JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)
DINI GUSTININGSIH
A24070120
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
DINI GUSTININGSIH. Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). (Dibimbing oleh MEMEN SURAHMAN dan ENDANG MURNIATI).
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemangkasan dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.). Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman serta pengamatan dilakukan di Kebun Jarak Pagar PT Indocement, Citeureup, Bogor. Pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo dilakukan sejak Juli 2010, pindah tanam di lahan PT Indocement pada Agustus 2010, dan pengamatan penelitian dilakukan pada Oktober-April 2011.
Metode penelitian di lapangan disusun berdasarkan rancangan faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan yang dilakukan terdiri atas dua faktor, yaitu pemangkasan dan pengaturan jarak tanam. Pemangkasan terdiri atas tiga taraf perlakuan pemangkasan batang utama yaitu 20 cm, 40 cm, dan 60 cm dari permukaan tanah. Faktor kedua adalah jarak tanam yang terdiri atas 3 taraf yaitu 1x1 m2, 2x1 m2, dan 2x2 m2. Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 27 satuan percobaan dengan luas lahan 1088 m2. Setiap unit percobaan terdapat 15 tanaman jarak pagar. Banyaknya tanaman contoh di setiap unit percobaan sebanyak 5 tanaman , sehingga terdapat 135 satuan amatan.
Pengamatan dibagi menjadi dua tahap, yaitu pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif dan komponen hasil tanaman yang meliputi pengamatan pada fase generatif serta hasil buah dan biji tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.). Data yang diperoleh dari hasil pengamatan kemudian diolah menggunakan analisis ragam (Uji F). Hasil uji F yang menunjukkan pengaruh nyata kemudian diuji lanjut dengan metode Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif menunjukkan bahwa interaksi perlakuan pemangkasan dan jarak tanam tidak
pertumbuhan vegetatif tanaman. Perlakuan pemangkasan dengan tinggi pangkas 60 cm dari permukaan tanah memperlihatkan respon terbaik pada pengamatan jumlah daun, tinggi tunas dan diameter tunas. Tinggi pangkas 40 cm dari permukaan tanah memperlihatkan respon terbaik pada pengamatan lebar kanopi, jumlah tunas dan jumlah cabang jarak pagar. Tinggi pangkas 20 cm dari permukaan tanah menunjukkan respon terburuk terhadap hampir seluruh peubah komponen vegetatif tanaman. Perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh nyata pada fase vegetatif tanaman kecuali pada jumlah tunas 24 MSP. Jarak tanam 2x2 m2 menunjukkan respon terbaik pada fase vegetatif.
Hasil pengamatan terhadap komponen hasil tanaman berupa pengamatan pada fase generatif serta hasil buah dan biji tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.), menunjukkan bahwa perlakuan pemangkasan dan jarak tanam menunjukkan adanya interaksi yang berpengaruh nyata terhadap bobot biji dan jumlah biji tanaman jarak pagar. Perlakuan pemangkasan dapat meningkatkan jumlah cabang produktif tanaman, namun tidak dapat meningkatkan hasil yang signifikan pada tahun pertama penanaman karena dapat menunda waktu berbunga. Perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh nyata kecuali pada jumlah biji tanaman jarak pagar. Perlakuan tinggi pangkas 40 cm dari permukaan tanah yang dipadukan dengan jarak tanam 2x2 m2 atau 1x1 m2 dan perlakuan tinggi pangkas 60 cm dari permukaan tanah yang dipadukan dengan seluruh taraf jarak tanam menyebabkan peningkatan bobot biji kering dan jumlah biji tanaman jarak pagar.
JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
DINI GUSTININGSIH
A24070120
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
Nama : DINI GUSTININGSIH
NIM : A24070120
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Memen Surahman, MSc. Agr. Dr. Ir. Endang Murniati, MS. NIP. 19630628 199002 1 002 NIP. 19471006 198003 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr. NIP. 19611101 198703 1 003
Penulis dilahirkan pada tanggal 19 Januari 1990 di Majalengka, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Agus Supendi dan Ibu Siti Mu’arifah. Penulis lulus dari SDN 1 Munjul Majalengka pada tahun 2001, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 3 Majalengka hingga tahun 2004. Tahun 2007, penulis menyelesaikan pendidikan di SMAN 1 Majalengka dan melanjutkan pendidikan ke Institut Pertanian Bogor melalui program Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Selama menjalankan studi di IPB, penulis aktif di berbagai kepanitiaan kampus dan organisasi kemahasiswaan, diantaranya di Himpunan Mahasiswa Majalengka (HIMMAKA) sebagai ketua div. Eksternal, Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama sebagai staff. PSDM, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian sebagai bendahara umum dan Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Pertanian sebagai bendahara umum. Penulis pernah menjadi asisten praktikum Biologi Dasar dan Dasar-Dasar Ilmu dan Teknologi Benih.
Penulis juga pernah mengikuti berbagai pelatihan softkill, leadership dan
enterpreneurship seperti Mind Mapping, Thinking System, Business English, Personality Marketing, Enterpreneurship Camp, dan lain-lain. Penulis pernah mendapatkan hibah
bersaing DIKTI dalam bentuk beberapa PKMK, PKMM, dan PKM GT. Penulis juga memiliki pengalaman menghadiri seminar nasional maupun internasional dan mempresentasikan karya tulisnya di beberapa acara bertaraf internasioanal seperti IAAS
World Congress 2010 di Bogor, Renewable Energy (Renews) Conference 2010 di
Berlin-Jerman, dan Annual Meeting of Sciences and Technologies (AMSTECS) 2011 di Tokyo-Jepang. Selama kuliah di IPB, penulis mendapatkan beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik), Beasiswa Indofood Sukses Makmur (BISMA) serta beasiswa Mien R.Uno
Foundation (MRUF) dalam wadah beasiswa KSE (Karya Salemba Empat) dan beasiswa Goodwill International Scholarship dengan sponsor pribadi dari BWA (British Women Association). Bulan Maret tahun 2011, penulis terpilih menjadi Mahasiswa Berprestasi
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.).”
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemangkasan dan pengaturan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan komponen hasil tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.). Penulis menyadari apa yang telah penulis peroleh tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dr. Ir. Memen Surahman, MSc. Agr dan Dr. Ir. Endang Murniati, MS yang telah membimbing penulis sejak awal penentuan topik hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
2. Juang Gema Kartika, SP, M.Si yang bersedia menguji penulis pada ujian skripsi dan telah memberikan banyak masukan yang bersifat membangun dan berguna untuk perbaikan skripsi ini.
3. Kedua orang tua dan seluruh keluarga atas do’a, perhatian, dukungan moril dan materil serta kasih sayang yang telah diberikan.
4. Dr. Ir. Megayani Sri Rahayu, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bantuan, masukan, dan saran atas kemajuan akademik penulis. 5. Teman-teman di kosan Citra Islamic 1 (Ratih, Mba Vivie, Nurina, Nia, Ana,
Jalimas, Niken, Icha dan Fitri) atas kebersamaan, persaudaraan, semangat, dan segala bantuan yang penulis terima dalam penulisan skripsi ini.
6. Teman-teman di kosan Wisma Ayu (Endang, Puspa, Indra, Trisna, Nisak, Eka, Dyah, Saras, Arbi, Rahmi, Meyta) atas kebersamaan, persaudaraan, semangat, dan segala bantuan yang penulis terima dalam penulisan skripsi ini.
7. Siti Khalimah, Mas Yogi, Sophia, Trianne, Indah Purnamasari, Mas Misnen, A Tamrin, Fuad, Mas Danang, Kak Dyah, Widi, Mba Nora, Eliza, Intan, Tiska, Ita, Ilma, Shoni Riyanti, dan Wawat Rodiahwati.
Foundation (MRUF) dalam wadah beasiswa KSE IPB atas dukungan finansial
selama kuliah di IPB, bantuan biaya skripsi, berbagai pelatihan sofskill, hardskill, training serta pendampingan entrepreneurship.
9. British Women Association (BWA) dalam wadah beasiswa Goodwill International
Scholarship, atas dukungan finansial dan berbagai training softskill dan leadership
yang telah penulis terima.
10. Dosen-dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis di Departemen Agronomi dan Hortikultura sehingga penulis lebih tahu mengenai dunia pertanian Indonesia. Pak Agus sebagai ketua Departemen, Ibu Eni sebagai ketua Komdik, Pak Sofyan Zaman selaku Kemahasiswaan Departemen AGH, dan Bu Furi serta Pak Wasta sebagai tenaga penunjang akademik yang telah membantu penulis dalam banyak hal.
11. Teman-teman di keluarga besar AGH 44 atas kebersamaan dan motivasinya.
Penulis juga mengucapkan terimakasih atas bantuan dan persaudaraan yang sudah terjalin kepada berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu-persatu. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Bogor, Juli 2012 Penulis
Halaman
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix PENDAHULUAN ... 9 Latar Belakang ... 9 Tujuan Penelitian ... 11 Hipotesis ... 11 TINJAUAN PUSTAKA ... 12
Botani Jarak Pagar ... 12
Syarat Tumbuh Tanaman ... 14
Manfaat Tanaman Jarak Pagar ... 15
Pengaruh Pemangkasan terhadap Pertumbuhan Tanaman ... 16
Pengaruh Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan Tanaman ... 18
Produksi Biji Jarak Pagar ... 20
BAHAN DAN METODE ... 22
Waktu dan Tempat Penelitian ... 22
Bahan dan Alat ... 22
Metode Penelitian ... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27
Kondisi Umum ... 27
Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam pada Fase Vegetatif ... 29
Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam pada Fase Generatif ... 38
KESIMPULAN DAN SARAN ... 46
Kesimpulan ... 46
Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 47
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan, Jarak Tanam
dan Interaksinya terhadap Pengamatan Vegetatif Jarak Pagar ... 30
2. Rata-rata Jumlah Daun Jarak Pagar pada Berbagai Taraf Perlakuan
Pemangkasan dan Jarak Tanam ... 31
3. Rata-rata Tinggi Tunas Jarak Pagar (Cm) pada Berbagai Perlakuan
Pemangkasan dan Jarak Tanam ... 32
4. Rata-rata Lebar Kanopi Jarak Pagar (Cm) pada Berbagai Perlakuan
Pemangkasan dan Jarak Tanam ... 34
5. Rata-rata Jumlah Tunas Jarak Pagar pada Berbagai Perlakuan
Pemangkasan dan Jarak Tanam ... 35
6. Rata-rata Diameter Tunas Jarak Pagar pada Berbagai Perlakuan
Pemangkasan dan Jarak Tanam ... 36
7. Rata-rata Jumlah Cabang Jarak Pagar pada Berbagai Perlakuan
Pemangkasan dan Jarak Tanam ... 37
8. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan, Jarak Tanam dan Interaksinya terhadap Pengamatan Komponen Generatif Jarak
Pagar ... 39
9. Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam terhadap Komponen
Generatif Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) ... 40
10.Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam terhadap Jumlah Buah
dan Bobot Buah Jarak Pagar ... 42
11.Interaksi Pemangkasan dan Jarak Tanam terhadap Bobot Biji
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Curah Hujan November 2010 – Juli 2011 di Kebun Percobaan PT.
Indocement Bogor ... 27
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Denah Petak Percobaan ... 53
2. Data Klimatologi Bulanan PT. Indocement Bogor ... 54
3. Hasil Analisis Tanah Kebun Percobaan Indocement Bogor ... 54
4. Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam serta Interaksinya terhadap Jumlah Daun Jarak Pagar ... 55
5. Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam serta Interaksinya terhadap Tinggi Tunas Jarak Pagar ... 56
6. Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam serta Interaksinya terhadap Lebar Kanopi Jarak Pagar ... 57
7. Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam serta Interaksinya terhadap Diameter Tunas Jarak Pagar ... 58
8. Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam serta Interaksinya terhadap Jumlah Tunas Jarak Pagar ... 59
9. Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam serta Interaksinya terhadap Jumlah Tunas Jarak Pagar ... 59
10. Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam serta Interaksinya terhadap Komponen Generatif Jarak Pagar ... 60
11. Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam serta Interaksinya terhadap Hasil Buah dan Biji Jarak Pagar ... 61
12. Kondisi Umum Tanaman pada Akhir Pengamatan ... 62
13. Buah dan Biji Tanaman Jarak Pagar ... 63
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setiap tahun kebutuhan energi meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, sementara itu cadangan energi fosil yang tersedia semakin menipis. Salah satu energi fosil yang banyak dikonsumsi adalah Bahan Bakar Minyak (BBM). Konsumsi BBM nasional rata-rata dapat mencapai 140 000 – 200 000 kiloliter setiap harinya (Priyanto, 2007). Partowidagdo (2009) menunjukkan data Statistical Review of World Energy tahun 2007 yang menyebutkan persediaan minyak bumi sebagai sumber energi tidak terbarukan di Indonesia hanya tersisa 4.4 miliar barel. Tingkat konsumsi bahan bakar berkisar antara 365 juta barel per tahun, sehingga cadangan minyak bumi akan habis dikonsumsi 10-15 tahun mendatang (Partowidagdo, 2009). Data tersebut juga menunjukkan bahwa Indonesia mengalami defisit minyak bumi sebesar 188 000 barel pada tahun 2007 dengan rata-rata konsumsi 1 157 000 barel. Konsumsi minyak bumi yang dilakukan terus-menerus tanpa ditemukan cadangan minyak baru akan menimbulkan masalah krusial bagi kestabilan ekonomi dan sosial bangsa Indonesia.
Penggunaan bahan bakar fosil memasok 88% dari kebutuhan energi global (Tim Nasional Pengembangan Bahan Bakar Nabati, 2007). Masalah muncul ketika penggunaan bahan bakar ini dapat meneruskan radiasi cahaya matahari dan memantulkan radiasi gelombang panjang atau radiasi balik dalam wujud panas bumi. Kondisi ini menyebabkan suhu atmosfer semakin panas yang kemudian dikenal dengan istilah efek rumah kaca dan berujung pada perubahan iklim dan pemanasan global (global warming). Akibat langsung di bidang pertanian karena perubahan iklim dan pemanasan global salah satunya adalah penurunan hasil panen (Palupi, 2009).
Berdasarkan analisis masalah di atas, program diversifikasi energi dengan mengembangkan sumber energi terbarukan menjadi penting dilakukan. Negara Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumbardaya hayati. Jarak pagar (Jatropha curcas L) merupakan salah satu tanaman yang bisa menjadi
sumber energi alternatif dalam bentuk Bahan Bakar Nabati (BBN) atau biofuel. Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, sehingga sangat disayangkan jika tanaman ini tidak dikembangkan dalam peranan utamanya sebagai penghasil BBN.
Jarak pagar agak berbeda dengan tanaman lainnya, karena untuk menghasilkan batang kokoh yang tahan terhadap terpaan angin, efisiensi cahaya, sekaligus meningkatkan jumlah cabang produktif maka diperlukan pemangkasan. Pemangkasan (pruning) adalah pemotongan bagian tertentu tanaman yang tidak dikehendaki pertumbuhannya karena dapat menghambat atau mengganggu perkembangan tanaman. Pengaturan arsitektur tajuk pada berbagai tanaman akan meningkatkan efisiensi ruang tempat tanaman tumbuh serta meningkatkan hasil terutama tanaman yang berbunga terminal seperti jarak pagar. Pemangkasan bertujuan untuk membentuk pohon yang kokoh dan tegar, memperbanyak percabangan, menghindari terjadinya dominasi apikal, serta meningkatkan jumlah bunga dan buah pada tanaman yang berbunga terminal (Widodo, 1995). Menurut Hariyadi (2005) tujuan pemangkasan secara umum, untuk mengendalikan ukuran, mengatur keragaan tanaman, mengendalikan bentuk, serta meningkatkan hasil tanaman.
Populasi tanaman per hektar akan berpengaruh terhadap hasil biji yang dihasilkan. Hal ini terkait dengan pengaturan jarak tanam. Jarak tanam mempengaruhi lingkungan fisik secara langsung maupun tidak langsung melalui kompetisi antar tanaman dalam memanfaatkan air, unsur hara, dan cahaya. Keberhasilan pengelolaan suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dan kemampuan tanaman dalam memanfaatkan sumberdaya lingkungan tumbuh tanaman. Jarak tanam yang tepat dapat menekan tingkat persaingan antar tanaman hingga serendah mungkin (Suminarti, 2000). Persaingan yang intensif antar tanaman akan mengakibatkan terjadinya perubahan morfologi pada tanaman yang berdampak kurang baik terhadap perkembangan dan hasil biji pada tanaman (Harijadi, 1989).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemangkasan dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.).
Hipotesis
Pemangkasan dan jarak tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jarak pagar. Selain itu, terdapat tinggi pangkasan dan jarak tanam terbaik yang dapat menghasilkan hasil optimum pada tanaman jarak pagar.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Jarak Pagar
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) berasal dari Meksiko, Amerika Tengah (Prihardana dan Hendroko, 2007). Menurut Nurcholis dan Sumarsih (2007), tanaman jarak pagar mulai banyak ditanam di Indonesia semenjak masa penjajahan Jepang pada tahun 1942, yang bijinya dipergunakan untuk membuat bahan bakar bagi pesawat tempur Jepang. Tanaman jarak pagar dalam waktu singkat telah menyebar cukup luas, khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Wilayah Jawa Tengah meliputi Semarang, Solo, dan sekitarnya. Wilayah Jawa Timur meliputi Madiun, Lamongan, Bojonegoro, Besuki, dan Malang. Jarak pagar kemudian berkembang luas sampai kawasan Indonesia Timur, seperti Nusa Tenggara, Sulawesei, dan sebagainya.
Di Indonesia, jarak pagar juga dikenal dengan nama jarak kosta, jarak pager, atau jarak wolanda. Nama tanaman jarak pagar sesuai dengan daerahnya menurut Hyne (1987) adalah nawaih nawas (Aceh); balacae (Manado); damar ende (Timor); jirak (Minangkabau); jarak kosta (sunda); jarak budeg, jarak gundul, jarak iru, jarak pager, jarak cina (Jawa); beaw (Sulawesi Utara); bintalo, biau (Gorontalo); tondo ntomene (Baree); kalake, kaleke paghar (Madura); jarak pegeh (Bali); kuman nema (Alor); tangang-tangang kali kanjoli (Makasar); peleng kaliki (Bugis); lulu mau, lulu ai fula (Rote); paku kose, paku luba, paku lunat (Timor); muun nav (Kai); malate (Seram Timur); makamale, ai bua kemale (Seram Barat); ai bua kamaalo, ai kamane, yai bua kamalo (Seram Selatan); balacai (Halmahera Selatan); bolacai, kadoto (Halmahera utara); Balacai Bisa (Ternate dan Tidore).
Jarak pagar merupakan tanaman perdu yang melakukan penyerbukan sendiri atau penyerbukan silang. Jarak pagar termasuk dalam famili Euphorbiaceae, satu famili diantaranya dengan tanaman karet dan ubikayu. Adapun taksonomi tumbuhan jarak pagar menurut Hyne (1987) diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Jatropha L.
Spesies : Jatropha curcas L.
Tinggi tanaman dalam kondisi normal dapat mencapai 1.5 – 5 meter (Nurcholis dan Sumarsih, 2007), sedangkan penelitian Hariyadi (2005) menyebutkan bahwa jarak pagar mampu mencapai ketinggian hingga 7 m. Jarak pagar memiliki percabangan yang tidak teratur dengan ranting bulat dan tebal. Batangnya berkayu silindris dan jika tergores dapat mengeluarkan getah. Batangnya juga berkulit licin, beruas-ruas, pada setiap ruas terdapat titik tumbuh daun atau cabang. Kulit batang bertekstur halus, berwarna keabu-abuan atau kemerah-merahan. Ranting yang masih muda umumnya berwarna kehijau-hijauan. Panjang masing-masing ruas batang bervariasi, tergantung varietasnya. Diameter pangkal batang utama sekitar 5-7 cm.
Daun jarak pagar cukup besar, panjang helai daun 6-16 cm, lebar 5-15 cm. Helaian daun berbentuk bulat telur dengan pangkal berbentuk jantung, bersudut atau berlekuk 3-5,dan tepi daun gundul. Warna daun hijau atau hijau muda. Daun memiliki tangkai dengan panjang antara 3.5 – 15 cm. Daun jarak pagar merupakan daun tunggal berwarna hijau yang tersebar di seluruh bagian batang (Nurcholis dan Sumarsih, 2007).
Bunga jarak pagar berupa bunga majemuk tersusun dalam rangkaian berumah satu. Bunga berwarna kuning kehijauan, dengan presentase bunga betina 5-10% atau lebih, muncul di ujung batang. Bunga menyerbuk dengan bantuan serangga (Hasnam, 2006). Bunga jarak pagar muncul saat tanaman mulai berumur 3-4 bulan. Pembungaan umumnya terjadi pada musim kemarau, meskipun demikian pada musim hujan juga dapat berbunga. Bunga muncul secara terminal dari percabangan. Kelopak bunga berjumlah 5 helai, berbentuk bulat telur dengan ukuran panjang 4 mm. Bunga secara keseluruhan berbentuk lonceng. Mahkota bunga berjumlah 5 helai. Ukuran bunga betina lebih besar dibandingkan dengan bunga jantan.
Buah disebut kapsul berbentuk bulat telur, berdaging ketika masih muda, berwarna hijau, kuning lalu hitam dan mengering (Prastiwi et al., 2006). Prihandana dan Hendroko (2007) menambahkan bahwa pembentukan buah membutuhkan waktu 90 hari dari pembungaan sampai matang. Buah dihasilkan setelah terjadi penyerbukan bunga betina oleh serbuk sari bunga jantan. Buah jarak pagar berdiameter 2 – 4 cm dan terbagi menjadi tiga ruang yang masing-masing ruang berisi satu biji.
Biji jarak pagar berbentuk bulat panjang. Ukuran panjangnya rata-rata 18 mm dan lebar rata-rata 10 mm. Biji jarak bercangkang tipis. Kulit biji yang sudah tua bagian luar berwarna hitam kotor dan setelah kering penuh retak-retak kecil (Henning, 1998). Biji dapat terlepas sendiri dari buah jika kulit buah telah kering. Biji matang ditandai dengan perubahan warna kulit buah dari hijau menjadi kuning. Biji inilah yang banyak mengandung minyak dengan rendemen 25 – 30 % (Priyanto, 2007). Tanaman jarak pagar adalah tanaman menyerbuk silang, meskipun presentasi menyerbuk sendirinya juga cukup tinggi. Jarak pagar yang menyerbuk silang ini menyebabkan keturunannya bersifat heterozigot dan populasinya heterogen (Puslitbangbun, 2008b).
Secara alamiah, jarak pagar memiliki sistem percabangan yang tidak teratur yang terdiri atas cabang primer, cabang sekunder, dan cabang terminal. Cabang sekunder adalah cabang yang terbentuk pada cabang primer, sedangkan cabang terminal adalah cabang yang terbentuk pada cabang sekunder yang merupakan tempat tumbuhnya daun, bunga, dan buah. Jumlah cabang terminal sangat ditentukan oleh jumlah cabang primer dan sekunder yang terbentuk. Dalam budidaya tanaman, jumlah cabang primer dibatasi 3-5 cabang (Raden, 2008).
Syarat Tumbuh Tanaman
Jarak pagar dapat tumbuh pada lahan marjinal yang umumnya sulit untuk ditumbuhi tanaman lain. Namun demikian, tanaman jarak pagar juga memiliki lingkungan ideal yang bisa menunjang pertumbuhan dan perkembangannya untuk menghasilkan produktivitas optimal. Jarak pagar dapat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 500 m di atas permukaan laut. Curah hujan yang ideal adalah
625 mm/tahun, dengan pH tanah 5.0-6.5 (Tim Jarak Pagar, 2006), sedangkan menurut Becker dan Makkar (1999) curah hujan yang optimal untuk tanaman jarak pagar berkisar antara 600-1200 mm per tahun.
Hasil penelitian Hariyadi (2005) menyebutkan bahwa tanaman jarak pagar cukup adaptif terhadap ligkungan tumbuhnya. Lingkungan tumbuh optimal bagi tanaman jarak pagar yakni ketinggian tempat 0-1000 m di atas permukaan laut. Tanaman ini dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur, tetapi memiliki drainase baik, tidak tergenang, pH tanah 5.0-6.0 dan suhu sekitar 18-30°C. Pada daerah dengan suhu rendah (<18°C) akan menghambat pertumbuhan, sedangkan pada suhu tinggi (>35°C) akan menyebabkan daun dan bunga berguguran serta buah kering sehingga produksi menurun.
Tanaman ini dapat tumbuh pada semua jenis tanah, tetapi pertumbuhan yang lebih baik pada tanah-tanah ringan atau lahan-lahan dengan drainase dan aerasi yang baik (Allorerung dan Effendi, 2009). Tanah yang paling optimal untuk pertumbuhan jarak pagar mengandung pasir 60-90%. Tanaman ini dapat juga dijumpai pada daerah berbatu, berlereng, dan perbukitan atau sepanjang saluran air dan batas-batas kebun (Arivin et al., 2006).
Manfaat Tanaman Jarak Pagar
Biji jarak pagar dari buah kuning mengandung rendeman minyak sekitar 30-40% (Puslitbangbun, 2006a). Sedangkan Henning (1998) menyebutkan bahwa bijinya beracun dan mengandung sekitar 35% minyak. Biji jarak terdiri dari kernel (daging biji) dan 25% sisanya adalah kulit. Citrorekso (2006) menyatakan bahwa komposisi minyak jarak terdiri dari 5% air, 54% minyak, 13% karbohidrat, 12.5% serat, 2.5% abu, dan 18% protein. Adapun komposisi minyak jarak terdiri dari asam lemak dan gliserol. Asam lemaknya terdiri dari palmitat, stearat, oleat, linoleat, dan dihidroksistearat.
Jarak pagar merupakan tanaman multifungsi, disamping merupakan tanaman obat (bijinya untuk obat sembelit, getahnya untuk obat luka, daunnya sebagai anti malaria), menghasilkan bahan bakar alternatif, bahan pembuat sabun, dan kulit buahnya dapat dijadikan kompos. Di Kuba digunakan sebagai pohon
pelindung tanaman kopi dan tiang panjat hidup tanaman panili (Henning, 1998). Jarak pagar juga berpotensi dijadikan tanaman sekat berupa jalur hijau dengan karakteristik antara lain: merupakan tanaman yang tahan kekeringan, berdaun lebar dan sebagai salah satu anggota Euphorbiaceae jarak pagar juga bisa ditanam secara vegetatif dan mudah bertunas.
Pengaruh Pemangkasan terhadap Pertumbuhan Tanaman
Pemangkasan (pruning) adalah pemotongan bagian tertentu tanaman yang tidak dikehendaki pertumbuhannya karena dapat menghambat atau mengganggu perkembangan tanaman. Pemangkasan bertujuan untuk membentuk pohon yang kokoh dan tegar, memperbanyak percabangan, menghindari terjadinya dominasi apikal, serta meningkatkan jumlah bunga dan buah pada tanaman yang berbunga terminal (Widodo, 1995). Menurut Harijadi (1989), tujuan pemangkasan secara umum adalah untuk mengendalikan ukuran, mengatur keragaan tanaman, mengendalikan bentuk, serta meningkatkan produksi dan mutu tanaman.
Prinsip pemangkasan pada tanaman mangga adalah merangsang terbentuknya tunas vegetatif – generatif agar bidang percabangan lebih luas sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman (Hidayat, 2005). Cholid et al. (2006) menyatakan pemangkasan pada tanaman jarak pagar bertujuan untuk merangsang percabangan, serta membentuk kanopi yang berpengaruh terhadap produksi jarak pagar. Pemangkasan dilakukan pada batang yang telah cukup berkayu (warna coklat keabu-abuan). Pemangkasan dilakukan secara berkala, selain untuk meningkatkan jumlah cabang produktif juga untuk mengatur tinggi tanaman sehingga mudah dalam pemeliharaan dan pemanenan (Hariyadi, 2005)
Menurut Edmond et al. (1957), ada dua jenis pemangkasan, yaitu heading back dan thinning out. Heading back yaitu pemangkasan bagian atas tanaman atau puncak dari ranting atau cabang. Thinning out yaitu membersihkan atau membuang ranting dan cabang tanaman yang sakit, tua, atau lemah, serta tunas-tunas air yang tidak diperlukan. Efek dari heading back adalah pertumbuhan tunas-tunas samping, sedangkan efek dari thinning out adalah tanaman yang sehat dan bebas dari cabang yang tidak produktif. Harijadi (1989) juga menambahkan
bahwa Heading Back dapat menciptakan perubahan bentuk baru dengan perusakan dominasi apikal. Dominasi apikal yaitu penekanan pertumbuhan calon tunas ketiak oleh ujung ranting yang aktif tumbuh, akibatnya tanaman akan tumbuh memanjang. Apabila pucuk aktif dibuang maka tunas-tunas lateral akan bermunculan sehingga percabangan menjadi merapat dan lebat (Widodo, 1995).
Jarak pagar berbunga majemuk sehingga membutuhkan bahan makanan yang sangat besar agar gugurnya bunga dan buah dapat dikurangi. Tanaman jarak pagar perlu penghematan bahan fotosintat sewaktu pohon aktif memproduksi bahan makanan, perlu juga efisiensi sistem jaringan dalam tubuh tanaman agar bahan makanan yang ada setelah digunakan untuk perawatan tanaman itu sendiri cukup untuk membentuk bunga dan buah. Efisiensi ini dilakukan bukan mengurangi bahan makanannya, namun menekan pemborosannya dengan memangkas bagian yang bersifat negatif (hanya menyerap dan tidak menyumbangkan bahan makanan sama sekali) atau dengan mengurangi bahan pengguna makanan, seperti daun-daun yang ternaungi atau cabang-cabang yang tidak produktif (Raden, 2008).
Jumlah cabang menentukan jumlah bunga, buah dan biji jarak. Pemangkasan tajuk secara teratur dan berpola akan membentuk tajuk dan cabang yang ideal seperti membentuk payung. Hal ini penting karena tanaman jarak pagar berbunga di terminal, sehingga jumlah cabang berkolerasi positif dengan produksi buah dan biji. Bunga di terminal atau di ketiak daun ini menyebabkan jarak pagar membutuhkan penyiapan tempat berbunga yang sebanyak-banyaknya agar dapat menyangga buah yang lebat. Ranting membawa bunga, pada pohon yang berbunga di terminal perlu dipangkas setelah pemanenan (Mahmud et al., 2006).
Jarak pagar merupakan tanaman yang memerlukan pemangkasan untuk menghasilkan batang kokoh yang tahan terhadap terpaan angin, efisiensi cahaya, sekaligus meningkatkan jumlah cabang produktif (Putri, 2009). Hasil penelitian Putri (2009) menunjukkan bahwa pemangkasan pada jarak pagar secara umum dapat meningkatkan jumlah cabang sekunder yang terbentuk, dan dengan semakin banyaknya jumlah cabang sekunder yang terbentuk dapat memberikan pengaruh terhadap jumlah daun pada tanaman jarak pagar.
Cholid et al. (2006) menyebutkan bahwa perlakuan pemangkasan 30 cm menghasilkan jumlah tandan tertinggi yaitu 6,43 tandan buah/tanaman, diikuti pemangkasan 45 cm (5,81 tandan buah/tanaman), pemangkasan 60 cm (4,35 tandan buah/tanaman). Produksi tandan buah terendah terdapat pada perlakuan tanpa pemangkasan (3,76 tandan buah/tanaman). Penelitian menunjukkan tanaman jarak pagar pada akhir tahun pertama perlu dilakukan pemangkasan dengan memotong tanaman hingga tersisa hanya 30 cm dari permukaan tanah, untuk merangsang pertumbuhan cabang-cabang. Selanjutnya pada akhir tahun pemangkasan berikutnya dilakukan dengan memotong cabang-cabang tanaman sepanjang 2/3 bagian dan menyisakan 1/3 bagian cabang-cabang tersebut (Puslitbangbun, 2008a). Khusus untuk tanaman yang berasal dari setek, cabang hasil pangkasan tahun kedua ini dapat dipakai sebagai perbanyakan tanaman untuk ditanam di tempat lain.
Pengaruh Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan dan produksi suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dan kemampuan tanaman dalam memanfaatkan sumberdaya lingkungan tumbuh tanaman. Pengaturan jarak tanam yang tepat, merupakan salah satu teknik penting untuk budidaya tanaman setelah pemilihan varietas tanaman yang baik. Jarak tanam berhubungan erat dengan kerapatan tanaman. Menurut Soemarno (1973), tanaman yang terlalu rapat mengakibatkan pertumbuhan ke atas dominan, sedangkan pertumbuhan ke samping terhambat, karena tanaman saling berlomba untuk mendapatkan sinar matahari.
Jarak tanam yang sesuai adalah pengaturan ruang tumbuh bagi tanaman yang bersangkutan sedemikian rupa sehingga persaingan dalam penyerapan cahaya matahari, air dan unsur hara diantara masing-masing individu tanaman dapat ditekan sekecil-kecilnya. Semakin rapat jarak tanam semakin banyak populasi tanaman per satuan luas, sehingga persaingan hara antar tanaman semakin ketat. Akibatnya partumbuhan tanaman akan terganggu dan produksi per tanaman akan menurun (Mawazin dan Suhendi, 2008). Fujimori (2001) menyatakan pertumbuhan pohon dan kualitas tanaman berkayu secara individu
dapat diatur melalui penerapan teknik pemangkasan dan penjarangan. Jarak tanam erat kaitannya dengan lingkungan pertumbuhan tanaman, terutama faktor cahaya (Janick et al., 1974).
Pola jarak tanam yang ideal adalah apabila kebutuhan tanaman terhadap kondisi lingkungan (cahaya, kelembaban, aerasi udara, maupun perakaran) dapat tercukupi (Muhammad et al., 1993). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh secara statistik terhadap diameter S. parvifolia umur lima tahun, tetapi diameter yang dicapai ada kecenderungan semakin lebar jarak tanam diameternya cenderung lebih besar dibanding dengan jarak tanam yang rapat. Jarak tanam juga mempengaruhi riap diameter S. parvifolia. Jarak tanam yang lebih lebar, riapnya lebih baik karena jumlah tanamannya lebih sedikit sehingga persaingan antar tanaman lebih kecil. Seperti pada tanaman yang berumur lima tahun, jarak tanam yang rapat (1 m x 1 m) riapnya 0,33 cm jauh lebih kecil dibandingkan tanaman dengan jarak tanam yang lebar (3 m x 3 m), riapnya mencapai 2,25 cm (Mawazin dan Suhendi, 2008).
Hasil penelitian menyebutkan bahwa pertumbuhan dan produksi jarak pagar pada tahun kedua dan seterusnya cenderung tidak sebaik pada tahun pertama meskipun dalam kondisi optimum. Hasil panen tahun kedua dan seterusnya ternyata tidak dapat menyamai hasil panen pada tahun pertama. Dengan jarak tanam 2x2 m2 atau populasi 2 500 tanaman per hektar untuk mencapai potensi produksi 8-9 ton/ha harus menunggu tahun ke 5-6 dengan input yang tinggi sehingga menjadi tidak ekonomis lagi. Melalui inovasi teknologi sistem tanam, dengan meningkatkan jumlah populasi per hektar minimal 7 600 tanaman dan asumsi budidaya di tingkat petani (50% dari potensi hasil IP-3P tahun pertama), maka produktivitas 9.5 ton biji kering per hektar dapat dicapai pada tahun pertama. Hal ini merupakan suatu lompatan teknologi yang besar untuk mengatasi kendala waktu dan input yang besar, sekaligus menghasilkan biomassa yang cepat sebagai sumber energi nabati (Puslitbangbun, 2010).
Produksi Biji Jarak Pagar
Biji tanaman jarak pagar dimanfaatkan untuk dua tujuan, yaitu (1) untuk diambil minyaknya dan (2) dimanfaatkan sebagai benih. Penanganan biji jarak pagar sebagai benih tidak sama dengan biji jarak pagar sebagai sumber minyak, sebab proses pasca panen buah jarak pagar menjadi benih memerlukan perlakuan yang khusus hingga benih memiliki mutu yang tinggi dan dapat disimpan dalam kurun waktu yang lama (Sudjindro, 2008)
Penggunaan biodiesel tanaman jarak pagar dalam 10 tahun diperkirakan mencapai 2 400 000 kiloliter dan produktivitas jarak pagar yang ditanam rata-rata 5 ton biji kering/ha, jika produksi kebun biji 5 ton /ha dan biji terseleksi 75% atau 3.75 ton/ha, maka jumlah tersebut dapat dipenuhi dari kebun induk seluas 225 ha. Puslitbang perkebunan memproyeksikan mulai tahun 2005/2006 membangun kebun benih sumber seluas 50 ha, sisanya diharapkan dari peran serta masyarakat atau swasta. Kebun benih yang dibangun Puslitbang Perkebunan menggunakan stek hasil klon-klon lokal unggul. Bahan tanaman untuk pembangunan kebun benih sumber ini diperoleh dari seleksi langsung di lapangan sebanyak 150 000 stek yang selanjutnya ditanam di kebun-kebun percobaan Puslitbang Perkebunan, yaitu di Pakuwon dan Asembagus (Hasnam dan Mahmud, 2005).
Benih yang dihasilkan adalah komposit dari individu-individu terpilih. Benih jarak pagar termasuk benih otrodoks, yaitu benih yang untuk disimpan dalam jangka waktu yang lama, harus disimpan dalam kondisi kadar air rendah (6-7%) dan suhu ruang penyimpanan relatif rendah (Hong et al., 1996). Benih yang bermutu tinggi didapat dengan pemanenan ketika buah mencapai masak fisiologis, pada jarak pagar ditandai dengan buah berwarna kuning (berubah warna dari hijau menjadi kuning) dan bila dibuka benih di dalamnya berwarna hitam berkilat. Sampai Oktober 2006, telah dihasilkan 2 102 kg benih yang terdiri dari IP IA, IP-1M dan IP-1P masing-masing 650, 563, dan 889 kg dimana 1 772 kg telah didistribusikan ke 14 provinsi yang mendapat prioritas pengembangan jarak pagar. Benih tersebut digunakan untuk pembangunan 140 ha kebun induk di daerah-daerah, demplot dan pengembangan jarak pagar ( Puslitbangbun, 2006b). Produksi benih yang tinggi dan berkualitas, dapat pula dipengaruhi oleh kesuburan tanah (Puslitbangbun, 2007)
Persentase kehampaan biji merupakan cerminan dari bobot masing-masing biji yang dipengaruhi oleh ketersediaan nutrisi dalam tanah, pupuk, jumlah air dan intensitas cahaya, serta interaksi dari faktor tersebut. Bulan-bulan panen akan berpengaruh terhadap hasil panen, kualitas hasil, serta kandungan minyaknya. Tingkat kesempurnaan pengisian kernel pada cangkang benih sangat berpengaruh terhadap tingkat mutu benih, semakin sempurna pengisian kernel pada ruang benih maka vigor dan viabilitas benih menjadi semakin tinggi serta kandungan minyaknya menjadi semakin maksimal (Puslitbangbun 2011).
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di Kebun Jarak Pagar PT Indocement, Citeureup, Bogor. Pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo dilakukan sejak Juli 2010, pindah tanam ke lahan PT Indocement pada Agustus 2010 dan pengamatan penelitian dilakukan pada Oktober 2010 hingga April 2011.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan untuk penanaman adalah benih jarak pagar genotipe Bengkulu yang dipanen di Citeureup. Media tanam pembibitan terdiri atas pupuk kandang, tanah, dan pasir. Peralatan yang digunakan diantaranya gunting pangkas, pita meter, micrometerskrup, plastik label, kertas kerja, alat tulis, dan timbangan analitik.
Metode Penelitian
Rancangan Percobaan
Percobaan di lapangan disusun berdasarkan rancangan faktorial dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dua faktor, yaitu pemangkasan dan pengaturan jarak tanam. Pemangkasan terdiri atas tiga taraf perlakuan pemangksan batang utama yaitu 20 cm, 40 cm, dan 60 cm dari permukaan tanah. Faktor kedua adalah jarak tanam yang terdiri atas 3 taraf yaitu 1x1 m2, 2x1 m2, dan 2x2 m2. Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 27 satuan percobaan dengan luas lahan 1088 m2. Setiap unit percobaan terdapat 15 tanaman jarak pagar. Jumlah tanaman contoh di setiap unit percobaan sebanyak 5 tanaman, sehingga terdapat 135 satuan amatan. Model aditif linear untuk rancangan yang digunakan adalah :
Yijk= µ + αi + βj + γk + (αβ)ij + εijk
Keterangan :
Yijk : nilai pengamatan pada perlakuan pemangkasan ke-i, jarak tanam ke-j,
dan kelompok ke- k µ : nilai rataan umum
αi : pengaruh perlakuan pemangkasan ke-i (i=1,2,3)
βj : pengaruh perlakuan jarak tanam ke-j (j=1,2,3) γk : pengaruh kelompok ke-k (k=1,2,3)
(αβ)ij : pengaruh interaksi perlakuan pemangkasan ke-i dan jarak tanam ke-j εijk : pengaruh galat percobaan perlakuan pemangkasan ke-i, jarak tanam ke-j,
dan kelompok ke-k.
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan yang dicobakan dilakukan analisis ragam (Uji F), hasil uji F yang menunjukkan pengaruh nyata kemudian diuji lanjut dengan metode Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%. Denah petak percobaan dapat dilihat pada Lampiran 1.
Pelaksanaan Penelitian
Bahan tanam yang digunakan adalah benih campuran genotipe Bengkulu, sebagai salah satu hasil seleksi dan karakterisasi terbaik yang dihasilkan pada penelitian sebelumnya. Tahapan pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pembibitan
Benih ditanam di polibag, kemudian bibit jarak pagar dipelihara sampai berumur delapan minggu.
2. Pemeliharaan bahan tanam
Bibit yang tumbuh diseleksi dengan kriteria sebagai berikut: pertumbuhan normal, bebas hama penyakit, tinggi bibit 30-60 cm, dan jumlah daun 7-10 helai.
3. Penanaman di lapangan
Bibit terseleksi kemudian ditanam di lapangan sesuai dengan perlakuan masing-masing. Penanaman dilakukan dengan tiga ulangan. Setiap ulangan terdiri atas perlakuan jarak tanam 1x1 m2, 2x1 m2, dan 2x2 m2, dipadukan dengan tinggi pangkasan 20 cm, 40 cm, dan 60 cm untuk
setiap perlakuan jarak tanam. Populasi tanaman per petak sebanyak 15 tanaman. Tanaman contoh yang diamati adalah lima tanaman yang berada di tengah barisan.
Tanaman yang telah berumur empat minggu setelah pindah tanam, dipangkas sesuai perlakuan tinggi pangkasan yaitu 20 cm, 40 cm, dan 60 cm. Pemangkasan dalam perlakuan ini dilakukan terhadap cabang primer tanaman. Pemangkasan dilakukan hati-hati agar tidak terjadi pengelupasan terhadap kulit kayu yang dapat menyebabkan kematian tanaman. Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan alat potong (gunting pangkas) yang tajam. Selanjutnya tanaman dipelihara hingga menghasilkan buah.
Pemeliharaan tanaman berupa penyiangan gulma dilakukan empat minggu sekali. Pengendalian hama di lapangan dilakukan secara manual, sedangkan pengendalian penyakit dilakukan dengan menyemprotkan larutan pestisida terhadap tanaman yang terkena serangan cendawan atau kutu putih. Pemupukan dilakukan dua kali setelah tanaman pindah lapang, yaitu pada saat pindah lapang dan 20 minggu setelah pindah lapang. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kompos dengan dosis 2 kg per tanaman.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan mulai 2 minggu setelah pemangkasan selama dua puluh empat minggu. Peubah yang diamati mencakup pengamatan pada fase vegetatif dan komponen hasil tanaman meliputi pengamatan pada fase generatif terhadap buah dan biji yang dihasilkan.
A. Pengamatan fase vegetatif
Pengamatan mulai dilakukan 2 minggu setelah pemangkasan sampai memasuki fase generatif, terhadap :
1) Jumlah daun
Jumlah daun dihitung dari tunas terpanjang dari hasil pemangkasan. Pengamatan dilakukan setiap dua minggu sekali sampai tanaman berumur 10 MSP.
2) Tinggi tunas
Tinggi tunas diukur pada tinggi tunas terpanjang dari tunas hasil pangkasan. Pengamatan dilakukan setiap dua minggu sekali sampai tanaman berumur 10 MSP.
3) Lebar kanopi
Lebar kanopi diukur menggunakan pita meter. Lebar kanopi yang diukur berdasarkan lebar tajuk tanaman terpanjang. Pengamatan dilakukan setiap dua minggu sekali sampai tanaman berumur 10 MSP.
4) Diameter tunas
Diameter tunas diukur pada diameter tunas terpanjang dari hasil pangkasan. Pengamatan dilakukan empat minggu sekali sampai tanaman berumur 10 MSP.
5) Jumlah Tunas
Jumlah tunas diperoleh dengan menjumlahkan semua tunas baru yang terbentuk dari cabang bekas pangkasan. Pengamatan dilakukan enam minggu sekali sekali selama enam bulan.
6) Jumlah cabang
Jumlah cabang dihitung dari banyaknya cabang primer dan sekunder yang terdapat dalam satu tanaman. Parameter ini diamati di akhir pengamatan.
B. Pengamatan Komponen Hasil Tanaman
Pengamatan komponen hasil tanaman meliputi pengamatan pada fase generatif yang diukur ketika mucul karakter generatif pada tanaman contoh yaitu saat tanaman mulai berbunga serta pengamatan produksi buah dan biji yang dilakukan ketika buah pada tanaman contoh mulai dipanen sampai akhir pengamatan pada bulan April. Tanaman yang sudah memasuki fase generatif, maka pengamatan fase vegetatif dihentikan.
Pengamatan fase generatif 1) Umur berbunga
Diamati umur tanaman ketika berbunga pada setiap unit percobaan ketika pertama kali tanaman contoh berbunga.
2) Jumlah cabang produktif
Jumlah cabang produktif dihitung dari banyaknya cabang yang menghasilkan malai. Pengamatan dilakukan empat minggu sekali setelah tanaman berbuah sampai 24 MSP (Minggu Setelah Pangkas).
3) Jumlah malai
Jumlah malai dihitung dari keseluruhan malai yang terbentuk pada setiap cabang atau tunas tanaman contoh. Pengamatan dilakukan dua minggu sekali setelah tanaman memasuki fase generatif sampai 24 MSP.
4) Jumlah buah per malai
Jumlah buah dihitung dari banyaknya buah yang terdapat pada setiap malai. Pengamatan dilakukan dua minggu sekali setelah tanaman contoh mulai berbuah sampai 24 MSP.
Produksi buah dan biji 1) Jumlah buah per pohon
Jumlah buah per pohon dihitung dari total buah yang ada pada setiap tanaman contoh. Parameter ini diamati di akhir pengamatan dengan menjumlahkan seluruh buah yang dipanen selama periode panen bulan Januari 2011 - April 2011 pada setiap tanaman contoh.
2) Bobot buah per pohon
Bobot buah per pohon dihitung dari bobot buah total yang ada dalam setiap tanaman contoh. Parameter ini diamati setelah buah tanaman contoh jarak pagar dipanen.
3) Bobot biji kering per pohon
Bobot biji kering per pohon dihitung dari bobot biji total yang telah dikeluarkan dari buahnya dan dikeringkan. Parameter ini diamati diakhir pengamatan dengan menjumlahkan bobot biji kering dalam satu pohon untuk setiap tanaman contoh.
4) Jumlah biji/tanaman
Jumlah biji/tanaman dihitung setelah tanaman contoh jarak pagar dipanen buahnya. Buahnya dibuka, dihitung jumlah biji yang terdapat dalam satu buah, lalu dijumlahkan total bijinya untuk setiap tanaman contoh.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Lahan yang digunakan adalah lahan bekas penambangan semen PT Indocement. Lahan ini berada pada ketinggian 200 m dpl. Menurut Wahid (2006) ketinggian yang optimum bagi produksi buah jarak adalah di bawah 500 meter dpl, lebih dari itu tanaman tidak akan berproduksi optimal. Data iklim di lokasi penelitian yang diperoleh dari PT Indocement, Citeureup, Bogor, menunjukkan data yang berfluktuasi dengan rata-rata suhu bulanan mencapai 26.98˚C. Suhu udara paling tinggi selama pengamatan terjadi pada bulan Februari yaitu 27.38˚C, sedangkan suhu paling rendah terjadi pada bulan Januari yaitu 26.13 ˚C. Selama penelitian berlangsung, kondisi cuaca berubah-ubah. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November yaitu 376 mm/bulan dan curah hujan terendah pada bulan Maret yaitu 122 mm/bulan (Lampiran 2). Gambar 1 menunjukkan perubahan cuaca selama pengamatan di lapangan.
Gambar 1. Curah Hujan November 2010 – Juli 2011 di Kebun Percobaan PT. Indocement Bogor
Tanaman yang berupa bibit jarak pagar berusia dua bulan dipindah tanam dari Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, ke
Kebun Jarak Pagar Indocement di Citeureup, Bogor. Pengamatan dilakukan di Kebun Jarak Pagar PT Indocement mulai Oktober 2010 – April 2011. Pengamatan di lapangan dilakukan selama 24 minggu dimulai dua minggu setelah tanaman dipangkas ketika berumur dua bulan setelah pindah tanam.
Kondisi tanaman jarak pagar selama penelitian cukup baik. Kematian tanaman jarak pagar di lapangan terjadi karena lahan penelitian sering terkena banjir. Hal tersebut karena drainase di lahan penelitian kurang baik. Drainase menjadi syarat penting karena tanaman jarak pagar tidak tahan terhadap genangan. Faktor lainnya yang kurang sesuai dengan pertanaman jarak pagar yakni suhu udara yang tinggi di siang hari sehingga menyebabkan daun jarak pagar rontok yang akhirnya tanaman mengering kemudian mati. Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada bulan Agustus ketika tanaman pindah tanam ke lahan PT Indocement, Citeureup dan pada Maret 2011.
Selama pengamatan di lapang, banyak ditemukan berbagai jenis hama, diantaranya belalang pedang (Neoconocephalus ensiger), kutu putih (Ferrisia virgata Cockerell), thrips, kepik lembing (Chrysochorus javanus Westw), rayap, tungau dan berbagai jenis ulat. Hama kutu putih ditemukan ketika fase vegetatif dan generatif. Pengendalian hama jenis ini dilakukan dengan cara disemprot menggunakan pestisida sehingga tidak menyebar ke tanaman lainnya. Hama thrips menyerang beberapa tanaman yang menyebabkan daun menjadi keriting dan produksi biji berkurang. Serangan hama yang terjadi selama penelitian, tidak mencapai ambang batas ekonomi sehingga tidak menimbulkan kerugian yang berarti.
Penyakit yang ditemukan di lapangan diantaranya antraknosa dan busuk akar. Gangguan penyakit busuk akar ini diduga disebabkan oleh adanya cendawan atau jamur yang menyerang batang tanaman. Pengendalian penyakit dilakukan dengan cara membuang tanaman yang terserang agar tidak menyebar ke tanaman lainnya. Hal ini dilakukan karena skala serangan penyakit dianggap masih rendah.
Pertumbuhan tanaman jarak pagar juga dipengaruhi dengan adanya gulma di lahan pertanaman. Beberapa gulma yang banyak terdapat di lahan penelitian diantaranya Imperata cylindrical, Axonopus compressus, Mimosa pudica dan Ageratum conyzoides.
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
(g) (h)
Keterangan: Belalang pedang (Neoconocephalus ensiger) (a), kutu putih (Ferrisia virgata Cockerell.) (b), Thrips (c), kepik lembing (Chrysochorus javanus Westw.) (d), ulat bulu (e), ulat hijau (f), busuk akar (g) tungau (h)
Gambar 2 . Hama dan Penyakit yang Menyerang Jarak Pagar Selama Penelitian.
Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam pada Fase Vegetatif
Rekapitulasi Sidik Ragam
Rekapitulasi sidik ragam peubah pertumbuhan vegetatif dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil uji F terhadap pertumbuhan vegetatif menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara pemangkasan dan jarak tanam yang mempengaruhi pertumbuhan jarak pagar. Perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh peubah pengamatan kecuali pada akhir pengamatan terhadap jumlah tunas (24 MSP), perlakuan jarak tanam menunjukkan pengaruh yang nyata. Perlakuan
pemangkasan memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun pada 2,4 dan 6 MSP; tinggi tunas pada 2, 4, dan 6 MSP; lebar kanopi 2, 4 dan 10 MSP; diameter tunas pada 4 dan 8 MSP; jumlah tunas pada 24 MSP; dan jumlah cabang pada 24 MSP. Perlakuan pemangkasan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah daun pada 10 MSP; lebar kanopi pada 6 dan 8 MSP; dan diameter tunas pada 12 MSP. Sidik ragam untuk masing-masing peubah pengamatan vegetatif terdapat pada Lampiran 4-9.
Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan, Jarak Tanam dan Interaksinya terhadap Pengamatan Vegetatif Jarak Pagar
Keterangan: tn = tidak nyata berdasarkan uji F pada taraf 5%, * = nyata berdasarkan uji F pada taraf 5%, ** = sangat nyata berdasarkan uji F pada taraf 1%, KK = Koefisien Keragaman, MSP = Minggu Setelah Pangkas, BSB = Bulan Setelah Berbuah, 1)Hasil transformasi akar (x+0.5) Peubah Umur tanaman Uji F KK (%) Jarak
tanam Pemangkasan Interaksi
Jumlah daun 2 MSP tn * tn 25.19 4 MSP tn * tn 28.26 6 MSP tn * tn 25.52 8 MSP tn tn tn 20.651) 10 MSP tn ** tn 29.81 Tinggi tunas 2 MSP tn * tn 21.441) 4 MSP tn * tn 22.041) 6 MSP tn * tn 19.531) 8 MSP tn tn tn 14.941) 10 MSP tn tn tn 22.241) Lebar kanopi 2 MSP tn * tn 26.94 4 MSP tn * tn 26.14 6 MSP tn ** tn 26.38 8 MSP tn ** tn 26.09 10 MSP tn * tn 28.89 Diameter tunas 4 MSP tn * tn 8.861) 8 MSP tn * tn 25.36 12 MSP tn ** tn 18.75 Jumlah tunas 8 MSP tn tn tn 20.03 16 MSP tn tn tn 17.40 24 MSP * * tn 14.72 Jumlah cabang 24 MSP tn * tn 23.781)
Jumlah Daun
Jumlah daun dihitung berdasarkan banyaknya daun yang terdapat pada tunas hasil pangkasan. Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa perlakuan pemangkasan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada tunas hasil pangkasan jarak pagar pada 2 MSP, 4 MSP, dan 6 MSP, serta berpengaruh sangat nyata pada 10 MSP (Tabel 1). Perlakuan faktor tunggal pemangkasan yang ditunjukkan pada Tabel 2. menunjukkan bahwa pemangkasan 60 cm dari permukaan tanah memiliki jumlah daun yang lebih tinggi dan berbeda nyata dengan pemangkasan 40 dan 20 cm dari permukaan tanah mulai dari awal pengamatan hingga akhir pengamatan (Tabel 2).
Tabel 2. Rata-rata Jumlah Daun Jarak Pagar pada Berbagai Taraf Perlakuan Pemangkasan dan Jarak Tanam
Perlakuan Minggu Setelah Pangkas (MSP)
2 4 6 8 10 Jarak tanam (m2) 1x1 6.12 7.41 6.20 6.90 6.62 1x2 6.32 7.21 7.22 6.85 6.61 2x2 5.44 6.64 7.53 7.39 6.51 Tinggi pangkasan (cm) 20 6.26ab 6.81ab 6.65b 5.94 5.27b 40 4.94b 6.16b 6.02b 6.25 5.71b
60 6.74a 8.40a 8.54a 9.21 9.02a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Jumlah daun tertinggi diperoleh pada perlakuan tinggi pangkas 60 cm dari permukaan tanah. Hal tersebut karena tinggi tunas baru yang terbentuk pada pemangkasan 60 cm dari permukaan tanah lebih panjang dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Jumlah daun pada perlakuan tinggi pangkas 20 cm tidak berbeda nyata dengan tinggi pangkas 40 cm dari permukaan tanah pada minggu ke 2, 4, 6, 10 MSP dan berbeda nyata pada 8 MSP. Tinggi pangkas 20 cm dari permukaan tanah menunjukkan jumlah daun pada 2, 4, dan 6 MSP yang lebih banyak dibandingkan tinggi pangkas 40 MSP, sedangkan pada 8 dan 10 MSP
tinggi pangkas 40 cm memiliki jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan dengan tinggi pangkas 20 cm dari permukaan tanah meskipun secara statistik tidak berbeda nyata.
Perlakuan jarak tanam tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun jarak pagar (Tabel 1). Taraf perlakuan jarak tanam 1x1 m2, 1x2 m2, dan 2x2 m2 tidak berbeda nyata terhadap jumlah daun jarak pagar, namun pada 6 sampai 8 MSP perlakuan 2x2 m2 memperlihatkan respon terbaik pada pengamatan jumlah daun. Penambahan jumlah daun cenderung meningkat dari 2-8 MSP dan menurun pada 10 MSP.
Tinggi Tunas
Tinggi tunas dihitung berdasarkan tinggi tunas terpanjang dari tunas baru yang terbentuk pada cabang hasil pangkasan. Hasil pengamatan memperlihatkan perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas jarak pagar (Tabel 1). Jarak tanam 2x2 m2 memberikan hasil tunas tertinggi pada 4, 8, dan 10 MSP, sedangkan jarak tanam 1x2 m2 menujukkan tinggi tunas tertinggi pada 2 dan 6 MSP meskipun secara statistik tidak berbeda (Tabel 3).
Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tunas Jarak Pagar (cm) pada Berbagai Perlakuan Pemangkasan dan Jarak Tanam
Perlakuan Minggu Setelah Pangkas (MSP)
2 4 6 8 10 Jarak tanam (m2) 1x1 4.03 4.97 6.06 7.58 8.77 1x2 4.57 5.67 6.85 7.41 8.18 2x2 4.51 5.78 6.71 7.61 8.85 Tinggi pangkasan (cm)
20 4.73a 5.88ab 6.44ab 7.27ab 7.88
40 2.76b 3.56b 4.47b 5.77b 7.28
60 5.81a 7.24a 9.03a 9.82a 10.87
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Perlakuan pemangkasan memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tunas jarak pagar (Tabel 1). Pemangkasan 60 cm dari permukaan tanah menunjukkan respon yang paling baik dari awal hingga akhir pengamatan terhadap tinggi tunas jarak pagar. Tinggi pangkas 40 cm dari permukaan tanah menunjukkan respon paling rendah terhadap tinggi tunas jarak pagar. Tinggi pangkas 40 cm dari permukaan tanah berbeda dengan perlakuan lainnya pada 2 MSP, sedangkan perlakuan tinggi pangkas 60 cm dari permukaan tanah berbeda dengan perlakuan lainnya pada 4-8 MSP. Akhir pengamatan pada 10 MSP menunjukkan perlakuan pemangkasan antar taraf perlakuan, tidak berbeda terhadap tinggi tunas jarak pagar.
Lebar Kanopi
Perlakuan jarak tanam dan pemangkasan tidak menunjukkan adanya interaksi yang mempengaruhi lebar kanopi tanaman jarak pagar (Tabel 1). Hasil pengamatan pada Tabel 4. menunjukkan tinggi pangkasan 20 cm dari permukaan tanah memberikan pengaruh yang berbeda dengan tinggi pangkasan 40 cm dan 60 cm dari permukaan tanah mulai dari awal pengamatan (2 MSP) hingga akhir pengamatan (10 MSP).
Lebar kanopi tertinggi diperoleh pada perlakuan pemangkasan dengan tinggi pangkas 40 cm dari permukaan tanah meskipun hasilnya tidak berbeda dengan tinggi pangkas 60 cm dari permukaan tanah (Tabel 4). Hasil ini sesuai dengan penelitian Cholid et al. (2006) yang memperlihatkan perlakuan pemangkasan tidak berpengaruh nyata terhadap lebar kanopi tanaman jarak pagar yang dipangkas 45 cm, dan 60 cm dari permukaan tanah pada 75 hari setelah tanam (HST), 165 HST dan 195 HST dan perlakuan tinggi pangkas 30 cm dari permukaan tanah berbeda dengan perlakuan tinggi pangkas 45 cm dan 60 cm dari permukaan tanah pada 165 HST. Pemangkasan pada tanaman jarak pagar terutama ditujukan untuk membentuk kanopi tanaman seperti semak atau payung. Hal ini penting karena tanaman jarak pagar berbunga terminal, sehingga jumlah cabang berkorelasi positif dengan produksi buah dan biji (Puslitbangbun, 2008a).
Tabel 4. Rata-rata Lebar Kanopi Jarak Pagar (cm) pada Berbagai Perlakuan Pemangkasan dan Jarak Tanam
Perlakuan Minggu Setelah Pangkas (MSP)
2 4 6 8 10 Jarak tanam (m2) 1x1 46.01 51.61 53.24 57.39 52.19 1x2 47.12 51.67 53.29 58.98 51.97 2x2 45.94 48.91 54.64 60.00 57.28 Tinggi pangkasan (cm) 20 35.46b 39.31b 38.35b 41.82b 39.37b
40 55.59a 58.16a 62.89a 69.87a 64.81a
60 48.27a 55.11a 60.77a 65.59a 57.89a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Tabel 4. memperlihatkan bahwa meskipun jarak tanam tidak menunjukkan lebar kanopi yang berbeda nyata antar perlakuan, namun secara umum perlakuan jarak tanam 2x2 m2 cenderung memberikan hasil lebar kanopi tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Pengaturan jarak tanam berpengaruh terhadap besarnya intensitas cahaya dan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh optimal. Jarak tanam yang lebar menyebabkan intensitas cahaya yang diterima dapat menyentuh seluruh permukaan daun dan semakin banyak ketersediaan unsur hara bagi individu tanaman, karena jumlah tanaman sedikit. Jarak tanam yang rapat menyebabkan populasi tanaman lebih banyak, sehingga persaingan mendapatkan unsur hara dan cahaya matahari menjadi semakin ketat.
Banyaknya daun total, mempengaruhi kemampuan tanaman membentuk fotosintat. Taiz dan Zeiger (2002) menyebutkan semakin banyak daun, maka kemampuan membentuk fotosintat akan semakin besar, sehingga pembentukan organ-organ vegetatif akan semakin baik karena daun pada tanaman berfungsi sebagai organ fotosintesis yang mengkonversi energi cahaya menjadi energi kimia.
Pengaturan jumlah populasi tanaman melalui pengaturan jarak tanam akan mempengaruhi efisiensi tanaman dalam memanfaatkan cahaya matahari, air, hara, dan ruang tumbuh. Efisiensi tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman. Jarak tanam yang tepat akan menghasilkan lebar kanopi daun optimal sehingga mampu menekan persaingan antar tanaman untuk mendapatkan hara, air dan cahiaya yang turut mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman.
Jumlah Tunas
Perlakuan jarak tanam dan pemangkasan menunjukkan tidak terdapat interaksi yang mempengaruhi pertumbuhan jumlah tunas baru hasil pangkasan yang terbentuk pada tanaman jarak pagar. Perlakuan pemangkasan dan jarak tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah tunas jarak pagar pada 24 MSP (Tabel 1). Hasil pengamatan pengaruh pemangkasan dan jarak tanam terhadap jumlah tunas jarak pagar ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata Jumlah Tunas Jarak Pagar pada Berbagai Perlakuan Pemangkasan dan Jarak Tanam
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Tinggi pangkas 20 cm dari permukaan tanah memiliki jumlah tunas yang berbeda nyata dengan perlakuan tinggi pangkas 40 cm dan 60 cm dari permukaan tanah (Tabel 6). Hasil tertinggi di akhir pengamatan ditunjukkan oleh perlakuan tinggi pangkas 40 cm dari permukaan tanah yang mencapai 3.19 tunas dan jumlah tunas terendah terdapat pada tinggi pangkas 20 cm dari permukaan tanah yang
Perlakuan Minggu Setelah Pangkas (MSP)
8 16 24 Jarak tanam (m2) 1x1 1.75 2.34 2.75b 1x2 1.92 2.64 3.22a 2x2 1.64 2.32 2.77b Tinggi pangkasan (cm) 20 1.59 2.16 2.50b 40 1.86 2.58 3.19a 60 1.88 2.59 3.09a
tunasnya hanya berjumlah 2.50 buah. Perlakuan jarak tanam 1x2 m2 berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan jarak tanam lainnya pada pengamatan 24 MSP. Jumlah tunas tertinggi didapatkan dari perlakuan jarak tanam 1x2 m2 yang mencapai 3.22 buah tunas di akhir pengamatan.
Tanaman yang dipangkas pada ketinggian 20 cm, 40 cm, dan 60 cm dari permukaan tanah menyebabkan tumbuhnya tunas lateral. Tunas lateral tersebut dapat tumbuh karena dominasi apikal dari pucuk batang utama telah hilang. Aktivitas dominasi apikal ini dipicu oleh hormon auksin. Auksin adalah hormon yang mendukung pertumbuhan tunas apikal, sedangkan sitokinin adalah hormon pengendali pertumbuhan tunas lateral (lateral bud).
Diameter Tunas
Diameter tunas diukur berdasarkan diameter tunas terpanjang yang terbentuk dari cabang hasil pemangkasan. Perlakuan jarak tanam dan pemangkasan menunjukkan tidak terdapat interaksi yang mempengaruhi pertumbuhan diameter tunas pada tanaman jarak pagar (Tabel 1). Perlakuan pemangkasan dengan tinggi pangkas 60 cm dari permukaan tanah memberikan respon yang berbeda dengan perlakuan tinggi pangkas lainnya mulai dari awal pengamatan sampai akhir pengamatan (Tabel 6).
Tabel 6. Rata-rata Diameter Tunas Jarak Pagar pada Berbagai Perlakuan Pemangkasan dan Jarak Tanam
Perlakuan Minggu Setelah Pangkas (MSP)
4 8 12 Jarak tanam (m2) 1x1 0.49 0.71 0.95 1x2 0.68 0.89 1.09 2x2 0.56 0.72 0.94 Tinggi pangkasan (cm) 20 0.55b 0.72b 0.91b 40 0.43b 0.63b 0.88b
60 0.77a 1.02a 1.22a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Hasil ini sesuai dengan penelitian Raden (2008) yang menunjukkan pemangkasan batang utama dan jumlah cabang primer yang dipelihara berpengaruh nyata terhadap diameter batang umur 2-10 bulan setelah pangkas. Hal ini mengindikasikan translokasi fotosintat dari daun yang lebih banyak pada tunas terpanjang, lebih besar dibandingkan dengan tunas yang lebih pendek, banyaknya daun yang berperan sebagai source akhirnya akan mendukung penambahan diameter tunas yang berperan sebagai sink.
Meskipun perlakuan jarak tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter tunas, hasil pengamatan pada Tabel 7 menunjukkan bahwa jarak tanam 1x2 m2 memberikan hasil tertinggi terhadap diameter tunas dibandingkan dengan perlakuan jarak tanam 1x1 m2 maupun jarak tanam 2x2 m2. Mawazin dan Suhndi (2008) menyebutkan untuk tanaman yang berumur 1-3 tahun, jarak tanam rapat cenderung menghasilkan diameter yang lebih besar dibandingkan dengan jarak tanam yang lebar.
Jumlah Cabang
Perlakuan pemangkasan memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah cabang total jarak pagar (tabel 1). Hasil tersebut sesuai sesuai dengan penelitian Cholid et al. (2006) yang menunjukkan perlakuan pemangkasan 30 cm, 45 cm, dan 60 cm berpengaruh terhadap jumlah cabang pada 75 dan 195 HST.
Tabel 7. Rata-rata Jumlah Cabang Jarak Pagar pada Berbagai Perlakuan Pemangkasan dan Jarak Tanam
Perlakuan 24 MSP Jarak tanam (m2) 1x1 7.71 1x2 6.33 2x2 8.89 Tinggi pangkasan (cm) 20 4.08b 40 9.53a 60 9.31a
Perlakuan tinggi pangkas 40 cm dari permukaan tanah menunjukkan jumlah cabang cabang total tertinggi dengan rata-rata 9.53 buah cabang. Penelitian Putri (2009) menunjukkan bahwa pemangkasan dengan tanpa pembatasan jumlah cabang primer yang dipelihara memberikan jumlah cabang sekunder tertinggi.
Perlakuan jarak tanam memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap jumlah cabang total jarak pagar. Perlakuan jarak tanam yang menghasilkan jumlah cabang tertinggi ditunjukkan oleh jarak tanam 2x2 m2 dari permukaan tanah yang menghasilkan 8.89 cabang (Tabel 7).
Jumlah cabang meningkat karena pemangkasan jumlah cabang utama menyebabkan hilangnya dominasi apikal tunas pucuk sehingga memicu tunas-tunas lateral untuk tumbuh dan berkembang. Hal ini sejalan dengan pernyataan Widodo (1995) yang menyebutkan bahwa penambahan jumlah cabang dapat terjadi karena hilangnya dominasi apikal karena pemangkasan tunas pucuk cabang utama. Hal ini mengakibatkan tunas lateral pada batang utama tumbuh membentuk cabang tanaman.
Sistem percabangan jarak pagar tidak teratur, sehingga sulit dibedakan antara cabang primer dan cabang sekundernya. Produktivtas dan kualitas biji yang optimum didapatkan dengan memelihara jumlah cabang hendaknya dipertahankan maksimal tidak lebih dari 60 cabang per pohon (Puslitbangbun, 2008b)
Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam pada Fase Generatif
Rekapitulasi Sidik Ragam Komponen Generatif dan Hasil Buah dan Biji
Rekapitulasi sidik ragam komponen hasil tanaman yang meliputi pengamatan pada fase generatif dan produksi buah dan biji disajikan pada Tabel 8. Secara statistik, dapat dilihat bahwa terdapat interaksi antara jarak tanam dengan pemangkasan terhadap bobot biji kering dan jumlah biji jarak pagar. Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah biji. Perlakuan pemangkasan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap umur berbunga, jumlah cabang
produktif, jumlah malai, jumlah buah per malai, jumlah buah yang dipanen per tanaman, bobot buah, bobot biji kering, dan jumlah biji tanaman jarak pagar. Sidik ragam untuk masing-masing peubah pengamatan komponen hasil tanaman jarak pagar terdapat pada Lampiran 10-11.
Tabel 8. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan, Jarak Tanam dan Interaksinya terhadap Pengamatan Generatif Jarak Pagar
Peubah pengamatan Perlakuan KK (%)
J T J * T
Waktu berbunga tn ** tn 8.96
Jumlah cabang produktif tn ** tn 8.75
Jumlah malai tn ** tn 8.31
Jumlah buah per malai tn ** tn 6.15
Jumlah buah panen tn ** tn 7.32
Bobot buah tn ** tn 11.16
Bobot biji kering tn ** * 8.29
Jumlah biji * ** * 7.00
Keterangan: tn = tidak nyata berdasarkan uji F pada taraf 5%, * = nyata berdasarkan uji F pada taraf 5 %, ** = sangat nyata berdasarkan uji F pada taraf 1%, KK = Koefisien Keragaman, J = Jarak Tanam, T = Pemangkasan, J*T = Interaksi jarak tanam dan pemangkasan
Komponen Generatif
Hasil pengamatan pada Tabel 8, menunjukkan interaksi perlakuan pemangkasan dan jarak tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap waktu berbunga, jumlah cabang produktif, jumlah malai, jumlah buah/malai dan jumlah malai tanaman jarak pagar. Perlakuan pemangkasan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap seluruh peubah pengamatan. Perlakuan jarak tanam secara statistik tidak memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap waktu berbunga, jumlah cabang produktif dan jumlah buah/malai, dan jumlah malai jarak pagar. Pengaruh pemangkasan dan jarak tanam terhadap komponen generatif jarak pagar ditunjukkan pada Tabel 9.
Perlakuan jarak tanam tidak memperlihatkan perbedaan antar taraf perlakuan. Perlakuan jarak tanam 1x2 m2 menunjukkan waktu berbunga tercepat