ini bukan menjadi penggunaan praktis termudah dari lingkungan daring. Peserta didik daring memiliki kebutuhan belajar yang berbeda-beda. Dalam pembelajaran daring yang disampaikan secara sinkron bisa membuat bosan dan lelah bagi guru dan peserta didik.

Menurut Simarmata (2018:15) perangkat sinkronus memiliki keuntungan karena dapat melibatkan orang secara langsung pada saat bersamaan. Kemudian kelemahan dari perangkat sinkronus menurut definisi, dalam sinkronus memerlukan partisipan waktu yang sama. Sedangkan perbedaan letak geografis memiliki zona waktu yang berbeda maka dari itu terjadi jadwal yang bertentangan yang mengakibatkan adanya tantangan pembelajaran daring secara sinkron.

Menurut Obase dkk dalam Simarmata (2018:15) perangkat yang digunakan dalam daring sinkronus yaitu:

a) Konferensi audio, yaitu digunakan untuk dialog dan diskusi. b) Konferensi web, digunakan dalam berbagi presentasi dan berbagi informasi. c) Konferensi video, digunakan untuk diskusi mendalam dalam dengan interaksi lebih serius. d) Obrolan (Chat), digunakan untuk berbagi informasi tentang masalah yang ringan. e) Instan messaging, yaitu digunakan dalam keperluan komunikasi cepat f) Papan tulis, digunakan dalam menuangkan dan mengembangkan gagasan bersama. g) Berbagi aplikasi, digunakan dalam pengembangan sebuah dokumen secara bersama.

2. Metode Asinkronus

Asinkronus adalah tidak saat bersamaan, lain halnya dengan sinkronus, peserta didik dapat mengirimkan tugas mereka dengan jangka waktu kapanpun dan dimanapun. Komponen dalam asinkronus adalah pembelajaran daring, link sumber materi, forum diskusi, wiki, blog, dan lain-lain. Teknologi asinkronus lebih sering digunakan dalam konten pembelajaran daring.

Simarmata (2018:17) berpendapat bahwa keuntungan dari perangkat asinkronus dapat melibatkan orang-orang dari berbagai zona tertentu. Selain itu, perangkat asinkronus sangat

(9)

membantu dalam mengkap sejarah yang berhubungan dengan suatu kelompok, memungkinkan mendapatkan pengetahuan secara bersama untuk lebih mudah dibagikan. Kemudian, perangkat asinkronus memiliki kelemahan yaitu memerlukan beberapa disiplin untuk digunakan dalam pembelajaran yang berlangsung.

Menurut Obase dkk dalam Simarmata (2018:17) perangkat yang digunakan dalam daring asinkronus yaitu:

a) Papan diskusi, yaitu yang digunakan untuk dialog yang terjadi selama diskusi. b) Web blog, yaitu digunakan untuk berbagi ide dan berkomentar. c) Messaging (e-mail), digunakan dalam berkomunikasi dari satu ke satu atau satu ke banyak. d) Streaming audio dan Narrated slidseshow, digunakan dalam berkomunikasi atau mengajar. e) Objek pembelajaran, digunakan pada saat mengajar dan pelatihan. f) Pustaka dokumen, digunakan dalam mengelola sumber daya. g) Basis data, digunakan untuk mengelola informasi dan pengetahuan. h) Buku-buku web, sama dengan objek pengajaran digunakan untuk mengajar dan pelatihan. i) Surver dan jajak pendapat, digunakan dalam menangkap tren dan informasi. j) Kalender bersama, digunakan dalam kegiatan koordunasi. k) Link situs web, yaitu menyediakan referensi dan sumber daya.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring merupakan sebuah inovasi pendidikan, pembelajaran daring dapat menjawab ketersedian merupakan salah satu yang dikatakan sebagai sumber belajar yang variatif. Keberhasilan dalam penggunakan pembelajaran daring ditentukan oleh faktor lingkungan belajar dan karakteristik dari peserta didik. Pembelajaran daring terbagi menjadi dua macam, yaitu daring sinkronus dan asinkronus, sinkronus lebih mirip dengan pembelajaran secara tatap muka karena pembelajarnnya dilakukan secara bersamaan, sedangkan asinkronus pembelajaran yang tidak dilakukan secara bersamaan.

2.2.2 Pembelajaran Luring

Pembelajaran luring adalah proses pembelajaran diluar penggunaan jaringan. Di dalam KBBI disebutkan bahwa istilah luring ialah kependekan dari “luar jaringan”, terputus dari jaringan komputer. Misalnya dalam suatu pembelajaran melalui buku pegangan siswa atau pertemuan langsung. (Malyana, 2020:71) menyatakan bahwa “Adapun jenis kegiatan luring

yaitu menonton siaran TVRI sebagai pembelajaran, siswa mengumpulkan karyanya berupa dokumen, karena pada luring ini tidak menggunakan jaringan internet dan komputer yang

(10)

digunakan dalam proses pembelajaran namun menggunakan media lainnya”. “Pembelajaran

luring membutuhkan suasana di rumah yang mendukung dalam proses belajar, juga harus memiliki koneksi pada internet. Siswa harus belajar efektif dilakukan dengan cara video call, berdiskusi, tanya jawab dengan chatting, namun tetap harus bersosialisasi dengan orang lain, termasuk anggota keluarga di rumah serta teman-teman di luar sesi video call untuk mengasah kemampuan bersosialisasi” (Malyana, 2020:71).

Menurut Hapsa (Kemdikbud Guru Berbagi, 2020) kelebihan dalam pembelajaran menggunakan moda luring yaitu: “a) orang tua tidak dibebani untuk menyediakan HP android atau laptop. b) tanpa harus mengeluarkan biaya membeli paket data. Dan c) guru masih dapat bersilaturahmi jika memakai jasa kurir”.

Kemudian Hapsa (Kemdikbud Guru Berbagi, 2020) juga berpendapat kekurangan dalam pembelajaran menggunakan mode luring sebagai berikut:

a) menyusun panduan materi yang perlu digunakan dan memperbanyak materi sesuai dengan kebutuhan agar kebutuhan siswa terpenuhi; b) membutuhkan banyak waktu, tenaga dan biaya; c) bahan ajar yang perlu digunakan dalam pembelajaran terbatas; d) karena pandemi interaksi antara guru dan peserta didik termasuk hal yang perlu diperhatikan dengan hati-hati.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran luring adalah pembelajaran yang dilaksanakan diluar jaringan atau tanpa menggunakan jaringan. Namun pada proses pembelajaran luring ini menggunakan media lainnya. Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan yang dimiliki dari pembelajaran luring, dari kelebihan dan kekurangan tersebut diharapkan bisa menjadi motivasi dalam melaksanakan pembelajaran luring tersebut.

2.3 Komponen Pembelajaran

Dalam peningkatan kualitas pembelajaran harus memperhatikan komponen-komponen yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Komponenkomponen-komponen pembelajaran tersebut anatara lain :

(11)

1. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran adalah faktor yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Dengan adanya tujuan, maka guru memiliki pedoman dan sasaraan yang akan dicapai dalam kegiatan mengajar. Apabila tujuan pembelajaran sudah jelas dan tegas, maka langkah dan kegiatan pembelajaran akan lebih terarah. Tujuan dalam pembelajaran yang telah dirumuskan hendaknya disesuaikan dengan ketersediaan waktu, sarana prasarana dan kesiapan peserta didik. Sehubungan dengan hal itu, maka seluruh kegiatan guru dan peserta didik harus diarahkan pada tercapainya tujuan yang telah diharapkan.

Tujuan merupakan komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya, seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber dan alat evaluasi. Oleh Karena itu, maka seorang guru tidak dapat mengabaikan masalah perumusan tujuan pembelajaran apabila hendak memprogramkan pengajarannya.

Menurut Pane (2017:343) jika dilihat dari sisi ruang lingkupnya, tujuan pembelajaran dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Tujuan yang dirumuskan secara spesifik oleh guru yang bertolak dari materi pelajaran yang akan disampaikan

b. Tujuan Pembelajaran Umum, yaitu tujuan pembelajaran yang sudah tercantum dalam garis-garis besar pedoman pengajaran yang dituangkan dalam rencana pengajaran yang disiapkan oleh guru. Tujuan khusus yang dirumuskan oleh seorang guru harus memenuhi syarat-syarat, yaitu:

1) Secara spesifik menyatakan perilaku yang akan dicapai

2) Membatasi dalam keadaan mana pengetahuan perilaku diharapkan dapat terjadi (kondisi perubahan perilaku)

(12)

3) Secara spesifik menyatakan criteria perubahan perilaku dalam arti menggambarkan stanndar minimal perilaku yang dapat diterima sebagai hasil yang dicapai.

2. Materi Pembelajaran

Mengajar adalah proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada peserta didik dalam pembelajaran, dalam mengajar guru membutuhkan materi pembelajaran yang digunakan sebagai unsur untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Pane, dkk (2017: 434) “Materi pembelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar

mengajar. Tanpa adanya materi pembelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan”. Oleh karena itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Materi pelajaran merupakan suatu sumber belajar bagi siswa. Materi yang disebut sebagai sumber belajar ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pembelajaran.

Suharsimi Arikunto (Djamarah, 2006:44) memandang bahwa materi pelajaran merupakan unsur inti yang ada didalam kegiatan belajar mengajar, karena bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh siswa. Maka, seorang guru ataupun pengembang kurikulum seharusnya tidak boleh lupa harus memikirkan sejauh mana bahan-bahan yang topiknya tertera yang berhubungan dengan kebutuhan siswa pada usia tertentu dan dalam lingkungan tertentu pula.

Pada umumnya, aktivitas siswa akan berkurang jika materi pelajaran yang diberikan oleh guru tidak menarik perhatiannya disebabkan cara mengajar yang mengabaikan prinsip-prinsip mengajar. Sering sekali guru merasa telah menguasai materi pelajaran dengan menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan perkembangan bahkan jiwa siswa, dengan begitu maka guru akan mengalami kegagalan dalam menyampaikan materi dan sebaliknya pula, siswa akan mengalami kegagalan dalam menerima pelajaran.

Menurut Pane (2017: 344) materi pembelajaran perlu dipilih dengan tepat agar dapat membantu siswa untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pada hakikatnya, jenis materi pembelajaran memerlukan strategi, media dan cara evaluasi yang berbeda-beda. Ruang lingkup

(13)

dan kedalaman materi pembelajaran sangat perlu diperhatikan agar sesuai dengan tingkat kompetensinya. Urutan materi pembelajaran perlu diperhatikan agar pembelajaran menjadi terarah. Adapun cara mengajarkan atau menyampaikan materi pembelajaran juga perlu dipilih secara tepat agar tidak salah mengajarkannya

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa materi pembelajaran adalah hal pokok berisi substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Materi pelajaran merupakan sumber belajar bagi siswa, dalam menyampaikan materi pelajaran disesuai dengan perkembangan siswa Dengan demikian, materi pembelajaran merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan dalam pembelajaran, sebab materi adalah inti dari proses belajar mengajar yang disampaikan kepada siswa.

3. Metode Pembelajaran

Metode merupakan cara yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru agar penggunaanya bervariasi sesuai yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Sejalan dengan hal tersebut Afandi, dkk (2013:16) menyatakan bahwa “Metode pembelajaran adalah

cara atau tahapan yang digunakan dalam interaksi antara peserta didik dan pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sesuai dengan materi dan mekanisme metode pembelajaran”.

Menurut Slameto (2013:65) metode mengajar adalah suatu jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Mengajar itu sendiri menurut Ign. S. Ulih Bukit Karo karo adalah menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar orang lain dapat menerima, menguasai dan mengembangkannya. Didalam lembaga pendidikan, orang lain yang disebut sebagai siswa, yang dalam proses belajar agar dapat menerima, menguasai dan lebih-lebih mengembangkan bahan pelajaran itu, maka cara-cara mengajar serta cara belajar haruslah setepat-tepatnya dan efisien serta seefektif mungkin.

Metode mengajar sebagai alat pencapai tujuan, maka diperlukan pengetahuan tentang tujuan itu sendiri, perumusan tujuan dengan sejelas-jelasnya merupakan persyaratan

(14)

terpenting sebelum seseorang menentukan dan memilih metode mengajar yang tepat. Kekaburan di dalam tujuan yang akan dicapai menyebabkan kesulitan dalam memilih dan menentukan metode yang tepat. Oleh karena itu menurut Basyirudin Usman, pemakaian metode harus sesuai dan selaras dengan karakteristik siswa, materi, kondisi lingkungan (setting) dimana pengajaran berlangsung.

Pada pembelajaran daring tidak banyak metode pembelajaran dapat diterapkan dalam pembelajaran. Mengingat hal tersebut metode pembelajaran yang digunakan sebagian besar oleh guru yaitu metode pembelajaran penugasan. Metode penugasan dalam pembelajaran daring memberikan kelonggaran bagi orang tua dan peserta didik terkait dengan materi pembelajaran. Satu atau dua tugas dalam 1 semester, materi ajar akan dijelaskan melalui video pembelajaran yang dapat diakses pada sosial media. Tugas dikerjakan oleh peserta didik dengan memberi waktu yang banyak untuk mengerjakkannya. Kreativitas terarah yaitu dengan tugas yang diberikan juga mengajarkan peserta didik untuk menintegrasikan pembelajaran dengan teknologi yaitu membuat video pembelajaran terkait materi yang ditugaskan.

Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana “Metode pemberian tugas atau penugasan adalah suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan peserta didik di sekolah maupun di rumah secara perorangan atau berkelompok” (Nugroho, dkk, 2013:3).

Sejalan dengan hal tersebut Sutarna (2017:35) juga menyatakan bahwa metode penugasan adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana guru dapat memberikan tugas tertenru agar murid melakukan kegaiatan belajar, kemudian harus dipertanggung jawabkan. Tugas yang diberikan oleh guru dapat memperdalam bahan pelajaran dan dapat pula mengecek bahan yang telah dipelajari. Tugas merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individu maupun kelompok.

Selain itu Sagala (2013) menyatakan bahwa “Metode penugasan adalah cara penyajian

bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudaian harus dipertanggungjawabkannya. Tugas yang diberikan oleh guru dapat memperdalam bahan pelajaran dan dapat pula mengecek bahan yang telah dipelajari”.

(15)

Penugasan yang dimaksud tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas. Tugas dapat dilaksanakan di rumah, sekolah, perpustakaan, maupun di tempat lainnya. Metode penugasan adalah metode yang dilakukan dengan cara tugas diberikan oleh guru kepada siswa untuk dikerjakan bertujuan untuk merangsang siswa agar aktif belajar, baik secara individual maupun kelompok.

Dari pemarapan diatas disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran dengan tujuan untuk mencapai suatu pembelajaran yang diharapkan. Dalam pelaksanaan pembelajaran daring ini, metode pembelajaran penugasan adalah metode yang paling banyak digunakan dalam setiap pembelajaran di SD, metode penugasan yang dilakukan dengan cara pemberian tugas kepada peserta didik untuk dikerjakan diluar jam pelajaran dan pelaksanaannya di rumah.

4. Alat dan Media Pembelajaran

Alat pembelajaran adalah media yang berfungsi sebagai alat bantu untuk memperlancar penyelengaraan pembelajaran aga lebih efisien dan efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Alat atau media pembelajaran dapat berupa orang, makhluk hidup, benda-benda, dan segala sesuatu yang dapat digunakan guru sebagai perantara untuk menyajikan bahan pelajaran.

Penggunaan media dalam pembelajaran haruslah disesuaikan dengan kondisi yang sedang berlangsung. Media atau alat pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan materi yang diajarkan, dengan adanya media atau alat pembelajaran ini sudah seharusnya dapat memudahkan guru dalam menyampaikan pembelajaran sehingga tujuan dari materi yang disampaikan dapat dicapai oleh siswa.

Media pembelajaran adalah alat bantu yang dalam mempermudah suatu aktivitas, terutama aktivitas pembelajaran dalam proses penyalur informasi pembelajaran dari guru kepada peserta didik. Mahnun (2012:27) menyebutkan bahwa “media” berasal dari bahasa

(16)

Latin “medium” yang berarti “perantara” atau “pengantar”. Media pembelajaran adalah cara

atau alat bantu yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik dalam proses pembelajaran. Pendapat Mahnun sejalan dengan pendapat Pribadi (2017:13) bahwa media menjadi sarana dalam kegiatan belajar, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.

Menurut Tafono, T. (2018:109) menyatakan bahwa: Peranan media pembelajaran dalam proses pembelajaran antara lain: (1). Memperjelas penyajian materi agar tidak hanya bersifat verbal (dalam bentuk kata-kata tertulis atau tulisan). (2). Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. (3). Penggunaan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sifat pasif anak didik. (4). Menghindari kesalahpahaman terhadap suatu objek dan konsep. (5). Menghubungkan yang nyata dengan yang tidak nyata.

Media pembelajaran sebagai alat komunikasi antara guru dan peserta didik dapat berupa media cetak ataupun teknologi perangkat keras. kehadiran media pembelajaran mampu mendorong kemampuan intelektual maupun emosional peserta didik. Media pembelajaran menjadi salah satu penunjang dalam proses pembelajaran karena media pembelajaran salah satu penentu keberhasilan dari proses pembelajaran, yang digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangansang pikiran, perasaan, perhatian dan minat peserta didik sehingga terjadi proses belajar.

Sebagaimana dijelaskan oleh Hadi (2017:97) yaitu media merupakan segala bentuk perantara yang berperan menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Sebagai penghantar informasi, media merupakan hal penting dalam proses pembelajaran. Pemilihan media hendaknya harus didasari oleh (1) Kebutuhan siswa, (2) Kesesuaian dengan tujuan pebelajaran, (3) Kesesuaian dengan materi pembelajaran, dan (4) Kesesuaian dengan metode pembelajaran. Keempat poin tersebut harus menjadi dasar pemilihan sebuah media pembelajaran, karena media akan berperan optimal sebagai pengantar informasi jika media tersebut merupakan media yang disenangi siswa, sesuai dengan tujuan pembelajaran, sesuai dengan materi yang akan disampaikan, dan sesuai dengam metode yang tentukan oleh guru pengajar.

Zulfiana (2017:4) berpendapat bahwa jenis-jenis media pembelajaran dibagi menjadi 3, yaitu: media visual, media audio dan media audio visual.

1. Media Visual

Media visual adalah suatu alat atau sumber belajar yang didalamnya berisikan pesan, informasi khususnya materi belajar yang disajikan secara menarik dan kreatif dan diterapkan dengan menggunakan indera penglihatan. Jadi media visual ini tidak dapat digunakan untuk

(17)

umum lebih tepatnya media ini tidak dapat digiankan oleh para tunanetra. Karena media ini hanya dapat digunakan dengan indera penglihatan saja. Media visual terbagi menjadi beberapa macam yaitu: gambar atau foto, peta konsep, diagram, grafik, poster, dan peta atau globe.

2. Media Audio

Media audio adalah jenis media pembelajaran tang disajikan secara menarik dan kreatif dan diterapkan dengan menggunakan indera pendengar saja. Karena media ini hanya berupa suara. Macam-macam audio yaitu: radio, alat perekam pita maknetik, dll.

3. Media Audio Visual

Media audio visual adalah jenis media pembelajaran atau sumber belajar yang berisikan pesan atau materi pembelajaran yang dibuat secara menarik dan reatif dengan menggunakan indera pendengaran dan penglihatan. Media ini berupa suara atau gambar. Macam-macam media audio visual yaitu: audio visual murni dan audio visual tidak murni.

Media audio visual murni adalah unsur suara maupun unsur gambar berasal dari satu sumber seperti televisi, video kaset, film bersuara. Contoh audio visual murni yaitu televisi, video kaset, film bersuara, dll. Sedangkan audio visual tidak murni adalah unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda seperti film bingkai suara.

Dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan media menunjang dalam kegiatan pembelajaran, meningkatkan keefektifan dalam penyampaian pesan yang ingin disalurkan, media pembelajaran dibagi menjadi 3 jenis ada media visual, media audio, dan media audio visual. Media pembelajaran berbentuk teknologi ataupun bentuk cetak akan memberikan pengalaman belajar mengenai pemanfaatan teknologi yang saat ini berkembang sebagai media pembelajaran.

(18)

Instrumen adalah alat yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang dalam melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. Arikunto (2010: 203) menyatakan bahwa, “Instrumen adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh

peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.” Menurut Nurhadi (2018: 65) “Penilaian merupakan suatu proses untuk

mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan tes maupun nontes”. Penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat dikatakan bahwa instrumen adalah alat bantu yang digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang variabel yang sedang diteliti. Penilaian adalah proses sistematis meliputi pengumpulan informasi (angka atau deskripsi verbal), analisis, dan interpretasi untuk mengambil keputusan. Oleh karena itu, berdasar pada pengertian instrumen dan penilaian tersebut dapat disimpulkan bahwa, instrumen penilaian adalah alat yang digunakan dalam mengumpulkan data yang digunakan sebagai landasan analisis dan interpretasi untuk pengambilan keputusan.

Penilaian hasil belajar memiliki pengaruh yang berarti untuk meningkatkan dan memperbaiki aspek belajar. Menurut Arikunto (2015:14) makna penilaian bagi siswa yakni agar siswa dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Penilaian yang dilakukan oleh guru harus mencakup sikap, psikomotor dan kognitif siswa.

a. Penilaian Sikap

Penilaian sikap dalam Kurikulum 2013 terdiri dari penilaian sikap spiritual dan penilaian sikap sosial. Penilaian sikap merupakan penilaian perilaku yang dimiliki peserta didik dalam proses pembelajaran, kegiatan kurikuler dan ektrakurikuler, baik sikap spiritual

(19)

maupun sikap sosial. Diantara sikap spiritual tersebut yaitu ketaatan beribadah, berperilaku syukur, berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu, dan toleransi dalam beribadah. Sedangkan sikap sosial meliputi: jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri.

Teknik penilaian sikap terdiri dari penilaian utama dan penilaian penunjang. Untuk teknik penilaian sikap yang utama yaitu jurnal atau catatan observasi. Teknik penilaian observasi dapat dilakukan oleh guru terhadap peserta didik pada saat kegiatan pembelajaran maupun di luar kegiatan pembelajaran. Observasi merupakan pengamatan terhadap perilaku peserta didik kemudian mencatatnya sebagai catatan anekdot (anecdotal record) atau catatan kejadian tertentu (incidental record) dan sebagai jurnal harian. Pelaksanaan teknik observasi membutuhkan instrumen penilaian sebagai alat pengumpul data dan informasi tentang pencapaian sikap peserta didik. Instrumen penilaian observasi adalah lembar observasi. Dalam Kurikulum 2013, instrumen penilaian observasi menggunakan anecdotal record dan

incedental record serta jurnal harian. Penilaian observasi dilakukan untuk mengamati

perilaku peserta didik yang menyimpang, perilaku baik serta perilaku yang lebih baik. Sedangkan, teknik penilaian sikap penunjang yaitu penilaian diri dan penilaian antarteman. Penilaian diri digunakan untuk memberikan penguatan terhadap kemajuan proses belajar peserta didik. Untuk penilaian antarteman yaitu teknik penilaian dengan meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan perilaku peserta didik serta pencapaian kompetensi.

b. Penilaian Pengetahuan

P

enilaian pengetahuan terdiri dari tes tertulis, tes lisan, dan penugasan. Tes tertulis

merupakan tes yang soal maupun jawaban dibuat secara tertulis. Tes tertulis dapat berupa pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen penilaian yang digunakan dalam tes tertulis yaitu berupa lembar soal.

(20)

Dalam pembelajaran daring, instrumen penilaian pengetahuan yang digunakan guru adalah tes tertulis bentuk uraian atau esai dan penugasan.

“Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang

bersifat pembahasan atau uraian kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti: uraikan, jelaskan, mengapa, bagaiamana, bandingkan, simpulkan dan sebagianya” (Arikunto, S. 2010 : 162)

Menurut Purwanto, N (2010:33) bahwa Tes atau hasil belajar adalah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada muridnya atau oleh dosen kepada mahasiswanya dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan menurut Sudijono (2011: 67) tes adalah cara yang dapat dipergunakan atau prosedur yang perlu ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab, atau perintahperintah yang harus dikerjakan oleh testee, sehingga atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee.

Penugasan merupakan pemberian tugas kepada peserta didik untuk mengukur dan memfasilitasinya agar memperoleh atau meningkatkan pengetahuan. Tugas dapat dikerjakan secara individu maupun secara berkelompok sesuai dengan karakteristik tugas yang diberikan oleh guru, baik dilakukan di sekolah, di rumah, dan di luar sekolah.

c. Penilian Keterampilan

Penilaian keterampilan merupakan penilaian yang dilakukan untuk mengetahui penguasaan pengetahuan peserta didik, dapat digunakan juga untuk mengenal dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sesungguhnya atau dunia nyata. Pada penilaian keterampilan menggunakan angka yang rentang skor 0 sampai dengan 100 dan menggunakan deskripsi.

(21)

Teknik penilaian keterampilan yang digunakan untuk mengetahui pencapaian keterampilan peserta didik yaitu penilaian kinerja, penilaian proyek, dan penilaian portofolio. Penilaian kinerja adalah penilaian yang meminta peserta didik untuk melakukan suatu tugas pada situasi nyata dengan mengaplikasikan atau mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam tugas tersebut. Pada penilaian kinerja yang menekankan pada penilaian keterampilan produk dan penilaian keterampilan praktik (proses). Instrumen penilaian kinerja berupa instrumen yang digunakan untuk keterampilan produk dan keterampilan praktik (proses) yaitu daftar petunjuk kerja dan rubrik penilaian. Langkah penilaian kinerja mencakup tiga tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengolakan.

Penilaian proyek adalah kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik dalam waktu tertentu. Tugas pada penilaian proyek berupa rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, penyajian data, dan pelaporan. Intrumen teknik penilaian proyek dapat dikembangkan oleh guru untuk memperoleh informasi terkait kreativitas peserta didik dari KD pada KI-4. Instrumen tersebut berupa daftar pelaksanaan proyek dan rubrik penilaian, untuk daftar petunjuk pelaksanaan proyek memuat aspek apa yang hendak dicapai oleh peserta didik dalam menyelesaikan proyek dalam waktu tertentu.

Penilaian portofolio adalah penilaian yang berupa kumpulan dokumen dan teknik penilaian. Portofolio sebagai dokumen merupakan kumpulan dokumen berisi tentang hasil penilaian prestasi belajar, penghargaanm karya perserta didik, dan lain sebagainya. Portofolio sebagai teknik penilaian dilakukan untuk menilai karya-karya peserta didik dan mengetahui perkembangan pengatahuan serta keterampilan peserta didik. Instrumen penilaian portofolio berupa daftar petunjuk pengumpulan portofolio atau rubrik penilaian terhadap kumpulan hasil karya peserta didik dalam suatu periode tertentu.

(22)

a) WhatsApp

WhatsApp merupakan salah satu aplikasi yang direkomendasikan untuk digunakan

dalam pembelajaran daring. WhatsApp dimanfaatkan dalam membantu proses pembelajaran dalam satuan pendidikan karena pengunaannya yang mudah, dengan begitu WhatsApp menjadi aplikasi yang paling banyak digunakan dalam pembelajaran daring. Sejalan dengan pendapat Jumiatmoko (2016:53) yaitu WhatsApp merupakan aplikasi berbasis internet yang memudahkan penggunanya dalam berkomunikasi dengan fitur-fitur yang tersedia serta merupakan media sosial yang paling populer digunakan dalam berkomunikasi. 83 % dari 171 juta pengguna internet adalah pengguna WhatsApp.

Suryadi (2018:5) menyatakan bahwa “WhatsApp merupakan sarana dalam berkomunikasi dengan saling bertukar informasi baik pesan teks, gambar, video bahkan telepon.” Pendapat tersebut dapat diketahui bahwa WhatsApp memberikan kemudahan dalam

menyampaikan suatu informasi. Pendapat Afnibar (2020: 73) yang menyatakan penggunaan

WhatsApp akan mempermudah penggunanya untuk menyampaikan suatu informasi secara

lebih cepat dan efektif. Jadi WhatsApp dapat memberikan keefektifitasan dalam berkomunikasi, berinteraksi dengan mudah dan cepat terutama dalam menyampaian informasi pembelajaran. Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa WhatsApp merupakan aplikasi instan berbantuan internet, yang mampu mempermudah penggunaannya dengan fitur yang dihadirkan. Penggunann WhatsApp juga menjadi alat komunikasi yang banyak digunakan dikalangan masyarakat karena penggunanya yang mudah, terutama penggunaannya dalam pembelajaran.

Di tingkat Sekolah Dasar penggunaan WhatsApp Messenger Group sebagai media belajar banyak digunakan. Alasan para pengguna WhatsApp memilih aplikasi ini adalah karena tersedianya berbagai kemudahan yang ada di dalamnya serta tidak mengeluarkan biaya (Pranajaya & Hendra Wicaksono, 2017:59). Sependapat dengan Barhomi (2015:223)

(23)

menyatakan bahwa manfaat yang diberikan aplikasi WhatsApp Messenger Group menjadi sarana diskusi pembelajaran efektif, adapun manfaat dari fitur yang ditampilkan tersebut dalam pembelajaran yaitu:

1. WhatsApp Messenger Group memberikan fasilitas pembelajaran secara kolaboratif dan kolaboratif secara online antara guru dan peserta didik ataupun sesama peserta didik baik dirumah maupun di sekolah.

2. WhatsApp Messenger Group merupakan aplikasi gratis yang mudah digunakan.

3. WhatsApp Messenger Group dapat digunakan untuk berbagi komentar, tulisan, gambar, video, suara, dan dokumen.

4. WhatsApp Messenger Group memberikan kemudahan untuk menyebarluaskan pengumuman maupun mempublikasikan karya dalam grup.

5. Informasi dan pengetahuan dapat dengan mudah dibuat dan disebarluaskan melalui berbagai fitur WhatsApp Messenger Group.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa fitur yang dihadirkan di dalam aplikasi WhatsApp mampu mempermudah penyebaran informasi komunikasi dengan sesama tanpa harus bertemu, dan semua orang bisa dengan mudah memanfaatkan Group

whatsApp sebagai tempat berdiskusi serta dapat menunjang kemudahan berkomunikasi dalam

proses pembelajaran.

b) Youtube

Youtube merupakan situs paling populer didunia internet dan memberikan edit value

terhadap pendidikan, mudah digunakan oleh peserta didik dan guru, memberikan informasi pendidikan, memfasilitasi untuk berdikusi, memiliki fitur share di jejaring sosial secara geratis. (Musarofah, 2019).

Youtube merupakan situs web berbagi video, Youtube didirikan di Amerika pada

februari tahun 2005. Saat ini Youtube bisa diunduh di google playstore maupun di web dan dapat diakses secara gratis menggunakan jaringan internet. video klip, film, tv dan video buatan para penggunanya sendiri merupakan video-video yang ada di Youtube (Tjanatjantia, 2013).

Salah satu layanan yang terdapat didalam Youtube antara lain pengguna dapat mengupload video dan membagikannya serta dapat diakses oleh pengguna lain diseluruh

(24)

dunia. Video blog merupakan bentuk suatu media informasi yang dibuat secara sederhana yang di gunakan secara dalam jaringan melalui channel Youtube (Yudhi & Priana, 2017).

Karakteristik Youtube dikelompokkan menjadi 5 bagian yaitu tidak memiliki batas durasi dalam pengungahan video, memiliki sistem keamanan yang mulai akurat, berbayar, memiliki sistem offline dan memiliki editor sederhana (Faiqah,dkk 2016). Hal ini yang membedakan Youtube dengan aplikasi lain karena memiliki karakteristik yang membuat banyak orang menggunakannya.

Menurut Suryaman (2015) Youtube memiliki kelebihan yaitu sebagai berikut:

1) Informatif, yaitu Youtube dapat memberikan informasi mengenai perkembangan ilmu dan teknologi. 2) Cost Effective, yaitu Youtube dapat diakses secara gratis dengan menggunakan jaringan internet. 3)Potensial, yaitu Youtube merupakan situs yang sangat popular dan memiliki banyak video sehingga mampu memberikan dampak bagi pendidikan. 4) Praktis dan lengkap, yaitu Youtube bisa digunakan dengan mudah dan memiliki informasi yang lengkap. 5) Shareable, yaitu video Youtube dapat dibagikan dengan mudah dengan membagikan link. 6) Interaktif, yaitu

Youtube memiiki fasilitas untuk tanya jawab melalui kolom komentar.

Dari pemarapan diatas disimpulkan bahwa Youtube merupakan adaptasi teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran karena penggunaan dari Youtube itu sendiri mudah untuk digunakan, dengan demikian guru dan peserta didik dapat memanfaatkan Youtube sebagai alat mencari pembahasan maupun materi pembelajaran.

c) Google Search

Perkembangan teknologi dewasa ini telah berkemabnag dengan pesat. Penggunaan teknologi khususnya perkemabngan teknologi internet dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas pembelajaran berbasis online. Google memliki produk yang bisa dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan secara geratis, salah satunya adalah Google Search.

Google Search merupakan mesin pencari yang sangat populer hingga saat ini. Banyak

orang yang menelusuri informasi karena dinilai cukup praktis dan cepat. Begitu banyak data yang tersimpan rapi didalamnya. Penggunaan dari Google Search hanya dengan mengetikkam kata kunci yang diiginkan pada kotak pencarian, Google Search akan dengan sendirinya memunculkan data informasi yang berkaitan dengan kata kunci tersebut. Dengan

(25)

fungsi Google Search yang demikian banyak membuat orang memanfaatkannya untuk berbagai keperluan, salah satunya adalah sebagai sumber belajar.

Pemanfaatan Google Search sebagai sumber belajar akan mempu membuat seseorang belajar akan mampu membuat seseorang mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan dan informasi yang diinginkannya dalam waktu yang sangat singkat. Dengan Google Search seseorang dapat mencari sumber informasi dalam berbagai format seperti PPT, PDF, .docx, video, gambar dll. Sebagai sumber belajar, Google Search dapat dimanfaatkan untuk mengakses sumber belajar seperti bahan ajar, latian soal, jurnal ilmiah dll.

Dari kesimpulan diatas dapat disimpulkan bahwa teknologi internet saat ini telah berkembang dengan sangat pesat sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan manusia khususnya kebutuhan pada pembelajaran daring sebagai sumber belajar bagi guru dan peserta didik.

2.4 Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan, bahwasanya penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama dengan judul pebulis. Namun penulis memperoleh beberapa penelitian yang relevan, sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Eni Juniyati (2018)

Dari Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas jambi yang berjudul “Kreativitas Guru

Dalam Pembelajaran Tematik Pada Kurikulum 2013 di Kelas IV SD Negeri 34/I Teratai”. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menjelaskan dalam bentuk deskripsi kreativitas guru dalam pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 di kelas IV SD Negeri 34/I Teratai melalui model kualitatif.

Hasil dari penelitian meliputi, 1) Kreativitas guru dengan melibatkan sebanyak mungkin pertanyaan dalam pembelajaran tematik pada Kurikulum 2013 ditunjukkan sesuai

(26)

dengan tema pembelajaran yang diusung atau tidak menyimpang dari tema. 2) Kreativitas guru dalam pemberian tugas kepada siswa untuk dikerjakan di depan kelas, tantangan lainnya adalah guru membentuk kelompok diskusi untuk membahas beberapa topik yang terkait dengan sub tema 2 keberagaman makhluk hidup dilingkunganku. Hasil diskusi kelompok selanjutnya harus dipaparkan oleh anggota kelompok di depan kelas. 3) Kreativitas guru dengan menciptakan iklim belajar dalam pembelajaran tematik pada Kurikulum 2013 ditunjukkan dengan memunculkan interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa serta membangun aktivitas siswa, sehingga siswa memiliki minat terlibat dalam pembelajaran. 4) Kreativitas guru dengan tidak melihat kesalahan menjadi dosa yang tidak terampuni dalam pembelajaran tematik pada Kurikulum 2013 ditunjukkan dengan tidak pernah mengucapkan kalimat salah jika siswa dalam pembelajaran melakukan kesalahan. 5) Kreativitas guru dengan melakukan tindakan yang dapat memperkuat rasa percaya diri dalam pembelajaran tematik dengan membiasakan siswa tampil di depan kelas untuk mengerjakan soal maupun membacakan hasil kerja kelompok diskusi, hal ini akan membuahkan hasil positif terhadap rasa percaya diri siswa saat berlangsungnya pembelajaran.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Sitoresmi Arineng Tiyas (2015)

Dari Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Isalam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang berjudul “Kreativitas Guru Dalam Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tematik Kelas 1 Di Madrasah Ibtidiyah Negeri Kauman Utara Jombang”. Tujuan dari penelitian ini yaitu ingin mengetahui bentuk kreativitas guru,

faktor-faktor membentuk kreativitas guru dan dampak kreativitas guru dalam peningkatan hasil belajar siswa kelas 1 MIN Kauman Utara Jombang pada pembelajaran tematik melalui model kuantitatif deskriptif.

Hasil dari penelitian meliputi, 1) Bentuk kreativitas guru yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu berdasarkan observasi aspek-aspek pembelajaran tematik meliputi

(27)

kegiatan mengamati, menanya, manalar, mencoba dan mengkomunikasikan. Pada aspek-aspek tersebut dalam penelitian sudah ditemukan mengamati, menanya, manalar, mencoba dan mengkomunikasikan namun aspek mencoba belum ditemukan. 2) Faktor-faktor yang dapat membentuk kreativitas guru yaitu berdasarkan wawancara dan observasi diperoleh data bahwa guru sudah mengajar selama 19 tahun. Hal ini menunjukan bahwa pengalaman kerja guru sudah sangat lama namun dalam wawancara yang sudah dilakukan peneliti mengetahui najwa guru kurang mampu menggunakan ICT (Information and Communication

Technologies) karena sudah tua dan terlambat mempelajarinya. 3) Dampak kreativitas guru

terhadap hasil belajar siswa yaitu berdasarkan hasil pretest dan post test telah diperoleh nilai rata. Nilai rata pre test Sub Tema 3 adalah 57,5% untuk post testnya diperoleh rata-rata 70,3% dan rata-rata-rata-rata post test 87,3%. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa perolehan hasil belajar sudah bagus namun belum maksimal, hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal.

3. Penelitian ini dilakukan oleh Edi Waluyo (2013)

Dari Program Studi Pendidikan Adminitrasi Perkantoran Univesritas Negeri Yogyakarta yang berjudul “Pengaruh Kreativitas Guru Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap

Hasil Belajar Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran Di SMK Muhammadiyah 2 Moyudan Sleman”. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan pengaruh kreativitas guru dan pengaruh motivasi belajar siswa, baik secara simultan maupun persial terhadap hasil belajar siswa pengaruh kreativitas guru dan pengaruh motivasi belajar siswa kompetensi keahlian administrasi perkantoran Di SMK Muhammadiyah 2 Moyudan Sleman melalui model kualitatif.

Hasil dari penelitian meliputi, 1) Hasil uji variabel kreativitas guru menunjukkan bahwa variabel tersebut memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap hasil belajar siswa yang memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,049 yang lebih kecil dari 0,05. Artinya bahwa

(28)

semakin tinggi tingkat kreativitas guru, maka akan semakin tinggi nilai hasil belajar yang didapat oleh siswa. 2) Hasil uji variabel motivasi belajar siswa menunjukkan bahwa variabel motivasi belajar siswa memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap hasil belajar siswa yang memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,032 yang lebih kecil dari 0,05. Artinya bahwa semakin baik motivasi belajar siswa, maka akan semakin memperbesar nilai dari hasil belajar siswa.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian pertama letak perbedaan penelitian terdahulu lebih memfokuskan kreativitas guru dalam pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 di kelas IV sedangkan pada penelitian ini memfokuskan kreativitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran pada masa pandemi Covid-19. Pada penelitian kedua letak perbedaan dengan penelitian ini yaitu penelitian terdahulu bertujuan untuk mengetahui bentuk kreativitas guru, faktor-faktor membentuk kreativitas guru dan dampak kreativitas guru dalam peningkatan hasil belajar siswa kelas 1 dan pada penelitian terdahulu menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Sedangkan pada penelitian ini, bertujuan untuk mendeskripsikan secara umum tentang kreativitas guru dan kreativitas guru kelas VA dalam pelaksanaan pembelajaran seperti guru dalam menentukan materi, metode, media, dan instrumen penilaian pada masa pandemi Covid-19, penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Pada penelitian ketiga, penelitian terdahulu memfokuskan pengaruh kreativitas guru dan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa kemudian pada penelitian terdahulu penelitian tersebut dilaksanakan dijenjang SMK. Sedangkan penelitian ini hanya memfokuskan kreativitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran dan penelitian ini meneliti jenjang Sekolah Dasar.

2.5 Kerangka Berfikir

Adanya Covid-19 ini, semua kegiatan diluar ruangan dibatasi dengan tujuan memutuskan penyebaran Covid-19. Kegiatan proses belajar dilaksanakan dengan cara

(29)

pembelajaran daring dan luring. Proses pembelajaran daring dan luring tersebut membutuhkan kreativitas guru agar pembelajaran terlaksana dengan baik.

Kreativitas guru memiliki posisi penting untuk ditujukan di dalam sebuah proses pembelajaran, dimana kreativitas adalah kemampuan yang ada di diri setiap manusia. Kreativitas dapat berupa gagasan-gagasan, ide-ide, karya yang belum pernah ada yang dapat dilahirkan atau dikembangkan seseorang dalam bentuk sesuatu yang baru maupun gabungan dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya, menghasilkan karya maupun gagasan yang baru atau berbeda dengan karya atau gagasan yang pernah ada sebelumnya.

Kreativitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran pada masa pandemi Covid-19 dapat dilihat dari cara guru dalam menentukan materi pembelajaran, guru dalam menentukan metode pembelajaran yang telah disesuaikan dengan kondisi saat ini, guru dalam menentukan media pembelajaran yang dapat membantu dalam proses pembelajaran, dan menyusun instrumen penilaian. Serta terdapat memanfaatkan adaptasi teknologi yang dilakukan oleh guru untuk membantu dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran ini guru memulai dengan memilih materi pembelajaran kemudian menentukan metode pembelajaran dan menentukan media pembelajaran yang disesuaikan dengan metode pembelajaran lalu guru menyusun instrumen penilaian dan memanfaatkan atau menggunakan adaptasi teknologi guna mempermudah proses pembelajaran.

Dari penjelasan tersebut, maka kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(30)

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Kreativitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran pada masa pandemi Covid-19

di sekolah dasar Guru menentukan

materi pembelajaran

Pembelajaran pada masa pandemi Covid-19 Guru menyusun instrumen penilaian Guru menentukan media pembelajaran Guru menentukan metode pembelajaran Guru memanfaatkan adaptasi teknologi

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian turbin angin ini dalam rangka pengembangan energi angin yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik kecepatan angin terhadap pengaruh daya yang dihasilkan turbin

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh konsentrasi KOH dan waktu reaksi terhadap karakteristik (densitas dan viskositas) biodiesel pada

Kegiatan PKM peningkatan kompetensi konselor dalam menerapkan bimbingan Self Regulated Learning Siswa SMP Kabupaten Sidoarjo pada masa pendemi Covid 19 dilaksanakan

Pencarian pinjaman ini dilakukan setelah perseroan melakukan penawaran umum terbatas (rights issue) pada Mei 2015 dengan total dana yang dikumpulkan mencapai Rp5,3 triliun, dimana

tentang dari hasil temuan penelitian dengan teori yang digunakan dalam.

a) Tanggung jawab pribadi terhadap tugas, yaitu individu yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi kan selalu bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dan selalu

3) Apakah penataan tempat alat dan bahan praktikum di laboratorium sudah standar? 4) Bagaimana penataan administrasi peralatan laboratorium di prodi kuliner ? 5)

Hasil penelitian Wahyunie et al (2012) menunjukkan bahwa ketahanan penetrasi pada sistem olah tanah intensif lebih keras jika dibandingkan dengan penerapan olah tanah