• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH NPF DAN DPK TERHADAP PEMBIAYAAN BANK SYARIAH MANDIRI INDONESIA : LAPORAN KEUANGAN PT. BANK SYARIAH MANDIRI INDONESIA PERIODE 2009-2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH NPF DAN DPK TERHADAP PEMBIAYAAN BANK SYARIAH MANDIRI INDONESIA : LAPORAN KEUANGAN PT. BANK SYARIAH MANDIRI INDONESIA PERIODE 2009-2015."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH

NPF

DAN DPK TERHADAP PEMBIAYAAN

BANK SYARIAH MANDIRI INDONESIA

(LAPORAN KEUANGAN PT. BANK SYARIAH MANDIRI

INDONESIA PERIODE 2009-2015)

SKRIPSI

Oleh :

THIRDA RAHMAWATI

NIM : C04212039

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Pengaruh NPF dan DPK Terhadap Pembiayaan Bank Syariah Mandiri (Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 2009-2015) ”ini merupakan hasil penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menjawab

pertanyaan tentang apakah terdapat pengaruh signifikan antara NPF dan DPK

secara simultan terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri dan apakah terdapat

pengaruh signifikan antara NPF dan DPK secara parsial terhadap pembiayaan

Bank Syariah Mandiri.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan triwulanan Bank Syariah Mandiri Indonesia periode 2009-2015 dengan menggunakan metode purposive sampling. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan yang dipublikasikan dan diunduh melalui situs resmi Bank Syariah Mandiri Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan tingkat signifikansi 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa non performing financing dan dana pihak ketiga secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia. Hal ini dibuktikan pada uji simultan F variabel

NPF dan DPK didapati hasil fhitung 913,735 dengan signifikansi sebesar 0,000. Dan

non performing financing dan dana pihak ketiga secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia. Hal ini

dibuktikan pada uji parsial t, dimana pada variabel NPF didapati hasil sebesar

0,000 dan pada variabel DPK sebesar 0,000 yang mana nilai keduanya lebih kecil dari 0,05.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ...……… I

PERNYATAAN KEASLIAN ………... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ………... iii

PENGESAHAN ………. iv

PERSEMBAHAN ……….. v

MOTTO ………. vi

ABSTRAK ………..………... vii

KATA PENGANTAR …………..……….... viii

DAFTAR ISI ………..………..………. ix

DAFTAR TABEL ………. xii

DAFTAR GAMBAR ………. xiii

DAFTAR TRANSLITERASI ………..………….……… xiv

BAB I : PENDAHULUAN ………...……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ..………... .………. 1

B. Rumusan Masalah ………….………..……….. 8

C. Tujuan Penelitian ……….….……… 8

D. Kegunaan Hasil Penelitian …….………... 9

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ………... 11

(8)

1. Perbankan Syariah ………... 11

2. Pembiayaan Syariah ……… 14

3. Non Performing Financing……….. 22

4. Dana Pihak Ketiga ……….. 24

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan………... 29

C. Kerangka Konseptual ... 35

D. Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ………... 37

A. Jenis Penelitian ……….. 37

B. Populasi dan Sampel Penelitian………. 37

C. Variabel Penelitian ……… 38

D. Definisi Operasional ……….. 39

E. Data dan Sumber Data ……….. 41

F. Teknik Pengumpulan Data ……… 41

G. Teknik Analisis Data……….. 42

H. Pengujian Hipotesis ………... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN ………... 47

A. Deskripsi Umum Objek {Penelitian ………

(9)

B. Analisis Data …………..….……... 61

BAB V PEMBAHASAN ………. 68

A. Pengaruh NPF dan DPK Secara Simultan Terhadap Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia ………….. 68

B. Pengaruh NPF dan DPK Secara Parsial Terhadap Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia ………….. 68

C. Analisis ……….. 69

BAB V PENUTUP ………... 76

A. Kesimpulan ……….….. …..………...……… 75

B. Saran ………..….……… 76

DAFTAR PUSTAKA ………...………..………. 77

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Laporan Keuangan Non Performing Financing, Dana Pihak Ketiga, dan Pembiayaan periode Maret 2009-Desember 2010 … 6

2.1 Penelitian Terdahulu ………... 31

4.1 Data laporan keuangan Dana Pihak Ketiga Bank Syariah Mandiri Indonesia Periode 2009-2015 ………... 54

4.2 Data laporan keuangan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia Periode 2009-2015 ……… 58

4.3 Data laporan keuangan Non Performing Financing (NPF) Bank Syariah Mandiri Indonesia Periode 2009-2015 ………... 59

4.4 Data Laporan Keuangan NPF , DPK, dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia Periode 2009-2015 ………... 60

4.5 Uji Multikolinearitas ………. 62

4.6 Model Summary Regresi Linier Berganda ………... 63

4.7 Uji T ………... 64

4.8 Uji F (Simultan) ……… 65

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ……….. 34

4.1 Grafik Histogram ………. 61

4.2 Grafik Normal Plot ……….. 61

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan perbankan syariah sebagai bagian dari sistem perbankan

nasional diharapkan dapat mendorong perkembangan perekonomian suatu

Negara. Perbankan syariah pada dasarnya merupakan pengembangan dari

konsep ekonomi Islam, terutama dalam bidang keuangan yang dikembangkan

sebagai suatu respon dari kelompok ekonom dan praktisi perbankan muslim

yang berupaya mengakomodasi desakan dari berbagai pihak yang

menginginkan adanya jasa transaksi keuangan yang dilaksanakan sejalan

dengan nilai moral dan prinsip-prinsip Islam.

Bank syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum

Islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak

membayar bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank syariah

maupun yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian

antara nasabah dan bank. Perjanjian (akad) yang terdapat di perbankan

syariah harus tunduk pada syarat dan rukun akad sebagaimana diatur dalam

syariah Islam.1

Dasar pemikiran terbentuknya bank syariah bersumber dari adanya

larangan riba di dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 275-276 :2

(13)

2

Artinya :

275. Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal didalamnya.

276. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa.

Pada bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak

dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan

keuntungan atas harta yang dikelola oleh bank dengan prinsip bagi hasil.

Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang

membutuhkan (misalnya modal usaha), dengan perjanjian pembagian

keuntungan sesuai kesepakatan.3 Sistem operasional yang ada pada bank

syariah diantaranya adalah sistem penyaluran dana dan sistem penghimpunan

dana bank syariah.

3 M. Sulhan & Ely Siswanto, Manajemen Bank Konvensional dan Syariah, (Malang: UIN-Malang Press,2008), hlm. 147.

276

(14)

3

Penyaluran dana (pembiayaan) adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk

mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun

dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk

mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti

bank syariah kepada nasabah.4

Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan tiga

model, yaitu:5

a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan

dengan prinsip jual beli, prinsip jual beli ini dikembangkan menjadi

bentuk pembiayaan-pembiayaan mura@bah`ah, salam, dan istis`na’.

b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan

dengan prinsip sewa (ija@rah).

c. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerja sama yang

ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip

bagi hasil.

d. Jasa layanan perbankan, yang dioperasikan dengan pola h`iwa@lah, rahn,

al-qard`, waka@lah, dan kafa@lah.

Besar kecilnya pembiayaan yang disalurkan oleh bank sangat dipengaruhi

oleh banyak faktor.Aristantia Radis Agista mengungkapkan dalam

penelitiannya bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya

(15)

4

pembiayaan bank syariah adalah variabel DPK, CAR, NPF, dan ROA.6

Sedangkan menurut Siswati, faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya

pembiayaan adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), rasio pembiayaan bermasalah

atau non performing financing (NPF), dan bonus sertifikat wadiah bank

Indonesia (SWBI). Dimana setiap terjadi kenaikan DPK dan bonus SWBI

akan meningkatkan pula total dana yang akan disalurkan, dan jika terjadi

penumpukan pembiayaan bermasalah, bank akan berupaya mengurangi

pembiayaan.7

Penelitian ini akan menguji pengaruh beberapa variabel independen

yang termasuk dalam kategori rasio keuangan terhadap total pembiayaan

(financing) yang disalurkan oleh Bank Syariah Mandiri Indonesia. Rasio

keuangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Non Performing

Financing (NPF) dan Dana Pihak Ketiga (DPK).

Non Performing Financing (NPF) adalah kredit bermasalah yang

tergolong kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. NPF

mencerminkan risiko kemungkinan kerugian yang akan timbul atas

penyaluran dana oleh bank. Tingginya NPF membuat bank perlu membentuk

pencadangan atas kredit bermasalah yang lebih besar, hal ini akan

menurunkan pendapatan bank.8 Menurunnya pendapatan bank akan

berpengaruh terhadap menurunnya modal yang dimiliki oleh bank. Karena

6 Aristantia Radis Agista, “Analisis Pengaruh DPK, CAR, NPF, dan ROA Terhadap Pembiayaan di PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Periode 2007-2013”,

http://eprints.ums.ac.id/35267/22/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf

7 Siswati, “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK). Non Performing Financing (NPF), dan Bonus SWBI Terhadap Penyaluran Dana Bank Syariah”, http://lib.unnes.ac.id/5019/

(16)

5

besarnya modal yang dimiliki oleh bank akan berpengaruh pada besarnya

ekspansi dalam penyaluran dana (pembiayaan).

Dana pihak ketiga adalah dana simpanan yang dititipkan pada bank,

yang umumnya merupakan giro, tabungan, atau deposito. Jumlah dana pihak

ketiga yang berhasil dihimpun oleh suatu bank akan mempengaruhi

kemampuannya dalam menyalurkan kredit.9 Dana-dana pihak ketiga yang

dihimpun dari masyarakat merupakan sumber dana terbesar yang paling

diandalkan oleh bank (mencapai 80%-90% dari seluruh dana yang dikelola

oleh bank).10 Dana pihak ketiga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi besar kecilnya pembiayaan. Semakin besar dana simpanan

yang diperoleh bank maka semakin besar pula bank dapat menyalurkan

pembiayaan, dan apabila dana pihak ketiga yang diperoleh bank semakin

kecil maka semakin kecil pula kemungkinan bank dapat menyalurkan

pembiayaan kepada masyarakat.

Alasan dipilihnya variabel NPF dan DPK adalah karena kedua variabel

tersebut merupakan salah satu faktor yang paling mempengaruhi pembiayaan.

Semakin besar dana simpanan bank, semakin tinggi bank syariah dapat

menyalurkan pembiayaan, semakin rendah NPF suatu bank maka semakin

tinggi bank dapat memberikan pembiayaan terhadap nasabah.

9 Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 64.

(17)

6

Tabel 1.1

Non Performing Financing (X1), Dana Pihak Ketiga (X2), dan Pembiayaan (Y)

(dalam jutaan rupiah)

Periode NPF (X1) DPK (X2) Pembiayaan (Y) Mar-2009 2,15 % Rp 15.357.254 Rp 13.480.453 Jun-2009 1,92 % Rp 16.240.690 Rp 14.283.742 Sep-2009 2,16 % Rp 16.855.217 Rp 14.941.710 Des-2009 1,34 % Rp 19.168.005 Rp 16.061.500 Mar-2010 0,66 % Rp 20.885.571 Rp 17.638.509 Jun-2010 0,88 % Rp 23.091.575 Rp 19.827.722 Sep-2010 1,45 % Rp 24.564.246 Rp 21.394.435 Des-2010 1,29 % Rp 28.680.965 Rp 23.839.225

Sumber: www.banksyariahmandiri.com

Berdasarkan data yang tersaji dalam tabel di atas, terdapat fenomena

bisnis dalam pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri. Dapat dilihat NPF

mengalami fluktuasi. Tetapi hal tersebut tidak terjadi pada pembiayaan,

pembiayaan yang dimiliki justru mengalami peningkatan.

Fluktuatifnya tingkat non performing financing pada suatu bank dapat

bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti penyaluran

pinjaman, kegiatan tresuri dan investasi, dan kegiatan jasa pembiayaan

perdagangan, yang tercatat dalam buku bank. Disisi lain risiko ini timbul

karena kinerja satu atau lebih debitur yang buruk, kinerja debitur yang buruk

ini dapat berupa ketidakmampuan atau ketidakmauan debitur untuk

memenuhi sebagian atau seluruh perjanjian kredit yang telah disepakati

(18)

7

hanya kondisi keuangan dan nilai pasar dari jaminan kredit termasuk

collateral tetapi juga karakter dari debitur.11

Penelitian dilakukan pada PT. Bank Syariah Mandiri Indonesia (BSM)

karena alasan ketersediaan data yang dibutuhkan. Dari sisi pembiayaan, unit

usaha syariah tersebut memberikan dukungan pembiayaan melalui berbagai

skema pembiayaan baik jual beli ataupun bagi hasil.Diperlukan rambu-rambu

untuk menjaga kesehatan bank dalam penanaman dananya. Hal tersebut

tertuang dalam UU No. 7 Tahun 1992 yang telah diubah menjadi UU No. 10

Tahun 1998, dalam pasal 29 ayat 2 : “Bank wajib memelihara kesehatan bank

sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas

manajemen, likuiditas, rentabilitas. Solvabilitas dan aspek lain yang

berhubungan dengan usaha bank dan wajib melakukan usaha sesuai dengan

prinsip kehati-hatian”. Dalam penentuan kesehatan suatu bank, hal-hal yang

perlu diperhatikan adalah dana yang terhimpun dari masyarakat (DPK) dan

pembiayaan bermasalah (NPF). Dalam hal ini, untuk mengetahui non

performing financing dan pengaruh dana pihak ketiga dapat dilakukan dengan

menganalisis laporan keuangan.

Laporan keuangan menjadi sangat penting karena dapat memberikan

informasi yang dapat dipakai untuk mengambil keputusan. Banyak pihak

yang berkepentingan terhadap laporan keuangan, mulai dari nasabah atau

calon nasabah, investor atau calon investor, pihak pemberi dana atau calon

pemberi dana, sampai pada manajemen perbankan itu sendiri. Informasi dari

(19)

8

laporan keuangan tersebut akan memenuhi harapan dari pihak-pihak yang

berkepentingan dan pada gilirannya akan memperhatikan terhadap nilai

perusahaan.12 Di dalam laporan keuangan, penyaluran dana (pembiyaan) bank

syariah terdiri dari piutang mura@bah`ah, piutang salam, piutang istis`na’,

piutang qard`, ija@rah, dan pembiayaan.

Perbedaan hasil terdahulu yang telah dipaparkan, menarik untuk diuji

kembali dan dapat dijadikan permasalahan dalam penelitian kali ini, yaitu

mengenai pengaruh Non Performing Financing dan Dana Pihak Ketiga

terhadap pembiayaan.Dari penjelasan yang telah dikemukakan, muncul

ketertarikan untuk meneliti dan mengambil topik mengenai perkembangan

pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia. Karena itu, penulis mengambil

judul “Pengaruh Non Performing Financing dan Dana Pihak Ketiga

terhadap Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia (Laporan keuangan

PT. Bank Syariah Mandiri Indonesia Periode 2009-2015).

B.Rumusan Masalah

Dengan meningkatnya pembiayaan dari tahun ke tahun, penulis ingin

menguji, non performing financing (NPF) dan dana pihak ketiga (DPK)

sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pembiayaan yang

disalurkan ke masyarakat oleh bank syariah.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini

dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

(20)

9

1. Apakah Non Performing Financing dan Dana Pihak Ketiga secara

simultan berpengaruh terhadap pembiayaan Bank Syariah

MandiriIndonesia ?

2. Apakah Non Performing Financing dan Dana Pihak Ketiga secara parsial

berpengaruh terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, tujuan penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh non performing financing

(NPF) dan dana pihak ketiga (DPK) secara simultan berpengaruh

terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh non performing

financing(NPF) dan dana pihak ketiga (DPK) secara parsial berpengaruh

terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia.

D. Kegunaan Hasil Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kegunaan dari penelitian

adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

a. memberikan pembuktian tentang pengaruh NPF dan DPK terhadap

pembiayaan.

b. Dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan, acuan, maupun

(21)

10

tentang pengaruh non performing financing dan dana pihak ketiga

terhadap pembiayaan bank syariah.

2. Kegunaan Praktis

a. diharapkan dapat menyempurnakan informasi dan bahan evaluasi

untuk meningkatkan kinerja Bank Syariah Mandiri Indonesia.

b. memberikan konstribusi pada lembaga keuangan khususnya yang

(22)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

. Perbankan Syariah

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008

tentang perbankan syariah dinyatakan bahwa bank syariah menjalankan

kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dan mengacu pada fatwa yang

dikeluarkan oleh lembaga berwenang, dalam hal ini Dewan Syariah

Nasional (DSN) dan dibawah Majelis Ulama Indonesia (MUI).13

Menurut ensiklopedi Islam, Bank Islam adalah lembaga keuangan

yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas

pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan

dengan prinsip-prinsip Syariat Islam.14

Bank syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada

hukum Islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun

tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank

syariah maupun yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari akad dan

perjanjian antara nasabah dan bank. Perjanjian (akad) yang terdapat di

13

Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014), 7.

(23)

12

perbankan syariah harus tunduk pada syarat dan rukun akad sebagaimana

diatur dalam syariah Islam.15

Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan

mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya

ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait.

Prinsip utama yang diikuti oleh bank Islam itu adalah:16

a. larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi;

b. melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan

keuntungan yang sah;

c. memberikan zakat.

Bank syariah memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah: fungsi

manager investasi, fungsi investor yang berhubungan dengan pembagian

hasil usaha (profit distribution) yang dilakukan oleh bank syariah, fungsi

sosial, dan jasa keuangan (perbankan).17

1) fungsi manager investasi. Bank syariah merupakan manager investasi

dari pemilik dana (s`a@h`ibul ma@l) dari dana yang dihimpun

(dalam perbankan lazim disebut dengan deposan atau penabung),

karena besar kecilnya pendapatan (bagi hasil) yang diterima oleh

pemilik dana tersebut sangat tergantung pada pendapatan yang

diterima oleh bank syariah dalam mengelola dana mudharabah

15Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2013), 32.

(24)

13

sehingga sangat tergantung pada keahlian, kehati-hatian, dan

profesionalisme dari bank syariah.

2) fungsi investor yang berhubungan dengan pembagian hasil usaha

(profit distribution) yang dilakukan oleh bank syariah. Dalam

penyaluran dana baik dalam prinsip bagi hasil (mud`a@rabah dan

musha@rakah), prinsip ujrah (ija@rah dan ija@rah muntahia

bittamli@k) maupun prinsip jual beli (mura@bah~ah, salam dan

salam parallel, istis`na’ dan istis`na’ paralel) bank syariah berfungsi

sebagai investor sebagai pemilik dana. Oleh karena sebagai pemilik

dana maka dalam menanamkan dana dilakukan dengan prinsip-prinsip

yang telah ditetapkan dan tidak melanggar syariah, ditanamkan pada

sektor-sektor produktif dan mempunyai risiko yang sangat minim.

3) Fungsi sosial bank syariah dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu

menerima dana yang berasal dari zakat, hibah, atau dana sosial lainnya

yang menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. Bank

syariah juga dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf

uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai

dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).18

4) Fungsi jasa keuangan. dalam hal ini bank syariah memberikan layanan

transfer, RTGS (real time gross settlement), kliring, inkaso, payroll

(pembayaran gaji), jasa pembayaran telepon, listrik, dan lain

(25)

14

sebagainya, namun tetap harus memperhatikan prinsip-prinsip syariah

dan tidak melanggar kaidah-kaidah syariah yang telah ditetapkan.

2. Pembiayaan Syariah

Menurut Syafi’i Antonio menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan

salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk

memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit.19

Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan menyatakan

pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau

tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang

dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka

waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.20

Secara umum, produk penyaluran dana (pembiayaan) syariah dibagi

ke dalam empat kategori,yaitu: (a) Pembiayaan dengan prinsip jual beli

(sale based); (b) Pembiayaan dengan prinsip sewa (rent based); (c)

Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (investment based); (d) Pembiayaan

dengan akad pelengkap (service based).21

a. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli

19 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 160.

20 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan”, dalam http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/1998/10Tahun~1998UU.htm

(26)

15

Pembiayaan dengan prinsip jual beli dilakukan sehubungan dengan

adanya pemindahan pemilikan barang atau benda (transfer of

property).Tingkat keuntungan bank ditentukan terlebih dahulu dan

menjadi bagian harta atas barang yang dijual. Transaksi jual beli

dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan

barangnya yaitu sebagai berikut:

1) Pembiayaan Mura@bah~`ah

Mura@bah~`ah, yang berasal dari kata “ribh`u” (keuntungan)

adalah transaksi jual beli dimana bank menyebutkan jumlah

keuntungannya. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok

ditambah keuntungan (margin).22

2) Pembiayaan Salam

Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang

diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara

tangguh sedangkan pembayaran dilakukan tunai. Dalam praktiknya,

bank bertindak sebagai pembeli, sedangkan nasabah sebagai penjual.

Nampak sekilas transaksi ini mirip jual beli ijon23, tetapi kuantitas,

kualitas, harga dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara

pasti.

Ketentuan umum dalam piutang salam:24

22Rahmat Hidayat, Efisiensi Perbankan Syariah Teori dan Praktik, 32.

23Jual beli ijon adalah jual beli dengan pembayaran dimuka (diawal) dan penyerahan barang di belakang (tangguh). Jual beli ijon biasanya dilakukan terhadap hasil produk pertanian dan perkebunan.

(27)

16

a) Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinyasecara jelas

seperti jenis, macam, ukuran, mutu, dan jumlahnya.

b) Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai dengan

akad, nasabah harus bertanggung jawab.

c) Mengingat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau

dipesannya sebagai persediaan, maka bank dimungkinkan

melakukan akad salam pada pihak ketiga (pembeli kedua).

3) Pembiayaan Istis`na’

Akad istis`na’ pada umumnya dipraktikan untuk pembiayaan

industri, pabrik dan bangunan. Ketentuan umum pembiayaan istis`na’

ialah ketentuan spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis,

macam ukuran, mutu, dan jumlahnya.25

Ketentuan umum piutang istis`na’ diantaranya adalah:

a) Spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam,

ukuran, mutu, dan jumlahnya.

b) Harga jual yang telah disepakati dicantumkan dalam akad dan tidak

boleh berubah selama berlakunya akad.

c) Jika terjadi perubahan kriteria pesanan dan terjadi perubahan harga

setelah akad ditandatangani, maka seluruh biaya tambahan tetap

ditanggung nasabah.

b. Pembiayaan Dengan Prinsip Sewa (Ija@rah)

(28)

17

Transaksi sewa (ija@rah) terjadi berdasarkan adanya perpindahan

manfaat. Jadi pada dasarnya, prinsip sewa sama dengan prinsip jual

beli tetapi berbeda pada objek transaksinya. Jika pada jual beli objek

transaksinya ialah barang, maka pada sewa objek transaksinya ialah

pelayanan (jasa/manfaat).

Pada akhir masa sewa, Bank dapat saja menjual barang yang

disewakannya kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah

dikenal ija@rah muntahiyah bittamli@k (sewa yang diikuti dengan

berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati pada

awal perjanjian.

c. Pembiayaan Dengan Prinsip Bagi Hasil (Shirkah)

Produk pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil ialah sebagai

berikut :

(1) Pembiayaan Musha@rakah

Musha@rakah adalah bentuk kerjasama diantara dua (atau lebih)

pihak, dimana para pihak bersepakat menyediakan modal untuk

membiayai suatu proyek. Proyek tersebut dapat dikelola oleh salah

satu dari pemberi dana atau pihak lainnya. Untuk jenis pembiayaan

ini, pemilik dana dapat melakukan intervensi dalam pengelolaan

proyek tersebut. Pembagian keuntungan dilakukan sesuai dengan

kesepakatan bersama, namun kerugian ditanggung berdasarkan

besarnya modal yang diberikan.

(29)

18

(a) Semua modal disatukan dijadikan modal proyek musyarakah

dan dikelola bersama-sama.

(b) Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan

kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.

(c) Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek

musyarakah tidak boleh melakukan tindakan, seperti:

- Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi.

- Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa ijin

pemilik modal lainnya.

- Memberi pinjaman kepada pihak lain.

- Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau

digantikan oleh pihak lain.

- Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama

apabila: menarik diri dari perserikatan, meninggal dunia, dan

menjadi tidak cakap hukum.

- Biayan yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka

waktu proyek harus diketahui bersama.

- Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad.

(2) Pembiayaan Mud`a@rabah

Mud`a@rabah adalah bentuk kerjasama di antara dua (atau

lebih) pihak, dimana pemilik modal (s~`a@h`ibul ma@l)

(30)

19

dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Dalam bentuk

kerjasama ini ditegaskan, bahwa modal sepenuhnya (seratus

persen) dari pemilik modal (s~`a@h`ibul ma@l) dan keahlian dari

pengelola modal.

Ketentuan umum yang berlaku dalam akad mud`a@rabah adalah:26

(a) Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku

pengelola modal harus diserahkan tunai, dapat berupa uang

atau barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan uang.

Apabila modal diserahkan secara bertahap, harus jelas

tahapannya dan desepakati bersama.

(b) Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mud`a@rabah dapat

diperhitungkan dengan dua cara:

- Hasil usaha dibagi dengan persetujuan dalam akad, pada

setiap bulan atau waktu yang disepakati. Bank selaku pemilik

modal menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kelalaian

dan penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan,

kecurangan, dan penyalahgunaan dana.

- Bank berhak melakukan pengawasan terbadap pekerjaan

namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan/usaha

nasabah. Jika nasabah cidera janji dengan sengaja misalnya

tidak mau membayar kewajiban atau menunda pembayaran

kewajiban, dapat dikenakan sanksi administrasi.

(31)

20

d. Pembiayaan Dengan Akad Pelengkap

Untuk memudahkan pelaksanaan berbagai aktivitas pembiayaan,

biasanya diperlukan juga akad pelengkap.Akad ini tidak ditujukan

untuk memperoleh keuntungan tetapi untuk mempermudah

pelaksanaan aktivitas pembiayaan.Meskipun demikian, dalam akad

pelengkap, bank dapat meminta penggantian biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Diantara akad-akad

pelengkap tersebut adalah:

1) H`iwa@lah (alih hutang piutang)

Tujuan penyediaan fasilitas akad h`iwa@lah adalah untuk

membantu supplier mendapatkan modal tunai supaya dapat

melanjutkan usahanya. Bank memperoleh ganti biaya atas

pelayanan (jasa) pemindahan piutang.27

Pada praktik perbankan syariah, akad ini digunakan untuk

produk cessie atau factoring, yaitu pengalihan utang yang biasa

dilakukan oleh bank konvensional.28

2) Rahn (gadai)

Rahn adalah perjanjian penyerahan barang atau harta

nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan atau

gadai. Tujuan akad rahn adalah untuk memberi jaminan

pembayaran kembali kepada bank.

27 Muhamad, Manajemen Bank Syariah,(Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002), hlm. 96.

(32)

21

Biasanya bank syariah hanya menerima benda berharga

berupa emas untuk digadaikan, karena emas adalah logam mulia

yang tidak mudah rusak dan memiliki nilai yang stabil.29

3) Qard`

Qard` adalah pinjaman uang. Piutang qard` digunakan

untuk membantu keuangan nasabah secara cepat dan berjangka

pendek. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dan

keperluan sosial.30 Permohonan qard` dalam perbankan

biasanya untuk pinjaman talangan haji, sebagai pinjaman tunai

dari produk kartu pembiayaan syariah, sebagai pinjaman kepada

pengusaha kecil, dan sebagai pinjaman kepada manajemen

(pengelola) bank.

4) Waka@lah

Perjanjian pemberian kepercayaan dan hak dari lembaga

atau seseorang kepada pihak lain sebagai wakil dalam

pelaksanaan transaksi. Waka@lah dalam aplikasi perbankan

terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk

mewakili dirinya melakukan pekerjaan pelayanan (jasa) tertentu,

seperti pembukaan L/C, dan pemindahan uang.31

5) Kafa@lah

(33)

22

Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk

menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat

mensyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk

fasilitas ini sebagai rahn (jaminan).

Pembiayaan dalam laporan keuangan bank syariah terdiri dari

piutang mura@bah`ah, piutang salam, piutang istis`na’, piutang qard`,

ija@rah, dan pembiayaan bagi hasil.

3. Non Performing Financing

Pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing) merupakan

salah satu dari risiko dalam suatu pelaksanaan pembiayaan. Risiko

pembiayaan merupakan risiko yang disebabkan oleh adanya

counterparty dalam memenuhi kewajibannya. Dalam bank syariah,

risiko pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan risiko terkait

dengan pembiayaan korporasi.32

Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu risiko yang pasti

dihadapi oleh bank karena risiko ini sering juga disebut dengan risiko

kredit. Robert Tampubolon menjelaskan bahwa risiko kredit adalah

eksposur yang timbul sebagai akibat kegagalan pihak lawan

(counterparty) memenuhi kewajibannya. Disatu sisi risiko ini dapat

bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti penyaluran

pinjaman, kegiatan tresuri dan investasi, dan kegiatan jasa pembiayaan

(34)

23

perdagangan, yang tercatat dalam buku bank. Disisi lain risiko ini

timbul karena kinerja satu atau lebih debitur yang buruk, kinerja debitur

yang buruk ini dapat berupa ketidakmampuan atau ketidakmauan

debitur untuk memenuhi sebagian atau seluruh perjanjian kredit yang

telah disepakati bersama sebelumnya. Dalam hal ini yang menjadi

perhatian bank bukan hanya kondisi keuangan dan nilai pasar dari

jaminan kredit termasuk collateral tetapi juga karakter dari debitur.33

NPF merupakan rasio yang menghitung banyaknya nilai kewajiban

atas nilai pembiayaan yang belum dibayar oleh nasabah kepada

bank.Semakin tinggi rasio NPF sebuah bank, maka kondisi ini bisa

membahayakan bank.Hal itu karena berdasarkan peraturan yang

berlaku, bank perlu mengalokasikan cadangan yang bersumber dari

modal untuk mengatasi NPF tersebut sementara waktu.Bank Indonesia

(BI) mengkategorikan NPF dalam beberapa level.Mereka adalah

pembiayaan kurang lancar, pembiayaan diragukan, dan pembiayaan

macet.34

Pengendalian biaya mempunyai hubungan terhadap kinerja

lembaga perbankan, sehingga semakin rendah tingkat NPL (ketat

kebijakan kredit) maka akan semakin kecil jumlah pembiayaan yang

disalurkan oleh bank, dan sebaliknya. Semakin ketat kebijakan

kredit/analisis pembiayaan yang dilakukan bank (semakin ditekan

33 Robert Tampubolon, Risk Management: Pendekatakan Kualitatif Untuk Bank Komersial, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004), 24..

(35)

24

tingkat NPF) akan menyebabkan tingkat permintaan pembiayaan oleh

masyarakat turun.35

4. Dana Pihak Ketiga

Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank,

yang umumnya merupakan giro atau tabungan, pada umumnya motivasi

utama orang menitipkan dana pada bank adalah untuk keamanan dana

mereka dan memperoleh keleluasaan untuk menarik kembali dananya

sewaktu-waktu.36Setelah dana pihak ketiga telah dikumpulkan oleh bank,

maka sesuai dengan fungsi intermediary-nya maka bank berkewajiban

menyalurkan dana tersebut untuk pembiayaan.37

Bank syariah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

titipan dengan menggunakan akad al-wadi@’ah dan dalam bentuk

investasi dengan menggunakan akad al-mud`a@rabah.38

Penghimpunan Dana Bank Syariah terdiri dari 2 macam,

diantaranya:

a. Penghimpunan dana dengan prinsip wadi@’ah

Wadi@’ah dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak

lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan

dikembalikan kapan saja si penyimpan menghendakinya. Bank

sebagai penerima titipan tidak ada kewajiban untuk memberikan

35

Muhammad Syafi’I Antonio, “Bank SyariahdariTeorikePraktek”, (Jakarta: GemaInsani Press, 2001).

36 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Tangerang: Azkia Publisher, 2009), 60. 37

(36)

25

imbalan dan bank syariah dapat mengenakan biaya penitipan barang

tersebut.namun atas kebijakannya bank syariah dapat memberikan

“bonus” kepada penitip dengan syarat sebagai berikut.39

1) Bonus merupakan kebijakan hak prerogative dari bank sebagai

penerima titipan.

2) Bonus tidak disyaratkan sebelumnya dan jumlah yang diberikan,

baik dalam prosentase maupun nominal (tidak ditetapkan

dimuka).

Penghimpunan dana dengan prinsip wadiah dalam bank syariah

terdiri dari dua macam, diantaranya yaitu:

a) Tabungan Wadi@’ah

Tabungan wadi@’ah adalah simpanan atau titipan pihak

ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan

berdasarkan syarat-syarat tertentu yang telah disepakati antara

bank dan nasabah.40

Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan

ketentuan tentang tabungan wadi@’ah (Himpunan Fatwa, Edidi

Kedua, hal 14) sebagai berikut: bersifat simpanan; simpanan

bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan;

tidak ada imbalan yang disyaratkan kecuali dalam bentuk

pemberian (athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.

39Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, 20.

(37)

26

b) Giro Wadi@’ah

Dalam undang-undang Nomor 10 tahun 1998, pasal 1 Ayat

6 disebutkan yang dimaksud dengan giro adalah simpanan yang

penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan

cek, bilyet giro, dan sarana perintah pembayaran lainnya atau

dengan cara pemindahbukuan.

Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan

ketentuan tentang giro wadi’ah (Himpunan Fatwa, Edisi kedua,

hal 6-7) sebagai berikut: bersifat titipan; titipan bisa diambil

kapan saja (on call); tidak ada imbalan yang disyaratkan,kecuali

dalam bentuk pemberian (athaya) yang bersifat sukarela dari

pihak bank.41

b. Penghimpunan dana dengan prinsip Mud`a@rabah

Penghimpunan dana yang terkait dengan perhitungan distribusi

hasil usaha adalah penghimpunan dana yang mempergunakan

prinsip mud`a@rabah yang diaplikasikan oleh bank syariah dalam

produk deposito mud`a@rabah dan tabungan mud`a@rabah.

Dalam penyaluran dana yang dilakukan bank syariah, salah satu

prinsipnya adalah bagi hasil yaitu pembiayaan mud`a@rabah dan

pembiayaan musha@rakah.

(38)

27

Mud`a@rabah adalah akad atau perjanjian atas sekian uang

untuk dipertindakkan oleh amil (pengusaha) dalam perdagangan,

kemudian keuntungannya dibagikan diantara keduanya menurut

syarat-syarat yang ditetapkan terlebih dahulu, baik dengan sama

rata maupun dengan kelebihan yang sasatu atas yang lain.

Tujuan akad mud`a@rabah adalah supaya ada kerjasama

kemitraan antara pemilik harta (modal) yang tidak ada pengalaman

dalam perniagaan/perusahaan atau tidak ada peluang untuk

berusaha sendiri dalam lapangan perniagaan, perindustrian dan

sebagainya dengan orang berpengalaman dibidang tersebut tapi

tidak punya modal.42

Dalam prinsip mud`a@rabah, bank wajib memberitahukan

kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara pemberitahuan

keuntungan dan atau pembagian keuntungan secara risiko yang

dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana, yang dicantumkan

dalam akad.43

(1) Tabungan Mud`a@rabah

Tabungan mud`a@rabah adalah simpanan yang

penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu

yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat.

Dalam aplikasinya produk bank syariah tabungan yang

mempergunakan prinsip antara lain, tabungan haji hanya dapat

(39)

28

ditarik pada saat penabung akan menunaikan ibadah haji,

tabungan qurban hanya dapat ditarik pada saat hari raya qurban

(penabung membeli hewan qurban), tabungan pendidikan

hanya dapat ditarik pada saat penabung membayar uang

pendidikan, tabungan walimah hanya dapat ditarik pada saat

penabung akan menunaikan akad nikah dan tabungan lain

sejenisnya.44

Landasan syariah tentang tabungan terdapat dalam firman

Allah QS Annisa (4) ayat 29:45

“Hai orang-orang yang beriman!Janganlah kalian saling

memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang

batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan

sukarela diantaramu.”

(2) Deposito Mud`a@rabah

Menurut UU No. 21 Tahun 2008 adalah investasi dana

berdasarkan akad mud`a@rabah atau akad lain yang tidak

bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya

dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara

(40)

29

Nasabah Penyimpan dan Bank Syariah dan /atau

UUS.46Deposito mud`a@rabah hanya dapat dicairkan sesuai

dengan jangka waktu yang telah disepakati. Deposito yang

diperpanjang, setelah jatuh tempo akan diperlakukan sama

seperti deposito baru, tetapi bila pada akad sudah dicantumkan

perpanjangan otomatis maka tidak perlu dibuat akad baru.47

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan keputusan pembiayaan

pembiayaan oleh bank telah banyak dilakukan. Penelitian tersebut antara lain:

Menurut Muhammad Ghafur W (2007) pada Pengaruh Rasio Keuangan

Bank terhadap Keputusan Pembiayaan Bank Syariah.Peneliti menggunakan

beberapa faktor internal bank seperti Loan to Assets Ratio, Rate of Return on

Loan Ratio, CAR, Assets Ratio, Assets Utilization Ratio, DPK, LDR.Dari

hasil penelitian didapat bahwa LAR, RLR, dan CAR pada periode t memiliki

pengaruh yang negatif terhadap pembiayaan. Sedangkan AUR, DPK, dan

LDR memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pembiayaan

pada periode t.

Khodijah Hadiyyatul Maula (2009) dalam penelitiannya yang berjudul

Pengaruh Simpanan (DPK), Modal Sendiri, Marjin Keuntungan dan NPF

terhadap Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah Mandiri menunjukkan

bahwa variabel simpanan (DPK) berpengaruh negatif terhadap pembiayaan

(41)

30

murabahah. Untuk modal sendiri dan marjin keuntungan berpengaruh positif

dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah.Untuk NPF berpengaruh

secara negatif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah.

Siswati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh

Dana Pihak Ketiga (DPK), NPF, dan Bonus SWBI terhadap Penyaluran Dana

Bank Syariah (Studi Kasus pada PT. Bank Syariah Mega Indonesia). Hasil

dari penelitian yaitu secara parsial DPK berpengaruh positif dan signifikan

terhadap penyaluran dana Bank Syariah Mega Indonesia, sedangkan NPF dan

Bonus SWBI tidak signifikan berpengaruh secara parsial terhadap penyaluran

dan yang dilakukan oleh Bank Syariah Mega Indonesia. Secara simultan

DPK, NPF, dan bonus SWBI berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan.

Sagita Devi Maharani (2010) dengan penelitiannya yang berjudul

Analisis CAR, NPF, dan DPK Terhadap Penyaluran Pembiayaan (Studi

Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia Periode 2001-2009).Hasilnya yaitu

variabel CAR dan DPK berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan NPF

berpengaruh negatif signifikan terhadap penyaluran pembiayaan.

Elza Yuliani dengan penelitiannya yang berjudul Pengaruh Non

Performing Financing dan Dana Pihak Ketiga terhadapReturn On Assets

(Studi Kasus Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah 2008-2012). Hasilnya

adalah bahwa NPF berpengaruh negatif terhadap Return On Assets,

sedangkan DPK berpengaruh positif terhadap Return On Assets.

Aristantia Radis Agista (2015) pada Analisis Pengaruh DPK, CAR,

(42)

31

2007-2013.Hasilnya adalah secara parsial, DPK memberikan pengaruh positif

dan signifikan terhadap pembiayaan, CAR dan NPF tidak memiliki pengaruh

terhadap pembiayaan, sedangkan ROA memiliki pengaruh negatif dan

signifikan terhadap pembiayaan.Secara simultan, keempat variabel

memberikan pengaruh signifikan terhadap pembiayaan.

Rangkuman dari penelitian terdahulu yang mempunyai hubungan

dengan faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit terdapat pada tabel 2.2

berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti

Judul Variabel Hasil Penelitian Perbedaan

(43)
(44)

(45)

34

Berdasarkan pada landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya serta

permasalahan yang telah dikemukakan, maka berikut disajikan kerangka

konseptual yang dituangkan dalam model penelitian pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Keterangan :

Pengaruh secara parsial

Pengaruh secara simultan

Non Performing Financing( X1 ) dan Dana Pihak Ketiga ( X2 adalah

variabel bebas (independen) yang dapat mempengaruhi variabel terikat

(dependen). Pembiayaan bank syariah di Indonesia (Y) adalah variabel

dependen yang akan dipengaruhi oleh variabel independen.

D. Hipotesis

Hipotesis adalah kesimpulan atau jawaban sementara dari permasalahan

penelitian yang akan dibuktikan dengan data empiris.48 Sehingga peneliti

memberikan kesimpulan sementara berupa:

48 Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta: Gramata Publishing, 2013), 97.

Non Performing Financing

(X1) Pembiayaan bank

syariah di Indonesia (Y)

(46)

35

Hipotesis Simultan

H1 = Ada pengaruh non performing financing dan dana pihak ketiga

terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia

Ho = Tidak ada pengaruh non performing financing dan dana pihak

ketiga terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia

Hipotesis Parsial

H1 = Ada pengaruh non performing financing terhadap pembiayaan

Bank Syariah Mandiri Indonesia

H0 = Tidak Ada pengaruh non performing financing terhadap

pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia

H2 = ada pengaruh dana pihak ketiga terhadap pembiayaan Bank Syariah

Mandiri Indonesia

H0 = Tidak Ada pengaruh dana pihak ketiga terhadap pembiayaan Bank

(47)

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu dengan menggunakan penelitian

kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang tidak mementingkan

kedalaman data, penelitian kuantitatif tidak terlalu menitikberatkan pada

kedalaman data, yang penting dapat merekam data sebanyak-banyaknya dari

populasi yang luas.49

Pendekatan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang identik dengan

pendekatan deduktif, yaitu berangkat dari persoalan umum (teori) ke hal

khusus sehingga penelitian ini harus ada landasan teorinya.50

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam

penelitian ini, populasi yang digunakan adalah Laporan keuangan triwulanan

dari Bank Syariah Mandiri periode 2009 - 2015.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

populasi tersebut.51Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

49

Masyhuri, Zainuddin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, (Bandung: Refika Aditama, 2009), 13.

50Masyhuri dan Zainuddin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, 13.

51 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta, 2008), 80-81.

(48)

38

adalah Purpossive Sampling artinya sampel dipilih agar dapat mewakili

populasinya. Sedangkan teknik pemilihan sampel Non Probability

Samplingnya adalah pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang

atau kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih

menjadi sampel. Hanya elemen populasi yang memenuhi criteria tertentu dari

penelitian saja yang dijadikan sampel.

Dari kriteria yang diajukan diatas didapat sampel yakni Laporan

Keuangan Bank Syariah Mandiri Indonesia periode 2009-2015 dikarenakan

selama periode tahun amatan ini fluktuasi dari masing-masing variabel cukup

signifikan serta pada periode ini perkembangan permintaan pembiayaan yang

terus meningkat.

C. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau

nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.52 Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel terikat atau dependen (Y)

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel

terikatnya (Y) adalah pembiayaan bank syariah

2. Variabel bebas atau independen (X)

(49)

39

Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau

mempengaruhi variabel lainnya. Variabel independen yang akan diuji

dalam penelitian ini adalah non performing financing dan dana pihak

ketiga.

D. Definisi Operasional

1. Variabel Dependen

Variabel Terikat (Dependent) merupakan variabel yang dipengaruhi

atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.53Dalam penelitian ini

yang merupakan variabel terikat (Dependent) adalah pembiayaan.

Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan

dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan

pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan

uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan

atau bagi hasil. Pembiayaan diperoleh rumus sebagai berikut:

Pembiayaan = Piutang Mura@bah`ah + Piutang Salam + Piutang

Istis`na’ + Piutang Qard` + Pembiayaan bagi hasil +

Ija@rah

2. Variabel Independen

Variabel bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhi

atau menjadi penyebab terjadinya perubahan pada variabel lain. Dengan

(50)

40

kata lain, perubahan pada variabel ini diasumsikan akan mengakibatkan

terjadinya perubahan pada variabel lain.54 Dalam penelitian ini yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Independent) adalah Non

Performing Financing dan Dana Pihak Ketiga yang dijelaskan dibawah

ini:

a. Non Performing Financing

Menurut kamus Bank Indonesia, Non Performing Financing

adalah kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi

kurang lancar, diragukan, dan macet.55 NPF diperoleh rumus sebagai

berikut:

NPF: x 100%

b. Dana Pihak Ketiga

Produk penghimpunan dana yaitu dana yang dipercayakan

oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan

dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan

bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.56 Maka Dana Pihak

Ketiga diperoleh rumus sebagai berikut:

DPK = Tabungan Wadi’ah + Giro Wadi’ah + Tabungan Mudharabah

+ Deposito Mudharabah

54Ibid,4.

55http://ekonomi.kabo.biz/2011/11/non-performing-financing-npf.html , dikutip pada 18 Nopember 2015 pukul 11.45 wib.

(51)

41

E. Data dan Sumber Data

Dilihat dari segi bentuk data dalam penelitian ada dua jenis data, yaitu

data kualitatif dan data kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data kuantitatif.Karena memandang bahwa realitas atau fenomena

dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur dan hubungan

gejala bersifat sebab akibat.57Ada dua sumber data yaitu:

1. Data Primer: Data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari

responden atau tempat penelitian yang dijadikan sampel.58

2. Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti

secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh

pihak lain).59 Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data

sekunder. Sumber-sumber sekunder terdiri atas berbagai macam, dari

surat-surat pribadi, kitab harian, notula rapat perkumpulan, sampai

dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah.60

Dalam penelitian ini, data yang diambil oleh peneliti adalah data dari

laporan keuangan triwulanan PT. Bank Syariah Mandiri Indonesia periode

2009-2015 yang dipublikasikan dalam situs resmi bank dengan alamat

situsnya www.syariahmandiri.co.id.

57 Muhammad Teguh, metodologiPenelitian Ekonomi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 118.

58

Masyhuri dan M. Zainuddin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, (Bandung: PT Refika Aditama, 2008), 13.

(52)

42

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan metode dokumenter. Metode dokumenter adalah

metode yang digunakan untuk menelusuri data historis. Sebagian data yang

tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, laporan dan

sebagainya.61 Metode dokumenter yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data yang diambil dari laporan keuangan Bank Syariah Mandiri

periode 2009-2015.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data kuantitatif adalah analisis data terhadap data-data yang

mengandung angka-angka atau numerik tertentu.Analisis data kuantitatif

biasanya menggunakan statistik-statistik yang beragam banyaknya, baik

statistik deskriptif maupun statistik inferensial, statistik parametrik maupun

statistik nonparametrik.62

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

teknik analisis Regresi Linier Berganda. Dalam melakukan analisis regresi

linier berganda, teknik ini mensyaratkan untuk melakukan uji asumsi klasik

agar mendapatkan hasil regresi yang baik.

1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

61 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), 154.

(53)

43

Uji asumsi klasik jenis ini adalah bertujuan menguji data variabel

bebas (X) dan data variabel terikat (Y) pada persamaan regresi

yang dihasilkan.63

b. Uji Multikolieritas

Uji asumsi klasik multikolieritas ini diterapkan untuk analisis

regresi berganda yang terdiri atas dua atau lebih variabel bebas/

independent variable, dimana akan diukur tingkat asosiasi (keeratan)

hubungan/ pengaruh antar variabel bebas tersebut melalui besaran

koifisien korelasi (r).64

c. Uji Heteroskedastisitas

Tujuan dari Uji Asumsi Klasik Heteroskedastisitas adalah untuk

mengetahui sama atau tidak varians dari residual dari observasi yang

satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai

varians yang sama disebut Homoskedastisitas dan jika variansnya

tidak sama/ berbeda disebut terjadi Heteroskedastisitas.65

d. Uji Autokorelasi

Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah

autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut

menjadi tidak baik/ tidak layak dipakai prediksi.66

63Ibid, 103.

64Danang Sunyoto, Uji KHI Kuadrat & Regresi untuk Penelitian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), 97.

(54)

44

2. Analisis Regresi

Analisis regresi merupakan suatu analisis yang menjelaskan tentang

akibat dan besarnya akibatnya yang ditimbulkan oleh satu atau lebih

variabel bebas terhadap satu variabel terikat.67

Dalam penelitian ini, data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan

menggunakan analisis regresi berganda dengan persamaan kuadrat

terkecil biasa atau Ordinary Least Square (OLS).

Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara

dua atau lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel

dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing

variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk

memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel

independen mengalami kenaikan atau penurunan. Bentuk persamaan

regresi dengan dua variabel independen adalah:68

Y = a + b1X1 + b2X2+ e

Dimana :

Y = Variabel Pembiayaan

a = konstanta

b1 = slope

X1 = Variabel NPF

67Wahana Komputer, Solusi Mudah dan Cepat Menguasai SPSS 17.0 untuk Pengolahan Data Statistik, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo IKAPI, 2009), 93.

(55)

45

X2 = Variabel DPK

e = residual

H. Pengujian Hipotesis

Pengujian Hipotesis adalah prosedur yang didasarkan pada bukti sampel

yang dipakai untuk menentukan apakah hipotesis merupakan suatu

pernyataan yang wajar dan oleh karenanya tidak ditolak, atau hipotesis

tersebut tidak wajar dan oleh karena itu harus ditolak.69

1. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara

bersama-sama (simultan) terhadap variabel terkait.70

Dalam uji simultan dapat dilakukan dengan membandingkan antara

F hitung dengan F tabel melalui ketentuan:71

Bila F hitung ≥ F tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima

Bila F hitung ≤ F tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak

2. Uji t

Uji t dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji bagaimana

pengaruh masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri

terhadap variabel terikatnya.72

69 Suharyadi, Purwanto.,Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), 82.

70http://dataolah.blogspot.co.id/2012/08/regresi-berganda-uji-f-uji-t-dan.html dikutip pada 17 Nopember 2015 pukul 13.06 wib

(56)

46

Dalam uji parsial dapat dilakukan dengan membandingkan nilai t

hitung dan t tabel dengan ketentuan:73

Jika t hitung ≥ t tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima

Jika t hitung ≤ t tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak

72http://www.statistikian.com/2013/01/uji-f-dan-uji-t.html dikutip pada 17 Nopember 2015 pukul 13.06 wib

(57)

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Bank Syariah Mandiri

Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan

hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998.

Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang

disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional,

telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap

seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha.Dalam

kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh

bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa.Pemerintah akhirnya

mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi

sebagian bank-bank di Indonesia.74

Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang

dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang

Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB

berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan

upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing.

Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan

penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi

74

Bank Syariah mandiri, “Sejarah”, dalam http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/profil-perusahaan/sejarah/, diakses pada 27 Juni 2015.

(58)

48

Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank

Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999.Kebijakan penggabungan

tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero)

Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB.

Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri

melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan

Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan

perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon

atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank

umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).

Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa

pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk

melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi

bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah

segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan

usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi

berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri

sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal

8 September 1999.

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah

dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No.

1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat

(59)

49

1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri.

Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah

Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420

H atau tanggal 1 November 1999.

PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank

yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang

melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan

nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah

Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia.BSM hadir untuk

bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.

2. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri

a) Visi Bank Syariah Mandiri

1) Bank Syariah Terdepan: Menjadi bank syariah yang selalu unggul

di antara pelaku industri perbankan syariah di Indonesia pada

segmen consumer, micro, SME, commercial, dan corporate.75

2) Bank Syariah Modern: Menjadi bank syariah dengan sistem

layanan dan teknologi mutakhir yang melampaui harapan nasabah.

b) Misi Bank Syariah Mandiri

Gambar

Tabel Halaman
Grafik Histogram ……………………………………………………….
Tabel 1.1  Non Performing Financing (X), Dana Pihak Ketiga (X
Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Alhamdulillah tidak habisnya Penulis ucapkan rasa syukur, Atas ridho Allah SWT Penlis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Ahli

[r]

[r]

Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu objek.Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa foto,

Laporan laba rugi komprehensif (statement of compherensive income) PSAK 1 memperkenalkan laba rugi komprehensif yaitu laporan yang memberikan informasi mengenai kinerja entitas

Upaya menumbuhkan sosio-emosional yang baik di lingkungan kelas, adalah menggunakan metode-metode pembelajaran yang menekankan siswa untuk sikap kerja sama antar

Berdasarkan hasil pengamatan penelitian mengenai efektifitas tembakan clear dan bank under the basket shoot dalam pertandingan tim peringkat tiga besar klasemen