PERLINDUNGAN PELAPOR (WHISTLEBLOWER)
OLEH
LPSK
OLEH :
PERLINDUNGAN SAKSI, AHLI, WHISTLEBLOWERS
DAN JUSTICE COLLABORATOR
UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST CORRUPTION
(UNCAC)
UNCAC YANG TELAH DIRATIFIKASI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2006 TELAH MEMUAT KOMITMEN DAN UPAYA UNTUK MELINDUNGI
WHISTLEBLOWER, SAKSI, AHLIDAN JUSCTICE COLLABORATOR . (LIHAT : PASAL 8 ANGKA 4, PASAL 32 DAN PASAL 33)
PASAL 8 AYAT 4 : NEGARA PIHAK WAJIB ... UNTUK MENGAMBIL TINDAKAN-TINDAKAN DAN
MENGADAKAN SISTEM GUNA MEMFASILITASI
PELAPORAN OLEH PEJABAT PUBLIK
TENTANG PERBUATAN KORUPSI KEPADA PEJABAT BERWENANG JIKA DALAM PELAKSANAAN FUNGSINYA IA
MENGETAHUN PERBUATAN TERSEBUT
PASAL 32 AYAT (1):
NEGARA PIHAK WAJIB MENGAMBIL TINDAKAN-TINDAKAN YANG PERLU SESUAI DENGAN SISTEM HUKUM
NASIONALNYA DAN KEMAMPUANNYA, UNTUK MEMBERIKAN PERLINDUNGAN YANG EFEKTIF TERHADAP KEMUNGKINAN
PEMBALASAN ATAU INTIMIDASI, BAGI SAKSI DAN AHLI YANG MEMBERIKAN KESAKSIAN MENGENAI KEJAHATAN MENURUT
KONVENSI INI DAN, SEPANJANG PERLU, BAGI KELUARGANYA SERTA ORANG- ORANG LAIN YANG DEKAT DENGANNYA.
•
PASAL 32 AYAT (2)
: TINDAKAN-TINDAKAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT 1 DAPAT, DENGAN
MEMPERHATIKAN HAK TERDAKWA TERMASUK HAKNYA ATAS PROSES HUKUM, MELIPUTI, ANTARA
LAIN:
a)
MENETAPKAN TATACARA PERLINDUNGAN FISIK BAGI ORANG DENGAN, SEPANJANG PERLU
DAN LAYAK, MEMINDAHKANNYA KE TEMPAT LAIN DAN, SEPANJANG PERLU, TIDAK
MENGIZINKAN PENGUNGKAPAN ATAU MEMBATASI PENGUNGKAPAN INFORMASI MENGENAI
IDENTITAS DAN KEBERADAAN ORANG TERSEBUT;
b)
MEMBUAT ATURAN PEMBUKTIAN YANG MEMUNGKINKAN SAKSI DAN AHLI MEMBERIKAN
KESAKSIAN DENGAN CARA YANG MENJAMIN KESELAMATANNYA, SEPERTI KESAKSIAN YANG
DIBERIKAN MELALUI TEKNOLOGI KOMUNIKASI SEPERTI VIDEO ATAU SARANA LAIN YANG
SESUAI.
LANJUT UNCAC
PASAL 33
: NEGARA PIHAK WAJIB ... UNTUK MEMASUKKAN KE DALAM SISTEM HUKUM NASIONALNYA TINDAKAN-TINDAKAN YANG PERLU UNTUK
MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP PERLAKUAN YANG TIDAK ADIL BAGI ORANG YANG MELAPORKAN DENGAN IKTIKAD BAIK DAN DENGAN
ALASAN-ALASAN YANG WAJAR KEPADA PIHAK YANG BERWENANG FAKTA-FAKTA MENGENAI KEJAHATAN MENURUT KONVENSI INI.
PASAL 37 AYAT (2)
: NEGARA PIHAK WAJIB MEMPERTIMBANGKAN ,MEMBERIKAN KEMUNGKINAN DALAM KASUS-KASUS TERTENTU “MENGURANGI
HUKUMAN DARI SEORANG PELAKU YANG MEMBERIKAN KERJASAMA YANG SUBSTANSIAL DALAM PENYELIDIKAN ATAU PENUNTUTAN SUATU KEJAHATAN
YANG DIATUR DALAM KONVENSI INI.
PASAL 37 AYAT (3)
: NEGARA PIHAK WAJIB MEMPERTIMBANGKAN KEMUNGKINAN SESUAI DENGAN PRINSIP-PRINSIP DASAR HUKUM NASIONALNYA
UNTUK MEMBERIKAN “KEKEBALAN DARI PENUNTUTAN” BAGI ORANG YANG MEMBERIKAN KERJAASAMA SUBSTANSIAL DALAM PENYELIDIKAN ATAU
PENUNTUTAN (JUSTICE COLLABORATOR) SUATU TINDAK PIDANA YANG DITETAPKAN BERDASARKAN KONVENSI INI.
Peraturan Perundang Undangan terkait Perlindungan
Whistleblower
yang dipersamakan dengan Pelapor /
Saksi Pelapor dalam tindak pidana korupsi :
1.
Undang-undang No. 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP);2.
Undang-undang No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;3.
Undang-undang No 31 Tahun 2014 tetang Perubahan Atas Undang-undang No. 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban;4.
Undang Undang No 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 30 tahun 2000 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi ;5.
Peraturan Pemerintah No. 57 tahun 2003 tentang Perlindungan Khusus bagi Pelapor dan Saksi Tindak Pidana Pencucian Uang;6.
Peratuan Pemerintah No. 43 tahun 2018 tentang Tata Cara Pelaksanaan peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi7.
Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 4 Tahun 2011 tentang Perlakuan Bagi Pelapor Tindak Pidana (Whistleblower) dan Saksi Pelaku Yang Bekerjasama (Justice Collaborator);8.
Peraturan Bersama Menkumham, Jaksa Agung, Kepala Kepolisian, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) ) tentang Perlindungan Bagi Pelapor, Saksi Pelapor, dan Saksi Pelaku yang Bekerjasama;Apa itu Whistleblower atau Whistle Blowing System
Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia posisinya seringkali
disamakan dengan PELAPOR Tindak Pidana.
SIAPA PELAPOR???
PELAPOR
UU 31/2014
Pelapor adalah
orang yang
memberikan
laporan, informasi,
atau keterangan
kepada penegak
hukum mengenai
tindak pidana yang
akan, sedang, atau
telah terjadi
LAPORAN
KUHAP
Laporan adalah
pemberitahuan
yang disampaikan
oleh seseorang
karena hak dan
kewajibannya
berdasarkan
undang undang
kepada pejabat
yang berwenang
tentang telah atau
sedang atau diduga
akan terjadinya
peristiwa pidana
PELAPOR
PP 43/2018
pelapor adalah
masyarakat yang
memberikan
informasi kepada
penegak hukum
mengenai adanya
dugaan telah terjadi
tindak pidana
korupsi
PERAN PENTING
PELAPOR /
WHISTLEBLOWER
DALAM
PENGUNGKAPAN
PENYIMPANGAN
ATAU KEJAHATAN
Mampu mengungkap modus, cara, fakta serta alur dari
Penyimpangan bahkan kejahatan yang minim bukti untuk
dapat dijadikan informasi awal yang baik.
Memberikan informasi yang valid, yang dapat dijadikan
penegak hukum sebagai langkah tepat penindakan.
Mampu mengarahkan, menghadirkan data/dokumen
kejahatan yang telah dihilangkan atau disembunyikan.
Dapat mengidentifikasi siapa saja yang menjadi pelaku atau
menginformasikan siapa saja orang yang terlibat dalam
Whistleblower
Justice Collaborator
•
Bukan
bagian
dari
pelaku
kejahatan
yang
dilaporkannya.
•
Tidak dapat dihukum baik Pidana maupun perdata
atas laporannya atau kesaksiannya baik yang
sedang atau telah diberikan
•
Tidak wajib menjadi saksi (namun dalam praktik
banyak WB yang dibebankan untuk membutikan
informasi atau laporan yang disampaikannya yang
kemudian dimintakan keterangannya sebagai saksi
dalam perkara)
•
Bagian dari kejahatan, memiliki
andil dalam
terjadinya tindak pidana
•
Bukan pelaku utama dari kejahatan yang di
ungkap
•
Wajib
menjadi
saksi
di
setiap
tingkat
pemeriksaan .
•
Mengakui
perbuatannya
dan
bersedia
mengembalikan hasil dari kejahatan
•
Tidak dapat dibebaskan dari tuntutan pidana,
namun berhak mendapat perlindungan dan
Penghargaan atas kesaksiannya
BAGAIMANA DENGAN
PERLINDUNGAN
CATATAN LPSK PERLINDUNGAN DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI
2018 - 2020
ANCAMAN DAN RESIKO
Ancaman Fisik
Ancaman Non Fisik
Kerugian Lainnya
Penyerangan
fisik
berupa
upaya
Pembunuhan dan penganiayaan
Laporan balik (melalui pelaporan pidana kepada penegak hukum)
termasuk gugatan perdata atas kesaksiannya.
Kerugian Materil berupa uang (biaya pengajuan
gugatan, biaya transportasi untuk mendorong laporan
tetap diproses, serta biaya lainnya yang timbul untuk
memperjuangkan hak-hak pelapor).
Bentuk kekerasan lainya terhadap fisik.
Gangguan psikologis, intimidasi, teror
( ancaman tidak
langsung melalui sms, telepone, ancaman menggunakan pihak-pihak
lain yang dianggap dapat menggangu psikis pelapor, dan hal lainnya
yang mempengaruhi psikis dari pelapor sebagai bentuk balasan atas
laporannya).
Waktu yang panjang untuk memperjuangkan
laporannya
(beban
untuk
membuktikan
dan
mendorong laporan yang telah disampaikan menjadi
beban pelapor).
Pengurangan hak-hak dalam pekerjaan (pengurangan hak yang
dimaksud adalah hak atas penghasilan, penghilangan jabatan tertentu,
pemindahan atau mutasi yang dilakukan hanya sebagai balasan yang
bertujuan untuk memposisikan pelapor dalam keadaan yang sulit dalam
pekerjaan).
PERLINDUNGAN
BAGI PELAPOR
OLEH LPSK
UU 31/2014
PERLINDUNGAN
DAN
PENGHARGAAN
PP 43/2018
PERLINDUNGAN FISIK
PERLINDUNGAN HUKUM
HAK PROSEDURAL
DUKUNGAN
HAK LAINNYA
PREMI
PIAGAM
UU 31/2014 Pasal 10 ayat
(1)Saksi, korban, saksi pelaku, dan/atau pelapor tidak dapat dituntut secara hukum, baik pidana maupun perdata atas kesaksian dan/atau laporan yang akan, sedang, atau telah diberikannya, kecuali kesaksian atau laporan tersebut diberikan tidak dengan itikad baik
(2)Dalam Hal terdapat tuntutan terhadap saksi, korban , saksi pelaku dan/atau Pelapor atas kesaksian dan/atau laporan yang akan sedang atau telah diberikan, tuntutan hukum tersebut wajib ditunda hingga kasus yang ia laporkan atau ia berikan kesaksian telah diputus oleh pengadilan dan memperoleh kekuatan hukum tetap
UU 19 /2019 Pasal 15 huruf a
Komisi Pemberantasan Korupsi berkewajiban : memberikan perlindungan terhadap saksi atau pelapor yang menyampaikan laporan ataupun memberikan keterangan mengenai terjadinya tindak pidana korupsi sesuai dengan ketentuan perundang undangan;
PP 43 /2018 Pasal 12
Menerangkan tentang pemberian perlindungan hukum oleh penegak hukum bekerjasama dengan LPSK
JAMINAN PERLINDUNGAN HUKUM
PRAKTIK LPSK DALAM PERLINDUNGAN HUKUM
•
LPSK menyampaikan
Legal Opinion
(pendapat hukum) atas penerapan pasal 10
uu 31/2014, penyampaian disesuaikan dimana proses hukum atas laporan
balik
tersebut
berproses,
(
penyidikan
kepada
kepolisian,
penuntutan/persidangan kepada penuntut umum atau hakim)
•
Jika dalam proses peradilan berjalan LPSK dapat mengajukan diri sebagai
saksi (memberikan keterangan dalam proses peradilan)
SISTEM PELAPORAN MELALUI WBS
I
NPRES NO
2
TAHUN
2014,
INPRES NO
7
TAHUN
2015,
INPRES NO
10
TAHUN
2016 ,
STRATEGI
/
AKSI PENCEGAHAN DAN
PEMBERANTASAN KORUPSI
LPSK SEBAGAI LEMBAGA TERKAIT BERSAMA KPK MELAKUKAN PENDAMPINGAN
(
ASISTENSI DAN MENGKOORDINASI
)
TERHADAP PEMBENTUKAN WHISTLE BLOWING SYSTEM DI
17
KEMENTERIAN DAN LEMBAGA
.
1. MEMBUAT PERATURAN MENGENAIWHISTLEBLOWING SYSTEMDI MASING-MASING K/L 2. MENINGKATKAN EFFEKTIVITAS PELAKSANAAN WBS
3. MELAKSANAKAN EVALUASI DAN MONITORING WBS DI 17 K/L
4. MEMBUAT LAPORAN ATAS PELAKSANAAN WBS DI 17 K/L LPSK MELAKUKAN MONITORING, EVALUASI, DAN MENYUSUN LAPORAN HASIL PENDAMPINGAN KEPADA 17 K/L
5. LPSK MEMBERIKAN PERLINDUNGAN /PENDAMPINGAN KEPADA PELAPOR, SAKSI PELAPOR, DAN SAKSI PELAKU YANG BEKERJASAMA DALAM PROSES PERADILAN PIDANA.
6. MENYUSUN NOTA KESEPAHAMAN DAN PERJANJIAN KERJASAMA WHISTLEBLOWING SYSTEM LPSK DENGAN 17 K/L 7. MEMBANGUN KONEKSITAS WHISTLEBLOWING SYSTEM ONLINE