• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Tujuan Pengawasan Internal. yang ditetapkan telah dilaksanakan dengan baik sehingga tujuan perusahaan dapat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Tujuan Pengawasan Internal. yang ditetapkan telah dilaksanakan dengan baik sehingga tujuan perusahaan dapat"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengawasan Internal

1. Pengertian dan Tujuan Pengawasan Internal

Suatu pengawasan internal yang baik adalah kunci sukses dan menunjukkan keefektifan manajemen suatu perusahaan. Melalui pengawasan internal yang efektif, pimpinan perusahaan juga dapat menilai apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan telah dilaksanakan dengan baik sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Menurut Mulyadi (2001: 163), menyatakan bahwa ”Pengawasan internal meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.”

Menurut Niswonger (1999: 183), ”Pengawasan Internal (Internal Control) merupakan kebijakan dan prosedur yang melindungi aktiva dari penyalahgunaan, memastikan bahwa informasi usaha akurat, dan memastikan bahwa perundang-undangan serta peraturan dipatuhi sebagaimana mestinya.”

Menurut SA Seksi 319 Pertimbangan atas Pengendalian Intern dalam Audit Laporan Keuangan paragraf 06, mendefinisikan bahwa:

pengawasan intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini:

(2)

a. pengawasan intern merupakan proses. Pengawasan intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu. Pengawasan intern itu sendiri bukan merupakan suatu tujuan. Pengawasan intern merupakan suatu rangkaian tindakan yang bersifat pervasif dan menjadi bagian tidak terpisahkan, bukan hanya sebagai tambahan dari infrastruktur entitas, b. pengawasan intern dijalankan oleh orang. Pengawasan intern bukan hanya

terdiri dari pedoman kebijakan dan formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi yang mencakup dewan komisaris, manajemen, dan personel lain,

c. pengawasan intern dapat diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai, bukan keyakinan mutlak, bagi manajemen dan dewan komisaris entitas. Keterbatasan yang melekat dalam semua sistem pengawasan intern dan pertimbangan manfaat dan pengorbanan dalam pencapaian tujuan pengawasan intern tidak dapat memberikan keyakinan mutlak,

d. pengawasan internal ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan: pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi.

Sedangkan menurut AICPA (American Institute Certified Public Accountant) yang dikutip oleh La Midjan (2001 : 58) adalah sebagai berikut:

pengawasan internal meliputi struktur organisasi dan segala cara serta tindakan dalam suatu perusahaan yang saling terkoordinasi dengan tujuan untuk mengamankan harta kekayaan perusahaan, menguji ketelitian dan kebenaran data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasi, serta mendorong ketaatan terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah digariskan oleh pimpinan perusahaan.

Pengertian pengawasan internal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. mengamankan harta kekayaan perusahaan

Perusahaan dalam mengamankan harta kekayaan yang dimilikinya dapat dilakukan dengan cara melakukan pengawasan seoptimal mungkin, untuk menghindari adanya tindakan penarikan dan tindakan penyelewengan terhadap harta perusahaan. Pengawasan dapat dilakukan dengan adanya satu badan pengawas yang berperan dalam mengawasi semua harta yang dimiliki perusahaan,

b. menguji ketelitian dan kebenaran data akuntansi

Untuk menghindari adanya penyelewengan dalam perusahaan maka perusahaan dapat melakukan pengujian terhadap kebenaran data yang disajikan dalam perhitungan akuntansi sesuai dengan periode yang telah ditentukan,

c. meningkatkan efisiensi operasi

Dalam meningkatkan aktivitas perusahaan perlu didukung dengan alat-alat yang dapat meningkatkan proses produksi. Sehingga kelangsungan hidup perusahaan dapat terus berjalan,

(3)

Untuk meningkatkan kelangsungan hidup perusahaan, perlu adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan yang mendukung jalannya aktivitas perusahaan.

Menurut Mulyadi (2001: 163), menyatakan bahwa tujuan pengawasan internal dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

a. pengawasan intern akuntansi (Intern Accounting Control)

Merupakan bagian dari sistem pengawasan intern, meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Pengawasan intern akuntansi yang baik akan menjamin keamanan kekayaan para investor dan kreditur yang ditanamkan dalam perusahaan dan akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya,

b. pengawasan internal administrasi (Intern Administrative Control)

meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen.

Menurut Bambang (1999: 4), menyatakan adanya hubungan pengawasan intern administrasi dengan pengawasan intern akuntansi dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.1

Hubungan Pengawasan Intern Administrasi dengan Pengawasan Intern Akuntansi

Pengawasan Administrasi Pengawasan Akuntansi 1. Penjelasan secara tegas dan tertulis

masing-masing tanggung jawab untuk pelaksanaan tugas.

Pencegahan dari penggelapan, pencurian dan kesalahan. Adanya jaminan bahwa tugas-tugas dikerjakan oleh orang-orang yang betul-betul mampu. Adanya jaminan bahwa tugas-tugas dapat berlangsung terus,

seandainya ada perubahan (penggantian karyawan)

2. Menghindari pembagian tugas yang tidak sesuai tanggung jawab untuk

Pencegahan dari penggelapan, pencurian dan kesalahan. Adanya

(4)

(3) Akuntansi harus dipisahkan dari ketiga tanggung jawab diatas.

akan segera dilakukan. 3. Harus ada ”jaminan” bagi karyawan

yang menduduki posisi terpercaya.

Untuk menghindari penggelapan dan pencurian.

4. Menyelanggarakan suatu ”liburan” bagi karyawan yang menduduki posisi terpercaya.

Menghindari dan menemukan penggelapan dan pencurian. 5. Menyelenggarakan perputaran

jabatan pada jabatan akuntansi.

Untuk mencegah dan menemukan penggelapan, untuk menjamin

kelangsungan tugas-tugas (operasi) bila terjadi perubahan pergantian karyawan secara tidak terduga.

6. Menarik karyawan yang cakap Melindungi terhadap penggelapan, pencurian, dan kesalahan yang berlebihan.

7. Memberi penggajian yang wajar dan sistem kesejahteraan yang

mencukupi untuk karyawan dan keluarganya.

Untuk pencegahan penggelapan dan pencurian yang disebabkan oleh tingkat gaji yang rendah (kebutuhan

keluarganya).

8. Laporan pemeriksaan intern. Untuk mencegah dan menemukan penggelapan.

Sumber: Bambang (1999: 4)

Tujuan pengawasan internal yang dijalankan oleh perusahaan untuk menghindari penyimpangan atau penyelewengan seperti yang dikemukakan oleh Bodnar (2001: 183), adalah:

a. effectiveness and efficiency of operations, b. reability of financial reporting,

c. compliance with applicable laws and regulations.

Jadi pengawasan internal dapat dikatakan memadai apabila dapat mencapai tujuan sebagai berikut:

a. karena laporan keuangan yang diasersikan oleh manajemen bukan hanya untuk pihak manajemen sendiri tetapi juga untuk pihak luar perusahaan, maka manajemen mempunyai tanggung jawab secara hukum maupun

(5)

profesional untuk meyakinkan bahwa informasi tersebut disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum,

b. selain hal di atas untuk meningkatkan keandalan data serta catatan akuntansi dalam bentuk laporan keuangan dan laporan manajemen sehingga tidak menyesatkan pemakai laporan tersebut dan dapat diuji kebenarannya,

c. untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari semua operasi perusahaan, sehingga dapat mengendalikan biaya yang bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi. Pengawasan internal dalam suatu organisasi atau perusahaan sudah selayaknya mendorong penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien, untuk mengoptimalkan tujuan perusahaan. Pengawasan internal mendorong efektivitas organisasi, artinya harus bisa membantu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan pengawasan internal mendorong efisiensi, artinya dalam pencapaian tujuan organisasi tersebut digunakan biaya yang seminimal mungkin dan biaya-biaya yang dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan dan seimbang dengan manfaat yang akan diperoleh,

d. salah satu hal yang penting dari efisiensi dan efektifitas operasi ini adalah penyediaan informasi yang akurat untuk para pembuat keputusan internal. Hal penting lainnya dari efisiensi dan efektivitas adalah untuk melindungi aktiva dan catatan atau dokumen-dokumen. Aktiva fisik perusahaan dapat dicuri, disalahgunakan atau dirusak apabila aktiva tidak dilindungi oleh

(6)

pengawasan yang cukup. Demikian juga dengan aktiva non-fisik seperti piutang, dokumen penting (kontrak, buku besar, jurnal),

e. untuk meningkatkan kepatuhan karyawan terhadap hukum dan peraturan yang telah ditetapkan oleh manajemen. Kebijakan pimpinan yang telah diterapkan merupakan alat pengawasan dari berbagai kegiatan perusahaan yang harus ditaati dan dijalankan oleh setiap unit organisasi.

2. Unsur-Unsur Pengawasan Internal

Unsur-unsur pengawasan internal menurut Bodnar dan Hopwood (2001: 183) memiliki lima komponen sebagai berikut: “An organization’s internal control process consist of five – elements: the control environment, risk assessment, control activities, information and communication, and monitoring”.

Kelima komponen pengawasan internal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. lingkungan pengawasan (Control Environment)

Lingkungan pengawasan menciptakan suasana pengawasan dalam suatu oraganisasi dan mempengaruhi kesadaran personil organisasi tentang pengawasan. Lingkungan pengawasan merupakan landasan untuk semua unsur pengawasan internal, yang membentuk disiplin dan struktur. Faktor yang membentuk lingkungan pengawasan dalam suatu entitas, antara lain: 1) integritas dan nilai etika (Integrity and Ethical Values)

Efektivitas pengawasan internal bersumber dari dalam diri orang yang mendesain dan melaksanakannya. Pengawasan internal yang memadai desainnya, namun dijalankan oleh orang yang tidak menjunjung tinggi

(7)

integritas dan nilai etika menyebabkan tidak terwujudnya tujuan pengawasan internal. Oleh karena itu, tanggung jawab manajemen adalah menjunjung tinggi nilai integritas yaitu suatu kemampuan untuk mewujudkan apa yang telah dikatakan atau telah menjadi komitmennya. Dalam menjalankan aktivitas bisnisnya, manajer juga dituntut untuk mendasarkan pada etika bisnis. Nilai integritas dan etika bisnis tersebut dikomunikasikan oleh manajer melalui personal behaviour dan operational behaviour. Melalui personal behaviour, manajer mengkomunikasikan nilai integritas dan etika melalui tindakan individual mereka, sehingga nilai-nilai tersebut dapat diamati oleh karyawan entitas. melalui operational behaviour, manajer mendesain sistem yang digunakan untuk membentuk perilaku yang diinginkan yang berdasar nilai integritas dan etika,

2) komitmen terhadap kompetensi (Commitment to Competence).

Untuk mencapai tujuan entitas, personil disetiap tingkat organisasi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya secara efektif. Komitmen terhadap kompetensi mencakup pertimbangan manajemen atas pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, dan paduan antara kecerdasan, pelatihan, dan pengalaman yang dituntut dalam pengembangan kompetensi,

(8)

3) dewan komisaris dan komite audit (Board of Directors or Committee Participation)

Untuk menciptakan independensi auditor, perusahaan-perusahaan yang go public sebaiknya mengalihkan wewenang penunjukkan auditor dari tangan manajemen puncak ke tangan dewan komisaris atau komite audit. Dewan komisaris adalah wakil pemegang saham dalam perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas. Dewan ini berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen,

4) filosofi manajemen dan gaya operasi (Management Philosophy and Operating style)

Filosofi adalah seperangkat keyakinan dasar (basic believe) yang menjadi sumber parameter bagi perusahan dan karyawannya. Filosofi merupakan apa yang seharusnya tidak dikerjakan oleh perusahaan. Gaya operasi mencerminkan ide manajer tentang bagaimana operasi suatu perusahaan harus dilaksanakan,

5) struktur organisasi (Organizational Structure)

Struktur organisasi memberikan kerangka untuk perencanaan, pelaksanaan, pengawasan suatu entitas mencakup pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab didalam suatu organisasi dalam mencapai tujuan organisasi,

6) pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab (Assigment of Authorithy and Responsibility)

(9)

Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab merupakan perluasan lebih lanjut pengembangan struktur organisasi. Dengan pembagian wewenang yang jelas organisasi akan dapat mengalokasikan berbagai sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan organisasi. Disamping itu pembagian wewenang yang jelas akan memudahkan pertanggungjawaban komunikasi sumber daya organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi,

7) kebijakan dan prosedur kepegawaian (Human Resource Policies and Practies)

Karyawan merupakan unsur yang paling penting dalam setiap pengawasan internal. Jika perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, unsur pengawasan internal yang lain dapat dikurangi sampai batas minimum, dan perusahaan tetap mampu menghasilkan pertanggungjawaban keuangan yang dapat diandalkan. Pengawasan internal yang baik tidak akan menghasilkan informasi keuangan yang andal jika tidak dilaksanakan oleh karyawan yang tidak kompeten dan tidak jujur. Namun, karyawan yang kompeten dan jujur bukan merupakan satu-satunya unsur pengawasan internal.

b. penaksiran risiko (Risk Assessment)

Penaksiran risiko untuk tujuan laporan keuangan adalah identifikasi analisis dan pengolahan risiko yang berkaitan dengan penyusunan risiko manajemen sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. Penaksiran

(10)

risiko manajemen harus mencakup pertimbangan khusus terhadap risiko yang dapat timbul dari perubahan keadaan, seperti:

1) bidang baru bisnis atau transaksi yang memerlukan prosedur akuntansi yang belum pernah dikenal,

2) perubahan standar akuntansi, 3) hukum dan peraturan baru,

4) perubahan yang berkaitan dengan revisi sistem dan teknologi baru yang digunakan untuk pengolahan informasi,

5) pertumbuhan pesat entitas yang menuntut fungsi pengolahan dan pelaporan informasi dan personil yang terlibat didalam fungsi tersebut.

c. kegiatan pengawasan (Control Activities)

Kegiatan pengawasan adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang diberikan oleh manajemen dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur ini memberikan keyakinan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk mengurangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas. Kegiatan pengawasan meliputi:

1) pengawasan pengolahan informasi,

a) pengawasan umum, meliputi pusat pengolahan data, prosedur dan standar untuk perubahan program, pengembangan sistem, dan pengoperasian fasilitas pengolahan data,

b) pengawasan aplikasi, dirancang untuk memenuhi persyaratan pengawasan khusus setiap aplikasi terdiri dari:

(11)

(1) otorisasi memadai. Di dalam organisasi, setiap transaksi hanya terdiri atas dasar otorisasi dari yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut,

(2) perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan memadai. Dalam perancangan dokumen dan catatan, unsur pengawasan internal yang harus dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

• perancangan dokumen bernomor urut tercetak,

• perancangan transaksi harus dilakukan pada saat transaksi terjadi, atau segera setelah transaksi terjadi,

• perancangan dokumen dan catatan harus cukup sederhana untuk menjamin kemudahan dalam pemahaman terhadap dokumen dan catatan tersebut,

• sedapat mungkin dokumen untuk memahami berbagai keperluan sekaligus,

• perancangan dokumen dan catatan yang mendorong pengisian data yang benar.

(3) pengecekan secara independen. Pengecekan secara independen mencakup verifikasi terhadap:

• pekerjaan yang dilaksanakan sebelumnya oleh individu atau departemen lain,

• penilaian semestinya terhadap nilai yang dicatat. 2) pemisahan fungsi yang memadai,

(12)

4) review atau kinerja.

d. informasi dan komunikasi (Information and Communication)

Sistem akuntansi diciptakan untuk mengidentifikasi, menggolongkan, menganalisis, mencatat dan melaporkan transaksi suatu entitas, serta menyelenggarakan pertanggungjawaban kekayaan dan utang entitas tersebut. Transaksi terdiri dari pertukaran aktiva dan jasa antara entitas dengan pihak luar, dan transfer atau penggunaan aktiva dan jasa dalam entitas. Fokus utama kebijakan dan prosedur pengawasan yang berkaitan dengan sistem akuntansi adalah bahwa transaksi dilaksanakan dengan cara yaitu untuk mencegah salah saji dalam asersi manajemen di laporan keuangan. Oleh karena itu, sistem akuntansi efektif dapat memberikan keyakinan yang memadai bahwa transaksi yang dicatat atau terjadi adalah: 1) sah,

2) telah diotorisasi, 3) telah dicatat,

4) telah dinilai secara wajar, 5) telah digolongkan secara wajar,

6) telah dicatat dalam periode yang seharusnya,

7) telah dimasukkan ke dalam buku pembantu dan telah diringkas secara benar.

Komunikasi mencakup pencapaian informasi kepada semua personil yang terlibat dalam pelaporan keuangan tentang bagaimana aktivitas mereka berkaitan dengan pekerjaan orang lain, baik yang berda di dalam maupun

(13)

di luar organisasi komunikasi ini mencakup sistem pelaporan penyimpangan kepada pihak yang lebih tinggi dalam entitas.

e. pemantauan (Monitoring)

Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja pengawasan internal sepanjang waktu. Pemantauan dilaksanakan oleh personil yang semestinya melakukan pekerjaan tersebut, baik pada tahap desain maupun pengoperasian pengawasan, pada waktu yang tepat untuk apakah pengawasan internal beroperasi sebagaimana diharapkan dan untuk menentukan apakah pengawasan internal telah memerlukan perubahan karena terjadinya perubahan keadaan.

Menurut Mulyadi (2001: 164), menyatakan bahwa unsur pokok pengawasan internal terdiri dari:

1) struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas,

2) sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya,

3) praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi,

4) kayawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.

Menurut Bambang (1999: 12), menyatakan ada 5 sifat (characteristics) sistem pengawasan internal yang dapat dipercaya (reliable) yaitu:

1) kualitas karyawan sesuai dengan tanggung jawabnya,

2) rencana organisasi yang memberi pemisahan tanggung jawab fungsi secara layak,

3) sistem pemberian wewenang, teknik dan pengawasan yang wajar untuk mengadakan pengawasan atas aktiva, utang, penghasilan dan biaya,

4) pengawasan terhadap penggunaan aktiva dan dokumen serta formulir yang penting,

(14)

B. Gaji dan Upah

1. Pengertian Gaji dan Upah

Gaji dan upah merupakan imbalan yang diberikan kepada karyawan atas tenaga, pikiran, dan keahlian yang diberikan kepada perusahaan. Besarnya gaji dan upah yang dibayar biasanya berdasarkan suatu tingkatan tertentu sesuai dengan keahlian yang dimiliki karyawan tersebut. Menurut Mulyadi (2001: 373) pengertian gaji dan upah adalah sebagai berikut:

gaji adalah umumnya merupakan pembayaran atas penyerahan jasa seseorang yang dilakukan oleh karyawan yang mempunyai jenjang jabatan manajer dan dibayarkan secara tetap perbulan. Sedangkan upah adalah umumnya merupakan pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan oleh karyawan pelaksana dan dibayarkan berdasarkan hari kerja, atau satuan jumlah produk yang dihasilkan oleh karyawan.

Menurut Niswonger (1999: 446), pengertian gaji dan upah adalah:

istilah gaji (salary) biasanya digunakan untuk pembayaran atas jasa manajerial, administratif, dan jasa-jasa yang sama. Tarif gaji biasanya diekspresikan dalam periode bulanan dan tahunan. Istilah upah (wages) biasanya digunakan untuk pembayaran karyawan lapangan (pekerja kasar) baik yang terdidik maupun tidak terdidik. Tarif upah biasanya diekspresikan secara mingguan atau per jam.

Menurut Ruky ( 2001: 8), pengertian gaji dan upah adalah sebagai berikut:

upah digunakan untuk menggambarkan pembayaran jasa kerja untuk satuan waktu pendek, misalnya per hari atau per jam. Gaji menggambarkan pembayaran jasa kerja untuk satuan waktu lebih panjang biasanya sebulan. Upah atau dalam bahasa inggris ”wages” dibayarkan kepada pekerja yang terlibat langsung dalam proses produksi, baik terlibat langsung (direct labour) misalnya operator, maupun tidak langsung (indirect labour) misalnya bagian pemeliharaan mesin. Sebaliknya pekerja yang menerima gaji termasuk dalam kategori fixed cost (biaya tetap) atau overhead cost. Contohnya adalah para supervisor atau manajer, staf administrasi dan sebagainya.

Menurut Ruky (2001: 110), ada 6 faktor yang mempengaruhi tingkat Patokan Gaji (Standar upah/Gaji) perusahaan, yaitu:

(15)

a. ketetapan pemerintah

dalam hal ini banyak perusahaan berpegang pada Ketentuan Pemerintah tentang Upah Minimum Regional (UMR) atau Upah Minimum Sektoral Regional (UMSR) sebagai pegangan untuk menetapkan tingkat upah patokan bagi perusahaannya,

b. tingkat upah/gaji di pasaran

tingkat upah yang berlaku di pasaran diperoleh melalui benchmarking atau survei imbalan. Tentu saja tingkat upah ini tidak dapat lebih rendah daripada ketentuan UMR,

c. kemampuan perusahaan

istilah ”buku” untuk kemampuan perusahaan adalah company’s ability to pay. Dalam hal ini yang menjadi acuan utama adalah kemampuan finansial perusahaan untuk membayar,

d. kualifikasi SDM yang digunakan

kualifikasi SDM yang digunakan perusahaan sangat ditentukan terutama oleh tingkat teknologi yang digunakan olehnya dan segmen pasar dimana perusahaan tersebut bersaing,

e. kemauan perusahaan

dalam hal ini perusahaan tidak memperdulikan harga pasar ataupun faktor-faktor lain, tetapi hanya berpegang pada apa yang menurut mereka wajar, f. tuntutan pekerja

tuntutan pekerja akan menentukan tingkatan imbalan yang dibayar perusahaan. Tuntutan pekerja dan kemauan perusahaan biasanya akan dipertemukan dalam meja perundingan dengan cara musyawarah atau tawar menawar.

2. Bagian yang Terlibat dalam Sistem Pengendalian Gaji dan Upah

Menurut Mulyadi (2001: 382) bagian yang terlibat dalam sistem akuntansi gaji dan upah adalah sebagai berikut:

a. fungsi kepegawaian

Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencari karyawan baru, menyeleksi calon karyawan, memutuskan penempatan karyawan baru, membuat surat keputusan tarif gaji dan upah karyawan, kenaikan pangkat dan golongan gaji, mutasi karyawan dan pemberhentian karyawan,

b. fungsi pencatat waktu

Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyelenggarakan catatan waktu hadir bagi semua karyawan perusahaan. Sistem pengawasan internal yang baik mensyaratkan fungsi pencatatan waktu hadir karyawan tidak boleh dilaksanakan oleh fungsi operasi atau oleh fungsi pembuat daftar gaji dan

(16)

c. fungsi pembuat daftar gaji dan upah

Fungsi ini bertanggung jawab membuat daftar gaji dan upah yang berisi penghasilan bruto yang menjadi hak dan berbagai potongan yang menjadi beban setiap karyawan setiap jangka waktu pembayaran gaji dan upah. Daftar gaji dan upah diserahkan oleh fungsi pembuat daftar gaji dan upah kepada fungsi akuntansi guna pembuatan bukti kas keluar yang dipakai sebagai dasar untuk pembayaran gaji dan upah kepada karyawan,

d. fungsi akuntansi

Dalam sistem penggajian dan pengupahan, fungsi akuntansi bertanggung jawab untuk mencatat kewajiban yang timbul dalam hubungannya dengan pembayaran gaji dan upah karyawan (misalnya: utang gaji dan upah karyawan, utang pajak, utang dana pensiun),

e. fungsi keuangan

Fungsi ini bertanggung jawab untuk mengisi cek guna pembayaran gaji dan upah dan menguangkan cek tersebut ke bank. Uang tunai tersebut kemudian dimasukkan ke dalam amplop gaji dan upah setiap karyawan, untuk selanjutnya dibagikan kepada karyawan yang berhak.

3. Dokumen dan Catatan yang Digunakan dalam Sistem Gaji dan Upah Menurut Mulyadi (2001 : 374) dokumen yang digunakan dalam sistem gaji dan upah adalah sebagai berikut:

a. dokumen pendukung perubahan gaji dan upah, b. kartu jam hadir,

c. kartu jam kerja, d. daftar gaji dan upah, e. rekap gaji dan upah,

f. surat pernyataan gaji dan upah, g. amplop gaji dan upah,

h. bukti kas keluar.

Sistem akuntansi gaji dan upah menggunakan beberapa dokumen-dokumen. Menurut Mulyadi (2002: 290), dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi gaji dan upah ada 2 jenis yaitu dokumen sumber dan dokumen pendukung yang digunakan dalam siklus jasa personal disajikan berikut ini:

(17)

Tabel 2.2

Dokumen Sumber dan Dokumen pendukung Sistem Akuntansi Gaji dan Upah

Dokumen Transaksi Dokumen Sumber Dokumen Pendukung 1. pencatatan biaya gaji

dan upah.

Bukti kas keluar Rekap daftar gaji dan upah

2. pencatatan

pembayaran gaji dan upah.

Bukti kas keluar Daftar gaji dan upah

Sumber: Mulyadi (2002: 290)

Menurut Mulyadi (2001: 382), adanya catatan akuntansi yang digunakan dalam pencatatan gaji dan upah karyawan yaitu:

a. jurnal umum

Dalam pencatatan gaji dan upah ini jurnal umum digunakan untuk mencetak distribusi biaya tenaga kerja ke dalam setiap departemen di dalam perusahaan,

b. kartu harga pokok produksi

Catatan ini digunakan untuk mencatat gaji dan upah tenaga kerja langsung yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu,

c. kartu biaya

Catatan ini digunakan untuk mencatat biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya tenaga kerja memproduksi setiap departemen dalam perusahaan, d. kartu penghasilan karyawan

Catatan ini digunakan untuk mencatat pengasilan dan berbagai potongan yang diterima oleh setiap karyawan. Informasi dalam kartu ini dipakai sebagai dasar perhitungan PPh pasal 21 yang menjadi beban setiap karyawan. Disamping itu digunakan sebagai tanda terima gaji dan upah karyawan yang ditandatangani oleh karyawan sendiri, sehingga rahasia penghasilan setiap karyawan dapat terjamin.

4. Prosedur dan Sistem Akuntansi Gaji dan Upah

Menurut Mulyadi (2002: 285), pengertian dari sistem akuntansi penggajian dan sistem pengupahan adalah sebagai berikut:

(18)

yang dibayar berdasarkan hari, jam, atau jumlah satuan produk yang dihasilkan.

Sistem akuntansi gaji dan upah dirancang untuk membayar gaji dan upah semua karyawan tepat waktu. Sistem gaji dan upah juga harus dirancang untuk menyediakan data-data yang berguna bagi kebutuhan pengambilan keputusan manajemen. Walaupun sistem akuntansi gaji dan upah berbeda di setiap perusahaan, namun unsur utama yang umum terdapat dalam sebagian sistem akuntansi gaji dan upah adalah register gaji dan upah, catatan pendapatan karyawan dan cek gaji. Menurut Niswonger (1999: 452), unsur-unsur utama yang umum terdapat dalam sistem akuntansi gaji dan upah sebagai berikut:

a. register gaji dan upah (payroll register)

suatu daftar multikolom yang digunakan untuk mengisi dan mengikhtisarkan data-data yang dibutuhkan dalam setiap periode penggajian,

b. catatan pendapatan karyawan

berupa catatan yang berisi jumlah pendapatan masing-masing karyawan hingga tanggal terakhir harus tersedia pada akhir setiap periode penggajian,

c. cek gaji dan upah (payroll checks)

pada akhir setiap periode penggajian, cek-cek gaji dan upah (payroll checks) disiapkan. Setiap cek memiliki potongan yang dapat dipisahkan, yang memperlihatkan rincian tentang bagaimana pembayaran bersih dihitung. Dalam membayar gaji, sebagian besar majikan menggunakan cek-cek gaji yang dapat ditarik dari rekening bank khusus.

Dalam pelaksanaan sistem akuntansi gaji dan upah diperlukan adanya urutan prosedur. Menurut Mulyadi (2001: 385), sistem akuntansi gaji dan upah terdiri dari beberapa prosedur berikut ini:

Sistem penggajian terdiri dari jaringan prosedur berikut ini: a. prosedur pencatatan waktu hadir

prosedur ini bertujuan untuk mencatat waktu hadir karyawan. Pencatatan waktu hadir ini diselenggarakan oleh fungsi pencatat waktu dengan menggunakan daftar hadir pada pintu masuk kantor administrasi atau

(19)

dapat menggunakan kartu hadir berupa clock card yang diisi secara otomatis dengan menggunakan mesin pencatat waktu (time recorder machine),

b. prosedur pembuatan daftar gaji

dalam prosedur ini, fungsi pembuat daftar gaji dan upah membuat daftar gaji dan upah karyawan. Data yang dipakai sebagai dasar pembuatan daftar gaji adalah surat-surat keputusan mengenai pengangkatan karyawan baru, kenaikan pangkat, pemberhentian karyawan, penurunan pangkat, daftar gaji sebelumnya dan daftar hadir,

c. prosedur distribusi biaya gaji

dalam prosedur distribusi biaya gaji dan upah, biaya tenaga kerja didistribusikan kepada departemen-departemen yang menikmati manfaat tenaga kerja. Distribusi biaya tenaga kerja ini dimaksudkan untuk pengendalian biaya dan perhitungan harga pokok produksi,

d. prosedur pembuatan bukti kas keluar, e. prosedur pembayaran gaji

prosedur pembayaran gaji dan upah karyawan melibatkan fungsi akuntansi dan fungsi keuangan. Fungsi akuntansi membuat perintah pengeluaran kas kepada fungsi keuangan untuk menulis cek guna pembayaran gaji dan upah. Fungsi keuangan kemudian menguangkan cek tersebut ke bank dan memasukkan uang ke amplop gaji dan upah. Jiak jumlah karyawan perusahaan banyak, pembagian amplop gaji dan upah biasanya dilakukan oleh juru bayar (pay master). Pembayaran gaji dan upah dapat dilakukan dengan membagikan cek gaji dan upah kepada karyawan.

Sistem pengupahan terdiri dari jaringan prosedur berikut ini: a. prosedur pencatatan waktu hadir,

b. prosedur pencatatan waktu kerja

prosedur pencatatan waktu kerja diperlukan bagi karyawan yang bekerja di fungsi produksi untuk keperluan distribusi biaya upah karyawan kepada produk. Jadi waktu kerja dipakai sebagai dasar pembebanan biaya tenaga kerja langsung kepada produk yang diproduksi,

c. prosedur pembuatan daftar upah, d. prosedur distribusi biaya upah, e. prosedur pembuatan bukti kas keluar, f. prosedur pembayaran upah

Prosedur sistem gaji dan upah menurut La Midjan (2001: 240) adalah sebagai berikut:

a. sistem dan prosedur penempatan karyawan (employment procedure)

(20)

b) memelihara hubungan dengan sumber tenaga kerja, c) memasang iklan.

2) mengadakan wawancara,

3) mengeluarkan surat pengangkatan,

4) melaksanakan macam-macam tugas lainnya, seperti: a) membuat catatan mengenai pengalokasian karyawan,

b) membuat catatan mengenai potongan-potongan pembayaran, c) membuat catatan mengenai sebab berhentinya karyawan, d) membuat daftar cuti karyawan.

b. sistem dan prosedur pencatatan waktu (time keeping procedure) Prosedur pencatatan waktu hadir terbagi menjadi dua, yaitu: 1) pencatat waktu hadir meliputi:

a) menyusun kartu waktu hadir yang berisi nama karyawan, nomor kartu,

b) mengawasi kartu-kartu yang dicap,

c) melakukan pemeriksaan, misalnya pengawasan tentang tepatnya waktu, menentukan tarif yang layak,

d) menghitung dan menjumlahkan waktu yang hadir,

e) mencocokkan waktu kehadiran dengan catatan waktu kerja, f) membuat laporan ke bagian pembayaran gaji dan upah, g) membuat perhitungan gaji dan upah dimuka,

h) mengawasi lemari pakaian karyawan. 2) pencatatan waktu kerja, meliputi;

a) membuat job ticket,

b) mengecek karyawan ketika mereka bekerja dalam waktu kerja, c) mencocokkan catatan waktu hadir dengan waktu kerja dan membuat

penyesuaian jika ada perbedaan,

d) menjumlahkan jam kerja yang sesungguhnya untuk tiap operasi, e) mengalikan jumlah produksi dengan jumlah jam menurut standar, f) membuat laporan hasil produksi setiap karyawan dalam tiap bagian. c. sistem dan prosedur pengupahan dan gaji (payroll procedure)

Tugas bagian fungsi ini adalah sebagai berikut: 1) menghitung gaji dan upah,

2) membuat formulir dan laporan, seperti: a) jurnal gaji dan upah,

b) cek gaji dan amplop gaji, c) catatan gaji karyawan.

3) menyusun statistik gaji dan upah, 4) memelihara arsip-arsip yang perlu.

Proses pembayaran gaji dan upah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya oleh Mulyadi, James (2001: 321) juga menjelaskan proses pembayaran gaji dan upah melalui uraian di bawah ini:

(21)

a. departemen personalia

Departemen personalia menyiapkan dan menyerahkan ke departemen pembayaran gaji berbagai formulir kegiatan personal. Dokumen-dokumen tersebut mengidentifikasi para pegawai yang diotorisasi untuk menerima cek pembayaran dan digunakan untuk mencerminkan perubahan dalam tarif pembayaran per jam, pengurangan gaji, dan klasifikasi pekerjaan, b. departemen produksi

Pegawai produksi menyiapkan 2 jenis catatan waktu yaitu kartu pekerjaan dan kartu waktu. Kartu pekerjaan (job ticket) berisi total jumlah waktu yang dihabiskan oleh tiap pekerja di setiap pekerjaan produksi. Dokumen-dokumen ini dikirim ke bagian akuntansi biaya (siklus konversi), dimana dokumen-dokumen tersebut digunakan untuk mengalokasikan beban tenaga kerja langsung ke akun WIP. Kartu waktu (time card) berisi total waktu pekerja di tempat kerja. Kartu ini dikirim ke bagian pembayaran gaji untuk perhitungan jumlah cek pembayaran,

c. departemen akuntansi biaya

Departemen akuntansi biaya menggunakan job ticket untuk mengalokasikan biaya tenaga kerja langsung atau overhead. Pembebanan ini dirangkumkan dalam rangkuman distribusi tenaga kerja dan diteruskan ke departemen buku besar umum,

d. departemen pembayaran gaji

Departemen pembayaran gaji menerima tarif pembayaran dan data pemotongan gaji dari departemen personalia dan data jam kerja dari departemen produksi. Petugas administrasi dari departemen ini melakukan pekerjaan-pekerjaaan berikut: menyiapkan daftar gaji (payroll register) yang menunjukkan pembayaran kotor, pengurangan, pembayaran lembur dan pembayaran bersih. Memasukkan informasi di atas ke catatan pembayaran gaji pegawai (employee payroll records), menyiapkan cek untuk para pegawai. Mengirimkan cek pembayaran ke bagian pengeluaran kas dan satu salinan daftar gaji ke bagian utang dagang. Menyimpan time card, formulir kegiatan personel, dan salinan daftar gaji,

e. departemen utang dagang

Petugas administrasi utang dagang memeriksa register gaji untuk kebenarannya dan menyiapkan 2 salinan voucher pengeluaran kas sejumlah gaji. Satu salinan, bersama dengan daftar gaji, dikirim ke pengeluaran kas. Salinan lainnya dikirim ke departemen buku besar umum,

f. departemen pengeluaran kas

Manajer bagian pengeluaran kas menerima cek-cek pembayaran gaji dan kemudian menandatanganinya lalu mengirim cek-cek pembayaran gaji tersebut ke pusat pembayaran untuk didistribusikan ke pegawai,

g. departemen buku besar umum

(22)

C. Pengawasan Manajemen

Pengawasan yang besar tentunya memiliki struktur organisasi yang cukup kompleks pula. Dimana tiap bagian dari struktur organisasi itu saling berkaitan. Disinilah peran pengawasan manajemen untuk memastikan bahwa setiap bagian bekerja secara harmonis dengan bagian lainnya. Disamping itu manajemen juga dituntut untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, mencegah terjadinya kesalahan dan penggelapan. Untuk kepentingan di atas maka sangat dibutuhkan sistem pengawasan manajemen. Dengan sistem pengawasan manajemen yang tepat maka akan menghasilkan informasi yang teliti, tepat waktu, jelas dan dapat dipercaya. Menurut Munawir (2002: 453), pengertian pengawasan manajemen dan proses pengawasan manajemen yaitu:

pengawasan manajemen adalah suatu proses atau kegiatan pada masing-masing pusat pertanggungjawaban yaitu dengan mana manajemen menjamin bahwa organisasi melaksanakan strateginya dengan efektif dan efisien. Proses pengawasan manajemen terdiri dari empat tahap yaitu:

a. penyusunan program

Penyusunan program adalah proses pengambilan keputusan mengenai program-program yang akan dilaksanakan oleh perusahaan dan penaksiran sumber-sumber yang harus dialokasikan pada tiap program tersebut, misalnya program pengembangan karyawan, program penelitian jangka panjang (long range planning), dan program pengembangan produk baru dan program-progaram lain yang biasanya bersifat jangka pendek,

b. penyusunan anggaran

Penyusunan program dalam rangka pelaksanaan strategi tujuan perusahaan sedangkan penyusunan anggaran dalam rangka pelaksanaan program yang harus dilakukan oleh tiap pusat pertanggungjawaban atau penentuan ukuran-ukuran atau standar prestasi bagi tiap manajer pusat pertanggungjawaban,

c. pelaksanaan dan pengukuran

Setelah anggaran disusun maka harus dilaksanakan dan agar pelaksanaan tersebut sesuai dengan yang telah dianggarkan maka perusahaan tersebut harus diawasi. Pelaksanaan anggaran tersebut diukur dan dicatat serta

(23)

selalu dimonitor untuk mencegah terjadinya penyimpangan yang menjurus kearah hal-hal yang merugikan perusahaan,

d. pelaporan dan analisis

Informasi mengenai pelaksanaan anggaran harus dilaporkan agar manajer mengetahui apa yang sedang terjadi sehingga dapat mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan di berbagai pusat pertanggungjawaban. Laporan pelaksanaan anggaran merupakan alat pengawasan bagi manajemen dan dengan melakukan analisis terhadap laporan tersebut, manajemen akan dapat mengambil langkah-langkah perbaikan, baik perbaikan pelaksanaannya maupun perbaikan anggaran bahkan kalau perlu perbaikan programnya maupun strateginya.

Menurut Munawir yang membahas bahwa pengawasan manajemen terdiri dari empat tahap dihubungkan dengan pengawasan internal atas gaji dan upah sehingga menjadi penyusunan program atas proses penggajian dan pengupahan, penyusunan anggaran gaji dan upah, pelaksanaan dan pengukuran gaji dan upah serta pelaporan dan analisis dari proses penggajian dan pengupahan. Keempat tahap ini akan membantu pihak manajer dalam melakukan pengawasan manajemen atas pengawasan internal dari gaji dan upah dalam suatu organisasi. Menurut Robert (2005: 8), pengertian pengawasan manajemen dan pembagian pengawasan manajemen yaitu:

pengawasan manajemen merupakan proses dengan mana para manajer mempengaruhi anggota organisasi lainnya untuk mengimplementasikan strategi organisasi. Pengawasan manajemen terdiri dari beberapa kegiatan, meliputi:

a. merencanakan apa yang seharusnya dilakukan oleh organisasi,

b. mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas dari beberapa bagian organisasi, c. mengkomunikasikan informasi,

d. mengevaluasi informasi,

e. memutuskan tindakan apa yang seharusnya diambil jika ada, g. mempengaruhi orang-orang untuk mengubah perilaku mereka.

(24)

manajemen untuk hal gaji dan upah. Dimana pengawasan internal atas gaji dan upah merupakan alat bantu pengawasan manajemen dalam perusahaan.

D. Pengawasan Internal Atas Gaji dan Upah Sebagai Sarana Pengawasan Manajemen

Aktivitas pengawasan internal atas prosedur akuntansi gaji dan upah sangat dibutuhkan oleh perusahaan yang memiliki banyak tenaga kerja. Aktivitas pengawasan yang terdiri dari prosedur-prosedur yang saling bekerja sama untuk menjamin dihasilkannya pembukuan yang dapat dipercaya guna menetapkan berapa gaji dan upah yang harus diterima oleh tiap pegawai. Ini dilakukan guna menghindari kecurangan-kecurangan mulai dari proses perhitungan gaji/upah, pencatatan dan pembayaran gaji/upah tersebut.

Menurut Mulyadi (2001 : 386) unsur-unsur pengawasan internal dalam prosedur akuntansi gaji dan upah adalah sebagai berikut:

a. organisasi.

1) Fungsi pembuatan daftar gaji dan upah harus terpisah dari fungsi keuangan. Dalam sistem akuntansi penggajian dan pengupahan, fungsi pembuat daftar gaji dan upah merupakan fungsi akuntansi, yang bertanggung jawab atas perhitungan penghasilan setiap karyawan. Dengan dipisahkannya dua fungsi tersebut, hasil perhitungan gaji dan upah yang dilakukan oleh fungsi pembuat daftar gaji dan upah dicek ketelitian dan keandalannya oleh fungsi keuangan, sebelum gaji dan upah dibayarkan kepada karyawan yang berhak,

2) Fungsi pencatatan waktu hadir harus terpisah dari fungsi operasi.

Waktu hadir merupakan waktu yang dipakai sebagai salah satu dasar untuk perhitungan gaji dan upah karyawan. Dengan demikian, keandalan ketelitian data waktu hadir karyawan sangat menentukan data gaji dan upah setiap karyawan. Untuk menjaga keandalan data waktu hadir karyawan, pencatatan waktu hadir tidak boleh dilaksanakan oleh fungsi operasi.

(25)

b. sistem otorisasi.

1) Setiap orang yang namanya tercantum dalam daftar gaji dan upah harus memiliki surat pengangkatan sebagai karyawan yang ditandatangani oleh Direktur Utama,

2) Setiap perubahan gaji dan upah karena perubahan pangkat, perubahan tarif gaji dan upah, tambahan keluarga harus didasarkan pada surat keputusan Direktur Keuangan,

3) Setiap potongan atas gaji dan upah karyawan selain dari pajak penghasilan karyawan harus didasarkan atas surat potongan gaji dan upah yang diotorisasi oleh fungsi kepegawaian,

4) Satu jam hadir harus diotorisasi oleh fungsi pencatatat waktu,

5) Perintah lembur harus diotorisasi oleh kepala departemen karyawan yang bersangkutan,

6) Daftar gaji dan upah harus diotorisasi oleh fungsi personalia,

7) Bukti kas keluar dan pembayaran gaji dan upah harus diotorisasi oleh fungsi akuntansi.

c. prosedur pencatatan.

1) Perubahan dalam catatan penghasilan karyawan direkonsiliasi dengan daftar gaji dan upah karyawan,

2) Tarif yang dicantumkan dalam satu jam kerja diverifikasi ketelitiannya oleh fungsi akuntansi.

d. praktik yang sehat.

1) Kartu jam hadir harus dibandingkan dengan kartu jam kerja sebelum kartu yang terakhir ini dipakai sebagai dasar distribusi biaya tenaga kerja langsung,

2) Pemasukan kartu jam hadir ke dalam mesin pencatat waktu harus diawasi oleh fungsi pencatat waktu,

3) Pembuatan daftar gaji dan upah diverifikasi kebenaran dan ketelitian penghitungannya oleh fungsi akuntansi sebelum dilakukan pembayaran, 4) Penghitungan pajak penghasilan karyawan direkonsiliasi dengan catatan

penghasilan karyawan,

5) Catatan penghasilan karyawan disimpan oleh fungsi pembuat daftar gaji dan upah.

Salah satu unsur agar terciptanya pengawasan internal atas sistem akuntansi gaji dan upah seperti keterangan di atas adalah adanya pemisahan tanggung jawab fungsional secara tegas. Fungsi-fungsi tersebut adalah fungsi kepegawaian, fungsi pencatatan waktu, fungsi pembuat daftar gaji dan upah, fungsi keuangan, dan fungsi akuntansi. Dokumen yang dihasilkan dari setiap fungsi merupakan

(26)

unsur-memadai, yang berguna untuk memberikan jaminan bahwa telah dilakukan pengawasan yang layak dan transaksi dicatat dengan benar.

E. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Charles (2001: 90) melakukan penelitian sejenis dengan judul “Analisis Sistem Akuntansi Penggajian dan Pengupahan Sebagai Sarana Pengawasan Intern Atas Gaji dan Upah pada Hotel Natour Deli Dharma Medan”, berpendapat bahwa: dalam struktur organisasi sebaiknya ditetapkan adanya pemisahan tanggung jawab dan wewenang dengan tegas dan perlu adanya satuan pengawasan internal (internal auditor) dan menggunakan anggaran sebagai alat pengawasan untuk penerimaan pegawai sampai proses penyerahan gaji / upah.

Irawaty (2001: 70) melakukan penelitian sejenis dengan judul “Pengendalian Intern Atas Penggajian dan Pengupahan Pada PT. Cipta Niaga Cabang Medan”, berpendapat bahwa: setiap sistem pengawasan internal memilki keterbatasan bawaan, sebaiknya perusahaan melakukan pengawasan secara rutin dan bila perlu dibentuk tim internal auditor dalam perusahaan. Selain pemisahan wewenang dalam struktur organisasi dan prosedur-prosedur dalam proses pengawasan, perlu juga dibentuknya tim pengawasan internal untuk mengantisipasi keterbatasan sistem pengawasan yang diterapkan.

Roganti (2006 : 85) melakukan penelitian sejenis dengan judul ”Analisa Sistem Akuntansi Penggajian dan Pengupahan Sebagai Alat Bantu Pengendalian pada PT. Nindya Karya (Persero) Cabang Sumatera Utara, berpendapat bahwa: pengawasan Internal atas Gaji dan Upah dapat dilihat dari pembagian secara tegas

(27)

wewenang dari tiap bagian organisasi dan pelaksanaan prosedur dan fungsi-fungsi yang saling berkaitan.

F. Kerangka Konseptual

PT. PERTAMINA (PERSERO) REGION I MEDAN

GAJI DAN UPAH

PENGAWASAN INTERNAL SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENGAWASAN MANAJEMEN Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Pengawasan Internal atas Gaji dan Upah Pada PT. Pertamina (Persero) Region I Medan

Sumber: Penulis, 2010

PT. Pertamina (Persero) Region I Medan, melakukan pengawasan internal atas gaji dan upah sesuai dengan unsur- unsur pengawasan internal yaitu control environment (lingkungan pengawasan atas gaji dan upah), Risk Assesment (Penaksiran Resiko atas Proses Penggajian dan pengupahan), Information & Communication, Control Activities (Aktivitas Pengendalian atas Gaji dan Upah) serta Monitoring Gaji dan Upah.

Referensi

Dokumen terkait

Skematis Gambar 2 dapat dijabarkan bahwa strategi pengembangan kapasitas UPT Diklat BKD Provinsi Riau dilakukan melalui reformulasi kegiatan pendidikan dan pelatihan PNS

Menurut Gumanti Rahayu (2013:18-19) menyatakan bahwa Report Teks adalah teks yang bertujuan untuk menyamapaikan informasi hasil pengamatan dan analisa yang

Proses pengepakan dilakukan dengan penimbangan bobot semen pada setiap sak semen  seuai takaran dan memerlukan sistem otomasi untuk memudahkan proses produksi sesuai

Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengambil tema dalam penelitian ini yang berjudul Pengaruh Intensitas Mengikuti Bimbingan Agama Islam Jum’at

Optimasi Produksi Klon Karet Melalui Sistem Eksploitasi Berdasarkan Metabolisme Lateks.. Prosiding Lokakarya Nasional Pemuliaan

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT, karena telah melimpahkan rahmat, hidayah, berkah, dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Dari penjelasan diatas mengenai profesionalisme auditor dalam mempertimbangkan tingkat materialitas laporan keuangan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

spektrofotometer menunjukkan 8 sampel ikan asin yang positif mengandung formalin dengan kadar formalin tertinggi yaitu 0,006 ppm pada sampel 1 yang diperoleh dari