• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR

PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Psikologi Belajar

Oleh :

Hubus Syahidah

NPM : 12.03.2793

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM ( IAID )

CIAMIS – JAWA BARAT

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.Kedua kalinya sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW yang telah mengarahkan kita kepada agama yang diridloi Allah SWT yakni agama Islam.

Namun kami yakin tanpa adanya bimbingan, dorongan, motivasi dan do’a, makalah ini tidak akan terselesaikan.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Selain itu ucapan terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Dan semoga makalah ini bisa membawa manfaat bagi kita khususnya bagi penulis. Amin.

Pangandaran, 17 November 2013

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1. LATAR BELAKANG ... 1 1.2. PEMBATASAN MASALAH ... 1 1.3. RUMUSAN MASALAH ... 2 1.4. TUJUAN PENULISAN ... 2 BAB II PEMBAHASAN ... 3

2.1. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR ... 3

2.2 DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR ... 10

2.3. CARA MENGATASI KESULITAN BELAJAR ... 14

BAB III PENUTUP ... 19

3.1 KESIMPULAN ... 19

3.2 SARAN ... 19

(4)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Siswa atau peserta didik merupakan unsur terpenting dalam suatu proses kegiatan belajar mengajar. Setiap guru berkeingingan agar siswa memperoleh hal yang optimal dari hasil belajarnya. Namun pada kenyataannya, tidak semua siswa mendapatkan hasil yang diharapakan. Orang tua, masyarakat, dan siswa itu sendiri kurang mengetahui mengapa dan apa yang terjadi sehingga siswa mendapatkan hasil yang rendah.

Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar. Juga mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar serta cara menetapkan dan kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang seobyektif mungkin (Gemari, 2007).

Dengan memahami hakikat kesulitan belajar, jumlah dan klasifikasi mereka dapat ditentukan dan strategi penanggulangannya yang efektif dan efisien dapat dicari. Penyebab kesulitan belajar juga perlu dipahami karena dengan pengetahuan tersebut dapat dilakukan usaha-usaha preventif maupun kuratif. Oleh karena itu para calon guru bagi anak berkesulitan belajar perlu memahami apa itu kesulitan belajar sebelum melakukan pengkajian yang lebih mendalam tentang pendidikan mereka.

1.2. PEMBATASAN MASLAH

Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada masalah :

a. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar b. Diagnosis kesulitan belajar

c. Cara mengatasi kesulitan belajar

1.3. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latarbelakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Apa saja faktor-faktor penyebab kesulitan dalam belajar? b. Bagaimana diagnosis kesulitan belajar itu?

(5)

2

1.4. TUJUAN PENULISAN

a. Mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan dalam belajar b. Mengetahui bagaimana diagnosis kesulitan belajar itu c. Mengetahui cara mengatasi kesulitan dalam belajar

(6)

3

BAB II PEMBAHASAN

2.1. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR

Menurut Slameto (2003 : 54), faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar ada dua, yaitu :

A. Faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam individu yang sedang belajar. Faktor intern dibagi menjadi beberapa faktor, yaitu :

 Jasmani, yang terdiri dari faktor :

1. cacat tubuh atau adanya susunan saraf yang tidak berkembang secara sempurna. 2. Mempunyai penyakit yang sifatnya menahun yang dapat menghambat usaha-usaha

belajar secara optimal.

3. Kelemahan pada unsur pancaindera (misalnya mata/telinga yang tidak sempurna/cacat) yang dapat mengganggu interaksi dalam proses pembelajaran.

 Psikologis dan mental, yang terdiri dari faktor:

1. inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. 2. Tingkat kecerdasan rendah.

3. Aktivitas yang tidak terarah,kurang semangat,kurang menguasai keterampilan.

 Emosional dan kebiasaan sikap yang salah, terdiri dari faktor :

1. Terdapatnya rasa tidak aman (insecurity). 2. Penyesuaian yang salah terhadap orang – orang. 3. Kurang menaruh minat terhadap pekerjaan sekolah. 4. Malas dan tidak mau belajar.

5. Sering tidak mengkuti pelajaran (bolos).

6. Banyak melakukan aktivitas yang bertentangan dan tidak menunjang aktivitas sekolah.

(7)

4

1. Ketidakmampuan membaca, menulis, kurang menguasai pengetahuan dasar untuk bidang studi yang ditempuh (misalnya bahasa inggris).

2. Memiliki kebiasaan belajar dan cara bekerja yang salah.

B. Faktor ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu :

 Keluarga, yang meliputi:

1. cara orang tua mendidik 2. relasi antara anggota keluarga 3. suasana rumah

4. keadaan ekonomi keluarga, 5. pengertian orang tua latar 6. besar kecilnya anggota keluarga 7. Tradisi dan kultur keluarga

8. Ketrentaman dan keamanan sosio-psikologis.

 Sekolah, yang meliputi:

1. Kelemahan dari sistem belajar mengajar pada tingkat-tingkat pendidikan.

2. Kurikulum yang seragam, buku sumber yang tidak sesuai dengan tingkat kematangan dan perbedaan individu.

3. Relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa. 4. Terlalu sering pindah sekolah atau tinggal kelas.

5. Terlalu berat beban belajar (siswa) dan atau mengjar (guru). 6. Ketidaksesuaian sistem pengajaran

7. Terlalu besar populasi siswa dalam kelas, terlalu banyak menuntut kegiatan diluar. 8. disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan

gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

(8)

5

1. kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

2. Pengaruh kelompok pergaulan yang tidak edukatif dan merusak moral siswa.

Cooney, Davis &Henderson (1975) juga telah mengidentifikasikan beberapa faktor penyebab kesulitan,yaitu :

1. FAKTOR FISIOLOGIS

Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan kurang berfungsinya otak, susunan syaraf ataupun bagian-bagian tubuh lain. Para guru harus menyadari bahwa hal yang paling berperan pada waktu belajar adalah kesiapan otak dan sistem syaraf dalam menerima, memroses, menyimpan, ataupun memunculkan kembali informasi yang sudah disimpan. Kalau ada bagian yang tidak beres pada bagian tertentu dari otak seorang siswa, maka dengan sendirinya si siswaakan mengalami kesulitan belajar. Bayangkan kalau sistem syaraf atau otak anak kita karena sesuatu dan lain hal kurang berfungsi secara sempurna.

Akibatnya ia akan mengalami hambatan ketika belajar. Di samping itu,siswa yang sakit-sakitan, tidak makan pagi, kurang baik pendengaran,penglihatan ataupun pengucapannya sedikit banyak akan menghadapi kesulitan belajar. Untuk menghindari hal tersebut dan untuk membantu siswanya, seorang guru hendaknya memperhatikan hal-hal yang berkait dengan kesulitan siswa ini. Seorang siswa dengan pendengaran ataupun penglihatan yang kurang baik, sebaiknya menempati tempat di bagian depan. Untuk para orang tua, terutama ibu, makanan selama masa kehamilan akan sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik putra-putrinya . Makanan yang dapat membantu pertumbuhan otak dan sistem syaraf bayi yang masih di dalam kandungan haruslah menjadi perhatian para orang tua.

2. FAKTOR SOSIAL

Merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah jika orang tua dan masyarakat sekeliling sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar dan kecerdasan siswa sebagaimana ada yang menyatakan bahwa sekolah adalah cerminan masyarakat dan anak adalah gambaran orangtuanya. Oleh karena itu ada beberapa faktor penyebab kesulitan belajaryang berkait dengan sikap dan keadaan keluarga serta masyarakatsekeliling yang kurang mendukung siswa tersebut untuk belajar sepenuh hati. Sebagai contoh, orang tua yang sering menyatakan bahwa Bahasa Inggris adalah bahasa setan

(9)

6

(karena sulit) akan dapat menurunkan kemauan anaknya unutuk belajar bahasa pergaulan internasional itu. Kalau ia tidak menguasai bahan tersebut ia akan mengatakan “ Ah Bapak saya tidak bisa juga.” Untuk itu, setiap guru tidak seharusnya menyatakan sulitnya mata pelajaran tertentu di depan siswanya. Tetangga yang mengatakan sekolah tidak penting karena banyak sarjana menganggur,masyarakat yang selalu minum-minuman keras dan melawan hukum, orangtua yang selalu marah, nonton TV setiap saat, tidak terbuka ataupun kurang menyayangi anaknya dengan sepenuh hati dapat merupakan contohdari beberapa faktor sosial yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa.

Intinya, lingkungan di sekitar siswa harus dapat membantu mereka untuk belajar semaksimal mungkin selama mereka belajar di sekolah. Dengan cara seperti ini, lingkungan dan sekolah akan membantu para siswa,harapan bangsa ini untuk berkembang dan bertumbuh menjadi lebih cerdas. Siswa dengan kemampuan cukup seharusnya dapat dikembangkan menjadi siswa berkemampuan baik, yang berkemampuan kurang dapat dikembangkan menjadi berkemampuan cukup. Sekali lagi, orang tua, guru,dan masyarakat, secara sengaja atau tidak sengaja, dapat menyebabkan kesulitan bagi siswa. Karenanya, peran orang tua dan guru dalam membentengi para siswa dari pengaruh negatif masyarakat sekitar, disamping perannya dalam memotivasi para siswa untuk tetap belajar menjadi sangat menentukan.

3. FAKTOR KEJIWAAN

Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan kurang mendukungnya perasaan hati (emosi) siswa unutuk belajar secara sungguh-sungguh. Sebagai contoh, ada siswa yang tidak suka mata pelajaran tertentu karena ia selalu gagal mempelajari mata pelajaran itu.

Jika hal ini terjadi, siswa tersebut akan mengalami kesulitan belajar yang sangat berat. Hal ini merupakan contoh dari faktor emosi yang menyebabkan kesulitan belajar. Contoh lain adalah siswa yang rendah diri,siswa yang ditinggalkan orang yang paling disayangi dan menjadikannya sedih berkepanjangan akan mempengaruhi proses belajar dan dapat menjadi faktor penyebab kesulitan belajarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang dapat mempelajari suatu mata pelajaran dengan baikakan menyenangi mata pelajaran tersebut. Begitu juga sebaliknya, anak yang tidak menyenangi suatu mata pelajaran biasanya tidak atau kurang berhasil mempelajari mata pelajaran tersebut. Karenanya, tugas utama yang sangat menentukan bagi seorang guru adalah bagaimana membantu siswanya sehingga mereka dapat mempelajari setiap materi dengan baik.

(10)

7

Yang perlu mendapatkan perhatian juga, hukuman yang diberikan seorangguru dapat menyebabkan siswanya lebih giat belajar, namun dapat juga menyebabkan mereka tidak menyukai guru mata pelajaran tersebut. Dapat juga terjadi, si siswa lalu membenci sama sekali mata pelajaran yang diasuh guru tersebut. Kalau hal seperti ini yang terjadi, tentunya akan sanga tmerugikan si siswa tersebut. Peran guru memang sangat menentukan.

Seorang siswa yang pada hari kemarinnya hanya mampu mengerjakan 3 dari 10 soal dengan benar, lalu dua hari kemudian ia hanya mampumengerjakan 4 dari 10 soal dengan benar, gurunya harus menghargai kemajuan tersebut. Guru hendaknya jangan hanya melihat hasilnya saja,namun hendaknya menghargai usaha kerasnya. Dengan cara seperti ini,diharapkan si siswa akan lebih berusaha lagi. Intinya, tindakan seorang guru dapat mempengaruhi perasaan dan emosi siswanya. Tindakan tersebut dapat menjadikan seorang siswa menjadi lebih baik, namun dapat juga menjadikan seorang siswa menjadi tidak mau lagi untuk belajar suatu mata pelajaran.

4. FAKTOR INTELEKTUAL

Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan kurang sempurna atau kurang normalnya tingkat kecerdasan siswa.Para guru harus meyakini bahwa setiap siswa mempunyai tingkat kecerdasan berbeda. Ada siswa yang sangat sulit menghafal sesuatu, adayang sangat lamban menguasai materi tertentu, ada yang tidak memilikipengetahuan prasyarat dan juga ada yang sangat sulit membayangkan dan bernalar.

Hal-hal yang disebutkan tadi dapat menjadi faktor penyebab kesulitan belajar pada diri siswa tersebut. Di samping itu, hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah para siswa yang tidak memiliki pengetahuan prasyarat. Ketika sedang belajar matematika atau IPA, ada siswa SLTP yangtidak dapat menentukan hasil 1/2 + 1/3, (–5) + 9, ataupun 1 : ½. Siswaseperti itu, tentunya akan mengalami kesulitan karena materi terebut menjadi pengetahuan prasyarat untuk mempelajari matematika ataupun IPA SLTP. Untuk menghindari hal tersebut, Bapak atau Ibu Guru hendaknya mengecek dan membantu siswanya menguasai pengetahuan prasyara ttersebut sehingga mereka dapat mempelajari materi baru dengan lebihbaik.

5. FAKTOR KEPENDIDIKAN

Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan belum mantapnya lembaga pendidikan secara umum. Guru yang selalu meremehkan siswa, guru yang tidak bisa memotivasi siswa untuk belajar lebih giat, guru yang membiarkan

(11)

8

siswanya melakukan hal-hal yangsalah, guru yang tidak pernah memeriksa pekerjaan siswa, sekolah yang membiarkan para siswa bolos tanpa ada sanksi tertentu, adalah contoh dari faktor-faktor penyebab kesulitan dan pada akhirnya akan menyebabkan ketidak berhasilan siswa tersebut.

Berdasar penjelasan di atas, Bapak dan Ibu Guru sudah seharusnya menyadari akan adanya beberapa siswa yang mengalami kesulitan atau kurang berhasil dalam proses pembelajarannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa fakto rtertentu, sehingga mereka tidak dapat belajar dan kurang berusaha sesuai dengan kekuatan mereka. Idealnya, setiap guru harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk membantu siswanya keluar dari setiap kesulitan yang menghimpitnya. Namun hal yang perlu diingat, penyebab kesulitan itu dapatberbeda-beda. Ada yang karena faktor emosi seperti ditinggal saudara kandungtersayang ataupun karena faktor fisiologis seperti pendengaran yang kurang.

Untuk itu, para guru harus mampu mengidentifikasi kesulitan dan penyebabnya lebih dahulu sebelum berusaha untuk mencarikan jalan pemecahannya.

Pemecahan masalah kesulitan belajar siswa sangat tergantung pada keberhasilan menentukan penyebab kesulitan tersebut. Sebagai contoh, siswa Ayang memiliki kesulitan karena penglihatan atau pendengaran yang kurang sempurna hanya dapat dibantu dengan alat optik atau alat elektronik tertentu dan mereka diharuskan duduk di bangku depan. Namun para siswa yang mengalami kesulitan belajar karena faktor lingkungan dan faktor emosi tidak memerlukan kacamata seperti yang dibutuhkan siswa A namun merek amembutuhkan bantuan dan motivasi lebih dari gurunya. Pengalaman sebagai guru telah menunjukkan bahwa ada siswa yang sering membuat ulah di kelasdengan maksud agar diperhatikan guru dan temannya. Setelah diselidiki ternyata ia kurang mendapat perhatian orang tuanya. Untuk anak seperti ini, sudah seharusnya para guru lebih memberikan perhatian dan kasih sayang. Sekali lagi,kesabaran, ketekunan dan ketelatenan para guru sangat diharapkan di dalam menangani siswa yang mengalami kesulitan belajar. Guru dapat menyarankan orang tua siswa tertentu untuk memberi tambahan pelajaran khusus di sore hari untuk siswa yang lamban. Yang lebih penting dan sangat menentukan adalah peran guru pemandu, kepala sekolah, pengawas maupun Kepala Kantor Depdiknas di dalam menangani kesulitan belajar siswa yang disebabkan oleh faktor-faktor kependidikan. Pada akhirnya penulis meyakini bahwa pengetahuan tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar ini akan sangat bermanfaat bagi Bapak dan Ibu Guru. Dengan membaca tulisan ini, diharapkan para guru akan mengetahui, selanjutnya dapat menggunakan pengetahuan tersebut dalam PBM terutama ketika ia sedang

(12)

9

mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Pada akhirnya,mudah-mudahan usaha setiap jajaran Depdiknas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa akan berhasil dengan gemilang.

2.2. DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR

A. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian kesulitan belajar .Blassic dan Jones, sebagaimana dikutip oleh Warkitri ddk. (1990 : 8.3), menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah terdapatnya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang diperoleh. Mereka selanjutnya menyatakan bahwa individu yang mengalami kesulitan belajar adalah individu yang normal inteligensinya, tetapi menunjukkan satu atau beberapa kekurangan penting dalam proses belajar, baik persepsi, ingatan, perhatian, ataupun fungsi motoriknya.

Sementara itu Siti Mardiyanti dkk. (1994 : 4 – 5) menganggap kesulitan belajar sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan tersebut mungkin disadari atau tidak disadari oleh yang bersangkutan, mungkin bersifat psikologis, sosiologis, ataupun fisiologis dalam proses belajarnya.

Dari penjelasan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana terdapat suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan yang diperoleh yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu baik bersifat psikologis, sosiologis maupun fisiologis dalam proses belajar.

Salah satu cara pemberian bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar adalah berupa prosedur dan langkah-langkah yang sistematis yang disebut Diagnosis

Kesulitan Belajar dan pengajaran perbaikan.(Etty Kratikawati dan Willem Lusikooy;

1993/1994).

Diagnosis merupakan istilah yang diadopsi dari bidang medis. Menurut Thorndike dan Hagen (Abin S.M., 2002 : 307), diagnosis dapat diartikan sebagai berikut :

a. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symtoms)

b. Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial

(13)

10

c. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-gejala atau fakta-fakta tentang suatu hal.

Dari penjelasan di atas, dapat penulis buat suatu kesimpulan bahwa Diagnosis Kesulitan Belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan kesulitan belajar dengan mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan tertentu, serta mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.

B. Gejala dan Ciri Kesulitan Belajar 1. Gejala kesulitan belajar

Kesulitan atau masalah belajar dapat dikenal berdasarkan gejala yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk perilaku, baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Menurut Warkitri dkk, 1990 : 8.5 – 8.6 (Ebekunt;2009, http://ebekunt.wordpress.com), individu yang mengalami kesulitan belajar menunjukkan gejala sebagai berikut:

a. Hasil belajar yang dicapai rendah dibawah rata-rata kelompoknya. b. Hasil belajar yang dicapai sekarang lebih rendah dibanding sebelumnya. c. Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. d. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar.

e. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, misalnya masa bodoh dengan proses belajar dan pembelajaran, mendapat nilai kurang tidak menyesal, dst.

f. Menunjukkan perilaku yang menyimpang dari norma, misalnya membolos, pulang sebelum waktunya, dst.

g. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, misalnya mudah tersinggung, suka menyendiri, bertindak agresif, dst.

Sedang Abu Daud menjelaskan bahwa Kesulitan belajar pada dasarnya suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis manifestasi tingkah laku. Gejala kesulitan belajar akan dimanifestasikan baik secara langsung maupun tidak langsung, juga dalam berbagai bentuk tingkah laku. Misalnya saja, sesuai dengan pengertian kesulitan belajar, tingkah laku yang dimanifestasikannya ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu. Gejala ini akan tampak dalam aspek motorik, kognitif, konatif (kehendak) dan afektif baik dalam proses maupun hasil belajar yang dicapainya. Contoh sulit dan lambat dalam berkomunikasi.

(14)

11

Dari kutipan di atas, dapat dibuat sebuah kesimpulan bahwa gejala-gejala yang menunjukkan individu mengalami kesulitan belajar, yaitu:

a. Hasil belajar yang dicapai berada dibawah rata-rata kelas, lebih rendah dari hasil belajar sebelumnya, serta tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.

b. Individu lambat dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah yang diberikan oleh guru. c. Menunjukkan sikap yang masa bodoh, sering bolos ataupun tidak masuk sekolah, serta

mudah tersinggung dan menyendiri.

2. Ciri kesulitan belajar

Adapun ciri-ciri kesulitan belajar yang dialami oleh siswa seperti berikut ini (Mutiara Endah; 2010, http://mutiaraendah.wordpress.com):

a. Gangguan persepsi visual:

 Melihat huruf/angka dengan posisi yang berbeda dari yang tertulis, sehingga seringkali terbalik dalam menuliskan kembali

 Sering tertinggal huruf dalam menulis

 Menuliskan kata dengan urutan yang salah misalnya ibu jadi ubi  Sulit memahami kanan dan kiri

 Bingung membedakan antara obyek dengan latar belakang

 Sulit mengkoordinasi antara mata (penglihatan) dengan tindakan (tangan, kaki, dan lain-lain)

b. Gangguan persepsi auditori

 Sulit membedakan bunyi: menangkap secara berbeda apa yang didengarnya

 Sulit memahami perintah terutama perintah yang diberikan dalam jumlah banyak dan kalimat yang panjang

 Bingung dan kacau dengan bunyi yang datang dari berbagai penjuru sehingga sulit mengikuti diskusi karena saat mencoba mendengar sebuah informasi sudah mendapatkan gangguan dari suara lain di sekitarnya

c. Gangguan bahasa

 Sulit menangkap dan memahami kalimat yang dikatakan kepadanya  Sulit mengkoordinasikan/mengatakan apa yang sedang dipikirkan d. Gangguan persepsi –motorik

(15)

12

 Kesulitan motorik halus (sulit mewarnai, menggunting, melipat, menempel, menulis rapi, memotong, dll )

 Memiliki masalah dalam koordinasi dan disorientasi yang mengakibatkan canggung dan kaku dalam eraknya

e. Hiperaktivitas

 Sukar mengontrol aktivitas motorik dan selalu bergerak/menggerakkan sesuatu (tidak bisa diam)

 Berpindah-pindah dari satu tugas ke tugas berikutnya tanpa menyelesaikan terlebih dahulu

 Impulsif

f. Kacau (distractibility)

 Tidak dapat membedakan stimulus yang penting dan tidak penting  Tidak teratur, karena tidak memiliki urutan-urutan dalam proses berpikir

 Perhatiannya sering berbeda dengan apa yang sedang dikerjakan (melamun/berhayal saat belajar di kelas)

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa ciri-ciri kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, yaitu:

 Dilihat dari pesepsi visualnya, ciri-ciri kesulitan belajar yang dialami oleh siswa seperti pada saat menulis, siswa sering menulis dengan salah satu huruf yang tertinggal atau tidak lengkap.

 Dilihat dari persepsi auditori, ciri-cirinya seperti siswa sulit memahami perintah yang disampaikan oleh guru.

 Dilihat dari segi bahasa, cirinya seperti siswa sulit memahami kalimat yang disampaikn kepadanya serta sulit mengungkapkan apa yang sedang dipikirkannya.

2.3. CARA MENGATASI KESULITAN BELAJAR

Tugas pendidik atau guru adalah mempersiapkan generasi bangsa agar mampu menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya dikemudian hari sebagai khalifah Allah di bumi. Dalam menjalankan tugas ini pendidikan berupaya mengembangkan potensi (fitrah) sebagai anugrah Allah yang tersimpan dalam diri anak, baik yang bersifat jasmaniah maupun ruhaniah, melalui pembelajaran sebuah pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman berguna bagi hidupnya. Dengan demikian pendidikan yang pada hakekatnya adalah untuk

(16)

13

memanusiawikan manusia memiliki arti penting bagi kehidupan anak. Hanya pendidikan yang efektif yang mampu meningkatkan kualitas hidup dan mengantarkan anak survive dalam hidupnya.

Secara umum guru berarti orang yang dapat menjadi anutan serta menjadikan jalan yang baik demi kemajuan. Sejak berlakunya kurikulum 1995, pengertian guru mengalami penyempurnaan, menurut kurikulum 1995 ialah “Guru adalah perencana dan pelaksana dari sistem pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Guru adalah pihak utama yang langsung berhubungan dengan anak dalam upaya proses pembelajaran, peran guru itu tidak terlepas dari keberadaan kurikulum.

Peranan guru sangat penting dalam pelaksanaan proses pembelajaran, selain sebagai nara sumber guru juga merupakan pembimbing dan pengayom bagi para murid yang ada dalam suatu kelompok belajar. hal tersebut sesuai dengan ungkapan T. Rustandy (1996 : 71) yang mengatakan bahwa : Guru memegang peranan sentral dalam proses pembelajaran, memiliki karakter dan kepribadian masing-masing yang tercermin dalam tingkah laku pada waktu pelaksanaan proses pembelajaran. Pola tingkah laku guru dalam proses pembelajaran biasanya ditiru oleh siswa dalam perjalanan hidup sehari-hari, baik di lingkungan keluarga ataupun masyarakat, karena setiap siswa mempunyai keragaman dalam hal kecakapan maupun kepribadian. Keragaman kecakapan dan kepribadian ini mempengaruhi terhadap situasi yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Tetapi menurut Brenner (1990) sebenarnya pendidikan anak prasekolah terefleksi dalam alat-alat perlengkapan dan permainan yang tersedia, cara perlakuan guru terhadap anak, adegan dan desain kelas, serta bangunan fisik lainnya yang disediakan untuk anak. (M. Solehuddin, 1997 : 55). Adapun syarat-syarat bagi guru pada umumnya, termasuk di dalamnya guru agama, telah tercantum dalam Undang-Undang Pendidikan dan Pengajaran Nomor 4 Tahun 1950 Bab X Pasal 15 yang berbunyi :“Syarat utama menjadi guru selain ijazah dan syarat-syarat lain mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah sifat-sifat yang perlu untuk dapat memberikan pengajaran”.Beberapa cara mengatasi kesulitan dalam belajar dapat dilakukan dengan cara belajar yang efektif dan efisien. Cara demikian merupakan problematika yang perlu mendapatkan perhatian cukup serius. Orang tua dan Guru Kelas kerap kali memberikan saran-saran kepada siswa agar rajin belajar karena rajin adalah pangkal cerdas. Orang cerdas akan mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan perkembangan zaman yang serba kompleks.

(17)

14

Berikut ini beberapa alternatif dalam kesulitan belajar : 1. Observasi Kelas

Pada tahap ini observasi kelas dapat membantu mengurangi kesulitan dalam tingkat pelajaran, misalnya memeriksa keadaan secara fisik bagaimana kondisi kelas dalam kegiatan belajar, cukup nyaman, segar, sehat dan hidup atau tidak.

Kalau suasana kelas sangat nyaman, tenang dan sehat, maka itu semua dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih semangat lagi.

2. Pemeriksaan Alat Indera

Dalam hal ini dapat difokuskan pada tingkat kesehatan siswa khusus mengenai alat indera. Diupayakan minimal dalam sebulan sekali pihak sekolah melakukan tes atau pemeriksaan kesehatan di Puskesmas / Dokter, karena tingkat kesehatan yang baik dapat menunjang pelajaran yang baik pula. Maka dari itu, betapa pentingnya alat indera tersebut dapat menstimulasikan bahan pelajaran langsung ke diri individu.

3. Teknik Main Peran

Disini, seorang guru bisa berkunjung ke rumah seorang murid. Di sana seorang guru dapat leluasa melihat, memperhatikan murid berikut semua yang ada di sekitarnya. Di sini guru dapat langsung melakukan wawancara dengan orang tuanya mengenai kepribadian anak, keluarga, ekonomi, pekerjaan dan lain-lain. Selain itu juga, guru bisa melihat keadaan rumah, kondisi dan situasinya dengan masyarakat secara langsung.

4. Tes Diagnostik Kecakapan/Tes IQ/Psikotes

Dalam hal ini seorang guru dapat mengetahui sejauh mana IQ seseorang dapat dilihat dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan praktis dan sederhana. Dengan latihan psikotes dapat diambil beberapa nilai kepribadian siswa secara praktis dari segi dasar, logika dan privasi seseorang.

Menyusun Program Perbaikan

Penyusunan program hendaklah dimulai dari segi pengajar dulu. Seorang pengajar harus menjadi seorang yang konsevator, transmitor, transformator, dan organisator. Selanjutnya lengkapilah beberapa alat peraga atau alat yang lainnya yang menunjang pengajaran lebih baik, karena dengan kelengkapan-kelengkapan yang lebih kompleks, motivasi belajarpun akan dengan mudah didapat oleh para siswa.

Hendaklah semua itu disadari sepenuhnya oleh para pengajar sehingga tidak ada lagi kendala dan hambatan yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar. Selain itu tingkat

(18)

15

kedisiplinan yang diterapkan di suatu sekolah dapat menunjang kebaikan dalam proses belajar. Disiplin dalam belajar akan mampu memotivasi kegiatan belajar siswa.

Alternatif lain yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya. Akan tetapi sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah berikut ini :

a. Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa.

b. Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan adanya perbaikan.

c. Menyusun program perbaikan.

Dalam menyusun program pengajaran perbaikan diperlukan adanya ketetapan sebagai berikut :

a. Tujuan pengajaran remedial

Contoh dari tujuan pengajaran remedial yaitu siswa dapat memahami kata “tinggi”, “pendek” dan “gemuk” dalam berbagai konteks kalimat.

b. Materi pengajaran remedial

Contoh materi pengajaran remedial yaitu dengan cara lebih khusus dalam mengembangkan kalimat-kalimat yang menggunakan kata-kata seperti di atas.

c. Metode pengajaran remedial

Contoh metode pengajaran remedial yaitu dengan cara siswa mengisi dan mempelajari hal-hal yang dialami oleh siswa tersebut dalam menghadapi kesulitan belajar.

d. Alokasi waktu

Contoh alokasi waktu remedial misalnya waktunya Cuma 60 menit.

e. Teknik evaluasi pengajaran remedial

Contoh teknik evaluasi pengajaran remedial yaitu dengan menggunakan tes isian yang terdiri atas kalimat-kalimat yang harus disempurnakan, contohnya dengan menggunakan kata tinggi, kata pendek, dan kata gemuk.

(19)

16

atau cara-cara pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan mempelajari buku-buku khusus mengenai bimbingan dan penyuluhan. Selain itu, guru juga sangat dianjurkan untuk mempertimbangkan penggunaan model-model mengajar tertentu yang dianggap sesuai sebagai alternatif lain atau pendukung cara memecahkan masalah kesulitan belajar siswa.

Keaktifan siswa tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif, tetapi fikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya dengan siswa tidak belajar, karena siswa tidak merasakan perubahan di dalam dirinya, padahal pada hakekatnya belajar adalah “perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang yang telah berakhirnya melakukan aktivitas belajar.

Penerapan sikap dan pembentukan kepribadian pada diri siswa harus dioptimalkan, mengingat keberhasilan suatu proses pembelajaran bukan diukur oleh adanya penambahan dan perubahan pengetahuan serta keterampilan saja, namun nilai sikap harus terakomodasi, sebab dengan perubahan sikap akan menentukan terhadap perubahan kognitif ataupun psikomotor.

Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakekatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar.

Pada tahap berikutnya mengjar adalah proses memberikan bimbingan, bantuan kepada siswa dalam melakukan proses belajar.Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah interaksi antara guru dengan peserta didik dan antara peserta didik dengan peserta didik lainnya, serta dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada diri peserta didik. Agar proses belajar mengajar tersebut berlangsung secara efektif selain diperlukan alat peraga sebagai pelengkap yang digunakan guru dalam berinteraksi dengan peserta didik diperlukan pula aturan dan tata tertib yang baku agar dalam pelaksanaannya teratur dan tidak menyimpang.

Dari hakikat proses belajar mengajar, pembelajaran merupakan proses komunikasi, maka pembelajaran seyogyanya tidak atraktip melainkan harus demokrasi. Siswa harus menjadi subjek belajar, bukan hanya menjadi pendengar setia atau pencatat yang rajin, tetapi siswa harus aktif dan kreatif dalam berbagai pemecahan masalah. Dengan demikian guru harus dapat memilih dan menentukan pendekatan dan metode yang disesuaikan dengan kemampuannya, kekhasan bahan pelajaran, keadaan sarana dan keadaan siswa.

(20)

17

BAB III PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Kesulitan belajar dapat diartikan suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk menggapai hasil belajar. Masalah berkesulitan belajar termasuk dalam bidang pendidikan luar biasa. Jika tidak segera ditangani, lambat laun kesulitan belajarnya semakin kompleks, dan akhirnya menjadi masalah bagi pendidikan, karena sumber daya manusia (SDM) yang dipersiapkan menjadi tidak tercapai. Untuk itu perlu adanya upaya penanganan siswa berkesulitan belajar yang melibatkan berbagai disiplin ilmu.

Jadi dapat disimpulkan kesulitan belajar adalah suatu keadaan dalam proses belajar mengajar dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar pada dasarnya adalah suatu gejala yang nampak dalam berbagai manivestasi tingkahlaku, baik secara langsung maupun tidak langsung.

3.2.SARAN

Dari pembahasan tersebut kiranya penyusun dapat memberikan saran bahwa hendaknya untuk mencegah dampak negatif yang lebih jelek lagi, yang mungkin timbul karena kesulitan belajar yang di alamai oleh para peserta didik , maka para pendidik harus waspada terhadap gejala-gejala kesulitan belajar yang mungkin dialami oleh para peserta didiknya.Untuk itu dalam makalah ini kami mencoba menguraikan hal-hal mengenai kesulitan belajar .

(21)

18

DAFTAR PUSTAKA

Abu Daud. 2011. Kesulitan Belajar. http://abudaud2010.blogspot.com. Sabtu, 29 Januari 2011

Ramdhani. 2011. Tujuan Pelaksanaan Diagnosis Kesulitan Hasil Belajar. http://feyra-gokil.blogspot.com. Juli 2011. Jam 10:21 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

Ukuran kinerja non financial merupakan respons terhadap masalah ± masalah tersebut dengan cara menggunakan data fisik sederhana dan bukannya data akuntansi yang

Dari perhitungan statistik Chi-square didapatkan nilai p value sebesar 0,46 sehingga nilai p ini lebih kecil dari nilai alpa (α = 0,05) artinya ada terdapat

Jenis tertinggi pada tingkat pohon adalah jenis Rambutan Hutan ( Nephelimus mutabile ) sebesar = 0,025, tingkat tiang Indeks Dominansi (C) sebesar = 0,238, jenis tertinggi pada

Dari hasil penelitian di Dusun 12 Translok Desa Margasari Lampung Timur terdapat 7 jenis tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat antara lain api-api (Avicennia marina) untuk

Berdasarkan hasil penilaian observer terhadap keterlaksanaan LKS hasil pengembangan, rata-rata tanggapan guru dan rata-rata tanggapan siswa yang berkriteria sangat

Rencana pengembangan SPAM mengacu pada arahan Kebijakan, Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah, dengan adanya pengembangan SPAM sesuai arahan tata ruang tersebut

SUMUT Cabang Pembantu Syariah Kisaran. 43 Karyawan Bank bagian Customer Service Oleh Siti Surayya Dalimunthe Bank. SUMUT Cabang Pembantu Syariah Kisaran.. iB Renca,

b. Faktor penegakan hukum, didalamnya yakni pihak-pihak yang membentuk dan/atau menerapkan hukum. Pada faktor kedua yang menentukan efektif atau tidaknya kinerja hukum