• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Sedangkan ramalan adalah situasi atau kondisi yang diperkirakan akan terjadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Sedangkan ramalan adalah situasi atau kondisi yang diperkirakan akan terjadi"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Peramalan

2.1.1 Pengertian Peramalan

Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah situasi atau kondisi yang diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang.

Peramalan diperlukan karena adanya perbedaan (kesenjangan) waktu (timelag) antara kesadaran akan peristiwa atau kebutuhan mendatang dengan waktu peristiwa itu sendiri. Apabila perbedaan waktu tersebut panjang maka peramalan akan menjadi penting dan sangat dibutuhkan, terutama dalam penentuan suatu peristiwa yang akan timbul sehingga dapat dipersiapkan hal-hal ataupun tindakan-tindakan yang diperlukan guna mengantisipasi keadaan tersebut.

Kegunaan peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan yang baik adalah keputusan yang didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan yang akan terjadi pada waktu keputusan itu dilaksanakan.

Keberhasilan dari suatu peramalan sangat ditentukan oleh :

(2)

ataupun informasi tersebut bersifat kuantitatif.

b. Teknik dan metode yang tepat dan sesuai dengan pola data yang telah dikumpulkan.

Data yang dibutuhkan untuk peramalan ini adalah data tahunan, dan bila semakin banyak data yang dimiliki maka semakin banyak pula peramalan yang bisa diperoleh. Metode ini selalu dipergunakan untuk peramalan bagi penyusunan rencana pembangunan negara dan daerah, perencanaan produk baru, perencanaan ekspansi dan lain-lain.

Gambaran perkembangan pada masa lalu yang akan datang diperoleh dari hasil analisa data yang didapat dari penelitian yang telah dilakukan . Perkembangan pada masa depan merupakan perkiraan apa yang akan terjadi, sehingga dapat dikatakan bahwa peramalan selalu diperlukan didalam penelitian. Ketepatan peramalan merupakan hal yang penting, walaupun demikian perlu disadari bahwa suatu ramalan adalah tetap ramalan, dimana pasti selalu ada kesalahan.

2.1.2 Jenis-Jenis Peramalan

Berdasarkan sifatnya, peramalan dibedakan atas dua macam yaitu : a. Peramalan Kualitatif

Peramalan kualitatif adalah peramalan yang didasarkan atas data kualitatif pada masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat bergantung pada orang yang menyusunnya. Hal ini penting karena hasil peramalan tersebut ditentukan berdasarkan pemikiran yang intuisi, pendapat dan pengetahuan serta pengalaman penyusunannya.

(3)

b. Peramalan Kuantitatif

Peramalan kuatitatif adalah peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat bergantung pada metode yang dipergunakan dalam peramalan tersebut. Baik tidaknya metode yang dipergunakan ditentukan oleh perbedaan atau penyimpangan antara hasil ramalan dengan kenyataan yang terjadi. Semakin kecil penyimpangan antara hasil ramalan dengan kenyataan yang akan terjadi maka semakin baik pula metode yang digunakan.

2.2 Metode Peramalan

2.2.1 Pengertian Metode Peramalan

Metode peramalan adalah suatu cara memperkirakan atau mengestimasi secara kuantitatif maupun kualitatif apa yang akan terjadi pada masa depan, berdasarkan data yang relevan pada masa lalu. Metode peramalan ini digunakan dalam peramalan yang obyektif.

Sedangkan kegunaan metode peramalan adalah untuk memperkirakan secara sistematis dan pragmatis atas dasar data yang relevan pada masa lalu, dengan demikian peramalan diharapkan dapat memberikan objektivitas yang lebih besar.

Metode peramalan juga memberikan urutan pengerjaan dan pemecahan atas pendekatan suatu masalah dalam peramalan, sehingga bila digunakan pendekatan yang sama atas permasalahan, maka akan didapat dasar pemikiran dan pemecahan yang sama, karena argumentasinya sama.

(4)

Selain itu metode peramalan juga memberikan cara pengerjaan yang teratur dan terarah, sehingga dengan demikian dapat dimungkinkannya penggunaan teknik-teknik penganalisaan yang lebih maju.

2.2.2 Jenis-Jenis Metode Peramalan

Metode pemulusan (smoothing) adalah metode peramalan dengan mengadakan penghalusan atau pemulusan terhadap data masa lalu yaitu dengan mengambil rata-rata dari nilai beberapa tahun untuk menaksir nilai pada tahun yang akan datang. Secara umum metode pemulusan (smoothing) dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu

1. Metode Perataan (Avarage) a. Nilai Tengah (Mean)

b. Rata-rata Bergerak Tunggal (Single Moving Average) c. Rata-rata Bergerak Ganda (Double Moving Avarage) d. Kombinasi Rata-rata Bergerak Lainnya.

2. Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial a. Pemulusan Eksponensial Tunggal

b. Pemulusan Eksponensial Tunggal : Pendekatan Adaptif

c. Pemulusan Eksponensial Ganda : Metode Linier Satu-Parameter dari Brown

d. Pemulusan Eksponensial Ganda : Metode Dua-Parameter dari Holt e. Pemulusan Eksponensial Triple : Metode Kuadratik Satu-Parameter

dari Brown

f. Pemulusan Eksponensial Triple : Metode Tiga-Parameter untuk Kecenderungan dan Musiman dari Winter

(5)

g. Pemulusan Eksponensial : Klasifikasi Pegels 3. Metode Pemulusan

a. Metode Kontrol Adaptif dari Chow

b. Metode Adaptif Satu-Parameter dari Brown c. Pemulusan Tiga-Parameter Box Jenkins d. Metode Pemulusan Harmonis dari Harrison e. Sistem Pemantauan dari Trigg (Tracking Signal)

2.2.3 Metode Rata-Rata Bergerak Ganda

Untuk mendapatkan suatu hasil yang baik dan tepat maka haruslah diketahui dan digunakan metode peramalan yang tepat. Untuk meramalkan Pendapatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor Industri, penulis menggunakan Metode Smoothing Rata-rata Bergerak Ganda (Double Moving Average).

Salah satu cara untuk mengubah pengaruh data masa lalu terhadap nilai tengah sebagai ramalan adalah dengan menentukan sejak awal berapa nilai observasi masa lalu yang akan dimasukkan untuk menghitung nilai tengah. Untuk menggambarkan prosedur ini digunakan istilah rata-rata bergerak (moving average), karena setiap muncul nilai observasi baru, nilai rata-rata baru dapat dihitung dengan membuang nilai observasi yang paling lama dan memasukkan nilai terbaru. Rata-rata bergerak ini kemudian akan menjadi ramalan untuk periode mendatang.

Yang dilakukan disini pada masing-masing langkah sebenarnya hanyalah menghitung kembali rata-rata dengan menambahkan nilai berikutnya dan

(6)

menggugurkan pengamatan yang terjadi pada M periode sebelumnya. Maka rumus rata-rata bergerak dapat dituliskan dalam bentuk berikut ini :

Waktu Rata-rata bergerak Ramalan

T T X X X X = 1 + 2 +....+ T T X X F T i i T

= +1 = = 1 T + 1 T X X X = 2 +....+ T 1+ T X X F T i i T

+ = + = = 1 2 2 T + 2 T X X X = 3 +....+ T 2+ T X X F T i i T

+ = + = = 2 3 3

Karena seorang peramal harus memilih jumlah periode (T) dalam rata-rata bergerak, maka ada baiknya beberapa aspek dari pemilihan ini dikemukakan.

1. MA (1) : yaitu rata-rata bergerak dengan orde 1

2. Xt : Nilai data terakhir yang diketahui yang digunakan sebagai ramalan untuk periode berikutnya.

Pada data pendapatan Produk Domestik Regional Bruto dapat dilihat bahwa data yang diamati merupakan suatu deret yang secara tetap meningkat tanpa unsur kesalahan random yang menghasilkan trend linier meningkat. Dengan menggunakan MA (3) sebagai ramalan untuk periode mendatang.

Prosedur Peramalan Rata-rata Bergerak Linier meliputi 3 aspek, yaitu : 1. Penggunaan rata-rata bergerak tunggal pada waktu t (ditulis S’t

2. Penyesuaian yang merupakan perbedaan antara rata-rata bergerak tunggal dan ganda pada waktu t

(7)

3. Penyesuaian untuk kecendrungan dari periode t ke periode t+1 (atau ke periode t+m jika ingin meramalkan m periode kedepan).

Secara umum penyesuaian prosedur rata-rata bergerak linier dapat diterangkan melalui persamaan berikut ini :

N X X X X S t t t t N t 1 2 1 ' = + − + − +....+ − + ... (2 – 1) N S S S S S t t t t N t ' 1 ' 2 ' 1 ' '' = + − + − +....+ − + ... (2 – 2) '' ' '' ' ' 2 ) ( t t t t t t S S S S S a = + − = − ... (2 – 3) ) ( 1 2 ' '' t t t S S N b − − = ... (2 – 4) ) (m b a Ft+m = t + t ... (2 – 5)

Untuk menghitung nilai kesalahan (error) ramalan tersebut, dapat digunakan rumus dibawah ini:

e = Xt+1Ft+1 ... (2 – 6) e2 2 1 1 ) (Xt+Ft+ = ... (2 – 7) Persamaan (2 – 1) mempunyai keterangan bahwa saat pada periode waktu t mempunyai nilai masa lalu sebanyak N. Nilai MA (N) tunggal dituliskan dengan '

t S . Persamaan (2 – 2) menganggap bahwa rata-rata bergerak tunggal (S’) telah dihitung. Dengan persamaan (2 – 2) itu kita menghitung rata-rata bergerak N periode dari nilai-nilai S’ tersebut. Rata-rata bergerak ganda dituliskan sebagai S’’

' t S

. Persamaan (2 – 3) mengacu terhadap penyesuaian MA tunggal dengan perbedaan (St' −St'')dan

persamaan (2 – 4) menentukan taksiran kecenderungan dari periode waktu yang satu ke periode berikutnya. Akhir persamaan (2 – 5) menunjukkan bagaimana memperoleh ramalan untuk m periode ke muka dari t. Ramalan untuk m periode ke

(8)

muka adalah at dimana merupakan nilai rata-rata yang disesuaikan untuk periode t

ditambah m kali komponen kecenderungan bt

.

Bila semua hasil perhitungan telah didapat, maka semua data yang telah didapat dimasukkan ke dalam contoh tabel berikut ini :

Tabel 2-1

Rata-Rata Bergerak Ganda 3 Tahunan Sebagai Peramalan Tingkat Pendapatan PDRB Periode (Tahun) (1) pendapatan (2) Rata-rata bergerak 3 periode dari (1) (3) Rata-rata bergerak 3 periode dari (2) (4) Nilai a (5) Nilai b (6) Nilai a+b(m) bila m=1 (7) Kesalahan ramalan (e) (8) Kesalahan ramalan kuadrat (e2) 1 X1 - - - - 2 X2 - - - - 3 X3 (2-1) - - - - 4 X4 - - - - 5 X5 - (2-2) (2-3) (2-4) - - - 6 X6 - - - - (2-5) (2-6) (2-7) - - - - - - - - - - - - N Dst Dst Dst Dst Dst Dst Dst Dst

Perlu dipahami bahwa tidak ada suatu metode terbaik untuk suatu peramalan. Metode yang memberikan hasil ramalan secara tepat belum tentu tepat untuk meramalkan data yang lain. Dalam peramalan time series, metode peramalan terbaik adalah metode yang memenuhi kriteria ketepatan ramalan. Kriteria ini berupa Mean

Squared Error (MSE), Mean Absolute Percentage Error (MAPE), dan Mean Absolute Deviation (MAD).

Untuk nilai tengah kesalahan kuadrat ( Mean Square Error ) ditulis dengan :

MSE = n F X n i i i

= − 1 2 ) (

(9)

Untuk nilai tengah kesalahan persentase absolute ( Mean Absolute Percentage Error) ditulis dengan : MAPE = n PE n i i

=1

Dimana PE merupakan kesalahan persentasenya (Percentage Error) :

PE =       − i i i X F X x 100

Untuk nilai tengah deviasi absolut ( Mean Absolute Deviation ) ditulis dengan:

MAD = n F X n i i i

= − 1

Sedangkan untuk mengetahui nilai kesalahan dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 2-2 Nilai Kesalahan Periode (1) PDRB sektor industri (Xi) (2) Peramalan (Fi) (3) Kesalahan (ΧiFi) (4) Kesalahan Absolute Fi i− Χ (5) Kesalahan Kuadrat

(

ΧiFi

)

(6) Kesalahan Persentase (PE)

(

)

Χ Χ − t t t F x100 (7) Kesalahan Persentase absolute (APE) Χ Χ− i i i F x100 (8) 1 X1 F1 ... ... ... ... ... 2 X2 F2 ... ... ... ... ... 3 X3 F3 ... ... ... ... ... 4 X4 F4 ... ... ... ... ... 5 X5 F5 ... ... ... ... ... 6 X6 F6 ... ... ... ... ... 7 X7 F7 ... ... ... ... ... Jlh ... ... ... ... ...

(10)

2.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

2.3.1 Konsep dan Defenisi PDRB

Dalam menghitung Pendapatan Regional, hanya dipakai konsep domestik. Berarti seluruh nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai sektor/lapangan usaha yang melakukan kegiatan usahanya disuatu wilayah/region (dalam hal ini kabupaten/kotamadya) dihitung dan dimasukkan, tanpa memperhatikan kepemilikan atas faktor produksi. Dengan demikian PDRB secara agregatif menunjukkan kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan/balas jasa kepada faktor-faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses di daerah tersebut.

Sampai saat ini Kabupaten/Kotamadya di Provinsi Sumatera Utara belum dapat menyajikan pendapatan yang benar-benar diterima penduduk, karena masih sulitnya memperoleh data yang menggambarkan arus pendapatan yang mengalir/keluar masuk antar Provinsi/Kabupaten/Kotamadya. Dalam pengertian ini pendapatan dari faktor produksi yang berada disuatu provinsi/kabupaten/kotamadya lain, merupakan bagian dari pendapatan Provinsi/Kabupaten/Kotamadya tempat tinggal pemilik.

Untuk menghitung ataupun mengelola pendapatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada suatu kabupaten atau kotamadya terlebih dahulu perlu dimengerti beberapa konsep dan defenisi dari unsur-unsur pokok sebagai berikut :

a) OutputYang dimaksud dengan output adalah nilai barang atau jasa yang dihasilkan dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Jenis output ada tiga macam, yaitu :

(11)

1. Output Utama (Output yang menjadi tujuan utama produksi) 2. Output sampingan, dan bukan menjadi tujuan utama produksi

3. Output ikutan yaitu output yang terjadi bersama-sama atau tidak dapat dihindarkan dengan output utamanya.

b) Biaya Antara

Biaya antara adalah barang-barang tidak tahan lama dan jasa-jasa yang digunakan atau habis dalam proses produksi. Barang-barang yang tahan lama yang pada umumnya lebih dari satu tahun, dan tidak habis dalam proses produksi tidak termasuk sebagai biaya dan disebut sebagai barang modal. c) Nilai Tambah

- Nilai Tambah Bruto

Merupakan selisih antara output dan biaya antara. Dengan kata lain merupakan produk dari proses produksi.

- Nilai Tambah Netto

Nilai Tambah Netto adalah apabila suatu penyusutan dikeluarkan dari nilai tambah bruto, maka akan diperoleh Nilai Tambah Netto.

2.3.2 Klasifikasi Lapangan Usaha

Seperti yang diketahui, PDRB adalah penjumlahan/agregasi dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam perhitungan PDRB, seluruh lapangan usaha dikelompokkan menjadi Sembilan sektor ekonomi. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB) di tingkat nasional. Kesembilan sektor ekonomi tersebut ialah:

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian

(12)

3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas dan Air Minum 5. Konstruksi

6. Perdagangan, Restoran dan Hotel 7. Pengangkutan dan Komunikasi

8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa termasuk jasa Pelayanan Pemerintah Setiap sektor tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub sektor.

2.4 Metode Perhitungan PDRB

Ada dua metode yang dapat dipakai untuk menghitung PDRB, yaitu Metode Langsung dan Metode Tidak Langsug.

2.4.1 Metode Langsung

Perhitungan didasarkan sepenuhnya pada data daerah, hasil penghitungannya mencakup seluruh produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Pemakaian metode ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu:

a. Pendekatan Produksi

PDRB merupakan jumlah Nilai Tambah Bruto (NTB) atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di suatu wilayah/region dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Sedangkan NTB adalah Nilai Produksi Bruto (NPB/output) dari barang dan jasa tersebut dikurangi seluruh biaya antara yag digunakan dalam proses produksi.

(13)

b. Pendekatan Pendapatan

PDRB adalah jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah/region dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Berdasarkan pengertian tersebut, maka NTB adalah jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB ini termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tak langsung neto.

c. Pendekatan Pengeluaran

PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan inventori dan ekspor neto (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor), di dalam suatu wilayah/region dalam periode tertentu, biasanya satu tahun. Dengan metode ini, penghitungan NTB bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi.

2.4.2 Metode Tidak Langsung

Menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah nasional ke dalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut.

Pemakaian masing-masig metode pendekatan sangat bergantung pada data yang tersedia. Pada kenyataannya, pemakaian kedua metode tersebut akan saling

(14)

menunjang satu sama lain, karena metode langsung akan mendorong peningkatan kualitas data daerah, sedang metode tidak langsung akan merupakan koreksi dalam pembanding bagi data daerah tersebut.

2.5 Penghitungan Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan

2.5.1 Perhitungan Atas Dasar Harga Berlaku

PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh NTB atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, yang nilai dengan harga tahun yang bersangkutan.

NTB atas dasar harga berlaku yang didapat dari pengurangan NPB/output dengan biaya antara masing-masing dinilai atas dasar harga berlaku. NTB menggambarkan perubahan volume/kuantum produksi yang dhasilkan dan tingkatperubahan harga dari masing-masing kegiatan, subsektor dan sektor, maka penilaian NPB/output dilakukan sebagai berikut:

1. Untuk sektor primer yang produksinya biasanya diperoleh secara langsung dari alam seperti pertanian, pertambangan, penggalian pertama kali dicari kuantum produksi dengan satuan standar yang biasa digunakan. Setelah itu ditentukan kualitas dari jenis barang yang dihasilkan. Satuan dan kualitas yang dipergunakan tidak selalu sama antara satu kabupaten/kota dengan kabupaten/kota lainnya. Selain itu diperlukan juga data harga perunit/satuan dari barang yang dihasilkan. Harga yang dipergunakan adalah harga produsen, yaitu harga yang diterima oleh produsen atau harga yang terjadi pada transaksi pertama antara produsen dengan pembeli/konsumen. NPB/output atas dasar

(15)

harga berlaku merupakan perkalian antara kuantum produksi dengan harga masing-masing komoditi pada tahun yang bersangkutan. Selain menghitung nilai produksi utama, dihitung pula nilai produksi ikutan yang dihasilkan dengan anggapan mempunyai nilai ekonomi. Produksi ikutan yang dimaksudkan adalah produksi ikutan yang benar-benar dihasilkan sehubngan dengan proses produksi utamanya.

2. Untuk sektor sekunder yang terdiri dari sector industri pengolahan, listrik, gas dan air minum, dan sektor bangunan, penghitungannya sama dengan sektor primer. Data yang diperlukan adalah kuantum produksi yang dihasilkan serta harga produsen masing-masing kegiatan, subsektor dan sektor yang bersangkutan. Selain itu dihitung juga produksi jasa yang dipergunakan sebagai pelengkap dan tergabung menjadi satu kesatuan usaha dengan produksi utamanya.

3. Untuk sektor tersier yaitu sektor-sektor yang secara umum produksinya berupa jasa seperti sektor perdaganagnk, restoran dan hotel, pengangkutan dan komunikasi, bank dan lembaga keuangan lainnya, sewa rumah dan jasa perusahaan serta pemerintah dan jasa-jasa, untuk penghitungan kuantum produksinya dilakukan dengan mencari indikator produksi yang sesuai dengan masing-masing kegiatan, subsektor dan sektor. Pemilihan indikator produksi ddasarkan pada karakteristik jasa yang dihasilkan serta diseseuaikan dengan data penunjang lainnya yang tersedia. Selain itu diperlukan juga indicator harga dari masing-masing kegiatan, subsektor dan sektor yang bersangkutan.

(16)

2.5.2 Perhitungan Atas Dasar Harga Konstan

Penghitungan atas dasar harga konstan pengertiannya sama dengan atas dasar harga berlaku, tetapi penilaiannya dilakukan dengan harga satu tahun dasar harga tertentu. NTB atas dasar harga konstan menggambarkan perubahan volume/kuantum produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara menilai dengan harga suatu tahun dasar tertentu. Penghitungan atas dasar harga konstan berguna untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau sektoral. Juga untuk mmelihat perubahan struktur ekonomi suatu daerah dari tahun ke tahun.

Pada dasarnya dikenal empat cara penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan, yaitu:

1. Revaluasi

Dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar. Hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga konstan. Selanjutnya nilai tambah atas dasar harga konstan, diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara atas dasar konstan. Dalam praktek, sangat sulit melakukan revaluasi terhadap biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen input yang sangat banyak, disamping itu data harga yang tersedia tidak dapat memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh karena itu, biaya antarab atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga konstan masing-masing tahun denganrasio tetap biaya antara terhadap output pada tahun dasar.

(17)

2. Ekstrapolasi

Nilai tambah masing-masing tahun atas tahun dasar harga konstan diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya, yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan subsektor dan sektor yang dihitung. Ekstrapolasi juga dapat dilakukan output atas dasar harga konstan, kemudian dapat menggunakan rasio tetap nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan.

3. Deflasi

Nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku masing-masing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga konsumen (IHK), indeks harga perdagangan besar (IHPB) dan sebagainya, tergantung mana yang lebih cocok. Indeks harga di atas dapat pula dipakai sebagai inflator, dalam keadaaan dimana nilai tambah atas dasar harga berlaku justru diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut.

4. Deflasi Berganda

Dalam deflasi berganda yang dideflasi adalah output dan biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator untik perhitungan atas dasar harga konstan adalah IHK atau IHPB sesuai cakupan komoditinya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga

(18)

di komponen input terbesar. Dalam kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya antara, disamping karena komponennya terlalu banyak juga karena indeks harganya belum tersedia secara baik. Oleh karena itu di dalam penghitungan harga konstan deflasi berganda belum banyak dipakai.

2.6 Uraian Sektoral

Produk Domestik Regional Bruto menurut sektor (lapangan usaha) terdiri dari sembilan sektor :

1. Sektor Pertanian

Sektor pertanian mencakup segala pengusahaan yang didapatkan dari alam dan merupakan barang-barang biologis atau hidup, dimana hasilnya akan digunakan untuk memenuhi hidup sendiri atau dijual kepada pihak lain. Sektor pertanian ini terdiri dari sub-sub sektor yaitu tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan dan perikanan.

2. Sektor Pertambangan Dan Penggalian

Kegiatan pertambangan dan penggalian adalah kegiatan yang mencakup penggalian, pemboran, penyaringan, pencucian, pemilihan dan pengambilan segala macam barang tambang, mineral dan barang galian yang tersedia di alam, baik berupa benda padat, benda cair maupun gas. Penambangan dan penggalian ini dapat dilakukan dibawah tanah maupun diatas permukaan bumi. Sifat dan tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk menciptakan nilai guna dari barang tambang dan galian sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan, dijual atau diproses secara lanjut.

(19)

3. Sektor Industri Pengolahan

Kegiatan industri adalah kegiatan untuk merubah bentuk baik secara mekanis maupun kimiawi dari bahan organik atau anorganik produk baru yang lebih tinggi mutunya. Proses tersebut dapat dilakukan dengan mesin atau tangan, baik dibuat di dalam pabrik atau rumah tangga. Termasuk juga disini perakitan bagian-bagian suku cadang barang-barang di pabrik, seperti perakitan mobil dan alat elektronik.

4. Sektor Listrik, Gas Dan Air Bersih

Sektor ini terdiri dari 3 sub sektor yaitu subsektor Listrik, subsektor Gas dan subsektor Air Bersih.

- Subsektor Listrik

Subsektor ini mencakup pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik, baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) maupun oleh perusahaan non PLN seperti pembangkitan listrik oleh Perusahaan Pemerintahan Daerah dan listrik yang diusahakan oleh swasta (perorangan maupun perusahaan), dengan tujuan untuk dijual. - Subsektor Gas

Subsektor ini mencakup kegiatan yang meliputi penyediaan gas kota yang disalurkan kepada konsumen dengan menggunakan pipa dimana gas tersebut diperoleh dari proses pembakaran batubara, minyak dan drack dengan produknya berupa gas batubara, gas minyak, gas ckreking, kokas dan minyak ter. Termasuk juga disini kegiatan penyaluran LPG dan gas alam yang tekanannya sudah dinaikkan.

(20)

- Subsektor Air Bersih

Subsektor ini mencakup kegiatan penampungan, penjernihan dan pendistribusian air bersih kepada rumah tangga, industri, rumah sakit dan penggunaan komersil lainnya. Termasuk juga kegiatann penyediaan air bersih dengan mengguanakan kincir air ataun alat lainnya, yang diusahakan oleh Perusahaan Air Minum (PAM), milik pemerintah daerah Non PAM milik swasta ataupun perorangan.

5. Sektor Bangunan

Sektor ini menyangkut kegiatan pembuatan dan perbaikan bangunan (konstruksi), baik yang dilakukan oleh kontraktor umum maupun kontraktor khusus. Yang digolongkan sebagai kegiatan konstruksi adalah pembuatan, pembangunan, pemasangan, perbaikan (berat maupun ringan), semua jenis konstruksi seperti bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal, jalan, jembatan (laut, udara, sungai), terminal dan sejenisnya.

6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor ini terdiri dari tiga subsektor perdagangan, subsektor hotel dan subsektor restoran. Pada dasarnya ini mencakup kegiatan perdagangan, penyediaan akomodasi (hotel), serta penjualan makanan dan minuman seperti restoran, warung, kedai, pedagang keliling dan sejenisnya.

7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan umum untuk barang dan penumpang melalui darat, laut, sungai, danau, penyebrangan dan udara.

(21)

Termasuk disini yang sifatnya menunjang dan memperlancar kegiatan pengangkutan, seperti tempat parkir, terminal/pelabuhan, bongkar muat, ke agenan, ekspedisi, bandara, pergudangan dan jalan tol.

8. Sektor Bank dan Lembaga Keuangan

Sektor ini meliputi kegiatan pelayanan jasa bank, asuransi, koperasi dan jasa keuangan. Jasa bank meliputi usaha jasa perbankan yang dilakukan oleh bank sentral yaitu Bank Indonesia (BI), Bank Devisa, Bank Tabungan dan Bank Pembangunan. Usahanya meliputi simpan pinjam, mengeluarkan kertas berharga, memberi jaminan bank dan jasa perbankan.

9. Sektor Jasa-Jasa

Sektor ini mencakup kegiatan pemerintah, pertahanan dan jasa yang dikelola pemerintah maupun pihak swasta meliputi jasa sosial dan kemasyarakatan, jasa hiburan dan kebudayaan serta jasa perorangan dan runah tangga.

Referensi

Dokumen terkait

demonstrated that positively framed messages presented first resulted in significantly greater scores than negatively framed messages for those subjects in the nonexpert condition

Dengan demikian, tingkat keseimbangan antara ketiga fungsi itu stabil yang sedang berkembang, kemungkinan terjadi perangkap-pertumbuhan, karena tingkat akumulasi modal

Sehingga kekhusyukan shalat pada diri mahasiswa diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan energi dan pikiran positif serta ketentraman jiwa yang berdampak pada

Perlakuan fortifikasi kulit mangium meningkatkan nilai kalor pada biopelet diduga karena kandungan lignin pada kulit mangium lebih tinggi dibandingkan dengan batang

Berdasarkan hasil inspeksi/penilaian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa dari 13 unit kapal penumpang yang telah diinspeksi rata-rata kondisi dapur telah memenuhi

Perbedaan dari skripsi peneliti yakni jika skripsi diatas membahas tentang arti atau makna sesajen dalam pelaksanaan pesta perkawinan serta siapa yang mempunyai

[r]

where Pi is the sale price of residential property i; S is the vector of structural variables represented by loor size, number of bedrooms, type of house, etc.; L is the vector