• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 1998 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 1998 TENTANG"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 1998

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan perkembangan sosial ekonomi dewasa ini serta dalam upaya mempertahankan dan mening-katkan mutu pelayanan kesehatan kepada pasien di Rumah Sakit, tarip pelayanan kesehatan sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 13 Tahun 1988 Juneto Nomor 10 Tahun 1994 tentang Tarip Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah yang dikuasai oleh Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur perlu ditinjau kembali untuk disesuaikan ;

b. bahwa dengan telah ditetapkannya Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 119 Tahun 1998 tentang Ruang Lingkup dan Jenis-jenis Retribusi Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II, maka Retribusi Pelayanan Kesehatan merupa-kan jenis retribusi Daerah Tingkat I ;

c. bahwa untuk memungut retribusi sebagaimana dimaksud pada huruf b, perlu diatur dengan Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Timur ,juncto Undang-undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang Mengadakan Perubahan dalam Undang-undang Tahun 1950 Nomor 2 dari hal Pembentukan Propinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 32) ;

(2)

2. Undang-undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2104) ;

3. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1963 Nomor 79, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2576) ;

4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037) ;

5. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495) ;

6. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685) ;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan dalam Bidang Kesehatan kepada Daerah (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3347) ;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3692) ;

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Daerah ; 10. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam

Negeri Nomor 48/Menkes/SKB/II/1988 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan dalam Bidang Kesehatan kepada Daerah ;

11. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1993 tentang Bentuk Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah Perubahan ; 12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 92 Tahun 1993 tentang

Penetapan dan Penatausahaan serta pertanggungjawaban Keuangan Unit Swadana Daerah ;

13. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 171 Tahun 1997 tentang Prosedur Pengesahan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ;

(3)

14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah ;

15. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Retri-busi Daerah ; 16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 582/Men.Kes/SK/VI/ 1997

tentang Pola Tarip Rumah Sakit Pemerintah ;

17. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 900-1101 tentang Petunjuk Teknis Pengusulan, Penetapan dan Tata Cara Pengelolaan Keuangan Unit Swadana Daerah ;

18. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 119 Tahun 1998 tentang Ruang Lingkup dan Jenis-jenis Retribusi Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II.

Dengan Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur.

M E M U T U S K A N

Menetapkan : PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah, adalah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur ;

b. Pemerintah Daerah, adalah Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur ;

c. Gubernur Kepala Daerah, adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur ;

d. Pejabat, adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi Daerah sesuai dengan peraturan perundangan Daerah yang berlaku ;

e. Badan, adalah seuatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya ;

(4)

f. Pelayanan Kesehatan, adalah segala kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada seseorang dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan atau pelayanan kesehatan lainnya ;

g. Rumah Sakit Daerah, adalah Rumah Sakit yang dikuasai dan dikelola oleh Pemerintah Daerah dan terdiri dari Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus dan Rumah Sakit Jiwa ;

h. Direktur, adalah Direktur Rumah Sakit Daerah ;

i. Rumah Sakit Umum, adalah Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk semua jenis penyakit dari pelayanan dasar sampai dengan Sub Spesialistik sesuai dengan kemampuannya ;

j. Rumah Sakit Khusus, adalah Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk semua jenis penyakit tertentu atau berdasarkan di-siplin ilmu tertentu ;

k. Rumah Sakit Jiwa, adalah Rumah Sakit yang menyelenggarakan dan melaksanakan pelayanan pencegahan, penyembuhan dan rehabilitasi di bidang Kesehatan Jiwa termasuk Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO);

l. Rumah Sakit Unit Swadana, adalah Rumah Sakit Pemerintah yang diberi wewenang untuk menggunakan semua penerimaan fungsionalnya secara langsung ;

m. Pelayanan Rawat Jalan, adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medis dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa tinggal di ruang rawat inap ; n. Pelayanan Rawat Darurat, adalah pelayanan kesehatan tingkat

lanjutan yang harus diberikan secepatnya untuk mencegah/menanggulangi resiko kematian atau cacat ;

o. Pelayanan Rawat Inap, adalah pelayanan kesehatan kepada pasien untuk observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medis dan atau pelayanan kesehatan lainnya dengan menempati tempat tidur ;

p. Pelayanan Rawat Sehari (One Day Care) di Rumah Sakit Daerah, adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitas medis dan atau pelayanan kesehatan lain dan menempati tempat tidur kurang dari 1 (satu) hari ;

(5)

q. Pelayanan Rawat Siang Hari (Day Care) di Rumah Sakit Jiwa, adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medis dan atau pelayanan kesehatan lain dan menempati tempat tidur kurang dari 1 (satu) hari ;

r. Pelayanan Medis, adalah pelayanan terhadap pasien yang dilaksanakan oleh tenaga medis ;

s. Tindakan Medis Operatip, adalah tindakan pembedahan yang menggunakan pembiusan umum, pembiusan lokal atau tanpa pembiusan ;

t. Tindakan Medis Non Operatip, adalah tindakan tanpa pembedahan ;

u. Pelayanan Penunjang Medis, adalah pelayanan untuk menunjang penegakan diagnosis dan terapi ;

v. Pelayanan Rehabilitasi Medis, adalah pelayanan yang diberikan dalam bentuk pelayanan fisioterapi, terapi okupasional, terapi wicara, ortotik / prostetik, bimbingan sosial medis dan jasa psikologi serta rehabilitasi lainnya ;

w. Pelayanan Medis Gigi dan Mulut, adalah pelayanan paripurna meliputi upaya penyembuhan dan pemulihan yang selaras dengan upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut serta peningkatan kesehatan gigi dan mulut pada pasien di Rumah Sakit Daerah ; x. Pelayanan Penunjang Non Medis, adalah pelayanan yang

diberikan di Rumah Sakit Daerah yang secara tidak langsung berkaitan dengan pelayanan medis ;

y. Pelayanan Konsultasi Khusus, adalah pelayanan yang diberikan dalam bentuk konsultasi psikologi, gizi dan konsultasi lainnya ; z. Pelayanan Medico Legal, adalah pelayanan kesehatan yang

berkaitan dengan kepentingan hukum ;

aa. Pemulasaraan/perawatan jenazah, adalah kegiatan yang meliputi perawatan jenazah, konservasi bedah mayat yang dilakukan oleh Rumah Sakit Daerah untuk kepentingan pelayanan kesehatan, pemakaman dan kepentingan proses peradilan ;

bb. Pola Tarip, adalah pedoman dasar dalam pengaturan dan perhitungan besaran tarip Rumah Sakit Daerah ;

(6)

cc. Tarip, adalah sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan kegiatan pelayanan di Rumah Sakit Daerah yang dibebankan kepada masyarakat sebagai imbalan atas jasa pelayanan yang diterimanya ;

dd. Jasa Pelayanan, adalah imbalan yang diterima oleh pelaksana pelayanan atas jasa yang diberikan kepada pasien dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan, konsultasi, visite, rehabilitasi medis dan atau pelayanan lainnya ;

ee. Jasa Sarana, adalah imbalan yang diterima oleh Rumah Sakit Daerah atas pemakaian sarana, fasilitas Rumah Sakit dan bahan, obat-obatan, bahan kimia dan alat kesehatan habis pakai dasar yang digunakan langsung dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medis dan atau pelayanan lainnya ;

ff. Akomodasi, adalah penggunaan fasilitas rawat inap di Rumah Sakit Daerah ;

gg. Biaya makan, adalah biaya pengganti harga makan yang disediakan oleh Rumah Sakit Daerah ;

hh. Tempat Tidur Rumah Sakit, adalah tempat tidur yang tercatat dan tersedia di ruang rawat inap ;

ii. Penjamin, adalah orang pribadi atau badan hukum sebagai penanggung biaya pelayanan kesehatan dari seseorang yang menggunakan/mendapat pelayanan di Rumah Sakit Daerah ; jj. Penerimaan Fungsional Rumah Sakit, adalah penerimaan yang

diperoleh sebagai tindakan atas pelayanan baik berupa barang dan atau jasa yang diberikan Rumah Sakit Daerah dalam menjalankan. fungsinya melayani kepentingan masyarakat atau Instansi Pemerintah lainnya ;

kk. Dana Swadana, adalah penerimaan fungsional yang diterima oleh Rumah Sakit Unit Swadana yang bersangkutan dari kegiatan pemberian pelayanan jasa ;

ll. Jasa Administrasi, adalah penerimaan yang diperoleh sebagai jasa pelayanan atas penyelenggaraan adminis-trasi pencatatan medis pasien rawat inap ;

mm.Retribusi Jasa Umum, adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan ;

(7)

nn. Retribusi Pelayanan Kesehatan yang selanjutnya dapat disebut retribusi, adalah pembayaran atas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Daerah tidak termasuk pelayanan pendaftaran ;

oo. Wajib Retribusi, adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwa-jibkan untuk melakukan pembayaran retribusi.

pp. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah Retribusi yang terutang ;

qq. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah Surat untuk melakukan tagihan Retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

BAB II

NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 2

Dengan nama Retribusi Pelayanan Kesehatan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Daerah.

Pasal 3

(1) Obyek Retribusi adalah pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Daerah ;

(2) Tidak termasuk obyek retribusi adalah pelayanan pendaftaran. Pasal 4

Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mendapatkan pelayanan kesehatan dari Rumah Sakit Daerah.

(8)

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5

Retribusi Pelayanan Kesehatan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.

BAB IV

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6

Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan frekuensi dan jenis-jenis pelayanan kesehatan.

BAB V

PRINSIP PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIP RETRIBUSI

Pasal 7

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi dimaksudkan untuk menutup biaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan meliputi biaya investasi, prasarana, operasional dan pemeliharaan

BAB VI

KEBIJAKSANAAN TARIP Pasal 8

Tarip pelayanan Rawat Inap Kelas I dan Kelas Utama Rumah Sakit Umum Daerah Swadana ditetapkan lebih 1anjut dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah.

(9)

Pasal 9

Tarip Rumah Sakit untuk golongan masyarakat yang pembayarannya dijamin oleh pihak penjamin ditetapkan atas dasar saling membantu melalui suatu kesepakatan bersama yang dituangkan dalam suatu Perjanjian Bersama.

Pasal 10

Tarip pelayanan bagi Warga Negara Asing dan tarip General Check Up ditetapkan lebih lanjut oleh Gubernur Kepala Daerah.

Pasal 11

(1) Bahan, obat-obatan, bahan kimia dan alat kesehatan habis pakai yang dipergunakan langsung oleh pasien di luar komponen jasa sarana, yang disediakan Rumah Sakit Daerah menjadi tanggungan pasien ;

(2) Rawat Jalan dan Rawat Inap Kelas III A, II dan Kelas I dapat dikenakan Jasa Pelayanan, sedangkan pasien Rawat Inap Kelas III B tidak dikenakan jasa pelayanan.

BAB VII

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIP Pasal 12

(1) Struktur tarip digolongkan berdasarkan klasifikasi dan jenis pelayanan kesehatan ;

(2) Struktur dan besarnya tarip retribusi pelayanan kesehatan Rumah Sakit Daerah ditetapkan :

a. untuk Rumah Sakit Daerah kelas A, sebagaimana tercantum dalam Lampiran A Peraturan Daerah ini ;

b. untuk Rumah Sakit Daerah kelas B dan C, sebagaimana tercantum dalam Lampiran B Peraturan Daerah ini ;

dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini ;

(10)

(3) Tarip Pelayanan di Rumah Sakit Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi komponen jasa sarana dan jasa pelayanan sesuai kebutuhan masing-masing pelayanan.

BAB VIII

JENIS-JENIS PELAYANAN KESEHATAN Pasal 13

Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Daerah yang dapat dikenakan retribusi pelayanan kesehatan dimaksud dalam pasal 11, sebagai berikut :

a. Berdasarkan klasifikasinya : 1) Rawat Jalan ;

2) Rawat Darurat ; 3) Rawat Inap ;

b. Berdasarkan jenis pelayanan : 1) Pelayanan Medis ;

2) Pelayanan Penunjang Medis ;

3) Pelayanan Kebidanan dan ginekologi : 4) Pelayanan Penunjang Non Medis ; 5) Pelayanan Rehabilitasi Medis ; 6) Pelayanan Medis Gigi dan Mulut ; 7) Pelayanan Konsultatip Khusus ; 8) Pelayanan Medico Legal ;

9) Pemulasaraan / perawatan jenazah. BAB IX

KELAS PERAWATAN Pasal 14

Kelas Perawatan di Rumah Sakit Daerah ditetapkan sebagai berikut : a. Kelas III B ;

b. Kelas III A ; c. Kelas II ; d. Kelas I ;

(11)

BAB X RAWAT JALAN

Pasal 15

(1) Setiap pemberian pelayanan Rawat Jalan dikenakan retribusi pelayanan kesehatan yang diwujudkan dalam bentuk karcis harian dan pembayaran pelayanan kesehatan lainnya ;

(2) Komponen karcis harian terdiri dari jasa sarana dan jasa pelayanan ;

(3) Karcis pasien tanpa membawa Rujukan dari Puskesmas atau Rumah Sakit Pemerintah ditetapkan sebesar maksimum 4 (empat) kali pasien Rawat Jalan dengan Rujukan yang berlaku di masing-masing Rumah Sakit Daerah.

BAB XI RAWAT DARURAT

Pasal 16

(1) Karcis Rawat Darurat ditetapkan sebesar maksimum 4 (empat) kali karcis harian ;

(2) Tarip pasien Instalasi Rawat Darurat (IRD) psikiatrik ditetapkan sama dengan tarip perawatan kelas II ;

(3) Tarip tindakan Medis dan Penunjang Medis ditetapkan maksimal sebesar Tarip Tindakan sejenis Kelas II.

BAB XII RAWAT INAP

Pasal 17

(1) Tarip Rawat sehari (one day care) ditetapkan sama dengan Tarip Perawatan kelas II, sedangkan Tarip Rawat siang hari (day care) ditetapkan sebesar maksimum 1/2 (setengah) dari tarip Rawat Inap Kelas II ;

(12)

(2) Tarip di ruang intensif ditetapkan sebagai berikut :

a. Pasien langsung masuk kemudian pulang atau meninggal, taripnya ditetapkan sama dengan kelas II Tarip Rawat Inap ; b. Pasien masuk dari Ruang Perawatan, Taripnya dtetapkan

sebesar 2 (dua) kali tarip kelas asalnya;

(3) Tarip Rawat Inap dimaksud pada ayat (1), (2) dan (3) tidak termasuk biaya obat-obatan, visite, tindakan medis dan terapi maupun penunjang diagnostik ;

(4) Biaya makan perhari ditetapkan berdasarkan biaya makan perkelas yang ditetapkan lebih lanjut oleh Direktur.

BAB XIII PELAYANAN MEDIS

Pasal 18 (1) Jenis Pelayanan Medis meliputi :

a. Tindakan Medis Operatip ; b. Tindakan Kedis Non Operatip ;

(2) Tindakan Medis Operatif dan Non Operatif meliputi : a. Tindakan Sederhana ; b. Tindakan Kecil ; c. Tindakan Sedang ; d. Tindakan Besar ; e. Tindakan Canggih ; f. Tindakan Khusus ;

(3) Tarip tindakan medis operatip pasien Rawat Jalan ditetapkan sama dengan tarip sejenis dari tarip pasien Rawat Inap Kelas III A; (4) Tarip tindakan medis operatip pasien Rawat Jalan yang berasal

dari rujukan swasta ditetapkan sama dengan tarip sejenis dari tarip pasien Rawat Inap Kelas II ;

(13)

(5) Jasa pelayanan tindakan medis operatip terdiri dari jasa medis dan jasa medis anastesi operatip ;

(6) Jasa pelayanan medis anastesi tindakan operatip ditetapkan maksimal 1/3 dari jasa pelayanan medis sesuai dengan jenis tindakannya.

BAB XIV

PELAYANAN PENUNJANG MEDIS Pasal 19

(1) Pelayanan Penunjang Medis meliputi : a. Pemeriksaan Laboratorium, terdiri dari

1. Pathologi Klinik ; 2. Pathologi Anatomi ; 3. Mikrobiologi Klinik ;

b. Pemeriksaan Radio Diagnostik ;

c. Pemeriksaan Diagnostik Elektromedis ; d. Pemeriksaan Diagnostik Khusus ; e. Pemeriksaan Farmakologi Klinik ;

(2) Biaya jasa sarana dari pelayanan Penunjang Medis ditetapkan atas dasar tingkat kecanggihan ;

(3) Tarip pelayanan Penunjang Medis pasien Rawat Jalan ditetapkan sama dengan tarip pemeriksaan sejenis dari tarip pasien Rawat Inap kelas III A ;

(4) Tarip Pelayanan Penunjang Medis pasien Rawat Jalan yang berasal dari Rujukan Swasta ditetapkan minimal sama dengan tarip pemeriksaan sejenis dari tarip pasien Rawat Inap kelas II.

Pasal 20

Jenis pemeriksaan laboratorium Pathologi Klinik meliputi : a. Laboratorium Pathologi Klinik Sederhana ;

(14)

c. Laboratorium Pathologi Klinik Sedang ; d. Laboratorium Pathologi Klinik Besar ; e. Laboratorium Pathologi Klinik Canggih ; f. Laboratorium Pathologi Klinik Khusus.

Pasal 21

Jenis Pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi meliputi : a. Laboratorium Pathologi Anatomi Sederhana ;

b. Laboratorium Pathologi Anatomi Kecil ; c. Laboratorium Pathologi Anatomi Sedang ; d. Laboratorium Pathologi Anatomi Besar ; e. Laboratorium Pathologi Anatomi Canggih ; f. Laboratorium Pathologi Anatomi Khusus.

Pasal 22

Jenis Pemeriksaan Laboratorium Mikrobiologi meliputi pemeriksaan : a. Laboratorium Mikrobiologi Sederhana ;

b. Laboratorium Mikrobiologi Kecil ; c. Laboratorium Mikrobiologi Sedang ; d. Laboratorium Mikrobiologi Besar ; e. Laboratorium Mikrobiologi Canggih ; f . Laboratorium Mikrobiologi Khusus .

Pasal 23

Jeniis Pemeriksaan Radio Diagnostik meliputi : a. Radio Diagnostik Sederhana ;

b. Radio Diagnostik Kecil ; c. Radio Diagnostik Sedang ; d. Radio Diagnostik Besar ; e. Radio Diagnostik Canggih ; f. Radio Diagnostik Khusus.

(15)

Pasal 24

Jenis Pemeriksaan Diagnostik Elektromedis meliputi pemeriksaan : a. Diagnostik Elektromedis Sederhana ;

b. Diagnostik Elektromedis Kecil ; c. Diagnostik Elektromedis Sedang ; d. Diagnostik Elektromedis Besar ; e. Diagnostik Elektromedis Canggih ; f. Diagnostik Elektromedis Khusus.

Pasal 25

Retribusi pemeriksaan dan tindakan khusus yang belum tertampung dalam Peraturan Daerah ini ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah atas usul Direktur.

BAB XV

PELAYANAN KEBIDANAN DAN GINEKOLOGI Pasal 26

(1) Pelayanan Kebidanan dan Ginekologi, terdiri a. Pelayanan Kebidanan, yaitu :

1. Persalinan Normal ;

2. Persalinan dengan tindakan, berupa : a) pervaginam ;

b) operatip ;

b. Pelayanan Ginekologi ;

(2) Tarip persalinan normal dan pelayanan ginekologi dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 1, 2 a) dan huruf b, sama dengan besaran tarip tindakan medis non operatip ;

(3) Tarip persalinan dengan tindakan pervaginam ditetap-kan sebesar maksimal tarip persalinan pada ayat (2) ditambah 50 % (lima puluh persen) ;

(16)

(4) Tarip Rawat Inap pelayanan bayi baru lahir ditetapkan sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarip pelayanan Rawat Inap Ibu ; (5) Tarip pelayanan kebidanan dan ginekologi dengan tindakan

operatip ditetapkan sama dengan tarip tindakan medis operatip sejenis.

BAB XVI

PELAYANAN PENUNJANG NON MEDIS Pasal 27

(1) Komponen biaya Pelayanan Penunjang Non Medis meliputi Jasa Sarana dan Jasa Pelayanan ;

(2) Tarip Pelayanan Penunjang Non Medis dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah atas usul Direktur.

BAB XVII

PELAYANAN REHABILITASI MEDIS Pasal 28

(1) Jenis Pelayanan Rehabilitasi Medis meliputi :

a. Pelayanan Rehabilitasi Medis Sederhana, Kecil, Sedang, Besar, Canggih dan Khusus ;

b. Pelayanan Ortotik/Prostetik Sederhana, Kecil, Sedang, Besar, Canggih dan Khusus ;

(2) Tarip Pelayanan Rehabilitasi Medis pasien rawat jalan ditetapkan sama dengan tarip sejenis dari tiap tarip pasien kelas III A ;

(3) Tarip Pelayanan Rehabilitasi Medis pasien rawat jalan dari rujukan sv/asta ditetapkan minimal sama dengan tarip sejenis dari tarip pasien rawat inap kelas II.

(17)

BAB XVIII

PELAYANAN MEDIS GIGI DAN MULUT Pasal 28

(1) Pelayanan Medis Gigi dan Mulut meliputi : a. Poliklinik gigi dengan rujukan ;

b. Poliklinik gigi tanpa rujukan ;

(2) Jenis Pelayanan Medis Gigi dan Mulut meliputi :

a. Pemeriksaan, tindakan medis gigi dan mulut sederhana, kecil, sedang, besar, canggih dan khusus ;

b. Pemeriksaan/tindakan Bedah Mulut sederhana, kecil, sedang, besar, canggih dan khusus ;

(3) Tarip Pelayaan Medis Gigi dan Mulut untuk tindakan sederhana, sedang, kecil, besar, sanggih dari khusus ditetapkan sesuai tingkat kecanggihan di masing-masing Rumah Sakit ;

(4) Dalam menentukan Tarip Pelayanan Medis Gigi dan Mulut didasarkan atas perhitungan unit cost pemeriksaan gigi dan mulut masing-masing Rumah Sakit serta harus memperhatikan kemampuan dan keadaan sosial masyarakat setempat, Rumah Sakit setempat lainnya, Subsidi silang dan lain-lain.

BAB XIX

PELAYANAN KONSULTASI KHUSUS DAN MEDICO-LEGAL Pasal 30

Besarnya tarip pelayanan Konsultasi Khusus dan Medico Legal ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah atas usul Direktur.

(18)

BAB XX

PEMULASARAAN / PERAWATAN JENAZAH Pasal 31

(1) Jenis Pemulasaraan / Perawatan jenazah meliputi : a. Perawatan Jenazah dan Penyimpanan Jenazah ; b. Konservasi Jenazah ;

c. Bedah Mayat ;

(2) Tarip Pemulasaraan/Perawatan Jenazah berlaku pro-porsional untuk semua jenazah dalam rangka pemakaman/ perabuan ;

(3) Tarip Bedah Mayat dan keterangan sebab kematian tidak meliputi biaya pemeriksaan laboratorium dan sejenisnya, diperhitungkan tersendiri.

BAB XXI

WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 32

Retribusi dipungut di Wilayah Daerah. BAB XXII

SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 33

Retribusi terutang dalam masa retribusi terjadi pada saat ditetapkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(19)

BAB XXIII

TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 34

(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan ;

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan.

BAB XXIV

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 35

Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi adminis-trasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari besarnya retribusi yang terutang yang tidak atau kurang bayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah.

BAB XXV

TATA CARA PENAGIHAN Pasal 36

(1) Surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran ; (2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran

atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis disampaikan Wajib Retribusi harus melunasi retribusi yang terutang ;

(3) Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk.

(20)

BAB XXVI

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 37

(1) Direktur dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi, sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau ketentuan Gubernur Kepala Daerah ;

(2) Pemberian pengurangan atau keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi, untuk mengangsur ;

(3) Pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada masyarakat yang ditimpa bencana alam dan atau kerusuhan.

BAB XXVII

KADALUARSA PENAGIHAN Pasal 38

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, dinyatakan kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi ;

(2) Kadaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila :

a. diterbitkan Surat Teguran ; atau

b. ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

(21)

BAB XXVIII KETENTUAN PIDANA

Pasal 39

(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terutang ;

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanaggaran.

BAB XXIX PENYIDIKAN

Pasal 40

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah ; (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

adalah:

a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan menelitiketerangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah ;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau

badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah ;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah ;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapat bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

(22)

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah ;

g. menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e ;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah ;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ;

j. menghentikan penyidikan ;

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberi-tahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum, sesuai dengan keten-tuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XXX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 41

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 13 Tahun 1988 tentang Tarip Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah yang dikuasai oleh Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur juncto Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 1994 dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.

(23)

Pasal 42

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Gubernur Kepala Daerah.

Pasal 43

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal di undangkan.

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur.

Ditetapkan di Surabaya

pada tanggal 22 Desember 1998

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I

PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR JAWA TIMUR

Ketua,

ttd. ttd.

(24)

Disahkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 12 April 1999 Nomor 974.35 – 303.

MENTERI DALAM NEGERI

ttd.

SYARWAN HAMID

Diundangkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Tanggal 26 April 1999 Nomor 1 Tahun 1999 Seri B.

A.n. GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

Sekretaris Wilayah/Daerah

ttd.

Drs. SOENARJO, MSi Pembina Utama Madya

NIP 510 040 479

Sesuai dengan aslinya

A.n. SEKRETARIS WILAYAH DAERAH Kepala Biro Hukum

ttd.

A S A N, S H Pembina N I P 510 050 109

(25)

PENJELASAN A T A S

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 1998

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN

I. PENJELASAN UMUM

Sehubungan dengan perkembangan sosial ekonomi dewasa fini, khususnya dalam kaitan dengan krisis moneter serta dilain fpihak dalam upaya mempertahankan pelayanan yang diberikan toleh Rumah Sakit Daerah agar sama dengan kondisi yang telah lada dan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Idimaksud, perlu meninjau kembali tarip Rumah Sakit Daerah yang fdikuasai oleh Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 13 Tahun 1988 juncto Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 1994 yang dirasakan sudah tidak sesuai |lagi dengan keadaan dewasa ini.

Perubahan tarip ini juga disebabkan karena kenaikan komponen Laya umum antara lain tarip listrik, solar untuk Genset/ Boiler, harga sabun, obat-obatan dasar dan strategis, bahan canan dan penggantian darah dari PMI.

Akibat kenaikan komponen biaya umum tersebut, sedangkan tarip Rumah Sakit yang telah ditetapkan sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan riel sehingga operasional Rumah Sakit mengalami ketimpangan.

Disamping itu yang sangat memberatkan Rumah Sakit adalah kenaikan suku cadang yang masih harus diimpor sampai dengan untuk peralatan medis utama, hal ini menyebabkan komponen jasa Rumah Sakit atau sarana yang ada makin tidak proporsional terhadap kebutuhan pembiayaannya dari satu cabang ; begitu pula perlengkapan listrik rutin seperti lampu-lampu umum dan lampu-lampu operasi dan semua peralatan kurang mendapatkan porsi pembiayaan rutin yang memadai.

Bila keadaan ini tidak segera diatasi untuk kelancaran operasional Rumah Sakit Daerah, maka subsidi dari APBD Tingkat I harus dinaikkan antara 2 (dua) sampai 2,5 (dua setengah) kali lipat. Mengingat kemampuan APBD Tingkat I yang terbatas maka kenaikkan ini jelas tidak memungkinkan, sehingga alternatif pemecahannya yang paling rasional dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan adalah menaikkan atau diadakan penyesuaian tarif Retribusi Rumah Sakit Daerah.

(26)

Untuk mengantisipasi besarnya biaya operasional alat-alat baru maka apabila dalam Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 13 Tahun 1988 Juncto Nomor 10 Tahun 1994 hanya ada 4 (empat) jenis tindakan medis yaitu Kecil, Sedang, Besar dan Khusus, maka dalam Rancangan Peraturan Daerah ini ada 6 (enam) jenis tindakan medis yaitu tindakan Sederhana ; Kecil ; Sedang ; Besar ; Canggih dan Khusus ; dengan pola ini maka pasien yang mampu dapat membantu bagi pasien yang kurang matnpu. Selain itu sesuai arahan Departemen Keuangan tarip Retribusi bagi kelas utama bagi Rumah Sakit Daerah Non Swadana harus pula ditetapkan dalam Peraturan Daerah.

Dari Uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa kenaikan tarip Rumah Sakit Daerah dalam Rancangan Peraturan Daerah ini tetap mempertimbangkan :

a. Fungsi sosial dari pada Rumah Sakit ;

b. Adanya subsidi silang dalam arti yang mampu membantu yang lemah ; c. Peningkatan pelayanan Rumah Sakit Daerah.

Retribusi sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini berlaku bagi seluruh Rumah Sakit Daerah, kecuali Rumah Sakit Kusta mengingat fungsi dan tujuan pelayanan yang diberikan maka Rumah Sakit Kusta tidak memungut retribusi bagi pelayanan yang diberikan.

II. PENJELASAN PASAL DEM I PASAL Pasal 1 huruf a s.d k : Cukup Jelas

huruf1 : yang dimaksud dengan wewenang untuk menggu-nakan semua penerimaan fungsional secara langsung, yaitu semua pembiayaan sebagai berikut :

1. Kegiatan operasional yang berkenaan dengan produksi barang dan atau jasa yang dibutuhkan ;

2. Kegiatan pemeliharaan ;

3. Peningkatan Sumber Daya Manusia di Unit Swadana yang bersangkutan.

Huruf m s.d. qq : Cukup Jelas

Pasal 2 s.d. 5 : Cukup Jelas

Pasal 6 : yang dimaksud frekuensi adalah banyakriya pasien dimaksud mendapat pelayanan ke-sehatan dari Instalasi di Rumah Sakit Daerah tersebut.

(27)

Pasal 7 s.d. Pasal 9 : Cukup Jelas

Pasal 10 : Tarip pelayanan bagi orang asing dan tarip General Chek up ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah karena pada dasarnya besaran tarip Rumah Sakit Daerah masih mendapat subsidi dari Pemerintah sehingga lebih murah daripada tarip untuk Warga Negara Asing.

Pasal 11 : Cukup Jelas

Pasal 12 : Tarip Rumah Sakit diperhitungkan atas dasar untuk Cost dengan memperhatikan ekonomi masyarakat, Tarip Rumah Sakit setempat lainnya serta kebijaksanaan Subsidi silang. Pasal 13 dan 14 : Cukup Jelas

Pasal 15 : Besaran Tarip Rawat Jalan ditetapkan ber-dasarkan perkalian 1/10 (satu persepuluh) dari Unit Cost pelayanan Rawat Inap Kelas II di masing-masing Rumah Sakit Daerah dengan memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, Tarip Rumah Sakit setempat lainnya serta kebijaksanaan Subsidi Silang.

Pasal 16 : Cukup Jelas

Pasal 17 : - Dalam menentukan besaran tarip perawatan diruangan termasuk di ruang intensive (ICU, ICCU, NICU dan lain-lain) dasarkan atas perhitungan Unit Cost rata-rata pelayanan Rawat Inap di masing-masing Rumah Sakit, dengan memperhatikan ke-mampuan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat, tarip Rumah Sakit setempat lainnya, kebijaksanaan subsidi silang.

- Tarip Rawat Inap di Kelas II dijadikan sebagai dasar perhitungan untuk penetapan tarip kelas perawatan lainnya dengan ketentuan :

a. Kelompok Rumah Sakit Umum : - Kelas IIIB - Kelas IIIA - Kelas II - Kelas I : : : :

1/3 x Unit Cost Kelas II ; 1/3 -X x Unit Cost Kelas II ; I x Unit Cost Kelas II ; 2-9 x Unit Cost Kelas II ; 10-20 x Unit Cost Kelas II ;

(28)

- Kelas Utama (Paviliun)

:

b. Kelompok Rumah Sakit Khusus dan Rumah Sakit Jiwa : - Kelas IIIB - Kelas IIIA - Kelas II - Kelas I - Kelas Utama (Paviliun) : : : : :

1/3 x Unit Cost Kelas II ; 1/3-1/2 x Unit Cost Kelas II ; 1 x Unit Cost Kelas II ; 2-4 x Unit Cost Kelas II ;

5-10 x Unit Cost Kelas (Paviliun) II.

Pasal 18 : - Dalam menentukan besaran tarip tindakan medis non operatip di masing-masing Rutnah Sakit didasarkan perhitungan Unit cost rata-rata tindakan medis non operatip Rawat Inap di masing-masing Rumah Sakit, dengan memperhatikan kemampuan dan ke-adaan sosial ekonomi masyarakat setempat dan Rumah Sakit setempat lainnya ;

- Besarnya komponen biaya jasa sarana untuk tarip tindakan medis non operatip ditetapkan dengan memperhatikan kemampuan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat dan Rumah Sakit setempat lainnya.

Pasal 19 : Cukup Jelas

Pasal 20 : - Dalam menentukan besaran tarip pemerik-saan Laboratorium Klinik, didasarkan perhitungan Unit Cost Laboratorium Klinik masing-masing Rumah Sakit dengan memperhatikan kemampuan dan keadaan sosial masyarakat setempat, Rumah Sakit setempat lainnya, Subsidi silang.

- Besarnya jasa pelayanan dan jasa sarana ditetapkan secara proporsional untuk setiap kelas perawatan.

(29)

Pasal 21 : - Dalam menentukan besaran tarip pemerik-saan Laboratorium Klinik dididasarkan perhitungan Unit Cost Laboratorium Klinik Pathologi Anatomi masing-masing Rumah Sakit dengan memperhatikan kemampuan dan keadaan sosial masyarakat setempat, tarip Rumah Sakit setempat lainnya, Subsidi silang dan lain-lain ;

- Besarnya Jasa Pelayanan dan Jasa Sarana Laboratorium Pathologi Anatomi Sederhana, Kecil, Sedang, Besar, Canggih dan Khusus, masing-masing ditetapkan secara proporsional untuk setiap kelas perawatan.

Pasal 22 : Perhitungan tarip pemeriksaan laboratorium Mikrobiologi ditetapkan sama dengan perhitungan tarip pemeriksaan laboratorium pathologi klinik.

Pasal 23 : - Dalam menentukan besaran tarip pemeriksaan Radio Diagnostik didasarkan per-hitungan Unit cost Radiologi masing-masing Rumah Sakit dengan memperhatikan kemampuan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat, subsidi silang dan Rumah Sakit setempat lainnya ;

- Besarnya jasa pelayanan dan jasa sarana pemeriksaan Radio Diagnostik ditetapkan secara proporsional untuk setiap kelas perawatan.

Pasal 24 : Besarnya jasa pelayanan dan jasa sarana pemeriksaan diagnostik elektromedis ditetapkan secara proporsional untuk setiap kelas perawatan.

Pasal 25 : Cukup jelas.

Pasal 26 : Tarip pelayanan persalinan Normal dihitung atas dasar rata-rata Unit Cost persalinan.

Pasal 27 : Cukup jelas.

Pasal 28 : - Besarnya Jasa Pelayanan dan Jasa Sarana Rehabilitasi Medis ditetapkan secara proporsional untuk setiap kelas perawatan ;

(30)

- Pelayanan Rehabilitasi Medis juga meli-puti pelayanan rehabilitasi mental.

Pasal 29 : Cukup Jelas

Pasal 30 : Cukup Jelas

Pasal 31 : - Untuk menentukan tarip pemulasaraan/ perawatan jenazah diperhitungkan atas dasar jasa sarana dan jasa pelayanan yang ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit atas dasar Unit Cost dengan memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat serta tarip Rumah Sakit setempat lainnya ;

- Besarnya biaya jasa sarana untuk perawatan jenazah/jasad, konservasi jenazah serta bedah mayat ditetapkan secara proporsional untuk setiap kelas perawatan.

Pasal 32 s.d. 43 : Cukup Jelas

Referensi

Dokumen terkait

Grafik di atas sekiranya sesuai dengan riset e-commerce yang telah disebutkan pada awal bab ini, yaitu adanya kenaikan yang konstan dalam industri bisnis online

Pengujian dilakukan dengan menempatkan perangkat kendali yang telah dirancang beserta perangkat yang akan dikendalikan di dalam kamar dan kemudian melakukan pengendalian

(1) nilai-nilai moral menyangkut hubungan manusia dengan diri sendiri dalam dongeng di wilayah Eks-Karesidenan Besuki (2) nilai-nilai moral menyangkut hubungan

Kesepakatan Bersama yang dilakukan oleh Kepala Pusat terhadap kegiatan yang bersifat teknis operasional dan merupakan tugas/wewenang Pusat Pengembangan Sumber Daya

Manfaat dari segi teori adalah penelitian ini dapat memberikan informasi baru yang mengaitkan antara kecerdasan majemuk dengan kemampuan berpikir kritis karena

Seorang anak diatas 10 tahun datang di poli THT dengan keluhan adanya pembesaran didaerah leher kemungkinan penderita tersebut adalah :.. Laringitis

Pemberian segenap diri kepada Allah dan kepada saudara, yang hari demi hari menimba semangat dari Injil, seperti dilakukan oleh kedua bruder Feliks, itulah motivasi kokoh-kuat

1) Teori menetapkan adanya hubungan dari fakta yang ada. 2) Mengembangkan sistem klasifikasi dan struktur konsep. 3) Teori harus dapat mengikhtiarkan fakta-fakta. Maka dari itu