• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Keadaan geografis Desa Suwatu. sehingga terdapat 2 RW. Di Desa Suwatu juga terdapat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Keadaan geografis Desa Suwatu. sehingga terdapat 2 RW. Di Desa Suwatu juga terdapat"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Umum Desa Suwatu a. Keadaan geografis Desa Suwatu

Desa Suwatu merupakan satuan wilayah pemerintahan yang berada di Kecamatan Tlogowungu, Kabupaten Pati. Desa Suwatu berdasarkan struktur pemerintahannya merupakan desa/kelurahan yang dipimpin seorang Kepala Desa/Lurah Desa. Di Desa Suwatu terdiri dari dua dusun yaitu Dusun Suwatu Krajan dan Dusun Ngembe sehingga terdapat 2 RW. Di Desa Suwatu juga terdapat kebayanan/kepala bagian yang merupakan pembagian wilayah administrasi. Dibawah kebayanan/kepala bagian terbagi lagi dalam satuan wilayah adminstrsi yang jumlah keseluruhan dalam satu desa/kelurahan ada 11 RT.

Berikut ini terdapat beberapa tabel data untuk menjelaskan keadaan geografis Desa Suwatu.

Tabel 4. Letak Wilayah Desa Suwatu

Letak Wilayah Desa Suwatu Batas Wilayah Desa Suwatu Nama Desa: Suwatu Sebelah Utara: Soneyan Nama Kecamatan: Tlogowungu Sebelah Timur: Soneyan Nama Kabupaten: Pati Sebelah Selatan: Lahar Nama Propinsi: Jawa Tengah Sebelah Barat: Cabak

(2)

Tabel 5. Luas Wilayah Desa Suwatu

Luas Wilayah 222 Ha Tanah Fasilitas Umum

1,01 Ha

Terbagi Menjadi 2 Dusun 11 RT Tanh Kas Desa 1,75 Ha Tanah Perkebunan 19, 255 Ha Tanah SD 0,18 Ha Tegal/lading 107, 375 Ha Tanah Perkantoran Pemerintah 0,08 Ha

Pemukiman 92,35 Ha Tanah Irigasi _ Tabel 6. Keadaan Topografis Desa Suwatu

Ketinggian Tempat 120 Meter dari Permukaan Laut (M dPL)

Kondisi Tanah Baik

Potensi Tanah Baik

Bentang Wilayah Datar/Berbukit/Lereng Gunung Curah hujan/Jml Bln Hujan ….mm/th, 5 bulan

Suhu Rata-rata Harian 23 Derajat Celcius

Tabel 7. Penggunaan Lahan Produktif dan Produksi Rata-rata Perbulan Desa Suwatu

Pertanian 107,375 Ha Luasan/Produksi 1Ha 35 Ton/Th Peternakan 1 Ha Luasan/Populasi 1Ha10.000Ekor Perkebunan 19, 255 Ha Luasan/Produksi 1Ha 15 Ton/Th Kehutanan 0 Ha Luasan/Produksi …Ha Ton/Th Perikanan 0 Ha Luasan/Produksi … Ha Ekor/Th b. Perekonomian desa suwatu

Tabel 8. Angkatan Kerja dan Pengangguran Masyarakat Desa Suwatu

Jumlah angkatan kerja (penduduk usia 15-55 th)

934 orang

Jumlah penduduk usia 15-55 th yang

(3)

masih sekolah

Jumlah penduduk usia 15-55 th yang menjadi ibu rumahtangga

455 orang Jumlah penduduk usia 15-55 th yang

belum bekerja

15 orang Jumlah penduduk uis 15-55 th yang

bekerja tidak tentu

75 orang Pengangguran = 2 + 3 + 4 + 5 636 orang

Pekerja = 1-6 298 orang

Tabel 9. Mata Pencaharian/Pekerjaan Masyarakat Desa Suwatu

PNS 6 orang

Polri/TNI 0 orang

Dokter dan Bidan 1 orang bidan

Buruh/Swasta 175 orang

Petani 195 orang

Peternak 8 orang

Buruh Tani/ternak 485 orang

Tukang 61 orang

Guru Swasta/honorer 32 orang

Pengangguran 352 orang

Pengusaha 5 orang

Pedagang 22 orang

Tabel 10. Penguasaan Asset Ekonomi Masyarakat Desa Suwatu Memiliki Rumah ada 676 orang

Memiliki Sawah/Tegalan ada 209 orang Memiliki Ternak ada 430 orang Memiliki Alat Transportasi ada 7 orang Memiliki Mesin Pertanian Tidak ada Memiliki Mesin Industri Tidak ada

(4)

Tabel 11. Kelembagaan Ekonomi Masyarakat Desa Suwatu

Toko bangunan 1 unit, dimiliki 1 orang, mempunyai 2 pekerja

Warung/Toko Kelontong 10 unit, dimiliki 10 orang, mempunyai 20 pekerja

Tabel 12. Penggunaan Lahan Produktif dan Produksi Rata-rata Pertahun Desa Suwatu

Pertanian : 87 Luasan Produksi : 1 Ha 10 Ton/Th Peternakan : 2 Luasan Produksi : 1 Ha 10.000 Ekor Perikanan : ………… Luasan Produksi : ……… Ha ……… Ekor Perkebunan : 10 Luasan Produksi : … Ha ……… Ton/Th Kehutanan : ………… Luasan Produksi : …Ha ……… Ton/Th c. Keadaan statistik sosial budaya desa suwatu

Tabel 13. Jumlah Penduduk Desa Suwatu

Jumlah Total Penduduk 1796 orang

Jumlah Laki-laki 901 orang Jumlah Perempuan 895 orang

Jumlah KK 573 orang

Tabel 14. Jumlah Penduduk Desa Suwatu Menurut Kelompok Umur 0 – 1 tahun 85 orang 1 – 5 tahun 115 orang 5 – 6 tahun 150 orang 6 – 15 tahun 205 orang 16 – 21 tahun 351 orang 22 – 59 tahun 740 orang

60 tahun ke atas 150 orang

Tabel 15. Agama dan Etnis Penduduk Desa Suwatu

Agama Islam 1796 orang

(5)

Tabel 16. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Suwatu

Belum Sekolah 200 orang

Tidak Pernah Sekolah 251 orang

Tidak Tamat SD 150 orang

Tamat SD 901 orang

Tamat SLTP 245 orang

Tamat SLTA 81 orang

Tamat D1 - Tamat D2 - Tamat D3 2 orang Tamat S1 19 orang Tamat S2 - Tamat S3 -

Tabel 17. Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Penduduk Cacat Masyarakat Desa Suwatu

Jumlah Tenaga Kerja Jumlah

Penduduk Usia 15 – 60 Thn 1276 orang Ibu Rumahtangga 600 orang Penduduk Masih Sekolah 286 orang Tenaga Kerja = 1 – ( 2 + 3 ) 390 orang

Jumlah Penduduk Cacat Jumlah

Cacat Fisik Bawaan -

Cacat Kecelakan -

Cacat Mental 6 orang

Tabel 18. Kelembagaan Sosial Desa Suwatu

Organisasi Perempuan: Jumlah

Fatayat 2 unit

Muslimat 2 unit

Yasinan 4 unit

Organisasi Pemuda: 1 unit Karangtaruna dan 2 unit

Ikatan remaja Masjid/IRMA)

Organisasi Bapak: Sewelasan sebanyak 5 unit

Organisasi Profesi: -

Organisasi Keagamaan: Fatayat/Muslimat 2 unit

(6)

Tabel 19. Organisasi Politik Desa Suwatu

Partai Demokrat -

PDI-P - Golkar - PKB -

2. Deskripsi Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini diambil 18 subjek penelitian, yang terdiri dari masyarakat Desa Suwatu (10 orang), tokoh masyarakat Desa Suwatu (2 orang), ketua PPS dan PPL Desa Suwatu (2 orang), KPU Kabupaten Pati dan Panwaslu Kabupaten Pati (2 orang), dan Kepala Desa serta perangkat Desa Suwatu (2 orang). Masing-masing subjek diwawancari dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disediakan. Kendati demikian, saat memerlukan pendalaman atau pemahaman lebih lanjut diajukan pertanyaan-pertanyaan secara spontan.

Berikut data lengkap dari masing-masing narasumber/subjek penelitian:

Tabel 17. Data Subjek Penelitian

No Nama Jabatan

1 Ahmad Jukari, S.Ag., MH Ketua KPU Kabupaten Pati, Pendidikan S1 dan S2, Penghasilan diatas Rp. 1.000.000 Juta

2 Suyoto SH., MH. Ketua Panwaslu Kabupaten Pati, Pendidikan S1 dan S2, Penghasilan diatas Rp. 1.000.000 Juta

(7)

1.000.000 Juta

4 Sutrisno Ketua PPL Desa Suwatu, Pendidikan SMA, Penghasilan antara Rp. 500.000-1.000.000

5 Suharto Kepala Desa Suwatu, Pendidikan SMA, Penghasilan diatas Rp. 1.000.000 Juta

6 Supriyadi S.Pd.I Perangkat Desa, Pendidikan S1, Penghasilan antara Rp. 500.000-1.000.000 Juta

7 Mustiah S,Pd.I Bekerja sebagai Guru RA (guru honorer), Pendidikan S1, Penghasilan kurang dari sama dengan Rp. 500.000 ribu

8 Eni Mustafiah A.Md.Kes Bekerja sebagai Bidan, Pendidikan D3, Penghasilan diatas Rp. 1.000.000 Juta

9 Agus Priyanto Bekerja sebagai wiraswasta, Pendidikan SMA, Penghasilan diatas Rp. 1.000.000 Juta

10 Karis Santiko Bekerja sebagai petani, Pendidikan SMA, Penghasilan kurang dari sama dengan Rp. 500.000 ribu

11 Jumadi Bekerja sebagai petani, Pendidikan SMA, Penghasilan antara Rp.

500.000-1.000.000 Juta

12 Duri Absan Bekerja sebagai buruh ternak, Pendidikan SMP, Penghasilan kurang dari sama dengan Rp. 500.000 ribu

13 Siti Usnimah Bekerja sebagai buruh tani, Pendidikan SMP, Penghasilan kurang dari sama dengan Rp. 500.000 ribu

14 Sri Wuryati Bekerja sebagai petani, Pendidikan SMP, Penghasilan antara Rp. 500.000-1.000.000 Juta

(8)

15 Rubiyati Bekerja sebagai buruh tani, Pendidikan SMP, Penghasilan kurang dari sama dengan Rp. 500.000 ribu

16 Siti Maunah Bekerja sebagai buruh tani, Pendidikan SD, Penghasilan kurang dari sama dengan Rp. 500.000 ribu

17 Suasti Bekerja sebagai petani, Pendidikan SD, Penghasilan antara Rp. 500.000-1.000.000 Juta

18 Ngatini Bekerja sebagai buruh tani, Pendidikan SD, Penghasilan kurang dari sama dengan Rp. 500.000 ribu

3. Deskripsi Hasil Penelitian

Dalam bagian ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Pemaparan hasil penelitian dirangkum dalam dua tema besar. Pertama, mengenai bagaimana budaya politik masyarakat Desa Suwatu pada memilihan umum kepala daerah secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012. Bagian pertama lebih mengungkap macam-macam budaya politik yang terdapat pada masyarakat Desa Suwatu pada pemilihan umum kepala daerah secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012. Disamping itu juga diungkap mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya bermacam-macam budaya politik yang terdapat pada masyarakat Desa Suwatu.

Kedua, mengenai bagaimana perilaku memilih masyarakat Desa Suwatu pada memilihan umum kepala daerah secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012. Pada bagian kedua ini akan dipaparkan

(9)

mengenai macam-macam perilaku memilih yang terdapat pada masyarakat Desa Suwatu pada memilihan umum kepala daerah secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012. Dijelaskan pula mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku memilih pada masyarakat Desa Suwatu pada pemilihan umum kepala daerah secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012. Berikut akan dipaparkan lebih lanjut.

a. Budaya politik masyarakat Desa Suwatu pada pemilihan umum kepala daerah secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012

Budaya politik merupakan suatu sikap orientasi yang khas warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara yang ada didalam sistem tersebut (Almond dan Verba. 1984: 14). Sedangkan Miriam Budiardjo menyatakan bahwa salah satu aspek penting dalam sistem politik adalah budaya politik yang mencerminkan faktor subjektif. Budaya politik adalah keseluruhan dari pandangan-pandangan politik, seperti norma-norma, pola-pola orientasi terhadap politik, dan pandangan hidup pada umumnya. Budaya politik mengutamakan dimensi psikologis dari suatu sistem politik, yaitu sikap-sikap, sistem-sistem kepercayaan, simbol-simbol yang dimiliki oleh individu-individu, dan beroperasi di dalam seluruh masyarakat, serta harapan-harapannya (Miriam Budiardjo, 2008: 58-59). Seperti halnya pada masyarakat Desa Suwatu yang mempunyai budaya politik yang dapat kita lihat

(10)

pada Pemilihan Umum Kepala Daerah secara Langsung di Kabupaten Pati Tahun 2012.

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat Desa Suwatu maka dapat diketahui bahwa alasan sebagian besar masyarakat Desa Suwatu menggunakan hak pilihya karena mereka menyadari akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Karena dengan mengikuti Pemilukada secara langsung, berarti mereka turut serta membantu mengubah negeri ini menjadi lebih baik. Mereka juga menggunakan hak pilihnya untuk menyalurkan aspirasinya karena mereka menyadari sebagai Warga Negara Indonesia, yang mempunyai hak untuk menyalurkan aspirasi mereka dalam mengikuti Pemilukada secara langsung.

Maka dapat dikatakan bahwa masyarakat Desa Suwatu merupakan masyarakat yang memiliki budaya politik partisipan pada aspek outputnya. Hal ini disebabkan karena masyarakat Desa Suwatu memiliki keikutsertaan atau kepedulian terhadap negara dan daerahnya untuk ikut serta mengubah daerah dan negaranya ini supaya menjadi lebih baik. Hal ini ditunjukkan oleh mereka dengan cara mengikuti atau menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012. Tetapi setelah dilakukan wawancara lebih mendalam, ternyata sebagian besar masyarakat Desa Suwatu yang memilih salah satu calon bupati dan wakil bupati juga dikarenakan mereka mendapatkan imbalan atau hibah berupa uang. Sehingga,

(11)

partisipasi masyarakat Desa Suwatu sepenuhnya belum didasari atas kesadaran secara murni untuk berpartisipasi secara aktif justru mereka cenderung pasif dan pragmatis sebab mereka menggunakan hak pilihnya karena dimobilisasi oleh tim sukses dari calon bupati dan wakil bupati yang ada di Desa Suwatu.

Dalam pembahasan diatas terdapat beberapa alasan masyarakat Desa Suwatu yang menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada secara langsung. Selain itu, juga terdapat faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk memilih salah satu calon bupati dan wakil bupati pada Pemilukada secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan ditemukan fakta bahwa dalam menentukan pilihan politiknya pada Pemilukada secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012 kemarin, memang terdapat banyak faktor yang mempengaruhi masyarakat Desa Suwatu untuk memilih calon bupati dan wakil bupati. Faktor-faktor yang mempengaruhi mereka adalah adanya money politics yang diberikan kepada masyarakat serta pendidikan yang tinggi dari sang calon bupati dan wakil bupati, sebab sebagian besar dari mereka memilih karena faktor tersebut. Sebagian besar masyarakat Desa Suwatu menjawab bahwa pendidikan yang tinggi dari calon bupati dan wakil bupati sebagai faktor utama dalam menentukan pilihan politiknya pada Pemilukada secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012 kemarin karena mereka beranggapan bahwa calon bupati dan wakil bupati yang memiliki pendidikan tinggi

(12)

berarti memiliki pengetahuan yang luas dan dengan pengetahuannya itu, diharapakan dapat memimpin Kabupaten Pati untuk lima tahun ke depan supaya lebih baik lagi. Dan hampir sebagian besar masyarakat juga memilih salah satu pasangan calon bupati dan wakil bupati karena kesamaan agama. Selain itu, sebagian besar dari mereka juga memilih karena kesamaan suku. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak faktor serta pertimbangan yang menyebabkan seseorang menjatuhkan pilihan politiknya pada Pemilukada secara langsung bukan hanya berdasarkan pada agama dan suku semata. Tetapi ada faktor lain yaitu tingginya tingkat pendidikan dari pasangan calon bupati dan wakil bupati pada Pemilukada secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012 kemarin.

Dalam budaya politik terdapat orientasi kognitif, afektif, dan evaluatif. Sehingga, dalam penelitian ini masyarakat Desa Suwatu telah diberi pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam pedoman wawancara, yang ditujukan untuk menguji sifat partisipan dari budaya politik masyarakat Desa Suwatu dimana budaya politik partisipan memiliki karakteristik parisipan aktif yang tinggi baik terhadap objek-objek input maupun objek-objek-objek-objek output dari sistem politik. Juga kondisi dalam budaya politik partisipan bahwa mereka memiliki orientasi kognitif yaitu kemampuan yang menyangkut tingkat pengetahuan dan pemahaman serta kepercayaan dan keyakinan individu terhadap jalannya sistem politik dan atributnya, seperti visi

(13)

dan misi calon bupati dan wakil bupati yang sudah dipilih mereka, tokoh-tokoh pemerintahan, kebijaksanaan yang mereka ambil atau mengenai simbol-simbol yang dimiliki oleh sistem politiknya, seperti ibukota negara, lambang negara, kepala negara, batas-batas negara, mata uang yang dipakai, dan lagu kebangsaan negara (Almond dan Verba, 1984: 16). Dalam budaya politik partisipan masyarakat berperan secara aktif dalam pemberian suara dan merekapun mempunyai pengetahuan tentang politik, budaya politik, atribut negara serta visi dan misi dari calon bupati dan wakil bupati yang akan dipilihnya.

Dari hasil penelitian dilapangan terdapat fakta bahwa sebagian besar masyarakat Desa Suwatu mengatakan bahwa visi dan misi yang dibawa oleh calon bupati dan wakil bupati berpengaruh terhadap pilihan politik mereka ketika Pemilukada secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012 kemarin dan sebagian kecil masyarakat Desa Suwatu yang menjawab bahwa visi dan misi yang dibawa oleh calon bupati dan wakil bupati tidak berpengaruh terhadap pilihan politik mereka. Tetapi, ketika dilakukan wawancara secara mendalam ternyata sebagian besar dari mereka banyak yang tidak mengetahui secara detail isi dari visi dan misi yang dibawa oleh calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Pati yang sudah dipilihnya. Sedangkan masyarakat Desa Suwatu yang mengetahui secara detail isi dari visi dan misi yang dibawa oleh calon bupati dan wakil bupati hanya

(14)

sebagian kecil masyarakat saja. Hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi politik yang dilakukan oleh PPS Desa Suwatu serta KPU Kabupaten Pati pada masyarakat Desa Suwatu dalam Pemilukada secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012 kemarin untuk memilih bupati dan wakil bupati dapat dikatakan tidak terlaksana dengan baik. Selain itu, terdapat alasan lain yang mempengaruhi mereka untuk memilih salah satu calon bupati dan wakil bupati yaitu adanya hibah atau hadiah berupa uang yang dibagi-bagikan oleh tim sukses yang ada di Desa Suwatu. Sehingga, dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat Desa Suwatu mempunyai budaya politik parokial partisipan dimana mereka mempunyai pengetahuan yang sedikit tentang isi dari visi dan misi yang dibawa oleh calon bupati dan wakil bupati yang sudah mereka pilih. Tetapi disisi lain mereka menjadi partisipan pada output sistem politik sebab mereka sudah menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012 kemarin.

Selanjutnya untuk mengetahui bagaimana pengetahuan politik atau aspek kognitif dari budaya politik masyarakat Desa Suwatu, maka dilakukan wawancara secara dalam kepada mereka mengenai pengetahuan tentang pengertian dari politik dan budaya politik. Berdasarkan hasil wawancara terdapat fakta bahwa sebagian kecil masyarakat Desa Suwatu yang mengerti apa itu pengertian politik dan juga terdapat fakta lain yang cukup mencengangkan yaitu sebagian besar masyarakat Desa Suwatu tidak mengerti apa itu pengertian

(15)

politik. Selain itu, juga ditemukan fakta lain yang juga mencengangkan bahwa sebagian besar masyarakat Desa Suwatu tidak mengetahui pengertian dari budaya politik sebab hanya sebagian kecil masyarakat yang mengetahui pengertian budaya politik. Hal ini di sebabkan karena kurangnya minat mereka terhadap politik baik minat untuk ikut serta dalam kegiatan politik ataupun minat untuk melihat atau mendengarkan berita politik serta kurangnya pengetahun mereka terhadap politik dan budaya politik. Selain itu, tingkat pendidikan masyarakat Desa Suwatu juga masih rendah karena sebagian besar dari mereka hanya lulusan sekolah dasar sebanyak 901 orang dan lulusan sekolah menengah pertama sebanyak 245 orang bahkan ada juga dari mereka yang tidak tamat sekolah dasar sebanyak 150 orang. Adapun masyarakat yang lulusan sekolah menengah atas sebanyak 81 orang dan lulusan perguruan tinggi hanya sebagian kecil saja yaitu sebanyak 21 orang (Data RPJM Desa Suwatutahun 2011-2014). Hampir sebagian besar masyarakat di Desa Suwatu juga lebih mengutamakan pekerjaan mereka dibandingkan memikirkan hal yang berbau politik. Jadi dapat disimpulkan bahwa didalam masyarakat Desa Suwatu terdapat ciri budaya politik parokial partisipan. Sebab mereka sudah berpartisipasi dalam output sistem politik yaitu dengan cara menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012 kemarin, untuk memilih salah satu calon bupati dan wakil bupati yang diinginkan oleh mereka. Namun, disisi

(16)

lain dalam pemahaman dan pengetahuan mereka tentang politik dan budaya politik itu sendiri masih sangat kurang (ciri parokial).

Setelah kita mengetahui bagaimana aspek kognitif budaya politik masyarakat di Desa Suwatu. Selanjutnya, akan dijabarkan mengenai bagaimana aspek afektif budaya politik masyarakat Desa Suwatu. Berdasarkan hasil wawancara dilapangan dengan masyarakat Desa Suwatu, dapat dilihat gambaran yang tegas bagaimana perasaan masyarakat dalam mengikuti Pemilukada secara langsung, dimana sebagian besar masyarakat Desa Suwatu menyatakan bahwa mengikuti Pemilukada secara langsung itu sangat perlu. Masyarakat Desa Suwatu masih memiliki kepercayaan yang cukup tinggi terhadap Pemilukada secara langsung. Terdapat keyakinan dalam psikologi individual dari masyarakat Desa Suwatu bahwa dengan menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada secara langsung bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik bagi masyarakat Desa Suwatu pada khususnya dan masyarakat di Kabupaten Pati pada umumnya. Ada keyakinan yang dipegang individu-individu pada suatu tingkat tertentu tentang kepercayaanya akan instrumen Pemilukada secara langsung.

Selain itu, juga terdapat fakta lain yaitu sebagian besar masyarakat Desa Suwatu menyatakan bahwa mereka merasa perlu untuk mengikuti Pemilukada secara langsung sebab mereka menganggap bahwa menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada secara langsung, itu sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan

(17)

sebagai warga negara Indonesia. Mereka juga mempunyai harapan, bahwa dengan adanya Pemilukada secara langsung bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik bagi masyarakat Desa Suwatu khususnya dan masyarakat di Kabupaten Pati pada umumnya. Dapat kita lihat bahwa sebagian besar masyarakat di Desa Suwatu sudah memiliki pemahaman tentang pentingnya mengikuti Pemilukada secara langsung. Selain itu, masyarakat Desa Suwatu juga masih mempunyai kepedulian dan harapan terhadap sistem politik yaitu harapan akan adanya perubahan yang lebih baik melalui Pemilukada secara langsung. Berdasarkan pembahasan diatas, dapat kita lihat bahwa budaya politik masyarakat Desa Suwatu pada aspek input politik memang sudah ada yaitu pemahaman akan pentingnya mengikuti Pemilukada secara langsung dan harapan akan perubahan yang lebih baik melalui Pemilukada secara langsung. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat Desa Suwatu mempunyai ciri budaya politik subjek partisipan. Dimana mereka masih mempunyai kepedulian dan harapan terhadap sistem politik dan mereka juga sudah menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada secara langsung Di Kabupaten Pati tahun 2012 kemarin.

Selanjutnya disini akan dibahas mengenai bagaimana perasaan masyarakat Desa Suwatu dalam mendiskusikan masalah politik di pemerintahan dan bagaimana perasaan mereka setelah menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada secara langsung. Maka, dari hasil

(18)

penelitian di lapangan, ditemukan fakta bahwa sebagian besar masyarakat Desa Suwatu merasa atau menganggap bebas berdiskusi atau berbicara mengenai politik dengan semua orang dan mereka juga menganggap bahwa berdiskusi mengenai politik dapat dilakukan secara bebas oleh siapa saja. Masyarakat Desa Suwatu menyatakan bahwa perasaan dibatasi dalam berdiskusi mengenai politik relatif tidak ada dalam masyarakat Desa Suwatu. Hal ini merupakan salah satu hal yang penting untuk terciptanya struktur masyarakat yang demokratis. Berbeda dengan sistem politik yang totaliter dimana komunikasi politik dikontrol secara ketat oleh pemerintah dan melakukan kritik terhadap pemerintah dan sistem politiknya sangat beresiko. Jika kita ingin mengaitkan perasaan masyarakat dalam mendiskusikan politik dengan sistem politik yang demokratis, kita dapat melihat suatu gambaran adanya keterbukaan politik. Sebab dalam masyarakat Desa Suwatu tidak ada pembatasan yang cukup serius yang membuat masyarakat menghindari untuk melakukan komunikasi politik. Pada masyarakat Desa Suwatu kita menjumpai frekuensi yang tinggi mengenai perasaan bebas dalam mendiskusikan politik. Kesadaran ini pada tingkat tertentu menunjukkan pemahaman masyarakat akan adanya keterbukaan politik. Tetapi pada kenyataannya, mayoritas masyarakat Desa Suwatu melakukan pembicaraan politik dengan intensitas yang relatif rendah. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Mereka memang bisa bebas melakukan

(19)

pembicaraan politik dengan orang lain tanpa adanya kontrol yang ketat atau tekanan dari pemerintah. Tetapi, bagi mereka melakukan pembicaraan politik belum menjadi menu pembicaraan sehari-hari. Sebab mereka sibuk bekerja untuk mencari uang dari pagi hari sampai sore hari. Bahkan ada yang bekerja sampai malam hari.

Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Desa Suwatu menganggap bahwa berdiskusi mengenai politik ini bisa dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja. Walaupun mereka mempunyai pemahaman yang kurang mengenai politik dan budaya politik. Tetapi, mereka kadang-kadang juga masih melakukan pembicaraan tentang politik dengan intensitas yang relatif rendah. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat Desa Suwatu termasuk dalam tipe budaya politik subjek partisipan. Dimana mereka tetap memiliki pemahaman yang sama sebagai warga negara dan memiliki perhatian terhadap sistem politik, tetapi keterlibatan mereka dalam kegiatan politik dengan cara yang lebih pasif. Mereka hanya berpartisipasi dalam output sistem politik yaitu mereka sudah menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012 kemarin. Selain itu, mereka juga tetap mengikuti perkembangan berita-berita politik dengan frekuensi yang tidak terlalu sering, tetapi mereka juga tidak berusaha untuk mengawasi, mengawal, mengontrol, dan mengevaluasi kinerja sistem politik negaranya dan perasaan komitmen emosional mereka terhadap negaranya tidak terlalu besar.

(20)

Kemudian, yang paling penting adalah masyarakat berperan aktif dalam mengawasi atau mengontrol serta mengkritisi jalannya pemerintahan dan ambil bagian dalam input sistem politik yaitu ikut serta untuk mempengaruhi proses pembuatan kebijakan politik. Selain itu, adanya keyakinan dan kepercayaan warga akan pengaruhnya yang kita kaitkan dengan perilaku politik akan kita lihat dalam pembahasan berikut.

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan ditemukan fakta bahwa perilaku politik warga masyarakat Desa Suwatu dalam mempengaruhi pejabat pemerintahan dalam proses pembuatan kebijakan politik ditingkat lokal sangat minim. Dari hasil jawaban-jawaban masyarakat Desa Suwatu, sebagian besar dari mereka, mengakui bahwa mereka tidak pernah mencoba mempengaruhi pemerintahan lokal dalam kegiatan politik dan pembuatan kebijakannya. Partisipasi masyarakat Desa Suwatu dalam input sistem politik relatif minim. Dalam hal ini kita dapat melihat bahwa keyakinan dan kepercayaan untuk memaksakan pengaruh mereka belum terlihat dalam perilaku politiknya. Hal ini disebabkan karena mereka hanya merasa sebagai rakyat kecil yang tidak mempunyai kekuasaan dan tidak mempunyai pengaruh dalam pemerintahan. Selain itu, mereka juga tidak tidak yakin dapat mempengaruhi kebijakan politik yang dibuat oleh pemerintah daerah di Kabupaten Pati. Kompetensi politik masyarakat Desa Suwatu sebagai warga negara belum terlihat khususnya dalam

(21)

menggunakan pengaruhnya terhadap input sistem politik yaitu dalam pembentukkan kebijakan politik. Sedangkan masyarakat yang memiliki keyakinan dapat mempengaruhi kebijakan politik hanya sebagian kecil saja. Berdasarkan analisis diatas jelas belum sepenuhnya untuk mendekatkan atau menggambarkan pada karakteristik budaya politik partisipan. Sebab sebagian besar masyarakat Desa Suwatu belum berpartisipasi secara aktif dalam input sistem politik yaitu belum pernah mencoba mempengaruhi proses pembuatan kebijakan publik dan mereka juga tidak yakin bisa mempengaruhi pemerintah daerah dalam proses pembuatan kebijakan politik. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pada masyarakat Desa Suwatut erdapat ciri budaya politik subjek partisipan, dimana sebagian besar masyarakat Desa Suwatu merasa tidak memiliki keyakinan dapat mempengaruhi kebijakan politik yang dibuat oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Tetapi, disisi lain mereka juga sudah berpartisipasi pada output sistem politik, yaitu dengan cara menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012 kemarin.

Pertanyaan-pertanyaan sebelumnya yang terdapat pada aspek afektif budaya politik, dimaksudkan untuk menentukan pola-pola kesadaran output sistem politik supaya dapat dilihat apakah masyarakat merasakan bahwa pemerintah memberikan pengaruh kepada mereka dalam kehidupan sehari-hari atau tidak. Pertanyaan

(22)

selanjutnya bermaksud untuk melihat apakah masyarakat di Desa Suwatu mengikuti atau menaruh perhatian pada urusan-urusan pemerintahan dan urusan politik atau tidak. Pertanyaaan ini untuk melihat frekuensi orientasi partisipan masyarakat Desa Suwatu apakah mereka ikut ambil bagian dalam kegiatan politik dan kegiatan pemerintahan atau tidak. Kita dapat menyimpulkan bahwa jika mereka mengikuti berbagai kegiatan politik dan pemerintahan dalam beberapa hal, otomatis mereka terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Kebudayaan politik, mencakup pengertian kewajiban untuk mengambil bagian dalam aktivitas input sistem politik termasuk kompetensi untuk ambil bagian. Tentu saja untuk mengikuti aktivitas politik dalam pemerintahan dan menaruh perhatian pada urusan politik hanyalah merupakan komitmen yang terbatas. Walaupun begitu, tidak ada kebudayaan politik tanpa faktor-faktor tersebut. Analisis dibawah ini menampilkan unsur-unsur evaluatif dari orientasi budaya politik.

Dalam pembahasan ini ingin melihat bagaimana kesadaran politik masyarakat Desa Suwatu pada output sistem politik. Kesadaran output atau subjek warga masyarakat Desa Suwatu memperlihatkan adanya suatu kadar yang relatif rendah dalam mengikuti kegiatan politik dan pemerintahan. Hanya sebagian kecil masyarakat yang menyatakan pernah mengikuti kegiatan politik dan kegiatan pemerintahan ditingkat lokal seperti halnya mengikuti kegiatan jaring asmara di Kecamatan ataupun mengikuti acara Musyawarah

(23)

Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) serta ruang konsultasi dan rapat antara DPRD dengan publik di gedung DPRD. Kebanyakan masyarakat Desa Suwatu mengakui bahwa mereka tidak pernah mengikuti kegiatan politik dan kegiatan pemerintahan. Dari jawaban diatas, kita juga dapat melihat bagaimana sifat partisipan dari warga masyarakat Desa Suwatu, yang sebagian besar masyarakatnya memang mengikuti perkembangan berita politik-politik yang terjadi walaupun tidak secara teratur. Tetapi dalam implementasinya, mayoritas masyarakat Desa Suwatu tidak mengikuti kegiatan politik dan kegiatan pemerintahan. Dapat ditarik kesimpulan bahwasanya tipe partisipan masyarakat Desa Suwatu memang ada tetapi hanya sedikit saja. Sehingga, masyarakat Desa Suwatu bukan tipe partisipan seutuhnya. Artinya kita masih dapat melihat adanya partisipasi politik masyarakat pada input sistem politik walaupun hanya sedikit. Ciri budaya parokial dalam masyarakat Desa Suwatu memang ada tetapi tidak banyak sebab ciri tersebut hanya berkaitan dengan pengetahuan atau aspek kognitif tentang sistem politik pada masyarakat Desa Suwatu yang memang masih kurang. Selain itu, juga masih ada partisipasi politik masyarakat Desa Suwatu terhadap input dan output sistem politik. Sebab, masyarakat Desa Suwatu juga masih mempunyai kepedulian terhadap output sistem politik yaitu menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada secara langsung dan mereka juga masih mempunyai

(24)

harapan supaya mempunyai kehidupan yang lebih baik setelah diadakannya Pemilukada secara langsung.

Pertanyaan selanjutnya berkenaan dengan sikap masyarakat terhadap output sistem politik yaitu peraturan atau kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Peraturan ataupun kebijakan politik yang dikeluarkan bersifat mengikat masyarakat. Secara kolektif masyarakat mau atau tidak mau harus mengikuti peraturan dan kebijakan yang dibuat tersebut. Pelaksanaan dari kebijakan dan peraturan itu sendiri memiliki sanksi yang bersifat paksaan yang berlaku bagi setiap warga negara. Pada tingkat manakah masyarakat memiliki kesadaran akan kebijakan dan peraturan politik yang dibuat menyangkut kehidupan dan perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaan yang diajukan untuk melihat kepedulian terhadap peraturan dan kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Pati dan pemerintah pusat.

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, ditemukan fakta bahwa sebagian besar masyarakat Desa Suwatu peduli mengenai peraturan dan kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah karena mereka merasakan kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah dan pusat, mempunyai dampak secara langsung terhadap kehidupan mereka sehari-hari. Tetapi, ketika kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah maupun pusat, ternyata memberatkan mereka dan tidak sesuai dengan kepentingan mereka

(25)

maka mereka tidak mempunyai keinginan dan keberanian untuk melakukan protes karena mereka hanya merasa sebagai rakyat kecil yang tidak mempunyai kekuatan dan kekuasaan. Sehingga, mereka cenderung menerima dan melaksanakan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah dan pusat tersebut.

Dari jawaban-jawaban masyarakat Desa Suwatu maka kita dapat melihat orientasi yang berbeda-beda dalam menanggapi output dari sistem politik. Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat menyatakan hanya peduli pada sebagian peraturan atau kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah dan pusat. Sedangkan yang memiliki orientasi yang tinggi terhadap output sistem politik yaitu yang peduli pada semua kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah dan pusat hanya sebagian kecil masyarakat saja. Kemudian yang menyatakan tidak peduli terhadap kebijakan atau peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah di Kabupaten Pati, juga hanya sebagian kecil masyarakat saja. Secara umum dapat dikatakan bahwa masyarakat Desa Suwatu memang memiliki orientasi terhadap output sistem politik yaitu mereka peduli dan mematuhi kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah dan pusat. Tetapi orientasi masyarakat Desa Suwatu terhadap input sistem politik relatif masih rendah yaitu minimnya upaya untuk mempengaruhi kebijakan politik yang dibuat oleh pemerintah daerah dan pusat. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pada masyarakat

(26)

Desa Suwatu orientasi politiknya belum bersifat sepenuhnya aktif pada input dan output sistem politik yang mana menjadi karakteristik budaya politik partisipan.

Selanjutnya, dalam pembahasan ini ditujukan untuk menguji sifat partisipan dari budaya politik masyarakat Desa Suwatu dimana budaya politik partisipan memiliki karakteristik parisipan aktif yang tinggi baik terhadap objek-objek input maupun objek-objek output dari sistem politik. Sehingga, perlu untuk mengetahui aspek evaluatif masyarakat Desa Suwatu terhadap output sistem politik pemerintah daerah Kabupaten Pati, dimana masyarakat mempunyai pengetahuan dan mengetahui proses kinerja pemerintah daerah Kabupaten Pati selama 1 tahun ini, setelah diadakannya Pemilukada secara langsung.

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, ditemukan fakta bahwa sebagian besar masyarakat Desa menyatakan bahwa kinerja pemerintah daerah Kabupaten Pati selama 1 tahun ini, dapat dikatakan sudah cukup lumayan, tidak terlalu mengecewakan dan juga tidak terlalu buruk. Mereka merasa cukup puas dengan kinerjanya beliau karena mereka merasa sudah ada perubahan jika dibandingkan 1 tahun yang lalu, sebelum adanya bupati dan wakil bupati yang terpilih. Mereka merasa cukup puas sebab melihatnya dari satu aspek saja yaitu setelah beliau terpilih menjadi bupati, terdapat program kerja pemerintah di Kabupaten Pati untuk memperbaiki infrastruktur jalan bagi desa-desa yang jalannya mengalami kerusakan. Dan program

(27)

kerja tersebut memang sudah dilaksanakan dan sudah terealisasi sebab jalan utama dari Desa Suwatu menuju Kecamatan Tlogowungu, yang dulunya rusak parah. Sekarang memang sudah diperbaiki dan jalannya juga sudah mulus karena sudah diaspal goreng. Selain itu, infrastruktur lain yang juga sudah dibangun adalah dibuatkannya selokan di sepanjang jalan yang berada di depan rumah warga Desa Suwatu sepanjang 10 m. Jadi, sebagian besar masyarakat Desa Suwatu, mengevaluasi kinerja bupati dan wakil bupati yang terpilih dari melihat pembangunan infrastruktur yang tampak. Mereka belum menyentuh evaluasi kinerja dari program kerja pada pelayanan birokrasi di instansi-instansi pemerintahan di Kabupaten Pati. Selain itu, visi dan misi dari bapak bupati dan bapak wakil bupati yang sekarang terpilih, salah satu program kerjanya memang ada program kerja untuk memperbaiki infrastruktur jalan-jalan dibeberapa desa yang rusak, salah satunya jalan utama dari Desa Suwatu menuju Kecamatan Tlogowungu yang sudah diperbaiki dan jalannya sudah mulus. Sehingga, sebagian besar masyarakat Desa Suwatu menyatakan bahwa kinerja beliau cukup lumayan. Sebab mereka melihat secara langsung bukti nyata yang tampak, tanpa mereka mengevaluasi program kerja yang berupa kinerja birokrasi-birokrasi yang terdapat di instansi-instansi pemerintahan di Kabupaten Pati. Walaupun begitu, setidaknya sebagian besar masyarakat Desa Suwatu, masih mempunyai kepedulian untuk mengevaluasi program kerja pemerintah daerah di

(28)

Kabupaten Pati. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat Desa Suwatu mempunyai ciri budaya politik subjek partisipan. Sebab mereka masih mempunyai kepedulian terhadap salah satu output sistem politik pemerintah daerah di Kabupaten Pati yaitu program kerja perbaikan infrastruktur jalan yang rusak.

Selain itu, juga ditemukan fakta lain yang terdapat pada sebagian kecil masyarakat Desa yang menyatakan belum puas dengan kinerja beliau selama 1 tahun ini. Sebab, tidak ada perubahan yang signifikan pada kesejahteraaan masyarakat Desa Suwatu pada khususnya.

Kemudian, bapak Jukari selaku ketua KPU di Kabupaten Pati yang menambahkan bahwa kinerja beliau selama 1 tahun ini, ada beberapa yang baik dan perlu ditingkatkan. Ada beberapa informasi dari teman-teman beliau, terkait dengan biaya penerimaan siswa baru, dimana biaya pendidikannya juga sudah terlaksana dengan baik dalam arti sudah ada beberapa sekolah yang memberikan keringanan bagi siswa yang kurang mampu. Tetapi dalam beberapa program kerja yang lain, mungkin masih kurang atau tidak maksimal, memang ada. Untuk secara detailnya, mungkin hal seperti itu yang perlu kita cek dengan melihat secara langsung kondisi dilapangan. Menurut beliau, partisipasi masyarakat secara aktif terhadap output sistem politik, yaitu mengecek dan mengevaluasi kinerja pemerintah memang harus dilakukan. Dan kinerja pemerintah daerah di Kabupaten Pati juga baru

(29)

1 tahun, sehingga masih banyak hal yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan.

b. Perilaku Memilih Masyarakat Desa Suwatu pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Secara Langsung di Kabupaten Pati Tahun 2012

Untuk memahami perilaku memilih masyarakat Desa Suwatu pada Pemilukada secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012, dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga pendekatan yaitu pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis, dan pendekatan rasional.

Pada pembahasan ini akan diajaukan pertanyaan untuk mengetahui perilaku memilih masyarakat Desa Suwatu yang dilihat dari pendekatan sosiologis. Berdasarkan hasil wawancara kepada masyarakat Desa Suwatu, ditemukan fakta bahwa sebagian besar dari mereka memilih dikarenakan alasan tingkat pendidikan yang tinggi dari calon bupati dan wakil bupati yang sudah mereka pilih. Selain itu, kesamaan agama juga menjadi salah satu alasan mereka untuk memilih sebab mereka merasa bahwa calon bupati dan wakil bupati yang sudah dipilih tersebut, merupakan seseorang yang beragama dengan baik dalam arti taat melaksanakan ajaran agamanya dan melakukan ibadahnya dengan baik. Selain itu, faktor kesamaan suku juga masih berpengaruh cukup besar dalam menentukan perilaku memilih masyarakat Desa Suwatu. Sebab sebagian besar dari mereka juga memilih salah satu calon bupati dan wakil bupati dikarenakan kesamaan suku/etnis. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor tingkat pendidikan yang

(30)

tinggi dari calon bupati dan wakil bupati mempunyai pengaruh yang paling besar dalam menentukan perilaku memilih masyarakat Desa Suwatu. Selain itu, kesamaan agama dan kesamaan suku, juga masih mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam menentukan perilaku memilih masyarakat Desa Suwatu.

Selanjutnya akan diajukan pertanyaan apakah mereka memilih dikarenakan status sosial mereka dimasyarakat atau tidak. Berdasarkan hasil wawancara ditemukan fakta bahwa sebagian besar masyarakat Desa Suwatu menyatakan bahwa mereka memilih tidak dikarenakan alasan status sosial mereka sebab mereka merasa hanya sebagai rakyat kecil yang tidak mempunyai kekuatan dan kekuasaan. Masyarakat Desa Suwatu banyak yang bekerja sebagai petani, buruh tani, buruh ternak, buruh pabrik, dan tukang. Sehingga, mereka dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja. Selain itu, mereka menggunakan hak pilihnya karena dari panggilan hati nurani dan kesadaran dari diri mereka. Mereka sadar sebagai warga negara yang baik maka mereka harus memilih calon pemimpin untuk lima tahun ke depan.

Tetapi, disisi lain terdapat sebagian kecil masyarakat Desa Suwatu yang memilih dikarenakan status sosial mereka di masyarakat. Mereka menyatakan bahwa dengan menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012 kemarin, mereka bertujuan supaya masyarakat juga ikut menggunakan hak pilihnya. Mereka merasa mempunyai tanggungjawab sebagai pamong desa/Kepala Desa, Ketua PPS

(31)

Desa Suwatu dan Ketua PPL Desa Suwatu, maka mereka harus memberikan contoh sebagai seorang warga negara yang baik kepada masyarakat Desa Suwatu dengan cara menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012 kemarin.

Pada pembahasan ini akan diajukan pertanyaan kepada masyarakat Desa Suwatu untuk melihat bagaimana perilaku memilih mereka yang dilihat dengan pendekatan psikologis. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, terdapat fakta bahwa sebagian besar masyarakat Desa Suwatuy memilih salah satu calon bupati dan wakil bupati tidak dikarenakan mempunyai ikatan emosional/kedekatan ideologi (mempunyai ideologi yang sama) antara mereka dengan salah satu partai politik yang mengusung calon calon bupati dan wakil bupati yang sudah mereka pilih sebab mereka memilih karena sudah mempunyai kesadaran akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara untuk menggunakan hak pilihnya dalam memilih wakil rakyat yang diinginkannya. Selain itu, alasan mereka memilih juga karena melihat figur publiknya yang baik dari 6 calon bupati dan wakil bupati yang terdapat pada Pemilukada secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012 kemarin. Sebab mereka merasa, di zaman sekarang/di era reformasi, mereka bebas memilih salah satu calon bupati dan wakil bupati yang disukainya serta bebas untuk memilih salah satu partai yang diinginkannya tanpa adanya pemaksaan seperti di zaman orde baru dulu, dimana rakyat dipaksa untuk memilih salah satu partai

(32)

yang sesuai dengan keinginan penguasa/memilih salah satu ideologi dari partai politik yang berkuasa dipemerintahan.

Selain itu, juga ditemukan fakta lain dalam penelitian yaitu sebagian kecil masyarakat Desa Suwatu menggunakan hak pilihnya dikarenakan mereka merasa mempunyai ikatan emosional/kedekatan ideologi (mempunyai ideologi yang sama) antara mereka dengan salah satu partai politik yang mengusung calon calon bupati dan wakil bupati yang sudah mereka pilih. Sebab mereka melihat bahwa ideologi yang dimiliki oleh partai politik yang mengusung calon yang sudah mereka pilih tersebut bagus/sesuai dengan apa yang mereka inginkan yaitu partai politik yang peduli dengan rakyat kecil atau rakyat miskin.

Pertanyaan selanjutnya diajukan untuk melihat apakah masyarakat Desa Suwatu memilih salah satu calon bupati dan wakil bupati dikarenakan calon yang mereka pilih tersebut diusung oleh partai politik yang mereka sukai atau tidak. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, ditemukan fakta bahwa sebagian besar masyarakat Desa Suwatu menyatakan mereka memilih salah satu calon bupati dan wakil bupati tidak dikarenakan calon yang mereka pilih itu, diusung oleh partai politik yang mereka sukai. Sebab mereka memilih bukan karena partai politiknya tetapi karena figur publiknya yang baik dari calon bupati dan wakil bupati yang sudah mereka pilih. Partai politik apapun kalau figur publiknya baik, maka akan mereka pilih. Selain itu, mereka memilih juga karena melihat kedekatan hubungan yang baik antara calon bupati dan wakil bupati

(33)

tersebut dengan masyarakat Desa Suwatu pada khususnya dan masyarakat di Kabupaten Pati pada umumnya. Sebab dari beberapa calon bupati dan wakil bupati tersebut, pernah berkunjung ke Desa Suwatu untuk meminta dukungan dan doa dari masyarakat Desa Suwatu.

Selain itu, ditemukan fakta lain bahwa sebagian kecil masyarakat Desa Suwatu yang memilih salah satu calon bupati dan wakil bupati dikarenakan calon yang mereka pilih itu, di usung oleh partai politik yang mereka sukai. Sebab, mereka mempunyai harapan dengan partai tersebut supaya memperjuangkan aspirasi mereka. Selain, mereka juga merasa bahwa sepertinya partai tersebut terlihat lebih baik kinerjanya tetapi entah untuk ke depannya nanti. Mereka juga tidak terlalu yakin bahwa partai tersebut bisa konsisten untuk memperjuangkan aspirasi mereka.

Setelah membahas mengenai partai politik apakah mempengaruhi mereka untuk memilih atau tidak, maka selanjutnya akan dibahas mengenai kedekatan emosional mereka dengan calon bupati dan wakil bupati yang sudah mereka pilih. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, ditemukan fakta bahwa sebagian besar masyarakat Desa Suwatu menyatakan mereka memilih dikarenakan mereka merasa mempunyai kedekatan emosional dengan salah satu pasangan calon bupati dan wakil bupati, dalam hal ini mereka merasa sudah mengenal sosok pasangan calon bupati dan wakil bupati yang sudah mereka pilih tersebut walaupun mereka tidak mengenal secara dekat. Masyarakat Desa Suwatu hanya sebatas tahu nama lengkap mereka, pekerjaan mereka, dan alamat rumah

(34)

mereka. Sebab kalau masyarakat Desa Suwatu tidak mengenal calon yang akan dipilih, maka akan berbahaya sebab seperti membeli kucing dalam karung yang nantinya bisa menipu rakyat. Dalam arti, setelah terpilih menjadi bupati dan wakil bupati, bisa saja mereka nanti tidak bertanggungjawab dan tidak memperjuangkan nasib rakyat kecil. Sehingga, masyarakat Desa Suwatu merasa perlu untuk mengenal mereka, melihat kepribadian mereka, dan mengetahui latar belakang pekerjaan mereka.

Selain itu, juga ditemukan fakta dilapangan bahwa terdapat sebagian kecil masyarakat Desa Suwatu yang menyatakan bahwa mereka memilih tidak dikarenakan mempunyai kedekatan emosional dengan salah satu pasangan calon bupati dan wakil bupati, dalam hal ini mereka tidak mengenal dengan dekat sosok pasangan calon bupati dan wakil bupati yang sudah mereka pilih tersebut. Sebab mereka merasa belum mengenal dengan dekat sosok pasangan calon bupati dan wakil bupati yang sudah mereka pilih. Sebab mereka hanya sekedar mengetahui sedikit informasi tentang calon bupati dan wakil bupati yang sudah mereka pilih tersebut dan itupun mereka tahunya dari tim sukses calon bupati dan wakil bupati yang sudah mereka pilih. Sehingga, mereka khawatir jika mereka memilih salah satu calon bupati dan wakil bupati yang tidak mereka kenal, nantinya seperti membeli kucing dalam karung yang artinya bisa saja calon tersebut akan menipu rakyat kecil sudah memilihnya. Selain itu, setelah terpilih menjadi bupati dan wakil bupati, bisa saja nanti mereka tidak

(35)

bertanggungjawab dan mereka juga tidak memperjuangkan kepentingan, nasib, dan aspirasi rakyat kecil yang sudah memilih mereka.

Selanjutnya akan dibahas mengenai bagaimana perilaku memilih masyarakat Desa Suwatu yang dilihat dari Pendekatan rasional. Setelah dilakukan penelitian dilapangan, ditemukan fakta bahwa sebagian besar masyarakat Desa Suwatu menyatakan bahwa mereka memilih salah satu pasangan calon bupati dan wakil bupati pada Pemilukada secara langsung dikarenakan program-program/visi misi yang ditawarkan oleh calon bupati dan wakil bupati yang sudah mereka pilih itu, program-programnya menarik dan bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik bagi masyarakat di Kabupaten Pati. Mereka memilih karena visi dan misi atau program kerja yang ditawarkan oleh calon bupati dan wakil bupati yang sudah mereka pilih itu menarik dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga, mereka berharap visi dan misi tersebut bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik bagi masyarakat Desa Suwatu khususnya dan masyarakat di Kabupaten Pati pada umumnya supaya lebih sejahtera, lebih mandiri, dan lebih makmur. Tetapi, setelah dilakukan wawancara secara mendalam sebagian besar dari mereka ternyata tidak mengetahui isi secara detail dari visi dan misi dari calon bupati dan wakil bupati yang sudah dipilih mereka. Sedangkan sebagian kecil masyarakat Desa Suwatu, mereka tahu isi dari visi dan misi dari calon bupati dan wakil yang sudah dipilihnya. Memang mereka tidak hafal seluruhnya. Sebab mereka hanya hafal beberapa poin yang menurut mereka penting.

(36)

Dalam hal ini, sosialisasi politik yang dilakukan PPS Desa Suwatu dan KPU di Kabupaten Pati, bisa dikatakan belum berhasil sebab masih banyak masyarakat yang tidak tahu isi dari visi dan misi yang dibawa oleh calon bupati dan wakil bupati. Walaupun begitu, mereka berharap supaya visi dan misi yang dibawa oleh calon bupati dan wakil bupati yang sudah terpilih agar bisa diwujudkan untuk kesejahteraan masyarakat di Desa Suwatu khususnya dan masyarakat di Kabupaten Pati pada umumnya supaya mereka mempunyai kehidupan yang lebih baik lagi. Selain itu, juga ditemukan fakta lain bahwa ada sebagian kecil masyarakat Desa Suwatu yang menyatakan bahwa mereka memilih bukan dikarenakan program-program/visi misi yang ditawarkan oleh calon bupati dan wakil bupati yang sudah mereka pilih itu, program-programnya menarik dan bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik bagi masyarakat di Kabupaten Pati. Sebab mereka memilih bukan karena mengutamakan visi dan misinya karena visi dan misinya itu, kadang tidak ditepati setelah mereka menjadi bupati dan wakil bupati. Sehingga mereka memilih karena kesadaran dari diri mereka bahwa sudah waktunya memilih maka mereka menggunakan hak pilihnya dan mereka memilih karena kemantapan hati mereka untuk memilih salah satu calon bupati dan wakil bupati yang diinginkannya.

Selanjutnya akan dibahas apakah figur atau kepribadian dari sang calon bupati dan wakil bupati itu mempengaruhi mereka untuk memilih salah satu calon bupati dan wakil bupati atau tidak. Berdasarkan hasil

(37)

penelitian dilapangan, ditemukan fakta bahwa semua masyarakat Desa Suwatu menyatakan bahwa mereka memilih salah satu pasangan calon bupati dan wakil bupati pada Pemilukada secara langsung dikarenakan kepribadian/figur dari kandidat yang dicalonkan. Menurut mereka memilih salah satu calon bupati dan wakil bupati karena kepribadian atau figurnya yang baik, hal tersebut sangat penting. Sebab, kalau memang kepribadian mereka baik maka masyarakat akan mencontohnya karena masyarakat membutuhkan seorang figur pemimpin yang baik. Selain itu, jika kepribadiannya baik, diharapkan bupati dan wakil bupati yang terpilih bisa melaksanakan kinerjanya secara bertanggungjawab dan amanah terhadap rakyatnya serta memperjuangkan kepentingan dan aspirasi rakyatnya. Masyarakat Desa Suwatu juga berharap agar bupati dan wakil bupati yang terpilih tersebut, tidak melupakan visi dan misinya serta tidak melanggar janji-janji yang telah diucapkan kepada masyarakat di Kabupaten Pati ketika kampanye dulu.

Kemudian, akan dibahas mengenai pertimbangan rasional atau untung rugi dalam memilih calon bupati dan wakil bupati apakah mempengaruhi masyarakat Desa Suwatu atau tidak. Setelah dilakukan penelitian dilapangan, ditemukan fakta bahwa sebagian besar masyarakat Desa Suwatu menyatakan bahwa mereka memilih dikarenakan calon tersebut memberikan keuntungan kepada mereka (misalnya memberikan imbalan berupa uang atau kebutuhan pokok, kaos, dijanjikan suatu jabatan tertentu ketika calon tersebut sudah terpilih/menjanjikan pembangunan

(38)

untuk Desa Suwatu). Mereka menyatakan bahwa mereka mendapatkan imbalan atau hadiah atau hibah berupa uang yang dibagi-bagikan oleh tim sukses yang ada di Desa Suwatu, besaran uangnya sekitar Rp 20.000-Rp 50.000. Sebagian warga masyarakat Desa Suwatu menyatakan, jika semua calon bupati dan wakil bupati memberikan mereka uang maka mereka akan memilih calon yang memberikan uang yang paling banyak. Karena mereka hanya mendapatkan uang dari salah satu calon bupati dan wakil bupati maka mereka memilih calon tersebut. Selain itu, juga terdapat sebagian kecil masyarakat Desa Suwatuyang menyatakan bahwa mereka memang mendapatkan uang dari dua calon bupati dan wakil bupati tetapi yang mereka pilih itu, calon bupati dan wakil bupati yang memberikan mereka sedikit uang jika dibandingkan calon bupati dan wakil bupati yang satunya. Sebab mereka merasa mantap untuk memilih calon tersebut karena menurut mereka calon tersebut mempunyai kepribadian yang baik, dekat dengan masyarakat, dan juga tidak sombong terhadap rakyat kecil. Terdapat beberapa orang warga masyarakat Desa Suwatu yang menyatakan, jika semua calon memberikan mereka uang ada yang banyak dan sedikit, maka mereka tetap memilih salah satu calon bupati dan wakil bupati yang hati mereka merasa mantap dan yakin kepada calon tersebut karena menurut mereka kepribadian calon bupati dan wakil bupati tersebut baik.

(39)

Selain fakta diatas, ditemukan fakta lain bahwa sebagian kecil masyarakat Desa Suwatu menyatakan bahwa mereka memilih tidak dikarenakan calon tersebut memberikan keuntungan kepada mereka (misalnya memberikan imbalan berupa uang atau kebutuhan pokok atau kaos atau dijanjikan suatu jabatan tertentu ketika calon tersebut sudah terpilih/menjanjikan pembangunan untuk Desa Suwatu). Sebab mereka memilih tidak dikarenakan mereka diberi imbalan uang. Tetapi mereka memilih karena kualitas dari calon bupati dan wakil bupatinya dan karena program-programnya, visi dan misinya, serta karena figur atau kepribadian dari calon bupati dan wakil bupati yang sudah mereka pilih tersebut. Selain itu, mereka juga merasa bahwa mereka memilih karena sudah mempunyai kesadaran dari diri mereka sebagai warga negara yang baik untuk menggunakan hak pilihnya bukan karena imbalan atau hibah atau hadiah berupa uang atau bukan karena keuntungan jangka pendek. Sebab hal itu bisa saja menyebabkan terjadinya korupsi setelah calon bupati dan wakil bupati tersebut menjabat menjadi bupati dan wakil bupati yang terpilih untuk memimpin di Kabupaten Pati lima tahun ke depan. Sebagian kecil masyarakat Desa Suwatu yang memilih calon bupati dan wakil bupati yang tidak dikarenakan uang, mereka memang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih baik yaitu mereka lulusan SMA ke atas (lulusan SMA, D3 dan S1). Mereka juga mempunyai pengetahuan politik yang lebih baik sebab mereka sering mengikuti dan melihat perkembangan berita politik yang terjadi di Kabupaten Pati dan berita politik nasional.

(40)

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Budaya Politik Masyarakat Desa Suwatu pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Secara Langsung di Kabupaten Pati Tahun 2012 a. Alasan masyarakat desa suwatu menggunakan hak pilihnya pada

pemilihan umum kepala daerah secara langsung di kabupaten pati tahun 2012

1) alasan masyarakat menggunakan hak pilihnya.

Budaya politik merupakan pola perilaku individu dan orientasinya dalam kehidupan bernegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, adat istiadat, dan norma kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota masyarakat setiap harinya (Rusadi Kantaprawira, 2006: 25). Budaya politik juga dapat diartikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu masyarakat yang memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kolektif dan penentuan kebijakan publik untuk masyarakat seluruhnya. Dalam budaya politik dimasyarakat tentu terdapat partisipasi aktif dan partisipasi pasif. Salah satu contoh partisipasi pasif masyarakat adalah mentaati peraturan pemerintah dengan cara menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada (Ramlan Surbakti, 2010: 142). Seperti halnya pada masyarakat Desa Suwatu yang menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada Kabupaten Pati tahun 2012 kemarin.

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat Desa Suwatu maka dapat diketahui bahwa alasan mereka menggunakan hak pilihya

(41)

karena mereka menyadari akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Menurut mereka dengan mengikuti Pemilukada, berarti mereka turut serta membantu pemerintah untuk mengubah negeri ini menjadi lebih baik. Mereka juga menggunakan hak pilihnya untuk menyalurkan aspirasinya karena mereka menyadari sebagai Warga Negara Indonesia, yang mempunyai hak untuk menyalurkan aspirasi atau pendapat untuk memilih bupati dan wakil bupati yang mereka inginkan dengan cara mengikuti Pemilukada.

Maka dapat dikatakan bahwa masyarakat di Desa Suwatu merupakan masyarakat yang memiliki budaya politik partisipan pada aspek outputnya. Hal ini disebabkan karena masyarakat Desa Suwatu memiliki keikutsertaan atau kepedulian terhadap negara dan daerahnya untuk ikut serta mengubah daerah dan negaranya ini supaya menjadi lebih baik. Hal ini ditunjukkan oleh mereka dengan cara mengikuti atau menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada. Tetapi setelah dilakukan wawancara lebih mendalam, ternyata sebagian besar masyarakat Desa Suwatu yang menggunakan hak pilihnya untuk memilih salah satu calon bupati dan wakil bupati juga dikarenakan mereka mendapatkan imbalan atau hibah berupa uang. Sehingga, partisipasi masyarakat Desa Suwatu sepenuhnya belum didasari atas kesadaran secara murni untuk berpartisipasi secara aktif justru mereka cenderung pasif dan pragmatis sebab mereka menggunakan hak pilihnya karena dimobilisasi oleh tim sukses dari calon bupati dan

(42)

wakil bupati yang ada di Desa Suwatu. Selain itu, juga terdapat fakta lain dilapangan yang baik dan patut untuk ditiru oleh semua elemen masyarakat yaitu terdapat sebagian kecil masyarakat Desa Suwatu yang menggunakan hak pilihnya dikarenakan adanya kesadaran secara murni dari diri mereka untuk memilih calon bupati dan wakil bupati tanpa adanya embel-embel uang atau hibah berupa uang dari tim sukses yang terdapat di Desa Suwatu. Mereka menggunakan hak pilihnya dikarenakan adanya harapan supaya mereka mempunyai seorang bupati dan wakil bupati yang berkualitas, bertanggungjawab, amanah, peduli dengan kepentingan rakyat, jujur, dan tidak korupsi. Selain itu, mereka juga menginginkan adanya perubahan yang lebih baik serta adanya kemajuan untuk Kabupaten Pati selama lima tahun ke depan.

2) partai politik yang dipilih masyarakat desa suwatu ketika pemilukada Kabupaten pati tahun 2012 dan alasan mereka memilih partai tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan ditemukan fakta bahwa sebagian besar masyarakat Desa Suwatu, yang memilih calon bupati dan wakil bupati dari Partai Demokrat/bupati dan wakil bupati yang sekarang menjabat sebagai bupati dan wakil bupati yang terpilih di Kabupaten Pati tahun 2012-2017 yaitu bapak Haryanto dan bapak Budiyono. Tetapi juga ada sebagian kecil masyarakat yang memilih calon bupati dan wakil bupati dari Partai lain, yaitu dari partai PDI-P

(43)

dan dari calon idependen. Selain itu, juga terdapat fakta lain bahwa terdapat sebagian kecil masyarakat Desa Suwatu yang tidak bersedia memberitahukan pilihan partai politiknya sebab mereka menyadari bahwa merahasiakan calon bupati dan wakil bupati yang sudah dipilih merupakan hak mereka karena hal tersebut mencerminkan asas rahasia dalam Pemilu. Sebagian besar masyarakat Desa Suwatu memilih calon bupati dan wakil bupati dari Partai Demokrat, hal ini disebabkan karena sosok/figur calon bupati dan wakil bupati yang ada di dalam Partai Demokrat itu cukup dikenal masyarakat dan mereka juga merasa bahwa calon bupati dan wakil bupati dari Partai Demokat tersebut mempunyai kepribadian yang baik. Sehingga masyarakat di Desa Suwatu banyak yang memilih calon bupati dan wakil bupati dari Partai Demokrat pada Pemilukada Kabupaten Pati tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa sosok/figur dari partai politik juga dapat menentukan pilihan politik masyarakat pada Pemilukada.

Namun, setelah dilakukan cross check data dari KPU Kabupaten Pati dan PPS Desa Suwatu serta wawancara dengan Ketua KPU Kabupaten Pati yaitu bapak Jukari, ternyata bupati dan wakil bupati yang sekarang terpilih di Kabupaten Pati tahun 2012 yaitu bapak Haryanto dan bapak Budiyono yang sebagian besar dipilih oleh masyarakat Desa Suwatu, beliau berdua merupakan calon bupati dan wakil bupati yang bukan berasal dari Partai Demokrat tetapi berasal dari koalisi banyak partai yaitu PKS, PKB, PPP, Partai Gerindra,

(44)

PKPB, PPI, dan Partai Hanura. Padahal calon bupati dan wakil bupati yang diusung Partai Demokrat adalah ibu Kartina Sukawati dan bapak Supeno. Jadi di dalam masyarakat Desa Suwatu sudah terjadi misskomunikasi, dimana sosialisasi politik yang dilakukan PPS Desa Suwatu di Desa Suwatu dapat dikatakan tidak berhasil. Sebab mereka sudah memilih salah satu calon bupati dan wakil bupati. Tetapi, ternyata mereka tidak mengetahui secara detail tentang kendaraan partai politik yang digunakan oleh calon bupati yang bupati dan wakil sudah mereka pilih. Sehingga, dapat ditarik kesimpulan bahwa di Desa Suwatu terdapat ciri budaya politik parokial partisipan sebab mereka mempunyai pengetahuan yang rendah tentang partai politik yang mengusung calon bupati dan wakil bupati yang sudah dipilih mereka. Tetapi, disisi lain mereka juga menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012 kemarin. 3) faktor yang mempengaruhi masyarakat desa suwatu untuk

memilih salah satu calon bupati dan wakil bupati pada pemilukada Kabupaten Pati tahun 2012.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan ditemukan fakta bahwa dalam menentukan pilihan politiknya pada Pemilukada secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012 kemarin, memang terdapat banyak faktor yang mempengaruhi masyarakat Desa Suwatu untuk memilih calon bupati dan wakil pada Pemilukada. Faktor-faktor yang mempengaruhi mereka adalah adanya money politics atau pemberian

(45)

hadiah berupa uang kepada masyarakat Desa Suwatu yang dilakukan oleh tim sukses yang terdapat di Desa Suwatu sebab sebagian besar dari masyarakat Desa Suwatu memilih salah satu calon bupati dan wakil bupati dikarenakan faktor tersebut. Selain itu, faktor pendidikan yang tinggi dari sang calon bupati dan wakil bupati, juga mempengaruhi mereka sebab sebagian besar masyarakat Desa Suwatu memilih dikarenakan faktor tersebut. Sebagian besar masyarakat Desa Suwatu menjawab bahwa adanya money politics serta pendidikan yang tinggi dari calon bupati dan wakil bupati sebagai faktor utama dalam menentukan pilihannya pada Pemilukada Kabupaten Pati tahun 2012 kemarin karena mereka beranggapan bahwa mereka memang membutuhkan uang tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu, menurut mereka calon bupati dan wakil bupati yang memiliki pendidikan tinggi berarti memiliki pengetahuan yang luas dan dengan pengetahuannya itu, diharapakan dapat memimpin Kabupaten Pati supaya lebih baik lagi. Dan hampir sebagian besar masyarakat Desa Suwatu juga memilih salah satu pasangan calon bupati dan wakil bupati karena kesamaan agama. Selain itu, sebagian besar masyarakat Desa Suwatu juga memilih salah satu calon bupati dan wakil bupati dikarenakan kesamaan suku. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak faktor serta pertimbangan yang menyebabkan seseorang menjatuhkan pilihan politiknya pada Pemilukada bukan hanya berdasarkan agama dan suku semata. Tetapi ada faktor lain yaitu

(46)

adanya money politics dan tingginya tingkat pendidikan dari pasangan calon bupati dan wakil bupati pada Pemilukada secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012 kemarin.

b. Media sebagai alat komunikasi masyarakat dan alat komunikasi politik

1) mengenai sumber utama dan media untuk mencari informasi tentang calon bupati dan wakil bupati dan partai politik pada pemilukada Kabupaten Pati tahun 2012.

Berdasarakan hasil wawancara secara mendalam pada masyarakat Desa Suwatu ditemukan fakta bahwa mayoritas masyarakat mendapatkan informasi tentang calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Pati melalui tim sukses, media massa (koran, baliho, spanduk-spanduk, pamflet, dan selebaran-selebaran), media eletronik (televisi dan radio), keluarga atau saudara, dan teman kerja/tetangga. Dari jawaban-jawaban masyarakat Desa Suwatu terlihat bahwa ada sebagian kecil masyarakat yang menggunakan televisi sebagai media untuk mencari informasi. Sebab sebagian besar atau mayoritas masyarakat Desa Suwatu menggunakan radio yaitu radio PAS FM Pati sebagai media untuk mencari informasi. Kemudian, masyarakat yang membaca koran untuk melihat informasi atau berita politik tentang Pemilukada secara langsung di Kabupaten Pati justru sangat sedikit sekali. Jadi dapat di simpulkan bahwa di Desa Suwatu sebagian besar masyarakatnya menggunakan radio dan televisi untuk melihat atau

(47)

mengetahui informasi mengenai calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Pati. Hal ini disebabkan karena perkembangan teknologi yang semakin canggih membuat masyarakat lebih mudah mendapatkan informasi melalui media radio dan televisi. Radio merupakan komunikasi audio yang lebih sering didengarkan oleh masyarakat Desa Suwatu. Sebab untuk masalah berita-berita daerah yang terjadi di Kabupaten Pati, memang lebih up to date dari radio jika dibandingkan dengan televisi. Sedangkan televisi merupakan sarana komunikasi visual yang sering digunakan/dilihat oleh masyarakat sebab lebih menarik. Tetapi ketika mereka melihat berita di televisi, sebagian besar dari mereka melihat berita-berita tentang politik nasional daripada melihat berita-berita politik lokal dichannel televisi lokal karena di Desa Suwatu belum terjangkau channel televisi Simpanglima Pati. c. Komunikasi politik yang dilakukan masyarakat

1) melakukan pembicaraan politik dengan orang lain dan melaporkan calon bupati dan wakil bupati yang sudah dipilih pada pemilukada Kabupaten Pati tahun 2012.

Dalam masyarakat terdapat proses komunikasi politik yang memberikan pengaruh terhadap input politik yakni perasaan terhadap sistem politik. Komunikasi politik yang ditekan dan dibatasi atau tertutup akan menyebabkan komunikasi politik yang terbatas pula hanya pada orang-orang yang dapat dipercaya. Dalam kondisi yang seperti ini masyarakat tidak bebas berbicara tentang kehidupan dan

(48)

proses politik. Mereka tidak mengharapkan adanya resiko yang besar dari proses komunikasi politiknya. Untuk melakukan komunikasi politik mereka harus merasakan adanya jaminan keamanan dalam memberikan pendapat politiknya dan mereka dapat bertukar pikiran terhadap orang-orang yang diajak bicara. Selanjutnya kita akan melihat apakah masyarakat merasa bebas atau tidak dalam membicarakan masalah-masalah politik. Seperti halnya pada masyarakat Desa Suwatu. Apakah terdapat proses komunikasi yang relatif bebas dan terbuka. Terlebih dahulu kita akan melihat sejauh mana frekuensi komunikasi politik yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Suwatu.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan ditemukan fakta bahwa sebagian besar dari masyarakat Desa Suwatu memang melakukan pembicaraan politik dengan orang lain tetapi dengan intensitas yang relatif rendah. Tampaknya pembicaraan politik belum menjadi topik yang menarik untuk menjadi pembicaraan sehari-hari, bahkan terdapat sejumlah kecil masyarakat yang menyatakan tidak pernah melakukan pembicarakan politik. Walaupun begitu, setidaknya dalam masyarakat Desa Suwatu masih terdapat sebagian kecil masyarakat yang juga aktif melakukan pembicaraan politik.

Sebelumnya telah kita lihat bahwa sebagian besar masyarakat Desa Suwatu memang mengikuti berita-berita politik melalui radio dan televisi. Tetapi pada kenyataannya mengikuti berita-berita politik belum terlalu berpengaruh terhadap pembicaraan politik yang terjadi

(49)

ditengah-tengah masyarakat Desa Suwatu. Mereka tetap mengikuti berita-berita politik akan tetapi pembicaraan politik yang terjadi diantara mereka relatif rendah intensitasnya. Ciri tersebut cenderung karakteristik budaya politik subjek. Sedangkan karakteristik parokial dalam hal ini tidak melakukan pembicaraan politik dan tidak peduli terhadap sistem politik, cenderung tidak ada sebab hanya sedikit sekali masyarakat yang tidak melakukan pembicaraan politik.

Analisis selanjutnya akan membahas tentang bagaimana perasaan mereka ketika berbicara tentang politik. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah mereka merasa bebas berbicara politik dengan siapa saja atau tidak. Kita dapat melihat kebebasan atau tekanan yang dirasakan ketika berbicara politik serta bagaimana gambaran keterbukaan komunikasi politik pada masyarakat di Desa Suwatu. Hal ini akan memperlihatkan dimensi psikologis masyarakat dalam mendiskusikan masalah politik dan pemerintahan. Pengakuan masyarakat mengenai perasaannya tentang kebebasan berbicara politik dapat kita lihat pada analisis berikut.

Sebagian besar masyarakat Desa Suwatu bersedia melaporkan calon bupati dan wakil bupati yang telah mereka pilih dalam Pemilukada. Dalam hal ini kita dapat melihat bagaimana dimensi perasaan masyarakat terkait pembicaraan politik mereka dengan orang lain. Sebagian besar masyarakat memiliki sikap yang bebas untuk melakukan pembicaraan politik dengan orang lain, mereka merasa

(50)

tidak perlu ada yang disembunyikan mengenai afiliasi politik dan menganggap tidak ada resiko yang perlu dikhawatirkan dari pernyataan politiknya. Pada masyarakat Desa Suwatu perasaan bebas dalam mendiskusikan masalah politik sudah sejajar dengan sikap atau perilaku bebas dalam mendiskusikan afiliasi partai politik dan calon bupati serta wakil bupati yang sudah mereka pilih. Akan tetapi, juga terdapat fakta lain yaitu sebagian kecil masyarakat Desa Suwatu menyatakan tidak bersedia untuk melaporkan calon bupati dan wakil bupati yang sudah mereka pilih. Sebab mereka merasa bahwa hal tersebut merupakan asas rahasia dari Pemilu. Sehingga, mereka merasa berhak untuk tidak memberitahukan kepada orang lain tentang siapa calon bupati dan wakil bupati yang sudah dipilih mereka. Walaupun mereka tidak bersedia memberitahukan siapa calon bupati dan wakil bupati yang sudah mereka pilih, penulis tidak mempermasalahkan hal tersebut. Sebab, ketika dilakukan wawancara secara mendalam mereka menyatakan bahwa mereka juga merasa bebas untuk berdiskusi mengenai semua masalah politik yang terjadi di kancah nasional dan lokal dengan siapa saja dan kapan saja. Akan tetapi, ketika berdiskusi mengenai siapa calon bupati dan wakil bupati yang sudah mereka pilih, memang mereka tidak bersedia untuk memberitahu. Ternyata pada masyarakat Desa Suwatu masih terdapat sebagian kecil masyarakat yang masih mengingat dan mengetahui asas-asas dalam Pemilu. Salah satunya asas rahasia, dimana seorang warga Negara

(51)

berhak memilih salah satu calon bupati dan wakil bupati yang diinginkannya, tanpa diketahui oleh pihak manapun.

d. Aspek kognitif budaya politik masyarakat desa suwatu

1) pengaruh visi dan misi calon bupati dan wakil bupati terhadap pilihan politik masyarakat pada pemilukada Kabupaten pati tahun 2012.

Dalam budaya politik terdapat orientasi kognitif, afektif, dan evaluatif. Sehingga, dalam penelitian ini masyarakat Desa Suwatu diberi pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam pedoman wawancara, yang ditujukan untuk menguji sifat partisipan dari budaya politik masyarakat Desa Suwatu dimana budaya politik partisipan memiliki karakteristik parisipan aktif yang tinggi baik terhadap objek-objek input maupun objek-objek-objek-objek output dari sistem politik. Juga kondisi dalam budaya politik partisipan bahwa mereka memiliki orientasi kognitif yaitu kemampuan yang menyangkut tingkat pengetahuan dan pemahaman serta kepercayaan dan keyakinan individu terhadap jalannya sistem politik dan atributnya, seperti visi dan misi calon bupati dan wakil bupati yang sudah dipilih mereka, tokoh-tokoh pemerintahan, kebijaksanaan yang mereka ambil atau mengenai simbol-simbol yang dimiliki oleh sistem politiknya, seperti ibukota negara, lambang negara, kepala negara, batas-batas negara, mata uang yang dipakai, dan lagu kebangsaan negara (Almond dan Verba, 1984: 16). Dalam budaya politik partisipan masyarakat

Gambar

Tabel 4. Letak Wilayah Desa Suwatu
Tabel 5. Luas Wilayah Desa Suwatu
Tabel 10. Penguasaan Asset Ekonomi Masyarakat Desa Suwatu  Memiliki Rumah  ada  676  orang
Tabel 12. Penggunaan Lahan Produktif dan Produksi Rata-rata  Pertahun Desa Suwatu
+3

Referensi

Dokumen terkait

Nah dalam hal ini untuk mengurangi limit Following kita agar kita bisa tetap Following orang lain, maka anda saya sarankan untuk Unfollow akun yang tidak Follow Back akun

SPA Unit Serapung memiliki nilai konservasi tinggi yang termasuk di dalam nilai konservasi tinggi 1 – 4, namun untuk nilai konservasi tinggi point kedua, yaitu

Pada akhir penyajian mata kuliah ini mahasiswa akan dapat menguasai dengan benar tentang cara perancangan percobaan, analisis dan1. interpretasinya, serta dapat menyusun sebuah

tumbuh kembang anak dapat terbentuk dengan cepat. Siswa yang tidak memiliki kekuatan yang memadai cenderung akan mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan terlebih pada

Pada gambar 5 merupakan Proses yang dimulai dari pelanggan datang langsung ketoko dan melakukan pesan barang, bagian administrasi terima pesanan dan memberitahu pesanan ke

LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF Periode 1 Januari - 31 Oktober

Untuk memberikan pengetahuan demi kelancaran ibu-ibu rumah tangga dan remaja putri dalam menjalankan usaha 5.. Untuk memberdayakan ibu-ibu rumah tangga dan

ﻩﲑﺴﻔﺗ ﲔﺑ ﻂﺑﺮﻟﺍ ﻝﻭﺎﺣ ﻲﺳﻮﻨﺳ ﻥﺃ ﻪﻴﻟﺇ ﺓﺭﺎﺷﻹﺍ ﺖﻘﺒﺳ ﺎﳑ ﲔﺒﺗﻭ ﺎﻴﻓﺎﺗﺎﺑ ﱃﺇ ﻩﺩﺮﻃﻭ .ﻩﺪﻌﺑ ﺎﻣﻭ ﻪﻴﻔﻧ ﻞﺒﻗ ﺎﻣ ﺓﺮﺘﻓ ﰲ ﺎﻬﺳﺭﺎﻣ ﱵﻟﺍ ﺏﺭﺎﺠﺘﻟﺍﻭ ﻦﻋ ﺕﺍﺩﺎﻘﺘﻧﻻﺍ ﻞﻜﺷ ﻰﻠﻋ ﻪﺋﺎﻴﺘﺳﺍ ﻦﻋ ﲑﺒﻌﺘﻠﻟ