• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU KONSUMTIF SANTRI DI PONDOK PESANTREN DARUL ULUM REJOSO PETERONGAN JOMBANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERILAKU KONSUMTIF SANTRI DI PONDOK PESANTREN DARUL ULUM REJOSO PETERONGAN JOMBANG."

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S. Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

AINUR ROFIQO

NIM. B75212071

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

J U R U S A N I L M U S O S I A L

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id ABSTRAK

Ainur Rofiqo, 2016. Perilaku Konsumtif Santri Di Pondok Pesantren Darul Ulum

Rejoso Peterongan Jombang. Skripsi progam studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya

Kata Kunci : Konsumtif, Santri, Pondok Pesantren

Perilaku konsumtif adalah perilaku hidup yang boros karena mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan. Konsumtif merupakan perilaku dimana timbulnya keinginan untuk membeli kebutuhan barang-barang yang tidak diperlukan untuk memenuhi kepuasan pribadi. Perilaku hidup konsumtif tersebut dilakukan oleh santri yang seharusnya memiliki sifat yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan. Ada dua rumusan masalah yang dikaji dalam skripsi ini: 1. Bagaimana Perilaku Konsumtif Santri di Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan Jombang. 2. Apa faktor penyebab Perilaku Konsumtif Santri di Pondok Pesantren Darul Ulum. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif san jenis penelitian fenomenologi.

Untuk menjawab rumusan masalah, peneliti menggunakan teori

Interaksionisme Simbolik dari George Herbert Mead yang memiliki konsep Mind,

(7)

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... ... vii

3. Pemilihan Subjek Penelitian ... 13

4. Tahap Tahap Penelitan ... 14

5. Tekhnik Pengumpulan Data ... 17

6. Teknik Analisis Data ... 21

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 22

G. Sistematika Pembahasan ... 24

(8)

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id

A. Kajian Pustaka ... 26

B. Interaksi Sosial ... 36

C. Interaksionisme Simbolik ... 41

D. Penelitian Terdahulu ... 49

BAB III: PERILAKU KONSUMTIF SANTRI DI PONDOK PESANTREN DARUL ULUM REJOSO PETERONGAN JOMBANG ... 53

A.Deskripsi Umum Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan Jombang ... 53

B.Perilaku Konsumtif Santri Di PP Darul Ulum ... 70

1. Perilaku Konsumtif Santri ... 70

2. Faktor-Faktor Penyebab Santri Berperilaku konsumtif ... 81

C.Analisis Temuan Data ... 92

D.Implikasi Teori Dengan Data ... 98

BAB IV: PENUTUP ... 101

A. Simpulan ... 101

B. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA

JADWAL PENELITIAN

LAMPIRAN

Pedoman Wawancara

(9)

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id DAFTAR TABEL

TABEL 1.1 Nama Informan ... 20

TABEL 3.1 Jarak Antar Daerah ... 64

TABEL 3.2 Nama Asrama ... 66

(10)

xiii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id DAFTAR SKEMA

SKEMA 2.1 Alur Berpikir Teori ... 44

SKEMA 3.1 Susunan Kepengurusan ... 63

(11)

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Jombang adalah salah satu Kabupaten yang terletak di bagian tengah

Provinsi Jawa Timur. Jombang dikenal dengan sebutan Kota Santri, karena

banyaknya sekolah pendidikan islam (Pondok Pesantren) diwilayahnya.

Bahkan ada yang mengatakan Jombang adalah pusat Pondok Pesantren di

Tanah Jawa karena hampir seluruh pendiri pesantren di Jawa pasti Pernah

berguru di Jombang. Hal ini menandakan bahwa pendidikan di wilayah

Jombang memang sangat tinggi mulai dari dahulu kala.

Pendidikan sangatlah penting diberikan kepada seorang anak. Baik itu

berasal dari keluarga sendiri dan juga dari luar lingkungan keluarga.

Pendidikan juga dapat bersifat formal dan non-formal. Pendidikan formal

biasanya diberikan dari luar keluarga semisal pendidikan sekolah. Pendidikan

pada anak juga bisa berupa pendidikan agama. Pendidikan ini biasanya

diberikan oleh orang tua namun juga bisa dari luar, pondok pesantren misalnya.

Pondok pesantren ialah salah satu lembaga pendidikan non-formal yang

bersifat Islam, dimana pengetahuan-pengetahuan yang berhubungan dengan

agama Islam diharapkan dapat diperoleh di pesantren tersebut. Pesantren

merupakan lembaga pendidikan yang memfokuskan pembelajaran pada

(12)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id umum. Biasanya anak yang menjalani pendidikan ini disebut santri dan dalam

proses pembelajarannya santri harus tinggal disebuah asrama. Karena dalam

suatu pesantren pastilah banyak sekali aturan-aturan yang berlaku yang

berhubungan dengan akhlak dan moral.

Namun dengan berjalannya waktu pesantren saat ini beranjak dari

pendidikan non-formal menjadi pendidikan formal. Maksudnya ialah pesantren

yang dulunya hanya menerapkan sistem pembelajaran moral, akhlaq,

Al-Qur’an, dan kitab-kitab atau disebut pondok salafi kini sekarang sudah mulai

beranjak ke pendidikan yang formal yang bersifat modern. Yang dimaksud

ialah sudah mulai ada pendidikan formal yang berupa pendidikan sekolah (baik

umum maupun Islam (diniyah), maupun perguruan tinggi di dalam pondok

pesantren dan juga dilengkapi dengan pembelajaran bahasa inggris dan juga

bahasa arab. Dengan berbagai tambahan sistem pembelajaran umum, namun

tidak meninggalkan sistem pembelajaran Islam yang menjadi tujuan utama.

Pesantren modern berusaha menerapkan pendidikan yang berorientasi ajaran

agama dan moral sebagai kajian utama yang kemudian diharapkan mampu

menjawab tuntutan zaman dan beradaptasi dengan perkembangan masyarakat.

Salah satu yang menerapkan sistem ini ialah pondok pesantren Darul

Ulum yang terletak di Desa Rejoso, Kecamatan Peterongan, Kabupaten

Jombang. Pondok pesantren ini ialah salah satu pondok pesantren yang besar di

kota Jombang. Pondok yang saat ini diketuai oleh K.H. Dimyati Romly ini

(13)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id banyaknya sekolah sekolah yang ada di sana, dimulai dari MIN, MTSN, MTS

Plus, SMP 3, SMA 1, SMA 2, SMA 3, MAN, SMK 1, dan juga SMK

Telekomunikasi. Di pondok Pesantren ini juga memiliki beberapa perguruan

Tinggi yaitu UNIPDU, UNDAR, dan STIKES Darul Ulum. Inilah yang disebut

gambaran pondok pesantren modern yang dilengkapi pendidikan formal juga di

dalamnya dan juga asilitas-fasilitas yang menunjang pendidikan santri baik

dalam bidang umum maupun dalam bidang keagamaan.

Bukan hanya dibidang keagamaan saja santri-santri ini dididik, namun

juga dibidang sosial juga. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya asrama-asrama

yang berada di lingkungan tersebut yang banyak mengadakan acara-acara besar

di lingkungan sekitar. Mengadakan acara bakti sosial di lingkungan tersebut.

Bahkan antar asrama juga banyak mengadakan acara lomba-lomba guna

mempererat hubungan dengan asrama lain. Dilingkungan sekolahpun juga

begitu, banyak mengadakan acara-acara yang berbau sosial, dengan

diadakannya Liga Unit yang memunculkan banyak perlombaan antar unit-unit

sekolahan di Pondok Pesantren tersebut. Tujuannya hanya satu yaitu

mempererat hubungan sosial antar sekolah dan para santri. Dengan diadakan

acara-acara tersebut maka santri dapat berinteraksi dan mengenal satu sama

lain yang berbeda asrama dan unit sekolahan. Maka dari itu hubungan sosial

dan pergaulan santri akan semakin luas.

Latar belakang santri di Pondok Pesantren ini banyak sekali yang berasal

(14)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id sampai Merauke. Pastilah mereka memiliki perilaku, gaya hidup, budaya, dan

bahasa yang berbeda-beda. Perilaku maupun gaya hidup yang mereka bawa

dari asal mereka, budaya yang mereka pelajari dari kecil, dan bahasa yang

mereka miliki dari lahir pastilah tidak bisa dibuang atau dihilangkan begitu saja

ketika mereka harus masuk, berbaur, dan tinggal bersama di lingkungan

pondok pesantren. Karena banyak karakter-karakter santri dari berbagai daerah

yang menjadi satu disana. Mulai dari perilaku, gaya hidup, dan kebudayaannya.

Lama-kelamaan, langsung maupun tidak langsung, sadar maupun tidak sadar

akan berpengaruh terhadap santri lainnya.

Keberadaan Pondok Pesantren saat ini maupun lingkungannya sudah

lengkap dengan fasilitas yang dibutuhkan oleh santri-santri. Mulai dari

kebutuhan pendidikan hingga kebutuhan sehari-hari. Mulai dari makan yang

disediakan dari pondok, jika santri bosan dengan makanan asrama santri bisa

mencari makanan lain diluar asrama, bahkan banyak sekali yang berjualan

mulai dari makanan, jajanan kecil, dan juga minuman dengan yang beraneka

ragam. Di lingkungan pesantren juga tersedia swalan kecil yaitu Smesco.

Disana juga tersedia banyak warung internet yang disediakan untuk kebutuhan

santri apabila santri membutuhkan informasi yang lebih, namun sebenarnya di

unit sekolah masing-masing sebenarnya juga sudah tersedia lab komputer dan

jaringan internet masing-masing. Juga tersedia beberapa penjual baju yang

berada di pojok-pojok jalan yang akan memenuhi kebutuhan sandang para

(15)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id asrama. Disana juga tersedia banyak toko buku yang berdiri untuk memenuhi

kebutuhan pendidikan para santri. Mulai dari pendidikan sekolah yang

menyediakan buku umum maupun kitab khusus rekomendasi sekolah, dan juga

kitab-kitab wajib pondok, toko buku juga menjual banyak buku-nuku maupun

novel islami yang sangat sesuai untuk santri. Sudah banyak sekali fasilitas dan

juga pembelajaran yang disediakan dan diberikan oleh pondok pesantren guna

diterapkan kepada santri-santri untuk meningkatkan pendidikan dibidang

agama, sosial dan umum. Yang mana diharapkan santri-santri tidak hanya

berkutat dengan dunia agama namun juga sosial diluar sana yang lebih modern.

Namun tak jarang pula karena kurang mampu dalam mengadopsi

modernisasi pendidikan dengan baik, maka hal tersebut dapat mengancam

kehidupan para santri. Misalnya saja fenomena yang terjadi saat ini, yaitu

perilaku konsumtif yang terjadi di kalangan santri. Kita ketahui bahwa kata

konsumtif adalah kecenderungan seseorang secara berlebihan dalam membeli

sesuatu atau membeli secara tidak terencana. Perilaku seperti ini dapat terlihat

dari cara santri dalam memutuskan barang-barang yang akan dibeli,

digunakan dan dikonsumsi baik pada saat di dalam dan di luar komplek

pondok pesantren modern.

Perilaku konsumtif didasari oleh banyak keinginan antara lain keinginan

untuk ditanggapi oleh orang lain, keinginan untuk dihargai orang lain dan

(16)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id

sendiri dan kemegahan, biasanya dinamakan kesombongan (takabbur). Atau

pula ada kepentingan.

Remaja saat ini terutama santri berusaha membentuk citra atau image

dirinya secara fisik semenarik mungkin. Sehingga mendorong mereka

melakukan berbagai upaya agar tampilan fisiknya sesuai dengan lingkungan

mereka. Keinginan untuk memenuhi tuntutan tersebut diduga mendorong

remaja untuk berperilaku konsumtif. Remaja membeli barang hanya untuk

memperoleh pengakuan dari orang lain. Demikian pula halnya dengan gaya

hidup mereka yang cenderung menghambur-hamburkan uang hanya demi

memenuhi tingkat kepuasan batin sesaat, yang akhirnya melahirkan gaya hidup

konsumtif.

Mulanya pondok pesantren sangat mengedepankan akhlak dan sifat

sederhana dan juga tidak berlebihan. Namun jika dilihat dari apa yang terjadi

dengan santri yang sering membeli barang yang dikonsumsi berlebihan maka

hal ini tidaklah lagi mencerminkan akhlak santri pondok pesantren yang

sederhana dan tidak berlebihan. Disini dapat dilihat bahwa terdapat

kesenjangan antara apa yang diajarkan oleh Pondok Pesantren dengan apa yang

dilakukan oleh santri sehari-harinya. Ada ketidaksesuaian antara ajaran pondok

dengan perilaku santri yang mana seharusnya santri berperilaku dengan sangat

sederhana dan tidak berlebih-lebihan tetapi pada realitanya santri saat ini

(17)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id Santri diharapkan sebagai generasi muda dapat menjadi agen perubahan

sosial pada masa kini maupun di masa mendatang. Santri diharapkan mampu

menuntut ilmu agama dan umum. Kemudian santri juga mampu melakukan

perubahan sosial dan menularkan perilaku positif di kalangan masyarakat

dengan memberikan contoh yang baik dan mampu mengontrol perilaku

konsumtif agar tidak menjadi gaya hidup.

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana Perilaku Konsumtif Santri di Pondok Pesantren Darul Ulum

Rejoso Peterongan Jombang?

2. Apa faktor penyebab Perilaku Konsumtif Santri di Pondok Pesantren Darul

Ulum?

C.Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini dapat memberikan data yang riil dan alamiah mengenai

Perilaku Konsumtif Santri di Pondok Pesantren Darul Ulum

2. Dengan penelitian ini dapat diketahui faktor apa yang menjadi penyebab

Perilaku Konsumtif Santri di Pondok Pesantren Darul Ulum

D.Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini tentunya peneliti akan mendapatkan penelitian yang

sangat berharga. Adapun manfaat dalam melakukan penelitian ini adalah :

1. Secara Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi teoritis dan

(18)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id

2. Secara Praktis

a. Memberikan harapan bagaimana perilaku konsumtif santri bisa berfokus

pada meningkatkan kualitas guna mempersiapkan diri dalam persaingan

di era globalisasi saat ini

b. Bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin lebih mendalami penelitian

tentang perilaku konsumtif santri di Pondok Pesantren.

E. Definisi Konseptual

1. Perilaku Konsumtif

Perilaku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai

tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.1

Kata konsumtif berasal dari kata konsumsi yang artinya pemakaian

barang hasil produksi, yang berarti suatu kegiatan yang bertujuan

mengurangi atau menghabiskan nilai guna suatu benda, baik berupa barang

maupun jasa, untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung.

Sedangkan arti kata konsumen yaitu pemakai barang produksi, setiap orang

pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi

kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain

dan tidak untuk diperdagangkan. Konsumsi dilakukan oleh konsumen,

dimana kita dan semua manusia yang ada di dunia ini adalah konsumen.

1

(19)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id Karena sebenarnya kita adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup

sendiri. Dan ketika kita membeli sesuatu kita sudah menjadi konsumen.

Arti kata konsumtif sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

adalah bersifat konsumsi (hanya memakai, tidak menghasilkan sendiri)2.

Jadi konsumtif ialah perilaku yang boros yang mengkonsumsi barang atau

jasa secara berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan dari pada

kebutuhan.

2. Santri

Santri adalah peserta didik yang belajar atau menuntut ilmu di pondok

pesantren.3 Selama menimba ilmu di pesantren, ia juga akan ditanamkan

nilai-nilai yang akan membentuk karakter santri, nilai-nilai itu tercermin

dalam panca jiwa yang dimiliki semua santri yaitu: keikhlasan,

kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah islamiyah dan kebebasan.

Dalam tradisi pesantren dapat ditemukan dua macam status santri,

yaitu santri mukim dan santri kalong.4 Yang dimaksud dengan santri mukim

adalah murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dari arena itu

memiliki kemungkinan yang tinggi untuk menetap didalam kompleks

pesantren. Biasanya santri mukim inilah yang akan tinggal di pesantren

2

Ibid, hal 590-591. 3

Abd, Halim Shobar, Kebijakan Pendidikan Islam Dari Ordonansi Guru Sampai UU SISDIKNAS, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hal 38.

4

(20)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id dalam waktu yang lama. Adapun yang dimaksud dengan santri kalong

adalah mereka yang berasal dari sekeliling pesantren. Mereka ini memiliki

rumah yang letaknya tidak jauh dari pesantren.

Yang dimaksud santri dalam penelitian ini ialah santri perempuan

yang tinggal atau menetap dan menimba ilmu di Pondok Pesantren Darul

Ulum Peterongan Jombang atau disebut dengan santri mukim. Santri dalam

hal ini yang bersikap atau berperilaku konsumtif dalam perilaku

sehari-harinya.

3. Pondok Pesantren

Secara umum, pesantren diartikan sebagai tempat tinggal para santri.

Istilah lain menyebutnya bahwa pesantren juga pada dasarnya adalah sebuah

asrama pendidikan islam tradisional, dimana para siswanya tinggal bersama

dan belajar bersama di bawah bimbingan seseorang (lebih) yang lebih

dikenal dengan sebutan “kyai”.5

Pesantren juga bisa didefinisikan sebagai

lembaga pendidikan tradisional islam untuk mempelajari, memahami,

mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran islam dengan

menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku

sehari-hari.

5Fa’uti Subhan, Membangun Sekolah unggulan Dalam sistem Pesantren,

(21)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id Pondok pesantren Darul Ulum ialah pondok pesantren modern yang

mana di dalamnya bukan hanya mengajarkan ilmu agama berupa

aqidah-akhlak, Al-Qur’an dan kitab-kitab kuning saja, tetapi di dalamnya juga

diajarkan ilmu-ilmu umum yang diterapkan disekolah-sekolah yang berada

di pondok tersebut. Yang mana di pondok tersebut terdapat banyak sekali

asrama untuk ditinggali para santri. Dan di setiap asrama tersebut terdapat

pengasuh masing-masing atau biasa disebut dengan Kyai.

F. Metode Penelitian

Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk megetahui sesuatu, yang

mempunyai langkah-langkah sistematis.

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi dengan judul “Perilaku Konsumtif Santri

Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang”, peneliti menggunakan

pendekatan penelitian kualitatif dimana dalam penelitian ini lebih

menekankan pada makna dan proses daripada hasil suatu aktivitas. Di

Dalam melakukan penelitian seseorang dapat menggunakan metode

penelitian tersebut. Sesuai dengan masalah, tujuan, kegunaan dan

kemampuan yang dimilikinya.

Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,

(22)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id

kelompok.6 Penelitian kualitatif memiliki dua tujuan utama menggambarkan

dan mengungkap dan yang kedua ialah menggambarkan dan menjelaskan.

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti ialah jenis penelitian

fenomonologi. Fenomonologi adalah bagian dari metodologi kualitatif

namun yang mengandung nilai sejarah dalam perkembangannya.7 Seperti

Schutz dalam fenomenologi dunia sosialnya yang berputar pada tiga tema

yakni dunia sehari-hari, sosialitas, serta makna dan pembentukan makna.8

Tema pertama, dunia sehari-hari. Dunia sehari-hari merupakan dunia

yang fundamental dan dunia terpenting bagi manusia. Dia menjadi aspek

pertama yang sekaligus menjadi sumber dan dasar bagi pembentukan aspek

lainnya. Dalam dunia sehari-hari terbentuklah, misalnya, bahasa dan makna

dan juga terjadi interaksi sosial antara anggota masyarakat. Yang dari sana

membentuk berbagai tingkah laku yang kemudian diterima bersama. Dari

realitas tersebut maka dapat terbentuk lagi aspek laiinnya misalnya

pengetahuan, filsafat, dan juga teknologi. Dunia sehari-hari memang

merupakan kenyataan mendasar yang tanpanya kenyataan-kenyataan sosial

lainnya tidak akan terbentuk.

Tema kedua, sosialitas. Sosialitas disini dimaknai sama halnya dengan

gagasan Weber atas tindakan sosialnya (social action). Yang mana ketika

seseorang bertindak haruslah ditujukan kepada orang lain. Manusia itu tidak

6

Ariesto Hadi Sutopo dan Adrianus Arief, Terampil Mengolah Data Kualitatif Dengan Nvivo, (Jakarta: Kencana, 2010), hal 1

7

Agus Salim,Teori Dan ParadigmaPenelitianSosial, (Yogyakarta : Tiara WacanaYogya (Anggota IKAPI), 2001), hal. 102

8

(23)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id hidup sendiri, mereka berkelompok, hidup bersama bergaul dengan orang

lain, menciptakan banyak cara tertentu dalam berpikir, berbicara, menilai,

dan merasa.

Tema ketiga, makna dan pembentukan makna. Makna dan

pembentukan makna merupakan sumbangan Schutz yang terpenting dan

orisinal kepada gagasan fenomenologi, tentang makna dan bagaimana

makna membentuk struktur sosial. Masyarakat mengartikan dasar pada

dunia sehari hari dengan sebutan common sense (akal sehat), dengan akal

sehat ini lah pengetahuan, teknologi dan lain-lain dapat terbentuk. Sehat

bekerja sehingga membentuk pengetahuan inilah inilah dimana fase makna

dan pemaknaan terjadi. Pengetahuan ini bukan hanya diperoleh dari diri

sendiri saja melainkan dapat juga diturunkan dari orang lain sebelumnya.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian sebagai objek atau sasaran perlu mendapatkan

perhatian dalam menentukannya, karena pada prinsipnya sangat berkaitan

dengan permasalahan yang diambilnya. Lokasi penelitian sebagai sasaran

yang sangat membantu untuk menentukan data yang diambil, sehingga

lokasi ini sangat menunjang untuk dapat memberikan informasi yang valid.9

Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Rejoso Kecamatan Peterongan

Kabupaten Jombang karena melihat fenomena perilaku konsumtif yang saat

ini terjadi di Pondok Pesantren Darul Ulum.

9

(24)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id Selain itu, Peneliti kurang lebih mengetahui karakter orang yang

diteliti sehingga dapat melakukan pendekatan dengan mudah dan mendapat

data yang banyak. Modal sosial atau jaringan juga menjadi alasan

selanjutnya. Dan menjadi alasan utama adalah keberadaan objek penelitian

yang banyak ditemukan di lokasi tersebut. Serta jarang sekali orang

melakukan penelitian di lokasi ini, sehingga menjadi hal yang baru dan

menarik apabila melakukan penelitian di Rejoso.

Sedangkan untuk waktu penelitian yang dibutuhkan oleh peneliti

adalah kurang lebih sekitar 2 bulan sekitar bulan Mei-Juni 2016.

3. Pemilihan Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini istilah yang digunakan untuk subjek penelitian

adalah informan dan key informant. Pada dasarnya kedua istilah di atas

sama bermakna pada subjek penelitian, penekanan yang diinginkan dengan

menyebut subjek penelitian dengan istilah informan adalah dari yang

bersangkutan peneliti akan memperoleh informasi mengenai hal-hal yang

bersangkutan dengan dirinya sendiri ataupun tentang lingkungan sekitarnya

yang menjadi topik penelitian ini.

Pemilihan informan dan key informant lebih menekankan pada data

apa yang hendak dicari. Dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah

(25)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id pendidikan sekolah SMA/MA kelas XI dan juga ustadzah Pondok

Pesantren. ustadzah menjadi key informant dan santri sebagai informant.

Peneliti memilih kelas XI karena kelas XI sudah dianggap dapat

memilih dan berfikir tindakan apa yang akan dilakukan. Untuk memilih

santri tersebut peneliti dibantu oleh ustadzah yang menjadi key informant.

Dari ustadzah tersebut peneliti bisa mendapatkan informant yang tepat

sehingga data yang diperoleh valid dan sudah dapat mewakili.

4. Tahap-Tahap Penelitian

Untuk melakukan sebuah penelitian kualitatif, perlu mengetahui

tahap-tahap yang akan dilalui dalam proses penelitian. Tahapan ini disusun

secara sistematis agar diperoleh data secara sistematis pula. Ada empat

tahap yang bisa dikerjakan dalam suatu penelitian, yaitu :

a. Tahap Pra-lapangan

Pada tahap pra-lapangan merupakan tahap penjajakan lapangan.

Ada enam langkah yang dilakukan oleh peneliti yaitu:

1) Menyusun Rancangan Penelitian

Pada tahap ini, peneliti membuat usulan penelitian atau

proposal penelitian yang sebelumnya didiskusikan dengan dosen

pembimbing dan beberapa dosen lain serta mahasiswa. Pembuatan

proposal ini berlangsung sekitar satu bulan melalui diskusi yang

terus-menerus dengan beberapa dosen dan mahasiswa.

(26)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id Adalah tahap penemuan di lapangan. Pada tahap ini tidak

dapat dipisahkan dengan invention atau kenyataan yang ada,

tahapan ini adalah tahapan pengumpulan data dilapangan yang

landasannya terangkat dari kenyataan yang ada. Peneliti memilih

Desa Rejoso kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang. Di Desa

ini terdapat banyak sekali santri yang yang mondok di Pesantren

Darul Ulum.

3) Mengatur Perizinan

Sebelum diadakannya penelitian, peneliti mengurus

administrasi perizinan. Dan mempersiapkan segala keperluan

perizinan yang diperlukan untuk melakukan penelitian. Dan

perizinan dilakukan di sekretariatan Pondok Pesantren Darul Ulum

Rejoso Peterongan Jombang.

4) Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu atau

kebutuhan yang akan dipergunakan dalam penelitian ini. Peneliti

menyiapkan pedoman wawancara, kamera, hand phohe atau tape

recorder untuk merekam serta alat tulis untuk mancatat.

b. Tahap Lapangan

Dalam tahap ini dibagi atas tiga bagian yaitu :

(27)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id Untuk memasuki suatu lapangan penelitian, peneliti perlu

memahami latar penelitian terlebih dahulu, disamping itu peneliti

perlu mempersiapkan diri baik secara fisik maupun mental dalam

menghadapi subjek yang akan diteliti di lapangan. Dan subyek itu

meliputi santri, dan pengurus/pengasuh pondok pesantren.

2) Memasuki Lapangan

Pada tahap ini perlu ada hubungan yang baik dan akrab

dengan subyek penelitian dengan menggunakan tutur bahasa yang

baik, akrab serta bergaul dengan mereka dan tetap menjaga etika

pergaulan dan norma-norma yang berlaku di dalam lapangan

penelitian tersebut. Dan lapangan dalam penelitian kali ini ialah

Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan Jombang.

3) Berperanserta Sambil Mengumpulkan Data

Dalam tahap ini peneliti mencatat data yang diperolehnya ke

dalam field notes, baik data yang diperoleh dari wawancara,

pengamatan atau menyaksikan sendiri kejadian tersebut.

4) Tahap Analisa Data

Analisa data merupakan suatu tahap mengorganisasikan dan

mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar

(28)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id

merumuskan hipotesa kerja yang sesuai dengan data.10 Jadi analisis

data adalah menjelaskan data secara urut berdasarkan aturan

tertentu.

5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada dasarnya merupakan suatu kegiatan

operasional agar tindakannya masuk pada pengertian penelitian yang

sebenarnya. Pencarian data di lapangan dengan mempergunakan alat

pengumpul data yang sudah disediakan secara tertulis ataupun tanpa alat

yang hanya merupakan angan-angan tentang sesuatu hal yang akan dicari

di lapangan, sudah merupakan proses pengadaan data primer. Gambaran

penelitian akan menjadi jelas apabila arah pandangannya ditunjang oleh

alat-alat yang tersedia.11

Cara memperoleh data yang penulis gunakan dalam penelitian kali

ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi atau Pengamatan

Observasi atau pengamatan yaitu, alat pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mengamati secara sistematik gejala-gejala yang

diselidiki. Keunggulan dari cara ini, yaitu merupakan alat yang

langsung untuk meneliti bermacam-macam gejala.12 Dengan cara ini

juga akan memudahkan peneliti untuk mengamati tingkah laku

10

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007 ), hal 85-103.

11

P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek (Jakarta : Rineka Cipta, 200), 37-38.

12

(29)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id tertentu. Observasi atau pengamatan dilakukan dengan menggunakan

indra penglihatan yang berarti tidak mengajukan

pertanyaan-pertanyaan.

Yang dilakukan waktu pengamatan adalah mengamati

gejala-gejala sosial dalam katagori yang tepat, mengamati berkali-kali dan

mencatat segera bagaimana keadaan masyarakat disana dengan

memakai alat bantu seperti alat pencatat, formulir dan alat mekanik

seperti tape recorder dan lainnya.

Yang dilakukan peneliti ialah mengamati perilaku santri di

lingkungan Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan

Jombang sehingga peneliti tau apa saja dan bagaimana saja perilaku

santri tersebut. Setiap pulang ke asrama santri terlihat membawa

makanan yang dibelinya diluar asrama seperti nasi, es, dan jajanan

lainnya dan dibawa ke dalam asrama yang sebenarnya santri telah

disediakan makanan nasi di dalam asrama masing-masing. Setiap

harinya santri terlihat gonta-ganti dalam berpakaian dan sering

menggunakan asesoris.

b. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam peulisan yang

(30)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id yang bertatap muka mendengarkan secara langsung

informasi-informasi atau keterangan-keterangan.13 Dalam penelitian dilakukan

wawancara dengan pertanyaan open-ended sehingga informan dapat

memberikan informasi yang tidak terbatas dan mendalam dari

berbagai perspektif.14

Dan wawancara kali ini akan dilakukan pada santri dan

pengurus/pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan

Jombang. Dan untuk memudahkan proses wawancara, peneliti

membuat pedoman wawancara.

Teknik wawancara dalam penelitian kali ini menggunakan

teknik wawancara yang bersifat terbuka yakni dengan mengejar

pertanyaan. Narasumber menceritakan apa yang dia tau lalu peneliti

menanyakan kembali pernyataan terakhir yang narasumber berikan.

Terkait teknik pengumpulan data dengan wawancara maka

beberapa narusumber yang diwawancarai dapat dilihat pada tabel di

bawah ini.

Tabel 1.1

13

Ibid, 108 14

(31)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id

Nama Informan

No Nama Nama

Asrama Sekolah Kelas Alamat Status

(32)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang

tidak langsung ditujukan kepada subyek penelitian. Dokumen yang

diteliti dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi.15

Dan dokumen yang diperlukan dalam penelitian kali ini ialah

data-data seputar Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan

Jombang dan juga para santri dan jumlah santi dan juga bukti-bukti

foto.

6. Teknik Analisis Data

Menurut Restu Kartiko Widi dalam bukunya, analisis data adalah

proses penghimpunan atau pengumpulan, pemodalan dan transformasi

data dengan tujuan untuk menyoroti dan memperoleh informasi yang

bermanfaat memberikan saran, kesimpulan, dan mendukung pembuatan

keputusan.16 Peneliti gunakan untuk menganalisis setiap informasi yang

diberikan oleh informan. Sebab hasil temuan memerlukan pembahasan

lebih lanjut dan penafsiran lebih dalam untuk menemukan makna dibalik

fakta serta mencermati secara kritis dan hati-hati terhadap perspektif

teoritis yang digunakan.

Dalam penulisan kali ini teknik analisa data yang diambil oleh

penulis yaitu menggunkan teknik analisa kualitatif. Yaitu untuk

menggambarkan obyek penulisan sehingga dapat menjawab

rumusan-rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.

15

Irawan Soeharto, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), hal 70. 16

(33)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi:

a. Uji Kredibilitas

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil

penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan:

1) Perpanjangan Pengamatan

Peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan,

wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui

maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini

berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin

terbentuk repport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi),

semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada

informasi yang disembunyikan lagi. (Susan Stainback, 1988).

2) Peningkatan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan

secara lebih cepat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut

maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam

secara pasti dan sistematis.

3) Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredebelitas ini diartikan

sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai

(34)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id trianggulasi informan, jadi untuk memperjelas data yang di

dapat oleh peneliti maka peneliti menanyakan lagi data tersebut

pada informan lainnya.

4) Menggunakan Bahan Referensi

Bahan referensi disini adalah adanya pendukung untuk

membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti.

5) Mengadakan Member Check

Member check adalah proses pengecekan data yang

diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck

adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh

sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

b. Pengujian Transferability

Dalam membuat laporan peneliti harus memberikan uraian

yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian

maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut,

sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk

mengaplikasikan hasil penelitian tersebut ditempat lain.

c. Pengujian Depenbility

Uji depanbility dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor

yang independen, atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan

(35)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id

d. Pengujian Konfirmability

Uji konfirmability mirip dengan uji depanbility, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji

konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan

proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari

proses penelitian yang telah dilakukan, maka penelitian tersebut

sudah memenuhi standar konfirmability. Dalam penelitian, jangan

sampai proses tidak ada tetapi hasil ada.17

G.Sistematika Pembahasan

1. BAB I Pendahuluan

Dalam bab pendahuluan, penulis memberikan gambaran tentang latar

belakang masalah yang akan diteliti. Satelah itu menentukan rumusan

masalah dalam penulisan tersebut. Serta menyertakan tujuan dan manfaat

penulisan. Selain itu, terdapat juga telaah pustaka, definisi konsep untuk

memaparkan pendefinisian dari fokus penelitian, serta metodologi

penelitian.

2. BAB II Kajian Pustaka dan Teori (Mind, Self, and Society)

17

(36)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id Dalam bab kajian pustaka, penulis memberikan gambaran tentang

kajian pustaka dan teori yang akan digunakan oleh peneliti. Peneliti

menjelaskan kajian pustaka yang mengenai perilaku konsumtif santri

Pondok Pesantren. Dan peneliti menggunakan teori Interaksionisme

Simbolik milik George Herbert Mead. Dan teori Interaksionisme Simbolik

inilah yang akan dijadikan sebagai alat untuk menganalisis temuan

penelitian yang dipaparkan pada bab III.

3. BAB III Penyajian dan Analisis Data

Dalam bab penyajian data, penulis memberikan gambaran tentang

data-data yang diperoleh, baik data primer maupun data sekunder dan akan

di analisis dengan teori Interaksionisme simbolik dengan hasil temuan data

penelitian. Penyajian data dibuat secara tertulis dan dapat juga disertakan

gambar, tabel atau bagan yang mendukung data.

4. BAB IV Penutup

Dalam bab penutup, penulis menuliskan kesimpulan dari

permasalahan dalam penulisan selain itu juga memberikan saran kepada

(37)

26

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II

PERILAKU KONSUMTIF SANTRI DALAM PERSPEKTIF

INTERAKSIONISME SIMBOLIK GEORGE HERBERT MEAD DAN

A.Kajian Pustaka

a. Definisi Perilaku Konsumtif

Perilaku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai

tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.18

Sebagaimana diketahui perilaku atau aktivitas yang ada pada individu itu

tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang

diterima oleh individu yang bersangkutan baik stimulus eksternal maupu

stimulus internal. Namun demikian sebagian terbesar dari perilaku individu

itu sebagai respon terhadap stimulus eksternal. Skinner membedakan

perilaku menjadi (a) perilaku yang alami (innate behavior), (b) perilaku

operan (operant behavior). Perilaku alami yaitu perilaku yang dibawa sejak

individu dilahirkan, yaitu yang berupa refleks-refleks dan insting-insting,

sedangkan perilaku operan yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses

belajar. Perilaku yang refeksif merupakan perilaku yang terjadi sebagai

reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai individu yang

bersangkutan. Reaksi atau perilaku ini terjadi secara dengan sendirinya,

secara otomatis.19

(38)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id

Arti kata konsumtif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

bersifat konsumsi (hanya memakai, tidak menghasilkan sendiri).20 Jadi

konsumtif ialah perilaku yang boros yang mengkonsumsi barang atau jasa

secara berlebihan. Konsumtif merupakan perilaku dimana timbulnya

keinginan untuk membeli barang-barang yang kurang diperlukan untuk

memenuhi kepuasan pribadi.21 Saat ini kembanyakan seseorang sudah

terjebak dengan kebutuhan konsumtif yang dengan rela menuruti segala

keinginannya dan bukan memenuhi kebutuhannya, misal saja makanan,

pakaian, perangkat elektronik, hiburan dan lain sebagainya. Kebanyakan

dari ini semua dilakukan seseorang untuk memamerkan status mereka dan

menurutu gengsi. Seseorang akan berperilaku konsumtif apabila seseorang

disekelilingnya maupun lingkungannya juga berperilaku sama.

Tipe-tipe perilaku konsumtif

Menurut Moningka ada 3 tipe perilaku konsumtif22, yaitu:

1. Konsumsi adiktif (addictif consumtion), yaitu mengkonsumsi barang atau

jasa karena ketagihan.

2. Konsumsi kompulsif (compulsive consumtion), yaotu belanja secara terus

menerus tanpa memperhatikan apa yang sebenarnya ingin dibeli.

3. Pembelian impulsif (impulse buying atau impulsive buying) pada impulse

buying, produk dan jasa memiliki daya guna bagi individu. Pembelian produk atau jasa tersebut biasanya dilakukan tanpa perencanaan.

(39)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id Sumartono menyatakan bahwa konsep perilaku konsumtif amatlah

variatif, tetapi pengertian perilaku konsumtif adalah membeli barang atau

jasa tanpa pertimbangan rasional atau bukan atas dasar kebutuhan. Secara

operasional indikator perilaku konsumtif adalah:23

1. Membeli produk karena hadiahnya.

2. Membeli produk karena kemasannya menarik.

3. Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi.

4. Membeli produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat dan

kegunaannya).

5. Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status.

6. Memakai sebuah produk karena unsur konformitas terhadap model yang

mengiklankan produk.

7. Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan

menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi.

8. Mencoba lebih dari 2 produk sejenis (merk berbeda).

b. Definisi Santri

Santri adalah peserta didik yang belajar atau menuntut ilmu di pondok

pesantren.24 Selama menimba ilmu di pesantren, ia juga akan ditanamkan

nilai-nilai yang akan membentuk karakter santri, nilai-nilai itu tercermin

dalam panca jiwa yang dimiliki semua santri yaitu: keikhlasan,

23 Ibid, 24

(40)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah islamiyah dan kebebasan. Dalam

tradisi pesantren dapat ditemukan dua macam status santri, yaitu santri

mukim dan santri kalong.25 Yang dimaksud dengan santri mukim adalah

murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dari arena itu memiliki

kemungkinan yang tinggi untuk menetap didalam kompleks pesantren.

Biasanya santri mukim inilah yang akan tinggal di pesantren dalam waktu

yang lama. Adapun yang dimaksud dengan santri kalong adalah mereka

yang berasal dari sekeliling pesantren. mereka ini memiliki rumah yang

letaknya tidak jauh dari pesantren. mereka mengaji di langgar maupun

mushollah pada malam hari, dan siang harinya mereka pulang kerumah.

Untuk menjadi santri tidak dibatasi oleh umur, setiap orang dapat menjadi

seorang santri, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa bahkan juga orang

yang sudah tua dapat menjadi seorang santri. Asalkan seseorang memang

tekun untuk mengaji dan berguru di pondok pesantren.

Pada dasarnya seorang santri harus memiliki sifat-sifat yang akhlakul

karimah, sifat sifat26 ini meliputi:

1. Memiliki kebijaksanaan menurut ajaran Islam, seorang santri dididik agar

agar mampu memahami makna hidup, keberadaan, peranan, serta

tanggung jawabnya dalam kehidupan di masyarakat.

2. Memiliki kebebasan yang terpimpin, setiap santri memiliki kebebasan,

tetapi kebebasan itu harus dibatasi kareba kebebasan memiliki potensi

anarkisme. Keterbatasan (ketidakbebasan) mengandung kecenderungan

25

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1982), hal 51.

26

(41)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id mematikan kreativitas, karena itu pembatasan harus dibatasi. Inilah yang

dimaksud dengan kebebasan yang terpimpin. Kebebasan yang seperti ini

adalah watak ajaran Islam. Manusia bebas menetapkan aturan hidup

tetapi dalam berbagai hal manusia menerima saja aturan yang datang dari

Tuhan.

3. Berkemampuan mengatur diri sendiri, di pesantren santri mengatur

sendiri kehidupannya menuruti batasan yang diajarkan agama. Ada unsur

kebebasan dan kemandirian disini. Bahkan masing-masing pesantren

juga mengatur dirinya sendiri. masing-masing pesantren memiliki

otonomi. Setiap pesantren mengatur kurikulumnya sendiri, mengatur

kegiatan santrinya, tidak harus sama antara satu pesantren dengan

pesantren lainnya. Pada umumnya masing-masing santri bangga dengan

pesantrennya dan menghargai pesantren lain. Sejauh ini belum pernah

terjadi perkelahian atau saling mengejek antarsantri pondok pesantren

yang berbed, sebagaimana sering terjadi di antara sekolah-sekolah umum

di kota. Kebanggaan santri terhadap pesantrennya masing-masing

umumnya terletak pada kehebatan dan kealiman kiainya, kitab yang

dipelajari, kerukunan dalam bergaul, rasa senasib sepenanggungan,

kedisiplinan, kerapian berorganisasi, dan kesederhanaan.

4. Memiliki rasa kebersamaan yang tinggi, dalam pesantren berlaku prinsip:

dalam hal kewajiban, individu harus menunaikan kewajiban lebih dahulu,

sedangkan dlam hal hak, individu harus mendahulukan kepentingan diri

(42)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id tertib, baik tentang tata tertib belajar maupun kegiatan lainnya.

Kolektivisme itu dipermudah terbentuk oleh kesamaan dan keterbatasan fasilitas kehidupan.

5. Menghormati orang tua dan guru, ini memang jaran Islam. Tujuan ini

dikenal antara lain melaui penegakan berbagai pranata di pesantren

seperti mencium tangan guru, tidak membantah guru. Demikian juga

terhadap orang tua. Nilai ini agaknya sudah banyak terkikis di

sekolah-sekolah umum.

6. Cinta kepada ilmu, menurut Al-Qur’an ilmu (pengetahuan) datang dari

Allah. Banyak hadits yang mengajarkan pentingnya menuntut ilmu dan

menjaganya. Karena itu orang-orang pesantrenn cenderung memandang

ilmu sebagai suatu yang suci dan tinggi.

7. Mandiri, jika mengatur diri sendiri disebut otonomi, maka mandiri yang

dimaksud adalah berdiri atas kekuatan sendiri. sejak awal santri telah

dilatih untuk mandiri. Mereka kebanyakan memasak sendiri, mencucui

pakaian sendiri, membersihkan kamar dan pondoknya sendiri, dan

lain-lain. Metode sorogan yang individual juga memberikan pendidikan

kemandirian. Melalui metode ini santri maju sesuai dengan kecerdasan

dan keuletan sendiri. tidak diberikannya ijazah yang memiliki civil effect

juga menanamkan pandangan pada santri bahwa mereka kelaknya secara

ekonomi harus berusah mandiri, tidak mengharap menjadi pegawai

(43)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id

8. Kesederhanaan, dilihat secara lahiriyah kesederhanaan memang mirip

dengan miskin. Padahal yang dimaksud sederhana di pesantren adalah

sikap hidup , yaitu sikap memandang sesuatu, terutama materi, secara

wajar, proporsional, dan fungsional. Sebenarnya banyak santri yang

berlatar belakang orang kaya, tetapi mereka terlatih hidup sederhana.

Ternyata orang kaya tidak sulit menjalani kehidupan sederhana bila

dilatih seperti cara pesantren itu. Kesederhanaan itu sesungguhnya

merupakan realisasi ajaran islam yang pada umumnya diajarkan oleh

para shifi, hidup cara shufi memang merupakan suatu yang khas

pesantren umumnya.

9. Memiliki iman yang kuat, secara singkat kondisi menyeluruh kehidupan

budaya di pesantren itulah yang berdaya menanamkan keimanan seorang

santri. pengaruh kiai, baik pada peribadatan ritual maupun dalam

perilakunya sehari-hari, penghormatan orang pada sang kiai, tata letak

rumah ibadat, rayuan bacaan sholawat dan pepujian menjelang subuh,

sebagai upacara keagamaan, semua itu mempengaruhi secara mendalam

hati orang, dan bersamaan dengan itu iman masuk.

Iman bertempat di hati, bukan dikepala. Karena itu, penanaman iman

bukan terutama penanaman konsep dikepala sebagaimana dilakukan

oleh kebanyakan guru agama sekarang. Iman ditanamkan langsung ke

dalam hati. Penanaman ini di pesantren dilakukan lewat contoh terutama

dari kehidupan kiyai, pembiasaan, peraturan kedisiplinan, ibadah serta

(44)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id

c. Definisi Pondok Pesantren

Secara umum, pesantren diartikan sebagai tempat tinggal para santri.

Istilah lain menyebutnya bahwa pesantren juga pada dasarnya adalah sebuah

asrama pendidikan islam tradisional, dimana para siswanya tinggal bersama

dan belajar bersama di bawah bimbingan seseorang (lebih) yang lebih

dikenal dengan sebutan “kyai”.27

Pesantren juga bisa didefinisikan sebagai

lembaga pendidikan tradisional islam untuk mempelajari, memahami,

mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran islam dengan

menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku

sehari-hari.

Pondok pesantren menurut M. Arifin berarti suatu lembaga

pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar,

dengan sistem asrama (komplek) di mana santri-santri menerima pendidikan

agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di

bawah kedaulatan dari leadership seseorang atau beberapa orang kyai

denagn ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta independen dalam segala

hal.28 Namun lembaga Re-search Islam (Pesantren Luhur) mendefinisan

pesantren adalah “suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam

menerima pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat berkumpul dan

tempat tinggalnya.29

27 Fa’uti Subhan, Membangun Sekolah unggulan Dalam sistem Pesantren,

(Surabaya: Alpha 2006), hal 7

28

Mujamil Qomar, Pesantren , Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2002), hal 2.

(45)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id Menurut para ahli pesantren baru dapat disebut pesantren bila

memenuhi lima syarat, yaitu: 1. Ada kiyai, 2. Ada pondok, 3. Ada masjid, 4.

Ada santri, 5. Ada ajaran membaca kitab kuning. Dengan demikian bila

orang menulis tentang pondok pesantren maka topik-topik yang harus ditulis

sekurang-kurangnya ialah30:

1. Kiyai pesantren, mencakup ideal kiyai untuk zaman kini dan nanti.

2. Pondok, akan mencakup syarat-syarat fisik dan non-fisik, pembiayaan,

tempat, dan lain-lain.

3. Masjid, cakupannya akan sama dengan pondok yang meliputi syarat

fisik, tempat, dan lain-laing.

4. Santri, meliputi masalah syarakt, sifat, dan tugas santri.

5. Kitab kuning, bila diluaskan akan mencakup kurikulum pesantren dalam

arti yang luas.

Pondok pesantren dibagi menjadi dua macam:

1) PesantrenTradisional

Pesantren tradisional ini masih mempertahankan sistem pengajaran

tradisional, dengan materi pengajaran kitab klasik yang disebut kitab

kuning. Di samping itu model-model pengajarannya juga bersifat non

klasik yaitu dengan metode sorogan dan bandongan. Sorogan, disebut

juga sebagai cara mengajar perindividu yaitu setiap santri mendapat

kesempatan tersendiri untuk memperoleh palajaran langsung dari kyai.

30

(46)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id Sedangkan bandongan dilaksanakan dengan cara kyai mengajarkan kitab

tertentu kepada kelompok santri, atau belajar dengan cara kolektif.31

2) Pesantren Modern

Pesantren modern berusaha memadukan secara penuh sistem klasikal dan

sekolah ke dalam pesantren. pada pola ini pesantren memiliki ciri32:

a) Mulai akrab dengan metodologi ilmiyah modern.

b) Semakin berorientasi pada pendidikan dan fungsional, artinya terbuka

atas perkembangan dirinya.

c) Penggolongan program dan kegiatannya makin terbuka, tidak lagi

absolut tergantung kepada kyai melainkan bisa mendapatkan ilmu

pengetahuan dari luar.

d) Dapat berfungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat.

Pondok pesantren Darul Ulum ialah pondok pesantren modern

yang mana di dalamnya bukan hanya mengajarkan ilmu agama berupa

aqidah-akhlak, Al-Qur’an dan kitab-kitab kuning saja, tetapi di dalamnya

juga diajarkan ilmu-ilmu umum yang diterapkan disekolah-sekolah yang

berada di pondok tersebut. Yang mana di pondok tersebut terdapat

banyak sekali asrama untuk ditinggali para santri. Dan di setiap asrama

tersebut terdapat pengasuh masing-masing atau biasa disebut dengan

Kyai.

31 Fa’uti Subhan, Membangun Sekolah unggulan Dalam sistem Pesantren,

(Surabaya: Alpha 2006), hal 8

32

(47)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id

B.Interaksi Sosial

Proses-proses sosial adalah adalah cara-cara berhubungan yang dapat

dilihat apabila orang perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling

bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut, atau

apa yang akan terjadi appabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan

goyahnya cara-cara hidup yang telah ada.33

Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat

dinamakan proses sosial) karena interaksis sosial merupakan syarat utama

terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain proses sosial hanya merupakan

bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan

hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan

seseorang, antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok

manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila

ada dua orang bertemu, interaksis sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling

menegur, berjabat tangan, saling berbicara, atau mungkin saling berkelahi.

Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial.

Walaupun orang-orang yang bertemu muka tersebut tidak saling berbicara atau

tidak saling menukar taanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, karena

masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebaban perubahan-perubahan

dalam perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan, yang

33

(48)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id disebabkan oleh misalnya bau keringat , minyak wangi, suara berjalan, dan

sebagainya.34

Pengertian tentang interaksi sosial sangat berguna di dalam

memperhatikan dan mempelajari berbagai masalah masyarakat. Interaksi sosial

merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial,

tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.

Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang

dinamis. Bubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara

individu yang satu dengan individu yang lainnya. Antara kelompok yang satu

dengan kelompok yang lainnya. Maupun antara kelompok dan individu. Dalam

interaksi juga terdapat simbol, dimana simbol diartikan sesuatu yang nilai atau

maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya.35

Bertemunya orang-perorangan secara fisik belaka tidak akan

menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup

semacam ini baru akan terjadi apabila orang-perorangan atau

kelompok-kelompok manusia bekerja sama, saling berbicara, dan seterusnya untuk

mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian, dan lain

sebagainya. Maka, dapat dikatakan bahwa interaksi sosial merupakan proses

sosial, yang menunjukkan pasa hubungan-hubungan yang dinamis.36

34

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengentar, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2010) hal 53. 35

Yesmil Anwar, Adang. Sosiologi Untuk Universitas, hal 194 36

(49)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok

terdapat kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama

dari terjadinya hubungan sosial komunikasi merupakan penyampaian suatu

informasi dan pemberian tafsiran reaksi terhadap informasi yang

disampaikan.37

Gillin dan Gillin juga sama mengajukan dua syarat yang harus dipenuhi

agar suatu interaksi sosial itu mungkin terjadi, yaitu: Dua syarat terjadinya

interaksi sosial:38

1. Adanya kontak sosial (social contact), yang dapat berlangsung dalam tiga

bentuk, yaitu antar individu, antar individu dengan kelompok, antar

kelompok. Selain itu, suatu kontak dapat pula bersifat langsung maupun

tidak langsung.

2. Adanya komunikasi, yaitu seorang memberi arti pada perilaku orang lain,

perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang yang

bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin

disampaikan oleh orang tersebut.

Kontak sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk:39

1. Adanya orang perorangan.

2. Ada orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya.

3. Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.

37

Yesmil Anwar, Adang. Sosiologi Untuk Universitas. (Bandung: PT Refika Aditama, 2013) hal 195

38

Ibid, hal 195 39

(50)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id Berlangsungnya suatu proses interaksi sosial didasarkan pada berbagai

faktor: Imitasi; Sugesti; Identifikasi; Proses Simpati. Interaksi individu dengan

lingkungan kelompok, misalnya konformitas. Konformitas adalah seseorang

berperilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan, merupakan bentik

interaksi yang di dalanya kelompok. Konformitas adalah suatu bentuk sikap

penyesuaian diri seseorang dalam masyarakat/kelompok karena dia terdorong

untuk mengikuti kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang sudah ada. konformitas

tidak hanya bertindak atau bertingkah laku seperti yang orang lain lakukan

tetapi juga terpengaruh bagaimana orang lain bertindak. Konformitas, dapat

dibedakan menjadi dua bagian utama yaitu: Compliance. Konformitas yang

benar-benar bertentangan dengan keinginan kita, dilakukan untuk mendapat

hadiah atau menghindari hukuman. Acceptance: ada beberapa hal yang dapat

kita jadikan alasan untuk melakukan konformitas tersebut, tidak sepenuhnya

kita ingkari.40

Syarat interaksi sosial menurut Herbert Blummer adalah pada saat

manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu

tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang dimuliki sesuatu itu berasal dari

interaksi antara seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir adalah makna tidak

bersifat tetap namun dapat diubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi

melalui proses penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu.

Proses tersebut disebut dengan interpretative proses atau proses pemaknaan.41

40

Ibid, hal 195 41

(51)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id Makna merupakan suatu yang terbentuk dalam kesepakatan, suatu

perspektif yang dia kembangkan berkaitan dengan percakapan. Makna

bukanlah suatu yang ada “di sana”, di dalam apa yang kita katakan atau

lakukan atau dalam dunia di sekeliling kita yang kita apresiasi secara benar

atau tidak, tetapi sesuatu yang dibentuk dalam praktik sosial. Maka benarlah

jika pandangan mengenai hubungan antara bicara dan bahasa menciptakan

suatu penekanan pada praktik (yakni melakukan secara praktis) tindakan

sosial.42

Merupakan realisasi bahwa hubungan simbolik yaitu, ikatan yang

menghubungkan suatu simbol dengan apa yang diacunya sehingga

memunculkan maknanya untuk sebagai alasan yang muncul dalam

masyarakat.43

Santri seperti halnya manusia lainnya dalam kehidupannya sehari-hari

tidak akan terlepas dengan manusia lainnya, maka dari itu santri berinteraksi

dan juga berkomunikasi dengan orang lain dan lingkungan disekitarnya. Santri

dapat berkomunikasi langsung dengan maupun tidak langsung dengan orang

lain, dengan atau juga tanpa tujuan. Dari interaksi tersebut itulah yang

dilakukan terhadap orang lain yang akan dapat mempengaruhi perilaku dan

perbuatan santri.

42

David Chaney, Lifestyles: Sebuah Pengantar Komprehensif, (Yogyakarta: Jalasutra, 1996), hal 132.

43

Gambar

Gambar
TABEL 3.3 Temuan data dilapangan .....................................................
Tabel 1.1
Tabel 3.1 Jarak Antar Daerah
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Perilaku personal hygiene remaja sebelum diberikan pendidikan kesehatan

Pengaruh mereka (kiai) sepenuhnya di tentukan oleh kualitas kekarismaan mereka. Lebih dari itu kualitas kekarismaan seorang kiai pada gilirannya diyakini oleh

Temuan diatas agaknya tidak sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Santrock (2003) bahwa manusia juga berada dalam masa perkembangan di tahap 4 (15 – 20

bimbingan dan konseling kepada para santri di asrama yang berhubungan kepada sikap santri dalam menjalani tugas yang telah ditetapkan oleh Pondok Pesantren ketika

Hasyim (23 Agustus 2016) selaku ketua sub bagian pondok pesantren di Kementerian Agama Kabupaten Jombang, terdapat 3 pondok pesantren yang jumlah santrinya

Peran Kiai As‟ad sebagai pemimpin Pondok Pesantren yang sedang menghadapi tuntutan modernisme di dunia pendidikan agar mampu berperan aktif untuk memberikan sumbangsih

Mengenai latar belakang gaya hidup konsumtif pada santri pondok pesantren modern, dapat disimpulkan bahwa keluarga sudah memberikan peran yang penting dalam mengajarkan

Aturan-aturan yang begitu ketat di pondok pesantren ini membuat para santri remaja yang baru mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan pesantren membuat mereka terkadang melakukan