• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Jenis Musik dan Volume Suara terhadap Situational Awareness Pengemudi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Jenis Musik dan Volume Suara terhadap Situational Awareness Pengemudi"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Jenis Musik dan Volume Suara

terhadap

Situational Awareness

Pengemudi

Rini Dharmastiti(1), Akmal Fatah Fainusa(2) (1), (2)

Departemen Teknik Mesin dan Industi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika 2 Yogyakarta 55281

(1)

rini@ugm.ac.id

ABSTRAK

Mendengarkan musik sambil mengendarai mobil merupakan aktivitas yang sudah umum dilakukan. Jenis musik yang didengar dan besarnya volume suara musik tersebut dapat memberikan pengaruh kepada pengemudi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis musik dan tingkat volume suara terhadap situational awareness pengemudi.

Penelitian ini menggunakan responden sebanyak 15 orang laki-laki dan 15 orang perempuan yang sudah mempunyai pengalaman mengemudi dan mempunyai SIM A, lebih dari satu tahun. City Car Driving Simulator digunakan sebagai alat untuk mensimulasikan kondisi mengemudi. Jenis musik yang digunakan dalam penelitian ini adalah musik klasik dan musik rock. Variasi tingkat voulume suara yang digunakan yaitu pada tingkat 55-65 dBA dan 75-80 dBA. Penilaian situational awareness dilakukan dengan menggunakan kuesioner SAGAT (Situational Awareness Globat Assessment Technique).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada nilai situational awareness tingkat satu dan tingkat dua, faktor yang berpengaruh secara signifikan adalah jenis musik, sedangkan perbedaan tingkat volume suara dan jenis kelamin tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Pada nilai situational awareness tingkat tiga, baik faktor jenis musik, perbedaan tingkat volume suara dan jenis kelamin tidak memberikan perbedaan yang signifikan. Selanjutnya pada nilai situational awareness keseluruhan diketahui bahwa faktor jenis musik merupakan faktor yang berpengaruh secara signifikan.

Kata kunciJenis musik, tingkat suara musik, situational awareness.

I. PENDAHULUAN

Kecelakaan lalu lintas saat mengemudi cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sabey dalam Hadiyan (2014) menyebutkan bahwa sebesar 65% kecelakaan disebabkan oleh faktor kesalahan manusia. Faktor tersebut pada umumnya disebabkan karena aktivitas sekunder selama berkendara. Survei yang telah dilakukan oleh Dibben dan Williamson (2007) di Inggris dan Wales, diketahui bahwa untuk usia 19-24 tahun hanya 3% pengendara mobil yang diam tanpa melakukan aktivitas berbicara atau mendengarkan. Selebihnya pengendara melakukan aktivitas mendengarkan musik radio (33%), CD/tape (32%), berbicara (21%), lainnya (11%). Bellinger (2008) menyebutkan bahwa terdapat empat jenis gangguan saat mengendarai kendaraan, yaitu gangguan visual, auditory, biomechanical, dan cognitive. Pendapat ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa hasil survai Dibben dan Williamson (2007) tersebut merupakan aktivitas yang memicu gangguan auditory.

Mendengarkan musik sambil mengendarai mobil merupakan aktivitas wajar. Mendengarkan musik saat mengendarai mobil akan memberikan efek positif dan efek negatif. Menurut Dibben dan Williamson (2007) serta Zwaag et al. (2011), mendengarkan musik akan mengurangi kebosanan dan memberi efek relaksasi, sedangkan efek negatif dari musik selama mengendarai mobil adalah dapat menyebabkan penurunan atensi dan performansi mengemudi. Dalton dan Behm (2007) menyebutkan bahwa musik di dalam mobil dapat mempengaruhi driver stress, subjective anxiety, relaksasi, dan persepsi terhadap kecepatan.

Terdapat tiga aspek dalam musik yang dikaitkan dengan efek distraksi, yaitu tempo (Dibben dan Williamson, 2007; Pêcher et al., 2009; Brodsky, 2002; Ünal, 2013; Dalton dan

(2)

Behm, 2007), genre (Bottiroli, 2014; Dalton dan Behm, 2007), dan loudness (Ünal, 2013; Dalton dan Behm, 2007). Tempo musik yang cepat cenderung akan memicu terjadinya insiden bila dibandingkan dengan tempo sedang atau lambat. Tempo musik yang cepat akan mempengaruhi persepsi terhadap waktu dan kecepatan. Selain itu tempo cepat dan ritme yang kuat dianggap akan mengaktifkan saraf simpatetik dan akan meningkatkan performansi. Sedangkan musik tempo lambat dan ritme yang lemah akan mengaktifkan sistem saraf parasimpatetik sehingga memicu relaksasi. Genre musik juga memiliki pengaruh yang berbeda-beda. Genre musik rock cenderung dikorelasikan dengan kebiasaan negatif, reckless driving, dan traffic violation. Sebaliknya, genre musik klasik akan memberikan efek menenangkan dan relaksasi bagi pendengarnya. Tingkatan loudness akan mempengaruhi kenyamanan selama berkendara. Volume musik akan mempengaruhi waktu reaksi. Hal ini dinyatakan oleh Ünal (2012) bahwa dalam penelitiannya intensitas loudness 75 dBA mempunyai waktu reaksi yang lebih cepat bila dibanding 95 dBA.

Dari penjelasan tersebut, dijelaskan bahwa musik dapat mempengaruhi performansi kognitif seseorang. Tauhid (2013) telah meneliti mengenai pengaruh musik pop dengan intensitas yang berbeda terhadap situational awareness, sedangkan Afifah (2015) telah meneliti pengaruh musik tradisional jawa terhadap situational awareness saat mengemudi. Dalam penelitian-penelitian tersebut terlihat bahwa musik yang digunakan hanya satu jenis. Oleh sebab itu perlu untuk diadakan penelitian mengenai pengaruh perbedaan jenis music (klasik dan rock) dan intensitas volume terhadap situational awareness dan saat mengemudi.

II. METODE PENELITIAN

Responden dalam penelitian ini berjumlah 30 orang yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 15 orang perempuan, dengan rentang usia 18–24 tahun. Semua responden mampu mengendarai mobil dengan baik, telah memiliki SIM A, dan mempunyai pengalaman mengendarai mobil secara legal minimal satu tahun. Responden laki-laki mempunyai rata-rata usia 21.03±1.04 tahun dan rata-rata pengalaman mengemudi secara legal selama 3.93±1.62 tahun. Pada responden perempuan, rata-rata usianya adalah 20.8±0.86 tahun dengan rata-rata pengalaman mengemudi secara legal selama 2.73±1.03 tahun. Situational awareness (tingkat satu, tingkat dua, dan tingkat tiga) merupakan variable tidak bebas, sedangkan variabel independen adalah perlakuan jenis musik, intensitas volume, dan jenis kelamin. Jenis musik yang digunakan yaitu musik klasik instrumental karya Mozart dan musik rock karya band Avanged Sevenfold. Intensitas volume yang digunakan yaitu 55-60 dBA dan 75-80 dBA. Sebagai kontrol dilakukan pengujian mengendarai tanpa menggunakan musik. Pemilihan decibel rendah 55-60 dBA karena pada intensitas tersebut masih masuk dalam kategori nyaman untuk didengarkan, sedangkan pemilihan 75-80 dBA karena pada tingkat ini suara yang terdengar sudah cukup keras dan dirasa cukup menganggu (noise). City car driving simulator merupakan sebuah software yang digunakan untuk melakukan simulasi berkendara. Software ini dapat diatur situasi dan kondisinya sesuai dengan faktor yang akan diteliti. Dengan software ini, responden diminta untuk melakukan simulasi menyetir dengan kondisi yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini personal computer (PC) digunakan untuk menjalankan program City Car Driving Simulator, Windows Media Player, Bandicam, SPSS, Microsoft Word, dan Microsoft Excel. PC Steering Wheel berfungsi sebagai kendali arah jalannya mobil, sedangkan pedals controller berfungsi untuk menambah dan mengurangi kecepatan. Program Windows Media Player digunakan untuk memutar musik. Speaker berfungsi untuk memunculkan suara musik maupun efek audio saat simulasi berlangsung. Bandicam merupakan software yang digunakan untuk merekam saat simulasi berlangsung. Kuesioner berfungsi untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan situational awareness (tingkat satu, tingkat dua, dan tingkat tiga). Penelitian ini menggunakan kuesioner situational awareness yang dibuat oleh Gozali (2013).

Sound Pressure Tingkat

(SPL)

digunakan untuk mengukur tingkat intensitas volume agar sesuai dengan intensitas yang

diinginkan selama simulasi berlangsung. Musik yang digunakan dalam penelitian ini adalah musik yang paling disukai oleh responden. Dari lembar kuesioner pra eksperimen tersebut, didapatkan musik yang dipakai dalam penelitian ini adalah musik klasik dengan judul Rondo alla Turca karangan Mozart dengan tempo 2.85 kbpm dan musik rock berjudul Afterlife milik grup musik Avanged Sevenfold dengan tempo 2.5 kbpm. Pada sesi ekperimen, responden diminta

(3)

untuk mengerjakan task dengan sungguh-sungguh sebagaimana berkendara di jalan raya semestinya. Tingkat traffic dalam simulasi ini diatur dengan presentase 70% dan tingkat pejalan kaki dengan presentase 60%. Setiap responden diminta untuk melakukan simulasi sebanyak lima kali yang dibagi menjadi dua sesi. Kondisi perlakuan dalam penelitian ini adalah tanpa musik, musik klasik instrumental dengan intensitas volume 55-60 dBA, dengan intensitas volume 75-80 dBA, musik rock dengan intensitas volume 55-60 dBA dan dengan intensitas volume 75-80 dBA. Urutan responden selama simulasi dipilih secara acak agar tidak terjadi bias dan effect learning. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan task berkisar antara 15–20 menit untuk setiap perlakuan. Hal ini dilakukan agar eksperimen tidak terlalu lama. Selama ekperimen akan dikumpulkan data mengenai situational awareness (tingkat satu, tingkat dua, dan tingkat tiga) dari repsonden saat berkendara. hal ini dilkukan dengan membagikan kuesioner kepada responden. Prosedur pembagian kuesioner dilakukan setelah eksperimen berjalan lima hingga delapan menit. Pada saat pembagian dan pengisian kuesioner, simulator diatur dalam kondisi freeze. Setelah pengisian kuesioner selesai, maka simulator dijalankan lagi hingga responden menyelesaikan tugasnya.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Nilai situational awareness keseluruhan merupakan nilai rata-rata dari SA tingkat 1, 2, dan 3. Dalam penelitian ini, pembahasan mengenai signifikansi perbedaan antar perlakuan menggunakan nilai situational awareness total. Hal ini dikarenakan situational awareness merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keselamatan, sehingga nilai situational awareness dianggap sebagai satu kesatuan.

Gambar 1. Nilai SA Keseluruhan Kondisi Tanpa Musik pada Responden Laki-laki

Gambar 2. Nilai SA Keseluruhan Kondisi Musik Rock Rendah dan Tinggi pada Responden Laki-laki

(4)

Gambar 4. Nilai SA Keseluruhan Kondisi Tanpa Musik pada Responden Perempuan

Gambar 5. Nilai SA Keseluruhan Kondisi Musik Klasik Rendah dan Tinggi pada Responden Perempuan

Gambar 6. Nilai SA Keseluruhan Kondisi Musik Rock Rendah dan Tinggi pada Responden Perempuan

Risk Behavior dalam penelitian ini didapatkan dengan cara mengevaluasi video setiap skenario. Terdapat empat kategori risk behavior, yaitu safe behavior, precaution behavior, hazardous behavior, dan accident. Kategori perilaku aman (safe behavior) yaitu kondisi dimana responden tidak melakukan pelanggaran selama simulasi berlangsung. Kategori precaution behavior yaitu apabila selama simulasi responden melakukan pelanggaran seperti melebihi batas kecepatan, tidak menggunakan lampu sinyal berbelok, melanggar lampu merah, dan mengabaikan pejalan kaki. Kategori hazardous behavior yaitu apablia selama simulasi responden melakukan perilaku yang sangat berbahaya seperti mengerem terlalu mendadak dan kecepatan melebihi 20 km/jam dari batas kecepatan yang diizinkan. Kategori accident yaitu kondisi dimana responden menabrak kendaraan lain atau menabrak pejalan kaki. Tabel 1 menunjukkan rekapitulasi nilai risk behavior pada responden laki-laki dan perempuan untuk setiap kondisi.

Dari Tabel 1 terlihat bahwa pada kondisi tanpa musik mayoritas responden tergolong pada kategori accident (73%). Sedangkan pada kondisi musik klasik rendah, mayoritas responden termasuk dalam kategri precaution behavior (53%), 20% dalam kategori hazardous, dan terdapat 27% yang tergolong dalam kategori accident. Pada perlakuan musik rock rendah, diketahui bahwa perilaku beresiko responden terbagi menjadi tiga kategori sama rata yaitu kategori precaution

(5)

klasik tinggi terdapat 47% dalam kategori accident, 40% dalam kategori precaution, dan 13% dalam kategori hazardous. Serupa dengan perlakuan rock rendah, pada perlakuan musik rock tinggi responden terbagi ke dalam tiga kategori yang sama rata, yaitu kategori precaution (33.33%), hazardous (33.33%), dan accident (33.33%). Pada kondisi tanpa musik diketahui bahwa responden perempuan terdapat 73% masuk dalam kategori accident dan 27% dalam kategori hazardous. Pada kondisi musik klasik rendah, terdapat 20% tergolong dalam kategori precaution, 20% dalam kategori hazardous, dan 60% kategori accident. Pada kondisi musik rock rendah, perilaku beresiko responden perempuan didominasi oleh kategori accident (67%), 20% dalam kategori hazardous, dan 13% dalam kategori precaution. Hampir sama dengan perlakuan-perlakuan sebelumnya, pada kondisi musik klasik tinggi mayoritas responden termasuk dalam kategori accident (53.33%), 33.33% dalam kategori hazardous, dan 13.33% dalam kategori precaution. Pada kondisi musik rock tinggi, terdapat 60% tergolong dalam kategori accident, 33% dalam kategori hazardous, dan 7% dalam kategori precaution. Hasil risk behavior pada penelitian ini menunjukkan bahwa kategori empat (accident) lebih dominan baik pada responden laki-laki maupun perempuan. Sedangkan bila dibandingkan antara responden laki-laki dan perempuan, kategori accident lebih banyak pada responden perempuan.

Tabel 1. Risk Behavior Responden Laki-laki dan Perempuan

No Kondisi Kategori Risk Behavior Laki-laki (%) Perempuan (%)

1. Tanpa Musik Safe Behavior 0% 0% Precaution Behavior 20% 0% Hazardous Behavior 7% 27% Accident 73% 73% 2. Klasik Rendah Safe Behavior 0% 0% Precaution Behavior 53% 20% Hazardous Behavior 20% 20% Accident 27% 60% 3. Rock Rendah Safe Behavior 0% 0% Precaution Behavior 33.33% 13% Hazardous Behavior 33.33% 20% Accident 33.33% 67% 4. Klasik Tinggi Safe Behavior 0% 0.00% Precaution Behavior 40% 13.33% Hazardous Behavior 13% 33.33% Accident 47% 53.33% 5. Rock Tinggi Safe Behavior 0% 0% Precaution Behavior 33.33% 7% Hazardous Behavior 33.33% 33% Accident 33.33% 60% Tabel 2. Hasil Parameter Estimates Uji Regresi Logistik Ordinal

Parameter Estimates

Estimate Std. Error Wald df Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Threshold [Y = 2] -3.161 2.014 2.464 1 .116 -7.109 .786 [Y = 3] -1.972 2.004 .968 1 .325 -5.901 1.956 Location X1 -.977 1.275 .587 1 .444 -3.475 1.522 X2 -1.452 .981 2.192 1 .139 -3.375 .470 X3 .462 .895 .267 1 .606 -1.291 2.215 X5 -.009 .016 .289 1 .591 -.040 .023 X4 .979 .330 8.802 1 .003 .332 1.625 X6 -.331 .270 1.505 1 .220 -.861 .198

(6)

Yi = Model logit ke-i

X1 = Situational awareness tingkat 1

X2 = Situational awareness tingkat 2

X3 = Situational awareness tingkat 3

X4 = Jenis kelamin responden (1 = Laki-laki, 2 = Perempuan)

X5 = Tingkat volume suara (dBA)

X6 = Jenis musik (1 = Tanpa musik, 2 = Musik klasik, 3 = Musik rock)

Dari Tabel 5.217 tersebut dihasilkan dua persamaan logit, yaitu:

1. Y1 = – 3.161 –0.977X1 – 1.452X2 + 0.462X3 + 0.979X4 – 0.009X5 – 0.331X6 (1) 2. Y2 = – 1.972– 0.977X1 – 1.452X2 + 0.462X3 + 0.979X4 – 0.009X5 – 0.331X6 (2)

Pada Tabel 2 terlihat bahwa nilai situational awareness tingkat satu, tingkat dua, dan tingkat tiga tidak mempengaruhi risk behavior secara signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi yang lebih besar dari 0.05. Faktor yang tenyata menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap risk behavior yaitu jenis kelamin responden (Sig. 0.03 < 0.05). Hal ini didukung oleh Cheney (2012) yang menyatakan bahwa perempuan cenderung mempunyai resiko yang lebih tinggi saat mengendarai mobil bila dibandingkan dengan laki. Pada dasarnya laki-laki mempunyai kemampuan teknis yang lebih baik. Selain itu Cheney (2012) berpendapat bahwa berdasarkan data yang diperoleh dari jasa asuransi, dilaporkan bahwa perempuan lebih banyak mengajukkan klaim akibat kecelakaan bila dibanding laki-laki. Kasus yang sering dilaporkan adalah tergelincir atau kehilanagn kendali, Sedangkan menurut Phillips (2011) menyatakan bahwa laki-laki mempunyai kemampuan mengemudi yang lebih baik dibanding perempuan. Bila dibandingkan dengan laki-laki, perempuan lebih banyak mengalami tabrakan saat memarkirkan mobil. Menurut Herbert (2011) berdasarkan riset yang dilakukan di Universitas Michigan ditemukan bahwa 6.500.000 angka kecelakaan di Amerika Serikat dari tahun 1998 hingga tahun 2007 menunjukkan bahwa 68.1% dari angka kecelakaan dialami oleh pengemudi perempuan. Padahal perbandingan waktu mengemudi antara laki-laki dengan perempuan di Amerika Serikat adalah 60:40 yang berarti lebih banyak pengemudi laki-laki. Hal ini menjelaskan bahwa meskipun pengemudi perempuan mempunyai waktu mengemudi yang lebih sedikit, akan tetapi angka kecelakaan justru didominasi oleh pengemudi perempuan.

IV. PENUTUP

Kesimpulan dari penelitian ini adalah jenis musik mempengaruhi nilai situational awareness keseluruhan. Perlakuan tingkat volume suara musik tidak menunjukkan perbedaan nilai situational awareness secara signifikan, demikian juga jenis kelamin. Berkaitan dengan risk behavior, diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi risk behavior seara signifikan adalah jenis kelamin.

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, I. L., 2015, Pengaruh Musik Tradisional Jawa Tengah Terhadap Situational awareness, Heart Rate, dan Risk behavior pada Pengendara Mobil, Skripsi, Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Universitas Gadajah Mada.

Badan Pusat Statistika, 2013, Jumlah Kecelakaan, Korban Mati, Luka Berat, Luka Ringan, dan Kerugian Materi yang Diderita Tahun 1992-2013, [Online, diakses tanggal 28 September 2015]. URL: http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1415

Belford, Z., Neher, C., Pernsteiner, T., Stoffregen, J., dan Tariq, Z., 2013, Music and physical performance: The effects of different musik genres on physical performance as measured by the heart rate, electrodermal arousal, and maximum grip strength, Physiology.

Bellinger, D. B., Budde, B. M., Machida, M., Richardson, G. B., dan Berg, W. P., 2009, The effect of cellular telephone conversation and music listening on response time in braking, Transportation Research, Vol. 12, pp. 441-451.

(7)

Bottiroli, S., Rosi, A., Russo, R., Vecchi, T., dan Cavallini, E., 2014, The cognitive effects of listening to background music on older adults: processing speed improves with upbeat music, while memory seems to benefit from both upbeat and downbeat music, Aging Neuroscience, Vol. 6.

Brodsky, W., 2002, The effect of music tempo on simulated driving performance and vehicular control,

Transportation Research, Vol. 4, pp. 219–241.

Campbell, D., 2001, Efek Mozart Bagi Anak-anak, Jakarta : Gramedia.

Cheney, P., 2012, Men versus women: who are better drivers, [Online, diakses tanggal 13 Januari 2016]. URL: http://www.theglobeandmail.com/globe-drive/culture/commuting/men-vs-women-who-are-better-drivers/article1389780/

Dalton, B. H., dan Behm, D. G., 2007, Effects of noise and music on human and task performance: A systematic review, Occupational Ergonomics, pp. 143-152

Dibben, N., dan Williamson, V. J., 2007, An exploratory survey of in-vehicle music listening, Psychology of Music, Vol. 35, Iss. 4, pp. 571-589

Dolegui, A. S., 2013, The Impact of Listening to Music on Cognitive Performance, Phsycology, Vol. 5. Endsley, M. R., 1995, Toward a Theory of Situation Awareness in Dynamic Systems, Human Factors, Vol.

37, No. 1, pp. 32 – 64.

Endsley, M. R., Selcon, S. J., Hardiman, T. D., dan Croft, D. G., 1998, A Comparative Analysis of SAGAT and SART for Evaluation of Situational awareness, Human Factor and Ergonomic Society, Vol. 42.

Endsley, M. R., dan Garland, D. J., 2000, Direct Measurement of Situational awareness: Validity and Use of SAGAT, Situational Analysis and Measurement.

Fauzi, H. D., dan Mulyadi, 2015, Seni Budaya, Bandung : Yrama Widya.

Fatimahhayati, L. D., 2013, Pengaruh Musik Tradisional Indonesia Sebagai Musik Background terhadap Denyut Jantung , Stroop Test, dan Short Term Memori, Tesis, Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Universitas Gadjah Mada.

Gozali, M., 2013, Analisis Hubungan antara Situational Awareness dengan Perilaku Beresiko pada Pengendara Mobil, Skripsi, Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Universitas Gadjah Mada.

Hadiyan, T., 2014, Kajian Eksperimen Pengaruh Physical Workload dan Kepadatan Lalu Lintas Terhadap Situational awareness dan Risk behavior Pengendara Mobil, Skripsi, Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Universitas Gadjah Mada.

Herbert, G., 2011, Study says women are worse drivers, get in more crashes despite driving less than men,

[Online, diakses pada 13 Januari 2016]. URL:

http://www.syracuse.com/news/index.ssf/2011/07/women_worse_drivers_more_crashes_than_me n_less_driving.html

Koskinen-Kannisto, A., 2013, Situational Awareness Concept in A Multinational Collaboration Environement, Doctoral Dissertation, Department of Military Technology, National Defense University.

Pêcher C., Lemercier, C., dan Cellier, J. M., 2009, Emotions drive attention: effects on driver’s behavior,

Safety Science, Vol. 47, pp. 1254-1259.

Phillips, S., 2011, Men and Women Drivers: The Gender Devide, [Online, diakses tanggal 13 Januari 2016]. URL: http://blogs.psychcentral.com/healing-together/2011/07/men-and-women-drivers-the-gender-divide/

Schellenberg, E. G., dan Weiss, M. W., 2102, Music and Cognitive Abilities, Physiological Science. Soedarsono, 1992, Pengantar Apresiasi Seni, Jakarta: Balai Pustaka.

Stasi, L. L. D., Valbuena, V. A., Caňas, J. J., Maldonado, A., Catena, A., Antolí, A., Candido, A., 2009,

Risk behavior and mental work load: Multidimensional assessment techniques applied to motorbike riding simulation, Transportation Research, Vol. 12, pp. 361-370.

Tauhid, M. F., 2013, Pengaruh Intensitas Suara Musik Pop Terhadap Situational awareness dan Risk Behaviour Pengendara Mobil, Skripsi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Ünal, A. B., Steg, L., dan Epstude, K., 2012, The influence of music on mental effort and driving performance, Accident analysis and prevention, Vol. 48, pp. 271–278.

Ünal, A. B., Waard, D. D., Steg, L., dan Epstude, K., 2013, Driving with music: Effect on arousal and performance, Transportation research, Vol. 21, pp. 52-65.

Zwaag, M. D. V. D., Dijksterhuis, C., Waard, D. D., Mulder, B. L. J. M., Westerink, J. H. D. M., dan Brookhuis, K. A., 2012, The influence of music on mood and performance while driving,

Gambar

Gambar 1. Nilai SA Keseluruhan Kondisi Tanpa Musik pada Responden Laki-laki
Gambar 6. Nilai SA Keseluruhan Kondisi Musik Rock Rendah dan Tinggi pada Responden Perempuan
Tabel 2.  Hasil Parameter Estimates Uji Regresi Logistik Ordinal  Parameter Estimates

Referensi

Dokumen terkait

Kendala utama yang dihadapi di lapangan saat ini adalah rendahnya profesionalisme personel pelaksana tugas, rendahnya kesiapan dan ketersediaan alat utama sistem senjata udara

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Olahraga. © Yudi Nurcahya 2016

Semakin meningkat konsentrasi Avicel PH 101 yang digunakan sebagai bahan penghancur, maka nilai kekerasan semakin turun, nilai kerapuhan semakin naik, semakin

1) JNE melakukan penagihan berdasarkan tarif yang telah diberitahukan kepada para pengirim dari waktu kewaktu untuk menyampaikan kiriman dokumen atau barang milik pengirim,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Program Bimbingan Pribadi Sosial dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Siswa Di Madrasah Aliyah Laboratorium (MAL)

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

Sesuai dengan tujuan penelitian yang menyangkut kompleksitas tugas dan profesional skeptisisme terhadap kualitas audit Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) yang

Pelayanan gizi institusi industri atau tenaga kerja adalah suatu bentuk penyelenggaraan makanan banyak yang sasarannya di pabrik, perusahaan atau