• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian cross-sectional ini telah dilakukan di tiga penyedia layanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian cross-sectional ini telah dilakukan di tiga penyedia layanan"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian cross-sectional ini telah dilakukan di tiga penyedia layanan radiografi konvensional di Kota Denpasar yaitu RSUD Wangaya Kota Denpasar sebagai RS milik pemerintah Kota Denpasar, RSU Bhakti Rahayu sebagai RS Swasta dan Klinik Radiologi dr. Firman P. Sitanggang, Sp.Rad sebagai klinik swasta.

Seratus lima puluh delapan pasien rawat jalan di ketiga penyedia layanan radiografi konvensional telah diwawancarai dalam penelitian ini. Data diambil dari 19 Maret hingga 14 April 2015. Data ditampilkan dalam bentuk tabel yang disertakan dengan deskripsinya. Hasil penelitian ini mencangkup hal-hal sebagai berikut :

1. Karakteristik sosiodemografi responden

2. Pengalaman responden menerima layanan radiografi konvensional 3. Tingkat kepuasan responden

4. Hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung.

5.1 Karakteristik Sosiodemografi Responden

Karakteristik sosiodemografi dalam penelitian ini mencakup umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, serta pembiayaan kesehatan. Gambaran karakteristik sosiodemografi responden dapat dilihat pada tabel 5.1 di bawah ini.

(2)

Tabel 5.1 Karakteristik Sosio-Demografi Responden

Karakteristik Frekuensi (f) Persentase

Umur

Kelompok Umur 18 – 40 Tahun Kelompok Umur 41 – 63 Tahun Kelompok Umur 64 – 86 Tahun

62 76 20 39,2 48,1 12,7 Jenis Kelamin Pria Wanita 84 74 53,2 46,8 Status Perkawinan Belum Menikah Menikah Bercerai 23 134 1 14,6 84,8 0,6 Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD

Tamat SMP atau sederajat Tamat SMA atau sederajat Diploma Sarjana / S1 Magister / S2 6 4 25 16 63 11 28 5 3,8 2,5 15,8 10,1 39,9 7,0 17,7 3,2 Jenis Pekerjaan PNS TNI/Polri Pegawai Swasta Wiraswasta Tidak Bekerja Pensiunan Lainnya 13 1 49 31 32 19 13 8,2 0,6 31,0 19,6 20,3 12,0 8,2 Penghasilan

Tidak memiliki penghasilan ≤ Rp. 2.400.000,- > Rp 2.400.000 32 64 62 20,3 40,5 39,2 Jenis Pembiayaan Bayar Sendiri

Dengan Asuransi Kesehatan 68 90 43,0 57,0

Berdasarkan tabel 5.1 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden merupakan pasien dewasa usia produktif dan telah menyelesaikan pendidikan wajib belajar 12 tahun atau telah tamat SMU/sederajat. Untuk

(3)

pembiayaan layanan radiografi konvensional, sebagian besar responden telah menggunakan asuransi kesehatan. Mayoritas responden bekerja pada sektor swasta.

5.2 Domain Pengalaman Responden

Tabel 5.2 menyajikan ke enam domain pengalaman responden setelah menerima layanan radiografi konvensional di ketiga penyedia layanan.

Tabel 5.2

Distribusi Pengalaman Responden Pada Layanan Radiografi Konvensional di RS Milik Pemerintah, RS Swasta dan Klinik Radiologi Swasta

Kota Denpasar

Domain Pengalaman Frekuensi Persentase

Penghargaan Martabat Pasien Tidak Baik Baik 5 153 3,2 96,8 Kerahasian Informasi Tidak Baik Baik 156 2 98,7 1,3 Kebebasan Pilihan Tidak baik Baik 110 48 69,6 30,4 Perhatian Tidak baik Baik 44 114 27,8 72,2 Kualitas Sarana Prasarana

Tidak Baik

Baik 134 24 15,2 84,8

Komunikasi Penyedia Layanan Tidak Baik Baik 19 139 12,0 88,0

Tabel 5.2 menjelaskan bahwa sebagian besar responden memiliki pengalaman yang baik terhadap lima dari enam domain pengalaman pasien. Lima domain tersebut antara lain penghargaan terhadap martabat pasien (96,8 %), kerahasian informasi (98,7 %), perhatian yang cukup (72,2 %), kualitas sarana

(4)

prasarana (84,8 %) dan komunikasi penyedia layanan (88 %). Hanya satu domain pengalaman pasien yang mayoritas dalam kategori tidak baik yaitu kebebasan memilih layanan (69,6 %).

5.3 Tingkat Kepuasan Pada Layanan Radiografi Konvensional Di RS

Milik Pemerintah, RS Swasta, dan Klinik Radiologi Swasta Kota

Denpasar

Penelitian ini dilakukan di tiga penyedia layanan radiografi konvensional yang berbeda. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah tingkat kepuasan pasien pada layanan radiografi konvensional. Tabel 5.3 (pada lampiran 5) menyajikan tingkat kepuasan responden pada layanan radiografi yang telah diterimanya. Tabel 5.3 mendeskripsikan trend kepuasan pasien pada masing-masing penyedia layanan berdasarkan pada domain alur, persyaratan, sikap petugas, biaya, jadwal layanan, 6 domain pengalaman pasien (penghargaan, kerahasian informasi, kebebasan pilihan, perhatian, kualitas sarana prasarana dan komunikasi) serta kepuasan secara umum.

Sebagian besar pasien rawat jalan kurang puas pada alur layanan (77,8%) , persyaratan (65,8 %) , domain kualitas sarana prasarana (50,6 %) dan domain komunikasi (63,9) radiografi konvensional. Pada alur layanan dan persyaratan, sebagian pasien kurang puas dan terjadi pada seluruh penyedia layanan dimana tingkat kepuasan tertinggi pada alur hanya sebesar 30,4 % dan tingkat kepuasan tertinggi pada persyaratan sebesar 47,8 %. Kepuasan tertinggi pada alur dan persyaratan terjadi pada layanan radiografi konvensional klinik swasta.

(5)

Pada domain kualitas sarana prasarana, sebagian besar pasien pada RS swasta (73,7 %) dan klinik swasta (60,9%) merasa puas. Sebaliknya pada RS milik pemerintah sebagian besar pasien merasa kurang puas ( 61,3 %). Pada domain komunikasi, sebagian besar pasien merasa kurang puas pada komunikasi di RS milik pemerintah (79,6 %) dan RS swasta (57,9 %). Hanya pada klinik swasta yang mana sebagian besar pasien (65,2) merasa puas terhadap komunikasi petugas.

Pada domain sikap petugas , sebagian besar pasien merasa puas dan terjadi pada ketiga bentuk penyedia layanan. Pada domain jadwal layanan seluruh pasien (100%) merasa puas terhadap jadwal layanan radiografi konvensional.

Secara total pada ketiga penyedia layanan, sebagian besar pasien (52,5%) puas terhadap biaya layanan radiografi konvensional. Namun apabila dilihat dari masing-masing penyedia layanan, sebagian besar pasien di RS swasta (73,7 %) dan klinik swasta (95,7 %) merasa kurang puas pada biaya layanan radiografi konvensional.

Pada domain perhatian, sebagian besar pasien merasa puas pada domain perhatian di RS milik pemerintah (63,4%) dan klinik swasta (56,5%). Sebaliknya pada RS swasta sebagian besar pasien merasa kurang puas pada domain perhatian (52,6 %).

Secara keseluruhan di ketiga penyedia layanan radiografi konvesional, sebagian besar pasien puas terhadap pada domain penghargaan, kerahasian dan kebebasan. Namun bila diperhatikan pada masing-masing penyedia layanan,

(6)

sebagian besar pasien di RS milik pemerintah merasa kurang puas pada domain penghargaan, kerahasian dan kebebasan.

Dari tabel 5.3 (lampiran 6) dapat diketahui bahwa secara umum, sebagian besar responden (69,0) menyatakan puas pada layanan radiografi konvensional yang diterimanya. Persentase kepuasan secara umum tertinggi pada RS milik pemerintah (72 %) dan terendah pada RS swasta (63,2 %)

Berdasarkan tabel 5.3, sebagian besar pasien yang menerima layanan radiografi konvensional di RS Pemerintah merasa puas pada sikap petugas (100 %), biaya (81,7 %), jadwal layanan (100 %) dan domain perhatian (63,4 %). Sebagian besar pasien yang menerima layanan radiografi konvensional di RS Pemerintah merasa kurang puas pada alur (78,5 %), persyaratan (66,7 %), penghargaan (64,5 %), kerahasian (54,8 %), kebebasan (57,0 %), kualitas sarana (61,3 %) dan komunikasi (79,6 %).

Sebagian besar pasien yang menerima layanan radiografi konvensional di RS swasta merasa puas pada sikap petugas (100 %), , jadwal layanan (100 %), penghargaan (63,2), kerahasiaan (84,2 %), kebebasan (57,9 %) dan domain kualitas sarana (73,7 %). Sebagian besar pasien yang menerima layanan radiografi konvensional di RS swasta merasa kurang puas pada alur (94,7 %), persyaratan (94,7 %), biaya (73,7 %), domain perhatian (52,6 %) dan komunikasi (79,6 %).

Sebagian besar pasien yang menerima layanan radiografi konvensional di klinik swasta merasa puas pada sikap petugas (93,5 %), jadwal layanan (100 %), penghargaan (78,3 %), kerahasiaan (60,9 %), kebebasan (73,9 %), perhatian (56,5 %) dan domain kualitas sarana (60,9 %) serta komunikasi (65,2). Sebagian besar

(7)

pasien yang menerima layanan radiografi konvensional di RS swasta merasa kurang puas pada alur (94,7 %), persyaratan (94,7 %), dan biaya (73,7 %).

5.4 Analisis Bivariat Hubungan Antara Tingkat Kepuasan Pasien Rawat

Jalan Dengan Karakteristik Sosiodemografi Responden, Domain

Pengalaman dan Bentuk Penyedia Layanan Radiografi Konvensional

5.4.1 Analisis Bivariat Hubungan Antara Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan Dengan Karakteristik Sosiodemografi

Guna mengetahui hubungan antara variabel tingkat kepuasan dengan variabel tergantung, digunakan analisis bivariat uji chi square. Untuk memudahkan dalam analisis data, peneliti mentransformasi data pada Tabel 5.1 Karakteristik Sosiodemografi Responden dan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan ke dalam bentuk yang lebih sederhana. Hasil analisis hubungan karakteristik sosiodemografi dengan tingkat kepuasan pasien rawat jalan seperti nampak pada tabel 5.4 di bawah ini.

(8)

Tabel 5.4

Hubungan Antara Karakteristik Sosiodemografi Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan Pada Layanan Radiografi Konvensional

Di RS Milik Pemerintah, RS Swasta dan Klinik Radiologi Swasta Kota Denpasar

Variabel Bebas Tingkat Kepuasan

Umum Nilai p* Crude PR 95% CI Kurang Puas Puas n (%) n (%) Umur Umur 18 - 40 Tahun Umur 41- 63 Tahun Umur 64 – 86 Tahun Mean = 44,73 Tahun 20 (32,3) 24 (31,6) 5 (25,0) 42 (67,7) 48 (68,4) 15 (75,0) Ref 0,541 0,570 - 0,700 0,722 0,22– 2,20 0,24– 2,22 Jenis Kelamin Pria Wanita 27 (32,1) 22 (29,7) 57 (67,9) 52 (70,3) Ref 0,743 1,120 0,57 – 2,20 Status Pernikahan Tidak Menikah Menikah 9 (37,5) 40 (29,9) 15 (62,5) 94 (70,1)) Ref 0,456 1,410 0,57 – 3,49 Tingkat Pendidikan Pendidikan s/d SMP Pendidikan > SMP 16 (31,4) 33 (30,8) 35 (68,6) 74 (69,2) Ref 0,946 - 1,025 - 0,50 – 2,10 Tipe Pekerjaan

Bekerja Pada Pemerintah Bekerja Sektor Swasta Tidak Bekerja Pensiunan 5 (35,7) 33 (35,5) 7 (21,9) 4 (21,1) 9 (64,3) 60 (64,5) 25 (78,1) 15 (78,9) Ref 0,354 0,230 0,945 - 0,48 0,49 0,95 - 0,10 – 2,27 0,15 – 1,58 0,24 – 3,80 Penghasilan Tidak Berpenghasilan ≤ Rp. 2.400.000,- > Rp. 2.400.000,- 8 (24,2) 21 (33,3) 20 (32,3) 25 (75,8) 42 (66,7) 42 (67,7) 0,416 Ref 0,898 1,48 - 0,95 0,57 – 3,87 - 0,45 – 2,01 Pembiayaan Kesehatan Bayar Sendiri

Dengan Asuransi 27 (39,7) 22 (24,4) 41 (60,3) 68 (75,6) Ref 0,040*

-

2,035 - 1,03 – 4,03

Tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa enam variabel sosio-demografi yaitu umur, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan tidak memiliki hubungan signifikan bermakna (p > 0,05) dengan

(9)

tingkat kepuasan pasien rawat jalan pada layanan radiografi konvensional pada RS pemerintah, RS swasta dan klinik radiologi swasta di Kota Denpasar.

Berdasarkan analisis bivariat diperoleh hanya ada satu karakteristik sosiodemografi yang berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien rawat jalan yaitu pembiayaan kesehatan. Pasien yang membayar sendiri layanan radiografi konvensional memiliki tingkat kepuasan lebih rendah (60,3 %) dibandingkan dengan pasien yang menggunakan asuransi untuk membiayai layanan radiografi konvensionalnya (75,6 %) sehingga dalam analisis data, pasien yang membayar sendiri dijadikan referensi dalam pengolahan data. Berdasarkan hasil analisis bivariat pada tabel 5.4, dapat dilihat bahwa pasien yang membiayai layanan radiografi konvensionalnya dengan menggunakan asuransi kesehatan cenderung merasa puas pada layanan yang diterimanya dibandingkan dengan pasien yang membayar sendiri biaya layanan radiografi konvensionalnya (95% CI berada rentang 1,03 sampai 4,03). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan positif antara jenis pembiayaan dengan tingkat kepuasan pasien pada layanan radiografi konvensional di RS milik pemerintah, RS swasta dan klinik radiologi swasta di Kota Denpasar dan dikuatkan dengan rentang 95% CI yang tidak mencangkup nilai 1 menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan asuransi pada tingkat kepuasan pasien pada layanan radiografi konvensional. Nilai prevalence ratio (PR) sebesar 2,03 dapat diartikan sebagai, pasien yang menggunakan asuransi kesehatan dalam pembiayaan layanan radiografi konvensional memiliki peluang 2,03 lebih besar untuk merasa

(10)

puas dibandingkan dengan pasien rawat jalan yang membayar sendiri layanan radiografi konvensional yang diterimanya.

5.4.2 Analisis Bivariat Hubungan Antara Variabel Tergantung ( Tingkat Kepuasan Pasien rawat jalan) Dengan Variabel Bentuk Penyedia Layanan Tabel 5.5 berikut di bawah ini, menampilkan analisis bivariat hubungan antara variabel penyedia layanan radiografi konvensional dengan tingkat kepuasan pasien rawat jalan pada layanan radiografi konvensional di Kota Denpasar.

Tabel 5.5

Analisis Bivariat Hubungan Bentuk Penyedia Layanan Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan Pada Layanan Radiografi Konvensional Di RS Pemerintah, RS Swasta dan Klinik Radiologi Swasta

Kota Denpasar

Variabel Bebas Tingkat Kepuasan Nilai

p* Crude PR 95% CI Kurang Puas Puas N (%) N (%) Bentuk Penyedia RS Swasta Klinik Radiologi RS Pemerintah 7 (36,8) 16(34,8) 26(28,0) 12 (63,2) 30 (65,2) 67 (72,0) Ref 0,441 0,410 - 0,665 0,728 - 0,236 – 1,875 0,341 – 1,551

Responden yang menerima layanan radiografi konvensional pada RS swasta memiliki persentase tingkat puas yang paling rendah dibandingkan dengan responden pada klinik swasta dan RS milik pemerintah sehingga dalam analisa data digunakan sebagai referensi.

Berdasarkan hasil analisis bivariat pada tabel 5.5, hasil pengolahan data pada klinik swasta menunjukkan dan RS Pemerintah 95% CI mencangkup nilai 1 dan Crude PR < 1. Dapat disimpulkan bahwa variabel bentuk penyedia layanan radiografi konvensional tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat

(11)

kepuasan pasien rawat jalan pada layanan radiografi konvensional pada RS milik pemerintah, RS swasta dan klinik radiologi swasta di Kota Denpasar

5.4.3 Analisis Bivariat Hubungan Antara Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan Dengan Variabel Domain Pengalaman Pasien

Hasil analisis bivariat hubungan ketujuh domain pengalaman pasien rawat jalan dengan tingkat kepuasan pasien rawat jalan pada layanan radiografi konvensional di RS milik pemerintah, RS swasta dan klinik radiologi swasta di Kota Denpasar disajikan dalam tabel 5.6 di bawah ini.

Berdasarkan hasil uji bivariat pada tabel 5.6, terdapat 5 domain pengalaman yang memperoleh nilai 95% CI tidak menyentuh nilai 1 dan Crude PR > 1 yang artinya kelima domain tersebut berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien rawat jalan. Kelima domain tersebut adalah penghargaan pada martabat pasien, kerahasian informasi, perhatian yang cukup, kualitas sarana dan prasarana dan komunikasi penyedia layanan.

Nilai p domain penghargaan yang baik dengan tingkat kepuasan pasien adalah 0,046 (p < 0,05) dan 95% CI berada pada interval 1,04 – 88,28 (95% CI tidak mencangkup nilai 1) artinya pasien rawat jalan yang mengalami penghargaan dalam kategori baik, akan cenderung merasa puas bila dibandingkan dengan pasien rawat jalan yang mengalami penghargaan dalam kategori tidak baik. 95% CI tidak mencangkup nilai 1, dapat menunjukkan bahwa ada pengaruh penghargaan martabat yang baik dengan kepuasan pasien. Nilai prevalence ratio(PR) pada penghargaan yang baik adalah 9,6 artinya pasien yang mengalami

(12)

penghargaan martabat dalam kategori baik berpeluang untuk puas 9,6 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang mengalami penghargaan dalam kategori tidak baik.

Tabel 5.6

Analisis Bivariat Hubungan Enam Domain Pengalaman Pasien Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan Pada Layanan Radiografi

Konvensional Di RS Milik Pemerintah, RS Swasta dan Klinik Radiologi Swasta Kota Denpasar

Variabel Tingkat Kepuasan Nilai p* Crude

PR 95 % CI Kurang Puas Puas N (%) N (%) Penghargaan Tidak Baik Baik 4 (80,0) 45 (29,4) 1 (20,0) 108(70,6) Ref 0,016* - 9,6 1,04 – 88,28 Kerahasian Tidak Baik Baik 2 (100) 47(30,) 0 ( 0 ) 109 (69,9) Ref 0,034* - 3,3 - 2,61 – 4,21 Kebebasan Tidak baik Baik 34(30,9) 15(31,2) 76 (69,1) 33 (68,8) 0,966 Ref 1,02 - 0,49 – 2,11 - Perhatian Tidak baik Baik 26 (59,1) 23 (20,2) 18 (40,9) 91 (79,8) Ref <0,001* - 5,71 - 2,69 – 12,16 Kualitas Sarana Tidak Baik Baik 16 (66,7) 33(24,6) 8 (33,3) 101 (75,4) Ref <0,001* - 6,12 - 2,40 – 15,60 Komunikasi Tidak Baik Baik 15 (78,9) 34 (24,5) 4 (21,1) 105 (75,5) Ref <0,001* - 11,58 - 3,60 – 37,27

Pada domain kerahasian informasi yang baik diperoleh nilai p sebesar 0,034 (p<0,05) dan 95% CI berada pada interval 2,61 – 4,21 (95% CI tidak mencangkup nilai 1) maka dapat disimpulkan bahwa pasien yang mengalami kerahasian informasi dengan kategori baik cenderung merasa puas. Nilai PR

(13)

perhatian yang baik adalah 3,3 artinya pasien yang mengalami kerahasian informasi dalam kategori baik memiliki peluang 3,3 kali lebih besar untuk merasa puas dibandingkan dengan pasien yang mengalami kerahasian informasi dalam kategori tidak baik. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara domain kerahasian informasi dengan tingkat kepuasan pasien pada layanan radiografi konvensional di ketiga penyedia layanan radiografi di Kota Denpasar.

Pada domain perhatian dalam kategori baik 95% CI berada pada interval 2,69 – 12,16 (95% CI tidak mencangkup nilai 1) maka dapat dilihat bahwa pasien yang mengalami perhatian dengan kategori baik cenderung merasa puas. Nilai PR perhatian yang baik adalah 5,7 artinya pasien yang mengalami perhatian dalam kategori baik memiliki peluang 5,7 kali lebih besar untuk merasa puas dibandingkan dengan pasien yang mengalami perhatian dalam kategori tidak baik. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara domain perhatian dengan tingkat kepuasan pasien pada layanan radiografi konvensional di ketiga penyedia layanan radiografi di Kota Denpasar.

Berdasarkan hasil analisis bivariat, terdapat hubungan yang signifikan bermakna antara kualitas sarana prasarana yang baik dengan tingkat kepuasan pasien (95 % CI pada rentang 2,40 – 15,60). Dapat diartikan bahwa pasien yang memiliki pengalaman merasakan kualitas sarana prasarana penyedia layanan radiografi konvensional dengan kategori baik cenderung merasa puas pada layanan radiografi konvensional bila dibandingkan dengan pasien yang merasakan pengalaman kualitas sarana prasarana yang tidak baik. PR pada domain kualitas sarana prasarana yang baik adalah sebesar 6,1 artinya pasien yang meengalami

(14)

kualitas sarana prasarana yang baik akan berpeluang 6,1 kali lebih besar untuk merasa puas dibandingkan dengan pasien yang merasa kualitas sarana prasarana dalam kategori tidak baik. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kualitas lingkungan penyedia layanan dengan tingkat kepuasan pasien pada layanan radiografi konvensional di ketiga penyedia layanan radiografi di Kota Denpasar.

Hasil perhitungan nilai p pada hubungan antara domain komunikasi penyedia layanan dengan tingkat kepuasan pasien adalah sebesar < 0,001 (p < 0,05) dan 95% CI berada pada interval nilai 3,60 – 37,27 (95% CI tidak mencangkup nilai 1). Artinya pasien yang menilai komunikasi yang dilakukan oleh penyedia layanan radiografi konvensional dengan kategori baik cenderung merasa puas pada layanan radiografi konvensional yang diterimanya bila dibandingkan dengan pasien yang mengalami domain komunikasi yang tidak baik. Nilai PR sebesar 11,6 dapat diartikan bahwa peluang pasien yang mengalami domain komunikasi yang baik adalah 11,6 kali lebih besar untuk merasa puas bila dibandingkan dengan pasien yang mengalami domain komunikasi yang tidak baik. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan bermakna antara komunikasi yang jelas dengan tingkat kepuasan pasien pada layanan radiografi konvensional di ketiga penyedia layanan radiografi di Kota Denpasar.

Berdasarkan analisis bivariat diketahui bahwa terdapat satu domain pengalaman yaitu domain kebebasan pilihan yang tidak memiliki hubungan yang

(15)

signifikan bermakna dengan tingkat kepuasan pasien (p > 0,05 dan 95% CI mengandung nilai 1)

5.5 Analisis Multivariat Variabel Bebas dan Variabel Tergantung

Analisis multivariat dalam penelitian ini menggunakan regresi logistik. Seluruh variabel yang memiliki p value < 0,25 disertakan dalam uji multivariat. Maka berdasarkan hasil pada tabel 5.5 , tabel 5.6 dan tabel 5.7 diperoleh ada 7 variabel yang akan disertakan dalam uji regresi logistik. Ketujuh variabel tersebut dibedakan menjadi dua tahap sesuai dengan kerangka konsep penelitian yaitu tahap pertama analisis multivariat pada lima domain pengalaman (domain penghargaan, kerahasian informasi, perhatian, kualitas sarana prasarana dan komunikasi yang jelas). Tahap kedua dilanjutkan dengan hanya mengikut sertakan variabel domain pengalaman yang memiliki nilai p < 0,1 dan digabungkan dengan variabel sosiodemografi ( jenis pembiayaan kesehatan dan tipe pekerjaan).

Guna menguji apakah data yang dikumpulkan dalam penelitian ini sesuai dengan model regresi logistik maka dilakukan goodness of fit test. Tabel 5.7 di bawah ini menunjukkan hasil tes Hosmer dan Lemeshow.

Tabel 5.7 Uji Goodness of Fit Test Dengan Hosmer dan Lemeshow

Tahap Langkah Chi-Square df Nilai p

Tahap I Langkah 1 1,084 4 0,752

(16)

Dari output goodness of fit test dengan tes Hosmer dan Lemeshow menunjukkan bahwa nilai p pada setiap langkah baik tahap I dan tahap II adalah > 0,05 sehingga dapat diartikan bahwa data fit dengan model regresi logistik.

Tabel 5.8 Hasil Model Summary Pada Uji Regresi Logistik

Tahap Langkah Variabel Yang Disertakan R2 Nagelkerke

Tahap I Langkah 1 1. Penghargaan

2. Kerahasian Informasi 3. Perhatian 4. Kualitas Sarana Prasarana 5. Komunikasi 0,363

Dari output model summary tahap pertama langkah 1 diketahui R2 dari

Nagelkerke adalah 0,363 %. Ini berarti 36,3 % kemungkinan tingkat kepuasan dipengaruhi oleh lima variabel pengalaman pasien yaitu domain penghargaan, kerahasian informasi, perhatian yang cukup, kualitas sarana prasarana dan komunikasi yang jelas.

Tabel 5.9 di bawah ini menunjukkan hasil regresi logistik dengan metode Backward dalam dua tahap yaitu tahap I terdiri dari 5 variabel domain pengalaman. Dari tahap pertama ini diperoleh variabel yang berpengaruh pada tingkat kepuasan pasien, yang mana variabel tersebut selanjutnya dimasukkan dalam model regresi logistik tahap II.

(17)

Tabel 5.9

Uji Regresi Logistik Tahap I Lima Domain Pengalaman Pasien Rawat Jalan Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan Pada Layanan Radiografi

Konvensional Di RS Milik Pemerintah, RS Swasta dan Klinik Radiologi Swasta di Kota Denpasar

Variabel Nilai p* PR 95% CI

Lower Upper Penghargaan

Penghargaan Tidak Baik Penghargaan Baik Ref 0,076* - 9,27 - 0,79 - 108,15 Kerahasian Informasi Kerahasian Informasi Tidak

Baik

Kerahasian Informasi Baik

Ref

0,999 - <0,001 -

Perhatian

Perhatian Tidak Baik Perhatian Baik Ref 0,002* - 3,77 - 1,62 - 8,76

Kualitas Sarana Prasarana

Kualitas Sarana Tidak Baik Kualitas Sarana Baik

Ref 0,004* - 4,57 - 1,61 - 12,93 Komunikasi

Komunikasi Tidak Baik Komunikasi Baik Ref 0,005* - 6,30 - 1,75 - 22,64 Cut Value p < 0,25

Dari hasil analisis logistik regresi tahap I pada tabel 5.9 diketahui bahwa hanya empat dari lima domain pengalaman yang masih memiliki nilai p < 0, 25 sehingga keempatnya dimasukkan ke dalam model tahap 2 dan ditambahkan dengan variabel karakteristik sosiodemografi yaitu jenis pembiayaan kesehatan dan tipe pekerjaan. Hasil uji regresi logistik tahap II seperti tertera pada tabel 5.10 di bawah ini

(18)

Tabel 5.10 Model Summary Tahap II

Tahap Variabel Yang Disertakan R2 Nagelkerke

Tahap II 1. Penghargaan

2. Perhatian Yang Cukup 3. Kualitas Sarana Prasarana 4. Komunikasi

5. Jenis Pembiayaan 6. Tipe Pekerjaan

0,414

Dari output model summary tahap kedua diketahui R2 dari Nagelkerke

adalah 0,414. Ini berarti 41,4 % kemungkinan rasa puas pasien dipengaruhi oleh enam variabel yaitu empat variabel pengalaman pasien (penghargaan yang baik, perhatian yang cukup, kualitas sarana prasarana dan komunikasi) serta dua variabel sosiodemografi yaitu pembiayaan dengan asuransi dan pasien tidak bekerja .

Tabel 5.11 di bawah ini menunjukkan hasil analisis multivariat tahap II yang terdiri dari domain pengalaman pasien dan karakteristik sosiodemografi pasien rawat jalan. Berdasarkan hasil analisis multivariat didapatkan bahwa domain perhatian, otonomi, kualitas sarana prasarana, komunikasi serta pembiayaan kesehatan memiliki hubungan dengan tingkat kepuasan setelah mengendalikan variabel domain penghargaan dan tipe pekerjaan pasien.

Seperti halnya pada analisis bivariat maka pada analisis multivariat ini, kategori yang menjadi pembanding (referensi) pada variabel perhatian adalah perhatian yang tidak baik. Berdasarkan analisis multivariat tersebut didapatkan Adjusted Prevalence Ratio (PR) pada perhatian yang baik adalah sebesar 3,87 kali yang artinya pasien yang mengalami domain perhatian dalam kategori baik memiliki peluang puas 3,87 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

(19)

mengalami domain perhatian dengan kategori tidak baik dan hubungan tersebut bermakna secara statistik dengan nilai 95% CI 1,66 - 9,02 dan nilai p = 0,002.

Tabel 5.11

Hasil Uji Regresi Logistik Tahap II Antara 4 Domain Pengalaman dan Dua Karakteristik Sosiodemografi Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat

Jalan Pada Layanan Radiografi Konvensional Di RS Milik Pemerintah, RS Swasta dan Klinik Radiologi Swasta Kota Denpasar

Variabel Nilai p*

PR 95 % CI

Lower Upper Penghargaan

Penghargaan Tidak Baik

Penghargaan Baik 0,130 Ref 6,57 - 0,58 - 74,93 -

Perhatian

Perhatian Tidak Baik

Perhatian Baik 0,002* Ref

-

3,87 - 1,66 9,02 -

Kualitas Sarana Prasarana

Kualitas Sarana Tidak Baik Kualitas Sarana Baik

Ref 0,012* - 3,88 - 1,66 - 11,13 Komunikasi

Komunikasi Tidak Baik

Komunikasi Baik 0,002* Ref

- 8,03 2,20 - 29,31 - Pembiayaan Kesehatan Bayar Sendiri Dengan Asuransi Ref 0,041* - 2,35 - 1,04 - 5,31 Tipe Pekerjaan

Bekerja Pada Pemerintah Bekerja Pada Sektor Swasta

Tidak Bekerja Pensiunan Ref 0,440 0,071 0,234 - 0,147 0,167 0,319 - 0,01 0,03 0,05 - 1,18 0,95 2,10 Nilai p signifikan < 0,05

Pada variabel kualitas sarana prasarana, kategori kualitas sarana prasarana yang tidak baik digunakan sebagai referensi. Dari hasil analisis multivariat didapatkan PR sebesar 3,88 yang berarti pasien yang mengalami domain kualitas sarana prasarana dalam kategori baik memiliki peluang puas 3,88 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang mengalami domain kualitas sarana prasarana

(20)

dengan kategori tidak baik dan hubungan tersebut bermakna secara statistik dengan nilai 95% CI 1,66 - 11,13 dan nilai p = 0,012.

Pada variabel komunikasi, kategori komunikasi yang tidak baik digunakan sebagai referensi. Dari hasil analisis multivariat didapatkan PR sebesar 8,03 yang berarti pasien yang mengalami domain komunikasi dalam kategori baik memiliki peluang puas 8,03 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang mengalami domain komunikasi dengan kategori tidak baik dan hubungan tersebut bermakna secara statistik dengan nilai 95% CI 2,20 - 29,31 dan nilai p = 0,002.

Pada variabel pembiayaan kesehatan, kategori bayar sendiri digunakan sebagai referensi. Dari hasil analisis multivariat didapatkan PR sebesar 2,35 yang berarti pasien dengan asuransi kesehatan memiliki peluang puas 2,35 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang membayar sendiri biaya layanan radiografi konvensionalnya dan hubungan tersebut bermakna secara statistik dengan nilai 95% CI 1,04 - 5,31 dan nilai p = 0,041.

Berdasarkan hasil analisis nilai prevalence ratio (PR) dapat dilihat bahwa domain komunikasi memberikan pengaruh paling besar pada terjadinya kepuasan pasien pada layanan radiografi di RS milik pemerintah, RS swasta dan klinik radiologi swasta di Kota Denpasar dibandingkan dengan domain perhatian, otonomi, kualitas sarana prasarana dan jenis pembiayaan kesehatan.

(21)

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Tingkat Kepuasan Pasien Pada Layanan Radiografi Konvensional

Semakin ketatnya persaingan dalam dunia kesehatan menimbulkan

tuntutan bagi institusi pelayanan kesehatan agar meningkatkan efisiensi, cost effectiveness dan kualitas layanan yang diberikan (Basu dkk., 2011). Sebuah pendekatan manajemen yang dikenal dengan manajemen mutu lahir bersamaan dengan perubahan tren yang terjadi. Manajemen mutu membutuhkan pengumpulan dan analisis data secara berkala dan berkesinambungan . Data yang diperoleh harus dianalisis dan dibandingkan dengan standar yang ada guna mengetahui apakah tujuan yang diharapkan telah tercapai serta menentukan langkah selanjutnya guna menghilangkan gap yang ada. Salah satu data yang dikumpulkan secara berkesinambungan adalah data kepuasan konsumen. Dalam layanan radiografi konvensional, konsumen terdiri atas pasien, dokter pengirim dan petugas radiografi itu sendiri .

Berdasarkan hasil penelitian secara umum, sebagian besar responden menyatakan puas pada layanan radiografi yang diterimanya (69%). Persentase tingkat kepuasan pada layanan RS milik pemerintah (72,0 % ) lebih tinggi dibandingkan dengan RS Swasta (63,2 %) dan klinik radiologi swasta (65,2). Namun tingkat kepuasan pada masing-masing penyedia masih lebih rendah bila dibandingkan dengan standar minimal pelayanan radiologi yang mengisyaratkan tingkat kepuasan > 80%. Survei kepuasan yang rutin akan membantu untuk

(22)

memahami persepsi pasien dan membantu penyedia layanan untuk mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi layanan yang diberikan unit radiologi (Parra dkk., 2006).

Selama ini layanan radiografi konvensional berfokus pada kualitas teknis guna memenuhi standar operasional yang ditentukan oleh pemerintah (Parra dkk., 2006), sedangkan kualitas layanan difokuskan pada kecepatan pemberian layanan (Basu dkk., 2011). Tanpa disadari, ada berbagai faktor yang berhubungan dengan kepuasan pasien di luar kecepatan layanan dan kualitas teknis layanan.

Pengukuran kepuasan pasien bermanfaat sebagai evaluasi kualitas, evaluasi pada upaya intervensi serta hubungan antara perilaku sehat dan sakit, menyusun keputusan, evaluasi pada perubahan struktur organisasi, evaluasi pegawai, fungsi pemasaran dan formasi etik profesional (Merkouris dkk., 2004). Dalam hal mengembangkan kualitas layanan, penyedia layanan membutuhkan sistem informasi yang meliputi data saat ini dan di masa yang lalu, kuantitatif maupun kualitatif, internal maupun eksternal serta informasi mengenai penyedia layanan sendiri, pelanggan, pesaing dan lingkungan bisnis (Tjiptono, 2014). Informasi data kepuasan pasien secara sistematis dan komprehensif akan membantu penyedia layanan radiografi konvensional untuk mengevaluasi kualitas layanannya, menyusun sejumlah tindakan ataupun keputusan pada pengembangan layanan, mengevaluasi pegawai, membantu pemasaran jasa dan memenuhi standar layanan yang telah ditetapkan. Dengan mengetahui tingkat kepuasan pasien pada layanan radiografi konvensional, penyedia layanan radiografi konvensional dapat menganalisis kondisinya sendiri, para

(23)

pelanggannya, pesaing dan lingkungan bisnis sehingga dapat bertahan dalam kompetisi yang ketat dalam sektor pelayanan kesehatan

Berdasarkan hasil observasi, hanya 1 (RS milik pemerintah) dari tiga penyedia layanan yang melakukan survei kepuasan secara rutin . Hal ini dapat menjadi penyebab tidak terpenuhinya standar minimal tingkat kepuasan karena penyedia layanan tidak memiliki pemahaman akan persepsi pasien dan langkah yang harus ditempuh guna menghilangkan gap tersebut.

Penelitian ini juga mengukur kepuasan per item domain sehingga dapat menyediakan informasi tentang item-item kepuasan yang dirasa masih kurang oleh pasien. Pada item alur dan persyaratan, sebagian besar pasien merasa kurang puas pada semua penyedia layanan. Komunikasi yang baik, pemberian informasi dan edukasi mengenai alur dan persyaratan administrasi yang dibutuhkan akan sangat membantu pasien untuk memahami alur dan persyaratan sehingga pasien tidak merasa kesulitan untuk mengikuti alur dan persyaratan yang dibutuhkan.

Berdasarkan hasil penelitian, apabila dibandingkan dengan RS swasta dan klinik swasta maka pasien di RS pemerintah memiliki item kurang puas yang paling banyak. Namun bila dilihat dari kepuasan secara umum, pasien di layanan RS milik pemerintah memiliki tingkat kepuasan paling tinggi dibandingkan pasien di RS swasta dan klinik swasta. Bila dilihat, ada satu item yang nampaknya mempengaruhi hal tersebut yaitu kepuasan pada biaya layanan radiografi konvensional. Penelitian yang dilakukan oleh Lubis dan Martin (2009) di Medan menyatakan bahwa biaya lebih berpengaruh dibandingkan dengan kualitas layanan pada tingkat kepuasan pasien. Untuk dapat meningkatkan kepuasan

(24)

pasien, penyedia layanan sebaiknya berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan item item dimana pasien merasa puas dan memperbaiki item-item dimana pasien merasa kurang puas.

6.2 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kepuasan Pasien

Pada Layanan Radiografi Konvensional Pada RS Milik Pemerintah,

RS Swasta Dan Klinik Radiologi Swasta Di Kota Denpasar

Berdasarkan analisis multivariat terdapat variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan tingkat kepuasan pasien. Variabel tersebut antara lain pembiayaan dengan asuransi kesehatan, perhatian yang baik, kualitas sarana prasarana yang baik, dan komunikasi yang baik. Karakteristik sosiodemografi seperti umur, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, tipe pekerjaan dan tingkat penghasilan serta bentuk penyedia layanan kesehatan tidak berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien pada layanan radiografi konvensional pada RS milik pemerintah, RS swasta dan klinik radiologi swasta di Kota Denpasar.

Kepuasan pasien dapat diartikan sebagai suatu pemenuhan terhadap harapan pasien. Harapan adalah kepercayaan yang komplek atau sebuah nilai yang dihasilkan dari proses kognitif, yang dimodifikasi oleh pengalaman sebelumnya (Bowling et al. 2012). Harapan pasien dipengaruhi oleh faktor internal dalam diri pasien yaitu karakteristik sosiodemografi dan faktor psikologis pasien (Naseer, Zahidie, dan Shaikh 2012). Harapan dasar terbentuk dari akumulasi proses pembelajaran tentang tindakan perawatan dan proses

(25)

konsultasi. Layanan radiografi konvensional merupakan sebuah layanan yang asing bagi pasien dimana sebagian besar pasien tidak pernah memiliki pengalaman mengenai layanan radiografi konvensional (Basu dkk., 2011). Oleh sebab itu, pasien belum membentuk sebuah harapan dasar pada layanan radiografi konvensional yang diterimanya sehingga faktor internal seperti umur, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, tipe pekerjaan dan tingkat penghasilan tidak memilki hubungan dengan tingkat kepuasan pasien.

Karakteristik sosiodemografi yaitu jenis pembiayaan dengan asuransi kesehatan memiliki hubungan dengan perasaan puas pasien pada layanan radiografi konvensional. Analisis multivariat menunjukkan PR sebesar 2,35 yang berarti pasien dengan asuransi kesehatan memiliki peluang puas 2,35 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang membayar sendiri biaya layanan radiografi konvensionalnya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Napitupulu (1996) yang menyatakan bahwa pasien di RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur yang menggunakan asuransi Askes cenderung lebih puas bila dibandingkan dengan pasien umum.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Abdilah dan Ramdan (2004) yang menyatakan pasien umum cenderung lebih puas dibandingkan dengan pasien dengan asuransi kesehatan. Hasil yang sama juga diperoleh pada penelitian Nurkholiq (2011) di Kota Semarang yang menyatakan bahwa ada perbedaan tingkat kepuasan antara pasien umum dan pasien Askes yang memanfaatkan layanan dokter keluarga, dimana tingkat kepuasan pasien umum lebih tinggi bila dibandingkan pasien dengan Askes.

(26)

Seseorang pelanggan yang membayar untuk sebuah jasa akan cenderung lebih banyak menuntut atau mereka memiliki harapan yang lebih tinggi bahwa jasa yang dbeli memiliki kualitas yang baik (Tjiptono,2014). Dalam sebuah layanan kesehatan, seorang pasien yang membayar secara langsung layanan kesehatan yang diterimanya akan memiliki kecenderungan untuk lebih banyak menuntut pada layanan yang diterimanya sehingga kemungkinan untuk merasa kurang puas atau tidak puas akan semakin besar bila dibandingkan dengan pasien yang menerima layanan secara gartis atau membayar lebih murah. Keadaan sakit merupakan sesuatu yang tidak pasti (uncertainty), tidak teratur dan mungkin jarang terjadi. Tetapi bila peristiwa tersebut benar-benar terjadi, implikasi biaya pengobatan dapat demikian besar dan membebani ekonomi rumah tangga. Kejadian sakit yang mengakibatkan bencana ekonomi bagi pasien atau keluarganya biasa disebut catastrophic illness (Murti B., 2000). Hal ini dapat menyebabkan suatu kekhawatiran dalam diri pasien sehingga mempengaruhi tingkat kepuasannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk penyedia layanan radiografi konvensional tidak berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Irlandia (Casserley-Feeney dkk. , 2008), Pakistan (Khattak , 2012), Nigeria (Odebiyi dkk., 2009), Malaysia (Yunus dkk. , 2004) serta di Thailand (Khunwuthikorn , 2011) yang menyatakan bahwa pasien lebih puas pada layanan yang diberikan sektor swasta dibandingkan milik pemerintah. Hasil penelitian yang menyatakan sebaliknya (kepuasan pada layanan sektor milik pemerintah lebih tinggi dibandingkan sektor swasta) ditemukan pada

(27)

penelitian yang dilakukan Bleich dkk., (2009) di 21 negara Eropa. Hasil penelitian ini mendukung hasil survei yang dilakukan oleh BPJS yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan pasien pada fasilitas kesehatan swasta maupun pemerintah atau dapat diartikan bahwa kualitas layanan yang diberikan oleh sektor swasta maupun pemerintah tiak berbeda secara signifikan (BPJS,2015). Hasil penelitian di Inggris menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara status kepemilikan penyedia layanan dengan kualitas layanan yang dipersepsikan pasien (Perotin dkk., 2013).

Ada beberapa alasan mengapa tingkat kepuasan dapat berbeda antara berbagai bentuk penyedia layanan. Alasan tersebut antara lain ekspetasi pasien (Calnan , 1988), aspek layanan dokter dan paramedis yang berbeda (Moret dkk. , 2008), citra impersonal (Yunus dkk., 2004) dan efisien (Kleinjan , 2013). Namun seluruh alasan itu bukanlah karakteristik dari layanan radiografi konvensional. Seperti yang telah dinyatakan di atas bahwa pasien tidak memiliki gambaran yang jelas akan harapan yang mereka miliki pada layanan radiografi konvensional yang mereka inginkan. Hal ini disebabkan oleh pengalaman mereka pada layanan radiografi konvensional sangat minimal atau tidak ada sama sekali sehingga layanan radiografi konvensional adalah sebuah layanan yang asing bagi pasien. Dalam hal aspek layanan dokter, layanan radiografi konvensional tidak memungkinkan adanya interaksi antara dokter dan pasien dan hal ini terjadi pada semua bentuk penyedia layanan radiografi konvensional. Rumah sakit dikenal dengan citra impersonal yang tidak memungkinkan pasien memilih sendiri dokter secara personal, namun dalam layanan radiografi sebagian besar pasien tidak

(28)

diberikan kebebasan dalam memilih dokter radiologi atau layanan radiografi konvensional yang diinginkan. Pilihan umumnya dibuat oleh pihak asuransi ataupun dokter di poliklinik. Dari segi efisiensi, masing-masing bentuk penyedia layanan memiliki kelebihan dan kekurangan. Bila dilihat dari alur layanan, klinik swasta lebih efisien karena alur layanan yang lebih sederhana. Namun bila dilihat dari sisi kemudahan akses, bentuk rumah sakit baik itu pemerintah maupun swasta memiliki keunggulan karena berada dalam satu gedung yang tidak terpisah dari poliklinik rawat jalan. Berbagai karakteristik layanan radiografi konvensional tersebut dapat menjadi alasan mengapa tidak ada hubungan antara bentuk penyedia layanan dengan tingkat kepuasan pasien pada layanan radiografi konvensional pada RS milik pemerintah, RS swasta dan klinik radiologi swasta di Kota Denpasar.

Berdasarkan analisis bivariat, terdapat hubungan antara domain penghargaan dengan tingkat kepuasan. Namun pada analisis multivariat ditemukan tidak ada hubungan yang bermakna antara domain penghargaan dengan tingkat kepuasan pasien pada layanan radiografi konvensional di tiga penyedia di Kota Denpasar. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian (Bleich et al. 2009) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara domain penghargaan dengan tingkat kepuasan pasien. Penelitian Joffe, M Manocchia, J C Weeks (2003 ) menyatakan bahwa pasien yang dilayani dengan penghargaan dan bermartabat akan 3,5 kali berpeluang untuk datang kembali.

Hasil penelitian Beach dan Duggan ( 2005) menyebutkan bahwa domain penghargaan berhubungan dengan kepuasan hanya pada kelompok minoritas,

(29)

sedangkan pada kelompok mayoritas tidak ditemukan adanya hubungan antara penghargaan dan tingkat kepuasan. Pasien yang berasal dari kaum minoritas umumnya memiliki harapan yang tinggi untuk memperoleh layanan yang menghargai martabatnya diakibatkan pengalamannya yang sering mendapatkan diskriminasi (Saha dkk., 2003). Namun hal ini nampaknya tidak terjadi di Kota Denpasar dimana kaum mayoritas memiliki rasa toleransi yang tinggi pada kaum minoritas dimana ada sejarah hubungan yang panjang antara kaum mayoritas dan minoritas.

Berdasarkan analisis bivariat, terdapat hubungan antara domain kerahasian informasi dengan tingkat kepuasan. Namun pada analisis multivariat ditemukan tidak ada hubungan yang bermakna antara domain kerahasian informasi dengan tingkat kepuasan pasien pada layanan radiografi konvensional di tiga penyedia di Kota Denpasar. hasil penelitian Bleich et al. (2009) di 21 negara Eropa memiliki nilai p sebesar 0,05 artinya tidak ada hubungan antara kerahasian informasi dengan tingkat kepuasan pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati tahun 2014 juga memperkuat hasil penelitian ini. Pasien seringkali tidak peduli atau menganggap remeh kerahasian informasi sehingga mereka tidak memiliki suatu gambaran harapan tentang bagaimana penyedia layanan seharusnya menjaga kerahasian informasinya (Sankar et al., 2003). Ketiadaan akan harapan atau menganggap remeh kerahasian informasi tentu akan membuat pasien tidak menganggap penting kerahasian informasi dalam hubungan dengan tingkat kepuasaannya.

(30)

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa domain perhatian dengan kategori baik memiliki hubungan bermakna dengan pasien yang merasa puas. PR menunjukkan nilai 3,87 artinya pasien yang memilki domain perhartian dalam kategori baik akan berpeluang 3,9 kali lebih besar untuk merasa puas dibandingkan dengan pasien dengan domain perhatian yang tidak baik. Hasil ini sejalan dengan penelitian oleh Bleich dkk. (2009) dan Nurhayati (2014) yang menyatakan ada hubungan antara domain perhatian dengan tingkat kepuasan pasien.

Dalam domain perhatian ada komponen akses dan waktu tunggu. Kecepatan layanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien (Tjiptono ,2014). Kecepatan merupakan salah satu indikator dalam kualitas layanan dan standar minimal layanan radiografi konvensional. Ketika seseorang sakit, maka kecepatan penegakan diagnosa dan kecepatan perawatan merupakan hal yang sangat diharapkan. Oleh karena itu penegakan diagnosa yang cepat akan mempengaruhi tingkat kepuasan pasien.

Domain kualitas sarana prasarana memiliki hubungan dengan tingkat kepuasan pasien. Dari hasil analisis multivariat didapatkan PR sebesar 3,88 yang berarti pasien yang mengalami domain kualitas sarana prasarana dalam kategori baik memiliki peluang puas 3,88 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang mengalami domain kualitas sarana prasaranadengan kategori tidak baik dan hubungan tersebut bermakna secara statistik dengan nilai 95% CI 1,66 - 11,13 . Hasil ini sesuai dengan penelitian Bleich dkk.( 2009) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara domain kualitas sarana prasarana dengan tingkat kepuasan di 21

(31)

negara Eropa. Penelitian oleh Nurhayati (2014.) di Puskesmas Kota Tangerang juga menyatakan bahwa kenyamanan kualitas sarana prasarana memiliki hubungan dengan tingkat kepuasan pasien dan memiliki OR= 6.394 artinya pasien yang memperoleh domain kualitas sarana prasarana yang baik akan berpeluang 6,4 kali lebih besar untuk merasa puas dibandingkan pasien yang memilki domain kenyamanan sarana yang tidak baik.

Perasaan nyaman yang ditimbulkan oleh sarana prasarana yang baik adalah bagian penting dalam mengurangi rasa jenuh pasien saat mengggu layanan yang diberikan. Kenyamanan tersebut antara lain harus didukung oleh suhu ruangan yang sejuk dan nyaman, kondisi ruangan yang bersih termasuk toilet dan ketersedian tempat duduk yang mencukupi maupun fasilitas lainnya yang mendukung sehingga pasien tidak merasa jenuh saat menunggu.

Pada variabel komunikasi, kategori komunikasi yang tidak baik digunakan sebagai referensi. Dari hasil analisis multivariat didapatkan PR sebesar 8,03 yang berarti pasien yang mengalami domain komunikasi dalam kategori baik memiliki peluang puas 8 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang mengalami domain komunikasi dengan kategori tidak baik dan hubungan tersebut bermakna secara statistik dengan nilai 95% CI 2,20 - 29,31 dan nilai p = 0,002. Hasil ini sesuai dengan penelitian Bleich dkk (2009) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara domain komunikasi memiliki hubungan yang bermakna dengan tingkat kepuasan pasien (p = 0,011). Penelitian oleh Nurhayati (2014.) di Puskesmas Kota Tangerang juga menyatakan bahwa ada hubungan antara komunikasi dengan tingkat kepuasan pasien (p = 0,001).

(32)

Komunikasi memegang peranan penting dalam kepuasan pasien (Parra dkk., 2006). Komunikasi yang jelas berarti ada interaksi dua arah antara penyedia layanan dan pasien dimana petugas mendengarkan dengan seksama keluhan pasien dan memberikan pasien kesempatan untuk bertanya (Arianto, 2000). Layanan radiologi adalah sebuah layanan yang asing dan menakutkan bagi pasien, sehingga membangun interaksi yang nyaman akan sangat penting (Basu dkk., 2011). Selama ini, keahlian petugas radiologi dalam berkomunikasi dirasa masih kurang. Staf radiologi perlu mengubah metode komunikasi sehingga membuat pasien merasa nyaman. Komunikasi yang baik juga membantu pasien untuk mengurangi kecemasan saat menunggu hasil layanan sehingga menurunkan keluhan akan waktu tunggu (Alderson, 2000). Interaksi yang baik akan menciptakan kenyamanan bagi pasien dan keluarganya. Rasa nyaman tersebut akan membuat pasien merasa dihargai, diperhatikan dan dapat mengurangi kecemasan akan sesuatu yang tidak mereka ketahui yang pada akhirnya akan menimbulkan rasa puas dalam diri pasien.

6.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tentunya tidak luput dari keterbatasan, adapun keterbatasan penelitian aadalah dalam penentuan lokasi penelitian yang tidak memperhatikan stratifikasi penyedia layanan berdasarkan tipe dan kualitas layanan radiografi konvensional. Hal ini dikarenakan penelitian ini berfokus pada kasus yang terjadi di ketiga penyedia layanan yaitu tidak terpenuhinya standar sumber daya manusia (dr spesialis radiologi), kecenderungan penurunan jumlah kunjungan pasien rawat

(33)

jalan dan banyaknya keluhan pasien mengenai waktu tunggu layanan. Hasil penelitian ini didasarkan pada hasil yang diperoleh di ketiga penyedia layanan radiografi konvensional Kota Denpasar. Data yang diperoleh dalam penelitian ini didasarkan pada hasil wawancara dengan menggunkan kuesioner yang dikembangkan oleh WHO sehingga kemungkinan terdapat perbedaan pemahaman antara responden.

(34)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

1. Sebagian besar pasien puas pada layanan radiografi konvensional di RS milik pemerintah, RS swasta dan klinik radiologi swasta di Kota Denpasar. Tingkat kepuasan pasien rawat jalan secara umum pada layanan radiografi konvensional tertinggi di RS milik pemerintah dan terendah di RS swasta.

2. Variabel pembiayaan kesehatan memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat kepuasan pasien rawat jalan pada layanan radiografi konvensional di RS milik pemerintah, RS swasta dan klinik radiologi swasta Kota Denpasar. Karakteristik sosiodemografi lainnya seperti umur, jenis kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat penghasilan tidak berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien rawat jalan pada layanan radiografi konvensional di RS milik pemerintah, RS swasta dan klinik radiologi swasta Kota Denpasar.

3. Bentuk penyedia layanan radiografi konvensional tidak berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien rawat jalan pada layanan radiografi konvensional di RS milik pemerintah, RS swasta dan klinik radiologi swasta Kota Denpasar.

4. Domain pengalaman pasien yaitu perhatian, kualitas sarana prasarana dan komunikasi berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien rawat jalan

(35)

pada layanan radiografi konvensional di RS milik pemerintah, RS swasta dan klinik radiologi swasta Kota Denpasar.

5. Secara bersama-sama pada analisis multivariat, variabel yang berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien pada layanan radiografi konvensional di RS milik pemerintah, RS swasta dan klinik radiologi swasta di Kota Denpasar adalah komunikasi yang baik, kualitas sarana prasarana, perhatian yang baik dan pembiayaan dengan asuransi kesehatan.

7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan simpulan, maka dirumuskan saran sebagai berikut di bawah ini.

1. Bagi Penyedia Layanan Kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian, persentase tingkat kepuasan pasien pada layanan radiografi konvensional masih di bawah standar pelayanan minimal. Oleh sebab itu masing-masing penyedia layanan wajib memperhatikan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien rawat jalan pada layanan radiografi konvensional yaitu perhatian, kualitas sarana prasarana dan komunikasi.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Mengingat penelitian ini memiliki keterbatasan maka diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk mengadakan penelitian selanjutnya. Penelitian selanjutkan diharapkan dapat mengukur kepuasan pasien pada layanan radiografi konvensional dengan lebih memperhatikan

(36)

stratifikasi penyedia layanan seperti tipe maupun kualitas penyedia layanan. Kuesioner dalam penelitian ini diadaptasi dari kuesioner yang dikembangkan WHO, sehingga kemungkinan menimbulkan persepsi yang berbeda pada tiap-tiap responden. Oleh sebab itu, diperlukan perbaikan kuesioner yang lebih mudah dipahami oleh responden. Selain itu, pengukuran kepuasan sebaiknya dilakukan juga pada petugas maupun dokter pengirim sebagai pengguna layanan radiografi konvensional. Hal ini mengingat kepuasan pasien, kepuasan petugas dan kepuasan dokter pengirim merupakan hal yang saling terkait satu sama lain guna meningkatkan mutu layanan radiografi konvensional.

                 

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Abdilah, A.D. & Ramdan, M., 2004. Hubungan Karakteristik Pasien Dengan Kepuasan Pasien Rawat Jalan Di Puskesmas Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani, Pp.56–66.

Akhadi, M., 2000. Dasar-Dasar Proteksi Radiasi I., Jakarta: Rineka Cipta.

Alderson, P.O., 2000. Noninterpretive Skills for Customer Service and Satisfaction in Radiology. , (August), pp.319–323.

Arianto, 2000. KOMUNIKASI KESEHATAN (Komunikasi Antara Dokter Dan Pasien). , pp.1–13.

Arief, T., 2014. Jumlah Rumah Sakit Umum Diprediksi Tumbuh 10% Tahun Depan. Bisnis Indonesia, p.Front Page. Available at: RS/Jumlah Rumah Sakit Umum Diprediksi Tumbuh 10% Tahun Depan Industri - Bisnis.com.html.

Avis, M., Bond, M. & Arthur, A., 1995. Exploring patient satisfaction with out-patient services. Journal of nursing management, 3(2), pp.59–65. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/7735651 [Accessed January 6, 2014].

Basu, P.A. et al., 2011. Creating a Patient-Centered Imaging Service: Determining What Patients Want. AJR, 196(March), pp.20–25.

Beach, M.C. & Duggan, P.S., 2005. Receipt of Preventive Care ? ANNALS OF FAMILY MEDICINE, 03(4), pp.331–338. Available at: WWW.ANNFAMMED.ORG.

Beattie, P.F. et al., 2002. Patient satisfaction with outpatient physical therapy: instrument validation. Physical therapy, 82(6), pp.557–65. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12036397 [Accessed January 6, 2014]. Bleich, S.N., Özaltin, E. & Murray, C.J., 2009. How does satisfaction with the

health-care system relate to patient experience? Bulletin of the World Health

Organization, 87(4), pp.271–278. Available at:

http://www.scielosp.org/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S0042-96862009000400012&lng=en&nrm=iso&tlng=pt [Accessed October 24, 2013].

Bontrager, K.L. & Lampignano, J.P., 2011. Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy Eight Edit., Missouri: Elsevier Mosby.

(38)

Bowling, A. et al., 2012. The measurement of patients’ expectations for health care: a review and psychometric testing of a measure of patients’ expectations. Health Technology Assessment, 16(30). Available at: http://www.journalslibrary.nihr.ac.uk/__data/assets/pdf_file/0008/64763/Full Report-hta16300.pdf [Accessed November 23, 2014].

BPJS, 2015. Indeks Kepuasan Peserta dan Faskes terhadap BPJS Kesehatan Sukses Lampaui Target, Jakarta.

Calnan, M., 1988. Toward A Conceptual Framework Of Lay Evaluation Of Healthcare. Social science & medicine, 27, pp.927–933.

Casserley-Feeney, S.N. et al., 2008. Patient satisfaction with private physiotherapy for musculoskeletal pain. BMC musculoskeletal disorders, 9,

p.50. Available at: http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=2359748&tool=p

mcentrez&rendertype=abstract [Accessed January 6, 2014].

Cheung, C.S.K. et al., 2009. Contributors to surgical in-patient satisfaction--development and reliability of a targeted instrument. Asian journal of surgery / Asian Surgical Association, 32(3), pp.143–50. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19656753 [Accessed January 6, 2014]. Dinas Kesehatan Provinsi, 2012. 6, Provinsi Bali.

Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, 2013. Dire, Jakarta.

Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, 2014. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan12014, Jakarta.

Goldstein, M.S., Elliott, S.D. & Guccione, A.A., 2000. The development of an instrument to measure satisfaction with physical therapy. Physical therapy,

80(9), pp.853–63. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10960933 [Accessed January 6, 2014].

Greenslade, J.H. & Jimmieson, N.L., 2011. Organizational factors impacting on patient satisfaction: a cross sectional examination of service climate and linkages to nurses’ effort and performance. International journal of nursing

studies, 48(10), pp.1188–98. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21592476 [Accessed January 6, 2014].

Gunderman, R.B. et al., 2001. Patient Communication : What to Teach Radiology Residents. , (July), pp.41–43.

Hort, K. et al., 2011. The Growth of Non-State Hospitals in Indonesia : Implications for policy and regulatory options, Melbourne.

(39)

Jackson, J., Chamberlin, J. & Kroenke, K., 2001. Predictors of patient satisfaction.

Social science & medicine. Available at: http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0277953600001647

[Accessed September 24, 2013].

Jenkinson, C. et al., 2002. Patients’ experiences and satisfaction with health care: results of a questionnaire study of specific aspects of care. Quality & safety in health care, 11(4), pp.335–9. Available at: http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=1757991&tool=p mcentrez&rendertype=abstract.

Jenkinson, C. & Coulter, A., 2002. Patients’ experiences and satisfaction with health care: results of a questionnaire study of specific aspects of care.

Quality and Safety …. Available at:

http://qualitysafety.bmj.com/content/11/4/335.short [Accessed September 24, 2013].

Kalda, R., Põlluste, K. & Lember, M., 2003. Patient satisfaction with care is associated with personal choice of physician. Health policy (Amsterdam,

Netherlands), 64(1), pp.55–62. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12644328 [Accessed January 6, 2014].

Karim, F.M., 2014. Perbedaan Tingkat Kepuasan Pasien Menggunakan Metode HCAHPS Di Rumah Sakit Swasta dan Rumah Sakit Negeri Di DIY. Universitas Muhammadiah Yogjakarta. Available at: http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t34256.pdf.

Kementerian Kesehatan RI, Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional, Available at: http://www.depkes.go.id/resources/download/jkn/buku-pegangan-sosialisasi-jkn.pdf [Accessed October 13, 2014].

Kementerian Kesehatan RI, 2008. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 1014 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi-Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan.

Kesehatan, M. & Indonesia, R., 2008. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1014/MENKES/SK/XI/2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN RADIOLOGI DIAGNOSTIK DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN, Indonesia.

Khattak, D., 2012. v04-n05-32.pdf (application/pdf Object). International Journal of Collaborative Research on Internal Medicine and Public Health. Available at: http://www.iomcworld.com/ijcrimph/files/v04-n05-32.pdf [Accessed December 23, 2013].

(40)

Khunwuthikorn, K., 2011. A Comparative Study of Service Quality and Outpatient Satisfaction between Public and Private Hospitals in Bangkok, Thailand. BANGKOK UNIVERSITY RESEARCH CONFERENCE, pp.378– 391. Available at: file:///C:/Users/User/Downloads/bu01.pdf [Accessed October 12, 2014].

Kincey, J., Bradshaw, P. & Ley, P., 1975. Patients’ satisfaction and reported acceptance of advice in general practice. The Journal of the Royal College of General Practitioners, 25(157), pp.558–66. Available at: http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=2157721&tool=p mcentrez&rendertype=abstract [Accessed January 12, 2015].

Kleinjan, E.M., 2013. Perceived Patient Satisfaction With Treatment Of Back Problem. Mycotoxin research, 6(2), p.100. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21365933.

Kotler, P. & Keller, K., 2009. Manajemen Pemasaran XIII Jilid., Jakarta: Erlangga.

Lang, E. V et al., 2013. Understanding patient satisfaction ratings for radiology services. AJR. American journal of roentgenology, 201(6), pp.1190–5; quiz

1196. Available at: http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=4427188&tool=p

mcentrez&rendertype=abstract [Accessed May 25, 2015].

Letkovicova, H. et al., 2005. The Health Systems Responsiveness Analytical Guidelines for Surveys in the Multi - country Survey Study. , pp.9–24.

Lubis, A. & Martin, 2009. Pengaruh Harga ( Price ) Dan Kualitas Pelayanan ( Service Quality ) Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Di RSU Deli Medan. Jmb, Januari, Pp.21–24.

May, S.J., 2001. Patient Satisfaction with Management of Back Pain Main.

Physiotherapy, 87(1), pp.4–20. Available at:

http://www.physiotherapyjournal.com/article/S0031-9406(05)61186-8/abstract [Accessed January 6, 2014].

Merkouris, A., Papathanassoglou, E.D.E. & Lemonidou, C., 2004. Evaluation of patient satisfaction with nursing care: quantitative or qualitative approach? International journal of nursing studies, 41(4), pp.355–67. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15050847 [Accessed January 6, 2014]. Moret, L. et al., 2008. Medical information delivered to patients: discrepancies

concerning roles as perceived by physicians and nurses set against patient satisfaction. Patient education and counseling, 70(1), pp.94–101. Available

(41)

at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17988822 [Accessed January 6, 2014].

Napitupulu, R., 1996. Kepuasan pasien terhadap proses pelayanan rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo-Jakarta Timur : studi banding pasien Askes dan Non Askes. Universitas Indonesia. Available at: http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=80155&lokasi=lokal.

Naradipa, D.A.M., 2014. Dilema RS Swasta di Era JKN. Pos Bali. Available at: http://posbali.com/selamat-datang-bpjs-kesehatan/ [Accessed October 13, 2014].

Naseer, M., 2012. Determinants of patient ’ s satisfaction with health care system in Pakistan : a critical review. , 2(June).

Naseer, M., Zahidie, A., Shaikh, B. T. (2012). Pakistan Journal of Public Health, 2(2), 52-61., Determinants of customer satisfaction with hospitals: a managerial model: International Journal of Health Care Quality Assurance:

Vol 11, No 6. Available at: http://www.emeraldinsight.com/doi/abs/10.1108/09526869810231541

[Accessed October 12, 2014].

Notoatmodjo, S., 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat Cetakan Ke., Jakarta: Rineka Cipta.

Nurhayati, 2014. Faktor Responsiveness terhadap Kepuasan Pasien di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Jurnal Health Quality V, Vol. 4(No. 2), p.Hal. 77 – 141.

Nurkholiq, S., 2011. Perbandingan Tingkat Kepuasan Pasien Umum Dengan Pengguna Kartu ASKES Di Pelayanan Dokter Keluarga PT. ASKES. Universitas Diponogoro.

Odebiyi, D.O. et al., 2009. Comparison of patients’ satisfaction with physiotherapy care in private and public hospitals.(Research Papers)(Survey)(Clinical report). Journal of the Nigeria Society of Physiotherapy. Available at: http://www.highbeam.com/doc/1G1-234936307.html [Accessed January 6, 2014].

Of, R.T.R.C., 2012. Investing in the Clinical Radiology Workforce – The Quality and Efficiency Case,

Ofir, C. & Simonson, I., 2001. In Search of Negative Customer Feedback: The Effect of Expecting to Evaluate on Satisfaction Evaluations. Journal of Marketing Research, 38(2), pp.170–182. Available at:

(42)

http://journals.ama.org/doi/abs/10.1509/jmkr.38.2.170.18841 [Accessed October 12, 2014].

Padma, P., Rajendran, C., & Prakash, S.L., 2009. A conceptual framework of service quality in healthcare: A conceptual framework of service quality in healthcare: Benchmarking: An International Journal: Vol 16, No 2. International Journal, 16(2), pp.157–191. Available at: http://www.emeraldinsight.com/doi/abs/10.1108/14635770910948213

[Accessed October 12, 2014].

Parra, S.O., Erturk, S.M. & Ros, P.R., 2006. Survey of the Use of Quality Indicators In Academic Radiology Departments. AJR, (November), pp.451– 455. Available at: www.ajronline.org.

Rasad, S., 2011. Radiologi Diagnostik II. I. Ekayuda, ed., Jakarta: Badan Penerbit FKUI, Jakarta.

Robinson, J.D. & Heritage, J., 2006. Physicians’ opening questions and patients' satisfaction. Patient education and counseling, 60(3), pp.279–85. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16431070 [Accessed January 6, 2014].

S Joffe, M Manocchia, J C Weeks, P.D.C., 2003. What do patients value in their hospital care ? An empirical perspective on autonomy centred bioethics. J Med Ethics, pp.103–108. Available at: www.jmedethics.com.

Saha, S., Arbelaez, J.J. & Cooper, L.A., 2003. Patient – Physician Relationships and Racial Disparities in the Quality of Health Care. , 93(10), pp.1713–1719. Salazar, G., Quencer, K. & Aran, S., 2013. Patient Satisfaction in Radiology: A

Qualitative Analysis | RadVoice. Journal of the American College of Radiology, 10(07), pp.513–517. Available at:

https://radvoice.intelerad.com/premium-content/patient-satisfaction-radiology-qualitative-analysis [Accessed February 23, 2015].

Sankar, P. et al., 2003. Patient Perspectives on Medical Confidentiality. J Gen Intern Med, 18(Agustus).

Sastroasmoro, S. & Ismael, S., 2011. Dasar Dasar Metodologi Penelitian Klinis Ke-4th ed., Jakarta: Sagung Seto.

Sitzia, J. & Wood, N., 1997. Patient satisfaction: a review of issues and concepts. Social science & medicine (1982), 45(12), pp.1829–43. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9447632 [Accessed January 6, 2014].

(43)

Suryawati, C., 2004. KEPUASAN PASIEN RUMAH SAKIT TINJAUAN TEORITIS DAN PENERAPANNYA PADA PENELITIAN. JMPK, 07(04). Szysmanski, D.M. & Henard, D.H., 2001. Customer Satisfaction : A

Meta-Analysis of The Empirical Evidence. Journal Of The Academy Of Markerting Science, 29(No 1), pp.16–35. Available at: http://davidhenard.com/Landing_Page/CV_Bio_Research_files/Szymanski & Henard 2001.pdf [Accessed October 12, 2014].

Tjiptono, F., 2014. Pemasaran Jasa-Prinsip, Penerapan dan Penelitian Ed.I., Yogjakarta: Andi Yogjakarta.

Ware, J.E. et al., 1983. Defining and measuring patient satisfaction with medical care. Evaluation and program planning, 6(3-4), pp.247–63. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10267253 [Accessed January 6, 2014]. Wong, E.L.Y. et al., 2011. A population-based survey using PPE-15: relationship

of care aspects to patient satisfaction in Hong Kong. International journal for quality in health care : journal of the International Society for Quality in Health Care / ISQua, 23(4), pp.390–6. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21715558 [Accessed October 24, 2013].

Yunus, M. et al., 2004. Patient Satisfaction : A Comparison Between Goverment And Private Clinics In Mukim Labu, Sepang, Selangor. Malaysian Journal Of Public Health Medicine, 4(2), pp.6–11. Available at: www.mjphm.org.my/mjphm/journals/.../6-11.pdf.

(44)

   

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI

DALAM PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

NASKAH PENJELASAN

Responden Yang Terhormat,

Saya Cokorda Istri Ariwidyastuti ingin mewawancarai anda tentang tingkat

kepuasan anda terhadap layanan Rontgen yang diberikan. Survei ini merupakan

bagian dari penelitian saya sebagai mahasiswa Magister Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Udayana. Survei ini dilakukan di tiga penyedia layanan

Rontgen di Kota Denpasar.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

tingkat kepuasan pasien terhadap layanan Rontgen dan faktor-faktor yang

berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien terhadap layanan rontgen sehingga

dapat diketahui bentuk layanan yang diinginkan oleh pasien

Manfaat yang akan anda peroleh adalah secara tidak langsung akan

membantu untuk meningkatkan mutu pelayanan Rontgen sehingga pada akhirnya

anda akan ikut merasakan layanan Rontgen yang memenuhi harapan anda. Oleh

karena itu, saya mohon keikutsertaan anda dalam penelitian ini. Keikutsertaan

dalam penelitian ini bersifat sukarela, dijamin kerahasiaannya dan anda berhak

untuk keluar atau mundur kapan pun bila menginginkannya. Kami akan

menghormati keputusan tersebut.

Informasi yang anda berikan hanya digunakan untuk memahami tingkat

kepuasan yang dirasakan oleh pasien terhadap layanan Rontgen dan faktor-faktor

yang berhubungan dengan tingkat kepuasan tersebut sehingga dapat diketahui

bentuk layanan Rontgen yang dapat memenuhi kebutuhan anda.

Wawancara ini akan memakan waktu ± selama 25 menit dan terdiri dari

berbagai pertanyaan tentang :

detail data pribadi anda,

(45)

   

layanan rontgen yang anda gunakan dan seberapa puas anda terhadap layanan

yang anda terima..

Informasi yang anda berikan akan dijaga kerahasiaanya dan tidak akan

dibuka ke siapa pun. Informasi dari anda hanya akan digunakan untuk

kepentingan penelitian. Informasi yang anda berikan tidak akan mempengaruhi

layanan Rontgen yang diberikan kepada anda. Nama anda, alamat dan informasi

personal lainnya akan dihilangkan dari kuesioner dan diganti dengan kode yang

akan menghubungkan nama anda dengan jawaban anda. Saya mungkin akan

menghubungi anda lagi jika dibutuhkan untuk melengkapi informasi yang

dibutuhkan.

Partisipasi anda bersifat sukarela dan anda hanya akan dilibatkan dalam

survei setelah anda setuju dilibatkan dalam survei ini. Anda berhak untuk menolak

menjawab beberapa pertanyaan yang ada dalam survei ini. Jika anda memiliki

pertanyaan tentang survei ini anda bisa menghubungi saya di nomer

081325241845 atau email

cok_ariwidy@yahoo.com

atau anda juga bisa

menghubungi Unit Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar, Jl. P.Serangan Denpasar Bali

(80114) Telp. (0361) 244534.

Apabila anda menandatangani surat persetujuan ini mengindikasikan anda

mengerti tentang apa yang saya harapkan dari anda dan anda bersedia untuk

berpartisipasi dalam survei ini.

Dibaca oleh responden [ ] Pewawancara [ ]

Setuju [ ] Menolak [ ]

Gambar

Tabel 5.1 Karakteristik Sosio-Demografi Responden
Tabel 5.2 menyajikan ke enam domain pengalaman responden setelah  menerima layanan radiografi konvensional di ketiga penyedia layanan
Tabel 5.7 Uji Goodness of Fit Test Dengan Hosmer dan Lemeshow
Tabel 5.10  Model Summary Tahap II
+2

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

pascavitrifikasi, morfologi oosit yang mati pada oosit yang divitrifikasi dengan penambahan 0,5 M sukrosa pada media vitrifikasi didominasi oleh zona pelusida yang fraktur

Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Klasik. Menurut Klasik tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga tinggi pula keinginan

Menjadi organisasi belajar adalah hal lain, strategi yang relatif baru yang digunakan beberapa rumah sakit untuk meningkatkannya kinerja (Soklaridis, 2014). Rumah sakit swasta

Hasil ini serupa dengan studi kasus yang dilakukan oleh Marthajaya (2011) pada keluarga balita di wilayah Puskesmas Baru Ulu, Kecamatan Balikpapan Barat, Kalimantan

Oleh karena itu menunut peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “Pengaruh Pelatihan Perawat Terhadap Produktivitas Kerja pada Rumah Sakit

Berdasarkan temuan di lapangan melalui survei terhadap sampel yang terdiri atas 400 guru kelas IV dan V serta 1200 grup peserta didik dari 10 UPT yang ada di lima

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu: (1) untuk mengoptimalkan kemampuan melompat, guru menjelaskan langkah-langkah permainan secara berurutan

Dalam beberapa kasus terjadi penggunaan alat tangkap illegal (illegal fishing) dikalangan nelayan yang merupakan tindakan merusak biota laut dan terumbu karang (Ahdan, 2012).