• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

UKL-UPL EMBUNG LAGUNDI

KABUPATEN BUTON UTARA

2015

BAB III

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA

UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

A. Identifikasi Dampak yang Ditimbulkan

Dampak lingkungan yang akan terjadi dengan adanya kegiatan pembangunan Embung Lagundi yang berlokasi di Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton Utara Provinsi Sulawesi Tenggara, ditetapkan melalui proses pelingkupan (scoping), dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan sekitar lokasi kegiatan. Proses penetapannya diawali dengan melakukan identifikasi komponen lingkungan dan rencana kegiatan guna memperoleh dampak potensial yang muncul, dampak inilah yang akan dikelola dan dipantau perkembangannya.

Secara umum, pelingkupan dampak pada semua kegiatan yang dilakukan, digunakan metode matriks (Tabel 3.4) Dengan memperhatikan dampak yang ditimbulkan apakah primer, sekunder atau tersier, maka digunakan dengan metode bagan alir (Gambar 3.1)

Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan pembangunan Embung Lagundi yang berlokasi di Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton Utara Provinsi Sulawesi Tenggara akan dilakukan pengelolaan dengan menggunakan salah satu atau beberapa pendekatan pengelolaan seperti : pendekatan teknologi, pendekatan sosial ekonomi maupun pendekatan institusional. pendekatan yang dimaksudkan diuraikan sebagai berikut :

B. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup 1.Pendekatan teknologi

(2)

UKL-UPL EMBUNG LAGUNDI

KABUPATEN BUTON UTARA

2015

ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan. Lingkup teknologi yang dipertimbangkan adalah teknologi yang tersedia baik, mudah didapatkan, tidak memiliki nilai ekonomi dan operasional yang tinggi tapi memiliki efektifitas pengelolaan yang maksimal.

2.Pendekatan sosial ekonomi

Pendekatan sosial ekonomi sebagai salah satu alternatif pengelolaan lingkungan hidup yang merupakan suatu pendekatan dalam memanfaatkan instrumen sosial ekonomi, berupa interaksi sosial dan ekonomi serta peran pemerintah. Dalam penyusunan rencana pengelolaan lingkungan hidup, pendekatan sosial ekonomi dengan mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang akan terkena dampak serta peluang pengembangannya. Instrumen pengelolaannya akan mempertimbangkan pendekatan ekonomi, partisipasi, pendidikan, kesehatan, informasi dan penyelesaian konflik.

3.Pendekatan institusional

Pendekatan institusional sebagai salah satu alternatif pengelolaan lingkungan hidup yang merupakan suatu pendekatan dengan melibatkan institusi kelembagaan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pendekatan ini digunakan dengan maksud mempertimbangkan fungsi pelayanan kelembagaan formal maupun informal. Prinsip penting yang dikembangkan dalam pendekatan ini adalah keterpaduan dalam pengelolaan lingkungan hidup antara unsur pemerintah, pemrakarsa, masyarakat dan pihak lain yang terkait.

(3)

UKL-UPL EMBUNG LAGUNDI

KABUPATEN BUTON UTARA

2015

Pemantauan akan dilakukan secara terus menerus dengan cara mengamati komponen lingkungan bagi yang terkena dampak. Hasil pemantauan akan dilakukan pelaporan secara berkala kepada instansi terkait guna memberikan laporan kondisi lingkungan yang terkena dampak akibat kegiatan yang dilakukan. Kegiatan pemantauan selain dilakukan oleh pihak pengelolah operasi dan pemeliharaan embung lagundi juga akan dilakukan oleh instansi terkait sepeti Badan Lingkungan Hidup serta beberapa instansi lainnya yang berkepentingan. Komponen lingkungan yang akan dipantau adalah komponen lingkungan yang mengalami tekanan akibat kegiatan yang dilakukan.

1. Lingkungan Geofisika-Kimia a. Iklim

Lokasi operasional Embung Lagundi yang berlokasi di Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton Utara Provinsi Sulawesi Tenggara seperti kepulauan Indonesia pada umumnya, pulau Sulawesi terletak pada daerah tropis yang dipengaruhi oleh angin Muzon. Sehingga mempunyai musim kering yang disebut kemarau dan musim-musim basah yang disebut penghujan. Kedua musim-musim ini berganti-ganti berdasarkan kedudukan matahari terhadap khatulistiwa.

(4)

UKL-UPL EMBUNG LAGUNDI

KABUPATEN BUTON UTARA

2015

Sumber : Hasil running aplikasi program CropWat 8, SID Embung Lagundi

Suhu rata-rata 29,90C - 30,60C sedang curah hujan antara 2,61 - 4,04

mm/hari. berdasarkan data yang ada menunjukkan rerata bulanan hari hujan adalah 3,25 mm. dengan perhitungan dari jumlah rerata bulan basah dibagi jumlah rerata bulan kering, bila bulan basah/curah hujan dalam satu bulan >100 mm dan bila kering dicurah hujan dalam satu bulan <60 mm dengan demikian wilayah kajian (embung lagundi) termasuk beriklim tropis dengan tropika basah (Sumber: Stasiun Klimatologi Ngkari-ngkari (2011-2013).

b. Kualitas Udara

Gambaran umum tingkat kualitas udara di wilayah sekitar rencana kegiatan pembangunan embung lagundi secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kondisi udara ambient seperti debu, kebisingan dan polutan udara dan meskipun skalanya kecil diperkirakan akan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan (wilayah tapak kegiatan dan sekitarnya) sesuai parameter Baku Mutu PP No.41/1999 tentang Pengendalian Pencemaran udara.

(5)

UKL-UPL EMBUNG LAGUNDI

KABUPATEN BUTON UTARA

2015

Tabel 3.2. Data Kualitas Udara di Sekitar Lokasi Embung Lagundi

No Parameter Yang Diukur Baku Mutu Hasil Satuan

01 Sulfur Dioksida (SOx) 900 3,45 μg/Nm3

02 Nitrogen Dioksida(NOx) 400 4,11 μg/Nm3

04 Partikel Debu 90 0,98 μg/Nm3

05 Kebisingan Pemukiman = 55 dBPerum &

Industri = 70 dB 42,2 dB

Sumber : - Laporan Hasil Uji Kimia Lingkungan Lab Dinkes Prov. Sultra. - Titik Kordinat (S: 05005’18,4” E: 122057’58,7”)

Dari hasil pemantauan kualitas udara di lokasi pemantauan dapat diketahui bahwa konsentrasi SOx yang ada berkisar 3,45 μg/Nm3

menunjukan bahwa konsentrasi SOx berada di bawah baku mutu yang

ditetapkan (900 μg/Nm3). Konsentrasi NO

2 yang terpantau berkisar

4,11 μg/Nm3 juga masih berada di bawah baku mutu yang

dipersyaratkan 400 μg/Nm3. Demikian dengan konsentrasi partikel

debu 0,98 μg/Nm3 masih dibawah baku mutu yang disyaratkan 90

μg/Nm3 serta level kebisingan yang terpantau 42,2 dB dengan baku

mutu untuk Perum & Pemukiman 55 dB serta baku mutu untuk Industri 70 dB masih di bawah baku mutu yang dipersyaratkan.

c. Hidrologi

a. Kualitas Air Sungai Lagundi

Kualitas air sungai lagundi menunjukan bahwa umumnya parameter fisika, kimia dan biologi air sungai masih berada dibawa baku mutu yang diisyaratkan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tetang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

(6)

UKL-UPL EMBUNG LAGUNDI

KABUPATEN BUTON UTARA

2015

2 Total Disolved Solid (TDS) mg/L 250 1000

3 Total Suspendid Solid (TSS) mg/L 176 400

4 Minyak Lemak mg/L 1,2 1

5 pH (Derajat Keasaman) - 7,61 6-9

6 Nitrat (sebagai NO3) mg/L 1,20 20

7 Disolved Oxygen (DO) mg/L 3,05 3

8 Chemical Oxygen Demand mg/L 10 50

9 Biologycal Oxygen Demand mg/L 3,56 6

10 Phospat (PO4) mg/L 0,214 1

11 Arsen (As) mg/L 0,0096 0,05

12 Cadmium (Cd) mg/L 0,0044 0,01

13 Tembaga (Cu) mg/L 0,0034 0,02

14 Timbal (Pb) mg/L 0,0003 0,03

Sumber : - Laporan Hasil Uji Kimia Lingkungan Lab Dinkes Prov. Sultra. - Titik Kordinat (S: 05005’18,4” E: 122057’58,7”)

2. Lingkungan Sosial, Ekonomi, Budaya dan Kesehatan Masyarakat

a. Demografi

Dengan adanya kegiatan pembangunan Embung Lagundi ini akan menimbulkan dampak positif maupun negatif, dampak positif adalah adanya lapangan kerja baru sebagai tenaga kerja untuk pembagunan embung lagundi sehingga dapat menambah pendapatan masyarakat disekitar lokasi tapak kegiatan. Berdasarkan demografi penduduk Kecamatan Kambowa dijelaskan sebagai berikut yaitu jumlah penduduk laki-laki 412 Jiwa, perempuan 390 Jiwa dan kepadatan penduduk terhadap luas wilayah Kecamatan Kambowa 39,30 km2

adalah 20 jiwa/km2 (Sumber : BPS Kecamatan Kambowa Dalam Angka

2014)

b. Sosial

1) Persepsi sosial masyarakat

Dari pengamatan lapangan dan informasi penduduk dalam hal kebersamaan masyarakat, seperti pertemuan rutin, arisan, pengajian, kerja bakti dan lain-lain di wilayah Desa Lagundi masih berjalan baik.

2) Sikap dan persepsi masyarakat

Dengan adanya Embung Lagundi masyarakat sekitar lokasi kegiatan menanggapi dengan positif, karena dengan adanya pembangunan Embung Lagundi maka kebutuhan air bagi irigasi persawahan

(7)

UKL-UPL EMBUNG LAGUNDI

KABUPATEN BUTON UTARA

2015

terpenuhi dan secara tidak langsung memberikan peluang usaha/kerja bagi masyarakat sekitar wilayah Desa Lagundi pada khususnya dan Kecamatan Kambowa pada umumnya

c. Ekonomi

Dengan keberadaan Embung Lagundi secara tidak langsung dapat memberikan peluang kerja, dan juga dapat memberikan tambahan penghasilan dengan meningkatnya produksi pertanian.

d. Budaya

Adat Istiadat dan kebiasaan lainnya yakni diantaranya berupa gotong royong dan kebersamaan masih terpelihara dan kebiasaan-kebiasaan itu masih melekat pada masyarakat Desa Lagundi dan sekitarnya. e. Kesehatan Masyarakat

1) Sanitasi lingkungan

Berdasarkan pengamatan lapangan dan informasi penduduk kondisi sanitasi lingkungan di sekitar tapak kegiatan belum tertata dengan baik utamanya jalan desa dan kondisi jalan kabupaten sudah beraspal, pada musim penghujan jarang terjadi luapan limpasan air hujan, karena kondisi saluran sebagian sudah tertata dan mengarah ke saluran air dan selanjutnya ke sungai Lagundi. Untuk keperluan MCK di tiap tiap keluarga sudah mempunyai sarana tersebut.

2) Sarana kesehatan

Sarana kesehatan di sekitar tapak kegiatan tersedia dengan adanya Puskesmas sehingga masyarahat dapat dengan mudah untuk mendapatkan layanan kesehatan

3) Pola pencarian pengobatan

Bagi penduduk yang mempunyai penghasilan yang relatif cukup maka pengobatan penyakit biasanya ketempat praktek dokter spesialis atau ke dokter ataupun di rumah sakit karena memiliki fasilitas yang lengkap, sedangkan bagi penduduk yang mempunyai penghasilan relatif kecil mempunyai kebiasaan untuk mengobati penyakitnya ke Puskesmas atau pengobatan alternatif tradisional.

(8)
(9)
(10)

TAHAP PASCA KONSTRUKSI TAHAP PRAKONSTRUKSI Keterangan: A=Kegiatan B=Dampak Primer C=Dampak Sekunder D=Dampak Tersier

(11)
(12)

D. Tahap Prakonstruksi

1.Penentuan lokasi dan trase embung

a. Dampak lingkungan yang ditimbulkan 1) Sumber dampak

 Penentuan lokasi dan trase embung 2) Jenis dampak

 Persepsi positif masyarakat 3) Besaran dampak

 Dukungan masyarakat sekitar rencana pembangunan Embung

Lagundi

b. Upaya pengelolaan lingkungan hidup

1) Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Mengumpulkan informasi dari masyarakat sekitar rencana pembangunan embung Lagundi.

2) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Areal sekitar wilayah rencana pembangunan embung Lagundi. 3) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Hanya dilakukan pada saat survei penentuan lokasi dan trase embung.

c. Upaya Pemantauan lingkungan hidup

1) Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

 Memberikan informasi kepada masyarakat sekitar rencana pembangunan embung Lagundi.

2) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

 Areal sekitar wilayah rencana pembangunan embung Lagundi 3) Periode Pemantauan Lingkungan Hidup

 Selama survei penentuan lokasi dan trase embung dilakukan d. Institusi pengelola dan pemantauan lingkungan hidup

1) Pelaksana pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan hidup

(13)

 Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV Provinsi Sulawesi Tenggara 2) Institusi pengawas

 Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara

 Pemerintah Desa Lagundi dan kecamatan Kambowa. 3) Institusi penerima laporan

 Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara

2.Pembebasan Tanah

a. Dampak lingkungan yang ditimbulkan 1) Sumber dampak  Pembebasan Tanah 2) Jenis dampak  Persepsi masyarakat  Keresahan masyarakat 3) Besaran dampak

 Persepsi sikap negatif masyarakat akan menimbulkan keresahan masyarakat yang mengklaim lahan yang akan dijadikan daerah genangan, site dan pelimpah Embung Lagundi.

b. Upaya pengelolaan lingkungan hidup

1) Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Membuka komunikasi dengan semua pihak yang memiliki klaim-klaim terhadap lahan-lahan yang akan dibebaskan.

2) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Desa Lagundi dan Kecamatan Kambowa

3) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Selama kegiatan Tahap Prakonstruksi pembangunan Embung Lagundi

(14)

 Mengumpulkan data pihak-pihak yang mengklaim lahan yang terkena area genangan, site dan pelimpah rencana pembangunan embung Lagundi

2) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

 Desa Lagundi dan Kecamatan Kambowa

3) Periode Pemantauan Lingkungan Hidup

 Selama kegiatan Tahap Prakonstruksi pembangunan Embung Lagundi

d. Institusi pengelola dan pemantauan lingkungan hidup

1) Pelaksana pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan hidup

 Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV Provinsi Sulawesi Tenggara 2) Institusi pengawas

 Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara

 Pemerintah Desa Lagundi dan kecamatan Kambowa. 3) Institusi penerima laporan

 Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara

E. Tahap Konstruksi

1.Mobilitas peralatan dan material bangunan

a. Dampak lingkungan yang ditimbulkan 1) Sumber dampak

 Kualitas udara

Penurunan kualitas udara bersumber dari emisi gas kendaraan dan alat berat yang dimungkinkan keluar masuk lokasi kegiatan pembangunan embung lagundi yang mengakibatkan munculnya partikel debu.

(15)

Peningkatan kebisingan dapat bersumber dari suara kendaraan pengangkut material bahan pembangunan embung lagundi yang keluar masuk dari dalam lokasi kegiatan

 Aksesibilitas

Gangguan lalulintas pada saat mobilitas material bahan dan juga dimungkinkan adanya kecelakaan lalulintas yang bersumber dari kendaraan yang keluar masuk dari dalam lokasi kegiatan.

 Persepsi

Munculnya dampak terhadap persepsi negatif masyarakat bersumber dari gangguan lalulintas kendaraan yang keluar masuk dari lokasi kegiatan.

 Keresahan

Dampak keresahan dapat muncul yang merupakan dampak turunan dari adanya gangguan lalulintas sekitar lokasi kegiatan pembagunan embung Lagundi.

 Kesehatan masyarakat

Kesehatan masyarakat, khusunya masyarakat sekitar lokasi pembagunan embung Lagundi yang disebabkan dan bersumber bila terjadi penurunan kualitas udara.

2). Jenis dampak

 Kualitas Udara

Jenis dampak yang dapat ditimbulkan bila terjadi peningkatan konsentrasi SOx, NOx, CO, Pb disekitar pembagunan embung

Lagundi dan partikel debu jalan menuju lokasi kegiatan.

 Kebisingan

Jenis dampak yang ditimbulkan adalah meningkatnya kebisingan disekitar lokasi akibat aktifitas didalam lokasi

(16)

Jenis dampak yang muncul adalah terjadinya gangguan lalulintas di laut dan didarat sekitar lokasi kegiatan.

 Persepsi

Jenis dampak yang muncul adalah adanya persepsi negatif dilingkungan sosial masyarakat sekitar lokasi kegiatan pembangunan Embung Lagundi.

 Keresahan

Jenis dampaknya adalah ketidak nyamanan masyarakat yang terkena dampak akibat kegiatan pembangunan Embung Lagundi.

 Kesehatan masyarakat

Jenis dampaknya yang muncul adalah terjadinya gangguan kesehatan seperti iritasi mata dan batuk akibat meningkatnya partikel debu di sekitar lokasi kegiatan.

3). Besaran dampak

 Kualitas udara

Besaran dampak peningkatan konsentrasi partikel debu bersumber dari material konstruksi yang terjadi disekitar lokasi kegiatan, dan material yang terlindas dari mobilitas kendaraan masuk dan keluar pada lokasi kegiatan yang dapat menimbulkan partikel debu diudara.

 Kebisingan

Suara kebisingan dapat bersumber dari kendaraan yang melakukan pengangkutan material bahan pembangunan Embung Lagundi dan selama kegiatan konstruksi berlangsung.

 Aksesibilitas

Jumlah material yang digunakan selama konstruksi bangunan tidak terlalu banyak sehingga intensitas pengangkutan tidak berlangsung tiap hari. Peralatan yang dimobilisasi hanya

(17)

dilakukan pada saat pekerjaan akan dilaksanakan dan setelah pekerjaan selesai.

 Persepsi

Terhadap persepsi dan pandangan masyarakat hasil observasi yang dilakukan dengan memperoleh informasi langsung, dari hasil observasi terhadap masyarakat yang berprofesi sebagai petani mendukung pembanguan embung lagundi, demikian juga terhadap kendaraan yang masuk dan keluar dari lokasi embung Lagundi karena letak lokasi pembangunan Embung Lagundi jauh dari pemukiman penduduk, selebihnya tidak terganggu dengan aktifitas dan mobilitas kegiatan operasional.

 Keresahan

Relatif jumlah masyarakat yang diperkirakan mengalami keresahan yang berpersepsi negatif jika dampak yang ditimbulkan tidak dikelola dengan baik dan tidak sama dengan jumlah masyarakat yang berpersepsi positif,.

 Kesehatan masyarakat

Masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan bila terjadi akibat meningkatnya partikel debu yang disebabkan meningkatnya aktifitas mobilitas kendaraan masuk dan keluar lokasi Embung Lagundi. Jenis gangguan kesehatan dapat terjadi seperti iritasi mata dan batuk akibat meningkatnya partikel debu di sekitar lokasi kegiatan.

b. Upaya pengelolaan lingkungan hidup 1). Bentuk pengelolaan lingkungan hidup

 Pengelolaan kualitas udara dan kebisingan sebagai sumber dampak persepsi, keresahan dan gangguan kesehatan adalah

(18)

 kendaraan yang digunakan harus menggunakan filter emisi untuk penetrasi kebisingan pada knalpot.

 Aksesibilitas

 Memasang rambu marka jalan di pintu masuk keluar pembangunan Embung Lagundi.

2). Lokasi pengelolaan lingkungan hidup.

Lokasi pengelolaan lingkungan hidup dilakukan lokasi pembangunan mebung dan jalur mobilisasi sekitar Embung Lagundi.

3). Periode pengelolaan lingkungan hidup

Periode pengelolaan lingkungan hidup dilakukan pada saat pengangkutan material serta peralatan konstruksi dan operasional kegiatan pembangunan Embung Lagundi.

c. Upaya pemantauan lingkungan hidup

1). Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

 Kualitas Udara

Cara dan metode pemantauan adalah melakukan pengukuran kualitas udara dan di analisis di laboratorium, dan hasil analisis laboratorium selanjutnya dibandingkan dengan baku mutu yang berlaku.

 Kebisingan

Cara metode pemantauan adalah melakukan pengukuran tingkat kebisingan dengan menggunakan sound level meter.

 Aksesibilitas

Cara dan metode pemantauan yaitu dilakukan perhitungan volume dan mobilitas kendaraan masuk keluar di lokasi embung Lagundi.

 Persepsi keresahan dan kesehatan masyarakat

Cara dan metode pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi langsung, data hasil observasi ditabulasi

(19)

dalam tabel untuk mengetahui jumlah prosentase masing-masing komponen sosial dan kesmas.

2). Lokasi pemantauan lingkungan hidup

 Kualitas udara dan kebisingan

Lokasi pemantauan kualitas udara dan kebisingan dilakukan di areal pembangunan Embung Lagundi serta pemukiman masyarakat desa Lagundi.

 Aksesibilitas

Lokasi Pemantauan aksesibilitas dilakukan di areal pembangunan Embung Lagundi serta jalan masuk dan keuar lokasi kegiatan.

 Persepsi keresahan dan kesehatan masyarakat

Lokasi Pemantauan dilakukan di sekitar desa Lagundi kecamatan Kambowa.

3). Periode pemantauan lingkungan hidup

Pemantauan kualitas udara, kebisingan, aksesibilitas, persepsi, keresahan dan kesehatan masyarakat dilakukan minimal sekali dalam tahap kegiatan pembangunan embung Lagundi mobilisasi peralatan dan material bangunan. Setelah tahap konstruksi selesai pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak akibat kegiatan pembangunan embung Lagundi mobilisasi peralatan dan material bangunan sudah tidak dilakukan lagi.

d. Institusi pengelola dan pemantauan lingkungan hidup

1). Pelaksana pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan hidup

 Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV Provinsi Sulawesi Tenggara 2). Intistusi pengawas

(20)

 Pemerintah Desa Lagundi dan kecamatan Kambowa. 3). Institusi penerima laporan

 Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara

2.Kegiatan mobilisasi tenaga kerja konstruksi

a. Dampak lingkungan yang ditimbulkan 1) Sumber dampak

 Munculnya kesempatan kerja bersumber dari adanya kebutuhan tenaga untuk melaksanakan kegiatan pekerjaan konstruksi pembangunan Embung Lagundi, kesempatan berusaha muncul dari adanya kebutuhan tenaga kerja selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang sebagian memanfaatkan masyarakat sekitarnya.

 Peningkatan pendapatan dapat bersumber dari penerimaan upah kerja yang dapat diperoleh dari hasil pekerjaan konstruksi dari pihak pelaksana pekerjaan konstruksi serta keuntungan masyarakat.

 Persepsi positif akan muncul dalam lingkup pemanfaatan tenaga kerja sekitarnya yang digunakan terkait dengan tersediannya lapangan pekerjaan baru bagi mereka, dan juga persepsi positif masyarakat terhadap pembangunan Embung Lagundi.

2) Jenis dampak

 Kesempatan kerja dan berusaha terhadap jenis dampak yang ditimbulkan adalah terjadinya penurunan angka pencari kerja yang ada disekitar lokasi pembangunan embung Lagundi.

 Peningkatan pendapatan dengan konstribusi jenis dampaknya adalah tingkat pendapatan masyarakat yang bekerja sebagai pekerja konstruksi.

(21)

 Persepsi jenis dampaknya adalah munculnya tanggapan positif masyarakat sekitar lokasi akibat adanya dampak posisitif yang dirasakan terkait pembangunan embung Lagundi.

3) Besaran dampak

 Kesempatan kerja dan berusaha

Jumlah tenaga kerja konstruksi yang dibutuhkan untuk kegiatan pembangunan embung Lagundi.

 Peningkatan pendapatan

Masyarakat sekitar lokasi pembangunan Embung Lagundi mendapat tambahan pendapatan yang diperoleh sebagai tenaga kerja di lokasi kegiatan.

 Persepsi positif masyarakat

Jumlah masyarakat yang berpersepsi positif adalah semua tenaga kerja yang akan direkrut dan masrayakat Desa Lagundi.

b. Upaya pengelolaan lingkungan hidup

1). Bentuk pengelolaan lingkungan hidup

 Kesempatan kerja dan berusaha sebagai sumber dampak, persepsi masyarakat dalam pengelolaannya menggunakan pendekatan sosial ekonomi dan institusi antara lain :

o Mengutamakan masyarakat sekitar lokasi untuk menjadi tenaga kerja konstruksi pembangunan Embung Lagundi. o Melakukan pendekatan kepada masyarakat sekitar lokasi

terkait dengan spesifikasi dan kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan

o Melakukan koordinasi dengan pemerintah Desa Lagundi Kecamatan Kambowa terkait dengan kebutuhan tenaga kerja

(22)

o Melakukan pembinaan usaha bagi masyarakat baik masyarakat sekitar lokasi maupun masyarakat Kecamatan Kambowa pada umumnya.

 Pendapatan sebagai sumber dampak persepsi, pengelolaannya menggunakan pendekatan sosial ekonomi antara lain :

o Memberikan upah kerja yang minimal sama dengan UMK atau UMP yang berlaku

o Memberikan santunan bagi tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja pada saat konstruksi berlangsung

o Melengkapi tenaga kerja dengan alat pelindung diri pada pekerjaan konstruksi berlangsung.

2) Lokasi pengelolaan lingkungan hidup

Areal Proyek Pembangunan Embung Lagundi, Desa Lagundi dan Kecamatan Kambowa

3) Periode pengelolaan lingkungan hidup

Periode pengelolaan lingkungan hidup dilakukan setiap hari selama kegiatan konstruksi berlangsung.

c. Upaya pemantauan lingkungan hidup 1) Metode pengumpulan dan analisis data

 Cara pemantauan dilakukan dengan observasi lapangan

 Metode pengumpulan data sekunder di Kantor Kecamatan Kambowa dan Instansi terkait.

 Data yang diperoleh ditabulasi dan diolah secara diskriptif kualitatif.

2) Lokasi pemantauan lingkungan hidup

Areal Proyek Pembangunan Embung Lagundi, Desa Lagundi dan Kecamatan Kambowa

(23)

Pemantauan dilakukan minimal dua kali selama konstruksi dan diprioritaskan pada saat setelah dilakukan pembayaran upah kerja.

d. Institusi pengelola dan pemantauan lingkungan hidup 1) Pelaksana pengelola dan pemantauan lingkungan hidup

Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV. 2) Institusi pengawas

 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Buton Utara

 Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara

 Pemerintah Desa Lagundi dan Kecamatan Kambowa. 3) Institusi penerima laporan.

 Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara.

 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Buton Utara.

3.Pembuatan / Pengoperasian Base Camp

a. Dampak lingkungan yang ditimbulkan 1) Sumber dampak

 Pembuatan / Pengoperasian Base Camp 2) Jenis dampak

 Timbulnya limbah padat 3) Besaran dampak

 Jumlah timbulan sampah padat. b. Upaya pengelolaan lingkungan hidup.

1) Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Mengumpulkan sementara limbah padat dengan memilah terlebih dahulu (organik dan anorganik), selanjutnya dibuang di pembuangan sampah domestik.

(24)

 Selama kegiatan pembangunan tahap konstruksi Embung Lagundi

c. Upaya Pemantauan lingkungan hidup

1) Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

 Memantau terjadinya timbulan limbah padat 2) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

 Areal Base Camp pembangunan embung Lagundi

3) Periode Pemantauan Lingkungan Hidup

 Setiap bulan selama kegiatan pembangunan Embung Lagundi d. Institusi pengelola dan pemantauan lingkungan hidup

1) Pelaksana pengelola dan pemantauan lingkungan hidup Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV.

2) Institusi pengawas

 Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara

 Pemerintah Desa Lagundi dan Kecamatan Kambowa. 3) Institusi penerima laporan.

 Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara.

4.Pembuatan Jalan Masuk/Akses

a. Dampak lingkungan yang ditimbulkan 1) Sumber dampak

 Pembuatan Jalan Masuk/Akses 2) Jenis dampak

 Kualitas udara

Penurunan kualitas udara bersumber dari emisi gas kendaraan dan alat berat kegiatan pembuatan jalan masuk/akses pembangunan embung Lagundi yang mengakibatkan munculnya partikel debu.

 Kebisingan

(25)

pembangunan Embung Lagundi dan selama kegiatan konstruksi berlangsung

 Aksesibilitas/Gangguan Lalulintas

Terjadinya kecelakaan lalulintas pada saat aktifitas pembuatan jalan akses masuk pembangunan embung Lagundi.

 Penurunan Kesehatan Masyarakat

Masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan bila terjadi akibat meningkatnya partikel debu yang disebabkan pembuatan jalan masuk/akses pembangunan embung Lagundi. Jenis gangguan kesehatan dapat terjadi seperti iritasi mata dan batuk akibat meningkatnya partikel debu di sekitar lokasi kegiatan.

3) Besaran dampak

 Parameter kualitas udara ambient berdasarkan Baku Mutu Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara No.7 Tahun 20015 dan PP-RI No. 41 Tahun 2009.

 Jumlah Gangguan Lalulintas

 Jumlah pengaduan gangguan kesehatan oleh masyarakat b. Upaya pengelolaan lingkungan hidup.

1) Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Kendaraan yang digunakan harus menggunakan filter emisi untuk penetrasi kebisingan pada knalpot

 Melakukan penyiraman dilokasi pembuatan jalan masuk jika dimungkinkan.

 Menempatkan petugas serta rambu-rambu jalan untuk mengatur lalulintas di pintu jalan masuk dan keluar.

2) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Sekitar area jalan masuk/akses pembangunan embung Lagundi

3) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

(26)

1) Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

 Melakukan pemantauan udara ambient berdasarkan Baku Mutu Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara No.7 Tahun 20015 dan PP-RI No. 41 Tahun 2009.

 Melakukan pemantauan gangguan lalulintas

 Melakukan pemantauan terjadianya pengaduan kesehatan masyarakat

2) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

 Di areal sekitar pembuatan jalan akses ke Embung Lagundi 3) Periode Pemantauan Lingkungan Hidup

 Minimal sekali selama kegiatan pembuatan jalan akses d. Institusi pengelola dan pemantauan lingkungan hidup

1) Pelaksana pengelola dan pemantauan lingkungan hidup Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV.

2) Institusi pengawas

 Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara

 Pemerintah Desa Lagundi dan Kecamatan Kambowa. 3) Institusi penerima laporan.

 Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara.

5.Pekerjaan Galian Tanah

a. Dampak lingkungan yang ditimbulkan 1) Sumber dampak

 Pekerjaan Galian Tanah pada embung 2) Jenis dampak

 Kualitas Udara

Jenis dampak yang dapat ditimbulkan bila terjadi peningkatan konsentrasi SOx, NOx, CO, Pb dan partikel debu disekitar lokasi kegiatan pekerjaan galian tanah pembagunan embung Lagundi.

(27)

Jenis dampak yang ditimbulkan adalah meningkatnya kebisingan disekitar lokasi akibat aktifitas pekerjaan galian tanah didalam lokasi kegiatan pembagunan embung Lagundi

 Kualitas Air

Meningkatnya konsentrasi BOD, COD dan dapat menurunkan oksigen terlarut dalam air (DO) akibat aktifitas pekerjaan galian tanah didalam lokasi kegiatan pembagunan embung Lagundi

3) Besaran dampak

 Parameter kualitas udara ambient berdasarkan Baku Mutu Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara No.7 Tahun 20015 dan PP-RI No. 41 Tahun 2009.

 Parameter kualitas air berdasarkan Baku Mutu Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001.

b. Upaya pengelolaan lingkungan hidup.

1) Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Melakukan perawatan mesin kendaraan dan alat berat secara periodik yang digunakan untuk pembangunan embung.

 Mewajibkan para pekerja/buruh untuk menggunakan peralatan K3 diantaranya helm pengaman dan ear plug.

 Diatur secara periodik dalam penggalian tanah di badan embung.

 Dibuatkan saluran air darurat terlebih dahulu di sekeliling lokasi yang dimatangkan pada awal kegiatan.

2) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Areal pekerjaan galian tanah pembangunan embung Lagundi 3) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Selama pembangunan embung tahap pekerjaan galian tanah c. Upaya Pemantauan lingkungan hidup

(28)

 Pemantauan kualitas udara ambient berdasarkan Baku Mutu Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara No.7 Tahun 20015 dan PP-RI No. 41 Tahun 2009.

 Pemantauan kualitas air berdasarkan Baku Mutu Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001.

2) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

 Areal sekitar proyek embung dan pemukiman warga desa Lagundi

3) Periode Pemantauan Lingkungan Hidup

 Setiap 6 bulan sekali selama kegiatan Tahap Konstruksi d. Institusi pengelola dan pemantauan lingkungan hidup

1) Pelaksana pengelola dan pemantauan lingkungan hidup Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV.

2) Institusi pengawas

 Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara

 Pemerintah Desa Lagundi dan Kecamatan Kambowa. 3) Institusi penerima laporan.

 Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara.

6.Pembuatan Tubuh Embung dan Bangunan Pelengkap

a. Dampak lingkungan yang ditimbulkan 1) Sumber dampak

 Pembuatan Tubuh Embung dan Bangunan Pelengkap

2) Jenis dampak

 Kualitas Udara

Jenis dampak yang dapat ditimbulkan bila terjadi peningkatan konsentrasi SOx, NOx, CO, Pb dan partikel debu disekitar lokasi kegiatan pekerjaan pembuatan tubuh embung dan bangunan pelengkap pembagunan embung Lagundi.

(29)

Jenis dampak yang ditimbulkan adalah meningkatnya kebisingan disekitar lokasi akibat aktifitas pekerjaan pembuatan tubuh embung dan bangunan pelengkap didalam lokasi kegiatan pembagunan embung Lagundi

 Kualitas Air

Meningkatnya konsentrasi BOD, COD dan dapat menurunkan oksigen terlarut dalam air (DO) akibat aktifitas pekerjaan pembuatan tubuh embung dan bangunan pelengkap didalam lokasi areal kegiatan pembagunan embung Lagundi

 Limbah Padat

Dapat terjadi tumpukan limbah padat di dalam lokasi proyek kegiatan pembagunan embung Lagundi pada saat tahap konstruksi kegiatan aktifitas pekerjaan pembuatan tubuh embung dan bangunan pelengkap.

3) Besaran dampak

 Parameter kualitas udara ambient berdasarkan Baku Mutu Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara No.7 Tahun 20015 dan PP-RI No. 41 Tahun 2009.

 Parameter kualitas air berdasarkan Baku Mutu Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001.

 Banyaknya Limbah padat hasil dari pembangunan tubuh embuh dan bangunan pelengkap lainnya diantaranya kayu, plastik, besi, yang digunakan untuk penyanggah dan pendukung pekerjaan pembangunan.

b. Upaya pengelolaan lingkungan hidup.

1) Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Melakukan perawatan mesin kendaraan dan alat berat secara periodik yang digunakan untuk pembangunan embung.

 Mewajibkan para pekerja/buruh untuk menggunakan peralatan K3 diantaranya helm pengaman dan ear plug.

(30)

 Mengumpulkan limbah padat dari hasil pembangunan embung jauh dari tubuh embung dan pelimpah.

2) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Areal proyek kegiatan pembuatan tubuh embung dan bangunan pelengkap embung Lagundi

3) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Selama kegiatan tahap konstruksi pembangunan embung lagundi pekerjaan tubuh embung.

c. Upaya Pemantauan lingkungan hidup

1) Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

 Melakukan Pemantauan kualitas udara ambient berdasarkan Baku Mutu Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara No.7 Tahun 20015 dan PP-RI No. 41 Tahun 2009.

 Melakukan pemantauan kualitas air berdasarkan Baku Mutu Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001.

 Melakukan pemantauan terhadap limbah padat yang hasil dari pembangunan tubuh embuh dan bangunan pelengkap lainnya. 2) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

 Areal proyek kegiatan pembuatan tubuh embung dan bangunan pelengkap embung Lagundi

3) Periode Pemantauan Lingkungan Hidup

 Setiap 6 bulan sekali pada tahap konstruksi pembangunan embung Lagundi

d. Institusi pengelola dan pemantauan lingkungan hidup 1) Pelaksana pengelola dan pemantauan lingkungan hidup

Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV. 2) Institusi pengawas

 Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara

 Pemerintah Desa Lagundi dan Kecamatan Kambowa. 3) Institusi penerima laporan.

(31)

 Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara.

E. Tahap Pasca Konstruksi 1.Pengoperasian Embung

a. Dampak lingkungan yang ditimbulkan 1) Sumber dampak

 Pengoperasian Embung

2) Jenis dampak

 Persepsi masyarakat

 Pendapatan Masyarakat Petani 3) Besaran dampak

 Persepsi positif masyarakat pengguna suplai air embung Lagundi untuk bercocok tanam yang diiringi dengan bertambahnya pendapatan masyarakat.

b. Upaya pengelolaan lingkungan hidup.

1) Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Menugaskan Staf Pengairan dari Dinas Pengairan Kab. Buton Utara

 Membentuk kelompok P2AE (Perkumpulan Pemakai Air Embung)

2) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup.

 Sekitar wilayah embung dan pengguna suplai air embung Langundi.

3) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Setiap saat dalam pengoperasian dan suplai air embung c. Upaya Pemantauan lingkungan hidup

1) Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

(32)

 Sekitar wilayah embung dan pengguna suplai air embung Langundi.

3) Periode Pemantauan Lingkungan Hidup

 Setiap saat apabila adanya keluhan masyarakat dan kelainan pada bangunan embung Lagundi.

d. Institusi pengelola dan pemantauan lingkungan hidup 1) Pelaksana pengelola dan pemantauan lingkungan hidup

 Petugas Dinas Pengairan Kabupaten Buton utara

 Kelompok P2AE (Perkumpulan Pemakai Air Embung). 2) Institusi pengawas

 Dinas Pengairan Kabupaten Buton utara

 Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara

 Pemerintah Desa Lagundi dan Kecamatan Kambowa. 3) Institusi penerima laporan.

 Dinas Pengairan Kabupaten Buton utara

2.Pemeliharaan Embung

a. Dampak lingkungan yang ditimbulkan 1) Sumber dampak

 Pemeliharaan Embung

2) Jenis dampak

 Persepsi Masyarakat 3) Besaran dampak

 Dukungan masyarakat pengguna suplai air embung Lagundi untuk memelihara Embung Lagundi dan pendukungnya.

b. Upaya pengelolaan lingkungan hidup.

1) Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Mencegah kebocoran /rembesan di tubuh embung Embung

 Menanam gebalan rumput di badan timbunan embung

2) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

(33)

3) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Setiap saat diperkirakan terjadi perubahan debit air embung Lagundi

c. Upaya Pemantauan lingkungan hidup

1) Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

 Menugaskan Staf Pengairan dari Dinas Pengairan Kab. Buton Utara

 Membentuk kelompok P2AE (Perkumpulan Pemakai Air Embung)

2) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

 Areal Embung Lagundi termasuk saluran irigasnya 3) Periode Pemantauan Lingkungan Hidup

d. Institusi pengelola dan pemantauan lingkungan hidup 1) Pelaksana pengelola dan pemantauan lingkungan hidup

 Petugas Dinas Pengairan Kabupaten Buton utara

 Kelompok P2AE (Perkumpulan Pemakai Air Embung). 2) Institusi pengawas

 Dinas Pengairan Kabupaten Buton utara

 Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara

 Pemerintah Desa Lagundi dan Kecamatan Kambowa. 3) Institusi penerima laporan.

(34)
(35)

BAB IV

JUMLAH DAN IZIN-IZIN PPLH YANG DIBUTUHKAN

1. Izin-Izin PPLH Yang Dibutuhkan

Adapun Izin PPLH yang dibutuhkan dalam pembangunan Embung lagundi adalah Izin Lingkungan dan Rekomendasi Lingkungan dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2009. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kantor Menteri Negara Lingkungan

Hidup. Jakarta.

Anonimous, 1999, Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian

Pencemaran Udara. Jakarta

Anonimous, 2001, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor.82 Tahun 2001

Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Jakarta

Anonimous, 2003, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 115 Tahun

Tahun 2003 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Jakarta

Anonimous, 2004, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 51 Tahun

2004. Tentang Baku Mutu Air Laut. Jakarta

Anonimous, 2005, Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor: 7 Tahun 2005

Tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara.

Anonimous, 2009, Peraturan Menteri Negara lingkungan Hidup Nomor: 18 Tahun 2009

Tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta

Anonimous, 2012. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012

Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.

Kementerian Lingkungan Hidup. Jakarta.

Anonimous, 2012. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin

Lingkungan. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jakarta.

Dinas Tata Ruang Kabupaten Buton Utara, 2012, Peta Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Buton Utara 2012-2032, Buranga.

BPS, 2014, Kecamatan Kambowa Dalam Angka Tahun 2014, Badan Pusat Statistik Kabupaten Buton Utara.

Gambar

Tabel 3.2. Data Kualitas Udara di Sekitar Lokasi Embung Lagundi
Tabel 3.4. Matriks Dampak Lingkungan Pembangunan Embung Lagundi

Referensi

Dokumen terkait

Sanggup dan bersedia melaksanakan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup sebagaimana tercantum dalam Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan

Pengelolaan emisi udara dari ketel uap dan genset dilakukan secara menerus sepanjang operasional kegiatan. Melakukan pemantauan emisi gas buang untuk ketel uap dengan

dampak dan limbah yang dihasilkan selama tahap konstruksi dengan baik dan sesuai

Area kegiatan Selama tahap operasional Pengamatan di lapangan Area kegiatan Selama tahap operasional Pelaksana Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Tirta Jaya

Kebisingan di dalam lokasi kegiatan PT Konimex - Industri Coklat, Kembang Gula, Susu Bubuk dan Roti/Kue Serta Industri Minuman Ringan dan permukiman penduduk yang berada

Udara Lingkungan Kerja, Kebauan, ISBB, Kebisingan, dan Pencahayaan pada Area Casting. Udara Lingkungan Kerja, Kebisingan,

c) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan Enam bulan sekali selama tahap operasi.. c) Pelaporan : Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah,

Banyumas Debu dan kebisingan Kebisingan diper kir akan >55 db Penggunaan alat ber at yang layak pakai dan me maksimalkan banyak penggunaan tenaga manusia Di dalam lokasi kegiatan