• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH KESENIAN BARONGAN DI DESA KUNDEN KECAMATAN BLORA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEJARAH KESENIAN BARONGAN DI DESA KUNDEN KECAMATAN BLORA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

9

Har Intyan Bintartiwi, Tri Widiarto, Wahyu Purwiyastuti

Pendidikan Sejarah-FKIP Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRACT

Barongan is art that comes from Blora, so there are about 625 in Blora Barongan arts community. Barongan arts community still live, but just show this attraction in the village. in the village of Kunden there are two associations that still live envolving, it is Guntur Seto. But at the moment that still exist are Barongan Guntur Seto art community. Barongan comes from the conflict between Kingpin Amijoyo, Bunjangganong, and Joko Lodro written in Panji stories. In the show there is a procession Barongan art. Art Barongan also contain positive values applied in village life Kunden Blora districts. This study used qualitative research methods. Data were collected by interview, observation or direct observation, documentation, and literature The results of the study of art history showed is the history of public art Barongan Barongan explaining the origins of art Barongan in Blora. History of Barongan still survive for upgrading the quality of presenting the appearance of new music and new music instrument in Barongan show.

Keywords: History, Art, Barongan, Blora PENDAHULUAN

Dilihat dari segi budaya, daerah Blora mempunyai keanekaragaman bu-daya, adat istiadat dan kesenian yang menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia mencip-takan berbagai macam bentuk kesenian yang hidup berdampingan saling mem-pengaruhi dan sebagai sumber pencip-taan yang satu terhadap yang lainnya. Kesenian tersebut berupa kesenian tradisional dan kesenian non tradisional atau kesenian modern (Soedarsono,1999: 28).

Kesenian tradisional Barongan yang tumbuh dan berkembang di Desa Kunden Kecamatan Blora merupakan bentuk kesenian tradisional kerakyatan yang tumbuh dan berkembang dari kalangan rakyat dan menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat pendukung-nya. Seperti halnya kesenian tradisional yang lain, kesenian tradisional kerakyat-an. Kesenian Barongan merupakan salah satu kesenian tradisional yang diwariskan

secara turun temurun. Seni Barongan merupakan salah satu kesenian rakyat yang populer dikalangan masyarakat Blora. Bentuk penyajiannya berupa pertunjukan Barongan yang berbentuk tarian kelompok yang menirukan keper-kasaan gerak seekor Singa Raksasa yang diiringi dengan instrumen musik antara lain kendang, gendhuk, bonang, saron, demung dan kempul. Seiring perkem-bangan jaman ada beberapa penambahan instrumen modern yaitu berupa drum, terompet, kendang besar dan keyboard serta tembang-tembang Jawa.

Kesenian tradisional Barongan bertahan hidup di Desa Kunden Kecamat-an Blora merupakKecamat-an seni pertunjukKecamat-an tradisional yang keberadaannya sudah ada sejak lama dan sampai sekarang perkembangannya seiring berjalannya waktu semakin meningkat. Dulu masyara-kat Desa Kunden hanya mengenal kesenian Barongan dengan pertunjukan-nya yang hapertunjukan-nya menampilkan barongan saja yang menampilkan atraksi makan

(2)

10 beling, mengupas kelapa dan memakan arang yang berapi tetapi seiring berjalannya waktu peranan Singa Barong dalam pertunjukan secara totalitas didalam penyajian merupakan tokoh yang sangat dominan, disamping itu ada beberapa tokoh yang tidak dapat dipisahkan yaitu Bujangganong atau Pujonggo Anom, Joko Lodro atau Gendruwon, Pasukan berkuda, reog Nayantaka dan Untub. Kesenian tra-disional Barongan pada umumnya sudah melekat dan menyatu dalam kehidupan masyarakat, hal ini dapat dilihat masih seringnya pementasan seni Barongan oleh warga masyarakat Desa Kunden dan sekitarnya untuk berbagai keperluan seperti digunakan dalam acara tradisi Lamporan, hari jadi kota Blora, khitanan dan sering pentas di luar kota bahkan mendapatkan juara II dalam Internasional Etnic Culture Festival. Hal ini menandakan bahwa kesenian Barongan digemari masyarakat, terutama anak-anak, remaja sampai orang tuapun gemar menyaksikan pertunjukan tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA

Koentjaraningrat (1974:19) men-definisikan kebudayaan sebuah keselu-ruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Kata belajar memberi pengertian bahwa amat tidak sedikit tindakan kehidupan manusia ditengah-tengah masyarakat yang tidak dilakukan dengan belajar. Memang “kebudayaan” dan “tindakan kebudayaan” adalah segala perbuatan yang harus dilakukan oleh manusia dengan belajar.

Dilihat dari sudut bahasa Indone-sia kebudayaan berasal dari Bahasa Sansekerta “Buddhayah” yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Pendapat lain mengatakan, bahwa

kata budaya adalah sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk : budi daya, yang berarti daya dari budi. Karena itu mereka membedakan antara budaya dengan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut (Abu Ahmadi, 2007:58).

Kesenian terbagi menjadi dua di mana terdapat kesenian istana dan rakyat, hal ini dapat dibedakan dari tempat pertunjukannya dimana kesenian rakyat dipentaskan dibagian luar keraton dan kesenian istana dipentaskan dibagian dalam keraton. Hal tersebut diungkap pula oleh Kayam (1981:39) bahwa, sebagai berikut “tradisi agung” dan “tradisi kecil yakni pola kebudayaan dari peradapan kota (agung) dan pola kebudayaan dari komunitas kecil atau masyarakat pertanian (kecil). Hal tersebut diungkap oleh Soedarsono dalam bukunya Pengaruh Perubahan Sosial Terhadap Seni Pertunjukan di Indonesia dijelaskan bahwa. Pada zaman Kerajaan, ketika di Jawa terdapat dua golongan yang sangat berbeda yaitu golongan istana dan golongan rakyat, telah menghadirkan dua gaya seni pertunjukan yang sangat berbeda pola, yaitu seni pertunjukan istana dan seni pertunjukan rakyat.

Kesenian merupakan unsur kebu-dayaan selalu mengalami perkembangan dan perubahan dari masa ke masa. Perubahan itu disadari oleh pandangan manusia yang dinamis dan semakin lama semakin berkembang dalam konsep proses dan hasil karya berkesenian. Dari pernyataan diatas, menunjukkan bahwa pandangan masyarakat tentang kesenian tradisi hanya diartikan sebagai warisan budaya yang patut dilestarikan tanpa pengamatan yang lebih dalam, serta

(3)

11 mencerminkan makna dan simbol yang terdapat didalamnya.

Adapun kerangka pikir penelitian ini tergambar dalam diagram sebagai berikut:

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian Sejarah Kesenian Barongan Di Desa Kunden Kecamatan Blora adalah penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, metode penelitian yang diguna-kan adalah apa yang ada di dalam masyarakat, sejarah, tingkah laku dan aktivitas sosial. Metode penelitian kualitatif digunakan untuk menghasilkan sebuah kesimpulan tentang hal yang akan diteliti yang terdapat di dalam masyarakat. Terkadang apa yang terjadi di dalam masyarakat tersebut dianggap suatu hal yang sulit untuk dipahami sehingga membutuhkan data penjelas untuk memahami hal tersebut. (Strauss dan Corbin).

Geografis Desa Kunden

Desa Kunden adalah suatu kelurahan yang berada di kabupaten Blora. Letak yang strategis dekat dengan alun-alun Blora, pasar, masjid, dan rumah

Bupati, membuat Desa Kunden semakin ramai oleh lalu lalang kendaraan seperti halnya angkutan umum dan ojek yang setiap harinya beroperasi. Transportasi menuju Desa Kunden sangat lancar,

karena berbagai transportasi dalam berbagai jenis dapat diakses.

Tanah di Desa Kunden adalah tanah subur, terbukti dengan warna tanah yang coklat kehitaman dan air tidak pernah kering serta merupakan daerah persawahan. Penghasilan masyarakat mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Luas seluruh tanah yang ada di Desa Kunden adalah 130.03 yaitu 42,24 hektar merupakan lahan persawah-an, 18,08 hektar merupakan tegalpersawah-an, 41,03 hektar merupakan lahan permukim-an, dan 18,04 hektar lain-lain.

Sejarah umum kesenian Barongan Barongan merupakan kesenian rakyat asli Blora, di mana masyarakat Blora mempunyai semangat hidup seperti nilai-nilai positif yang terkandung dalam kesenian Barongan. Kesenian Barongan Blora menceritakan tentang dua sosok sakti yang bernama Gembong Amijoyo

(4)

12 dan Joko Lodro. Cerita yang diangkat dalam Barongan menjadi ciri khas dari Barongan Blora .Gembong Amijoyo merupakan sosok sakti yang dapat merubah diri menjadi harimau raksasa, di dalam cerita Barongan sering disebut Barongan. Gembong Amijoyo bertugas menjaga alas jati wengker. Menurut para pengamat kesenian, Alas Jati Wengker terletak di Blora, karena pengertian dari Alas jati wengker adalah hutan jati terbaik di dunia sedangkan Joko Lodro adalah orang sakti yang bisa merubah wujud diri menjadi sosok raksasa, didalam cerita Barongan sering disebut Gendruwon. Joko Lodro ditugaskan menjaga kerajaan Janggala yang berada Kediri dan dipimpin seorang raja yaitu Panji Asmara Bangun.

Gembong Amijoyo memiliki prin-sip ”aku bakalan njogo alas wengker sak isine” (saya akan menjaga seluruh isi hutan jati wengker). Gembong Amijoyo memiliki kakak seperguruan bernama Joko Lodro yang tinggal di kerajaan. Cerita Panji, Panji Asmara Bangun mempunyai keinginan untuk melamar Dewi Sekartaji. Untuk melamar Dewi Sekartaji, jalan yang paling cepat adalah melewati alas jati wengker, kemudian Panji mengutus Patih Pujangga Anom yang dalam cerita Barongan menjadi Bujangganong berserta pasukan berkuda yang dalam cerita Barongan digambarkan menjadi Jaranan. Pasukan berkuda membawa pengikut yang di dalam cerita Barongan disebut Nayantaka dan Gainah, kemudian Bujangganong dengan penga-walan pasukan berkuda yang diikuti Nayantaka dan Gainah dalam cerita Barongan diwujudkan sebagai Pentulan pergi memasuki alas jati wengker. Setelah memasuki alas jati wengker, Bujangga-nong dan pasukan berkuda bertemu dengan Gembong Amijoyo, sesuai dengan sumpah tugasnya Gembong Amijoyo melarang Bujangganong berserta

penga-walnya untuk memasuki alas jati wengker, karena apabila Bujangganong berserta pengawalnya melewati alas jati wengker, maka kekayaan alam berserta alas jati wengker akan habis. Karena tidak diperbolehkan Gembong Amijoyo untuk melewati alas jati wengker, kemudian terjadilah perkelahian antara Gembong Amijoyo dengan Bujangganong. Dalam perkelahian tersebut, Bujanggangong mengalami kekalahan. Nayantoko dan Gainah mengingatkan Gembong Amijoyo bahwa ia memiliki kakak seperguruan yang bertugas di kerajaan Janggala bernama Joko Lodro. Setelah mengalami kekalahan, para pengawal Bujangganong kembali ke kerajaan untuk memberita-hukan peristiwa yang telah terjadi kepada Bujangganong kepada Panji Asmara Bangun. Mengingat bahwa Joko Lodro adalah kakak seperguruan Gembong Amijoyo, Panji memberikan perintah kepada Joko Lodro untuk menemui Gembong Amijoyo di alas jati wengker.

Setibanya di alas jati wengker , Joko Lodro dan Gembong Amijoyo bertemu. Kedua bersaudara tersebut memiliki tugas masing-masing, Joko Lodro bertugas untuk kerajaan Janggala sedangkan Gembong Amijoyo bertugas menjaga alas jati wengker. Pertikaian antara kakak adik tidak dapat dihindari, karena mereka bertanggung jawab atas tugas masing-masing. Dalam pertikaian tersebut, Gembong Amijoyo mengalami kekalahan, berkat kesaktian yang ia miliki Gembong Amijoyo tetap bertahan hidup. Gembong Amijoyo berbicara dengan Joko Lodro, “ Mas, yen ono sing isa ngalahke aku, rombonganmu iso nglewati alas iki kanggo nglamar Dewi Sekartaji, nanging alas iki bakal rusak” (Mas, apabila ada yang bisa mengalahkan aku, rombongan-mu dapat melewati hutan ini untuk melamar Dewi Sekartaji, tetapi hutan ini akan mengalami kerusakan).

(5)

13 Perkataan Gembong Amijoyo kepada Joko Lodro terbukti. Pada saat ini, Hutan jati yang berada di Blora mengalami kepunahan karena kayu jati digunakan untuk memenuhi kebutuhan pihak dari luar Blora, seperti pembuatan perabotan rumah tangga. Jika melihat cerita Gembong Amijoyo dan Joko Lodro, mereka berdua bersaudara dan meng-alami pertikaian karena Joko Lodro memilih berpihak kepada kerajaan Jenggala, Panji Asmara Bangun daripada saudara seperguruan Joko Lodro, yaitu Gembong Amijoyo.

Masyarakat Blora mengenal tarian Barongan secara turun-temurun. Sebelum masa penjajahan Belanda, sekitar abad XVI pada saat itu Blora berada di bawah kekuasaan kerajaan Jipang, masyarakat berusaha untuk menceritakan kembali pertikaian antara Gembong Amijoyo dan Joko Lodro dalam wujud seni tari. Tarian Barongan menceritakan alur peristiwa pertikaian antara Gembong Amijoyo, Bujangganong dan Joko Lodro yang diceritakan dalam cerita Panji. Tarian yang diciptakan masyarakat berdasarkan urut-urutan kejadian pertikaian, yang dimulai dengan perkenalan tokoh Gembong Amijoyo dan Joko Lodro, pertemuan dan pertikaian antara Gem-bong Amijoyo dengan Bujangganong, kembalinya pengawal Bujangganong (Jaranan dan Penthul) ke kerajaan, dan pertikaian antara Gembong Amijoyo dengan Joko Lodro yang berakhir dengan kekalahan yang dialami Gembong Amijoyo. Pesan tersebut dapat diartikan bahwa diperlukanya generasi penerus yang berasal dari Blora untuk menjaga dan merawat kekayaan alam yang dimiliki Blora sehingga kelestarian hutan jati Blora dapat terjaga. Dewasa ini, perkataan yang diucapkan Gembong Amijoyo terwujud, karena kualitas kayu jati Blora sangat baik, mengakibatkan masyarakat

menjual kayu jati kepada pembeli yang berasal dari daerah lain sehingga hutan jati mulai kehilangan kekayaanya.

Sejarah khusus grup Barongan Guntur Seto

Kesenian Barongan merupakan kesenian asli Blora, sehingga kesenian Barongan sangat popular di kalangan masyarakat Blora, tertutama masyarakat desa Kunden.Desa Kunden memiliki dua kelompok kesenian Barongan yaitu kelompok Barongan Sekarjoyo dan kelompok Barongan Guntur Seto. Akan tetapi, kelompok Barongan Sekarjoyo mengalami kepunahan karena pertunju-kan yang kurang menarik, serta pemimpin kelompok yang sudah lanjut usia dan tidak ada penerus yang bersedia melanjutkan kelompok kesenian Barongan Sekarjoyo tersebut.

Saat ini desa Kunden hanya memiliki kelompok kesenian Barongan yang tetap bertahan menghadapi perkem-bangan jaman kelompok kesenian terse-but adalah Barongan Guntur Seto yang dipimpin oleh Adi Wibowo atau sering disapa Didik.Didik memiliki impian untuk dapat membentuk grup Barongan karena ia sejak kecil telah mencintai seni tradisional saat ia masih melanjutkan studi di STIKOM, setelah lulus kuliah pada tahun 1999, Didik mendirikan grup Barongan di Kunden. Namun demikian, perjuangan Didik dalam mewujudkan keinginan untuk mengembangkan grup Barongannya mengalami hambatan dalam merekrut pemain Barongan.Ada beberapa tanggapan keluarga yang diajak bergabung, baik pendapat yang bersifat positif dan negatife. Tetapi, Didik pada saat itu mendapatkan banyak pendapat negatife dari keluarga yang akan diajak bergabunng. Dengan mengikuti pelatihan dengan mendatangkan teman-teman dari akademik yang berprofesi sebagai dosen

(6)

14 di STSI Surakarta yang berasal dari Blora. Disitulah Didik mendapatkan pembekalan dan wawasan agar dapat mengem-bangkan kesenian Barongan, cara yang ditempuh oleh Didik yaitu dengan meng-ikuti even-even dengan biaya sendiri, setiap ada even mendaftarkan grup Barongannya di perlombaan-perlombaan di Solo dan Jogjakarta dengan tujuan agar Barongannya mempunyai pengala-man. Zaman dulu sumber daya manusia masih sangat rendah, ketika Didik kerjasama dengan ISI Surakarta akhirnya Didik ditawarkan untuk merekrut mahasis-wi ISI Surakarta yang asli Blora untuk masuk dalam grup Barongannya. Hasil dari latihan tanpa kenal lelah yang dijalaninya, ia dan grup yang didirikannya pun mulai dikenal dan mendapatkan kesempatan manggung di berbagai pagelaran dan forum. Kelompok Barongan yang didirikannya pun ikut menorehkan tinta emas mulai tahun 2003, antara lain menjadi bintang tamu pada Festival Reog Nasional (2003), pentas di Taman Mini Indonesia Indah (2003) dan yang takkan pernah terlupakan adalah terpilihnya menjadi juara II dalam International Etnic Culture Festival (IECF) di Monumen Serangan Oemoem Yogyakarta dan dinobatkan sebagai salah satu penyaji terbaik dalam Borobudur International Festival (2003), tampil di Bengawan Solo Fair (2004).

Kesenian tradisional Barongan di Desa Kunden dapat bertahan di tengah perkembangan kesenian modern karena mempunyai beberapa faktor pendukung dalam upaya pelestariannya. Para seni-man dalam upaya pelestarian kesenian Barongan di Desa Kunden melakukan peningkatan kualitas penampilan, mening-katkan sumber daya manusia, menyuguh-kan atraksi-atraksi baru, menambahmenyuguh-kan alat-alat musik modern dan lagu-lagu baru yang sesuai dengan permintaan

penonton tanpa mengurangi unsur tradisional di dalamnya. Para seniman tersebut juga menambah frekuensi pertunjukan, menjaga kondisi dan kesta-bilan para pemain, mendisiplinkan ang-gota-anggota kelompok Barongan dan memperluas jangkauan wilayah pertun-jukan.

Gerak pada pertunjukan Baro-ngan merupakan gerak yang sederhana, maksud dari sederhana dalam kesenian ini adalah gerak spontanitas dari pem-barong/penari Barongan sesuai dengan iringan tanpa ada patokan gerakannya namun mengandung kedinamisan. (Ku-ssunartini, dkk.2009:113)

Gerak dalam kesenian Barongan tidak menggunakan patokan-patokan yang baku, para penari melakukan gerak yang sederhana yaitu gerakan kepala dengan menoleh ke kanan dan ke kiri (yaitu kepala bergerak ke samping kanan dan kiri yang digerakan oleh kedua/ tangan pemain bagian kepala), mengang-guk yaitu kepala bergerak ke atas dan ke bawah yang digerakan oleh kedua tangan pemain bagian kepala ke arah atas dan bawah. Gerak kakinya berjalan yaitu gerakan kedua kaki melangkah secara bergantian, kaki pemain depan berjalan diikuti oleh pemain belakang kemudian gerak kuda-kuda yaitu gerakan kaki merendah dengan posisi mengangkang atau kaki membuka. Gerakan badan, rebahan yaitu gerakan tubuh merendah atau merebahkan diri hinga menyentuh tanah yang dilakukan oleh kedua pemain dari jongkok hingga duduk secara bersama-sama, kemudian gerakan belok yaitu tubuh meliuk ke kanan atau ke kiri yang dilakukan oleh pemain bagian kepala yang bergerak dengan kedua kakinya ke kanan dan kiri kemudian diikuti oleh pemain bagian ekor secara bergantian. sedangkan Joko Lodro/ Gendruwon dan

(7)

15 penthul hanya bergerak seperti orang ngibing yaitu mengangkat kedua tngan sebahu dan digerakkan secara improvisasi oleh penari sedangkan kaki hanya diangkat kemudian menapak secara bergantian seperti orang berjalan. (Kussunartini,dkk.2009:125)

Iringan dalam pertunjukan ke-senian Barongan sangat berperan pen-ting, hal tersebut disebabkan karena gerakan Barongan lebih bersifat spon-tanitas mengikuti iringan musiknya. Iringan musik tari Barongan nampak lebih hidup, karena iringan musik barongan mudah sekali dikenal oleh masyarakat, hal ini karena notasinya berpola ritme yang diulang-ulang secara teratur. (Kussunar-tini,dkk.2009:127). Dalam pertunjukan Kesenian Barongan menggunakan bebe-rapa instrumen gamelan walaupun hanya sedikit, seperti kendang, gedhuk, bonang, saron, demung dan kempul dan penam-bahan instrumen modern yaitu berupa drum, terompet, kendang besar dan keyboard serta gendhing-gendhing Jawa dan busana yang digunakan dalam seni pertunjukan kesenian Barongan yang di gunakan pemain adalah busana yang sangat sederhana, yaitu hanya meng-gunakan baju hitam lengan panjang tanpa krah dan celana panjang hitam komprang.

Kesenian Barongan memiliki urut-an penyajiurut-an, namun sebelum keseniurut-an Barongan dipentaskan, terlebih dahulu dilaksanakan ritual upacara. Tujuan di-adakan upacara yaitu untuk meminta ijin atau meminta perlindungan kepada Tuhan dan Dayang daerah tersebut agar pelaksanaan kesenian Barongan ini dapat berjalan lancar tanpa ada ganguan roh jahat. Komunikasi dengan Dayang senantiasa memerlukan sarana perantara yang disebut Pawang.

Proses pelaksanaan upacara ritual dilakukan dengan menyampaikan doa

yang dilakukan oleh Pawang (pemimpin doa) di depan sesaji yang sudah disiap-kan. Adapun sesaji yang dipersembahkan kepada Dayang yaitu berupa makanan, seperti dupa, kelapa hijau, kembang macan kerah, dawet, dan tumpeng. Sesaji tersebut diletakan di arena pertunjukkan. Seluruh pemain yang terlibat dalam kesenian Barongan juga ikut berdoa yang dipimpin oleh pawang, suasana pada saat pembacaan doa terasa hening. Berikut doa yang dibacakan oleh pawang (pemimpin doa) yaitu “Nini Durgo Manik Maya ratu pengayotan sing nunggoni anak putumu kabeh paringana slamet”.

Artinya, “Nini Durgo Manik Maya ratu pengayotan yang menjaga anak cucumu semua berikan keslametan”. Seusai doa, Pawang memercikkan air kelapa yang sudah didoakan kepada pemain dan penonton agar pemain dan penontonnya diberi keslametan.

Lambang dan Makna Sesaji

1. Dupa, untuk memanggil Dayang 2. Kelapa hijau, agar pemainnya

selamat

3. Kembang macan kerah,

4. Dawet, agar pemain dengan ma-syarakat semakin rekat dan tanggapannya semakin banyak 5. Tumpeng, melambangkan

permo-honan ijin akan diadakan pesta yang besar. Permohonan ini ditu-jukan kepada para penguasa dunia roh.

6. Ayam panggang, tingkah laku manusia dibatasi dengan norma yang berlaku dalam masyarakat Kesenian Barongan di Desa Kunden mem-punyai nilai positif terhadap masya-rakat desa Kunden. Nilai- nilai tersebut antara lain:

(8)

16 a. Nilai Moral

Dalam seni Barongan tercer-min sifat-sifat kerakyatan masyarakat yaitu seperti sifat kekeluargaan, kesederhanaan, kompak, dan kebe-ranian yang dilandasi kebenaran. Contoh yang terdapat di masyarakat Kunden adalah kebiasaan masyarakat yang saling membantu antar warga lain yang membutuhkan pertolongan tanpa ada perintah sebelumnya. Contoh lainnya adalah sikap tegas dalam menghadapi permasalahan, warga Kunden tidak mudah memper-cayai perkataan orang lain sebelum mereka mengetahui kebenaran dari perkatan tersebut.

b. Nilai Estetika

Sarana mengekspresikan ke-mampuan dalam bidang kesenian tradisional yaitu kesenian Barongan. Gerak tari yang terkandung dalam tarian Barongan tidak hanya menam-pilkan suatu gerakan yang energik saja, tapi juga mempunyai makna-makna yang positif lainnya seperti bertanggung jawab kepada tugas yang diberikan, seperti Gembong Amijoyo dan Joko Lodro yang ber-saudara bersedia terlibat pertikaian demi tanggung jawab pada tugas yang diberikan kepadanya.

c. Nilai Budaya

Mengingatkan masyarakat de-sa Kunden untuk terus melestarikan kesenian Barongan yang telah di-wariskan supaya kesenian Barongan tidak hilang seiring perkembangan zaman. Masyarakat Kunden tetap melestarikan dan mengembangkan kesenian Barongan yang menjadi kesenian khas kota mereka. Kesenian Barongan dikembangkan sesuai per-ubahan jaman supaya tidak hilang seiring perkembangan jaman. Seperti

Kelompok kesenian Barongan Guntur Seto yang mengembangkan kesenian Barongan sehingga bisa mendapatkan juara dan tampil di luar daerah bahkan mendapatkan juara dalam International Etnic Culture Ferstival. d. Nilai Pendidikan atau Edukasi

Dalam kesenian Barongan terdapat nilai pendidikan yang lebih digunakan dalam kehidupan masyara-kat seperti sikap kekeluargaan, kekompakan, keberanian yang dilan-dasi dengan kebenaran. Dengan adanya pementasan Barongan ini menjadi salah satu alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan agar masyarakat kunden dapat hidup berdampingan secara harmonis serta sebagai alat untuk melestarikan kesenian Barongan yang merupakan kebudayaan khas daerah.

KESIMPULAN

Kesenian tradisional merupakan kesenian khas dari sebuah daerah yang merupakan warisan leluhur yang harus dipertahankan serta dilestarikan. Kesenian Barongan di desa Kunden kecamatan Blora merupakan kesenian tradisional yang harus dipertahankan dan diles-tarikan.

Kesenian Barongan adalah kese-nian rakyat asli Blora, yang dapat dibuktikan dengan spirit of life (semangat hidup) yang dimiliki masyarakat Blora. Kesenian Barongan Blora menceritakan tentang dua sosok sakti yang bernama Gembong Amijoyo dan Joko Lodro, cerita yang diangkat dalam Barongan menjadi ciri khas dari Barongan Blora.

Kesenian Barongan sangat po-pular di kalangan masyarakat, terutama di desa Kunden. Desa Kunden memiliki dua kelompok kesenian Barongan yaitu Barongan Sekarjoyo dan Barongan Guntur

(9)

17 Seto. Kelompok Barongan Sekarjoyo mengalami kehancuran karena pertunjuk-an ypertunjuk-ang kurpertunjuk-ang menarik, serta pemimpin kelompok yang sudah lanjut usia dan tidak ada penerus yang bersedia melan-jutkan kelompok kesenian Barongan Sekarjoyo tersebut, sedangkan Barongan Guntur Seto kesenian Barongannya masih tetap bertahan karena melakukan pening-katan kualitas penampilan, meningkatkan sumber daya manusia, menyuguhkan atraksi-atraksi baru, menambahkan alat-alat musik modern dan lagu-lagu baru yang sesuai dengan permintaan penonton tanpa mengurangi unsur tradisional di dalamnya.

Pertunjukan Barongan tidak ha-nya diikuti oleh penari laki-laki saja, tetapi seiring berjalannya waktu penari ba-rongan diikuti oleh penari laki-laki dan perempuan yang berusia antara lima belas sampai empat puluh lima tahun. Mereka menari dengan diiringi musik Barongan.

Kesenian Barongan tidak lepas dari rangkaian upacara adat. Sebelum kesenian Barongan disajikan, maka diadakan upacara adat yang selalu ditandai dengan pembacaan doa adat yang dibawakan oleh pawang (pemimpin doa) dengan tujuan agar pementasan kesenian Barongan dapat berjalan dengan lancar tanpa ada gangguan dari roh-roh jahat. Di dalam kesenian Barongan juga banyak terkandung nilai-nilai positif yaitu nilai moral, nilai estetika, nilai kebudayaan dan nilai pendidikan yang harus selalu dilestarikan dan dipertahankan oleh masyarakat agar tidak hilang seiring perkembangan zaman.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Kayam, Umar. 1981. Seni Tradisi Masyarakat. Jakarta: Balai Pustaka.

Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan Mentalitas Dan Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia.

Soedarsono, R. M. 1999. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Depdikbud. Kussunartini,dkk.2009. Kesenian

Barongan di Jawa Tengah. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

Referensi

Dokumen terkait

4.19.Hasil Korelasi Kecintaan Masyarakat Terhadap Produk Sepatu Buatan Cibaduyut Dan Kondisi Ekonomi Pengrajin SepatuDi Kawasan Wisata Belanja Cibaduyut .... Lokasi Kawasan

Bahqa untuk pelaksauaan kegiatan Penulisan Pengabdian Pada Masyarakat para doserr di Fakultas Ilrnu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta tlipurttlltrtg

Modal kerja dari suatu perusahaan jasa akan relatif lebih rendah dibandingkandengan kebutuhan modal kerja perusahaan dagang. Sedangkan modal kerja perusahaan dagang

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal dengan didasarkan pada kenyataan bahwa

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN SEKRETARIAT DAERAH.. UNI T LAYANAN PENGADAAN

UTAMA ADALAH KELOMPOK OTOT FLEKSOR GERAKAN EKSTENSI KELOMPOK OTOT YANG GERAKAN EKSTENSI KELOMPOK OTOT YANG BEKERJA UTAMA ADALAH KELOMPOK OTOT BEKERJA UTAMA ADALAH KELOMPOK OTOT

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN SEKRETARIAT DAERAH.. UNI T LAYANAN PENGADAAN

mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 6) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. Berdasarkan