• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. Undang-Undang Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang - undangan (Lembaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "5. Undang-Undang Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang - undangan (Lembaran"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 11 TAHUN 2007

TENTANG

RETRIBUSI IZIN USAHA HOTEL MELATI DAN PONDOK WISATA DI KABUPATEN BULELENG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG,

Menimbang : a. bahwa pertumbuhan dan perkembangan sektor kepariwisataan khususnya usaha – usaha pendukungnya seperti Usaha Hotel Melati dan Usaha Pondok Wisata perlu dilakukan penataan, pengendalian, pembinaan dan pengawasan sehingga dapat memberikan hasil guna dan daya guna bagi pertumbuhan perekonomian daerah serta pemanfaatan ruang dapat terjaga sesuai dengan peruntukannya;

b. bahwa untuk menjaga ketertiban dan menjamin kepastian hukum bagi para pengusaha dimaksud huruf a, dipandang perlu mengatur hotel melati dan usaha pondok wisata melalui penerbitan izin usaha ;

c. bahwa penerbitan izin usaha memerlukan proses administrasi dan biaya sehingga untuk memperlancar proses penerbitannya diperlukan adanya partisipasi masyarakat khususnya para pengusaha melalui pembayaran retribusi ;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, huruf b dan huruf c maka perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Usaha Hotel Melati dan Pondok Wisata di Kabupaten Buleleng.

Mengingat : 1. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah – daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah – daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);

2. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ( Lembaran negara Republik Indonesia 1981 Nomor 76, Tambahan lembaran negara Republik Indonesia Nomor 3209 );

3. Undang–Undang Rrepublik Indonesia Nomor 23 tahun 1997 tentang Ketentuan – ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3699 );

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Republik Indonesia Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Republik Indonesia Republik IndonesiaNomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

5. Undang-Undang Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang - undangan (Lembaran

(2)

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

6. Undang-Undang Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Republik IndonesiaNomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Republik Indonesia Republik IndonesiaNomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang Republik Indonesia Republik Indonesia(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3658 );

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);

9. Keputusan bersama Menteri Perhubungan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 KM.292/EK/205/Phb Tahun 1979 Nomor 1979 tentang ketntuan Pelaksanaan Peraturan pemerintah Nomor 24 Tahun 1979, tentang penyerahan sebagian Urusan Pemerintah dalam Bidang Kepariwisataan kepada Pemerintah daerah Tingkat I;

10. Keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi Nomor KM.69/PW-304/MPPT-85 tentang Peraturan Usaha dan Penggolongan Losmen;

11. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130-67 tahun 2002 tanggal 20 Pebruari 2002 tentang pengakuan kewenangan Kabupaten / Kota;

12. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 27 tahun 1987 tentang Penyederhanaan Perijinan dan Retribusi;

13. Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 3 Tahun 1991, tentang Pariwisata Budaya ( Lembaran Daerah Propinsi Bali Tahun 1991 Nomor 241 Seri C Nomor 2 );

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BULELENG dan

(3)

BUPATI BULELENG

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA HOTEL MELATI DAN PONDOK WISATA DI KABUPATEN BULELENG

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Buleleng.

2. Pemerintah Daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sisten dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Bupati adalah Bupati Buleleng.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daeah Kabupaten Buleleng.

5. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng.

6. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk keepentingan orang pribadi atau badan.

7. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, peseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi sejenis, lembaga, dana pension, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya.

8. Hotel Melati adalah suatu usaha komersial yang menggunakan seluruh atau sebagian dari suatu bangunan yang khusus disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh jasa pelayanan. 9. Pondok Wisata adalah rumah atau bagian dari rumah penduduk yang difungsikan sebagai

akomodasi wisata dengan fasilitas yang lebih sederhana daripada hotel dan disewakan untuk jangka waktu tertentu.

10. Izin Usaha adalah izin tetap usaha Hotel Melati dan Pondok Wisata yang dikeluarkan oleh Bupati.

11. Retribusi izin Usaha Hotel Melati dan Pondok Wisata yang selanjutnya disebut retribusi izin usaha adalah pungutan daerah atas jasa pelayanan oleh Pemerintah Daerah didalam pemberian izin usaha Hotel Melati dan Pondok Wisata.

12. Pengelola Hotel Melati dan Pondok Wisata adalah orang yang sehari – hari memimpin dan bertanggung jawab atas pengusahan usaha tersebut.

(4)

PERIZINAN Pasal 2

(1) Setiap Usaha Hotel Melati dan Pondok Wisata wajib memiliki izin usaha yang diterbitkan oleh Bupati.

(2) Izin Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diusahakan oleh badan atau orang pribadi.

(3) Penambahan kamar maupun perluasan usaha wajib mencari izin usaha baru.

(4) Izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama usaha tersebut berjalan.

Pasal 3

(1) Izin Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, setiap 3 (tiga) tahun wajib didaftar ulang oleh pengusaha yang bersangkutan kepada Bupati.

(2) Permohonan daftar ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan 3 (tiga) bulan sebelum masa pendaftaran ulang berakhir.

BAB III

NAMA, OBJEK, SUBJEK DAN GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 4

Dengan nama Retribusi Izin Usaha Hotel Melati dan Pondok Wisata dipungut Retribusi sebagai pengganti biaya atas pelayanan penerbitan Izin Usaha.

Pasal 5

Obyek Retribusi Izin Usaha Hotel Melati dan Pondok Wisata adalah pelayanan penerbitan Izin Usaha Hotel Melati dan Pondok Wisata.

Pasal 6

Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mendapatkan pelayanan penerbitan surat izin usaha Hotel Melati dan Pondok Wisata.

Pasal 7

Retribusi Izin Usaha Hotel Melati dan Pondok Wisata termasuk golongan jenis Retribusi lain – lain.

BAB IV

BENTUK USAHA DAN PERMODALAN Pasal 8

(1) Usaha Hotel Melati dan Pondok Wisata yang seluruh modalnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia dapat berbentuk badan atau usaha perseorangan sesuai dengan persyaratan dan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

(5)

(2) Usaha Hotel Melati dan Pondok Wisata dengan modal bersama antara Warga Negara Indonesia dengan Asing bentuk usahanya disesuaikan dengan ketentuan perundang – undangan yang berlaku.

BAB V

TATA CARA PENGUSAHAAN DAN SYARAT PERMOHONAN IZIN USAHA Bagian Pertama

Tata Cara Pengusahaan Pasal 9

Tata Cara Pengusahaan Hotel Melati dan Pondok Wisata meliputi penyediaan kamar tempat menginap, penyediaan tempat dan pelayanan makanan dan minuman, pelayanan pencucian pakaian/binatu, sesuai dengan persyaratan yang diatur lebih lanjut dengan keputusan Bupati.

Pasal 10 Pengusaha Hotel Melati wajib :

a. menyediakan sarana dan fasilitas keselamatan dan keamanan tamu hotel ; b. menjaga keamanan barang-barang milik tamu hotel ;

c. menjaga citra hotel dan mencegah pelanggaran kesusilaan dan ketertiban umum ; d. mencegah penghidangan minuman keras kepada yang belum dewasa ;

e. menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan ; dan

f. melakukan kegiatan usaha sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam Izin Usaha.

Pasal 11 Pengusaha Pondok Wisata wajib :

a. menjaga citra Pondok Wisata dan mencegah pelanggaran kesusilaan dan ketertiban umum ; b. menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan ; dan

c. melakukan kegiatan usaha sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam Izin Usaha.

Bagian Kedua

Tata Cara Permohonan Izin Usaha Pasal 12

(1) Untuk mendapatkan izin usaha Hotel Melati permohonan diajukan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dengan melampirkan :

a. fotocopy rekomendasi Bupati ;

b. fotocopy Izin Mendirikan Bangunan ( IMB ) ;

c. fotocopy Kartu Tanda Penduduk penanggung jawab; d. bukti pemilikan / penguasaan hak atas tanah ;

e. fotocopy Izin Undang – undang Gangguan ( HO ) dan Surat Izin Tempat Usaha (SITU) ; f. gambar rencana bangunan dan peta lokasi bangunan ; dan

g. data fasilitas Hotel Melati yang bersangkutan.

(2) Untuk memperoleh Izin Usaha Pondok Wisata, permohonan harus ditulis diatas kertas bermaterai sesuai dengan ketentuan yang berlaku ditujukan kepada Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dengan melampirkan :

(6)

b. fotocopy Izin Mendirikan Bangunan ( IMB );

c. fotocopy Kartu Tanda Penduduk penanggung jawab; d. bukti pemilikan / penguasaan hak atas tanah ;

e. fotocopy Izin Undang – undang Gangguan ( HO ) dan Surat Izin Tempat Usaha (SITU) ; f. gambar rencana bangunan dan peta lokasi bangunan ; dan

g. data fasilitas Pondok Wisata yang bersangkutan.

(3) Permohonan pendaftaran ulang izin usaha ditujukan kepada Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dengan melampirkan :

a. izin usaha yang telah dimiliki sebelumnya ; b. lunas pembayaran pajak ; dan

c. laporan perkembangan usaha.

(4) Izin Usaha tidak dapat dipindah tangankan kecuali dengan persetujuan tertulis dari Bupati. (5) Tata cara pemindahtanganan izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur lebih

lanjut dengan Keputusan Bupati.

Pasal 13

Izin usaha diterbitkan oleh Bupati selambat – lambatnya 7 ( tujuh ) hari kerja sejak permohonan diterima lengkap dan benar.

BAB VI

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNA JASA Pasal 14

Tingkat pengguna jasa diukur berdasarkan izin yang diberikan sesuai dengan jumlah dan fasilitas kamar yang akan diusahakan.

BAB VII

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN KLASIFIKASI DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 15

Prinsip dan sasaran dalam penetapan klasifikasi dan besarnya tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk penataan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan usaha dengan tetap memperhatikan biaya penyelenggaraan pelayanan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.

Pasal 16

(1) Usaha Hotel Melati dapat digolongkan ke dalam 3 (tiga) kelas.

(2) Golongan kelas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dengan tanda Bunga Melati sebagai berikut :

a. Golongan kelas melati III dengan jumlah kamar standar minimal 15 (lima belas) ; b. Golongan kelas melati II dengan jumlah kamar standar minimal 10 (sepuluh) ; dan c. Golongan kelas melati I dengan jumlah kamar standar minimal 6 (enam).

Pasal 17

(1) Izin Usaha Hotel Melati dikenakan retribusi sesuai dengan golongan kelas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, yaitu :

(7)

b. Golongan kelas melati II dikenakan retribusi sebesar Rp. 750.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) ; dan

c. Golongan kelas melati I dikenakan retribusi sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) ;

(2) Izin Usaha Pondok Wisata dikenakan retribusi sebesar Rp. 250.000,- ( dua ratus lima puluh ribu rupiah ).

BAB VIII

WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 18

Retribusi yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat pelayanan penerbitan Surat Izin Usaha.

BAB IX

TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 19

(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.

(2) Retrtibusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB X

PEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN Pasal 20

Dalam rangka pembinaan, pengendalian dan pengawasan terhadap Usaha Hotel Melati dan Pondok Wisata Bupati membentuk Tim dengan Keputusan Bupati.

BAB XI

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 21

(1) Sanksi administrasi diberikan apabila terjadi pelanggaran terhadap Pasal 3 ayat (1), Pasal 10, Pasal 11 dan Pasal 12 ayat (4).

(2) Sanksi Administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa : a. peringatan tertulis ;

b. pembekuan Izin Usaha ; dan c. pencabutan Izin Usaha.

(8)

Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) huruf a diberikan sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu paling lama 1 (satu) bulan.

Pasal 23

(1) Apabila peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 tidak diindahkan maka dilakukan pembekuan usaha.

(2) Jangka waktu pembekuan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 3 (tiga) bulan terhitung sejak dikeluarkan peringatan ketiga akhir bulan.

Pasal 24

Pencabutan Izin Usaha dilakukan apabila pengusaha yang bersangkutan tidak melakukan perbaikan setelah melampaui batas waktu pembekuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2)

BAB XII

TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 25

Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran serta biaya administrasi diatur lebih lanjut dengan keputusan Bupati.

BAB XIV

TATA CARA PENAGIHAN Pasal 26

(1)

(2)

(3)

Pengeluaran surat teguran / peringatan / surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 ( tujuh ) hari sejak jatuh tempo pembayaran.

Dalam jangka waktu 7 ( tujuh ) hari setelah tanggal surat teguran / peringatan / surat lain yang sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusinya yang terhutang ; Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk.

BAB XIII

KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 27

(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah dan Penyidik Umum diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas ;

(9)

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tantang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubangan dengan tindak pidana perpajakan Daerah dan Retribusi;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi;

e. melakukan pengeledahan untuk mendapakan bahan bukti perbukuan, pencatatan, dan dokumen-dokuman lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan Daerah dan Retribusi;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan;

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi menurut hukum yang bertanggung jawab.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana

BAB XIV

KETENTUAN PIDANA Pasal 28

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 2 ayat (1) dan ayat (3), dan Pasal 24 bagi pengusaha yang tetap menjalankan usahanya, maka diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XV

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 29

(10)

Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku Usaha Pondok Wisata dan Hotel Melati yang telah ada dan memiliki izin usaha, dalam jangka waktu 6 ( enam ) bulan sejak diundangkannya Peraturan Daerah ini maka usaha dimaksud wajib disesuaikan dan ditetapkan dengan keputusan Bupati.

BAB XVI

KETENTUAN PENUTUP Pasal 30

Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangannya dengan penempatanya dalam Lembaran Daerah.

Ditetapkan : di Singaraja

pada tanggal : 27 Desember 2007 BUPATI BULELENG,

PUTU BAGIADA Diundangkan : di Singaraja

pada tanggal : 28 Desember 2007

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BULELENG,

I KETUT ARDHA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULELENG TAHUN 2007 NOMOR 11

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 11 TAHUN 2007

TENTANG

RETRIBUSI IZIN USAHA HOTEL MELATI DAN PONDOK WISATA DI KABUPATEN BULELENG

(11)

Pertumbuhan dan perkembangan sektor kepariwisataan khususnya usaha – usaha pendukungnya seperti Usaha Hotel Melati dan Pondok Wisata, perlu dilakukan penataan, pengendalian pembinaan dan pengawasan sehingga dapat memberikan hasil guna dan daya guna bagi pertumbuhan perekonomian daerah serta pemanfaatan ruang dapat terjaga sesuai dengan peruntukannya.

Untuk menjaga ketertiban dan menjamin kepastian hukum bagi para pengusaha maka dipandang perlu mengatur usaha hotel melati dan pondok wisata melalui penerbitan Izin Usaha yang terbitkan oleh Bupati. Penerbitan izin usaha memerlukan proses administrasi dan biaya sehingga untuk memperlancar proses penerbitannya diperlukan adanya partisipasi masyarakat khususnya para pengusaha melalui pembayaran retribusi.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas Pasal 7 Cukup jelas Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 Cukup jelas Pasal 10 Huruf a Cukup jelas Huruf b Cukup jelas Huruf c

(12)

Yang dimaksud dengan menjaga citra hotel melati dalam ketentuan ini adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah penggunaan hotel melati sebagai tempat perjudian, penggunaan narkoba, atau kegiatan lainnya yang melanggar kesusilaan dan ketertiban.

Huruf d Cukup jelas Huruf e Cukup jelas Huruf f Cukup jelas Pasal 11 Huruf a

Yang dimaksud dengan menjaga citra Pondok Wisata dalam ketentuan ini adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah penggunaan Pondok Wisata sebagai tempat perjudian, penggunaan narkoba, atau kegiatan lainnya yang melanggar kesusilaan dan ketertiban.

Huruf b Cukup jelas Huruf c Cukup jelas Pasal 12 Cukup jelas Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas Pasal 15 Cukup jelas. Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20

Tim terdiri dari unsur-unsur Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah dan Bagian Hukum Setda Kabupaten Buleleng.

(13)

Pasal 21 Cukup jelas. Pasal 22 Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas Pasal 26 Cukup jelas Pasal 27 Cukup jelas Pasal 28 Cukup jelas Pasal 29 Cukup jelas Pasal 30 Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG

NOMOR TAHUN 2007

TENTANG

RETRIBUSI IZIN USAHA HOTEL MELATI DAN

PONDOK WISATA DI KABUPATEN BULELENG

(14)

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULELENG

TAHUN 2007

Referensi

Dokumen terkait

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Dasar hukumnya terdapat dalam Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Pada Bagian II

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik.. Peraturan Daerah Kab. HSU Nomor 18 Tahun 2011 ttg

Penyelenggara PCM/PDM dengan mengundang peserta lain dari beberapa dusun (Minimal 3 dusun) ,baik dari warga Muhammadiyah maupun Luar Muhammadiyah 2.. Ada

(1) Lembaga Diklat Kepelautan yang menyelenggarakan Diklat Keahlian Pelaut dan Diklat Keterampilan Khusus wajib memiliki perpustakaan yang dikelola oleh staf yang profesional,

Penyelenggaraan Liga Pendidikan Indonesia Tk... Fasilitasi

Penggantian nama tidak diwajibkan, akan tetapi selama tahun-tahun pertama dari masa Orde Baru, sebagian besar dari orang Indonesia keturunan Tionghoa mengganti nama mereka, karena

Pada penelitian ini, dilakukan pembuatan aplikasi mobile phone berbasis Android dengan menerapkan metode Wiener estimation untuk menduga nilai reflektan berdasarkan