• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK DENGAN PERILAKU TANGGUNG JAWAB SISWA DI MTs BANU HAYSIM SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK DENGAN PERILAKU TANGGUNG JAWAB SISWA DI MTs BANU HAYSIM SIDOARJO."

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK DENGAN PERILAKU TANGGUNG JAWAB SISWA

DI MTs BANU HASYIM SIDOARJO

SKRIPSI

DISUSUN OLEH :

Eldayasa Septyaningrum

D71213091

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Eldayasa Septyaningrum, 2017. Hubungan Antara Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akidah Akhlak dengan Perilaku Tanggung Jawab Siswa di MTs Banu Hasyim Sidoarjo. Skripsi, Jurusan Pendidikan Islam, Prodi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Masa remaja merupakan masa transisi (masa peralihan) dari suatu keadaan ke keadaan lainnya. Hal ini menyebabkan perilaku remaja menjadi tidak stabil sehingga mengarah kepada kenakalan-kenakalan yang biasa dilakukan oleh siswa, seperti sering terlambat datang ke sekolah, membolos, mencorat coret bangku sekolah, atau tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Contoh-contoh perilaku tersebut menunjukkan bahwa anak kurang memiliki tanggung jawab. Anak belum melakukan perbuatan sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Pendidikan Agama Islam khususnya mata pelajaran Akidah-Akhlak memiliki peran penting dalam menciptakan manusia yang beriman dan bertaqwa yang memiliki perilaku/akhlak yang baik. Salah satu kategori berakhlak baik adalah memiliki perilaku tanggungjawab. Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara prestasi belajar mata pelajaran Akidah Akhlak dengan perilaku tanggung jawab siswa di MTs Banu Hasyim Sidoarjo.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, angket, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan untuk analisis data menggunakan tabel distribusi frekuensi, statistik korelasi Product Moment Pearson, dan tabel interpretasi nilai r Product Moment Pearson.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ...iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ...iv

MOTTO ...v

PERSEMBAHAN ...vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...vii

ABSTRAK ...viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ...xii

DAFTAR TABEL ...xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...xix

BAB I : PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

(8)

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Kegunaan Penelitian...6

E. Penelitian Terdahulu ...7

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ...8

G. Definisi Operasional...9

H. Sistematika Pembahasan ...11

BAB II : LANDASAN TEORI ...13

A. Tinjauan tentang Prestasi Belajar ...13

1. Pengertian Prestasi Belajar ...13

2. Tipe Prestasi Belajar...14

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ...19

B. Tinjauan tentang Mata Pelajaran Akidah Akhlak ...24

1. Konsep Dasar Ilmu Akidah ...24

2. Konsep Dasar Ilmu Akhlak ...28

3. Mata Pelajaran Akidah Akhlak ...38

C. Tinjauan tentang Perilaku Tanggung Jawab Siswa ...40

1. Pengertian Tanggung Jawab...40

2. Macam-macam Tanggung Jawab ...42

(9)

E. Hipotesis Penelitian ...49

BAB III : METODE PENELITIAN ...51

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ...51

1. Jenis Penelitian ...51

2. Rancangan Penelitian ...53

B. Variabel, Indikator, dan Instrumen Penelitian ...54

1. Variabel dan Indikator Penelitian...54

2. Instrumen Penelitian...57

C. Populasi dan Sampel ...63

1. Populasi ...63

2. Sampel ...64

3. Teknik Sampling ...65

D. Teknik Pengumpulan Data ...66

1. Wawancara ...66

2. Kuesioner / Angket ...66

3. Observasi / Pengamatan ...67

4. Dokumentasi ...68

E. Teknik Analisis Data ...68

1. Analisis Pendahuluan ...68

2. Analisis Hipotesis ...71

(10)

BAB IV : HASIL PENELITIAN ...73

A. Deskripsi Data ...73

1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ...73

a. Sejarah Berdirinya MTs Banu Hasyim Sidoarjo ...73

b. Visi dan Misi MTs Banu Hasyim Sidoarjo ...74

c. Tujuan MTs Banu Hasyim Sidoarjo ...75

d. Letak Geografis ...77

e. Profil Sekolah ...77

f. Kegiatan Ekstrakurikuler MTs Banu Hasyim Sidoarjo ...78

g. Fasilitas MTs Banu Hasyim Sidoarjo ...79

h. Prestasi Siswa ...79

i. Data Guru dan Murid ...80

2. Penyajian Data tentang Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akidah Akhlak dan Perilaku Tanggung Jawab Siswa di MTs Banu Hasyim Sidoarjo ...82

a. Data Tentang Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akidah Akhlak Siswa di MTs Banu Hasyim Sidoarjo ...84

b. Data tentang Perilaku Tanggung Jawab Siswa di MTs Banu Hasyim Sidoarjo ...89

B. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ...108

(11)

a. Analisis Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akidah Akhlak Siswa di

MTs Banu Hasyim Sidoarjo ...109

b. Analisis Perilaku Tanggung Jawab Siswa MTs Banu Hasyim Sidoarjo ...115

2. Analisis Hipotesis ...123

3. Analisis Lanjutan...130

BAB V : PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN ...132

BAB VI : SIMPULAN DAN SARAN ...135

A. SIMPULAN ...135

B. SARAN ...136

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa perkembangan remaja dikenal sebagai masa penuh kesukaran dan persoalan. Hal ini terjadi karena individu remaja sedang berada dipersimpangan jalan antara dunia anak-anak dan dunia dewasa. Sehubungan dengan hal ini, hampir dapat dipastikan bahwa segala sesuatu yang sedang mengalami atau dalam keadaan transisi (masa peralihan) dari suatu keadaan ke keadaan lainnya selalu menimbulkan gejolak, goncangan, dan benturan yang kadang-kadang berakibat sangat buruk bahkan fatal (mematikan).1

Hal ini menyebabkan perilaku remaja menjadi tidak stabil sehingga mengarah kepada kenakalan-kenakalan yang biasa dilakukan oleh siswa, seperti sering terlambat datang ke sekolah, membolos sekolah, mencorat coret bangku sekolah, tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR), tidak peduli terhadap lingkungan sekitar, malas belajar, hanya mengerjakan shalat saat dipantau guru atau orang tua, malas mengikuti upacara bendera, bahkan tidak berperilaku jujur terhadap orang tuanya sendiri. Contoh-contoh perilaku tersebut menunjukkan bahwa anak kurang memiliki tanggung jawab. Siswa belum melakukan perbuatan sebagai perwujudan kesadaran akan

1

(13)

kewajibannya sebagai seorang hamba Allah, siswa, dan anak. Hal ini menunjukkan betapa rapuhnya pondasi moral dan spiritual kehidupan bangsa. Keadaan demikian merupakan tantangan bagi pendidikan

Supaya hal-hal seperti itu tidak terjadi atau terulang lagi, maka harus dibentuk perilaku yang baik pada anak tersebut. Salah satu proses pembentukan perilaku yang baik pada anak adalah melalui peran pendidikan, khususnya Pendidikan Agama Islam (PAI). Melalui pendidikan, anak akan mendapatkan pengetahuan tentang perilaku yang baik dan tidak baik. Sehingga mereka mampu menerapkan perilaku yang baik dan menjauhi perilaku yang buruk dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan agama merupakan aspek penting bagi kehidupan manusia. Menurut Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami kandungan ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati makna tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.2 Menurut Ahmad D. Marimba tujuan terakhir pendidikan Islam ialah terbentuknya kepribadian Muslim. Yang dimaksud dengan kepribadian muslim ialah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya yakni baik tingkah laku luarnya kegiatan-kegiatan jiwanya, maupun filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Tuhan,

2

(14)

penyerahan diri kepada-Nya. Menurut M. Athiyah Al-Abrasyi tujuan utama dari pendidikan Islam adalah pembentukan moral yang tinggi.3 Sehingga dapat disimpulkan tujuan Pendidikan Agama Islam disamping untuk meningkatkan ilmu pengetahuan juga untuk membentuk akhlak/perilaku yang mulia berdasarkan ajaran agama Islam.

Akidah-Akhlak di Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang merupakan peningkatan dari akidah dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar.4 Secara substansial mata pelajaran Akidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Al-akhlak al-karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.

Mata pelajaran Akidah-Akhlak bertujuan untuk:5

1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,

3

Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1991), h. 112-113

4

Peraturan menteri agama Republik Indonesia nomor 000912 tahun 2013 tentang kurikulum madrasah 2013 mata pelajaran pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab, h. 43

(15)

serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

2. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.

Dengan demikian siswa diharapkan tidak hanya mampu menguasai ilmu pengetahuan agama saja, akan tetapi mereka juga mampu mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam hal bersikap atau berperilaku sesuai dengan ajaran Agama Islam. Akhlak/perilaku merupakan ukuran/barometer yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai kadar iman seseorang.6 Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW dari Abu Hurairah ra :

ٍقوُرْسَم ْنَع ٍلِئاَو يِبَأ ْنَع ِشَمْعَْْا ْنَع َةَزْمَح يِبَأ ْنَع ُناَدْبَع اَنَ ثدَح

َااَ اَمُ ْ نَع ُ لاا َيِ َ وٍرْمَع ِنْب ِ لاا ِدْبَع ْنَع

ُ لاا ىلَص يِبناا ْنُكَي ْمَا

ْمُكَنَسْحَأ ْمُكِ اَيِخ ْنِم نِإ ُاوُقَ ي َناَكَو اًشِحَفَ تُم َََو اًشِحاَف َملَسَو ِ ْيَلَع

اً ََْخَأ

Artinya : Telah bercerita kepada kami 'Abdan dari Abu Hamzah dari Al A'masy dari Abu Wa'il dari Masruq dari 'Abdullah bin "Amru radliallahu 'anhu berkata; "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah sekalipun

6

(16)

berbicara kotor (keji) dan juga tidak pernah berbuat keji dan beliau bersabda: "Sesungguhnya di antara orang yang terbaik dari kalian adalah orang yang paling baik akhlaqnya”.7

Dari hadits tersebut dapat diketahui bahwa ciri-ciri orang beriman adalah memiliki akhlak mulia. Sehingga setiap muslim harus memiliki akhlak yang baik supaya sempurna keimanannya.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas, seara umum menunjukkan bahwa Pendidikan Agama Islam khususnya mata pelajaran Akidah Akhlak memiliki peran penting yaitu menciptakan manusia yang beriman dan bertaqwa serta memiliki perilaku atau akhlak yang baik. Salah satu kategori berakhlak baik adalah memiliki perilaku tanggungjawab atau melakukan perbuatan sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Dan yang menjadi salah satu indikator keberhasilan belajar siswa adalah prestasi belajarnya. Namun yang menjadi permasalahan sekarang apakah siswa yang memiliki prestasi belajar yang baik pada mata pelajaran Akidah Akhlak juga memiliki akhlak atau perilaku yang baik, khususnya perilaku tanggung jawab? Oleh karena itu, peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan antara Prestasi Belajar Akidah Akhlak dengan Perilaku

Tanggung Jawab Siswa di MTs Banu Hasyim Sidoarjo”.

7

(17)

B. Rumusan Masalah

Setelah melihat latar belakang masalah diatas, maka dapat dipaparkan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana prestasi belajar mata pelajaran Akidah Akhlak siswa di MTs Banu Hasyim Sidoarjo ?

2. Bagaimana perilaku tanggung jawab siswa di MTs Banu Hasyim Sidoarjo ?

3. Bagaimana hubungan prestasi belajar mata pelajaran Akidah Akhlak dengan perilaku tanggung jawab siswa di MTs Banu Hasyim Sidoarjo ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan memperoleh data tentang prestasi belajar mata pelajaran Akidah Akhlak siswa di MTs Banu Hasyim Sidoarjo

2. Untuk mengetahui dan memperoleh data perilaku tanggung jawab siswa di MTs Banu Hasyim Sidoarjo

3. Untuk menguji sejauh mana hubungan prestasi belajar mata pelajaran Akidah Akhlak dengan perilaku tanggung jawab siswa di MTs Banu Hasyim Sidoarjo

(18)

Penelitian ini diharapkan dapat memperbanyak khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

2. Praktis

a. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat digunakan sebagai karya ilmiah dalam rangka mengembangkan kompetensi peneliti, serta digunakan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan program sarjana strata satu (S1) Jurusan Pendidikan Islam Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya.

b. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi khususnya pada mata pelajaran Akidah Akhlak.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai Akidah Akhlak dan perilaku adalah penelitian yang dilakukan oleh Miftakhul Khusna dengan judul penelitian “Korelasi Antara Hasil Belajar Mata Pelajaran Akidah Akhlak dengan

(19)

menunjukkan bahwa rhitung lebih besar daripada rtabel (0,385 > 0,294) / (0,385 > 0,380), dengan demikian maka Hipotesis Nihil (H0) ditolak dan hipotesis kerja (Ha) diterima. Ini berarti terdapat korelasi/hubungan yang signifikan antar kedua variabel tersebut. Dan untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara hasil belajar mata pelajaran akidah akhlak (variabel X) dengan perilaku siswa kelas IX MTs. Darussalam Sidodadi Taman Sidoarjo (variabel Y), maka maka rhitung diinterpretasikan pada tabel interpretasi r product moment, dan hasilnya adalah rhitung berada dalam kisaran 0,20 – 0,40 yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi antar kedua variabel tetapi korelasi itu lemah atau rendah.

Meskipun judul penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdapat kesamaan dengan penelitian terdahulu, akan tetapi masih terdapat perbedaan didalamnya yakni perbedaan variabel, tempat, dan waktu yang dilakukan peneliti dengan penelitian terdahulu. Sehingga keaslian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan.

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Dari beberapa permasalahan yang telah diidentifikasi diatas, maka permasalahan pada penelitian ini dibatasi pada :

(20)

2. Karena keterbatasan waktu, maka sampel yang diambil bukan seluruh siswa di sekolah tersebut tetapi hanya perwakilan dari masing-masing kelas VII, VIII, dan IX

3. Penelitian ini difokuskan pada prestasi belajar mata pelajaran Akidah Akhlak yang akan diperoleh dari nilai UAS mata pelajaran Akidah Akhlak.

4. Kesimpulan hasil penelitian ini hanya berlaku di MTs Banu Hasyim Sidoarjo.

G. Definisi Operasional

1. Prestasi belajar adalah apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar.8 Dalam hal ini, prestasi belajar yang dimaksud oleh penulis adalah nilai UAS mata pelajaran Aqidah Akhlak semester ganjil perwakilan siswa kelas VII, VIII, dan IX MTs Banu Hasyim Sidoarjo

2. Akidah secara istilah (dalam agama) berarti perkara yang wajib dibenarkan oleh hati, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.9 Sedangkan Syekh Hasan al-Banna dalam bukunya al-„aqa‟id menyatakan akidah

8

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 151

9

(21)

sebagai sesuatu yang seharusnya hati membenarkannya sehingga menjadi ketenangan jiwa, yang menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan dan keraguan.10

Sementara Akhlak secara etimologis berarti budi pekerti, tingkah laku atau tabiat. Secara terminologis, akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.11

Mata pelajaran Akidah Akhlak adalah salah satu mata pelajaran PAI yang merupakan peningkatan dari akidah dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar.

3. Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.12

4. Tanggung jawab adalah berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Tanggung jawab juga berarti kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya, yang disengaja maupun yang tidak disengaja.13 Dalam hal ini yang dimaksud tanggung jawab oleh penulis adalah kesadaran siswa untuk melaksanakan segala tugas dan

10

Muhaimin, dkk, Studi Islam:Dalam Ragam Dimensi dan Pendekatan, (Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2014), Cet. Ke-4, h. 259

11

Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Studi Islam, ibid, h. 65

12

Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat bahasa : Edisi Keempat, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2014), Cet. Ke-8, h. 1056

13

(22)

kewajibannya (tanggungjawabnya) ketika berada di lingkungan sekolah maupun diluar sekolah.

H. Sistematika Pembahasan

Dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akidah Akhlak dengan Perilaku Tanggung Jawab Siswa di MTs Banu Hasyim Sidoarjo”, menggunakan sistematika pembahasan sebagai

berikut :

Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang memaparkan pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian, yang meliputi : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penelitian Terdahulu, Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian, Definisi Operasional, dan Sistematika Pembahasan.

Bab kedua merupakan bab landasan teori yang terdiri dari lima sub pokok bahasan. Pertama, pembahasan tentang prestasi belajar. Kedua, pembahasan tentang mata pelajaran Akidah Akhlak. Ketiga, pembahasan tentang perilaku tanggung jawab siswa. Keempat, pembahasan tentang hubungan prestasi belajar akidah akhlak dengan perilaku tangung jawab siswa. Kelima, hipotesis penelitian.

(23)

Bab keempat merupakan bab hasil penelitian, berisikan deskripsi data, analisis data dan pengujian hipotesis

Bab kelima merupakan bab pembahasan dan diskusi hasil penelitian, berisikan pembahasan dan diskusi hasil penelitian

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan tentang Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan gabungan dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti hasil

usaha.1 Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, prestasi merupakan hasil baik yang dicapai.2 Sedangkan belajar, telah didefinisikan oleh para ahli sebagai berikut :

Menurut Slameto, yang dikutip oleh Tohirin menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Oemar Hamalik, belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku.3

1

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran : Prinsip Teknik Prosedur, (Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA, 2014), Cet-Ke 6, h. 12

2

Bambang Marhiyanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Victori Inti Cipta), h. 401 3

(25)

Menurut Brower, yang dikutip oleh Oemar Hamalik menyatakan bahwa belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktifitas, praktik, dan pengalaman.4 Sedangkan menurut James O. Whittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.5

Sehingga prestasi belajar adalah apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar.6 Pencapaian prestasi belajar siswa merujuk kepada aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh karena itu, ketiga aspek diatas juga harus menjadi indikator prestasi belajar. Artinya, prestasi belajar harus mencakup aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.7

2. Tipe Prestasi Belajar

Menurut Nana Sudjana yang dikutip oleh Tohirin, tipe prestasi belajar ada tiga yakni, tipe prestasi belajar bidang kognitif (pengetahuan), tipe prestasi belajar bidang afektif (sikap dan nilai), dan tipe prestasi belajar bidang psikomotorik (keterampilan / skill).8 Ketiga tipe prestasi belajar tersebut akan dijelaskan dibawah ini :

a. Tipe prestasi belajar bidang kognitif

4

Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2010), Cet-Ke 7, h. 45

5

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, ibid, h. 126 6

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam : Berbasis Integrasi dan Kompetensi, ibid, h. 151

7

Ibid., h.151 8

(26)

Tipe-tipe prestasi belajar bidang kognitif mencakup : 1) Tipe prestasi belajar pengetahuan hafalan (knowledge)

Pengetahuan ini mencakup aspek-aspek faktual dan ingatan (sesuatu hal yang harus diingat kembali) seperti batasan, peristilahan, pasal, hukum, bab, ayat, rumus, dan lain-lain. 2) Tipe prestasi belajar pemahaman (comprehention)

Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep. Ada tiga macam pemahaman yaitu : (1) pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna yang terkandung didalamnya, misalnya memahami kalimat bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia (terjemahan Al-Quran), (2) pemahaman penafsiran, misalnya membedakan dua konsep yang berbeda, dan (3) pemahaman ekstrapolasi, yakni kesanggupan melihat dibalik yang tertulis, tersirat dan tersurat, meramalkan sesuatu, danmemperluas wawasan.

3) Tipe prestasi belajar penerapan (aplikasi)

(27)

hukum atau dalil dan rumus yang diterapkan dalam suatu persoalan.

4) Tipe prestasi belajar analisis

Merupakan kesanggupan memecahkan, menguraikan suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti. Analisis merupakan tipe belajar yang kompleks, yang memanfaatkan unsur tipe hasil belajar sebelumnya, yakni pengetahuan, pemahaman dan aplikasi. Kata-kata operasinal yang lazim digunakan untuk menganalisis antara lain, menguraikan, memecahkan, membuat diagram, memisahkan, membuat garis besar, merinci, membedakan, menghubungkan, memilih alternatif, dan lain-lain.

5) Tipe prestasi belajar sintesis

Sistesis adalah lawan dari analisis. Sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian-bagian menjadi satu integritas. Sintesis juga memerlukan hafalan, pemahaman, aplikasi, dan analisis. Kata-kata operasional untuk melakukan sintesis adalah mengategorikan, menggabungkan, menghimpun, menyusun, mencipta, merancang, mengonstruksi, mengorganisasi kembali, merevisi, menyimpulkan, menghubungkan, mensistematisasi, dan lain-lain.

(28)

Merupakan kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya dan kriteria yang digunakannya. Untuk dapat melakukan evaluasi diperlukan pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis. Kata-kata operasional untuk tipe prestasi belajar evaluasi adalah menilai, membandingkan, mempertimbangkan, mempertentangkan, menyarankan, mengkritik, menyimpulkan, mendukung, memberikan pendapat, dan lain-lain.

b. Tipe prestasi belajar bidang afektif

Bidang afektif berkenan dengan sikap dan nilai. Tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe prestasi belajar mencakup : 1) Receiving atau attending, yaitu kepekaan dalam menerima

rangsangan (stimulus) dari luar yang datang pada siswa , baik dalam bentuk masalah situasi, gejala.

2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar.

3) Valuing (penilaian), yakni berkenaan dengan penilaian dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus.

(29)

5) Karakteristik dan internalisasi nilai, yakni keterpaduan dari semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan perilakunya.

c. Tipe prestasi belajar bidang psikomotor

Tipe prestasi belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill), dan kemampuan bertindak seseorang. Adapun tingkatan keterampilan itu meliputi :

1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang sering tidak disadari karena sudah merupakan kebiasaan).

2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar

3) Kemampuan perspektual termasuk didalamnya membedakan visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain.

4) Kemampuan di bidang fisik seperti kekuatan, keharmonisan dan ketepatan

5) Gerakan-gerakan yang berkaitan dengan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks

6) Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

(30)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa ada tiga, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar.9 Berikut penjelasan tentang faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Muhibbin Syah, antara lain:10 a. Faktor Internal Siswa

Faktor internal atau faktor dari dalam diri siswa yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor internal ini meliputi dua aspek, yakni aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).

1) Aspek fisiologis

Aspek fisiologis ini meliputi kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya sehingga dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi,

9

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, ibid, h. 132 10

(31)

memilih pola istirahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan. Selain itu kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat juga sangat mempengaruhi siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas.

2) Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun diantara faktor-faktor rohaniyah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial adalah sebagai berikut : a) Inteligensi Siswa

Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.

b) Sikap Siswa

(32)

merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap orang, barang dan sebagainya, baik secara positif ataupun secara negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif terutama kepada guru dan mata pelajaran yang disajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya sikap negatif siswa terhadap guru dan mata pelajarannya, apalagi jika diiringi kebencian kepada guru atau mata pelajarannya dapat menimbulkan kesulitan belajar pada siswa tersebut.

c) Bakat Siswa

Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya pencapaian prestasi belajar pada bidang – bidang studi tertentu.

d) Minat Siswa

(33)

yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.

e) Motivasi Siswa

Motivasi ialah keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu atau pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah. Motivasi ada dua yaitu motivasi intrinsik (motivasi yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar) dan yang kedua adalah motivasi ekstrinsik (hal atau keadaan yang datang dari luar individu siswa yag juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar). b. Faktor Eksternal Siswa

Faktor eksternal atau faktor dari luar diri siswa yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor eksternal juga ada dua macam yaitu :

1) Lingkungan Sosial

(34)

Lingkungan sosial sekolah meliputi para guru yang harus menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik serta menjadi teladan dalam hal belajar, staf – staf administrasi di lingkungan sekolah, dan teman – teman di sekolah dapat mempengaruhi semangat belajar siswa.

Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa karena siswa juga berada dalam suatu kelompok masyarakat dan teman – teman sepermainan

serta kegiatan-kegiatan dalam kehidupan bermasyarakat dan pergaulan sehari- hari yang dapat mempengaruhi prestasi belajar.

2) Lingkungan Non Sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

c. Faktor Pendekatan Belajar

(35)

dikelompokkan menjadi 3 yaitu, pendekatan surface (permukaan/bersifat lahiriah dan dipengaruhi oleh faktor luar), pendekatan deep approach (pendekatan mendalam), dan achieving approach (pendekatan mencapai prestasi tinggi.

B. Tinjauan tentang Mata Pelajaran Akidah Akhlak 1. Konsep Dasar Ilmu Akidah

a. Pengertian Akidah

Kata Akidah dalam bahasa Arab adalah „aqidah yang diambil dari kata dasar „aqada, ya‟qidu, „aqdan, „aqidatan, yang berarti simpul, ikatan, perjanjian. Setelah berbentuk menjadi „aqidah, maka ia bermakna keyakinan. Dengan demikian, „aqidah yang berhubungan dengan kata „aqdan menjadi bermakna keyakinan yang kokoh di hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.11

Sedangkan dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, akidah adalah keyakinan dasar, kepercayaan pokok.12 Adapun pengertian akidah menurut beberapa tokoh adalah : menurut Ibnu Taimiyah, akidah adalah suatu perkara yang harus dibenarkan dalam hati, dengannya jiwa menjadi tenang sehingga jiwa itu menjadi yakin serta mantap tidak dipengaruhi oleh keraguan dan juga tidak dipengaruhi

11

Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Studi Islam, ibid, h. 57 12

(36)

oleh swaksangka. Selanjutnya Hasan Al-Bana menyatakan akidah sebagai sesuatu yang seharusnya hati membenarkannya sehingga menjadi ketenangan jiwa yang menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan dan keraguan.13 Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy, akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Sedangkan menurut Mahmud Syaltut, akidah sebagai suatu sistem kepercayaan dalam Islam , diyakini sebelum apapun dan sebelum melakukan apapun, tanpa ada keraguan sedikitpun dan tanpa ada unsur yang mengganggu kebersihan keyakinannya itu.14

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa akidah adalah perkara yang wajib dibenarkan oleh hati, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.

b. Sumber Akidah 1) Al-Quran15

a) QS. Al-Baqarah (2) : 177

13

Muhaimin, dkk, Studi Islam : dalam Ragam Dimensi & Pendekatan, ibid, h. 259 14

Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Studi Islam, ibid, h. 58-59

15

(37)

Artinya : “bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya

kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi” (QS. Al-Baqarah (2) : 177)

Artinya : “serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmahdan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik” (QS. An- Nahl (16) : 125)

2) Hadits

(38)

b) Hadits Ibnu Abbas ra : “Ketika Rasulullah mengutus Mu’adz bin Jabal ra. ke Yaman, berpesan : Anda akan menghadapi orang ahli kitab, maka hal pertama yang anda ajarkan kepada mereka adalah tauhid dalam beribadah kepada Allah”

c. Tujuan Ilmu Akidah

Ketauhidan tidak hanya menyangkut hal-hal yang bersifat bathin saja, tetapi juga meliputi sikap, tingkah laku, perbuatan dan perkataan. Secara terperinci maksud dan tujuan ilmu tauhid adalah :16 1) Sebagai sumber dan motivator perbuatan kebajikan dan

keutamaan

2) Membimbing ke arah jalan yang benar dan sekaligus pendorong mengerjakan ibadah dengan penuh keikhlasan. 3) Mengeluarkan jiwa manusia dari kegelapan, kekacauan dan

kegoncangan hidup yang dapat menyesatkan.

4) Mengantarkan umat manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin

d. Manfaat Ilmu Akidah

Diantara manfaat mempelajari ilmu akidah adalah sebagai berikut :

1) Tauhid sebagai akidah dan falsafah hidup

2) Tauhid memupuk dan melahirkan kesehatan mental seseorang

16

(39)

3) Tauhid memberikan pengajaran dan pendidikan ilmu tauhid 4) Tauhid memupuk dan membentuk kepribadian manusia e. Ruang Lingkup Kajian Ilmu Akidah

Ruang lingkup kajian akidah adalah sebagai berikut :17

1) Ilahiyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah SWT, seperti wujud Allah SWT, sifat-sifat Allah SWT, perbuatan Allah SWT dan lain-lain.

2) Nubuwat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul termasuk pembahasan tentang kitab-kitab Allah SWT, mu’jizat dan lain sebagainya. 3) Ruhaniyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

berhubungan dengan alam metafisik seperti Malaikat, Jin, Iblis, Syaitan, Roh dan lain sebagainya.

4) Sam‟iyyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat dalil naqli berupa Al-Quran dan Sunnah, seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga neraka dan lainnya.

2. Konsep Dasar Ilmu Akhlak a. Pengertian Akhlak

17

(40)

Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa Arab قاخا yang merupakan bentuk jamak dari kata قاخ (khuluq) yang artinya tabiat, budi pekerti, kebiasaan atau adat, keperwiraan, kesatriaan, kejantanan, agama, dan kemarahan (al-ghadab).18 Secara terminologis, akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.19

Selain itu terdapat pengertian akhlak menurut beberapa ulama diantaranya adalah : Imam al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang melahirkan tindakan-tindakan mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikiran ataupun pertimbangan.20 Selanjutnya Ibnu Maskawaih mendefinisikan akhlak dengan suatu kondisi jiwa yang menyebabkan suatu aktivitas dengan tanpa dipikirkan atau dipertimbangkan terlebih dahulu.21 Sedangkan Ahmad Amin mendefinisikan akhlak sebagai kehendak yang dibiasakan , maksudnya apabila kehendak itu sudah menjadi suatu kebiasaan maka itulah yang dinamakan akhlak.22

18

Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Akhlak Tasawuf, (Surabaya : UIN Sunan Ampel Press, 2013), Cet-Ke 3, h. 1

19

Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Studi Islam, ibid, h. 65 20

Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Akhlak Tasawuf, ibid, h. 2 21

Muhaimin, dkk, Studi Islam : dalam Ragam Dimensi & Pendekatan, ibid, h. 262 22

(41)

Sehingga dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah tindakan yang dilakukan manusia tanpa melalui pertimbangan tertentu sebelumnya dan muncul menjadi suatu kebiasaan. Sedangkan yang dimaksud dengan ilmu akhlak adalah seperangkat pengetahuan yang mempunyai metode tertentu untuk mempelajari perilaku, tabiat atau perangai manusia dengan tujuan untuk menciptakan manusia agar supaya menjadi individu-individu yang memiliki budi pekerti baik dan luhur.23

b. Ruang Lingkup Kajian Ilmu Akhlak

Ruang lingkup akhlak adalah sebagai berikut :24 1) Akhlak dalam berhubungan dengan Allah SWT

Bentuknya adalah dengan menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Mencintai Allah SWT dan mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Mengakui keagungan Allah SWT sehingga memiliki rasa malu untuk berbuat maksiat. Mengakui Rahmad Allah SWT dalam segala hal, sehingga memiliki kemauan keras untuk berdoa kepadaNya dan mencari ridho Allah SWT.

2) Akhlak dalam berhubungan dengan sesama manusia

23

Ibid., h. 4 24

(42)

Bentuknya adalah dengan saling menjalin sikap silaturahmi, saling menghormati dan menghargai, saling toong-menolong, saling menasehati. Tidak menyakiti orang lain, baik dalam bentuk perkataan, perbuatan maupun sikap. Tidak bersikap sombong dihadapan orang lain. Mengedepankan sikap maaf jika terjadi perselisihan.

3) Akhlak dalam berhubungan dengan alam

Bentuknya adalah dengan menjaga kelestarian alam, karena alam juga makhluk Allah SWT yang berhak hidup seperti manusia. Hal itu dapat dilakukan dengan menyadari bahwa diri manusia diciptakan dari unsur alam, yaitu tanah. Dengan demikian, alam adalah bagian dari diri manusia.

c. Pembagian Akhlak

Akhlak dibagi menjadi dua macam, yaitu akhlak terpuji (akhlakul mahmudah / akhlak al-karimah ) dan akhlak tercela (akhlakul madzmumah).25

Akhlak al-karimah berarti tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah.26

25

Aminuddin, dkk, Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Agama Islam, ibid, h. 96

26

(43)

Bentuk akhlakul mahmudah itu banyak sekali dan setiap orang menginginkan untuk memilikinya, diantaranya adalah :27

1) Al-Amanah

Al-Amanah menurut bahasa adalah kesetiaan ketulusan hati, kepercayaan atau kejujuran. Menurut Hamzah Ya’kub yang

dikutip oleh Ali Mas’ud, amanah ialah suatu sifat dan sikap pribadi yang setia, tulus hati dan jujur dalam melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya, berupa harta benda rahasia maupun tugas kewajiban.

2) Ash-Shidqu

Yang dimaksud dengan ash-shidqu adalah memberitahukan sesuatu sesuai dengan fakta (kejadian)nya, atau mengabari lainnya menurut apa yang ia yakini akan kebenarannya. Dalam Bahasa Indonesia disebut dengan istilah benar atau jujur. Penggambaran ini tidak hanya dalam ucapan, juga dalam/mengenai perbuatan seperti isyarah dengan tangan, goyang kepala dan sebagainya.

3) Al-„Adlu

Dalam buku Taisirul Khallaq disebutkan bahwa adil ialah berlaku sama tengah dalam segala urusan dan melaksanakannya sesuai dengan ketentuan syariat. Sifat dan sikap adil ada dua

27Ali Mas’ud,

(44)

macam : pertama, adil yang berhubungan dengan perseorangan, yakni tindakan memberi hak kepada yang mempunyai hak. Apabila seseorang mengambil haknya tanpa melewati batas atau memberikan hak orang lain tanpa menguranginya. Kedua, adil yang berhubungan dengan kemasyarakatan dan pemerintahan, misalnya tindakan hakim yang menghukum orang-orang jahat atau orang-orang yang bersengketa sepanjang neraca keadilan. 4) Asy-Syaja‟ah

Syaja’ah berarti berani, sedang yang dinamakan berani adalah

keteguhan hati dalam membela dan mempertahankan yang benar, tidak mundur karena dicela , tidak maju karena dipuji, jika ia salah ia terus terang dan tiada malu mengakui kesalahannya. 5) Tawadlu‟

Tawadlu’ lawannya takabur, adalah memelihara pergaulan

(45)

6) Al-mas‟uliyyah fi-„ilmi al-akhlaq28

Tanggung jawab dalam ilmu akhlak disebut oleh ahli sebagai responsibilitas atau al-mas‟uliyyah fi-„ilmi al-akhlaq, yang sering juga disebut perbuatan akhlaqi. Ulama Mu’tazilah menyebutnya

sebagai perbuatan yang murni dari perintah nuraninya, sebagai orang yang bebas berbuat. Maka pertanggungjawaban itu muncul dari lubuk hati yang dalam, karena disitu ada kesadaran yang mendesak untuk melakukan suatu perbuatan baik. Kesadaran tersebut, didorong oleh harapan yang luhur, yang disebut raja‟ yang artinya harapan untuk mendapatkan rida Allah.

Sedangkan akhlak tercela atau perangai buruk (Akhlaq al-Madzmumah) adalah sifat, sikap, atau perilaku yang dibenci oleh

Allah Swt, dan merusak hubungan harmonis dengan sesama manusia. Akhlak tercela wajib dijauhi umat Islam.29 Berikut uraian singkat sifat-sifat atau perilaku yang tergolong peranagai buruk yang dilarang Islam.

1) Menghina

Menghina adalah mengeluarkan kata-kata yang merendahkan dan menyakiti hati orang lain, termasuk mengolok-olok, mencela, melaknat/mengutuk, memaki dan mengejek. Mencela tidak saja

28

Mahjuddin, Akhlak Tasawuf II, (Jakarta : Kalam Mulia, 2010), h. 47 29Ali Mas’ud,

(46)

dilarang dalam hubungan antar manusia, bahkan kepada makananpun dilarang.

2) Buruk sangka (suudzan)

Buruk sangka itu menuduh atau memandang orang lain dengan “kacamata hitam” atau negative thinking seraya menyembunyikan

kebaikan mereka dan membesar-besarkan keburukan mereka. 3) Bergunjing (ghibah)

Ghibah adalah membicarakan kejelekan atau aib orang lain atau menyebut masalah orang lain yang tidak disukainya, sekalipun hal tersebut benar-benar terjadi.

4) Dengki (hasad)

Hasad merupakan sikap batin, keadaan batin, atau rasa tidak senang , benci, dan antipati terhadap orang lainyang mendapatkan kesenangan, nikmat, memiliki kelebihan darinya. Sebaliknya ia merasa senang jika orang lain mendapatkan kemalangan atau kesengsaraan.

5) Serakah

(47)

Kikir adalah penyakit hati. Sifat kikir ini bersumber dari ketamakan, cinta dunia (hubudunya), atau suka kemegahan. Orang yang terbebas dari sifat kikir termasuk orang beruntung. 7) Riya’

Riya‟ adalah sifat ingin dipuji orang lain. Lawan ikhlas ini

haram hukumnya. Nabi Muhammad SAW menyebutnya sebagai syirik kecil (syirkul ashgar). Riya‟ merupakan lawan dari ikhlas (semata-mata karena Allah SWT). ikhlas merupakan salah satu syarat diterimanya amal ibadan oleh Allah SWT (maqbul). 8) Berdusta

Berkata dusta adalah salah ciri kaum munafik, selain mengkhianati kepecayaan dan mengingkari janji.

9) Bermusuhan

Bermusuhan adalah sikap bertentangan dengan semangat ukhuwah Islamiyah (persaudaraan dalam Islam). Orang Islam harus menjauhi saling bermusuhan.

10)Mengadu domba (namimah)

Mengadu domba adalah mendorong dua pihak atau lebih untuk saling bermusuhan.

(48)

Sombong (takabur) adalah merasa bangga pada diri sendiri, merasa paling baik atau paling hebat, dan merasa paling benar sehingga menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.

d. Tujuan Ilmu Akhlak

Dengan mengetahui semua seluk beluk yang terkait dengan akhlak, maka manusia akan menggapai kehidupan bahagia, baik di dunia maupun diakhirat kelak. Kebahagiaan hidup ini pasti tercapai manakala akhlak baik terpancar dari dalam jiwanya.30 Selain itu tujuan akhir dari mempelajari ilmu akhlak adalah untuk mewujudkan dan merealisiri fitrah manusia kembali, agar supaya tercipta manusia-manusia yang memliki pribadi dan pekerti yang baik.31

e. Manfaat Ilmu Akhlak

Adapun manfaat mempelajari ilmu akhlak adalah sebagai berikut :32

1) Ilmu akhlak dapat menyinari orang dalam memecahkan kesulitan-kesulitan rutin yang dihadapi manusia dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan perilaku.

2) Dapat menjelaskan kepada orang sebab atau illat untuk memilih perbuatan yang baik dan lebih bermanfaat

30

Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Akhlak Tasawuf, ibid, h. 6 31

Ibid., h. 9 32Ali Mas’ud,

(49)

3) Dapat membendung dan mencegah kita secara berkelanjutan untuk tidak terperangkap pada keinginan-keinginan dan mengarahkannya kepada yang positif yang menguatkan unsur terendah.

4) Orang yang mengkaji ilmu akhlak akan tepat dalam memvonis perilaku orang banyak dan tidak akan mengekor dan mengikuti sesuatu tanpa pertimbangan lebih dahulu.

3. Mata pelajaran Akidah Akhlak

Akidah-Akhlak di Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang merupakan peningkatan dari akidah dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari tentang rukun iman mulai dari iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-kitab-kitab-Nya, hari akhir, sampai iman kepada Qada dan Qadar yang dibuktikan dengan dalil-dalil naqli dan aqli, serta pemahaman dan penghayatan terhadap al-asma‟ al-husna dengan menunjukkan ciri-ciri/tanda-tanda perilaku seseorang dalam realitas kehidupan individu dan sosial serta pengamalan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.33

33

(50)

Secara substansial mata pelajaran Akidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Al-akhlak al-karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.

Mata pelajaran Akidah-Akhlak bertujuan untuk:34

a) Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT;

b) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.

34

(51)

C. Tinjauan tentang Perilaku Tanggung Jawab Siswa 1. Pengertian Tanggung Jawab

Tanggung jawab menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia adalah kewajiban terhadap segala sesuatunya, fungsi menerima pembebanan sebagai akibat sikap tindak sendiri atau pihak lain.35 Sedangkan menurut Rohimin Notowidagdo, tanggung jawab adalah berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Tanggung jawab juga berarti kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya, yang disengaja maupun tidak disengaja.36

Tiap-tiap manusia sebagai makhluk Allah bertanggung jawab atas perbuatannya. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam QS. Al-Muddatstsir ayat 38 berikut ini :

diperbuatnya” (QS. Al-Muddatstsir (74) : 38).

Dari ayat diatas tampak bahwa tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Disebut demikian karena manusia selain merupakan makhluk individual dan makhluk sosial juga merupakan makhluk Tuhan. Manusia memiliki tuntutan yang besar

35

Bambang Marhiyanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, ibid, h. 468

36

(52)

untuk bertanggung jawab mengingat ia memantaskan sejumlah peranan dalam konteks sosial, individual, maupun teologis.37

Tanggung jawab erat kaitannya dengan kewajiban. Kewajiban adalah sesuatu yang dibebankan terhadap seseorang. Maka dengan tanggungjawab dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap kewajibannya.38 Tanggung jawab juga merupakan salah satu ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggungjawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya.39 Manusia yang bertanggung jawab adalah manusia yang dapat menilai diri sendiri dalam berperilaku, bertutur kata, dan merencanakan sesuatu dengan baik menurut norma umum, karena apa yang dikatakan baik menurut pendapat seseorang belum tentu baik menurut orang lain. Setiap manusia harus bertanya kepada dirinya sendiri apa yang mendorongnya dalam berperilaku, bertutur kata, dan merencanakan sesuatu.

(53)

bertanggung jawab akan menghadapi kesulitan, sebab ia tidak mengikuti aturan, norma, atau nilai yang berlaku.40 Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggungjawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan, dan taqwa terhadap Tuhan.41

2. Macam-macam Tanggung Jaawab

Ada beberapa macam tanggung jawab, diantara adalah sebagai berikut :

a. Tanggung jawab kepada Tuhan

Tanggung jawab kepada Tuhan menuntut kesadaran manusia untuk memenuhi kewajiban dan pengabdiannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia harus bersyukur kepada Tuhan atas karunia-Nya, menciptakan manusia dan memberi rizki kepadanya. Karena itu manusia wajib mengabdi kepada Tuhan. Ini sesuai dengan Firman Allah SWT dalam QS. Az-Zariyat ayat 56 sebagai berikut :

Rohiman Notowidagdo, Ilmu Budaya Dasar berdasarkan Al-Quran dan Hadits, Ibid, h.165

41

(54)

Artinya : “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan

supaya mereka menyembah kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat (51) : 56) Menyembah itu mengabdi kepada Tuhan, sebagai wujud tanggung jawab kita kepada Tuhan.42 Kewajiban jin dan manusia untuk menyembah kepada Tuhan melalui memuja kepadaNya sebagai Zat Yang Maha Sempurna, mencintaiNya sebagai Zat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, tunduk patuh dan pasrah kepadaNya sebagai Zat Yang Maha Pencipta dan Maha Adil serta melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala laranganNya.

Pemujaan terhadap Tuhan merupakan pengakuan terhadap Kesempurnaan Tuhan dan kekuasaanNya yang mutlak. Sehingga manusia didorong untuk melaksanakan perbuatan shalat, sedekah, zakat, infak dan perbuatan lainnya. Juga janji dan sumpah yang mengandung pengakuan terhadap Kesempurnaan Tuhan, juga merupakan pemujaan terhadap Tuhan.43

Selain itu, menyembah Allah berarti ingat kepada Allah. Kebiasaan seorang mukmin dalam mengingat kepada Allah, baik dengan mengucapkan tasbih, takbir, istighfar, doa maupun dengan membaca Al-Quran membuat jiwa bersih dan bening serta

42

Rohiman Notowidagdo, Ilmu Budaya Dasar berdasarkan Al-Quran dan Hadits, ibid, h.168

43

(55)

perasaannya tenang dan tenteram.44 Apabila seorang muslim membiasakan diri mengingat Allah maka ia akan merasa bahwa ia dekat dengan Allah dan berada dalam perlindungan dan penjagaan-Nya. Dengan demikian, akan timbul pada dirinya perasaan percaya pada diri sendiri, teguh, tenang, tenteram, dan bahagia. Sesuai Firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 152 sebagai berikut :

(pula) kepadamu45 dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al-Baqarah (2) : 152)

b. Tanggung jawab terhadap diri sendiri

Tanggung jawab terhadap diri sendiri yaitu menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi.46 Oleh karena itu manusia harus bertanggungjawab atas diri pribadi. Manusia mencari makan dan berolahraga secara teratur, karena adanya kesadaran terhadap dirinya sendiri untuk melangsungkan kehidupannya. Seorang siswa rajin belajar karena dia menyadari

44

Ibid., h. 176 45

Maksudnya: aku limpahkan rahmat dan ampunan-Ku kepadamu. 46

(56)

kewajibannya sebagai seorang siswa yaitu belajar. Pada umumnya, siswa hanya belajar ketika akan menghadapi ujian atau ulangan harian. Belum ada kesadaran dalam diri siswa bahwa belajar, mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, melaksanakan jadwal piket kelas, mematuhi tata tertib kelas dan sekolah, menjaga barang-barang inventaris kelas, seperti penggaris, penghapus, spidol, kipas angin, buku pelajaran, meja, dan kursi merupakan kewajibannya sebagai seorang siswa. Belajar seharusnya adalah aktifitas yang dilakukan oleh siswa setiap saat agar bertambah ilmu dan wawasan yang dimiliki.

Selain itu, menjaga kebersihan diri, tidur tepat waktu, menjauhkan diri dari narkoba, minuman keras, rokok, dan free sex juga merupakan bentuk tanggungjawab terhadap diri sendiri. Dengan memiliki kesadaran untuk menjaga tubuh dari kebiasaan-kebiasaan buruk, berarti sudah bertanggungjawab terhadap anggota badan yang merupakan amanah dari Tuhan.

c. Tanggung jawab terhadap keluarga

Pada hakikatnya manusia hidup berkeluarga, istilah keluarga menurut Ki Hajar Dewantara berasal dari kata “kawula” dan “warga”.

Kawula artinya “abdi” dan warga artinya “anggota”.47

Keluarga

47

(57)

merupakan masyarakat kecil. Setiap anggota keluarga wajib bertanggungjawab terhadap keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga juga berkaitan dengan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan.48

Seorang ayah rela bekerja membanting tulang demi kesejahterakan anggota keluarganya. Hal itu ia lakukan karena adanya kesadaran dalam dirinya untuk melaksanakan kewajibannya sebagai kepala rumah tangga. Begitu pula seorang anak dirawat, dididik, dan disekolahkan oleh orang tua dengan harapan memiliki kehidupan yang baik. Selanjutnya, seorang anak yang sudah memiliki tanggungjawab terhadap keluarganya pasti akan memiliki kesadaran pribadi untuk melaksanakan berbagai tanggungjawabnya sebagai seorang anak, misalnya mencuci pakaian sendiri, merapikan kamar tidur, melipat selimut, membantu ayah dan ibu sesuai dengan kemampuannya, mendoakan ayah dan ibu, menghibur ayah dan ibu ketika mereka sedih atau memiliki masalah, menghormati kakak dan menyayangi adik. Inilah pentingnya orangtua untuk tidak memanjakan buah hatinya secara berlebihan.

d. Tanggung jawab terhadap masyarakat

48

(58)

Pada hakekatnya manusia diciptakan Allah sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain. Untuk maksud tersebut manusia harus hidup bersama ditengah-tengah masyarakat. Mereka harus hidup bergotong-royong dan bertolong-tolongan dengan sesamanya.49

Salah satu praktik kegiatan gotong royong dan bertolong-tolongan adalah kerja bakti membangun rumah. Hal seperti ini masih sering terjadi di pedesaan. Mereka memiliki kesadaran yang tinggi untuk melaksanakan kewajibannya sebagai masyarakat yang baik dan rukun dengan manusia lain disekitarnya. Menjaga kebersihan dan keamanan serta kenyamanan lingkungan juga merupakan tanggungjawab bersama setiap anggota masyarakat. Bentuk tanggung jawab lainnya yaitu melakukan sosialisasi tentang bahaya free sex, miras, rokok, dan narkoba. Dalam lingkup lebih kecil, misalnya bersikap ramah terhadap tetangga, serta membantu tetangga yang sedang mengalami musibah atau membutuhkan bantuan juga merupakan bentuk tanggungjawab kepada masyarakat.

e. Tanggung jawab kepada bangsa / negara

Suatu kenyataan lagi bahwa setiap manusia, individu adalah warga negara suatu negara. Dalam berfikir, berbuat, bertindak,

49

(59)

bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara.50 Manusia tidak boleh berbuat semaunya sendiri. Bila perbuatan manusia salah, ia harus bertanggung jawab kepada Negara.51 Seorang warga negara yang baik, akan mematuhi norma-norma dan aturan yang dibuat oleh negara karena ia memiliki kesadaran untuk melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara yang baik. Misalnya membayar pajak secara rutin. Sedangkan seorang siswa memiliki tanggung jawab untuk mengikuti upacara hari Senin dengan penuh semangat, mengikuti upacara hari-hari besar nasional, mengikuti peringatan hari kepahlawanan nasional, tidak melakukan tindak kriminal, serta memiliki jiwa nasionalisme dan patriotisme yang tinggi. Hal tersebut hendaknya dilakukan dengan penuh kesadaran dari nurani dan tanpa paksaan.

D. Tinjauan tentang Hubungan antara Prestasi Belajar Akidah Akhlak dengan Perilaku Tanggung jawab Siswa di MTs Banu Hasyim Sidoarjo

Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, prestasi belajar adalah apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Melalui

50

Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial

Dasar, Ilmu Budaya Dasar (IAD, ISB, IBD), ibid, h. 200

51

(60)

kegiatan belajar, siswa akan mendapatkan banyak pengetahuan. Baik pengetahuan umum maupun pengetahuan agama.

Ketika memasukkan anak kedalam sebuah lembaga pendidikan, orangtua tentu memiliki harapan bahwa akan akan mengaplikasikan ajaran dan nilai agama yang diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu nilai agama yaitu akhlak yang terpuji. Akhlak terpuji banyak sekali contohnya, salah satunya adalah perilaku tanggungjawab. Mata pelajaran yang berkaitan langsung dengan akhlak siswa adalah mata pelajaran Aqidah Akhlak.

MTs Banu Hasyim adalah sebuah lembaga pendidikan formal yang bernuansa Islam. Mata pelajaran Aqidah Akhlak yang diberikan di sekolah diharapkan mampu menanamkan perilaku tanggung jawab pada siswa sebagai wujud dari akhlakul karimah (akhlak terpuji) yang akan digunakan sebagai bekal dalam kehidupan sehari-hari.

E. Hipotesis Penelitian

(61)

dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data.52

Adapun dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua hipotesis yaitu hipotesis kerja (Ha) dan hipotesis nol (Ho).

Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y, atau terdapat hubungan yang signifikan antara prestasi belajar mata pelajaran Akidah Akhlak dengan perilaku tanggung jawab siswa di MTs Banu Hasyim Sidoarjo

Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y, atau tidak terdapat hubungan yang signifikan antara prestasi belajar mata pelajaran Akidah Akhlak dengan perilaku tanggung jawab siswa di MTs Banu Hasyim Sidoarjo.

52

(62)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional, yaitu penelitian yang ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan beberapa variabel lain. Hubungan antara satu dengan beberapa variabel lain dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi dan signifikansi secara statistik.1 Adapun jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Jenis Data

1) Data kualitatif

Adalah data yang tidak berbentuk angka.2 Data ini berbentuk uraian atau berbentuk suatu penjelasan yang menggambarkan keadaan, proses, peristiwa tertentu. Dalam penelitian ini, data kualitatif digunakan untuk mencari informasi yang berkaitan dengan obyek yang akan diteliti, yaitu MTs Banu Hasyim, meliputi sejarah perkembangan Madrasah, letak geografis,

1

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet-Ke 3 h. 56

2

(63)

misi Madrasah, identitas Madrasah, dan data-data penunjang lainnya yang dianggap perlu oleh peneliti.

2) Data Kuantitatif

Adalah data yang berbentuk bilangan (angka).3 Dalam penelitian ini, data kuantitatif digunakan untuk mendapatkan data tentang prestasi belajar siswa yaitu nilai UAS mata pelajaran Aqidah Akhlak siswa kelas VII, VIII, dan IX semester Ganjil, data perilaku tanggung jawab perwakilan siswa MTs Banu Hasim kelas VII, VIII, dan IX yang diformulasikan dalam bentuk angka, juga data jumlah pendidik, jumlah siswa, sarana dan prasarana, serta data fasilitas lain yang menunjang proses pembelajaran.

b. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subyek darimana data dapat diperoleh.4 Sumber data dalam penelitian ini adalah :

1) Manusia (person), yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tetulis melalui angket. Diantara adalah kepala sekolah, guru, siswa, serta karyawan di MTs Banu Hasyim Sidoarjo. Selain itu juga pengasuh pondok pesantren Banu Hasyim Sidoarjo. Sumber data

3

Ibid., h. 21

4

(64)

ini memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket.

2) Tempat (place), yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak. Sumber data ini menggunakan teknik observasi.

3) Simbol (paper), yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, simbol, atau simbol-simbol lain.

2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian pasti dibutuhkan dalam suatu penelitian agar penelitian berjalan secara sistematis. Dalam rancangan penelitian ini ada 11 tahapan yang dilalui penulis, yaitu :

a. Memilih masalah b. Studi pendahuluan

c. Merumuskan masalah dan tujuan penelitian d. Merumuskan hipotesis

e. Memilih pendekatan

f. Menentukan variabel dan sumber data g. Menentukan dan menyusun instrumen

h. Mengumpulkan data, yaitu pencarian data ke lapangan guna mencari data-data yang diperlukan dalam penelitian

i. Analisis data

(65)

k. Penyusunan laporan dalam bentuk skripsi

B. Variabel, Indikator, dan Instrumen Penelitian 1. Variabel dan Indikator Penelitian

a. Variabel penelitian

Variabel penelitian obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.5 Di dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu :

1) Variabel bebas / independent variable

Adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).6 Yaitu prestasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak siswa MTs Banu Hasyim Sidoarjo.

2) Variabel terikat / dependent variable

Adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.7 Yaitu perilaku tanggung jawab siswa MTs Banu Hasyim Sidoarjo.

b. Indikator Penelitian

Untuk lebih jelasnya akan disajikan tabel mengenai variabel, sub variabel dan indikator.

5

Ibid, h. 118 6

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, ibid, h. 61 7

(66)

Tabel 3.1

Variabel, Sub Variabel, Indikator, dan Instrumen

Variabel Sub Variabel Indikator Instrumen

Prestasi

1. Kognitif a. Dapat menentukan b. Dapat menjelaskan 2. Afektif a. Menampilkan perilaku

b. Kesediaan berpartisipasi c. Mewujudkan dalam

pribadi dan perilaku sehari-hari.

(67)

(68)

c. Berpartisipasi dalam kegiatan di masyarakat 5. Tanggung

jawab kepada bangsa /negara

a. Mengikuti aturan dari Negara

b. Cinta tanah air Indonesia

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.8 Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka perlu digunakan “matrik pengembangan instrumen” atau “kisi-kisi instrumen”.9 Adapun instrumen penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Membuat item wawancara/interview kepada guru bidang studi Akidah Akhlak dan pengasuh pondok pesantren Banu Hasyim

b. Membuat instrumen angket yang ditujukan kepada perwakilan siswa kelas VII, VIII, dan IX sebagai responden untuk mengukur tingkat tanggung jawab siswa.

8

Ibid, h. 148 9

(69)

Instrumen angket yang digunakan dalam penelitian ini berupa pernyataan dengan total 34 pernyataan dan setiap pernyataan akan disediakan 4 alternatif jawaban dengan rentangan skor pada masing-masing jawaban adalah sebagai berikut :

Jika jawaban “selalu” diberi skor 4

Jika jawaban “sering” diberi skor 3

Jika jawaban “kadang-kadang” diberi skor 2 Jika jawaban “tidak pernah” diberi skor 1

Untuk kisi-kisi instrumen angket dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Angket

Variabel Indikator Sub Indikator

(70)
(71)

Gambar

Tabel 3.1
  Tabel 3.2
  Tabel 3.3
 Tabel 3.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

MBE adalah suatu kemampuan dasar yang disediakan oleh SIBK (sistem informasi berbasis komputer) dengan kondisi dimana SIBK memikul sebagian tanggung jawab dalam pengendalian

papila yang dimodifikasi selama 21 hari penggunaan obat kumur tersebut...

Seni kriya atau seni rupa terapan nusantara yang juga sering disebut dengan istilah Handycraft yang berarti kerajinan tangan.. Seni kriya termasuk seni rupa terapan (applied art )

2) Tulang rusuk palsu berjumlah 3 pasang. Tulang rusuk ini memiliki ukuran lebih pendek dibandingkan tulang rusuk sejati. Pada bagian belakang berhubungan dengan

Polda Lampung - Kapolda Irjend Sudjarno sebut untuk arus mudik Lebaran 2017 diwilayah Polda Lampung berjalan lebih tertib dan lancar dibandingkan tahun sebelumnya.. Kondisi jalan

Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model Open Ended Learning dengan media muatan yang dilaksanakan secara tepat dapat meningkatkan kemandirian dan hasil belajar

santun terhadap guru,dan tetangga - Siswa dapat menunjukan sikap terhadap tetangga - Siswa dapat meyebutkan do;a terhadap orangtua 15-17 30 4 Mencontoh gerakan shalat - Siswa

theless, the indoor features (e.g. building components, furnitures, spaces, etc.) as they are currently proposed by those standards are not adapted to applications such as