• Tidak ada hasil yang ditemukan

KULTUR SEKOLAH BERBASIS TEKNOLOGI DI SMP NEGERI 2 YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KULTUR SEKOLAH BERBASIS TEKNOLOGI DI SMP NEGERI 2 YOGYAKARTA."

Copied!
211
0
0

Teks penuh

(1)

KULTUR SEKOLAH BERBASIS TEKNOLOGI

DI SMP NEGERI 2 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Hamiida Ayu Febricaria NIM. 10110244006

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

Berbuat baik janganlah ditunda-tunda, agar tidak menimbulkan penyesalan dibelakang

(Penulis)

(6)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan anugerah-Nya, karya ini saya persembahkan untuk :

1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Endro Trilaksono dan Ibu Titi Ayu Arumingtyas.

(7)

KULTUR SEKOLAH BERBASIS TEKNOLOGI DI SMP NEGERI 2 Yogyakarta, (3) Faktor pendukung dan penghambat dalam menciptakan kultur sekolah berbasis teknologi di SMP Negeri 2 Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Subjek penelitian ini adalah kepala sekolah, guru dan siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Instrumen utama adalah peneliti dengan membuat lembar observasi dan pedoman wawancara. Analisis data yang digunakan adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi metode dan sumber.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Ada 5 budaya yang membentuk kultur sekolah di SMP Negeri 2 Yogyakarta, yaitu budaya bersih, disiplin, berprestasi, religius dan sopan santun. (2) kultur sekolah berbasis teknologi membuat proses belajar mengajar menjadi lebih efektif, efisien dan inovatif. Budaya-budaya yang berhasil dikembangkan lebih dulu oleh sekolah dapat mencegah dan meminimalisasi dampak negatif dari penggunaan teknologi dan mendukung pengembangan budaya berteknologi di SMP Negeri 2 Yogyakarta. (3) Faktor pendukung pengembangan kultur sekolah berbasis teknologi di SMP Negeri 2 Yogyakarta yaitu visi misi sekolah, sarana prasarana yang memadai, dan dukungan dari seluruh warga sekolah. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu keterbatasan dana, keterbatasan kemampuan guru dan tidak adanya kebijakan khusus pendukung budaya berteknologi.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT, atas semua anugerah, serta limpahan rahmat, dan karunia-NYA yang begitu besar sepanjang perkuliahan berlangsung sampai dengan penyusunan skripsi ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik, sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan serta kerjasama dari pihak lain. Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankan saya untuk menyampaikan ucapan terima kasih dengan ketulusan hati kepada :

1. Allah Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menunjukkan kebesaran-Nya dan memberikan saya kesempatan dan kesehatan sehingga pembuatan skripsi ini dapat berjalan lancar.

2. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta atas segala kebijaksanaanya yang telah memberikan kemudahan bagi penulis untuk studi di kampus tercinta. 3. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan segala fasilitas dan

sarana sehingga studi saya berjalan dengan lancar.

4. Ibu Dr. Siti Irene Astuti Dwiningrum, M.Si Selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah memberikan bimbingan, kritik, masukan dan kelancaran dalam pembuatan skripsi ini.

5. Bapak Drs. P. Priyoyuwono, M.Pd Selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah memberikan masukan, saran dan kritikan yang sangat berarti dalam pembuatan skripsi ini.

6. Bapak I. Made Suatera, M.Si Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, motivasi, kritik serta arahan dalam masa perkuliahan.

7. Bapak dan Ibu Dosen di Jurusan Filsafat Sosiologi Pendidikan, Program Studi Kebijakan Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan.

8. Teman-teman UKMB Magenta Radio, Komunitas Stand Up UNY, dan Keluarga Garda Depan Dagadu Djokdja angkatan 50 yang telah memberikan bantuan dan motivasi. Semua pengalaman berarti yang kita lalui bersama akan menjadi kenangan indah yang tak pernah terlupakan dalam perjalanan hidupku.

(9)

10. Semua pihak yang telah membantu dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait dan yang peduli dengan pendidikan terutama Kebijakan Pendidikan serta mampu memberikan kontribusi nyata untuk membangun bangsa dan negara. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari kesalahan, maka dengan kerendahan hati sangat diharapkan segala kritik dan saran yang membangun untuk lebih sempurnannya skripsi ini.

Yogyakarta, 20 Oktober 2014

(10)
(11)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Tempat Penelitian ... 45

2. Kultur Sekolah Berbasis Teknologi di SMP Negeri 2 Yogyakarta ... 77

2. Kultur Sekolah Berbasis Teknologi di SMP Negeri 2 Yogyakarta ... 92

3. Faktor Pendukung dan Penghambat ... 98

a. Faktor pendukung ... 98

b. Faktor Penghambat ... 100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 102

B. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106

(12)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Dokumentasi ... 38

Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Observasi ... 38

Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 38

Tabel 4. Jumlah Tenaga Pengajar dan Tenaga Adminisasi ... 47

Tabel 5. Sarana Prasarana yang Mendukung Pengembangan Kultur Sekolah ... 50

Tabel 6. Daftar Bentuk Pelanggaran Siswa ... 60

Tabel 7. Jumlah Pelanggaran Ditinjau dari Dimensi Waktu ... 61

Tabel 8. Daftar Prestasi Siswa Berdasarkan Tingkatan ... 63

Tabel 9. Jadwal Pemandu Mengaji Bulan September 2014 ... 65

Tabel 10. Penggunaan Teknologi ... 78

(13)

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Lapisan-lapisan Kultur Sekolah ... 16 Gambar 2. Kerangka Berpikir ... 34 Gambar 3. Salaman dipagi hari ... 65 Gambar 4. Kultur Sekolah Berbasis Teknologi di SMP Negeri 2

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Catatan Lapangan ... 109

Lampiran 2. Pedoman Wawancara ... 115

Lampiran 3. Transkip Wawancara ... 118

Lampiran 4. Surat-surat Ijin ... 139

Lampiran 5. Jadwal Kegiatan Ekskul ... 143

Lampiran 6. Daftar Pelanggaran Bulan Mei-September 2014 ... 144

Lampiran 7. Daftar Prestasi SMP Negeri 2 Yogyakarta TA 2013/2014 .... 153

Lampiran 8. Jadwal Piket Salaman Pagi Periode Bulan September 2014 .. 154

Lamipran 9. Penggunaan Teknologi ... 156

Lampiran 10. Tata tertib (peraturan) Sekolah ... 161

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Teknologi berkembang dengan cepat, sehingga teknologi menjadi sesuatu yang wajib dimiliki, dikuasai, dan merupakan kebutuhan bagi semua orang. Kemajuan teknologi tidak bisa dihindari, karena kemajuan teknologi akan terus berjalan beriringan dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Perkembangan teknologi sangat diperlukan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi manusia, memberikan banyak kemudahan, dan sebagai cara baru dalam melakukan aktivitas manusia. Salah satu indikator kemajuan suatu negara adalah tingkat penguasaan teknologi.

(16)

perkembangan riset teknologi di berbagai belahan dunia. Dengan hanya berpandukan mesin pencari seperti Google, pengguna di seluruh dunia mempunyai akses internet yang mudah atas bermacam-macam informasi. Dibanding dengan buku dan perpustakaan, internet melambangkan penyebaran (decentralization), pengetahuan (knowledge) informasi dan data secara ekstrim. Internet adalah salah satu bentuk teknologi yang semakin hari semakin menjadi kebutuhan pokok banyak orang. Banyak keuntungan yang didapat dari penggunaan teknologi komunikasi ini. Mulai dari mempermudah komunikasi antara suatu tempat dan tempat yang lain, mempermudah dan memperlancar sistem administrasi pada sebuah lembaga pendidikan, mempermudah transaksi-transaksi bisnis suatu perusahaan atau perorangan, mempermudah kegiatan promosi dan pemasaran suatu produk dengan memasang iklan di internet pada situs-situs tertentu, mempermudah mencari informasi bahkan beasiswa untuk sekolah di dalam ataupun di luar negeri, sampai mempercepat persebaran ilmu pengetahuan.

(17)

maraknya cyber crime yang terus membayangi seperti carding, ulah cracker, manipulasi data dan berbagai cyber crime yang lainnya akan semakin merajalela.

Penetrasi internet yang begitu besar apabila tidak dipergunakan dengan bijak maka akan melahirkan kejahatan didunia maya atau yang diistilahkan dengan cyber crime. Cyber crime juga terjadi di Indonesia, bahkan kejahatan ini sebenarnya sudah ada sejak internet masuk ke Indonesia. Pengguna internet di Indonesia hanya 14,5 juta orang dari total penduduk yang mencapai 220 juta. Meskipun tidak ada 10 persennya, Indonesia pernah menduduki peringkat pertama dalam kejahatan dunia maya. Pada tahun 2008, Indonesia duduk di peringkat ke-12 dalam urutan negara di kawasan Asia Pasifik yang memiliki kegiatan jahat (malicious) berdasarkan negara. Namun pada tahun 2009, peringkatnya melonjak cepat dan langsung duduk di peringkat 9 setelah Australia di peringkat 8 dan Filipina di peringkat 10. Indonesia menjadi lokasi kedua terbesar untuk virus Sality. AE, virus yang menghapus layanan dan aplikasi-aplikasi keamanan, satu peringkat di bawah India. Indonesia juga terdaftar di peringkat 9 untuk lokasi phishing (penipuan untuk mencari informasi peka seperti PIN) yang menyasar jasa-jasa finansial, dan urutan ke 8 untuk negara asal spam (pengiriman surat kepada orang yang tidak dikenal). (Tribun Timur, 2010)

(18)

pasti, interaksi anak dan komputer yang bersifat satu (orang) menghadap satu (mesin) mengakibatkan anak menjadi tidak cerdas secara sosial. Anak-anak selalu mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, bahkan kasus cyber crime banyak dilakukan oleh anak-anak. Kasus hacking pernah dilakukan oleh Wendy Setiawan, hacker Indonesia yang masih berusia 15 tahun pada tahun 2001. Akibat perbuatannya National University of Singapore (NUS) harus mengeluarkan SGD $15.000 (setara dengan 75 juta rupiah jika kurs 1 SGD=Rp. 5000) untuk memperbaiki sistem komputer mereka yang rusak ditambah harus mengerahkan 20 teknisi handal. Wendy akhirnya dijerat dengan cyberlaw Singapura (http://www.its-oke.net/disraker/000000db.htm; Indonesian Observer, 26 Juli 2001). Hal ini membuktikan bahwa teknologi yang berkembang sangat pesat ini tidak diimbangi oleh pengawasan dan pendidikan yang baik mengenai penggunaan teknologi oleh guru di sekolah maupun orangtua di rumah.

(19)

teknologi yang kemudian berpengaruh terhadap pola komunikasi di masyarakat. Pemanfaatan teknologi komunikasi untuk kegiatan pendidikan perlu dalam kegiatan belajar mengajar, karena dengan pendekatan ilmiah, sistematis dan rasional, dimana hal itu juga merupakan tuntutan dari teknologi pendidikan, tujuan pendidikan yang efektif dan efisien akan tercapai. Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan media, simbol, atau tanda untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan pendidikan, komunikasi dimaksudkan untuk menambah pengetahuan, keterampilan, dan sikap komunikan atau sasaran didik dalam konteks tertentu. Sejalan dengan perubahan masyarakat, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan proses komunikasi, pendidikan dituntut agar memanfaatkan media teknologi, jika memang pendidikan diarahkan untuk meningkatkan mutu masyarakat. Oleh karena itu, terbatasnya alat-alat teknologi pendidikan yang dipakai di kelas bisa jadi merupakan salah satu penyebab rendahnya mutu studi mahasiswa atau pelajar atau masyarakat pada umumnya.

(20)

akan membuat murid jenuh, sehingga penggunaan media pembelajaran seperti video, games, gambar, dll yang mendukung pada saat menerangkan sebuah materi mulai diunggulkan. Penggunaan media pembelajaran itu tentu membutuhkan teknologi untuk mempermudah penyampaiannya. Teknologi Informasi dan Komunikasi juga sangat dibutuhkan mengingat komunikasi dalam sebuah pembelajaran itu sangat penting. Guru untuk memberikan sebuah materi kepada muridnya tentu membutuhkan komunikasi. Interaksi antara guru dan siswa pun tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media. Melalui

Teknologi Informasi dan Komunikasi inilah guru dapat menyampaikan setiap materi pelajaran yang dikemas dengan menarik kepada peserta didik.

(21)

guru secara mutlak. Guru mempunyai kemampuan yang terbatas dan dengan teknologi pendidikan inilah keterbatasan itu dapat tertolong. Ketiga, teknologi pendidikan membuat pengertian kegiatan belajar menjadi lebih luas, lebih dari hanya sekedar interaksi guru dan murid di dalam ruang dan waku yang sangat terbatas. Teknologi pendidikan dapat dianggap sebagai sumber belajar, dan biasanya memberikan rangsangan positif dalam proses pendidikan. Keempat, aplikasi teknologi pendidikan dapat membuat peranan guru berkurang, meskipun teknologi pendidikan tidak mampu menggantikan guru secara penuh. Teknologi pendidikan adalah teknologi pendidikan. Guru adalah guru. Meskipun demikian bagi guru dan murid, teknologi pendidikan memberikan sumbangan yang sangat positif. (Sudarwan Danim, 2010: 4-5).

Dengan demikian teknologi sangat penting dalam menunjang pendidikan, bahkan merupakan kewajiban bagi sekolah untuk menyediakan fasilitas teknologi yang dibutuhkan agar anak bisa berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Selain itu teknologi dalam bentuk media pembelajaran sangat membantu untuk mempermudah dan menghidupkan suasana pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Banyaknya masyarakat yang melek teknologi juga akan ikut memaksa perubahan itu. Namun penggunaan teknologi oleh anak-anak masih sangat membutuhkan pengawasan oleh guru dan orangtua.

(22)

diatur oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 78 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Sekolah RSBI harus memiliki kelebihan dibandingkan dengan sekolah standar nasional (SSN). Artinya, kelebihan sekolah RSBI tidak hanya SNP (Standar Nasional Pendidikan), tetapi harus menjadi SNP plus. Sekolah berstandar internasional dituntut untuk dapat melakukan proses pembelajaran yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi, aktif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan kontekstual. Selain itu setiap ruang kelas SBI harus pula dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK. Itu artinya SMP Negeri 2 Yogyakarta merupakan sekolah yang menuju berbasis Teknologi, dan memang disana teknologi yang ada di kelas sudah memadai. Walaupun teknologinya sudah bisa dikatakan sesuai dengan standar internasional, bukan berarti budaya di sekolah tersebut sudah berbasis teknologi. Karena banyak sekolah yang memiliki teknologi lengkap disetiap kelas, hanya sekedar formalitas untuk memenuhi persyaratan sebagai sekolah yang berkualitas. Padahal penggunaan teknologi dengan baik dan bijak dapat membuat kultur yang ada di sekolah terasa nyaman dan modern.

(23)

melihat bagaimana sekolah tersebut menggunakan dan memanfaatkan teknologi yang ada baik di dalam maupun di luar kelas, hingga menjadi budaya, dan sejauh mana penggunaan teknologi untuk proses pembelajaran itu membudaya.

B. Identifkasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat identifikasi masalah : 1. Teknologi menyebabkan kesenjangan sosial semakin parah.

2. Teknologi dapat mengganggu perilaku sosial anak.

3. Banyak guru dan orangtua yang tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi yang cepat, sehingga tidak dapat mengajarkan anak bagaimana menggunakan teknologi dengan bijak.

4. Masih banyak kasus penyalahgunaan teknologi internet (cyber crime) oleh anak-anak, yang menunjukkan bahwa pengawasan guru dan orangtua masih minim.

5. Banyak guru yang masih menggunakan metode ceramah yang monoton dalam proses pembelajaran, sehingga siswa cepat jenuh.

6. Kebiasaan-kebiasaan guru dan siswa di sekolah akan menciptakan kultur yang akan memperlihatkan mutu sekolah.

7. Pengadaan teknologi lengkap dan canggih di sekolah hanya sebagai formalitas untuk memenuhi syarat sebagai sekolah yang berkualitas.

C. Pembatasan Masalah

(24)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang sudah diidentifikasi dan dibatasi maka permasalahan yang hendak diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana kultur sekolah di SMP Negeri 2 Yogyakarta?

2. Bagaimana kultur sekolah berbasis teknologi di SMP Negeri 2 Yogyakarta?

3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam menciptakan kultur sekolah berbasis teknologi di SMP Negeri 2 Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban atas permasalahan yang telah dirumuskan tersebut, oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kultur sekolah yang ada di SMP Negeri 2 Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui kultur sekolah berbasis teknologi yang ada di SMP

Negeri 2 Yogyakarta

(25)

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain : 1. Bagi sekolah

a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan budaya yang ada disekolah, terutama budaya berbasis teknologi. 2. Bagi guru

a. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk terus mengembangkan metode belajar yang baik agar bisa menjadi budaya.

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Kultur Sekolah

Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Menurut antropolog Clifford Geertz, kultur dapat didefinisikan sebagai pola pemahaman terhadap fenomena sosial yang terekspresikan secara eksplisit maupun implisit. Berdasarkan pengertian tersebut, kultur sekolah dapat dideskripsikan sebagai pola nilai-nilai, norma-norma, sikap, ritual, mitos, dan kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah. Kultur sekolah tersebut sekarang ini dijalankan bersama baik oleh kepala sekolah, guru, staf administrasi maupun siswa, sebagai dasar mereka dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul di sekolah (Stolp and Smith, 1995)

Sedangkan Zamroni (2000: 149) mendefinisikan kultur sekolah sebagai:

(27)

maupun siswa, sebagai dasar mereka dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul di sekolah.

Kultur sekolah (budaya sekolah) merupakan suatu pola kehidupan di sekolah yang didalamnya terdapat norma, nilai, kepercayaan, upacara, ritual, tradisi, dan cerita-cerita. Dalam kultur sekolah yang menjalankan semua kegiatan di sekolah adalah semua warga sekolah (Stolp dan Smith, 1995: 13)

Berdasarkan penelitian empiris, kultur yang sehat memiliki korelasi tinggi dengan :

a. Prestasi dan motivasi siswa untuk berprestasi. b. Sikap dan motivasi kinerja guru.

c. Produktivitas dan kepuasan kerja guru.

Namun demikian, analisis kultur sekolah harus dilihat sebagai bagian suatu kesatuan sekolah yang utuh. Artinya, sesuatu yang ada pada suatu kultur sekolah hanya dapat dilihat dan dijelaskan dalam kaitannya dengan aspek yang lain, seperti :

a. Rangsangan yang tinggi terhadap prestasi b. Penghargaan yang tinggi terhadap prestasi c. Komunitas sekolah yang tertib

(28)

h. Hubungan akrab diantara guru (Mardapi, 2004, ibid)

Setiap sekolah memiliki kultur sekolah yang berbeda dan mempunyai pengalaman yang tidak sama dalam membangun kultur sekolah. Perbedaan pengalaman inilah yang menggambarkan adanya ”keunikan” dalam dinamika budaya sekolah. Peran kultur sekolah srategis bagi pengembangan mutu sekolah. Untuk meningkatkan prestasi akademik, sekolah berupaya membangun kultur sekolah yang secara positif memberikan pengaruh bagi peningkatan prestasi siswa. Kultur sekolah akan berdampak kuat pada prestasi siswa namun memang bukanlah dampak yang bersifat langsung, melainkan lewat berbagai hal seperti semangat belajar dan semangat berprestasi. Dwiningrum (2011: 180) mengatakan, proses yang paling sulit dalam membangun kultur sekolah adalah dalam menerapkan disiplin di sekolah.

2. Komponen Kultur Sekolah

Kebudayaan disusun atas beberapa komponen yaitu komponen yang bersifat kognitif, normatif, dan material. Menurut J.J Honigman kebudayaan mempunyai tiga wujud, yaitu :

a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan dan sebagainya (ideas). b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan

berpola manusia dalam masyarakat (activities).

(29)

Sementara Stolp dan Smith (1995: 35-40) mengungkapkan bahwa kultur yang dikembangkan di sekolah diidentifikasi menjadi tiga lapisan. Lapisan pertama sebagian dapat diamati dan sebagian tidak dapat diamati seperti: kebiasaan dan rutinitas yang ditunjukkan dalam kehidupan di sekolah, cerita-cerita, upacara, ritual, benda dan simbol, bangunan, logo, slogan, bendera, dan gambar-gambar yang dipasang di sekolah. Hal-hal yang berada dibalik yang tampak itu tidak kelihatan, tidak dapat dimaknai secara jelas dengan segera seperti visi, misi, nilai-nilai dan norma-norma yang terkandung didalamnya berupa keadilan, toleransi, dan sebagainya. Keberadaan kultur ini cepat dapat dirasakan ketika orang mengadakan kontak langsung dengan suatu sekolah. Lapisan ini disebut dengan artifak.

Lapisan kedua berupa nilai-nilai dan keyakinan bersama yang dianut oleh warga sekolah. Ini menjadi ciri utama suatu sekolah. Sebagian berupa norma-norma perilaku yang diinginkan sekolah seperti ungkapan rajin pangkal pandai, kebersihan sebagian dari iman, dan lain-lain.

(30)

Gambar 1. Lapisan-lapisan Kultur Sekolah

Melihat ketiga lapisan tersebut, maka kultur sekolah menjadi penting bagi warga sekolah untuk memahami, menjaga, dan menerapkan nilai-nilai yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Kultur sekolah merupakan aset yang bersifat abstrak, bersifat unik, dan senantiasa berproses dengan dinamika yang tidak sama antara satu sekolah dengan sekolah yang lain. Dalam kaitannya dengan kebutuhan pengembangan kultur sekolah, yang perlu dipahami adalah bahwa kultur hanya dapat dikenali melalui pencerminannya pada berbagai hal yang dapat diamati yang disebut dengan artifak. Artifak ini dapat berupa :

a. Perilaku verbal : ungkapan lisan/tulis dalam bentuk kalimat dan kata-kata

b. Perilaku non-verbal : ungkapan dalam tindakan

c. Benda hasil budaya : arsitek, interior dan eksterior, lambang, tata ruang, mebelair, dan sebagainya.

Asumsi

(31)

Dibalik artifak itulah sembunyi kultur yang dapat berupa : a. Nilai-nilai : mutu, disiplin, toleransi, dan sebagainya.

b. Keyakinan : tidak kalah dengan sekolah lain bila mau kerja keras. c. Asumsi : semua anak dapat menguasai bahan pelajaran, hanya waku

yang diperlukan berbeda.

Setiap sekolah tentu memiliki kultur yang berbeda-beda, karena kultur yang ada tergantung pada manusia yang terdapat didalamnya dan lingkungan disekitarnya. Budaya belajar bisa dibentuk oleh lingkungan, SDM, SDA, juga teknologi yang digunakan dalam proses pembelajaran. Budaya bisa mempengaruhi sistem pembelajaran yang ada di sekolah. Tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dapat mempengaruhi budaya yang ada di sekolah. Keduanya saling mempengaruhi. Oleh karena itu budaya belajar disetiap sekolah akan berbeda sesuai dengan lingkungan, orang-orang yang ada didalamnya dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Teknologi

(32)

teknologi dalam masyarakat sebagai hal impersonal dan memiliki otonomi mengubah setiap bidang kehidupan manusia menjadi lingkup teknis.

Adapun manfaat teknologi informasi dan komunikasi dibidang pendidikan antara lain adalah : (Darmawan, 2012: 7)

a. Akses ke perpustakaan b. Akses ke pakar

c. Perkuliahan secara online

d. Menyediakan layanan informasi akademik suatu institusi pendidikan e. Menyediakan fasilitas mesin pencari data

f. Menyediakan fasilitas diskusi

g. Menyediakan fasilitas direktoriat alumni dan sekolah h. Menyediakan fasilitas kerja sama.

Penggunaan teknologi menyebabkan berbagai dampak terhadap manusia. Dampak negatif teknologi terhadap manusia antara lain sebagai berikut (Jacob dalam Dwiningrum, 2012: 161-163) :

1. Pergeseran atau penggantian manusia (displacement, subtition). 2. Kebebasan terkekang.

3. Kepribadian terhimpit. 4. Objektivisasi manusia. 5. Mentalitas teknologi.

(33)

Menurut Prasojo dan Riyanto (2011: 5), teknologi informasi pendidikan adalah ilmu pengetahuan dalam bidang informasi berbasis komputer yang digunakan dalam peningkatan kualitas pendidikan. Dalam bidang pendidikan, pemanfaatan teknologi informasi difokuskan pada peningkatan kualitas pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

4. Teknologi Media Pembelajaran

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses pembelajaran. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak menutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Oleh karena itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran, yang meliputi (Hamalik, 1994) :

a. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar;

b. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan; c. Seluk-beluk proses belajar;

d. Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan; e. Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran; f. Pemilihan dan penggunaan media pendidikan;

(34)

h. Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran;

i. Usaha inovasi dalam media pendidikan. (Azhar Arsyad, 2006: 2) Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang nantinya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Ada beberapa alasan mengapa media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa. Alasan pertama, antara lain :

a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;

b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik;

c. Metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi vebal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi jika guru mengajar untuk setiap jam pelajaran;

d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

(35)

perkembangan dimulai dari berpikir kongkret menuju ke berpikir kompleks. Penggunaan media pembelajaran erat kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut karena melalui media pembelajaran hal-hal yang abstrak dapat dikongkretkan, dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan. (Sudjana & Rivai, 2005: 2-3)

Manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran didalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut :

1. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

3. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu :

a. Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di ruang kelas dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film, radio, ata moel;

(36)

c. Kejadian langka yang terjadi di masa lampau atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto, slide disamping secara verbal;

d. Objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat ditampilkan secara kongkret melalui film, gambar, slide, atau simulasi komputer;

e. Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan dengan media seperti komputer, film, dan video; f. Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau

proses yang dalam kenyataan memakan waktu lama seperti proses kepompong menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan teknik-teknik rekaman seperti time-lapse untuk film, video, slide, atau simulasi komputer.

4. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karyawisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang. (Azhar Arsyad, 2006: 26-27)

5. Jenis Teknologi Media Pembelajaran

(37)

pembelajaran dapat dikelompokkan kedalam empat kelompok (Seels & Richey dalam Arsyad, 2006: 29-33), yaitu :

a. Media hasil teknologi cetak

Teknologi cetak adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi, seperti buku dan materi visual statis terutama melalui proses pencetakan mekanis atau fotografis. Kelompok media hasil teknologi meliputi teks, grafik, foto atau representasi fotografik dan reproduksi. Materi cetak dan visual merupakan dasar pengembangan dan penggunaan kebanyakan materi pembelajaran lainnya. Teknologi ini menghasilkan materi dalam bentuk salinan tercetak. Dua komponen pokok teknologi ini adalah materi teks verbal dan materi visual yang dikembangkan berdasarkan teori yang berkaitan dengan persepsi visual, membaca, memproses informasi, dan teori belajar. Teknologi cetak memiliki ciri-ciri berikut :

1) Teks dibaca secara linear, sedangkan visual diamati berdasarkan ruang;

2) Baik teks maupun visual menampilkan komunikasi satu arah dan reseptif;

3) Teks dan visual ditampilkan statis (diam);

4) Pengembangannya sangat tergantung pada prinsip-prinsip kebahasan dan persepsi visual;

(38)

b. Media hasil teknologi audio-visual

Teknologi audio-visual adalah cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan–pesan audio dan visual. Pengajaran melalui audio dan visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor film, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar. Jadi, pengajaran melalui audio-visual adalah produksi dan penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol yang serupa. Ciri-ciri utama teknologi media audio-visual adalah sebagai berikut :

1) Biasanya bersifat linear;

2) Biasanya menyajikan visual yang dinamis;

3) Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang / pembuatnya;

4) Merupakan representasi fisik dari gagasan real atau gagasan abstrak;

5) Dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan kognitif;

(39)

c. Hasil media teknologi yang berbasis komputer

Teknologi berbasis komputer merupakan cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang berbasis mikro-prosesor. Perbedaan antara media yang dihasilkan oleh teknologi berbasis komputer dengan yang dihasilkan dari dua teknologi lainnya adalah karena informasi/materi disimpan dalam bentuk digital, bukan dalam bentuk cetakan atau visual. Pada dasarnya teknologi berbasis komputer menggunakan layar kaca untuk menyajikan informasi kepada siswa. Berbagai jenis aplikasi teknologi berbasis komputer dalam pembelajaran umumnya dikenal sebagai computer-assisted instruction (pembelajaran dengan bantuan komputer). Aplikasi tersebut apabila dilihat dari cara penyajian dan tujuan yang ingin dicapai meliputi tutorial practice (latihan unuk membantu siswa menguasai materi yang telah dikuasai sebelumnya), permainan dan simulasi (latihan mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang baru dipelajari), dan basis data (sumber yang dapat membantu siswa menambah informasi dan pengetahuannya sesuai dengan keinginan masing-masing). Beberapa ciri media yang dihasilkan teknologi berbasis komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunak) adalah sebagi berikut :

1) Dapat digunakan secara acak, non-sekuensial, atau secara linear; 2) Dapat digunakan berdasarkan keinginan siswa atau berdasarkan

(40)

3) Biasanya gagasan-gagasan disajikan dalam gaya abstrak dengan kata, simbol, dan grafik;

4) Prinsip-prinsip ilmu kognitif untuk mengembangkan media ini; 5) Pembelajaran dapat berorientasi siswa dan melibatkan interaktivitas

siswa yang tinggi.

d. Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer

Teknologi gabungan adalah cara untuk menghasilkan dan menyampaikan materi yang menggabungkan pemakaian beberapa bentuk media yang dikendalikan oleh komputer. Perpaduan beberapa jenis teknologi ini dianggap teknik yang paling cangih apabila dikendalikan oleh komputer yang memiliki kemampuan hebat seperti jumlah random access memory yang besar, hard disk yang besar, dan monitor yang bersolusi tinggi ditambah dengan periperal (alat-alat tambahan seperti videodisc player, perangkat keras untuk bergabung dalam satu jaringan, dan sistem audio. Beberapa ciri utama teknologi berbasis komputer adalah sebagai berikut :

1) Dapat digunakan secara acak, sekuensial, dan linear;

2) Dapat digunakan sesuai dengan cara yang direncanakan dan diinginkan oleh perancangnya;

(41)

4) Prinsip ilmu kognitif dan konstruktivisme diterapkan dalam pengembangan dan penggunaan pelajaran;

5) Pembelajaran ditata dan terpusat pada lingkup kognitif sehingga pengetahuan dikuasai jika pelajaran itu digunakan;

6) Bahan-bahan pelajaran melibatkan banyak interaktivitas siswa; 7) Bahan-bahan pelajaran memadukan kata dan visual dari berbagai

sumber. B. Penelitian yang Relevan

(42)

ditemui warga sekolah yang kurang mematuhi peraturan sekolah diantaranya adalah guru dan peserta didik termasuk ABK. Masih ada perilaku perilaku peserta didik yang kurang baik terhadap ABK seperti mengganggu dan bahkan ada yang pernah berkelahi antara peserta didik yang tidak mengalami hambatan dan ABK. Adapun faktor pendukung peran kultur sekolah dalam pelaksanaan kebijakan inklusi adalah : visi misi sekolah, memberikan keterampilan kepada semua peserta didik termasuk ABK, adanya dukungan warga sekolah dan masyarakat sekitar, serta semangat berjuang untuk meningkatkan mutu sekolah. Faktor penghambat adalah motivasi belajar ABK rendah, penerapan budaya positif masih sulit, peran orangtua dalam pendidikan anak masih kurang, masih ada perilaku kurang baik terhadap ABK, dan metode serta motivasi guru masih rendah dalam mendidik peserta didik termasuk ABK.

(43)

konseling, ruang TU, ruang pertemuan, perpustakaan, mushola, UKS, koperasi, dan pintu gerbang Nampak terawat bersih. Sarana dan prasarana yang tersedia sudah cukup lengkap dan memadai. Untuk kultur terkait nilai dan keyakinan seperti kultur kebersihan, kultur kedisiplinan, gemar membaca, berprestasi, dan religi sudah cenderung ke arah kultur positif, hanya kultur berperilaku belum optimal. Sedangkan kebijakan sekolah dalam pengembangan kultur sekolah di SMP Negeri 2 Yogyakarta difokuskan pada budaya kebersihan, budaya kedisiplinan, budaya berperilaku, budaya berprestasi, dan budaya religi. Kebijakan sekolah yang mendesak untuk dikembangkan terkait budaya berperilaku di sekolah.

3. Tesis “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pengembangan Kultur Sekolah di Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Kubangkondang Kabupaten Pandeglang provinsi Banten” oleh Masfiah Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta, tahun 2007. Penelitian Masfiah dan penelitian saya sama-sama membahas tentang kultur sekolah, namun perbedaannya saya meneliti kultur sekolah berbasis teknologi sedangkan Masfiah meneliti kultur sekolah sebagai pengembangan dari peran kepemimpinan kepala sekolah. Adapun hasil dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

(44)

terlaksana dalam hal bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang berkaitan dengan perencanaan, pengembangan kebijakan sekolah, manajemen pengembangan sumber daya manusia yang ada di sekolah seperti: mengevaluasi kemampuan staf, menyusun dan melaksanakan program pengembangan staf melalui training dan workshop juga bertanggung jawab terhadap manajemen keuangan sekolah, dan manajemen hubungan sekolah dengan pihak-pihak di luar sekolah yang berkompeten.

(45)

mengorganisir mereka dalam mengimplementasikan wewenang dan tanggung jawab masing-masing.

3. Faktor penghambat pelaksanaan kultur sekolah di MTs Muhammadiyah Kubangkondang meliputi: keterbatasan kemampuan guru, pemanfaatan waktu luang, dan pembelajaran. Ketiga hal ini terlihat pada sejumlah guru di MTs Muhammadiyah Kubangkondang. Sejumlah guru masih memiliki keterbatasan misalnya keterbatasan keahlian, intelektual, dan penyampaian materi pembelajaran di kelas. Mengakibatkan siswa menjadi pasif, tidak kreatif, dan tidak terbiasa untuk memecahkan suatu permasalahan. Siswa menjadi sangat tergantung dengan hal-hal yang disampaikan guru di kelas.

C. Kerangka Berpikir

(46)

lain adalah bentuk komunikasi berubah yang asalnya berupa face to face menjadi tidak. Selain itu, dengan pesatnya teknologi informasi baik di internet maupun media lainnya membuat peluang masuknya hal-hal yang berbau pornografi, pornoaksi, maupun kekerasan semakin mudah dan maraknya cyber crime yang terus membayangi seperti carding, ulah cracker, manipulasi data dan berbagai cyber crime yang lainnya akan semakin merajalela. Namun teknologi yang berkembang sangat pesat ini tidak diimbangi oleh pengawasan dan pendidikan yang baik mengenai penggunaan teknologi oleh guru di sekolah maupun orangtua di rumah.

Kultur sekolah merupakan suatu pola kehidupan yang digambarkan oleh warga sekolah dalam kegiatan sehari-hari yang didalamnya berupa seperangkat nilai-nilai, keyakinan, norma, upacara, tradisi yang sudah ada sejak sekolah itu didirikan. Dalam konteks sekolah, kultur dapat mempengaruhi sistem pembelajaran yang ada di sekolah. Tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dapat mempengaruhi kultur yang ada di sekolah. Keduanya saling mempengaruhi. Oleh karena itu kultur yang ada disetiap sekolah akan berbeda sesuai dengan lingkungan, orang-orang yang ada didalamnya dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(47)
(48)

Gambar 2. Kerangka Berpikir D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana kultur sekolah di SMP Negeri 2 Yogyakarta?

2. Bagaimana sistem gagasan (ide) di SMP Negeri 2 Yogyakarta untuk membangun kultur sekolah berbasis teknologi?

Kultur Sekolah

Sistem gagasan (ide) Sistem sosial (aktivitas) Produk (artifak)

Budaya Bersih

Budaya Berprestasi

Budaya Disiplin

Kultur Sekolah Berbasis Teknologi

Perkembangan Teknologi

Pendorong Budaya Penghambat

Religius

(49)

3. Bagaimana sistem sosial (aktivitas) di SMP Negeri 2 Yogyakarta untuk membangun kultur sekolah berbasis teknologi?

4. Bagaimana produk (artifak) di SMP Negeri 2 Yogyakarta untuk membangun kultur sekolah berbasis teknologi?

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Dimana menurut Denzin dan Lincoln (2009), kata kualitatif menyiratkan penekanan pada proses dan makna yang tidak dikaji secara ketat atau belum diukur dari sisi kuantitas, jumlah, intensitas, atau frekuensinya. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif dengan maksud unuk menggali kultur sekolah yang berbasis teknologi di SMP Negeri 2 Yogyakarta. Dari hasil penelitian diperoleh gambaran kultur sekolah berbasis teknologi yang ada baik yang berkaitan dengan artifak yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung (nyata).

B. Setting dan Waktu Penelitian

(51)

C. Subyek Penelitian

Subyek pada penelitian ini adalah benda, lingkungan, dan civitas akademika sekolah, yaitu kepala sekolah, guru, dan siswa. Subyek benda dan lingkungan sekolah untuk melihat artifak yang dapat diamati yang termasuk bagian dari kultur sekolah. Sedangkan kepala sekolah, guru, dan siswa sebagai informan untuk memperoleh data dari hal-hal yang berkaitan dengan kultur sekolah yang tidak dapat diamati secara langsung, seperti nilai, sikap, kebiasaan-kebiasaan yang berkembang di sekolah.

D. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto, instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Kualitas instrumen akan menentukan kualitas data yang terkumpul. (Zuriah, 2006:168)

Sedangkan menurut Suyanto, instrumen penelitian adalah perangkat untuk menggali data primer dari responden sebagai sumber data. Instrumen penelitian umumnya berbentuk kuesioner dan pedoman pertanyaan (interview guide). Semua jenis instrumen penelitian ini berisi rangkaian pertanyaan mengenai suatu hal atau permasalahan yang menjadi tema pokok penelitian. (2006:58)

(52)

Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Dokumentasi

Aspek yang dikaji Komponen Indikator

Kultur sekolah berbasis teknologi

Kultur sekolah a) Profil SMP Negeri 2 Yogyakarta; b) Visi misi sekolah;

c) Data guru, karyawan, dan siswa; d) Keadaan fasilitas, sarana dan

prasarana sekolah e) Prestasi sekolah;

f) Tata tertib (peraturan) sekolah; g) Kegiatan sehari-hari di sekolah. Teknologi a) Dokumentasi kegiatan belajar

mengajar di kelas.

Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Observasi

Aspek yang dikaji Komponen Indikator

Kultur sekolah berbasis teknologi

Kultur sekolah a) Sistem sosial (aktivitas) di sekolah; b) Produk (artifak) sekolah.

Teknologi a) Pemanfaatan sarana prasarana berbentuk teknologi.

Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Wawancara

Aspek yang dikaji Komponen Indikator

Kultur sekolah berbasis teknologi

Kultur sekolah a) Pelaksanaan visi misi sekolah; b) Nilai-nilai dan kebiasaan yang

ditanamkan;

c) Kebijakan sekolah dalam

(53)

f) Kendala dalam pengembangan kultur berbasis teknlogi.

Teknologi a) Kebijakan sekolah terkait KBM berbasis teknologi;

b) Pemanfaatan sarana prasarana berbentuk teknologi;

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Umumnya cara mengumpulkan data dapat menggunakan teknik: wawancara (interview), angket (questionnaire), pengamatan (observation), studi dokumentasi, dan Focus Group Discussion (FGD). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi

(54)

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan yang diwawancarai tetapi juga dapat diberikan daftar pertanyaan dahulu untuk dijawab pada kesempatan lain. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang kultur sekolah yang berkembang dan yang ditanamkan disekolah, dan seperti apa kultur sekolah berbasis teknologi di SMP Negeri 2 Yogyakarta.

3. Dokumentasi

(55)

jadwal ekstrakurikuler, tata tertib yang sekolah, jadwal pemandu mengaji, jadwal piket salaman pagi, dan foto-foto berbagai kegiatan sekolah.

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sebelum di lapangan, selama di lapangan dan sesudah di lapangan. Analisis sebelum di lapangan dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan/pengamatan awal. Analisis selama di lapangan menggunakan Model Miles and Huberman meliputi :

1. Pengumpulan Data

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data dari berbagai teknik yaitu wawancara, dokumentasi, dan pengamatan yang dilakukan di lapangan untuk mendapatkan data yang sesuai dengan topik penelitian (Sugiyono, 2010: 338). Data yang dikumpulkan berupa data mengenai sistem ide/gagasan, sistem sosial, dan produk terkait kultur sekolah berbasis teknologi di SMP Negeri 2 Yogyakarta.

2. Reduksi Data

(56)

3. Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian ini yaitu telah direduksi kemudian disajikan dalam bentuk data yang bersifat naratif (narasi) (Sugiyono, 2010: 341). Hal ini dilakukan peneliti unuk mengembangkan data hasil penelitian berupa uraian yang menceritakan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kultur sekolah berbasis teknologi.

4. Verifikasi (mengambil kesimpulan)

Langkah terakhir yang digunakan yaitu menarik kesimpulan dari data-data yang terkumpul berupa hasil yang diperoleh dari penelitian. Langkah-langkahnya adalah pada tahap awal penelitian, peneliti mengumpulkan data dengan metode observasi, dokumentasi, dan wawancara. Data yang telah terkumpul pada tahap kedua direduksi dengan memilih dan mengklasifikasi data yang berkaitan dengan topik penelitian yaitu mengenai kultur sekolah berbasis teknologi. Pada tahap ketiga setelah data direduksi dengan cara memilih dan mengklasifikasi data kemudian agar hasil penelitian ini dapat dipahami maka peneliti melakukan penyajian data berupa narasi mengenai peranan kultur sekolah dilihat dari segi sistem gagasan, sistem sosial, dan produk. Pada tahap terakhir untuk memperjelas hasil dari penelitian maka dilakukan penarikan kesimpulan dari gambaran penelitian guna menjawab rumusan masalah. G. Uji Keabsahan Data

(57)

adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan mengecek atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemeriksaan melalui sumber dengan pertimbangan untuk memperoleh informasi yang akurat dari informan, dengan melakukan crosscheck antar informan yang satu dengan yang lain. Data dianggap valid jika data tidak hanya berasal dari satu sumber informan saja. Peneliti melakukan crosscheck terhadap kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa. Prinsip crosscheck pada data yang diperoleh dari informan diharapkan dapat menjamin keabsahan data hasil penelitian. Selain itu juga dilakukan dengan cara dokumentasi untuk mengecek data dari hasil observasi yang dilakukan. Triangulasi yang digunakan berupa; (Sugiyono, 2010: 372)

1. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data yang diperoleh agar mendapatkan informasi yang sesuai dan akurat maka dilakukan perbandingan dan ricek cross cek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Dalam hal ini dengan melakukan perbandingan melalui data hasil pengamatan dan data hasil wawancara. Agar mendapatkan data yang akurat, data hasil wawancara dilakukan cross cek dengan sumber penelitian (informan penelitian) yang berbeda yakni pada tahap awal wawancara dengan kepala sekolah, kemudian di cross cek kepada guru, dan siswa.

(58)
(59)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dengan membahas hal-hal pokok dari masalah penelitian dimulai dengan memaparkan deskripsi mengenai tempat penelitian, visi dan misi sekolah, keadaan guru dan siswa, dan keadaan sarana prasarana untuk memperoleh gambaran umum SMP Negeri 2 Yogyakarta. Kemudian dilanjutkan dengan membahas kultur sekolah yang ada di SMP Negeri 2 Yogyakarta, kultur sekolah berbasis teknologi di SMP Negeri 2 Yogyakarta dan faktor pendukung serta faktor penghambat dalam menciptakan kultur sekolah berbasis teknologi di SMP Negeri 2 Yogyakarta.

A. Deskripsi Tempat Penelitian

1. Gambaran SMP Negeri 2 Yogyakarta

Sekolah ini berada di kawasan pusat kota (nol kilometer) , berjarak 100m sebelah timur perempatan jalan Malioboro, tepatnya di Jl. Panembahan Senopati No. 28-30 Yogyakarta, kelurahan Prawirodirjan, kecamatan Gondomanan. Sejajar dengan Kantor Pos besar, gedung Bank Indonesia, Kantor Pajak dan Gereja disebelah kirinya dan berbatasan dengan SD Marsudirini disebelah kanannya. Posisinya tepat diseberang jalan Gedung Taman Pintar, dan gedung sekolah menghadap halaman parkir bus wisata. SMP Negeri 2 Yogyakarta menempati gedung kuno yang sebagian besar merupakan cagar budaya.

(60)

karena letak ruang kelas yang berada di belakang sehingga jauh dari lokasi parkir bus tersebut. Letak SMP Negeri 2 Yogyakarta mudah dijangkau angkutan kota, di seberang SMP ini terdapat halte bus yang biasa digunakan sebagai alat transportasi siswa. Lokasi di tengah kota membuat sekolah banyak diminati orang tua siswa selain karena SMP Negeri 2 Yogyakarta masih menempati peringkat 3 sekolah SMP di Kota Yogyakarta sampai tahun ini. SMP ini juga merupakan sekolah yang terakreditasi A.

2. Visi dan Misi Sekolah

Setiap sekolah pasti mempunyai visi dan misi yang digunakan sebagai pedoman dalam mewujudkan tujuan dan harapan sekolah masing-masing. Visi dari SMP Negeri 2 Yogyakarta yaitu beriman, bertakwa, berakhlak mulia, disiplin, kreatif, berprestasi, berbudaya, nasional, dan berwawasan internasional. Sedangkan misi SMP Negeri 2 Yogyakarta (arsip SMP Negeri 2 Yogyakarta) adalah sebagai berikut :

1. Membentuk watak siswa yang beriman, bertakwa, bermoral, serta hormat pada orang tua dan guru;

2. Menyelenggarakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan;

3. Mengembangkan potensi siswa sesuai minat, bakat, dan talenta; 4. Melatih belajar mandiri dari berbagai sumber belajar termasuk

(61)

5. Menanamkan sikap disiplin, sadar akan kebersihan dan lingkungan hidup; dan

6. Menyelenggarakan pembelajaran menuju kearah berwawasan internasional.

Visi misi sekolah ini tidak hanya dibuat oleh kepala sekolah atau komite sekolah saja, namun dibuat bersama oleh semua stakeholder sekolah kecuali siswa. Setiap tahun visi misi sekolah ditinjau dan jika diperlukan akan diubah, agar relevan dengan perkembangan jaman.

3. Gambaran Tenaga Pendidik dan Peserta Didik

a. Keadaan Tenaga Pendidik

Tahun ajaran 2014/2015 jumlah guru yang mengajar di SMP Negeri 2 Yogyakarta sebanyak 41 orang termasuk kepala sekolah dan karyawan. Di sekolah ini jumlah guru yang berstatus PNS sebanyak 38 orang dan yang non PNS sebanyak 3 orang. Keadaan tenaga pendidik di SMP Negeri 2 Yogyakarta dapat dijelaskan dalam tabel jumlah tenaga pengajar dan tenaga administrasi berikut :

Tabel 4. Jumlah Tenaga Pengajar Dan Tenaga Administrasi

NO NAMA MAPEL STATUS

PEG JABATAN

1 Drs. Emed Heryana Matematika PNS Kepala Sekolah

2 Dra. Siti Asfiyati Pend. Agama Islam PNS

3 Sudaryatun Trihardini, S.Pd. Bimbingan

Konseling PNS

4 Eka Wahyu Supraptiningsih, S.Pd. Matematika PNS

5 Endang Sudiastuti Purnamaningsih, S.Pd. Bhs. Indonesia PNS 6 Drs. Januardjo Anang Surantono Bhs. Indonesia PNS

7 Sasmito, S.Pd. Pend.

Kewarganegaraan PNS

8 Drs. Aris Purwoko Bhs. Indonesia PNS Kepala

(62)

Lanjutan tabel 4

14 Dra. Pritadewi Harsiwiyanti Bimbingan

Konseling PNS

15 C. Ruliyantini, A.Md IPA PNS

16 Martina Sri Purwantiningsih, S.Pd. Bhs. Inggris PNS

17 Surahmi, S.Pd. Bhs. Inggris PNS

18 Risakti Pramaningsih, S.Pd. IPS PNS

19 Suraji, S.Pd. Bhs. Indonesia PNS

20 Heni Susidarwanti, S.Pd. Bhs. Indonesia PNS

21 Rahayu Sumiyati, S.Pd. Bimbingan

Konseling PNS

22 Bekti Wulansari, S.Pd. IPA PNS

23 Dra. Supriyati Ilmu Pengetahuan

Sosial PNS

Wk. Urs. Kesiswaan

24 Drs. Suranta PNS

25 Sudaryono, S.Pd Penjaskes PNS

26 Drs. Chaerul Arifin Anjarwoto Matematika PNS Wk. Urs.

Kurikulum

27 Uswatun Chasanah, S.Psi. Bimbingan

Konseling PNS

28 Dra. Soerjowati IPS PNS

29 Murtafiah, S.Pd. Bhs. Inggris PNS

30 Triyani, S.Pd. Bhs. Inggris PNS

31 Rr. Yenny Artati Kusumawati, S.Pd. Bhs. Inggris PNS

32 Drs. Yuwono Sudiprayitno Bhs. Daerah/Jawa PNS

33 Eka Winisudha, S.Pd. PNS

38 Y. Kristiyono Sigit Suryanto, A.Md. PNS

39 Sakir Marwanto, S.Pd, Kor. Penjaskes NABAN

40 Ajik Susanto, S.Pd IPA NABAN

41 Sudarmi, S.Pd. M.Pd. IPA NABAN

Sumber : arsip SMP N 2 Yogyakarta

(63)

3 orang saja yang belum berstatus PNS, dan mereka semua adalah guru yang mengajar di kelas.

b. Keadaan Peserta Didik

Peserta didik yang terdaftar di SMP Negeri 2 Yogyakarta pada tahun ajaran 2014/2015 berjumlah 700 siswa. Sekolah menyediakan 21 kelas yang setiap tingkatan disediakan 7 kelas, dan setiap kelas berisi kurang lebih 30 siswa. Pada tahun ini tingkat 1 atau kelas VII terdapat 216 siswa, tingkat 2 atau kelas VIII terdapat 216 siswa, dan tingkat 3 atau kelas IX terdapat 223 siswa. Selain itu ada tambahan kelas C1 dan C2 atau kelas akselerasi yang tiap kelas terdiri dari kurang lebih 20 siswa. Pada tahun ini kelas C1 berisi 20 siswa dan kelas C2 berisi 25 siswa.

Pada awalnya sekolah dapat menerima siswa lebih dari 30 anak setiap kelas. Namun karena ada peraturan baru, yaitu setiap kelas hanya boleh berisi 30 siswa, jadi pada 2 tahun terakhir sekolah menerima lebih sedikit siswa.

4. Gambaran Sarana dan Prasarana

(64)

Tabel 5. Sarana Prasarana Pendukung Kultur Sekolah

NO Bentuk Jumlah Keadaan

Sarana Prasarana Pendukung Budaya Berprestasi

1 Ruang Kelas 21

2 Lab. IPA 1

3 Lab. TIK 2

4 Lab. Bahasa Inggris 1

5 Perpustakaan 1 100 m²

Sarana Prasarana Pendukung Pengembangan Kreativitas dan Bakat Siswa

6 Ruang Musik 1

7 Ruang AVA 1

8 Lapangan Badminton dan

Basket 1 Jadi satu

Sarana Prasarana Pendukung Budaya Bersih dan Sehat

9 Ruang UKS 1

10 Kamar Mandi siswa Putra 6

11 Kamar Mandi siswa Putri 6

12 Kamar Mandi Guru 3

13 Ruang Kantin 2

Sarana Prasarana Pendukung Budaya Religi

14 Masjid 1 cukup besar

15 Ruang Agama Non Muslim 1 Sempit

Sarana Prasarana Pendukung Budaya Berteknologi

(65)

Lanjutan tabel 5

36 Halaman Parkir Siswa Sempit

37 Halaman Parkir Guru Sempit

38 Pos Satpam 1

43 Sepeda Motor Angkut

TOSA 1 Terpelihara

44 Sepeda motor Suzuki RC

100 1 Terpelihara

Sumber : arsip SMP Negeri 2 Yogyakarta

(66)

proyektor dan saluran internet yang menjangkau 60% area sekolah. Adanya fasilitas LCD, komputer dan laboratorium di sekolah hampir semua guru memanfaatkannya dalam proses belajar mengajar. Jadi sarana prasarana tersebut dapat mengembangkan budaya berteknologi yang ada di sekolah. Seluruh fasilitas yang lengkap dan layak ini tentu dapat mempermudah sekolah dalam mengembangkan budaya yang diinginkan. B. Hasil Penelitian

1. Kultur Sekolah di SMP Negeri 2 Yogyakarta

(67)

a. Sistem Gagasan (Ide)

Kultur dapat terbentuk dari ide-ide gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan, dan sebagainya. Kultur yang ada di SMP Negeri 2 Yogyakarta merupakan ide-ide gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan-peraturan yang dibentuk oleh warga sekolah itu sendiri.

Berdasarkan visi – misi SMP Negeri 2 Yogyakarta, sekolah ini mempunyai fokus pada membentuk siswa yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, disiplin, kreatif, berprestasi, berbudaya, nasional, dan berwawasan internasional.

Dalam membentuk siswa yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia, pada pagi hari di gerbang sekolah terdapat beberapa guru yang bertugas jaga berada di depan untuk bersalaman menyambut siswa yang tiba di sekolah. Dalam hal ini sekolah ingin membiasakan budaya senyum, salam, sapa kepada siswa. Sekolah juga membiasakan siswa yang beragama Islam mengaji bersama pada setiap pagi sebelum mulai pelajaran, menjadwalkan sholat dhuha setiap hari dan sholat jumat secara bergantian, dan membiasakan sholat dhuhur berjamaah. Untuk siswa beragama non muslim terdapat kajian khusus atau doa pagi saat siswa yang beragama Islam mengaji di kelas.

(68)

reward yang didapat oleh siswa. Sekolah membiasakan warga sekolah untuk datang tepat waktu, dengan menutup gerbang sekolah tepat pada pukul 07.00 dan akan dibuka kembali pada pukul 07.30. Tidak hanya siswa yang jika terlambat tidak dapat masuk, namun guru dan karyawan juga tidak diperkenankan masuk selama gerbang ditutup. Bahkan tamu pun harus menunggu pintu gerbang dibuka untuk dapat masuk. Untuk jam pulang sekolah juga tertib, siswa maupun guru tidak dapat pulang lebih dahulu atau keluar sebelum jam pulang kecuali mempunyai ijin yang jelas. Dalam hal kebersihan, sekolah mengadakan sistem denda untuk siswa yang ketahuan membuang sampah sembarangan, dan untuk petugas piket kelas jika kelas terlihat kotor atau terdapat sampah dilantai. Namun selain punishment juga terdapat reward, yaitu penghargaan untuk kelas terbersih yang diumumkan pada saat upacara bendera hari senin.

(69)

Untuk menjadikan siswa yang kreatif, sekolah mempunyai banyak pilihan ekstrakurikuler yang dapat dipilih siswa sesuai dengan minat bakat siswa yang dapat mengembangkan kreativitas siswa. Untuk pilihan ekstrakurikuler yang ada, sekolah mengadakan pilihan minat. Jadi ekstrakurikuler itu ada berdasarkan minat dari siswa, tidak hanya pilihan dari sekolah. Biasanya pada awal tahun ajaran baru sekolah menyebar angket yang berisi beberapa pilihan ekstrakurikuler yang rencananya akan diadakan pada tahun tersebut, jika ekstrakurikuler itu banyak peminatnya berarti ekstrakurikuler tersebut akan ada. Begitupun sebaliknya, jika sedikit peminatnya tentu tidak diadakan ekstrakurikuler tersebut. Kegiatan ekstrakurikuler tidak diadakan pada satu hari tertentu, namun ada jadwalnya (lampiran 5). Ada banyak kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMP Negeri 2 Yogyakarta ini, yaitu English Study Club, Tae Kwon Do, LPIR / KIR, Seni Tari, Vocal Group Band, Karawitan, Fotografi, PMR, Sepak Bola, Tartil, Qiroah, Pramuka, Tonti, dan Batik (arsip SMP Negeri 2 Yogyakarta). Dari seluruh ekstrakurikuler tersebut ada beberapa yang merupakan ekstrakurikuler wajib, yaitu Pramuka, Tartil dan Qiroah.

(70)

menjangkau lebih luas untuk mendapatkan sumber belajar sehingga lebih aktif dan kreatif.

Untuk menjadikan siswa yang berwawasan internasional, sekolah mempunyai sister school program dengan salah satu sekolah di Korea Selatan sejak tahun 2009. Untuk dapat mengikuti program ini sekolah mengadakan seleksi. Siswa yang beruntung mengikuti program ini tidak hanya bisa merasakan belajar sebagaimana siswa di Korea Selatan belajar, namun juga bisa belajar mengenai kebudayaan yang terdapat disana. Namun program ini terhenti pada tahun 2012 karena terjadi pergantian kepala sekolah disana. Sebagai gantinya pada tahun 2013 sekolah mengadakan kunjungan ke salah satu sekolah di Thailand. Banyak sekali siswa yang berminat mengikuti program tersebut, sehingga sekolah sedang berencana untuk mengadakan sister school program kembali dengan salah satu sekolah di Australia, namun sampai sekarang itu masih dalam proses (hasil wawancara dengan Kepala Sekolah EH pada tanggal 18 Juli 2014). b. Sistem Sosial (aktivitas)

(71)

nilai, norma, keyakinan yang dianut bersama oleh warga sekolah yang akan menjadi ciri utama suatu sekolah. Nilai, norma, dan keyakinan itu berupa perilaku yang diinginkan oleh sekolah.

1) Budaya Bersih

Disekolah ini kebersihan sangat dibudayakan, terbukti ada peraturan yang tegas mengenai hal itu. Jika ada siswa yang ketahuan membuang sampah sembarangan, dia akan didenda sebesar Rp 20.000,00. Dan jika kelas terlihat kotor atau terdapat sampah dilantai, siswa yang bertugas piket pada hari itu akan didenda sebesar Rp 50.000,00. Selain punishment juga terdapat reward, yaitu penghargaan untuk kelas terbersih yang diumumkan pada saat upacara bendera hari senin. Seperti yang telah dikatakan kepala sekolah EH sebagai berikut:

“…pemberlakuan denda jika anak membuang sampah sembarangan 20.000, kemudian kelas kotor denda 50.000. Tapi kalau kelas bersih ya ada reward-nya, tiap bulan diumumkan mana kelas yang paling bersih. Ada semacam piagam penghargaannya.” (EH, 18 Juli 2014)

(72)

dinaikkan ke meja. Hal ini berarti sekolah masih belum maksimal dan konsisten dalam menerapkan aturan kebersihan.

2) Budaya Disiplin

Disiplin yang diterapkan di sekolah ini tidak hanya berlaku untuk siswa saja, namun juga guru dan karyawan sekolah. Gerbang sekolah selalu ditutup pukul 07.00 tepat sampai pukul 07.30. Jika ada siswa ataupun guru dan karyawan yang terlambat, jelas tidak dapat masuk sampai gerbang dibuka. Selain mendapatkan poin bagi siswa yang terlambat, dia juga mendapatkan hukuman. Hukuman yang didapat tidak sama, seperti yang dikatakan siswa berinisial KN :

“…Biasanya kalau telat masuk dikasih poin sama dihukum. Hukumannya beda-beda, kadang disuruh bersih-bersih, tapi kadang gak dihukum juga tergantung yang kasih hukuman.” (KN, 14 Juli 2014)

(73)

jam pelajaran, dibina oleh Guru BK, siswa membuat surat pernyataan, dan orang tua dipanggil.

Tidak hanya untuk jam datang, jam pulang pun juga diperhatikan. Siswa yang akan keluar meninggalkan sekolah sebelum jam pulang harus ada surat ijin dari guru piket. Tanpa ada surat itu, satpam tidak akan memberikan ijin siswa untuk keluar meninggalkan sekolah.

Masalah ketertiban lainnya juga sangat diperhatikan seperti masalah kerapian pakaian dan perlengkapan upacara. Setiap hari siswa harus memakai atribut lengkap seperti ikat pinggang, bedge, sepatu warna hitam polos pada hari senin-kamis, dan seragam sesuai dengan ketentuan. Untuk siswa yang tidak memakai ikat pinggang atau memakai ikat pinggang tidak sesuai ketentuan akan dikenai poin 2, tidak memakai bedge dikenai poin 2, siswa yang tidak mengenakan sepatu hitam polos akan dikenai poin 2, dan siswa yang tidak memakai seragam sesuai ketentuan akan dikenai poin 2.

(74)

Tabel 6. Daftar Bentuk Pelanggaran Siswa

NO Bentuk Pelanggaran L P Jumlah %

1 Sepatu tidak sesuai aturan 17 18 35 12,87 2 Tidak memakai ikat pinggang 26 3 29 10,67 3 Jilbab tidak sesuai aturan 19 19 6,98

4 Terlambat 91 80 171 62,87

5 Tidak memakai topi 2 3 5 1,84

6 Rambut tidak sesuai aturan 6 6 2,20

7 Celana tidak seragam 3 3 1,10

8 Kaos kaki tidak seragam 2 2 0,74

9 Tidak memakai bedge 1 1 0,37

10 Batik tidak seragam 1 1 0,36

Jumlah 147 125 272 100

Sumber data: Mei – September 2014 dalam lampiran 6

(75)

Tabel 7. Jumlah Pelanggaran Ditinjau dari Dimensi Waktu

Hari Jumlah Pelanggaran

Senin 113

Selasa 19

Rabu 49

Kamis 27

Jumat 36

Sabtu 28

Jumlah 272

Sumber data: Mei – September 2014 dalam lampiran 6

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa hari senin adalah hari terbanyak siswa melakukan pelanggaran. Karena memang pada hari senin pintu gerbang ditutup lebih awal 10 menit dibanding hari lainnya dan membawa beberapa atribut tambahan untuk upacara, jadi kemungkinan siswa untuk melakukan pelanggaran memang lebih besar dibandingkan hari lain. Namun jika siswa sudah menanamkan budaya disiplin dalam dirinya, hal itu tentu bukan sebuah alasan. Sekolah terlihat sangat memperhatikan masalah kedisiplinan, terbukti pelanggaran kecil setiap harinya selalu diperhatikan seperti sepatu, kaos kaki, ikat pinggang, jilbab, dan rambut. Namun kedisiplinan masih perlu ditingkatkan.

Gambar

Gambar 1. Lapisan-lapisan Kultur Sekolah
Gambar 2. Kerangka Berpikir
Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Wawancara
Tabel 4. Jumlah Tenaga Pengajar Dan Tenaga Administrasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

- Jika baris bagian bawah dari papan permainan telah penuh, kamu dapat mengisi baris pada bagian yang berada pada posisi lebih atasd. - Kamu tidak diperbolehkan mengubah urutan

Terdapat hubungan antara kejadian stres dengan penyakit hipertensi pada lansia di Balai Penyantunan Lanjut Usia Senjah Cerah Kecamatan Mapanget Kota Manado.. Dengan

JUMLAH MAHASISWA AKTIF (STUDENT BODY) MAHASISWA KEADAAN SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2016-2017. POLITEKNIK

Kegiatan IbM Kelompok Usaha Bersama Mitra Wanita ini bertujuan untuk membantu UKM dalam meningkatkan efisiensi produksi melalui alih teknologi peralatan produksi

(1) Badan Usaha yang akan menyelenggarakan prasarana Perkeretaapian Umum harus terlebih dahulu ditetapkan sebagai Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian Umum oleh

Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif diperoleh dari angket validasi oleh ahli (isi materi dan media pembelajaran) dan hasil uji perorangan, sedangkan

Setelah melaksanakan kegiatan, ternyata 100% mitra kerja dapat membuat produk olahan cabai merah besar dengan baik yaitu secara fisik dan rasa bubuk, abon, dan

terhadap produk barang yang ditawarkan sehingga apabila konsumen telah berminat pada produk tersebut maka aka nada keputusan untuk membeli tersebut. Sehingga