SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S. Sos) dalam Bidang Sosiologi
Oleh:
AINUR ROFIQO
NIM. B75212071
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
J U R U S A N I L M U S O S I A L
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
vii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id ABSTRAK
Ainur Rofiqo, 2016. Perilaku Konsumtif Santri Di Pondok Pesantren Darul Ulum
Rejoso Peterongan Jombang. Skripsi progam studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya
Kata Kunci : Konsumtif, Santri, Pondok Pesantren
Perilaku konsumtif adalah perilaku hidup yang boros karena mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan. Konsumtif merupakan perilaku dimana timbulnya keinginan untuk membeli kebutuhan barang-barang yang tidak diperlukan untuk memenuhi kepuasan pribadi. Perilaku hidup konsumtif tersebut dilakukan oleh santri yang seharusnya memiliki sifat yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan. Ada dua rumusan masalah yang dikaji dalam skripsi ini: 1. Bagaimana Perilaku Konsumtif Santri di Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan Jombang. 2. Apa faktor penyebab Perilaku Konsumtif Santri di Pondok Pesantren Darul Ulum. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif san jenis penelitian fenomenologi.
Untuk menjawab rumusan masalah, peneliti menggunakan teori
Interaksionisme Simbolik dari George Herbert Mead yang memiliki konsep Mind,
x
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... ... vii
3. Pemilihan Subjek Penelitian ... 13
4. Tahap – Tahap Penelitan ... 14
5. Tekhnik Pengumpulan Data ... 17
6. Teknik Analisis Data ... 21
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 22
G. Sistematika Pembahasan ... 24
xi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id
A. Kajian Pustaka ... 26
B. Interaksi Sosial ... 36
C. Interaksionisme Simbolik ... 41
D. Penelitian Terdahulu ... 49
BAB III: PERILAKU KONSUMTIF SANTRI DI PONDOK PESANTREN DARUL ULUM REJOSO PETERONGAN JOMBANG ... 53
A.Deskripsi Umum Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan Jombang ... 53
B.Perilaku Konsumtif Santri Di PP Darul Ulum ... 70
1. Perilaku Konsumtif Santri ... 70
2. Faktor-Faktor Penyebab Santri Berperilaku konsumtif ... 81
C.Analisis Temuan Data ... 92
D.Implikasi Teori Dengan Data ... 98
BAB IV: PENUTUP ... 101
A. Simpulan ... 101
B. Saran ... 102
DAFTAR PUSTAKA
JADWAL PENELITIAN
LAMPIRAN
Pedoman Wawancara
xii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id DAFTAR TABEL
TABEL 1.1 Nama Informan ... 20
TABEL 3.1 Jarak Antar Daerah ... 64
TABEL 3.2 Nama Asrama ... 66
xiii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id DAFTAR SKEMA
SKEMA 2.1 Alur Berpikir Teori ... 44
SKEMA 3.1 Susunan Kepengurusan ... 63
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Jombang adalah salah satu Kabupaten yang terletak di bagian tengah
Provinsi Jawa Timur. Jombang dikenal dengan sebutan Kota Santri, karena
banyaknya sekolah pendidikan islam (Pondok Pesantren) diwilayahnya.
Bahkan ada yang mengatakan Jombang adalah pusat Pondok Pesantren di
Tanah Jawa karena hampir seluruh pendiri pesantren di Jawa pasti Pernah
berguru di Jombang. Hal ini menandakan bahwa pendidikan di wilayah
Jombang memang sangat tinggi mulai dari dahulu kala.
Pendidikan sangatlah penting diberikan kepada seorang anak. Baik itu
berasal dari keluarga sendiri dan juga dari luar lingkungan keluarga.
Pendidikan juga dapat bersifat formal dan non-formal. Pendidikan formal
biasanya diberikan dari luar keluarga semisal pendidikan sekolah. Pendidikan
pada anak juga bisa berupa pendidikan agama. Pendidikan ini biasanya
diberikan oleh orang tua namun juga bisa dari luar, pondok pesantren misalnya.
Pondok pesantren ialah salah satu lembaga pendidikan non-formal yang
bersifat Islam, dimana pengetahuan-pengetahuan yang berhubungan dengan
agama Islam diharapkan dapat diperoleh di pesantren tersebut. Pesantren
merupakan lembaga pendidikan yang memfokuskan pembelajaran pada
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id umum. Biasanya anak yang menjalani pendidikan ini disebut santri dan dalam
proses pembelajarannya santri harus tinggal disebuah asrama. Karena dalam
suatu pesantren pastilah banyak sekali aturan-aturan yang berlaku yang
berhubungan dengan akhlak dan moral.
Namun dengan berjalannya waktu pesantren saat ini beranjak dari
pendidikan non-formal menjadi pendidikan formal. Maksudnya ialah pesantren
yang dulunya hanya menerapkan sistem pembelajaran moral, akhlaq,
Al-Qur’an, dan kitab-kitab atau disebut pondok salafi kini sekarang sudah mulai
beranjak ke pendidikan yang formal yang bersifat modern. Yang dimaksud
ialah sudah mulai ada pendidikan formal yang berupa pendidikan sekolah (baik
umum maupun Islam (diniyah), maupun perguruan tinggi di dalam pondok
pesantren dan juga dilengkapi dengan pembelajaran bahasa inggris dan juga
bahasa arab. Dengan berbagai tambahan sistem pembelajaran umum, namun
tidak meninggalkan sistem pembelajaran Islam yang menjadi tujuan utama.
Pesantren modern berusaha menerapkan pendidikan yang berorientasi ajaran
agama dan moral sebagai kajian utama yang kemudian diharapkan mampu
menjawab tuntutan zaman dan beradaptasi dengan perkembangan masyarakat.
Salah satu yang menerapkan sistem ini ialah pondok pesantren Darul
Ulum yang terletak di Desa Rejoso, Kecamatan Peterongan, Kabupaten
Jombang. Pondok pesantren ini ialah salah satu pondok pesantren yang besar di
kota Jombang. Pondok yang saat ini diketuai oleh K.H. Dimyati Romly ini
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id banyaknya sekolah sekolah yang ada di sana, dimulai dari MIN, MTSN, MTS
Plus, SMP 3, SMA 1, SMA 2, SMA 3, MAN, SMK 1, dan juga SMK
Telekomunikasi. Di pondok Pesantren ini juga memiliki beberapa perguruan
Tinggi yaitu UNIPDU, UNDAR, dan STIKES Darul Ulum. Inilah yang disebut
gambaran pondok pesantren modern yang dilengkapi pendidikan formal juga di
dalamnya dan juga asilitas-fasilitas yang menunjang pendidikan santri baik
dalam bidang umum maupun dalam bidang keagamaan.
Bukan hanya dibidang keagamaan saja santri-santri ini dididik, namun
juga dibidang sosial juga. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya asrama-asrama
yang berada di lingkungan tersebut yang banyak mengadakan acara-acara besar
di lingkungan sekitar. Mengadakan acara bakti sosial di lingkungan tersebut.
Bahkan antar asrama juga banyak mengadakan acara lomba-lomba guna
mempererat hubungan dengan asrama lain. Dilingkungan sekolahpun juga
begitu, banyak mengadakan acara-acara yang berbau sosial, dengan
diadakannya Liga Unit yang memunculkan banyak perlombaan antar unit-unit
sekolahan di Pondok Pesantren tersebut. Tujuannya hanya satu yaitu
mempererat hubungan sosial antar sekolah dan para santri. Dengan diadakan
acara-acara tersebut maka santri dapat berinteraksi dan mengenal satu sama
lain yang berbeda asrama dan unit sekolahan. Maka dari itu hubungan sosial
dan pergaulan santri akan semakin luas.
Latar belakang santri di Pondok Pesantren ini banyak sekali yang berasal
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id sampai Merauke. Pastilah mereka memiliki perilaku, gaya hidup, budaya, dan
bahasa yang berbeda-beda. Perilaku maupun gaya hidup yang mereka bawa
dari asal mereka, budaya yang mereka pelajari dari kecil, dan bahasa yang
mereka miliki dari lahir pastilah tidak bisa dibuang atau dihilangkan begitu saja
ketika mereka harus masuk, berbaur, dan tinggal bersama di lingkungan
pondok pesantren. Karena banyak karakter-karakter santri dari berbagai daerah
yang menjadi satu disana. Mulai dari perilaku, gaya hidup, dan kebudayaannya.
Lama-kelamaan, langsung maupun tidak langsung, sadar maupun tidak sadar
akan berpengaruh terhadap santri lainnya.
Keberadaan Pondok Pesantren saat ini maupun lingkungannya sudah
lengkap dengan fasilitas yang dibutuhkan oleh santri-santri. Mulai dari
kebutuhan pendidikan hingga kebutuhan sehari-hari. Mulai dari makan yang
disediakan dari pondok, jika santri bosan dengan makanan asrama santri bisa
mencari makanan lain diluar asrama, bahkan banyak sekali yang berjualan
mulai dari makanan, jajanan kecil, dan juga minuman dengan yang beraneka
ragam. Di lingkungan pesantren juga tersedia swalan kecil yaitu Smesco.
Disana juga tersedia banyak warung internet yang disediakan untuk kebutuhan
santri apabila santri membutuhkan informasi yang lebih, namun sebenarnya di
unit sekolah masing-masing sebenarnya juga sudah tersedia lab komputer dan
jaringan internet masing-masing. Juga tersedia beberapa penjual baju yang
berada di pojok-pojok jalan yang akan memenuhi kebutuhan sandang para
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id asrama. Disana juga tersedia banyak toko buku yang berdiri untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan para santri. Mulai dari pendidikan sekolah yang
menyediakan buku umum maupun kitab khusus rekomendasi sekolah, dan juga
kitab-kitab wajib pondok, toko buku juga menjual banyak buku-nuku maupun
novel islami yang sangat sesuai untuk santri. Sudah banyak sekali fasilitas dan
juga pembelajaran yang disediakan dan diberikan oleh pondok pesantren guna
diterapkan kepada santri-santri untuk meningkatkan pendidikan dibidang
agama, sosial dan umum. Yang mana diharapkan santri-santri tidak hanya
berkutat dengan dunia agama namun juga sosial diluar sana yang lebih modern.
Namun tak jarang pula karena kurang mampu dalam mengadopsi
modernisasi pendidikan dengan baik, maka hal tersebut dapat mengancam
kehidupan para santri. Misalnya saja fenomena yang terjadi saat ini, yaitu
perilaku konsumtif yang terjadi di kalangan santri. Kita ketahui bahwa kata
konsumtif adalah kecenderungan seseorang secara berlebihan dalam membeli
sesuatu atau membeli secara tidak terencana. Perilaku seperti ini dapat terlihat
dari cara santri dalam memutuskan barang-barang yang akan dibeli,
digunakan dan dikonsumsi baik pada saat di dalam dan di luar komplek
pondok pesantren modern.
Perilaku konsumtif didasari oleh banyak keinginan antara lain keinginan
untuk ditanggapi oleh orang lain, keinginan untuk dihargai orang lain dan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id
sendiri dan kemegahan, biasanya dinamakan kesombongan (takabbur). Atau
pula ada kepentingan.
Remaja saat ini terutama santri berusaha membentuk citra atau image
dirinya secara fisik semenarik mungkin. Sehingga mendorong mereka
melakukan berbagai upaya agar tampilan fisiknya sesuai dengan lingkungan
mereka. Keinginan untuk memenuhi tuntutan tersebut diduga mendorong
remaja untuk berperilaku konsumtif. Remaja membeli barang hanya untuk
memperoleh pengakuan dari orang lain. Demikian pula halnya dengan gaya
hidup mereka yang cenderung menghambur-hamburkan uang hanya demi
memenuhi tingkat kepuasan batin sesaat, yang akhirnya melahirkan gaya hidup
konsumtif.
Mulanya pondok pesantren sangat mengedepankan akhlak dan sifat
sederhana dan juga tidak berlebihan. Namun jika dilihat dari apa yang terjadi
dengan santri yang sering membeli barang yang dikonsumsi berlebihan maka
hal ini tidaklah lagi mencerminkan akhlak santri pondok pesantren yang
sederhana dan tidak berlebihan. Disini dapat dilihat bahwa terdapat
kesenjangan antara apa yang diajarkan oleh Pondok Pesantren dengan apa yang
dilakukan oleh santri sehari-harinya. Ada ketidaksesuaian antara ajaran pondok
dengan perilaku santri yang mana seharusnya santri berperilaku dengan sangat
sederhana dan tidak berlebih-lebihan tetapi pada realitanya santri saat ini
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id Santri diharapkan sebagai generasi muda dapat menjadi agen perubahan
sosial pada masa kini maupun di masa mendatang. Santri diharapkan mampu
menuntut ilmu agama dan umum. Kemudian santri juga mampu melakukan
perubahan sosial dan menularkan perilaku positif di kalangan masyarakat
dengan memberikan contoh yang baik dan mampu mengontrol perilaku
konsumtif agar tidak menjadi gaya hidup.
B.Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perilaku Konsumtif Santri di Pondok Pesantren Darul Ulum
Rejoso Peterongan Jombang?
2. Apa faktor penyebab Perilaku Konsumtif Santri di Pondok Pesantren Darul
Ulum?
C.Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini dapat memberikan data yang riil dan alamiah mengenai
Perilaku Konsumtif Santri di Pondok Pesantren Darul Ulum
2. Dengan penelitian ini dapat diketahui faktor apa yang menjadi penyebab
Perilaku Konsumtif Santri di Pondok Pesantren Darul Ulum
D.Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini tentunya peneliti akan mendapatkan penelitian yang
sangat berharga. Adapun manfaat dalam melakukan penelitian ini adalah :
1. Secara Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi teoritis dan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id
2. Secara Praktis
a. Memberikan harapan bagaimana perilaku konsumtif santri bisa berfokus
pada meningkatkan kualitas guna mempersiapkan diri dalam persaingan
di era globalisasi saat ini
b. Bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin lebih mendalami penelitian
tentang perilaku konsumtif santri di Pondok Pesantren.
E. Definisi Konseptual
1. Perilaku Konsumtif
Perilaku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.1
Kata konsumtif berasal dari kata konsumsi yang artinya pemakaian
barang hasil produksi, yang berarti suatu kegiatan yang bertujuan
mengurangi atau menghabiskan nilai guna suatu benda, baik berupa barang
maupun jasa, untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung.
Sedangkan arti kata konsumen yaitu pemakai barang produksi, setiap orang
pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain
dan tidak untuk diperdagangkan. Konsumsi dilakukan oleh konsumen,
dimana kita dan semua manusia yang ada di dunia ini adalah konsumen.
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id Karena sebenarnya kita adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup
sendiri. Dan ketika kita membeli sesuatu kita sudah menjadi konsumen.
Arti kata konsumtif sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah bersifat konsumsi (hanya memakai, tidak menghasilkan sendiri)2.
Jadi konsumtif ialah perilaku yang boros yang mengkonsumsi barang atau
jasa secara berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan dari pada
kebutuhan.
2. Santri
Santri adalah peserta didik yang belajar atau menuntut ilmu di pondok
pesantren.3 Selama menimba ilmu di pesantren, ia juga akan ditanamkan
nilai-nilai yang akan membentuk karakter santri, nilai-nilai itu tercermin
dalam panca jiwa yang dimiliki semua santri yaitu: keikhlasan,
kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah islamiyah dan kebebasan.
Dalam tradisi pesantren dapat ditemukan dua macam status santri,
yaitu santri mukim dan santri kalong.4 Yang dimaksud dengan santri mukim
adalah murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dari arena itu
memiliki kemungkinan yang tinggi untuk menetap didalam kompleks
pesantren. Biasanya santri mukim inilah yang akan tinggal di pesantren
2
Ibid, hal 590-591. 3
Abd, Halim Shobar, Kebijakan Pendidikan Islam Dari Ordonansi Guru Sampai UU SISDIKNAS, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hal 38.
4
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id dalam waktu yang lama. Adapun yang dimaksud dengan santri kalong
adalah mereka yang berasal dari sekeliling pesantren. Mereka ini memiliki
rumah yang letaknya tidak jauh dari pesantren.
Yang dimaksud santri dalam penelitian ini ialah santri perempuan
yang tinggal atau menetap dan menimba ilmu di Pondok Pesantren Darul
Ulum Peterongan Jombang atau disebut dengan santri mukim. Santri dalam
hal ini yang bersikap atau berperilaku konsumtif dalam perilaku
sehari-harinya.
3. Pondok Pesantren
Secara umum, pesantren diartikan sebagai tempat tinggal para santri.
Istilah lain menyebutnya bahwa pesantren juga pada dasarnya adalah sebuah
asrama pendidikan islam tradisional, dimana para siswanya tinggal bersama
dan belajar bersama di bawah bimbingan seseorang (lebih) yang lebih
dikenal dengan sebutan “kyai”.5
Pesantren juga bisa didefinisikan sebagai
lembaga pendidikan tradisional islam untuk mempelajari, memahami,
mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran islam dengan
menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku
sehari-hari.
5Fa’uti Subhan, Membangun Sekolah unggulan Dalam sistem Pesantren,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id Pondok pesantren Darul Ulum ialah pondok pesantren modern yang
mana di dalamnya bukan hanya mengajarkan ilmu agama berupa
aqidah-akhlak, Al-Qur’an dan kitab-kitab kuning saja, tetapi di dalamnya juga
diajarkan ilmu-ilmu umum yang diterapkan disekolah-sekolah yang berada
di pondok tersebut. Yang mana di pondok tersebut terdapat banyak sekali
asrama untuk ditinggali para santri. Dan di setiap asrama tersebut terdapat
pengasuh masing-masing atau biasa disebut dengan Kyai.
F. Metode Penelitian
Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk megetahui sesuatu, yang
mempunyai langkah-langkah sistematis.
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penulisan skripsi dengan judul “Perilaku Konsumtif Santri
Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang”, peneliti menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif dimana dalam penelitian ini lebih
menekankan pada makna dan proses daripada hasil suatu aktivitas. Di
Dalam melakukan penelitian seseorang dapat menggunakan metode
penelitian tersebut. Sesuai dengan masalah, tujuan, kegunaan dan
kemampuan yang dimilikinya.
Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id
kelompok.6 Penelitian kualitatif memiliki dua tujuan utama menggambarkan
dan mengungkap dan yang kedua ialah menggambarkan dan menjelaskan.
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti ialah jenis penelitian
fenomonologi. Fenomonologi adalah bagian dari metodologi kualitatif
namun yang mengandung nilai sejarah dalam perkembangannya.7 Seperti
Schutz dalam fenomenologi dunia sosialnya yang berputar pada tiga tema
yakni dunia sehari-hari, sosialitas, serta makna dan pembentukan makna.8
Tema pertama, dunia sehari-hari. Dunia sehari-hari merupakan dunia
yang fundamental dan dunia terpenting bagi manusia. Dia menjadi aspek
pertama yang sekaligus menjadi sumber dan dasar bagi pembentukan aspek
lainnya. Dalam dunia sehari-hari terbentuklah, misalnya, bahasa dan makna
dan juga terjadi interaksi sosial antara anggota masyarakat. Yang dari sana
membentuk berbagai tingkah laku yang kemudian diterima bersama. Dari
realitas tersebut maka dapat terbentuk lagi aspek laiinnya misalnya
pengetahuan, filsafat, dan juga teknologi. Dunia sehari-hari memang
merupakan kenyataan mendasar yang tanpanya kenyataan-kenyataan sosial
lainnya tidak akan terbentuk.
Tema kedua, sosialitas. Sosialitas disini dimaknai sama halnya dengan
gagasan Weber atas tindakan sosialnya (social action). Yang mana ketika
seseorang bertindak haruslah ditujukan kepada orang lain. Manusia itu tidak
6
Ariesto Hadi Sutopo dan Adrianus Arief, Terampil Mengolah Data Kualitatif Dengan Nvivo, (Jakarta: Kencana, 2010), hal 1
7
Agus Salim,Teori Dan ParadigmaPenelitianSosial, (Yogyakarta : Tiara WacanaYogya (Anggota IKAPI), 2001), hal. 102
8
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id hidup sendiri, mereka berkelompok, hidup bersama bergaul dengan orang
lain, menciptakan banyak cara tertentu dalam berpikir, berbicara, menilai,
dan merasa.
Tema ketiga, makna dan pembentukan makna. Makna dan
pembentukan makna merupakan sumbangan Schutz yang terpenting dan
orisinal kepada gagasan fenomenologi, tentang makna dan bagaimana
makna membentuk struktur sosial. Masyarakat mengartikan dasar pada
dunia sehari hari dengan sebutan common sense (akal sehat), dengan akal
sehat ini lah pengetahuan, teknologi dan lain-lain dapat terbentuk. Sehat
bekerja sehingga membentuk pengetahuan inilah inilah dimana fase makna
dan pemaknaan terjadi. Pengetahuan ini bukan hanya diperoleh dari diri
sendiri saja melainkan dapat juga diturunkan dari orang lain sebelumnya.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian sebagai objek atau sasaran perlu mendapatkan
perhatian dalam menentukannya, karena pada prinsipnya sangat berkaitan
dengan permasalahan yang diambilnya. Lokasi penelitian sebagai sasaran
yang sangat membantu untuk menentukan data yang diambil, sehingga
lokasi ini sangat menunjang untuk dapat memberikan informasi yang valid.9
Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Rejoso Kecamatan Peterongan
Kabupaten Jombang karena melihat fenomena perilaku konsumtif yang saat
ini terjadi di Pondok Pesantren Darul Ulum.
9
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id Selain itu, Peneliti kurang lebih mengetahui karakter orang yang
diteliti sehingga dapat melakukan pendekatan dengan mudah dan mendapat
data yang banyak. Modal sosial atau jaringan juga menjadi alasan
selanjutnya. Dan menjadi alasan utama adalah keberadaan objek penelitian
yang banyak ditemukan di lokasi tersebut. Serta jarang sekali orang
melakukan penelitian di lokasi ini, sehingga menjadi hal yang baru dan
menarik apabila melakukan penelitian di Rejoso.
Sedangkan untuk waktu penelitian yang dibutuhkan oleh peneliti
adalah kurang lebih sekitar 2 bulan sekitar bulan Mei-Juni 2016.
3. Pemilihan Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini istilah yang digunakan untuk subjek penelitian
adalah informan dan key informant. Pada dasarnya kedua istilah di atas
sama bermakna pada subjek penelitian, penekanan yang diinginkan dengan
menyebut subjek penelitian dengan istilah informan adalah dari yang
bersangkutan peneliti akan memperoleh informasi mengenai hal-hal yang
bersangkutan dengan dirinya sendiri ataupun tentang lingkungan sekitarnya
yang menjadi topik penelitian ini.
Pemilihan informan dan key informant lebih menekankan pada data
apa yang hendak dicari. Dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id pendidikan sekolah SMA/MA kelas XI dan juga ustadzah Pondok
Pesantren. ustadzah menjadi key informant dan santri sebagai informant.
Peneliti memilih kelas XI karena kelas XI sudah dianggap dapat
memilih dan berfikir tindakan apa yang akan dilakukan. Untuk memilih
santri tersebut peneliti dibantu oleh ustadzah yang menjadi key informant.
Dari ustadzah tersebut peneliti bisa mendapatkan informant yang tepat
sehingga data yang diperoleh valid dan sudah dapat mewakili.
4. Tahap-Tahap Penelitian
Untuk melakukan sebuah penelitian kualitatif, perlu mengetahui
tahap-tahap yang akan dilalui dalam proses penelitian. Tahapan ini disusun
secara sistematis agar diperoleh data secara sistematis pula. Ada empat
tahap yang bisa dikerjakan dalam suatu penelitian, yaitu :
a. Tahap Pra-lapangan
Pada tahap pra-lapangan merupakan tahap penjajakan lapangan.
Ada enam langkah yang dilakukan oleh peneliti yaitu:
1) Menyusun Rancangan Penelitian
Pada tahap ini, peneliti membuat usulan penelitian atau
proposal penelitian yang sebelumnya didiskusikan dengan dosen
pembimbing dan beberapa dosen lain serta mahasiswa. Pembuatan
proposal ini berlangsung sekitar satu bulan melalui diskusi yang
terus-menerus dengan beberapa dosen dan mahasiswa.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id Adalah tahap penemuan di lapangan. Pada tahap ini tidak
dapat dipisahkan dengan invention atau kenyataan yang ada,
tahapan ini adalah tahapan pengumpulan data dilapangan yang
landasannya terangkat dari kenyataan yang ada. Peneliti memilih
Desa Rejoso kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang. Di Desa
ini terdapat banyak sekali santri yang yang mondok di Pesantren
Darul Ulum.
3) Mengatur Perizinan
Sebelum diadakannya penelitian, peneliti mengurus
administrasi perizinan. Dan mempersiapkan segala keperluan
perizinan yang diperlukan untuk melakukan penelitian. Dan
perizinan dilakukan di sekretariatan Pondok Pesantren Darul Ulum
Rejoso Peterongan Jombang.
4) Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu atau
kebutuhan yang akan dipergunakan dalam penelitian ini. Peneliti
menyiapkan pedoman wawancara, kamera, hand phohe atau tape
recorder untuk merekam serta alat tulis untuk mancatat.
b. Tahap Lapangan
Dalam tahap ini dibagi atas tiga bagian yaitu :
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id Untuk memasuki suatu lapangan penelitian, peneliti perlu
memahami latar penelitian terlebih dahulu, disamping itu peneliti
perlu mempersiapkan diri baik secara fisik maupun mental dalam
menghadapi subjek yang akan diteliti di lapangan. Dan subyek itu
meliputi santri, dan pengurus/pengasuh pondok pesantren.
2) Memasuki Lapangan
Pada tahap ini perlu ada hubungan yang baik dan akrab
dengan subyek penelitian dengan menggunakan tutur bahasa yang
baik, akrab serta bergaul dengan mereka dan tetap menjaga etika
pergaulan dan norma-norma yang berlaku di dalam lapangan
penelitian tersebut. Dan lapangan dalam penelitian kali ini ialah
Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan Jombang.
3) Berperanserta Sambil Mengumpulkan Data
Dalam tahap ini peneliti mencatat data yang diperolehnya ke
dalam field notes, baik data yang diperoleh dari wawancara,
pengamatan atau menyaksikan sendiri kejadian tersebut.
4) Tahap Analisa Data
Analisa data merupakan suatu tahap mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id
merumuskan hipotesa kerja yang sesuai dengan data.10 Jadi analisis
data adalah menjelaskan data secara urut berdasarkan aturan
tertentu.
5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada dasarnya merupakan suatu kegiatan
operasional agar tindakannya masuk pada pengertian penelitian yang
sebenarnya. Pencarian data di lapangan dengan mempergunakan alat
pengumpul data yang sudah disediakan secara tertulis ataupun tanpa alat
yang hanya merupakan angan-angan tentang sesuatu hal yang akan dicari
di lapangan, sudah merupakan proses pengadaan data primer. Gambaran
penelitian akan menjadi jelas apabila arah pandangannya ditunjang oleh
alat-alat yang tersedia.11
Cara memperoleh data yang penulis gunakan dalam penelitian kali
ini adalah sebagai berikut:
a. Observasi atau Pengamatan
Observasi atau pengamatan yaitu, alat pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengamati secara sistematik gejala-gejala yang
diselidiki. Keunggulan dari cara ini, yaitu merupakan alat yang
langsung untuk meneliti bermacam-macam gejala.12 Dengan cara ini
juga akan memudahkan peneliti untuk mengamati tingkah laku
10
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007 ), hal 85-103.
11
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek (Jakarta : Rineka Cipta, 200), 37-38.
12
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id tertentu. Observasi atau pengamatan dilakukan dengan menggunakan
indra penglihatan yang berarti tidak mengajukan
pertanyaan-pertanyaan.
Yang dilakukan waktu pengamatan adalah mengamati
gejala-gejala sosial dalam katagori yang tepat, mengamati berkali-kali dan
mencatat segera bagaimana keadaan masyarakat disana dengan
memakai alat bantu seperti alat pencatat, formulir dan alat mekanik
seperti tape recorder dan lainnya.
Yang dilakukan peneliti ialah mengamati perilaku santri di
lingkungan Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan
Jombang sehingga peneliti tau apa saja dan bagaimana saja perilaku
santri tersebut. Setiap pulang ke asrama santri terlihat membawa
makanan yang dibelinya diluar asrama seperti nasi, es, dan jajanan
lainnya dan dibawa ke dalam asrama yang sebenarnya santri telah
disediakan makanan nasi di dalam asrama masing-masing. Setiap
harinya santri terlihat gonta-ganti dalam berpakaian dan sering
menggunakan asesoris.
b. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam peulisan yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id yang bertatap muka mendengarkan secara langsung
informasi-informasi atau keterangan-keterangan.13 Dalam penelitian dilakukan
wawancara dengan pertanyaan open-ended sehingga informan dapat
memberikan informasi yang tidak terbatas dan mendalam dari
berbagai perspektif.14
Dan wawancara kali ini akan dilakukan pada santri dan
pengurus/pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan
Jombang. Dan untuk memudahkan proses wawancara, peneliti
membuat pedoman wawancara.
Teknik wawancara dalam penelitian kali ini menggunakan
teknik wawancara yang bersifat terbuka yakni dengan mengejar
pertanyaan. Narasumber menceritakan apa yang dia tau lalu peneliti
menanyakan kembali pernyataan terakhir yang narasumber berikan.
Terkait teknik pengumpulan data dengan wawancara maka
beberapa narusumber yang diwawancarai dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 1.1
13
Ibid, 108 14
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id
Nama Informan
No Nama Nama
Asrama Sekolah Kelas Alamat Status
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang
tidak langsung ditujukan kepada subyek penelitian. Dokumen yang
diteliti dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi.15
Dan dokumen yang diperlukan dalam penelitian kali ini ialah
data-data seputar Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan
Jombang dan juga para santri dan jumlah santi dan juga bukti-bukti
foto.
6. Teknik Analisis Data
Menurut Restu Kartiko Widi dalam bukunya, analisis data adalah
proses penghimpunan atau pengumpulan, pemodalan dan transformasi
data dengan tujuan untuk menyoroti dan memperoleh informasi yang
bermanfaat memberikan saran, kesimpulan, dan mendukung pembuatan
keputusan.16 Peneliti gunakan untuk menganalisis setiap informasi yang
diberikan oleh informan. Sebab hasil temuan memerlukan pembahasan
lebih lanjut dan penafsiran lebih dalam untuk menemukan makna dibalik
fakta serta mencermati secara kritis dan hati-hati terhadap perspektif
teoritis yang digunakan.
Dalam penulisan kali ini teknik analisa data yang diambil oleh
penulis yaitu menggunkan teknik analisa kualitatif. Yaitu untuk
menggambarkan obyek penulisan sehingga dapat menjawab
rumusan-rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.
15
Irawan Soeharto, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), hal 70. 16
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi:
a. Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil
penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan:
1) Perpanjangan Pengamatan
Peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan,
wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui
maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini
berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin
terbentuk repport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi),
semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada
informasi yang disembunyikan lagi. (Susan Stainback, 1988).
2) Peningkatan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan
secara lebih cepat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut
maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam
secara pasti dan sistematis.
3) Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredebelitas ini diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id trianggulasi informan, jadi untuk memperjelas data yang di
dapat oleh peneliti maka peneliti menanyakan lagi data tersebut
pada informan lainnya.
4) Menggunakan Bahan Referensi
Bahan referensi disini adalah adanya pendukung untuk
membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti.
5) Mengadakan Member Check
Member check adalah proses pengecekan data yang
diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck
adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh
sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
b. Pengujian Transferability
Dalam membuat laporan peneliti harus memberikan uraian
yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian
maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut,
sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk
mengaplikasikan hasil penelitian tersebut ditempat lain.
c. Pengujian Depenbility
Uji depanbility dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor
yang independen, atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id
d. Pengujian Konfirmability
Uji konfirmability mirip dengan uji depanbility, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji
konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan
proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari
proses penelitian yang telah dilakukan, maka penelitian tersebut
sudah memenuhi standar konfirmability. Dalam penelitian, jangan
sampai proses tidak ada tetapi hasil ada.17
G.Sistematika Pembahasan
1. BAB I Pendahuluan
Dalam bab pendahuluan, penulis memberikan gambaran tentang latar
belakang masalah yang akan diteliti. Satelah itu menentukan rumusan
masalah dalam penulisan tersebut. Serta menyertakan tujuan dan manfaat
penulisan. Selain itu, terdapat juga telaah pustaka, definisi konsep untuk
memaparkan pendefinisian dari fokus penelitian, serta metodologi
penelitian.
2. BAB II Kajian Pustaka dan Teori (Mind, Self, and Society)
17
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id Dalam bab kajian pustaka, penulis memberikan gambaran tentang
kajian pustaka dan teori yang akan digunakan oleh peneliti. Peneliti
menjelaskan kajian pustaka yang mengenai perilaku konsumtif santri
Pondok Pesantren. Dan peneliti menggunakan teori Interaksionisme
Simbolik milik George Herbert Mead. Dan teori Interaksionisme Simbolik
inilah yang akan dijadikan sebagai alat untuk menganalisis temuan
penelitian yang dipaparkan pada bab III.
3. BAB III Penyajian dan Analisis Data
Dalam bab penyajian data, penulis memberikan gambaran tentang
data-data yang diperoleh, baik data primer maupun data sekunder dan akan
di analisis dengan teori Interaksionisme simbolik dengan hasil temuan data
penelitian. Penyajian data dibuat secara tertulis dan dapat juga disertakan
gambar, tabel atau bagan yang mendukung data.
4. BAB IV Penutup
Dalam bab penutup, penulis menuliskan kesimpulan dari
permasalahan dalam penulisan selain itu juga memberikan saran kepada
26
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
PERILAKU KONSUMTIF SANTRI DALAM PERSPEKTIF
INTERAKSIONISME SIMBOLIK GEORGE HERBERT MEAD DAN
A.Kajian Pustaka
a. Definisi Perilaku Konsumtif
Perilaku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.18
Sebagaimana diketahui perilaku atau aktivitas yang ada pada individu itu
tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang
diterima oleh individu yang bersangkutan baik stimulus eksternal maupu
stimulus internal. Namun demikian sebagian terbesar dari perilaku individu
itu sebagai respon terhadap stimulus eksternal. Skinner membedakan
perilaku menjadi (a) perilaku yang alami (innate behavior), (b) perilaku
operan (operant behavior). Perilaku alami yaitu perilaku yang dibawa sejak
individu dilahirkan, yaitu yang berupa refleks-refleks dan insting-insting,
sedangkan perilaku operan yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses
belajar. Perilaku yang refeksif merupakan perilaku yang terjadi sebagai
reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai individu yang
bersangkutan. Reaksi atau perilaku ini terjadi secara dengan sendirinya,
secara otomatis.19
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id
Arti kata konsumtif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
bersifat konsumsi (hanya memakai, tidak menghasilkan sendiri).20 Jadi
konsumtif ialah perilaku yang boros yang mengkonsumsi barang atau jasa
secara berlebihan. Konsumtif merupakan perilaku dimana timbulnya
keinginan untuk membeli barang-barang yang kurang diperlukan untuk
memenuhi kepuasan pribadi.21 Saat ini kembanyakan seseorang sudah
terjebak dengan kebutuhan konsumtif yang dengan rela menuruti segala
keinginannya dan bukan memenuhi kebutuhannya, misal saja makanan,
pakaian, perangkat elektronik, hiburan dan lain sebagainya. Kebanyakan
dari ini semua dilakukan seseorang untuk memamerkan status mereka dan
menurutu gengsi. Seseorang akan berperilaku konsumtif apabila seseorang
disekelilingnya maupun lingkungannya juga berperilaku sama.
Tipe-tipe perilaku konsumtif
Menurut Moningka ada 3 tipe perilaku konsumtif22, yaitu:
1. Konsumsi adiktif (addictif consumtion), yaitu mengkonsumsi barang atau
jasa karena ketagihan.
2. Konsumsi kompulsif (compulsive consumtion), yaotu belanja secara terus
menerus tanpa memperhatikan apa yang sebenarnya ingin dibeli.
3. Pembelian impulsif (impulse buying atau impulsive buying) pada impulse
buying, produk dan jasa memiliki daya guna bagi individu. Pembelian produk atau jasa tersebut biasanya dilakukan tanpa perencanaan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id Sumartono menyatakan bahwa konsep perilaku konsumtif amatlah
variatif, tetapi pengertian perilaku konsumtif adalah membeli barang atau
jasa tanpa pertimbangan rasional atau bukan atas dasar kebutuhan. Secara
operasional indikator perilaku konsumtif adalah:23
1. Membeli produk karena hadiahnya.
2. Membeli produk karena kemasannya menarik.
3. Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi.
4. Membeli produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat dan
kegunaannya).
5. Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status.
6. Memakai sebuah produk karena unsur konformitas terhadap model yang
mengiklankan produk.
7. Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan
menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi.
8. Mencoba lebih dari 2 produk sejenis (merk berbeda).
b. Definisi Santri
Santri adalah peserta didik yang belajar atau menuntut ilmu di pondok
pesantren.24 Selama menimba ilmu di pesantren, ia juga akan ditanamkan
nilai-nilai yang akan membentuk karakter santri, nilai-nilai itu tercermin
dalam panca jiwa yang dimiliki semua santri yaitu: keikhlasan,
23 Ibid, 24
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah islamiyah dan kebebasan. Dalam
tradisi pesantren dapat ditemukan dua macam status santri, yaitu santri
mukim dan santri kalong.25 Yang dimaksud dengan santri mukim adalah
murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dari arena itu memiliki
kemungkinan yang tinggi untuk menetap didalam kompleks pesantren.
Biasanya santri mukim inilah yang akan tinggal di pesantren dalam waktu
yang lama. Adapun yang dimaksud dengan santri kalong adalah mereka
yang berasal dari sekeliling pesantren. mereka ini memiliki rumah yang
letaknya tidak jauh dari pesantren. mereka mengaji di langgar maupun
mushollah pada malam hari, dan siang harinya mereka pulang kerumah.
Untuk menjadi santri tidak dibatasi oleh umur, setiap orang dapat menjadi
seorang santri, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa bahkan juga orang
yang sudah tua dapat menjadi seorang santri. Asalkan seseorang memang
tekun untuk mengaji dan berguru di pondok pesantren.
Pada dasarnya seorang santri harus memiliki sifat-sifat yang akhlakul
karimah, sifat sifat26 ini meliputi:
1. Memiliki kebijaksanaan menurut ajaran Islam, seorang santri dididik agar
agar mampu memahami makna hidup, keberadaan, peranan, serta
tanggung jawabnya dalam kehidupan di masyarakat.
2. Memiliki kebebasan yang terpimpin, setiap santri memiliki kebebasan,
tetapi kebebasan itu harus dibatasi kareba kebebasan memiliki potensi
anarkisme. Keterbatasan (ketidakbebasan) mengandung kecenderungan
25
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1982), hal 51.
26
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id mematikan kreativitas, karena itu pembatasan harus dibatasi. Inilah yang
dimaksud dengan kebebasan yang terpimpin. Kebebasan yang seperti ini
adalah watak ajaran Islam. Manusia bebas menetapkan aturan hidup
tetapi dalam berbagai hal manusia menerima saja aturan yang datang dari
Tuhan.
3. Berkemampuan mengatur diri sendiri, di pesantren santri mengatur
sendiri kehidupannya menuruti batasan yang diajarkan agama. Ada unsur
kebebasan dan kemandirian disini. Bahkan masing-masing pesantren
juga mengatur dirinya sendiri. masing-masing pesantren memiliki
otonomi. Setiap pesantren mengatur kurikulumnya sendiri, mengatur
kegiatan santrinya, tidak harus sama antara satu pesantren dengan
pesantren lainnya. Pada umumnya masing-masing santri bangga dengan
pesantrennya dan menghargai pesantren lain. Sejauh ini belum pernah
terjadi perkelahian atau saling mengejek antarsantri pondok pesantren
yang berbed, sebagaimana sering terjadi di antara sekolah-sekolah umum
di kota. Kebanggaan santri terhadap pesantrennya masing-masing
umumnya terletak pada kehebatan dan kealiman kiainya, kitab yang
dipelajari, kerukunan dalam bergaul, rasa senasib sepenanggungan,
kedisiplinan, kerapian berorganisasi, dan kesederhanaan.
4. Memiliki rasa kebersamaan yang tinggi, dalam pesantren berlaku prinsip:
dalam hal kewajiban, individu harus menunaikan kewajiban lebih dahulu,
sedangkan dlam hal hak, individu harus mendahulukan kepentingan diri
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id tertib, baik tentang tata tertib belajar maupun kegiatan lainnya.
Kolektivisme itu dipermudah terbentuk oleh kesamaan dan keterbatasan fasilitas kehidupan.
5. Menghormati orang tua dan guru, ini memang jaran Islam. Tujuan ini
dikenal antara lain melaui penegakan berbagai pranata di pesantren
seperti mencium tangan guru, tidak membantah guru. Demikian juga
terhadap orang tua. Nilai ini agaknya sudah banyak terkikis di
sekolah-sekolah umum.
6. Cinta kepada ilmu, menurut Al-Qur’an ilmu (pengetahuan) datang dari
Allah. Banyak hadits yang mengajarkan pentingnya menuntut ilmu dan
menjaganya. Karena itu orang-orang pesantrenn cenderung memandang
ilmu sebagai suatu yang suci dan tinggi.
7. Mandiri, jika mengatur diri sendiri disebut otonomi, maka mandiri yang
dimaksud adalah berdiri atas kekuatan sendiri. sejak awal santri telah
dilatih untuk mandiri. Mereka kebanyakan memasak sendiri, mencucui
pakaian sendiri, membersihkan kamar dan pondoknya sendiri, dan
lain-lain. Metode sorogan yang individual juga memberikan pendidikan
kemandirian. Melalui metode ini santri maju sesuai dengan kecerdasan
dan keuletan sendiri. tidak diberikannya ijazah yang memiliki civil effect
juga menanamkan pandangan pada santri bahwa mereka kelaknya secara
ekonomi harus berusah mandiri, tidak mengharap menjadi pegawai
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id
8. Kesederhanaan, dilihat secara lahiriyah kesederhanaan memang mirip
dengan miskin. Padahal yang dimaksud sederhana di pesantren adalah
sikap hidup , yaitu sikap memandang sesuatu, terutama materi, secara
wajar, proporsional, dan fungsional. Sebenarnya banyak santri yang
berlatar belakang orang kaya, tetapi mereka terlatih hidup sederhana.
Ternyata orang kaya tidak sulit menjalani kehidupan sederhana bila
dilatih seperti cara pesantren itu. Kesederhanaan itu sesungguhnya
merupakan realisasi ajaran islam yang pada umumnya diajarkan oleh
para shifi, hidup cara shufi memang merupakan suatu yang khas
pesantren umumnya.
9. Memiliki iman yang kuat, secara singkat kondisi menyeluruh kehidupan
budaya di pesantren itulah yang berdaya menanamkan keimanan seorang
santri. pengaruh kiai, baik pada peribadatan ritual maupun dalam
perilakunya sehari-hari, penghormatan orang pada sang kiai, tata letak
rumah ibadat, rayuan bacaan sholawat dan pepujian menjelang subuh,
sebagai upacara keagamaan, semua itu mempengaruhi secara mendalam
hati orang, dan bersamaan dengan itu iman masuk.
Iman bertempat di hati, bukan dikepala. Karena itu, penanaman iman
bukan terutama penanaman konsep dikepala sebagaimana dilakukan
oleh kebanyakan guru agama sekarang. Iman ditanamkan langsung ke
dalam hati. Penanaman ini di pesantren dilakukan lewat contoh terutama
dari kehidupan kiyai, pembiasaan, peraturan kedisiplinan, ibadah serta
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id
c. Definisi Pondok Pesantren
Secara umum, pesantren diartikan sebagai tempat tinggal para santri.
Istilah lain menyebutnya bahwa pesantren juga pada dasarnya adalah sebuah
asrama pendidikan islam tradisional, dimana para siswanya tinggal bersama
dan belajar bersama di bawah bimbingan seseorang (lebih) yang lebih
dikenal dengan sebutan “kyai”.27
Pesantren juga bisa didefinisikan sebagai
lembaga pendidikan tradisional islam untuk mempelajari, memahami,
mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran islam dengan
menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku
sehari-hari.
Pondok pesantren menurut M. Arifin berarti suatu lembaga
pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar,
dengan sistem asrama (komplek) di mana santri-santri menerima pendidikan
agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di
bawah kedaulatan dari leadership seseorang atau beberapa orang kyai
denagn ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta independen dalam segala
hal.28 Namun lembaga Re-search Islam (Pesantren Luhur) mendefinisan
pesantren adalah “suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam
menerima pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat berkumpul dan
tempat tinggalnya.29
27 Fa’uti Subhan, Membangun Sekolah unggulan Dalam sistem Pesantren,
(Surabaya: Alpha 2006), hal 7
28
Mujamil Qomar, Pesantren , Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2002), hal 2.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id Menurut para ahli pesantren baru dapat disebut pesantren bila
memenuhi lima syarat, yaitu: 1. Ada kiyai, 2. Ada pondok, 3. Ada masjid, 4.
Ada santri, 5. Ada ajaran membaca kitab kuning. Dengan demikian bila
orang menulis tentang pondok pesantren maka topik-topik yang harus ditulis
sekurang-kurangnya ialah30:
1. Kiyai pesantren, mencakup ideal kiyai untuk zaman kini dan nanti.
2. Pondok, akan mencakup syarat-syarat fisik dan non-fisik, pembiayaan,
tempat, dan lain-lain.
3. Masjid, cakupannya akan sama dengan pondok yang meliputi syarat
fisik, tempat, dan lain-laing.
4. Santri, meliputi masalah syarakt, sifat, dan tugas santri.
5. Kitab kuning, bila diluaskan akan mencakup kurikulum pesantren dalam
arti yang luas.
Pondok pesantren dibagi menjadi dua macam:
1) PesantrenTradisional
Pesantren tradisional ini masih mempertahankan sistem pengajaran
tradisional, dengan materi pengajaran kitab klasik yang disebut kitab
kuning. Di samping itu model-model pengajarannya juga bersifat non
klasik yaitu dengan metode sorogan dan bandongan. Sorogan, disebut
juga sebagai cara mengajar perindividu yaitu setiap santri mendapat
kesempatan tersendiri untuk memperoleh palajaran langsung dari kyai.
30
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id Sedangkan bandongan dilaksanakan dengan cara kyai mengajarkan kitab
tertentu kepada kelompok santri, atau belajar dengan cara kolektif.31
2) Pesantren Modern
Pesantren modern berusaha memadukan secara penuh sistem klasikal dan
sekolah ke dalam pesantren. pada pola ini pesantren memiliki ciri32:
a) Mulai akrab dengan metodologi ilmiyah modern.
b) Semakin berorientasi pada pendidikan dan fungsional, artinya terbuka
atas perkembangan dirinya.
c) Penggolongan program dan kegiatannya makin terbuka, tidak lagi
absolut tergantung kepada kyai melainkan bisa mendapatkan ilmu
pengetahuan dari luar.
d) Dapat berfungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat.
Pondok pesantren Darul Ulum ialah pondok pesantren modern
yang mana di dalamnya bukan hanya mengajarkan ilmu agama berupa
aqidah-akhlak, Al-Qur’an dan kitab-kitab kuning saja, tetapi di dalamnya
juga diajarkan ilmu-ilmu umum yang diterapkan disekolah-sekolah yang
berada di pondok tersebut. Yang mana di pondok tersebut terdapat
banyak sekali asrama untuk ditinggali para santri. Dan di setiap asrama
tersebut terdapat pengasuh masing-masing atau biasa disebut dengan
Kyai.
31 Fa’uti Subhan, Membangun Sekolah unggulan Dalam sistem Pesantren,
(Surabaya: Alpha 2006), hal 8
32
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id
B.Interaksi Sosial
Proses-proses sosial adalah adalah cara-cara berhubungan yang dapat
dilihat apabila orang perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling
bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut, atau
apa yang akan terjadi appabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan
goyahnya cara-cara hidup yang telah ada.33
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat
dinamakan proses sosial) karena interaksis sosial merupakan syarat utama
terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain proses sosial hanya merupakan
bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan
hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan
seseorang, antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila
ada dua orang bertemu, interaksis sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling
menegur, berjabat tangan, saling berbicara, atau mungkin saling berkelahi.
Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial.
Walaupun orang-orang yang bertemu muka tersebut tidak saling berbicara atau
tidak saling menukar taanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, karena
masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebaban perubahan-perubahan
dalam perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan, yang
33
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id disebabkan oleh misalnya bau keringat , minyak wangi, suara berjalan, dan
sebagainya.34
Pengertian tentang interaksi sosial sangat berguna di dalam
memperhatikan dan mempelajari berbagai masalah masyarakat. Interaksi sosial
merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial,
tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.
Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang
dinamis. Bubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara
individu yang satu dengan individu yang lainnya. Antara kelompok yang satu
dengan kelompok yang lainnya. Maupun antara kelompok dan individu. Dalam
interaksi juga terdapat simbol, dimana simbol diartikan sesuatu yang nilai atau
maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya.35
Bertemunya orang-perorangan secara fisik belaka tidak akan
menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup
semacam ini baru akan terjadi apabila orang-perorangan atau
kelompok-kelompok manusia bekerja sama, saling berbicara, dan seterusnya untuk
mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian, dan lain
sebagainya. Maka, dapat dikatakan bahwa interaksi sosial merupakan proses
sosial, yang menunjukkan pasa hubungan-hubungan yang dinamis.36
34
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengentar, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2010) hal 53. 35
Yesmil Anwar, Adang. Sosiologi Untuk Universitas, hal 194 36
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok
terdapat kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama
dari terjadinya hubungan sosial komunikasi merupakan penyampaian suatu
informasi dan pemberian tafsiran reaksi terhadap informasi yang
disampaikan.37
Gillin dan Gillin juga sama mengajukan dua syarat yang harus dipenuhi
agar suatu interaksi sosial itu mungkin terjadi, yaitu: Dua syarat terjadinya
interaksi sosial:38
1. Adanya kontak sosial (social contact), yang dapat berlangsung dalam tiga
bentuk, yaitu antar individu, antar individu dengan kelompok, antar
kelompok. Selain itu, suatu kontak dapat pula bersifat langsung maupun
tidak langsung.
2. Adanya komunikasi, yaitu seorang memberi arti pada perilaku orang lain,
perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang yang
bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin
disampaikan oleh orang tersebut.
Kontak sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk:39
1. Adanya orang perorangan.
2. Ada orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya.
3. Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.
37
Yesmil Anwar, Adang. Sosiologi Untuk Universitas. (Bandung: PT Refika Aditama, 2013) hal 195
38
Ibid, hal 195 39
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id Berlangsungnya suatu proses interaksi sosial didasarkan pada berbagai
faktor: Imitasi; Sugesti; Identifikasi; Proses Simpati. Interaksi individu dengan
lingkungan kelompok, misalnya konformitas. Konformitas adalah seseorang
berperilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan, merupakan bentik
interaksi yang di dalanya kelompok. Konformitas adalah suatu bentuk sikap
penyesuaian diri seseorang dalam masyarakat/kelompok karena dia terdorong
untuk mengikuti kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang sudah ada. konformitas
tidak hanya bertindak atau bertingkah laku seperti yang orang lain lakukan
tetapi juga terpengaruh bagaimana orang lain bertindak. Konformitas, dapat
dibedakan menjadi dua bagian utama yaitu: Compliance. Konformitas yang
benar-benar bertentangan dengan keinginan kita, dilakukan untuk mendapat
hadiah atau menghindari hukuman. Acceptance: ada beberapa hal yang dapat
kita jadikan alasan untuk melakukan konformitas tersebut, tidak sepenuhnya
kita ingkari.40
Syarat interaksi sosial menurut Herbert Blummer adalah pada saat
manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu
tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang dimuliki sesuatu itu berasal dari
interaksi antara seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir adalah makna tidak
bersifat tetap namun dapat diubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi
melalui proses penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu.
Proses tersebut disebut dengan interpretative proses atau proses pemaknaan.41
40
Ibid, hal 195 41
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id Makna merupakan suatu yang terbentuk dalam kesepakatan, suatu
perspektif yang dia kembangkan berkaitan dengan percakapan. Makna
bukanlah suatu yang ada “di sana”, di dalam apa yang kita katakan atau
lakukan atau dalam dunia di sekeliling kita yang kita apresiasi secara benar
atau tidak, tetapi sesuatu yang dibentuk dalam praktik sosial. Maka benarlah
jika pandangan mengenai hubungan antara bicara dan bahasa menciptakan
suatu penekanan pada praktik (yakni melakukan secara praktis) tindakan
sosial.42
Merupakan realisasi bahwa hubungan simbolik yaitu, ikatan yang
menghubungkan suatu simbol dengan apa yang diacunya sehingga
memunculkan maknanya untuk sebagai alasan yang muncul dalam
masyarakat.43
Santri seperti halnya manusia lainnya dalam kehidupannya sehari-hari
tidak akan terlepas dengan manusia lainnya, maka dari itu santri berinteraksi
dan juga berkomunikasi dengan orang lain dan lingkungan disekitarnya. Santri
dapat berkomunikasi langsung dengan maupun tidak langsung dengan orang
lain, dengan atau juga tanpa tujuan. Dari interaksi tersebut itulah yang
dilakukan terhadap orang lain yang akan dapat mempengaruhi perilaku dan
perbuatan santri.
42
David Chaney, Lifestyles: Sebuah Pengantar Komprehensif, (Yogyakarta: Jalasutra, 1996), hal 132.
43