PENGARUH
NPF
DAN DPK TERHADAP PEMBIAYAAN
BANK SYARIAH MANDIRI INDONESIA
(LAPORAN KEUANGAN PT. BANK SYARIAH MANDIRI
INDONESIA PERIODE 2009-2015)
SKRIPSI
Oleh :
THIRDA RAHMAWATI
NIM : C04212039
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Pengaruh NPF dan DPK Terhadap Pembiayaan Bank Syariah Mandiri (Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 2009-2015) ”ini merupakan hasil penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menjawab
pertanyaan tentang apakah terdapat pengaruh signifikan antara NPF dan DPK
secara simultan terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri dan apakah terdapat
pengaruh signifikan antara NPF dan DPK secara parsial terhadap pembiayaan
Bank Syariah Mandiri.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan triwulanan Bank Syariah Mandiri Indonesia periode 2009-2015 dengan menggunakan metode purposive sampling. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan yang dipublikasikan dan diunduh melalui situs resmi Bank Syariah Mandiri Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan tingkat signifikansi 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa non performing financing dan dana pihak ketiga secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia. Hal ini dibuktikan pada uji simultan F variabel
NPF dan DPK didapati hasil fhitung 913,735 dengan signifikansi sebesar 0,000. Dan
non performing financing dan dana pihak ketiga secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia. Hal ini
dibuktikan pada uji parsial t, dimana pada variabel NPF didapati hasil sebesar
0,000 dan pada variabel DPK sebesar 0,000 yang mana nilai keduanya lebih kecil dari 0,05.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ...……… I
PERNYATAAN KEASLIAN ………... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ………... iii
PENGESAHAN ………. iv
PERSEMBAHAN ……….. v
MOTTO ………. vi
ABSTRAK ………..………... vii
KATA PENGANTAR …………..……….... viii
DAFTAR ISI ………..………..………. ix
DAFTAR TABEL ………. xii
DAFTAR GAMBAR ………. xiii
DAFTAR TRANSLITERASI ………..………….……… xiv
BAB I : PENDAHULUAN ………...……….. 1
A. Latar Belakang Masalah ..………... .………. 1
B. Rumusan Masalah ………….………..……….. 8
C. Tujuan Penelitian ……….….……… 8
D. Kegunaan Hasil Penelitian …….………... 9
BAB II : KAJIAN PUSTAKA ………... 11
1. Perbankan Syariah ………... 11
2. Pembiayaan Syariah ……… 14
3. Non Performing Financing……….. 22
4. Dana Pihak Ketiga ……….. 24
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan………... 29
C. Kerangka Konseptual ... 35
D. Hipotesis ... 35
BAB III METODE PENELITIAN ………... 37
A. Jenis Penelitian ……….. 37
B. Populasi dan Sampel Penelitian………. 37
C. Variabel Penelitian ……… 38
D. Definisi Operasional ……….. 39
E. Data dan Sumber Data ……….. 41
F. Teknik Pengumpulan Data ……… 41
G. Teknik Analisis Data……….. 42
H. Pengujian Hipotesis ………... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN ………... 47
A. Deskripsi Umum Objek {Penelitian ………
B. Analisis Data …………..….……... 61
BAB V PEMBAHASAN ………. 68
A. Pengaruh NPF dan DPK Secara Simultan Terhadap Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia ………….. 68
B. Pengaruh NPF dan DPK Secara Parsial Terhadap Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia ………….. 68
C. Analisis ……….. 69
BAB V PENUTUP ………... 76
A. Kesimpulan ……….….. …..………...……… 75
B. Saran ………..….……… 76
DAFTAR PUSTAKA ………...………..………. 77
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Laporan Keuangan Non Performing Financing, Dana Pihak Ketiga, dan Pembiayaan periode Maret 2009-Desember 2010 … 6
2.1 Penelitian Terdahulu ………... 31
4.1 Data laporan keuangan Dana Pihak Ketiga Bank Syariah Mandiri Indonesia Periode 2009-2015 ………... 54
4.2 Data laporan keuangan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia Periode 2009-2015 ……… 58
4.3 Data laporan keuangan Non Performing Financing (NPF) Bank Syariah Mandiri Indonesia Periode 2009-2015 ………... 59
4.4 Data Laporan Keuangan NPF , DPK, dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia Periode 2009-2015 ………... 60
4.5 Uji Multikolinearitas ………. 62
4.6 Model Summary Regresi Linier Berganda ………... 63
4.7 Uji T ………... 64
4.8 Uji F (Simultan) ……… 65
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ……….. 34
4.1 Grafik Histogram ………. 61
4.2 Grafik Normal Plot ……….. 61
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberadaan perbankan syariah sebagai bagian dari sistem perbankan
nasional diharapkan dapat mendorong perkembangan perekonomian suatu
Negara. Perbankan syariah pada dasarnya merupakan pengembangan dari
konsep ekonomi Islam, terutama dalam bidang keuangan yang dikembangkan
sebagai suatu respon dari kelompok ekonom dan praktisi perbankan muslim
yang berupaya mengakomodasi desakan dari berbagai pihak yang
menginginkan adanya jasa transaksi keuangan yang dilaksanakan sejalan
dengan nilai moral dan prinsip-prinsip Islam.
Bank syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum
Islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak
membayar bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank syariah
maupun yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian
antara nasabah dan bank. Perjanjian (akad) yang terdapat di perbankan
syariah harus tunduk pada syarat dan rukun akad sebagaimana diatur dalam
syariah Islam.1
Dasar pemikiran terbentuknya bank syariah bersumber dari adanya
larangan riba di dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 275-276 :2
2
Artinya :
275. Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal didalamnya.
276. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa.
Pada bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak
dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan
keuntungan atas harta yang dikelola oleh bank dengan prinsip bagi hasil.
Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang
membutuhkan (misalnya modal usaha), dengan perjanjian pembagian
keuntungan sesuai kesepakatan.3 Sistem operasional yang ada pada bank
syariah diantaranya adalah sistem penyaluran dana dan sistem penghimpunan
dana bank syariah.
3 M. Sulhan & Ely Siswanto, Manajemen Bank Konvensional dan Syariah, (Malang: UIN-Malang Press,2008), hlm. 147.
276
3
Penyaluran dana (pembiayaan) adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun
dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk
mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti
bank syariah kepada nasabah.4
Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan tiga
model, yaitu:5
a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan
dengan prinsip jual beli, prinsip jual beli ini dikembangkan menjadi
bentuk pembiayaan-pembiayaan mura@bah`ah, salam, dan istis`na’.
b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan
dengan prinsip sewa (ija@rah).
c. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerja sama yang
ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip
bagi hasil.
d. Jasa layanan perbankan, yang dioperasikan dengan pola h`iwa@lah, rahn,
al-qard`, waka@lah, dan kafa@lah.
Besar kecilnya pembiayaan yang disalurkan oleh bank sangat dipengaruhi
oleh banyak faktor.Aristantia Radis Agista mengungkapkan dalam
penelitiannya bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya
4
pembiayaan bank syariah adalah variabel DPK, CAR, NPF, dan ROA.6
Sedangkan menurut Siswati, faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya
pembiayaan adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), rasio pembiayaan bermasalah
atau non performing financing (NPF), dan bonus sertifikat wadiah bank
Indonesia (SWBI). Dimana setiap terjadi kenaikan DPK dan bonus SWBI
akan meningkatkan pula total dana yang akan disalurkan, dan jika terjadi
penumpukan pembiayaan bermasalah, bank akan berupaya mengurangi
pembiayaan.7
Penelitian ini akan menguji pengaruh beberapa variabel independen
yang termasuk dalam kategori rasio keuangan terhadap total pembiayaan
(financing) yang disalurkan oleh Bank Syariah Mandiri Indonesia. Rasio
keuangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Non Performing
Financing (NPF) dan Dana Pihak Ketiga (DPK).
Non Performing Financing (NPF) adalah kredit bermasalah yang
tergolong kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. NPF
mencerminkan risiko kemungkinan kerugian yang akan timbul atas
penyaluran dana oleh bank. Tingginya NPF membuat bank perlu membentuk
pencadangan atas kredit bermasalah yang lebih besar, hal ini akan
menurunkan pendapatan bank.8 Menurunnya pendapatan bank akan
berpengaruh terhadap menurunnya modal yang dimiliki oleh bank. Karena
6 Aristantia Radis Agista, “Analisis Pengaruh DPK, CAR, NPF, dan ROA Terhadap Pembiayaan di PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Periode 2007-2013”,
http://eprints.ums.ac.id/35267/22/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
7 Siswati, “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK). Non Performing Financing (NPF), dan Bonus SWBI Terhadap Penyaluran Dana Bank Syariah”, http://lib.unnes.ac.id/5019/
5
besarnya modal yang dimiliki oleh bank akan berpengaruh pada besarnya
ekspansi dalam penyaluran dana (pembiayaan).
Dana pihak ketiga adalah dana simpanan yang dititipkan pada bank,
yang umumnya merupakan giro, tabungan, atau deposito. Jumlah dana pihak
ketiga yang berhasil dihimpun oleh suatu bank akan mempengaruhi
kemampuannya dalam menyalurkan kredit.9 Dana-dana pihak ketiga yang
dihimpun dari masyarakat merupakan sumber dana terbesar yang paling
diandalkan oleh bank (mencapai 80%-90% dari seluruh dana yang dikelola
oleh bank).10 Dana pihak ketiga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya pembiayaan. Semakin besar dana simpanan
yang diperoleh bank maka semakin besar pula bank dapat menyalurkan
pembiayaan, dan apabila dana pihak ketiga yang diperoleh bank semakin
kecil maka semakin kecil pula kemungkinan bank dapat menyalurkan
pembiayaan kepada masyarakat.
Alasan dipilihnya variabel NPF dan DPK adalah karena kedua variabel
tersebut merupakan salah satu faktor yang paling mempengaruhi pembiayaan.
Semakin besar dana simpanan bank, semakin tinggi bank syariah dapat
menyalurkan pembiayaan, semakin rendah NPF suatu bank maka semakin
tinggi bank dapat memberikan pembiayaan terhadap nasabah.
9 Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 64.
6
Tabel 1.1
Non Performing Financing (X1), Dana Pihak Ketiga (X2), dan Pembiayaan (Y)
(dalam jutaan rupiah)
Periode NPF (X1) DPK (X2) Pembiayaan (Y) Mar-2009 2,15 % Rp 15.357.254 Rp 13.480.453 Jun-2009 1,92 % Rp 16.240.690 Rp 14.283.742 Sep-2009 2,16 % Rp 16.855.217 Rp 14.941.710 Des-2009 1,34 % Rp 19.168.005 Rp 16.061.500 Mar-2010 0,66 % Rp 20.885.571 Rp 17.638.509 Jun-2010 0,88 % Rp 23.091.575 Rp 19.827.722 Sep-2010 1,45 % Rp 24.564.246 Rp 21.394.435 Des-2010 1,29 % Rp 28.680.965 Rp 23.839.225
Sumber: www.banksyariahmandiri.com
Berdasarkan data yang tersaji dalam tabel di atas, terdapat fenomena
bisnis dalam pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri. Dapat dilihat NPF
mengalami fluktuasi. Tetapi hal tersebut tidak terjadi pada pembiayaan,
pembiayaan yang dimiliki justru mengalami peningkatan.
Fluktuatifnya tingkat non performing financing pada suatu bank dapat
bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti penyaluran
pinjaman, kegiatan tresuri dan investasi, dan kegiatan jasa pembiayaan
perdagangan, yang tercatat dalam buku bank. Disisi lain risiko ini timbul
karena kinerja satu atau lebih debitur yang buruk, kinerja debitur yang buruk
ini dapat berupa ketidakmampuan atau ketidakmauan debitur untuk
memenuhi sebagian atau seluruh perjanjian kredit yang telah disepakati
7
hanya kondisi keuangan dan nilai pasar dari jaminan kredit termasuk
collateral tetapi juga karakter dari debitur.11
Penelitian dilakukan pada PT. Bank Syariah Mandiri Indonesia (BSM)
karena alasan ketersediaan data yang dibutuhkan. Dari sisi pembiayaan, unit
usaha syariah tersebut memberikan dukungan pembiayaan melalui berbagai
skema pembiayaan baik jual beli ataupun bagi hasil.Diperlukan rambu-rambu
untuk menjaga kesehatan bank dalam penanaman dananya. Hal tersebut
tertuang dalam UU No. 7 Tahun 1992 yang telah diubah menjadi UU No. 10
Tahun 1998, dalam pasal 29 ayat 2 : “Bank wajib memelihara kesehatan bank
sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas
manajemen, likuiditas, rentabilitas. Solvabilitas dan aspek lain yang
berhubungan dengan usaha bank dan wajib melakukan usaha sesuai dengan
prinsip kehati-hatian”. Dalam penentuan kesehatan suatu bank, hal-hal yang
perlu diperhatikan adalah dana yang terhimpun dari masyarakat (DPK) dan
pembiayaan bermasalah (NPF). Dalam hal ini, untuk mengetahui non
performing financing dan pengaruh dana pihak ketiga dapat dilakukan dengan
menganalisis laporan keuangan.
Laporan keuangan menjadi sangat penting karena dapat memberikan
informasi yang dapat dipakai untuk mengambil keputusan. Banyak pihak
yang berkepentingan terhadap laporan keuangan, mulai dari nasabah atau
calon nasabah, investor atau calon investor, pihak pemberi dana atau calon
pemberi dana, sampai pada manajemen perbankan itu sendiri. Informasi dari
8
laporan keuangan tersebut akan memenuhi harapan dari pihak-pihak yang
berkepentingan dan pada gilirannya akan memperhatikan terhadap nilai
perusahaan.12 Di dalam laporan keuangan, penyaluran dana (pembiyaan) bank
syariah terdiri dari piutang mura@bah`ah, piutang salam, piutang istis`na’,
piutang qard`, ija@rah, dan pembiayaan.
Perbedaan hasil terdahulu yang telah dipaparkan, menarik untuk diuji
kembali dan dapat dijadikan permasalahan dalam penelitian kali ini, yaitu
mengenai pengaruh Non Performing Financing dan Dana Pihak Ketiga
terhadap pembiayaan.Dari penjelasan yang telah dikemukakan, muncul
ketertarikan untuk meneliti dan mengambil topik mengenai perkembangan
pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia. Karena itu, penulis mengambil
judul “Pengaruh Non Performing Financing dan Dana Pihak Ketiga
terhadap Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia (Laporan keuangan
PT. Bank Syariah Mandiri Indonesia Periode 2009-2015).
B.Rumusan Masalah
Dengan meningkatnya pembiayaan dari tahun ke tahun, penulis ingin
menguji, non performing financing (NPF) dan dana pihak ketiga (DPK)
sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pembiayaan yang
disalurkan ke masyarakat oleh bank syariah.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini
dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
9
1. Apakah Non Performing Financing dan Dana Pihak Ketiga secara
simultan berpengaruh terhadap pembiayaan Bank Syariah
MandiriIndonesia ?
2. Apakah Non Performing Financing dan Dana Pihak Ketiga secara parsial
berpengaruh terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh non performing financing
(NPF) dan dana pihak ketiga (DPK) secara simultan berpengaruh
terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh non performing
financing(NPF) dan dana pihak ketiga (DPK) secara parsial berpengaruh
terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia.
D. Kegunaan Hasil Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kegunaan dari penelitian
adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
a. memberikan pembuktian tentang pengaruh NPF dan DPK terhadap
pembiayaan.
b. Dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan, acuan, maupun
10
tentang pengaruh non performing financing dan dana pihak ketiga
terhadap pembiayaan bank syariah.
2. Kegunaan Praktis
a. diharapkan dapat menyempurnakan informasi dan bahan evaluasi
untuk meningkatkan kinerja Bank Syariah Mandiri Indonesia.
b. memberikan konstribusi pada lembaga keuangan khususnya yang
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
. Perbankan Syariah
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008
tentang perbankan syariah dinyatakan bahwa bank syariah menjalankan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dan mengacu pada fatwa yang
dikeluarkan oleh lembaga berwenang, dalam hal ini Dewan Syariah
Nasional (DSN) dan dibawah Majelis Ulama Indonesia (MUI).13
Menurut ensiklopedi Islam, Bank Islam adalah lembaga keuangan
yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan
dengan prinsip-prinsip Syariat Islam.14
Bank syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada
hukum Islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun
tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank
syariah maupun yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari akad dan
perjanjian antara nasabah dan bank. Perjanjian (akad) yang terdapat di
13
Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014), 7.
12
perbankan syariah harus tunduk pada syarat dan rukun akad sebagaimana
diatur dalam syariah Islam.15
Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan
mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya
ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait.
Prinsip utama yang diikuti oleh bank Islam itu adalah:16
a. larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi;
b. melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan
keuntungan yang sah;
c. memberikan zakat.
Bank syariah memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah: fungsi
manager investasi, fungsi investor yang berhubungan dengan pembagian
hasil usaha (profit distribution) yang dilakukan oleh bank syariah, fungsi
sosial, dan jasa keuangan (perbankan).17
1) fungsi manager investasi. Bank syariah merupakan manager investasi
dari pemilik dana (s`a@h`ibul ma@l) dari dana yang dihimpun
(dalam perbankan lazim disebut dengan deposan atau penabung),
karena besar kecilnya pendapatan (bagi hasil) yang diterima oleh
pemilik dana tersebut sangat tergantung pada pendapatan yang
diterima oleh bank syariah dalam mengelola dana mudharabah
15Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2013), 32.
13
sehingga sangat tergantung pada keahlian, kehati-hatian, dan
profesionalisme dari bank syariah.
2) fungsi investor yang berhubungan dengan pembagian hasil usaha
(profit distribution) yang dilakukan oleh bank syariah. Dalam
penyaluran dana baik dalam prinsip bagi hasil (mud`a@rabah dan
musha@rakah), prinsip ujrah (ija@rah dan ija@rah muntahia
bittamli@k) maupun prinsip jual beli (mura@bah~ah, salam dan
salam parallel, istis`na’ dan istis`na’ paralel) bank syariah berfungsi
sebagai investor sebagai pemilik dana. Oleh karena sebagai pemilik
dana maka dalam menanamkan dana dilakukan dengan prinsip-prinsip
yang telah ditetapkan dan tidak melanggar syariah, ditanamkan pada
sektor-sektor produktif dan mempunyai risiko yang sangat minim.
3) Fungsi sosial bank syariah dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu
menerima dana yang berasal dari zakat, hibah, atau dana sosial lainnya
yang menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. Bank
syariah juga dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf
uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai
dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).18
4) Fungsi jasa keuangan. dalam hal ini bank syariah memberikan layanan
transfer, RTGS (real time gross settlement), kliring, inkaso, payroll
(pembayaran gaji), jasa pembayaran telepon, listrik, dan lain
14
sebagainya, namun tetap harus memperhatikan prinsip-prinsip syariah
dan tidak melanggar kaidah-kaidah syariah yang telah ditetapkan.
2. Pembiayaan Syariah
Menurut Syafi’i Antonio menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan
salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk
memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit.19
Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan menyatakan
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.20
Secara umum, produk penyaluran dana (pembiayaan) syariah dibagi
ke dalam empat kategori,yaitu: (a) Pembiayaan dengan prinsip jual beli
(sale based); (b) Pembiayaan dengan prinsip sewa (rent based); (c)
Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (investment based); (d) Pembiayaan
dengan akad pelengkap (service based).21
a. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli
19 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 160.
20 “Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan”, dalam http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/1998/10Tahun~1998UU.htm
15
Pembiayaan dengan prinsip jual beli dilakukan sehubungan dengan
adanya pemindahan pemilikan barang atau benda (transfer of
property).Tingkat keuntungan bank ditentukan terlebih dahulu dan
menjadi bagian harta atas barang yang dijual. Transaksi jual beli
dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan
barangnya yaitu sebagai berikut:
1) Pembiayaan Mura@bah~`ah
Mura@bah~`ah, yang berasal dari kata “ribh`u” (keuntungan)
adalah transaksi jual beli dimana bank menyebutkan jumlah
keuntungannya. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok
ditambah keuntungan (margin).22
2) Pembiayaan Salam
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang
diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara
tangguh sedangkan pembayaran dilakukan tunai. Dalam praktiknya,
bank bertindak sebagai pembeli, sedangkan nasabah sebagai penjual.
Nampak sekilas transaksi ini mirip jual beli ijon23, tetapi kuantitas,
kualitas, harga dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara
pasti.
Ketentuan umum dalam piutang salam:24
22Rahmat Hidayat, Efisiensi Perbankan Syariah Teori dan Praktik, 32.
23Jual beli ijon adalah jual beli dengan pembayaran dimuka (diawal) dan penyerahan barang di belakang (tangguh). Jual beli ijon biasanya dilakukan terhadap hasil produk pertanian dan perkebunan.
16
a) Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinyasecara jelas
seperti jenis, macam, ukuran, mutu, dan jumlahnya.
b) Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai dengan
akad, nasabah harus bertanggung jawab.
c) Mengingat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau
dipesannya sebagai persediaan, maka bank dimungkinkan
melakukan akad salam pada pihak ketiga (pembeli kedua).
3) Pembiayaan Istis`na’
Akad istis`na’ pada umumnya dipraktikan untuk pembiayaan
industri, pabrik dan bangunan. Ketentuan umum pembiayaan istis`na’
ialah ketentuan spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis,
macam ukuran, mutu, dan jumlahnya.25
Ketentuan umum piutang istis`na’ diantaranya adalah:
a) Spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam,
ukuran, mutu, dan jumlahnya.
b) Harga jual yang telah disepakati dicantumkan dalam akad dan tidak
boleh berubah selama berlakunya akad.
c) Jika terjadi perubahan kriteria pesanan dan terjadi perubahan harga
setelah akad ditandatangani, maka seluruh biaya tambahan tetap
ditanggung nasabah.
b. Pembiayaan Dengan Prinsip Sewa (Ija@rah)
17
Transaksi sewa (ija@rah) terjadi berdasarkan adanya perpindahan
manfaat. Jadi pada dasarnya, prinsip sewa sama dengan prinsip jual
beli tetapi berbeda pada objek transaksinya. Jika pada jual beli objek
transaksinya ialah barang, maka pada sewa objek transaksinya ialah
pelayanan (jasa/manfaat).
Pada akhir masa sewa, Bank dapat saja menjual barang yang
disewakannya kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah
dikenal ija@rah muntahiyah bittamli@k (sewa yang diikuti dengan
berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati pada
awal perjanjian.
c. Pembiayaan Dengan Prinsip Bagi Hasil (Shirkah)
Produk pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil ialah sebagai
berikut :
(1) Pembiayaan Musha@rakah
Musha@rakah adalah bentuk kerjasama diantara dua (atau lebih)
pihak, dimana para pihak bersepakat menyediakan modal untuk
membiayai suatu proyek. Proyek tersebut dapat dikelola oleh salah
satu dari pemberi dana atau pihak lainnya. Untuk jenis pembiayaan
ini, pemilik dana dapat melakukan intervensi dalam pengelolaan
proyek tersebut. Pembagian keuntungan dilakukan sesuai dengan
kesepakatan bersama, namun kerugian ditanggung berdasarkan
besarnya modal yang diberikan.
18
(a) Semua modal disatukan dijadikan modal proyek musyarakah
dan dikelola bersama-sama.
(b) Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan
kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.
(c) Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek
musyarakah tidak boleh melakukan tindakan, seperti:
- Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi.
- Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa ijin
pemilik modal lainnya.
- Memberi pinjaman kepada pihak lain.
- Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau
digantikan oleh pihak lain.
- Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama
apabila: menarik diri dari perserikatan, meninggal dunia, dan
menjadi tidak cakap hukum.
- Biayan yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka
waktu proyek harus diketahui bersama.
- Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad.
(2) Pembiayaan Mud`a@rabah
Mud`a@rabah adalah bentuk kerjasama di antara dua (atau
lebih) pihak, dimana pemilik modal (s~`a@h`ibul ma@l)
19
dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Dalam bentuk
kerjasama ini ditegaskan, bahwa modal sepenuhnya (seratus
persen) dari pemilik modal (s~`a@h`ibul ma@l) dan keahlian dari
pengelola modal.
Ketentuan umum yang berlaku dalam akad mud`a@rabah adalah:26
(a) Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku
pengelola modal harus diserahkan tunai, dapat berupa uang
atau barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan uang.
Apabila modal diserahkan secara bertahap, harus jelas
tahapannya dan desepakati bersama.
(b) Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mud`a@rabah dapat
diperhitungkan dengan dua cara:
- Hasil usaha dibagi dengan persetujuan dalam akad, pada
setiap bulan atau waktu yang disepakati. Bank selaku pemilik
modal menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kelalaian
dan penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan,
kecurangan, dan penyalahgunaan dana.
- Bank berhak melakukan pengawasan terbadap pekerjaan
namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan/usaha
nasabah. Jika nasabah cidera janji dengan sengaja misalnya
tidak mau membayar kewajiban atau menunda pembayaran
kewajiban, dapat dikenakan sanksi administrasi.
20
d. Pembiayaan Dengan Akad Pelengkap
Untuk memudahkan pelaksanaan berbagai aktivitas pembiayaan,
biasanya diperlukan juga akad pelengkap.Akad ini tidak ditujukan
untuk memperoleh keuntungan tetapi untuk mempermudah
pelaksanaan aktivitas pembiayaan.Meskipun demikian, dalam akad
pelengkap, bank dapat meminta penggantian biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Diantara akad-akad
pelengkap tersebut adalah:
1) H`iwa@lah (alih hutang piutang)
Tujuan penyediaan fasilitas akad h`iwa@lah adalah untuk
membantu supplier mendapatkan modal tunai supaya dapat
melanjutkan usahanya. Bank memperoleh ganti biaya atas
pelayanan (jasa) pemindahan piutang.27
Pada praktik perbankan syariah, akad ini digunakan untuk
produk cessie atau factoring, yaitu pengalihan utang yang biasa
dilakukan oleh bank konvensional.28
2) Rahn (gadai)
Rahn adalah perjanjian penyerahan barang atau harta
nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan atau
gadai. Tujuan akad rahn adalah untuk memberi jaminan
pembayaran kembali kepada bank.
27 Muhamad, Manajemen Bank Syariah,(Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002), hlm. 96.
21
Biasanya bank syariah hanya menerima benda berharga
berupa emas untuk digadaikan, karena emas adalah logam mulia
yang tidak mudah rusak dan memiliki nilai yang stabil.29
3) Qard`
Qard` adalah pinjaman uang. Piutang qard` digunakan
untuk membantu keuangan nasabah secara cepat dan berjangka
pendek. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dan
keperluan sosial.30 Permohonan qard` dalam perbankan
biasanya untuk pinjaman talangan haji, sebagai pinjaman tunai
dari produk kartu pembiayaan syariah, sebagai pinjaman kepada
pengusaha kecil, dan sebagai pinjaman kepada manajemen
(pengelola) bank.
4) Waka@lah
Perjanjian pemberian kepercayaan dan hak dari lembaga
atau seseorang kepada pihak lain sebagai wakil dalam
pelaksanaan transaksi. Waka@lah dalam aplikasi perbankan
terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk
mewakili dirinya melakukan pekerjaan pelayanan (jasa) tertentu,
seperti pembukaan L/C, dan pemindahan uang.31
5) Kafa@lah
22
Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk
menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat
mensyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk
fasilitas ini sebagai rahn (jaminan).
Pembiayaan dalam laporan keuangan bank syariah terdiri dari
piutang mura@bah`ah, piutang salam, piutang istis`na’, piutang qard`,
ija@rah, dan pembiayaan bagi hasil.
3. Non Performing Financing
Pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing) merupakan
salah satu dari risiko dalam suatu pelaksanaan pembiayaan. Risiko
pembiayaan merupakan risiko yang disebabkan oleh adanya
counterparty dalam memenuhi kewajibannya. Dalam bank syariah,
risiko pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan risiko terkait
dengan pembiayaan korporasi.32
Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu risiko yang pasti
dihadapi oleh bank karena risiko ini sering juga disebut dengan risiko
kredit. Robert Tampubolon menjelaskan bahwa risiko kredit adalah
eksposur yang timbul sebagai akibat kegagalan pihak lawan
(counterparty) memenuhi kewajibannya. Disatu sisi risiko ini dapat
bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti penyaluran
pinjaman, kegiatan tresuri dan investasi, dan kegiatan jasa pembiayaan
23
perdagangan, yang tercatat dalam buku bank. Disisi lain risiko ini
timbul karena kinerja satu atau lebih debitur yang buruk, kinerja debitur
yang buruk ini dapat berupa ketidakmampuan atau ketidakmauan
debitur untuk memenuhi sebagian atau seluruh perjanjian kredit yang
telah disepakati bersama sebelumnya. Dalam hal ini yang menjadi
perhatian bank bukan hanya kondisi keuangan dan nilai pasar dari
jaminan kredit termasuk collateral tetapi juga karakter dari debitur.33
NPF merupakan rasio yang menghitung banyaknya nilai kewajiban
atas nilai pembiayaan yang belum dibayar oleh nasabah kepada
bank.Semakin tinggi rasio NPF sebuah bank, maka kondisi ini bisa
membahayakan bank.Hal itu karena berdasarkan peraturan yang
berlaku, bank perlu mengalokasikan cadangan yang bersumber dari
modal untuk mengatasi NPF tersebut sementara waktu.Bank Indonesia
(BI) mengkategorikan NPF dalam beberapa level.Mereka adalah
pembiayaan kurang lancar, pembiayaan diragukan, dan pembiayaan
macet.34
Pengendalian biaya mempunyai hubungan terhadap kinerja
lembaga perbankan, sehingga semakin rendah tingkat NPL (ketat
kebijakan kredit) maka akan semakin kecil jumlah pembiayaan yang
disalurkan oleh bank, dan sebaliknya. Semakin ketat kebijakan
kredit/analisis pembiayaan yang dilakukan bank (semakin ditekan
33 Robert Tampubolon, Risk Management: Pendekatakan Kualitatif Untuk Bank Komersial, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004), 24..
24
tingkat NPF) akan menyebabkan tingkat permintaan pembiayaan oleh
masyarakat turun.35
4. Dana Pihak Ketiga
Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank,
yang umumnya merupakan giro atau tabungan, pada umumnya motivasi
utama orang menitipkan dana pada bank adalah untuk keamanan dana
mereka dan memperoleh keleluasaan untuk menarik kembali dananya
sewaktu-waktu.36Setelah dana pihak ketiga telah dikumpulkan oleh bank,
maka sesuai dengan fungsi intermediary-nya maka bank berkewajiban
menyalurkan dana tersebut untuk pembiayaan.37
Bank syariah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
titipan dengan menggunakan akad al-wadi@’ah dan dalam bentuk
investasi dengan menggunakan akad al-mud`a@rabah.38
Penghimpunan Dana Bank Syariah terdiri dari 2 macam,
diantaranya:
a. Penghimpunan dana dengan prinsip wadi@’ah
Wadi@’ah dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak
lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penyimpan menghendakinya. Bank
sebagai penerima titipan tidak ada kewajiban untuk memberikan
35
Muhammad Syafi’I Antonio, “Bank SyariahdariTeorikePraktek”, (Jakarta: GemaInsani Press, 2001).
36 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Tangerang: Azkia Publisher, 2009), 60. 37
25
imbalan dan bank syariah dapat mengenakan biaya penitipan barang
tersebut.namun atas kebijakannya bank syariah dapat memberikan
“bonus” kepada penitip dengan syarat sebagai berikut.39
1) Bonus merupakan kebijakan hak prerogative dari bank sebagai
penerima titipan.
2) Bonus tidak disyaratkan sebelumnya dan jumlah yang diberikan,
baik dalam prosentase maupun nominal (tidak ditetapkan
dimuka).
Penghimpunan dana dengan prinsip wadiah dalam bank syariah
terdiri dari dua macam, diantaranya yaitu:
a) Tabungan Wadi@’ah
Tabungan wadi@’ah adalah simpanan atau titipan pihak
ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan
berdasarkan syarat-syarat tertentu yang telah disepakati antara
bank dan nasabah.40
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan
ketentuan tentang tabungan wadi@’ah (Himpunan Fatwa, Edidi
Kedua, hal 14) sebagai berikut: bersifat simpanan; simpanan
bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan;
tidak ada imbalan yang disyaratkan kecuali dalam bentuk
pemberian (athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.
39Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, 20.
26
b) Giro Wadi@’ah
Dalam undang-undang Nomor 10 tahun 1998, pasal 1 Ayat
6 disebutkan yang dimaksud dengan giro adalah simpanan yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan
cek, bilyet giro, dan sarana perintah pembayaran lainnya atau
dengan cara pemindahbukuan.
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan
ketentuan tentang giro wadi’ah (Himpunan Fatwa, Edisi kedua,
hal 6-7) sebagai berikut: bersifat titipan; titipan bisa diambil
kapan saja (on call); tidak ada imbalan yang disyaratkan,kecuali
dalam bentuk pemberian (athaya) yang bersifat sukarela dari
pihak bank.41
b. Penghimpunan dana dengan prinsip Mud`a@rabah
Penghimpunan dana yang terkait dengan perhitungan distribusi
hasil usaha adalah penghimpunan dana yang mempergunakan
prinsip mud`a@rabah yang diaplikasikan oleh bank syariah dalam
produk deposito mud`a@rabah dan tabungan mud`a@rabah.
Dalam penyaluran dana yang dilakukan bank syariah, salah satu
prinsipnya adalah bagi hasil yaitu pembiayaan mud`a@rabah dan
pembiayaan musha@rakah.
27
Mud`a@rabah adalah akad atau perjanjian atas sekian uang
untuk dipertindakkan oleh amil (pengusaha) dalam perdagangan,
kemudian keuntungannya dibagikan diantara keduanya menurut
syarat-syarat yang ditetapkan terlebih dahulu, baik dengan sama
rata maupun dengan kelebihan yang sasatu atas yang lain.
Tujuan akad mud`a@rabah adalah supaya ada kerjasama
kemitraan antara pemilik harta (modal) yang tidak ada pengalaman
dalam perniagaan/perusahaan atau tidak ada peluang untuk
berusaha sendiri dalam lapangan perniagaan, perindustrian dan
sebagainya dengan orang berpengalaman dibidang tersebut tapi
tidak punya modal.42
Dalam prinsip mud`a@rabah, bank wajib memberitahukan
kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara pemberitahuan
keuntungan dan atau pembagian keuntungan secara risiko yang
dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana, yang dicantumkan
dalam akad.43
(1) Tabungan Mud`a@rabah
Tabungan mud`a@rabah adalah simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu
yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat.
Dalam aplikasinya produk bank syariah tabungan yang
mempergunakan prinsip antara lain, tabungan haji hanya dapat
28
ditarik pada saat penabung akan menunaikan ibadah haji,
tabungan qurban hanya dapat ditarik pada saat hari raya qurban
(penabung membeli hewan qurban), tabungan pendidikan
hanya dapat ditarik pada saat penabung membayar uang
pendidikan, tabungan walimah hanya dapat ditarik pada saat
penabung akan menunaikan akad nikah dan tabungan lain
sejenisnya.44
Landasan syariah tentang tabungan terdapat dalam firman
Allah QS Annisa (4) ayat 29:45
“Hai orang-orang yang beriman!Janganlah kalian saling
memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
sukarela diantaramu.”
(2) Deposito Mud`a@rabah
Menurut UU No. 21 Tahun 2008 adalah investasi dana
berdasarkan akad mud`a@rabah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya
dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara
29
Nasabah Penyimpan dan Bank Syariah dan /atau
UUS.46Deposito mud`a@rabah hanya dapat dicairkan sesuai
dengan jangka waktu yang telah disepakati. Deposito yang
diperpanjang, setelah jatuh tempo akan diperlakukan sama
seperti deposito baru, tetapi bila pada akad sudah dicantumkan
perpanjangan otomatis maka tidak perlu dibuat akad baru.47
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan keputusan pembiayaan
pembiayaan oleh bank telah banyak dilakukan. Penelitian tersebut antara lain:
Menurut Muhammad Ghafur W (2007) pada Pengaruh Rasio Keuangan
Bank terhadap Keputusan Pembiayaan Bank Syariah.Peneliti menggunakan
beberapa faktor internal bank seperti Loan to Assets Ratio, Rate of Return on
Loan Ratio, CAR, Assets Ratio, Assets Utilization Ratio, DPK, LDR.Dari
hasil penelitian didapat bahwa LAR, RLR, dan CAR pada periode t memiliki
pengaruh yang negatif terhadap pembiayaan. Sedangkan AUR, DPK, dan
LDR memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pembiayaan
pada periode t.
Khodijah Hadiyyatul Maula (2009) dalam penelitiannya yang berjudul
Pengaruh Simpanan (DPK), Modal Sendiri, Marjin Keuntungan dan NPF
terhadap Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah Mandiri menunjukkan
bahwa variabel simpanan (DPK) berpengaruh negatif terhadap pembiayaan
30
murabahah. Untuk modal sendiri dan marjin keuntungan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah.Untuk NPF berpengaruh
secara negatif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah.
Siswati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh
Dana Pihak Ketiga (DPK), NPF, dan Bonus SWBI terhadap Penyaluran Dana
Bank Syariah (Studi Kasus pada PT. Bank Syariah Mega Indonesia). Hasil
dari penelitian yaitu secara parsial DPK berpengaruh positif dan signifikan
terhadap penyaluran dana Bank Syariah Mega Indonesia, sedangkan NPF dan
Bonus SWBI tidak signifikan berpengaruh secara parsial terhadap penyaluran
dan yang dilakukan oleh Bank Syariah Mega Indonesia. Secara simultan
DPK, NPF, dan bonus SWBI berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan.
Sagita Devi Maharani (2010) dengan penelitiannya yang berjudul
Analisis CAR, NPF, dan DPK Terhadap Penyaluran Pembiayaan (Studi
Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia Periode 2001-2009).Hasilnya yaitu
variabel CAR dan DPK berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan NPF
berpengaruh negatif signifikan terhadap penyaluran pembiayaan.
Elza Yuliani dengan penelitiannya yang berjudul Pengaruh Non
Performing Financing dan Dana Pihak Ketiga terhadapReturn On Assets
(Studi Kasus Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah 2008-2012). Hasilnya
adalah bahwa NPF berpengaruh negatif terhadap Return On Assets,
sedangkan DPK berpengaruh positif terhadap Return On Assets.
Aristantia Radis Agista (2015) pada Analisis Pengaruh DPK, CAR,
31
2007-2013.Hasilnya adalah secara parsial, DPK memberikan pengaruh positif
dan signifikan terhadap pembiayaan, CAR dan NPF tidak memiliki pengaruh
terhadap pembiayaan, sedangkan ROA memiliki pengaruh negatif dan
signifikan terhadap pembiayaan.Secara simultan, keempat variabel
memberikan pengaruh signifikan terhadap pembiayaan.
Rangkuman dari penelitian terdahulu yang mempunyai hubungan
dengan faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit terdapat pada tabel 2.2
berikut:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
Judul Variabel Hasil Penelitian Perbedaan
34
Berdasarkan pada landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya serta
permasalahan yang telah dikemukakan, maka berikut disajikan kerangka
konseptual yang dituangkan dalam model penelitian pada gambar berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Keterangan :
Pengaruh secara parsial
Pengaruh secara simultan
Non Performing Financing( X1 ) dan Dana Pihak Ketiga ( X2 adalah
variabel bebas (independen) yang dapat mempengaruhi variabel terikat
(dependen). Pembiayaan bank syariah di Indonesia (Y) adalah variabel
dependen yang akan dipengaruhi oleh variabel independen.
D. Hipotesis
Hipotesis adalah kesimpulan atau jawaban sementara dari permasalahan
penelitian yang akan dibuktikan dengan data empiris.48 Sehingga peneliti
memberikan kesimpulan sementara berupa:
48 Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta: Gramata Publishing, 2013), 97.
Non Performing Financing
(X1) Pembiayaan bank
syariah di Indonesia (Y)
35
Hipotesis Simultan
H1 = Ada pengaruh non performing financing dan dana pihak ketiga
terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia
Ho = Tidak ada pengaruh non performing financing dan dana pihak
ketiga terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia
Hipotesis Parsial
H1 = Ada pengaruh non performing financing terhadap pembiayaan
Bank Syariah Mandiri Indonesia
H0 = Tidak Ada pengaruh non performing financing terhadap
pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia
H2 = ada pengaruh dana pihak ketiga terhadap pembiayaan Bank Syariah
Mandiri Indonesia
H0 = Tidak Ada pengaruh dana pihak ketiga terhadap pembiayaan Bank
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu dengan menggunakan penelitian
kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang tidak mementingkan
kedalaman data, penelitian kuantitatif tidak terlalu menitikberatkan pada
kedalaman data, yang penting dapat merekam data sebanyak-banyaknya dari
populasi yang luas.49
Pendekatan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang identik dengan
pendekatan deduktif, yaitu berangkat dari persoalan umum (teori) ke hal
khusus sehingga penelitian ini harus ada landasan teorinya.50
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam
penelitian ini, populasi yang digunakan adalah Laporan keuangan triwulanan
dari Bank Syariah Mandiri periode 2009 - 2015.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
populasi tersebut.51Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
49
Masyhuri, Zainuddin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, (Bandung: Refika Aditama, 2009), 13.
50Masyhuri dan Zainuddin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, 13.
51 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta, 2008), 80-81.
38
adalah Purpossive Sampling artinya sampel dipilih agar dapat mewakili
populasinya. Sedangkan teknik pemilihan sampel Non Probability
Samplingnya adalah pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang
atau kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. Hanya elemen populasi yang memenuhi criteria tertentu dari
penelitian saja yang dijadikan sampel.
Dari kriteria yang diajukan diatas didapat sampel yakni Laporan
Keuangan Bank Syariah Mandiri Indonesia periode 2009-2015 dikarenakan
selama periode tahun amatan ini fluktuasi dari masing-masing variabel cukup
signifikan serta pada periode ini perkembangan permintaan pembiayaan yang
terus meningkat.
C. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau
nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.52 Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel terikat atau dependen (Y)
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel
terikatnya (Y) adalah pembiayaan bank syariah
2. Variabel bebas atau independen (X)
39
Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel lainnya. Variabel independen yang akan diuji
dalam penelitian ini adalah non performing financing dan dana pihak
ketiga.
D. Definisi Operasional
1. Variabel Dependen
Variabel Terikat (Dependent) merupakan variabel yang dipengaruhi
atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.53Dalam penelitian ini
yang merupakan variabel terikat (Dependent) adalah pembiayaan.
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan
uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan
atau bagi hasil. Pembiayaan diperoleh rumus sebagai berikut:
Pembiayaan = Piutang Mura@bah`ah + Piutang Salam + Piutang
Istis`na’ + Piutang Qard` + Pembiayaan bagi hasil +
Ija@rah
2. Variabel Independen
Variabel bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhi
atau menjadi penyebab terjadinya perubahan pada variabel lain. Dengan
40
kata lain, perubahan pada variabel ini diasumsikan akan mengakibatkan
terjadinya perubahan pada variabel lain.54 Dalam penelitian ini yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Independent) adalah Non
Performing Financing dan Dana Pihak Ketiga yang dijelaskan dibawah
ini:
a. Non Performing Financing
Menurut kamus Bank Indonesia, Non Performing Financing
adalah kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi
kurang lancar, diragukan, dan macet.55 NPF diperoleh rumus sebagai
berikut:
NPF: x 100%
b. Dana Pihak Ketiga
Produk penghimpunan dana yaitu dana yang dipercayakan
oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan
dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.56 Maka Dana Pihak
Ketiga diperoleh rumus sebagai berikut:
DPK = Tabungan Wadi’ah + Giro Wadi’ah + Tabungan Mudharabah
+ Deposito Mudharabah
54Ibid,4.
55http://ekonomi.kabo.biz/2011/11/non-performing-financing-npf.html , dikutip pada 18 Nopember 2015 pukul 11.45 wib.
41
E. Data dan Sumber Data
Dilihat dari segi bentuk data dalam penelitian ada dua jenis data, yaitu
data kualitatif dan data kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data kuantitatif.Karena memandang bahwa realitas atau fenomena
dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur dan hubungan
gejala bersifat sebab akibat.57Ada dua sumber data yaitu:
1. Data Primer: Data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari
responden atau tempat penelitian yang dijadikan sampel.58
2. Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh
pihak lain).59 Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
sekunder. Sumber-sumber sekunder terdiri atas berbagai macam, dari
surat-surat pribadi, kitab harian, notula rapat perkumpulan, sampai
dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah.60
Dalam penelitian ini, data yang diambil oleh peneliti adalah data dari
laporan keuangan triwulanan PT. Bank Syariah Mandiri Indonesia periode
2009-2015 yang dipublikasikan dalam situs resmi bank dengan alamat
situsnya www.syariahmandiri.co.id.
57 Muhammad Teguh, metodologiPenelitian Ekonomi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 118.
58
Masyhuri dan M. Zainuddin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, (Bandung: PT Refika Aditama, 2008), 13.
42
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode dokumenter. Metode dokumenter adalah
metode yang digunakan untuk menelusuri data historis. Sebagian data yang
tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, laporan dan
sebagainya.61 Metode dokumenter yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data yang diambil dari laporan keuangan Bank Syariah Mandiri
periode 2009-2015.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data kuantitatif adalah analisis data terhadap data-data yang
mengandung angka-angka atau numerik tertentu.Analisis data kuantitatif
biasanya menggunakan statistik-statistik yang beragam banyaknya, baik
statistik deskriptif maupun statistik inferensial, statistik parametrik maupun
statistik nonparametrik.62
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
teknik analisis Regresi Linier Berganda. Dalam melakukan analisis regresi
linier berganda, teknik ini mensyaratkan untuk melakukan uji asumsi klasik
agar mendapatkan hasil regresi yang baik.
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
61 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), 154.
43
Uji asumsi klasik jenis ini adalah bertujuan menguji data variabel
bebas (X) dan data variabel terikat (Y) pada persamaan regresi
yang dihasilkan.63
b. Uji Multikolieritas
Uji asumsi klasik multikolieritas ini diterapkan untuk analisis
regresi berganda yang terdiri atas dua atau lebih variabel bebas/
independent variable, dimana akan diukur tingkat asosiasi (keeratan)
hubungan/ pengaruh antar variabel bebas tersebut melalui besaran
koifisien korelasi (r).64
c. Uji Heteroskedastisitas
Tujuan dari Uji Asumsi Klasik Heteroskedastisitas adalah untuk
mengetahui sama atau tidak varians dari residual dari observasi yang
satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai
varians yang sama disebut Homoskedastisitas dan jika variansnya
tidak sama/ berbeda disebut terjadi Heteroskedastisitas.65
d. Uji Autokorelasi
Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah
autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut
menjadi tidak baik/ tidak layak dipakai prediksi.66
63Ibid, 103.
64Danang Sunyoto, Uji KHI Kuadrat & Regresi untuk Penelitian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), 97.
44
2. Analisis Regresi
Analisis regresi merupakan suatu analisis yang menjelaskan tentang
akibat dan besarnya akibatnya yang ditimbulkan oleh satu atau lebih
variabel bebas terhadap satu variabel terikat.67
Dalam penelitian ini, data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan
menggunakan analisis regresi berganda dengan persamaan kuadrat
terkecil biasa atau Ordinary Least Square (OLS).
Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara
dua atau lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel
dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing
variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk
memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel
independen mengalami kenaikan atau penurunan. Bentuk persamaan
regresi dengan dua variabel independen adalah:68
Y = a + b1X1 + b2X2+ e
Dimana :
Y = Variabel Pembiayaan
a = konstanta
b1 = slope
X1 = Variabel NPF
67Wahana Komputer, Solusi Mudah dan Cepat Menguasai SPSS 17.0 untuk Pengolahan Data Statistik, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo IKAPI, 2009), 93.
45
X2 = Variabel DPK
e = residual
H. Pengujian Hipotesis
Pengujian Hipotesis adalah prosedur yang didasarkan pada bukti sampel
yang dipakai untuk menentukan apakah hipotesis merupakan suatu
pernyataan yang wajar dan oleh karenanya tidak ditolak, atau hipotesis
tersebut tidak wajar dan oleh karena itu harus ditolak.69
1. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara
bersama-sama (simultan) terhadap variabel terkait.70
Dalam uji simultan dapat dilakukan dengan membandingkan antara
F hitung dengan F tabel melalui ketentuan:71
Bila F hitung ≥ F tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima
Bila F hitung ≤ F tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak
2. Uji t
Uji t dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji bagaimana
pengaruh masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri
terhadap variabel terikatnya.72
69 Suharyadi, Purwanto.,Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), 82.
70http://dataolah.blogspot.co.id/2012/08/regresi-berganda-uji-f-uji-t-dan.html dikutip pada 17 Nopember 2015 pukul 13.06 wib
46
Dalam uji parsial dapat dilakukan dengan membandingkan nilai t
hitung dan t tabel dengan ketentuan:73
Jika t hitung ≥ t tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima
Jika t hitung ≤ t tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak
72http://www.statistikian.com/2013/01/uji-f-dan-uji-t.html dikutip pada 17 Nopember 2015 pukul 13.06 wib
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Bank Syariah Mandiri
Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan
hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998.
Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang
disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional,
telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap
seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha.Dalam
kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh
bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa.Pemerintah akhirnya
mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi
sebagian bank-bank di Indonesia.74
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang
dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang
Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB
berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan
upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing.
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan
penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi
74
Bank Syariah mandiri, “Sejarah”, dalam http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/profil-perusahaan/sejarah/, diakses pada 27 Juni 2015.
48
Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank
Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999.Kebijakan penggabungan
tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero)
Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri
melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan
Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan
perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon
atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank
umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa
pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk
melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi
bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah
segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan
usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi
berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri
sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal
8 September 1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah
dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No.
1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat
49
1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri.
Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah
Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420
H atau tanggal 1 November 1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank
yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang
melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan
nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah
Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia.BSM hadir untuk
bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.
2. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri
a) Visi Bank Syariah Mandiri
1) Bank Syariah Terdepan: Menjadi bank syariah yang selalu unggul
di antara pelaku industri perbankan syariah di Indonesia pada
segmen consumer, micro, SME, commercial, dan corporate.75
2) Bank Syariah Modern: Menjadi bank syariah dengan sistem
layanan dan teknologi mutakhir yang melampaui harapan nasabah.
b) Misi Bank Syariah Mandiri