• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI PANTAI TETE SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI KABUPATEN BONE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POTENSI PANTAI TETE SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI KABUPATEN BONE"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

UPPM Politeknik Pariwisata Makassar

Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat ISSN 1979- 7168

Jurnal Kepariwisataan, Volume 09, No. 02 Agustus 2015, Halaman 48-60

48

POTENSI PANTAI TETE SEBAGAI DAYA TARIK WISATA

DI KABUPATEN BONE

Oleh, Muh. Yahya

Politeknik Pariwisata Makassar, Jl. Gunung Rinjani, Tanjung Bunga, Makassar Email: yahyaakil@ymail.com

Abstrak

Potensi Pantai Tete sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Bone. Penelitian ini dilakukan di desa Gareccing Kecamatan Tonra Kabupaten Bone. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi dan daya tarik wisata, strategi pengembangan dan partisipasi masyarakat dan pemerintah dalam pengembangan objek dan daya tarik wisata pantai Tete. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pantai Tete memiliki potensi dan daya tarik untuk dikembangkan menjadi objek wisata alam pantai. Objek wisata ini memiliki hamparan pasir putih yang luas serta kekayaan biota lautnya yang melimpah sehingga wisatawan dapat melakukan berbagai aktivitas wisata di daya tarik wisata ini. Metode yang dilakukan penulis dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan pendekatan 4a (atraksi, aksesibilitas, amenitas dan aktivitas). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa Dinas Pariwisata Kabupaten Bone dan warga setempat harus bekerjasama dalam pengembangan objek wisata, serta penambahan fasilitas yang memadai bagi wisatawan yang berkunjung.

Kata kunci: potensi, daya tarik wisata, strategi pengembangan Abstract

Tete Beach potential as tourism attraction in Bone Regency. This study was carried outa in Bone regency. The purpose of this study is to assess the potential and attractions, strategy development and public participation and government in the development of tourist attracti on. This study is a qualitative research.The result of this research shows that the Tete Beach has the potential attraction to be developed into a natural tourism attraction. This attraction has a vast expanse of white sand and rich marine life is abundant. So that tourists can perform a variety of tourist activities in this attraction. The method used in this research is approach of 4a (attractions, accessibility, amenity and activity). The conclusion of this research the regional tourist office of Bone its society must work together in the development of tourist attractions, as well as the addition of facilities.

(2)

UPPM Politeknik Pariwisata Makassar

Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat ISSN 1979- 7168

Jurnal Kepariwisataan, Volume 09, No. 02 Agustus 2015, Halaman 48-60

49 PENDAHULUAN

Dilatarbelakangi oleh keindahan alam dan keanekaragaman budaya, menjadikan negara Indonesia sebagai negara yang terkenal akan objek wisata, baik itu objek wisata alam maupun objek wisata budaya. Selain untuk menjaga kelangsungan hidup para pelaku wisata, pendapatan dari objek-objek wisata juga dapat meningkatkan pemasukan bagi pemerintah daerah khususnya dan pemerintah pusat pada umumnya. Untuk kelancaran pengembangan pariwisata diperlukan beberapa pendorong yang penting antara lain seperti jalan yang baik, transportasi darat, laut, udara, dan akomodasi sebagai sarana yang tak kalah pentingnya dalam pengembangan pariwisata.

Pengelolaan kegiatan pariwisata sangat diperlukan dalam rangka menahan wisatawan untuk tinggal lebih lama di daerah tujuan wisata dan bagaimana wisatawan membelanjakan uang sebanyak- banyaknya selama melakukan wisata. Makin lama wisatawan berada disuatu tempat wisata akan meningkatkan pengeluaran mereka, sehingga akan membangkitkan perusahaan jasa transportasi, hiburan, akomodasi, dan jasa lainnya. Daerah Kabupaten Bone merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Propinsi Sulawesi Selatan, secara geografis letaknya sangat strategis karena berada pada pintu gerbang pantai timur Sulawesi Selatan yang merupakan pantai Barat Teluk Bone memiliki garis pantai yang cukup panjang membujur dari Utara ke Selatan menelusuri Teluk Bone

tepatnya 174 Kilometer sebelah Timur Kota Makassar, luas wilayah Kabupaten Bone 4,556 KM Bujur Sangkar atau sekitar 7,3 persen dari luas Propinsi Sulawesi Selatan, didukung 27 Kecamatan, 333 Desa dan 39 Kelurahan, dengan jumlah penduduk 648,361 Jiwa.

Untuk jelasnya 27 Kecamatan di Kabupaten Bone dicantumkan sebagai berikut;

1. Kecamatan Tanete Riattang 2. Kecamatan Tanete Riattang Barat 3. Kecamatan Tanete Riattang Timur 4. Kecamatan Palakka 5. Kecamatan Awangpone 6. Kecamatan SibuluE 7. Kecamatan Barebbo 8. Kecamatan Ponre 9. Kecamatan Cina 10. Kecamatan Mare 11. Kecamatan Tonra 12. Kecamatan Salomekko 13. Kecamatan Patimpeng 14. Kecamatan Kajuara 15. Kecamatan Kahu 16. Kecamatan Bontocani 17. Kecamatan Libureng18. Kecamatan Lappariaja 19. Kecamatan Bengo 20. Kecamatan Lamuru 21. Kecamatan Tellu LimpoE 22. Kecamatan Ulaweng 23. Kecamatan Amali 24. Kecamatan Ajangale 25. Kecamatan Dua BoccoE 26. Kecamatan Tellu SiattingE 27. Kecamatan Cenrana. Disetiap kecamatan terdapat obyek dan daya tarik wisata, dan salah satu potensi obyek wisata yang sangat menarik dan belum diketahui oleh masyarakat luas adalah Pantai Tete pantai pasir putih yang terdapat di kecamatan Tonra letaknya di desa Gareccing yang berjarak ± 64 km dari pusat kota Watampone, Kabupaten Bone. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui Potensi dan daya tarik wisata yang dimiliki Pantai Tete; 2)

(3)

UPPM Politeknik Pariwisata Makassar

Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat ISSN 1979- 7168

Jurnal Kepariwisataan, Volume 09, No. 02 Agustus 2015, Halaman 48-60

50 untuk mengetahui strategi

pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bone terhadap Daya tarik Wisata Pantai Tete; 3) mengetahui partisipasi masyarakat dalam pengembangan DTW terhadap Pantai Tete.

KAJIAN PUSTAKA Pengertian Pariwisata

Istilah Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu “pari “ dan “ wisata“. Pari berarti berulang-ulang, sedangkan wisata berarti perjalanan atau berpergian, jadi pariwisata berarti perjalanan yang dilakukan berulang-ulang atau berkali-kali. Orang yang melakukan perjalanan disebut traveler, sedangkan orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan wisata disebut tourist (Musanef, 1995:8). Pengertian yang lain menyebutkan bahwa pariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain keluar tempat tinggalnya.

Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar. Istilah pariwisata berhubungan erat dengan perjalanan wisata yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk kegiatan menghasilkan upah (Suwantoro, 2002:3).

Pariwisata merupakan suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapatkan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri (di luar negeri), meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain (daerah tertentu, suatu negara atau benua) untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia memperoleh pekerjaan tetap (Oka A. Yoeti 1983 : 107 ). Hari Karyono dalam bukunya yang berjudul Kepariwisataan, mengelompokkan obyek dan daya

tarik wisata tersebut sebagai berikut : a. Daya Tarik Wisata Alam

Wisata alam adalah bentuk kegiatan yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan tata lingkunganya. Kegiatan wisata alam adalah kegiatan rekreasi dan pariwisata, penelitian kebudayaan dan cinta alam yang dilakukan didalam obyek wisata alam.

b. Daya Tarik Wisata Budaya.

Wisata budaya dilakukan karena keinginan para wisatawan untuk mengetahui lebih jelas dan dekat suatu budaya yang dimiliki oleh suatu daerah atau negara. Obyek wisata yang dikunjungi dapat berupa hasil karya manusia. Misalnya : candi, museum, dan adat istiadat suatu daerah. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan gagasan, aktivitas, dan karya manusia yang diperoleh dengan proses belajar yang dimiliki dalam masyarakat (Koentjaraningrat, 1983:19). Jadi wisata budaya adalah yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup

(4)

UPPM Politeknik Pariwisata Makassar

Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat ISSN 1979- 7168

Jurnal Kepariwisataan, Volume 09, No. 02 Agustus 2015, Halaman 48-60

51 seseorang dengan jalan mengadakan

kunjungan atau peninjauan ketempat lain atau keluar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka.

c. Daya Tarik Wisata Minat Khusus Wisata Minat Khusus merupakan kegiatan wisata yang dilakukan karena ketertarikan terhadap jenis wisata tertentu, seperti: wisata bahari, agro tourism, sport tourism, dan lain sebagainya. Pariwisata adalah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan (R. G Soekadijo, 1966:2).

Pariwisata secara luas adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam waktu pendek atau dekat ketujuan-tujuan obyek wisata dengan cara keluar atau pergi kesuatu tempat dimana mereka dapat melepaskan atau melupakan sementara beban berat yang biasanya dihadapi selama bekerja serta berkegiatan selama tinggal dilingkunganya. Pariwisata secara umum adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh beberapa orang atau individu, dengan maksud untuk mendapatkan hiburan setelah melakukan rutinitasnya. Biasanya dilakukan pada saat liburan atau waktu senggang dan bersifat sementara. Menurut undang-undang No 9 Tahun 1990, Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisatawan, termasuk didalamnya mengenai pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di dalamnya.

Wisatawan

Wisatawan adalah setiap orang yang berpergian dari suatu tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dari kunjunganya itu (Spillane, 1987:36). Chafid Fandeli menyatakan bahwa wisatawan adalah seseorang yang terdorong oleh sesuatu atau beberapa keperluan melakukan perjalanan dan beberapa persinggahan dan persinggahan sementara di luar tempat tinggalnya untuk jangka waktu lebih dari 24 jam tidak dengan maksud mencari nafkah (Fandeli, 1995:58).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan untuk menikmati obyek wisata dan bukan

untuk menetap di objek tersebut. Adapun yang termaksud ke dalam

unsur – unsur pengembangan objek wisata yaitu : atraksi, budaya,

tenaga kerja, sarana, prasarana, transportasi, jasa pendukung dan juga akomodasi.Bentuk wisata itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :

a. Objek wisata alam yakni objek wisata yang 98% merupakan natural atau bersifat alamiah. b. Objek wisata hasil ciptaan

manusia, yaitu objek wisata yang seluruhnya merupakan hasil dari kreatifitas yang diciptakan manusia. Sedangkan yang dimaksud dengan daya tarik wisata adalah :

o Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009, Daya Tarik Wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang

(5)

UPPM Politeknik Pariwisata Makassar

Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat ISSN 1979- 7168

Jurnal Kepariwisataan, Volume 09, No. 02 Agustus 2015, Halaman 48-60

52 memiliki keunikan, kemudahan,

dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan.

o Yoeti dalam bukunya “Pengantar Ilmu Pariwisata” tahun 1985 menyatakan bahwa daya tarik wisata atau “tourist attraction”, istilah yang lebih sering digunakan, yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu.

o Dari beberapa pengertian diatas,maka dapat ditarik kesimpulan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang mempunyai daya tarik, keunikan dan nilai yang tinggi, yang menjadi tujuan wisatawan datang kesuatu daerah tertentu.

Pengembangan Pariwisata

Menurut Oka A. Yoeti, pengembangan pariwisata adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan berencana untuk memperbaiki obyek wisata yang sedang dipasarkan ataupun yang akan dipasarkan. Pengembangan tersebut meliputi perbaikan obyek dan pelayanan kepada wisatawan semenjak berangkat dari tempat tinggalnya menuju tempat tujuan hingga kembali ke tempat semula ( Oka A. Yoeti, 1983 : 56 ). Sesuai dengan instruksi Presiden No. 9 Tahun 1996, dikatakan dalam pasal 2 bahwa tujuan pengembangan pariwisata adalah :

a. Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan

negara pada umunya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja dan mendorong kegiatan industri penunjang dan industri sampingan lainya.

b. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia.

c. Meningkatkan persaudaraan atau persahabatan Nasional dan Internasional( Oka A. Yoeti, 1983 : 139 ).

Potensi

Potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kemampuan, kesanggupan daya ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995 : 784 ). Potensi di daerah tujuan wisata di pengaruhi adanya 4 pendekatan yang lebih dikenal dengan istilah 4 A, antara lain :

a. Atraksi. Atraksi merupakan kemudahan untuk mencapai daerah tujuan wisata,yang dapat dinikmati oleh wisatawan ditempat tujuan yang merupakan sasaran para wisatawan datang berkunjung b. Aksesibilitas. Sarana yang

memberikan kemudahan untuk mencapai daerah tujuan wisata,yang mana tempat tersebut mudah dijangkau dan sarana yang diperlukan wisatawan mudah ditemukan. c. Amenitas. Amenitas adalaht

ersedianya fasilitas pendukung di tempat tujuan wisata untuk memudahkan wisatawan sebelum berkunjung seperti : penginapan, restoran, hiburan, transportasi local, alat komunikasi, fasilitas perbankan, fasilitas kesehatan dan

(6)

UPPM Politeknik Pariwisata Makassar

Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat ISSN 1979- 7168

Jurnal Kepariwisataan, Volume 09, No. 02 Agustus 2015, Halaman 48-60

53 lainya.

d. Aktivitas. Aktivitas adalah kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan selama tinggal di daerah tujuan wisata.

Daya Tarik

Daya tarik menurut Wiwoho, dkk ( 1990 : 52 ) berupa :

a. Daya tarik alamiah, yang meliputi iklim, pemandangan alam, lingkungan hidup, flora dan fauna, danau, karang, gua, tebing, lembah, gunung dan sebagainya. b. Daya tarik buatan manusia,

misalnya sisa peradaban masa lalu, dokumen bersejarah, museum, tempat pemakaman dan sebagainya.

c. c.Daya tarik yang bersifat manusiawi, yaitu daya tarik yang melekat pada penduduk dalam bentuk warisan budaya, seperti tarian, drama, sandiwara, upacara penguburan mayat, upacara perkawinan, dan sebagainya. Wisata.

Wisata adalah kegiata perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela dan bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata ( Nyoman S. Pendit, 1994 : 16 ).Wisatawan adalah orang yang mengadakan perjalanan dari tempat kediamanya tanpa menetap ditempat yang didatanginya ( R. G. Soekadijo, 1996: 3 ).

Untuk menjadikan suatu daerah menjadi tujuan wisata ada tiga kebutuhan utama yang harus dipenuhi, yaitu :

1) Memiliki atraksi atau objek menarik.

2) Mudah dicapai dengan alat transportasi.

3) Menyediakan tempat tinggal untuk sementara (Pendit, 2003:65-66). Jenis-jenis Pariwisata

Berbicara tentang kepariwisataan tidak lepas dari jenis-jenis pariwisata dan macam-macam objek wisata. Adapun jenis-jenis pariwisata menurut Nyoman S. Pendit dalam buku Ilmu Pengetahuan Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana tahun 2003 adalah : a. Wisata Budaya. Wisata budaya

ada;ahSeorang melakukan perjalanan wisata atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ketempat lain atau keluar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adapt istiadat mereka, budaya dan seni mereka. Sering perjalanan serupa ini disatukan dengan kesempatan mengambil bagian dalam kegiatan kegiatan budaya.

b. Wisata kesehatan. Hal ini dimaksudkan dengan perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat tinggalnya sehingga bisa mengobati kelelahan-kelelahan jasmani dan rohani dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti mandi di sumber air panas untuk penyembuhan tempat yang beriklim udara menyehatkan atau tempat-tempat yang menyediakan

(7)

UPPM Politeknik Pariwisata Makassar

Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat ISSN 1979- 7168

Jurnal Kepariwisataan, Volume 09, No. 02 Agustus 2015, Halaman 48-60

54 fasilitas- fasilitas kesehatan lainya.

c. Wisata Olah Raga. Ini dimaksudkan dengan wisatawan-wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan berolah raga atau memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau negara, seperti Asia Games, Olimpiade, Thomas Cup, Uber Cup dan lain-lain. d. Wisata Komersial. Dalam jenis ini

termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat komersil seperti pameran industri, pameran dagang, dan sebagainya. Tidak jarang pameran atau pekan raya ini dimeriahkan dengan berbagai macam atraksi dan

pertunjukan kesenian. PEMBAHASAN

Potensi Wisata Pantai Tete di Lihat dari Pendekatan 4A

1. Atraksi Wisata

Atraksi wisata yang terdapat di obyek wisata Pantai Tete umumnya adalah atraksi wisata yang bersifat alam. Adapun atraksi wisata tersebut meliputi :

a. Panorama deburan ombak

b. Hamparan pasir putih di sepanjang pantai

c. Hamparan gunung-gunung karang yang berada di pinggir dan di laut d. Melihat air laut yang surut pada

waktu-waktu tertentu

Obyek wisata Pantai Tete memiliki daya tarik dari segi pasir putihnya, yang membentuk jalan berupa aspal yang dapat dilalui oleh kendaraan menuju ujung pantai yang

agak kedalam ke air surut. serta adanya nelayan yang mencari ikan pada saat air laut sedang surut serta pada saat musim- musim tertentu, terdapat juga petani-petani rumput laut yang berada disekitar pantai yang berada dekat rumah penduduk, dan panorama alam yang sangat indah dengan berbagai pepohonan yang terdapat di pinggir pantai.

2. Aksesibilitas

Aksesibilitas merupakan unsur penting dalam menganalisis suatu objek wisata agar objek tersebut dapat dijangkau oleh wisatawan baik dari segi sarana transportasi serta fasilitas yang ada selama perjalanan menuju objek. Adapun deskripsi mengenai segi aksesibilitas di lokasi objek wisata ini sebagai berikut:

a. Lokasi Objek wisata

Objek wisata Pantai Tete termasuk ke dalam wilayah Desa Gareccing, Kecamatan Tonra berjarak ± 64 kilometer kearah barat dari kota Watampone Kabupaten Bone.

b. Kondisi Sarana dan Prasarana jalan Kondisi sarana dan Prasarana jalan menuju objek wisata Pantai Pasir Putih Tete sudah beraspal dengan baik dengan lebar jalan kurang lebih 6 meter dan dari jalan raya berjarak kurang lebih 3 km.

c. Sarana Transportasi

Sarana transportasi yang di gunakan menuju obyek wisata pantai Tete sudah lancar. Sarana transportasi dapat dibagi menjadi beberapa golongan diantaranya adalah :

1) Mobil Pete-pete (Angkutan Umum) Alat Transportasi ini digunakan oleh masyarakat Tonra yang biasanya

(8)

UPPM Politeknik Pariwisata Makassar

Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat ISSN 1979- 7168

Jurnal Kepariwisataan, Volume 09, No. 02 Agustus 2015, Halaman 48-60

55 untuk mengantar pulang pergi kepasar

setiap harinya pada pagi hari. 2) Ojek

Berupa sepeda motor dari segala jenis yang disediakan oleh masyarakat sekitar untuk transportasi selain dari mobil yang tersedia (wawancara dengan Sudirman, Penjaga obyek Pantai Tete).

3. Amenitas

Amenitas merupakan salah satu faktor penting dalam Industri Pariwisata, faktor ini berkaitan erat dengan fasilitas-fasilitas yang ada di objek. Sehingga akan mempengaruhi kenyamanan dan kemudahan wisatawan yang akan berkunjung ke suatu objek wisata. Adapun amenitas yang berada di Objek Wisata Pantai Tete di Kecamatan Tonra kabupaten Bone yang ada di objek sebagai berikut:

a. Akomodasi

Di lokasi Objek Wisata Pantai Tete belum terdapat fasilitas akomodasi yang memadai seperti Hotel, Restoran sehingga wisatawan yang mau menginap dilokasi akan kesulitan mendapatkan tempat yang nyaman dan tempat untuk makan. Apabila wisatawan ingin menginap dan makan mereka harus keluar dari lokasi obyek .

b. Tourist Information Center ( TIC ) Di lokasi objek wisata ini tidak mempunyai TIC, apabila wisatawan menginginkan informasi dapat langsung ke TIC yang terdapat di Dinas Pariwisata Kabupaten Bone. Fasilitas ini bertujuan untuk memberikan layanan informasi bagi wisatawan yang akan berkunjung agar

dapat menikmati perjalanan wisatanya dengan puas dan menentukan lokasi mana yang akan dikunjungi.

c. Jasa Komunikasi

Tidak terdapatnya jasa komunikasi seperti telepon umum, di lokasi objek wisata ini, sehingga wisatawan apabila mengalami kendala dan menginginkan bantuan dapat menghubungi petugas retribusi (Wawancara dengan Pa Lampe Petugas Retribusi Obyek).

d. Jasa Angkutan

Di Objek Wisata Pantai Tete tidak terdapat angkutan umum yang ada setiap waktu dan melewati lokasi objek wisata ini, tetapi yang ada adalah angkutan yang mengantarkan penduduk sekitar ke pasar tiap paginya dan angkutan yang hanya ada pada saat hari pasaran di pasar tradisional serta ojek. Namun apabila wisatawan ingin menuju ke objek ini dapat memakai jasa angkutan berupa mobil rental ataupun mobil pribadi. e. Penerangan

Sarana penerangan di Objek Wisata Tete sendiri pada umumnya belum memadai karena masih ada sebagian masyarakat yang menggunakan Genset. (wawancara dengan Pa Rizal Petugas Obyek) f. Air Bersih

Di Objek Wisata Pantai Tete memiliki sarana air bersih yang dihasilkan dari sumur air tanah. Jadi wisatawan tidak perlu repot apabila ingin mandi setelah berenang di Pantai Tete Kecamatan Tonra.

g. Pos Keamanan

Pos Keamanan di Objek Wisata Pantai Pasir Putih Tete sendiri terdapat di pinggir pantai yang terletak didekat

(9)

UPPM Politeknik Pariwisata Makassar

Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat ISSN 1979- 7168

Jurnal Kepariwisataan, Volume 09, No. 02 Agustus 2015, Halaman 48-60

56 tempat pemungutan retribusi dan di

jaga oleh petugas retribusi yang merangkap sebagai petugas pemungut karcis dan bekerja sama dengan warga sekitar. Sehingga wisatawan dapat merasa tenang apabila berkunjung ke Objek Wisata Pantai Tete ini.

k. Jasa Pemandu

Objek Wisata Pantai Tete tidak memiliki jasa pemandu yang khusus dan berada di lokasi objek, namun apabila menginginkan jasa pemandu maka dapat meminta bantuan kepada penjaga loket karcis di tempat pemungutan retribusi. Sehingga wisatawan dapat memperoleh informasi yang jelas mengenai kegiatan wisata apa saja yang berada di objek tersebut. Untuk masalah biaya jasa pemandu wisata, tidak ada standar harga tertentu, hanya saja wisatawan dapat memberikan sejumlah uang atau sesuatu yang pantas bagi pemandu wisata tersebut. l. Toilet

Untuk sarana toilet di Objek Wisata Pantai Tete terdapat dilokasi sekitar objek dan tidak dipungut biaya, sedangkan jumlahnya ada 2 buah. l. Balai Pertemuan

Objek Wisata Pantai Tete memiliki sebuah balai pertemuan yang terletak di tengah-tengah lokasi Pantai. Fungsi dari tempat ini sebagai sarana pertemuan bagi warga setempat maupun menjamu pejabat Pemerintah Daerah dalam melakukan kunjungan wisata.

m. Tempat Ibadah

Untuk tempat ibadah terdapat 2 masjid yang terletak di lokasi objek dan di dalam kampung. Jadi bagi wisatawan yang beragama islam dapat

melakukan ibadah di masjid yang berada di kawasan objek tersebut. 4. Aktivitas

a. Wisatawan

Aktifitas yang dapat dilakukan oleh wisatawan di Objek Wisata Pantai Tete yaitu:

1. Mencari ikan pada saat air laut sedang surut.

2. Berenang di tepi pantai.

3. Menikmati panorama alam di atas batuan-batuan karang yang tersebar dipinggir pantai.

4. Memancing di tengah laut.

5. Melihat aktifitas nelayan dalam mencari ikan.

b. Penduduk

Penduduk setempat merupakan faktor penting dalam pelaksanaan program industri Pariwisata karena penduduk memiliki peranan utama dalam melayani dan memperlakukan wisatawan selama berada di Objek Wisata Pantai Tete. Adapun aktifitas yang dilakukan oleh penduduk sekitar objek wisata yaitu:

1.Sebagai Nelayan. 2.Berternak

3. Bertani dan berkebun 4. Berjualan dipinggir pantai 5. Petani rumput laut

Strategi Pengembangan DTW yang dilakukan oleh Pemerintah

1. Pengelolaan DTW Pantai Tete Daya Tarik Wisata Pantai Tete merupakan salah satu DTW yang sebenarnya dikelola dan dikembangkan oleh Rindam VII Wirabuana Kabupaten Bone karena lokasi tersebut selain tempat wisata juga merupakan pusat latihan tempur yang dikenal sebagai rawa laut pada

(10)

UPPM Politeknik Pariwisata Makassar

Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat ISSN 1979- 7168

Jurnal Kepariwisataan, Volume 09, No. 02 Agustus 2015, Halaman 48-60

57 waktu-waktu tertentu. Namun

demikian daerah tujuan wisata ini tetap merupakan aset tempat wisata pada Dinas pariwisata Kabupaten Bone.Dalam tugas-tugasnya tersebut Dinas pariwisata bekerja sama dengan Perangkat desa dan tokoh-tokoh masyarakat di sekitar DTW antara lain:

a. Mendorong dan memotivasi masyarakat setempat agar menjadi tuan rumah yang baik bagi wisatawan yang berkunjung ke DTW Pantai Tete.

b. Mengumpulkan, mengelola dan memberikan pelayanan kepariwisataan kepada wisatawan dan masyarakat sekitar yang berkunjung ke DTW Pantai Tete. c. Memberikan masukan kepada

aparat pemerintah yang berwenang dalam bidang kepariwisataan setempat untukpeningkatan pengembangan pariwisata di DTW Pantai Tete.

Kegiatan mengelola dan mengembangkan obyek wisata Pantai Tete dimulai dengan perencanaan yang matang. Dalam perencanaan tersebut dikumpulkan sejumlah data-data yang berguna bagi persiapan dan pengembangan kawasan DTW Pantai Tete. Langkah-langkah yang diambil dalam pengelolaan DTW Pantai Tete adalah menggali potensi yang dapat dikembangkan dan menyusun langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk pengembangan DTW Pantai Tete dan memperhitungkan kendala-kendala yang nantinya akan timbul beseta alternatif pemecahanya.

Dinas Pariwisata Kabupaten Bone melakukan pengelolaan dan

pengembangan DTW Pantai Tete berdasarkan rencana yang ada. Dalam pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan tersebut, Dinas Pariwisata Kabupaten Bone juga memperhatikan masalah yang timbul serta masukan dari pihak-pihak yang terkait. Pengembangan Pariwisata merupakan usaha yang terus menerus dilakukan agar mampu memberikan daya saing terhadap daerah tujuan wisata yang lain, baik dari segi pelayanan, atraksi, maupun fasilitas dari obyek wisata tersebut. Pengembangan Pariwisata mencakup dua dimensi yaitu dimensi ekonomi dan dimensi social budaya. Dimensi ekonomi merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan daya saing dan sekaligus meningkatkan pendapatan daerah. Sejalan dengan perkembangan kondisi negara secara nasional yang disebabkan oleh situasi politik dan keamanan dalam negeri, maka pengembangan pariwisata harus mampu memulihkan citra pariwisata bagi daerah maupun nasional sebagai daerah tujuan wisata uyang aman dan nyama n ntuk dikunjungi.Berpijak pada arah pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Bone, prioritas pembangunan salah satunya ditujukan dan diarahkan pada penataan kawasan obyek wisata Pantai Tete. Pembangunan obyek wisata Pantai Tete ditekankan pada pembangunan fisik obyek wisata serta penambahan sarana dan prasarana disekitar obyek wisata Pantai Tete, yaitu antara lain: a. a.Area tempat parkir.

b. b.Fasilitas MCK. c. Sarana jalan.

(11)

UPPM Politeknik Pariwisata Makassar

Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat ISSN 1979- 7168

Jurnal Kepariwisataan, Volume 09, No. 02 Agustus 2015, Halaman 48-60

58 e. Warung makan dan toko

kelontong. f. Lapangan voli g. Sarana ibadah.

Dengan diadakanya pengembangan dan pembangunan obyek wisata Pantai Tete, diharapkan dapat menambah nilai positif antara lain:

1. Menambah pendapatan asli daerah yang cukup besar.

2. Menambah lapangan kerja dan usaha penduduk setempat.

3. Meningkatkan taraf hidup penduduk setempat jadi lebih baik. 4. Memperlancar transportasi dan

perekonomian.

5. Melestarikan budaya tradisionnal. 2. Promosi dan pemasaran

Obyek wisata Pantai Tete oleh Diparta kabupaten Bone. Dinas paiwisataa kabupaten Bone telah melakukan berbagai cara untuk promosi dan pemasaran obyek wisata Pantai Tete, yaitu antara lain dengan membuat leaflet, booklet, calendar of even, CD promosi, melalui web, koran dan lain sebagainya.Dari berbagai macam kegiatan tersebut diatas ternyata belum mampu meningkatkan kunjungan wisatawan, karena pihak pengelola belum mampu menyediakan dana yang cukup besar untuk promosi maupun memberikan informasi kepariwisataan dan memperkenalkan potensi yang ada di obyek wisata Pantai Tete kepada wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara secara terus menerus. Jadi diperlukan dukungan dari semua pihak agar dunia pariwisata kita lebih maju.

Peran Masyarakat dalam

Pengelolaan, Pengembangan dan Promosi Obyek wisata Pantai Tete.

Masyarakat sekitar kawasan Objek Wisata Pantai Tete berperan dalam upaya yang berkaitan dengan peningkatan industri Pariwisata. Adapun peran yang sudah dilakukan masyarakat setempat dalam menarik wisatawan yaitu:

1. Menjadi tuan rumah yang baik. 2. Melakukan perawatan asset-aset

jalan, gasebotempat istirahat, tempat ibadah, tempat parkir, MCK dan fasilitas lainya.

3. Melakukan perawatan dengan kegiatan membersihkan objek wisata tersebut dari sampah-sampah dan rumput-rumput liar secara teratur.

4. Memberikan pelayanan dan Informasi kepada wisatawan. 5. Memberikan masukan kepada

aparat pemerintah yang berwenang untuk peningkatan dan pengembangan di objek wisata Pantai Tete.

6. Menumbuh kembangkan even dalam masyarakat sebagai asset wisata.

7. Melestarikan budaya tradisional. Dalam Upaya pengembangan pariwisata dikabupaten Bone khususnya obyek wisata Pantai Tete,terdapat beberapa kendala yang dihadapi Dinas Pariwisata Kabupaten Bone, diantaranya :

1. Keterbatasan dana

2. Keterbatasan sarana dan prasarana umum

3. Sarana akomodasi yang kurang memadai

(12)

UPPM Politeknik Pariwisata Makassar

Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat ISSN 1979- 7168

Jurnal Kepariwisataan, Volume 09, No. 02 Agustus 2015, Halaman 48-60

59 masyarakat akan lingkunganya.

5. Keterbatasan SDM. KESIMPULAN

Objek wisata Pantai Tete sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Kabupaten Bone memiliki potensi dan daya tarik tersendiri serta dapat dikembangkan dan dijadikan salah satu alternative tempat wisata alam dan wisata pantai yang dapat memperkaya keanekaragaman objek wisata di Kabupaten Bone.

Usaha Dinas Pariwisata Kabupaten Bone dalam mengembangkan objek wisata Pantai Tete ditekankan pada pembangunan fisik objek wisata serta penambahan sarana dan prasarana disekitar objek wisata, yaitu antara lain ; pembangunan tempat parkir, fasilitas MCK, penginapan, dan pengadaan warung toko kelontong. Dalam upaya pengembangan obyek wisata pantai Tete ini, Dinas Pariwisata Kabupaten Bone menemui beberapa kendala antara lain ;Keterbatasan dana pembangunan.,keterbatasan prasarana umum.akomodasi kurang memadai.keterbatasan SDM dan kurangnya kesadaran masyarakat akan lingkungan.

SARAN

Dari hasil penelitian Pantai Tete hendaknya dapat dikembangkan terutama dari aspek kepariwisataan. Sarana dan prasarana di suatu kawasan objek wisata sangat mendukung pengembangan lingkungan tersebut, sarana akomodasi dan restoran juga hal yang penting sebagai fasilitas

disuatu objek wisata. Dikawasan objek wisata tersebut dirasa masih kurang memadai untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, namun diharapkan masalah tersebut dapat diatasi dengan kerjasama yang baik antara pemerintah dan berbagai pihak yang terkait. Dari penelitian yang telah dilakukan mengenei potensi wisata di Pantai Tete pada khususnya dan objek wisata Kabupaten Bone pada umumnya, penulis ingin menyampaikan beberapa saran yang mungkin bisa bermanfaat bagi kemajuan kepariwisataan di daerah ini. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut :

1. Perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana yang memadai di objek wisata Pantai Tete, karena merupakan faktor utama dalam pengembangan pariwisata objek wisata tersebut.

2. Pemerintah harus lebih memperhatikan kebersihan sarana dan prasarana wisata yang ada di objek wisata Pantai Tete, sebab hal ini juga mempengaruhi dalam kenyamanan kunjungan wisatawan.

3. Promosi wisata yang dibuat lebih menarik dan kreatif, misalnya pemasaran dengan audio visual yang menggambarkan keadaan sebenarnya tentang objek wisata Pantai Tete.

4. Menambah bangunan-bangunan yang belum sehingga dapat tertata dan terawatda di objek wisata Pantai Tete dengan baik.

5. Membuat agenda khusus penyelenggaraan even-even wisata.

(13)

UPPM Politeknik Pariwisata Makassar

Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat ISSN 1979- 7168

Jurnal Kepariwisataan, Volume 09, No. 02 Agustus 2015, Halaman 48-60

60 DAFTAR PUSTAKA

Buku Pedoman Wisata. 2005. Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Bone.

Fandeli, Chafid. 1995. Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Yogyakarta: Liberty. Gamal Suwantoro. 1997. Dasar-dasar

Pariwisata. Yogyakarta.

J. Spilane, James. 1987. Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya.Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Musanef. 1985. Manajemen Usaha Perjalanan Wisata di Indonesia. Jakarta: Gunung Agung.

Musanef. 1985. Manajemen Usaha Perjalanan Wisata di Indonesia. Jakarta: Gunung Agung.

Nyoman S. Pendit. 1999. Ilmu Pariwisata SebuahPengantar Perdana. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Nasution. 2001. Metode Research. Jakarta: P.T.Bumi Aksara. www.pacitan.go.id.

Oka A. Yoeti. 1983. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakrta: PT. Pradnya Paramita 989. Tour and Travel Manajemen. Jakarta: PT. PradnyaParamita.

Soekadijo R. G. 1996. Anatomi Pariwisata. Jakarta: Gramedia.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu bermacam-macam pariwisata ditawarkan, salah satunya yang menarik adalah yang mana orang ingin berdekatan dengan alam dan mencari tempat-tempat objek wisata yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi dan daya tarik wisata, Strategi pengembangan dan partisipasi masyarakat dan pemerintah dalam pengembangan objek dan

Potensi pariwisata nasional yang dimanfaatkan menjadi objek dan daya tarik wisata dapat berupa keadaan alam, flora, fauna, kebudayaan nasional dan kebudayaan daerah baik yang

adalah objek wisata yang menonjolkan nilai keindahan alam, seni dan budaya.. Objek wisata ini telah diakui oleh pemerintah sebagai penghasil devisa

Provinsi Sumatera Utara sebagai salah satu daerah tujuan wisata yang memiliki keanekaragaman budaya yang dapat dijadikan modal bagi pengembangan sektor pariwista,

Berdasarkan hasil penelitian Pantai Putri Serayi memiliki potensi daya tarik areal yang Cukup (C) untuk dikembangkan menjadi suatu objek wisata alam, sedangkan kondisi alamnya

Selain potensi alam yang dimiliki, potensi wisata buatan manusia yang berupa ide-ide kreatif dari masyarakat dan pihak pengelola juga sebagai daya tarik dari objek

Berdasarkan hasil penelitian Pantai Putri Serayi memiliki potensi daya tarik areal yang Cukup (C) untuk dikembangkan menjadi suatu objek wisata alam, sedangkan kondisi alamnya