• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DAN JENIS PAKAN KUPU-KUPU DI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG KABUPATEN MAROS SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DAN JENIS PAKAN KUPU-KUPU DI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG KABUPATEN MAROS SKRIPSI"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

i

KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DAN JENIS

PAKAN KUPU-KUPU DI TAMAN NASIONAL

BANTIMURUNG BULUSARAUNG KABUPATEN MAROS

SKRIPSI

SUAEBAH ISLAMIAH

105950058815

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

(2)

ii

KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DAN JENIS

PAKANKUPU-KUPU DI TAMAN NASIONAL

BANTIMURUNG BULUSARAUNG KABUPATEN MAROS

SKRIPSI

SUAEBAH ISLAMIAH

105950058815

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan

Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

(3)
(4)

iv 20 Maret 2020

(5)

v PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

KEANEKARAMAN JENIS KUPU-KUPU DAN JENIS PAKAN KUPU-KUPU DI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG KABUPATEN MAROS

Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebut dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Makassar, 20, Maret, 2020

SUAEBAH ISLAMIAH 105950058815

(6)

vi ABSTRAK

“SUAEBAH (105950058815)” Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu Dan Jenis Pakan Kupu-Kupu Di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Kabupaten Maros. Dibawah bimbingan Irma dan Sultan.

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 Bulan mulai dari Bulan Januari sampai Bulan Maret 2020, lokasi penelitian Kecamatan Simbang Kabupaten Maros. Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan langsung dilapangan dengan metode purposive sampling dengan membentuk plot lingkaran dengan luas 0,1 ha dan jari-jari lingkaran 17,8 m. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil dari artikel, buku, jurnal, penelitian sebelumnya dan data dari Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks keanekaragaman dan kemerataan jenis kupu-kupu dan jenis pakan kupu-kupu yang berada di Taman nasional Bantimurung Bulusaraung di dua lokasi yang berbeda yaitu Sanctuary dan Taman Nasional bantimurung. Hasil penelitian dari ke dua tempat yang berbeda ditemukan 51 jenis kupu-kupu dengan 926 jumlah individu dan pakan imago dan larva ditemukan 17 jenis tumbuhan dengan 456 jumlah individu. Dan nilai indeks keanekaragaman (H‟) jenis kupu-kupu yang berada di Sanctuary berada dalam kategori sedang yaitu 2,84 dan nilai indeks kemerataan (E‟) berada dikategori rendah yaitu 0,06, dan umtuk nilai indeks keanekaragaman (H‟) pakan imago dan larva berada dalam kategori sedang yaitu 1,02 dan indeks kemerataan (E‟) pakan imago dan larva berada dalam kategori rendah yaitu 0,06. Dan untuk nilai indeks keanekaragaman (H‟) jenis kupu-kupu yang berada di Taman Nasional Bantimurung berada dalam kategori sedang yaitu 2,98 dan nilai indeks kemerataan (E‟) berada dikategori rendah yaitu 0,09. Dan umtuk nilai indeks keanekaragaman (H‟) pakan imago dan larva berada dalam kategori rendah yaitu 0,95 dan indeks kemerataan (E‟) pakan imago dan larva berada dalam kategori rendah yaitu 0,07.

(7)

vii ABSTRAK

“SUAEBAH (105950058815)” species Diversity of Butterfly And Type of Feed Butterflies In the National Park Bantimurung Bulusaraung in Maros Regency. Under the guidance of Irma and the Sultan.

This study was conducted for 3 Months starting from January until March 2020, the location of the research District Simbang Maros Regency. Data collection in this research by using primary and secondary data. Primary Data is data obtained from direct observation in the field by the method of purposive sampling with the form of the plot of a circle with an area of 0.1 ha and the radius of the circle of 17.8 m. Secondary Data is data obtained from the results of articles, books, journals, previous research and data from the Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung this Study aims to determine the diversity and evenness of the butterfly type and the type of feed the butterflies that are in the national Park Bantimurung Bulusaraung in two different locations namely Sanctuary and National Park bantimurung. The results of the research from two different places found 51 different types of butterflies with 926 number of individuals and feed the imago and larva found 17 plant species with 456 number of individuals. And the value of the index of diversity (H‟) species of butterfly that are in the Sanctuary are in the medium category, namely 2,84 and the value of the index of evenness (E‟) are categorized low as 0,06, and to the value of the index of diversity (H‟) feed imago and larva are in the medium category, namely the 1.02 and the index of evenness (E‟) feed imago and larva are in the low category i.e. to 0.06. And for the value of the index of diversity (H‟) species of butterfly that are in the Bantimurung National Park is located in the medium category that is 2,98 and the value of the index of evenness (E‟) are categorized low as to 0.09. And to the value of the index of diversity (H‟) feed imago and larva are in the low category i.e. 0.95 and index of evenness (E‟) feed imago and larva are in the low category that is of 0.07.

(8)

viii @Hak Cipta Milik Unismuh Makassar, Tahun 2020

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis/skripsi ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan yang wajar Unismuh Makassar.

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis/skripsi dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Unismuh Makassar.

(9)

ix KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat-Nya yang selama ini kita dapatkan, yang memberi hikmah dan yang paling bermanfaat bagi seluruh umat manusia, sehingga oleh karenanya penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul “Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu Dan Jenis Pakan Kupu-Kupu-Kupu-Kupu Di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Kabupaten Maros” ini dengan baik.

Tujuan penulisan skripsi ini untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Strata satu (S-1) bagi mahasiswa program S-1 di program studi Pertanian Jurusan Kehutanan Universitas Muhammadiah Makassar. Penulis menyadari bahwa skripsi masih jauh dari kata kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Terselesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, sehingga pada kesempatan ini denga segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai, terutama kepada yang saya hormati:

(10)

x 1. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE, MM. selaku Rektor

Universitas Muhamaddiyah Makassar.

2. Bapak H. Burhanuddin, S.Pi, M.P. Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhamaddiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Ir. Husna Latifah, S.Hut., M.Si., IPM. Selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Pertanian Universitas Muhamaddiyah Makassar.

4. Ibu Dr. Ir. Hikmah, S.Hut., M.Si., IPM Selaku Ketua Jurusan Kehutanan Universitas Muhamaddiyah Makassar.

5. Ibu Dr. Ir. Irma Sribianti, S.Hut., M.P., IPM. Dan Bapak Dr. Ir. Sultan, S.Hut., M.P., IPM. Selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah memberikan kritik dan saran maupung arahan yang sangat membantu dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Ir. Yusak Mangetan, M.A.B. Selaku Kepala Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.

7. Kapada bapak/ibu staf Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang telah menemani dan membantu selama penelitian skripsi berlangsung.

8. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis Injoa dan Sarina yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan dukungan baik dari segi moril maupun materi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

(11)

xi Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini yang dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menjadi bahan masukan dalam penelitian selanjutnya.

Makassar, 20 Maret, 2020

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN KOMISI PENGUJI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Hutan Konservasi ... 4

2.1.1 Pengertian Dan Fungsi Hutan Konservasi ... 4

2.1.2 Jenis-Jenis Hutan Konservasi ... 5

2.2 Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung ... 6

2.3 Jenis Kupu-Kupu ... 8

2.4 Pakan Kupu-Kupu ... 9

2.5 Analisis Vegetasi ... 11

2.6 Kerangka Pikir ... 13

III. METODE DAN TEMPAT PENELITIAN ... 14

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ... 14

3.2 Objek Penelitian ... 14

3.3 Alat Dan Bahan Penelitian ... 14

3.4 Metode Pengambilan Sampel ... 14

3.5 Jenis Data ... 15

3.6 Analisis Data ... 15

3.6.1 Keanekaragaman Jenis ... 15

(13)

xiii

IV. PROFIL LOKASI ... 17

4.1 Keadaan Fisik ... 17

4.1.1 Sejarah Singkat Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung 17 4.1.2 Letak Luas Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung .... 18

4.1.3 Topografi Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung ... 19

4.1.4 Geologi Dan Tanah Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung ... 20

4.1.5 Hidrologi Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung ... 21

4.2 Potensi Flora Dan Fauna Di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung ... 22

4.2.1 Potensi Flora ... 22

4.2.2 Potensi Fauna ... 23

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

5.1 Jenis Kupu-Kupu ... 25

5.2 Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu Berdasarkan Waktu Pengamatan ... 28

5.3 Jenis Pakan Kupu-Kupu Dan Larva ... 31

5.4 Nilai Indeks Keanekaragaman Dan Indeks Kemerataan Jenis .... 34

VI. PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 35

6.2 Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiv DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Jenis Kupu-Kupu Yang Berada Di Sanctuary dan Taman Nasional

Bantimurung ... 26

2. Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu Berdasarkan Waktu Pengamtan 29

3. Jenis Pakan Kupu-Kupu dan Larva ... 31

(15)

xv DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman 1. Kerangka Pikir ... 13 2. Kupu-kupu Yang Ada Pada Taman Nasional Bantimurung ... 25

(16)

xvi DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman 1. Jenis Kupu-Kupu Yang Ada Di Lokasi Pengamatan ... 39

a. Lokasi Pengamatan Sanctuary ... 39 b. Lokasi Pengamatan Di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung 42 2. Jenis Pakan Kupu-Kupu Yang Ada Di Lokasi Pengamatan ... 44 a. Lokasi Pengamatan Sanctuary ... 44 b. Lokasi Pengamatan Di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung 45 3. Nilai Indeks Keanekaragaman (H‟) Dan Indeks Kemerataan (E‟) ... 46

(17)

1 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di Kawasan wisata alam Bantimurung didasarkan pada asas pelestarian kemampuan dan pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya secara serasi dan seimbang. Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui, perlindungan system penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, serta pemanfatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistem tersebut.

Salah satu bagian dari upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang telah banyak dilakukan oleh Pemerintah Indonesia adalah dengan menetapkan beberapa bagian dari kawasan hutan sebagai kawasan konservasi. Kawasan konservasi berdasarkan fungsi pokoknya dibagi menjadi kawasan suakaalam (cagar alam dan suaka marga satwa) dan kawasan pelestarian alam (taman nasional, taman wisata alam, dan taman hutan raya). Bantimurung Bulusaraung merupakan salah satu taman nasional yang berada di Propinsi Sulawesi Selatan Kabupaten Maros, telah ditetapkan pemerintah sebagai salah satu wilayah pelestarian kupu-kupu. Taman Nasional ini ditunjuk berasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK.398/Menhut-II/2004 tanggal 18 Oktober 2004 tentang Perubahanfungsi Kawasan Hutan pada Kelompok Hutan Bantimurung – Bulusaraung Seluas ± 43.750 (empat puluh tiga ribu tujuh ratus lima puluh) Hektar terdiri dari Cagar Alam Seluas ± 10.282,65 (sepuluh ribu dua ratus delapan puluh dua enam puluh lima perseratus) Hektar,

(18)

2 Taman Wisata Alam Seluas ± 1.624,25 (seribu enam ratus dua puluh empat dua puluh lima perseratus) Hektar, Hutan Lindung Seluas ± 21.343,10 (dua puluh satu ribu tiga ratus empat puluh tiga sepuluh perseratus) Hektar, Hutan Produksi Terbatas Seluas ± 145 (seratus empat puluh lima) Hektar, dan Hutan Produksi Tetap Seluas ± 10.355 (sepuluh ribu tiga ratus lima puluh lima) Hektar terletak di Kabupaten Maros dan Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan menjadi Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Kawasan Hutan Bantimurung Bulusaraung di Kabupaten Maros dan Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan ditunjuk menjadi taman nasional antara lain dengan pertimbangan: keunikan ekosistemnya yang sebagian besar berupa ekosistem karst yang memiliki potensi sumber daya alam hayati dengan keanekaragaman yang tinggi serta keunikan dan kekhasan gejala alam dengan fenomena alam yang indah; berbagai jenis flora dan fauna endemik, langka dan unik khususnya kupu-kupu. Pernyataan tersebut di atas dibenarkan oleh seorang ahli yang bernama Alfred Russel Wallace, adalah naturalis berkebangsaan Inggris yang pernah menjelajah Kepulauan Indo-Malaya dari tahun 1856 sampai dengan 1862. Wallace melakukan ekplorasi flora dan fauna di kawasan Bantimurung daritanggal 11 Juli 1857 sampai dengan awal Nopember 1857 dan berhasil mengumpulkan cukup banyak koleksi specie di wilayah Maros.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakan di atas maka masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah:

1. Seberapa besar keanekaragaman jenis kupu-kupu di kawasan Taman Nasional Bantimurung.

(19)

3 2. Seberapa besar kemerataan jenis kupu-kupu di kawasan Taman Nasional

Bantimurung.

3. Seberapa besar keanekaragaman vegetasi pakan kupu-kupu di kawasan Taman Nasional Bantimurung.

4. Seberapa besar kemerataan vegetasipakan kupu-kupu di kawasanTaman Nasional Bantimurung.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui indeks keanekaragaman jenis kupu-kupu di kawasan Taman Nasional Bantimurung.

2. Mengetahui indeks kemerataan jenis kupu-kupu di kawasan Taman Nasional Bantimurung.

3. Mengetahui indeks keanekaragaman jenis pakan kupu-kupu di kawasan Bantimurung Bulusaraung.

4. Mengetahui indeks kemerataan jenis pakan kupu-kupu dan larva di kawasan Taman Nasional Bantimurung.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam melindungi dan mengelola pakan kupu-kupu di kawasan Bantimurung Bulusaraung khususnya di wilayah SPTN II Kecamatan Camba dan dapat dijadikan referensi bagi pihak pengelola untuk digunakan sebagai data dasar mengenai vegetasi pakan kupu-kupu.

(20)

4 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hutan Konservasi

2.1.1 Pengertian Dan Fungsi Hutan Konservasi

Hutan Konservasia dalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Hutan konservasi memliki andil yang begitu besar dalam pengeloalaan taman nasional yang berfungsi sebagai pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.(Suryanto, 2010).

Berdasarkan Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,

hutan konservasi didefinisikan sebagai kawasan hutan dengan ciri khas

tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.

Ada tiga tujuan utama dalam kegiatan konservasi yaitu perlindungan,

pelestarian, dan pemanfaatan. Hutan konservasi sebagai perlindungan artinya

berupaya melindungi peranan keanekaragaman hayati sebagai sistem

penyangga kehidupan. Hutan konservasi sebagai pelestarian artinya

melestarikan keanekaragaman hayati yang ada dan mencegahnya dari

kepunahan, sedangkan hutan konservasi sebagai pemanfaatan artinya

memanfaatkan dengan bijaksana dan bertanggung jawab keanekaragaman

(21)

5 Payung hukum yang mengatur segala kegiatan pada hutan konservasi di Indonesia adalah Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Peraturan ini disahkan pada tanggal 10 Agustus 1990 oleh Presiden RI Kedua kala itu yaitu Soeharto. Di dalamnya terdapat 14 Bab dan 45 Pasal yang mengatur tentang perlindungan, pemanfaatan, pelestarian, peran serta masyarakat, kawasan-kawasan konservasi, dan ketentuan pidana.

2.1.2 Jenis-Jenis Kawasan Konservasi

Terdapat beberapa jenis kawasan konservasi yang ada di Indonesia, antara lain Kawasan Suaka Alam, Kawasan Hutan Pelestarian Alam, dan Taman Buru. Ketiga jenis kawasan konservasi tersebut memiliki fungsi dan tujuan tertentu.

a. Kawasan Suaka Alam (KSA)

Suaka Alam adalah salah satu tipe hutan konservasi yang dilindungi dan dipelihara keadaan alaminya secara utuh untuk tujuan penelitian ilmiah, pendidikan, pemantauan lingkungan, dan sumber daya genetik. Pada kawasan ini masih diperbolehkan berbagai manipulasi oleh manusia untuk mempertahankan ciri-ciri komunitas yang khas dan mendukung spesies tertentu. Terdapat dua jenis kawasan yang termasuk ke dalam Kawasan Suaka Alam, yaitu Cagar Alam dan Suaka Margasatwa.

b. Kawasan Hutan Pelestarian Alam (KHPA)

Menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1990, kawasan pelestarian alam didefinisikan sebagai kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat

(22)

6 maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan Pelestarian Alam terdiri atas Taman Nasional, Taman Wisata Alam, dan Taman Hutan Raya.

c. Taman Buru

Taman Buru merupakan kawasan hutan konservasi yang memiliki fungsi utama sebagai akomodasi untuk wisata berburu. Hobi berburu yang sudah ada sejak zaman dahulu menjadi latar belakang berdirinya Taman Buru. Kegiatan perburuan di taman buru diatur ketat, terkait dengan waktu atau musim berburu, jenis binatang yang boleh diburu, dan senjata yang boleh dipakai. Salah satu peraturan yang terdapat pada taman buru adalah larangan kegiatan berburu pada saat musim berkembang biak.

2.2 Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung

Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung merupakan kawasan konservasi yang terbagi dalam 2 wilayah kerja yaitu Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I di Balocci Kabupaten Pangkep dan Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II yang berada di Camba Kabupaten Maros.

Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Hutan Konservasi sebagai pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan

(23)

7 persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Hutan konservasi memliki andil yang begitu besar dalam pengeloalaan taman nasional yang berfungsi sebagai pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.

Taman Nasional (TN) Bantimurung Bulusaraung adalah satu-satunya kawasan pelestarian alam untuk perlindungan bentang alam karst di Indonesia. Pengukuhannya berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK. 398/Menhut-II/2004 tanggal18 Oktober 2004 luas keseluruhan Bantimurung Bulsaraung di dua wilayah yaitu Bantimurung dan Pamgkep seluas ± 43.750 Ha. Keberadaannya untuk menunjang penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan konservasi alam serta kepentingan ekowisata. Tak kalah penting adalah sebagai Catchment Area bagi kawasan dibawahnya dan beberapa sungai penting di Kabupaten Maros dan Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan.

Taman Nasional (TN) Bantimurung Bulu saraung merupakan salah satu kawasan konservasi terbaik karena keanekaragaman, keunikan, keindahan flora dan fauna endemik langkah dan dilindungi termasuk keindahan dan keajaiban alam. Keadaan geografis Bantimurung sebagian besar berbentuk daratan dari delapan wilayah daerah administrasi, mempunyai topografi daratan rendah dengan ketinggian rata-rata 500 mdpl (Kusuma yudha, 2005).

Berbagai jenis tumbuhan dapat tumbuh di daerah tersebut yang berguna sebagai pakan larva (ulat) dan kupu-kupu (imago). Menurut Borror dan Delong (1971) pakan kupu-kupu yang berasal dari tumbuh-tumbuhan merupakan sumber

(24)

8 makanan yang sangat penting bagi perkembangan kupu-kupu, baik pada saat larva maupun saat menjadi kupu-kupu. Kupu-kupu sering beterbangan di antara dedaunan dan di sekitar bunga untuk mencari pakan. Kupu-kupu menyukai tempat-tempat yang bersih dan sejuk dan tidak terpolusi, makakupu-kupu menjadi salah satu serangga yang dapat digunakan sebagai bio indicator terhadap perubahan ekologi. Makin tinggi keragaman jenis kupu-kupu di suatu tempat menandakan lingkungan tersebut masih baik.

2.3 Jenis Kupu-Kupu

Kupu-kupu merupakan salah satu jenis serangga yang termasuk kedalam ordo Lepidopera, yang berasal dari bahsa Yunani yaitu Lipis yang berarti sisik dan ptera yang berarti sayap. Ordo ini mempunyai daerah penyebaran luas dari dataran rendah hingga pengunungan tinggi, dari 0-2.000 mdpl (Shihombing 1999).

Keanekaragaman jenis kupu-kupu di Indonesia menempati urutan ke dua setelah Brasil dan diperkirakan sebanyak 1200 jenis kupu-kupu di dunia ditemukan di Indonesai (Cortbert dan Pendleburry 1956 dalam jurnal PHKA 2005). Salah satu kawasan yang merupakan habitat kupu-kupu di Indonesia adalah Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Kawasan ini termasuk kedalam Bioregion Wallace yang secara geologis yang menjadi habitat campuran antara Oriental dan Australia. Menurut Wallace (1856) tercatat setidaknya 257 jenis kupu-kupu di kawasan ini sehingga kawasan ini dijuluki The Kingdom Of Butterfly.

(25)

9 Pernyataan tersebut di atas dibenarkan oleh seorang ahli yang bernama Alfred Russel Wallace, adalah naturalis berkebangsaan Inggris yang pernah menjelajah Kepulauan Indo-Malaya dari tahun 1856 sampai dengan 1862. Wallace melakukan ekplorasi flora dan fauna di kawasan Bantimurung dari tanggal 11 Juli 1857 sampai dengan awal Nopember 1857 dan berhasil mengumpulkan cukup banyak koleksi speciemen di wilayah Maros. Sejak kembalinya ke Inggris sampai dengan tahun 1886, Wallace menerbitkan delapan belas dokumen, baik berupa catatan maupun proceeding untuk Linnaean Zoological and Entomological Societies yang menggambarkan atau mendeskripsikan koleksi speciemennya. Deskripsi kawasan Karst Maros-Pangkep dan keanekaragaman faunanya dianggap sudah cukup lengkap pada saat itu, dan Wallace sendiri memberikan julukan “The Kingdom of Butterfly” untuk kawasan Bantimurung dan sekitarnya.

Keanekaragaman hayati yang tinggi dan berbagai jenis khas dan endemik di kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung menjadikan kawasan ini penting dikelola secara intensif agar kelestariannya dapat terjaga serta dapat member kanmanfaat yang besarbagi kawasan tersebut.

2.4 Pakan Kupu-Kupu

pada dasarnya kupu-kupu tidak pernah makan, mereka sebenarnya meminum nutrisi yang terlarut dalam air dari berbagai sumber. Kupu-kupu menggunakan organ mirip belalai pada mulutnya untuk menghisap makanannya, hal unik lain dari kupu adalah siklus hidupnya ada empat tahap hidup

(26)

kupu-10 kupu, yaitu telur, ulat, kepompong, dan kupu-kupu. Fase dimana serangga ini mengensumsi banyak makanan adalah saat menjadi ulat.

Berbagai jenis kupu-kupu memiliki kebiasaan makan yang berbeda. Berikut adalah beberapa jenis makanan kupu-kupu.

1. Serbuk Sari dan Nektar

Kedua makanan tersebut merupakanjenis yang paling umum dikomsumsi kupu-kupu. Kupu-kupu amat tertarik dengan bunga berwarna cerah dan penuh warna. Nektar menjadi makanan kupu-kupu karena penuh dengan nutrisi penting serta gula yang memberikan energy instan.

2. Buah Busuk

Buah busuk merupakan makanan favorit hampir semua jenis kupu-kupu. Dari buah busuk yang dihisap oleh kupu-kupu melalui organ mirip belalai yang disebut proboscis. Buah busuk tinggi akan kandungan gula dan air sebagaisumberenergi dan cairan bagi kupu-kupu.

3. Kotoran Hewan dan Kotoran Burung

Kedua jenis makanan ini juga menjadi pilihan favorit kupu-kupu. Kotoran hewan dan burung mengandung mineral yang sangat penting untuk kelansungan hidup kupu-kupu. Namun penting bahwa kotoran hewan tersebut harus berada dalam kondisi segar dan lembab sehingga memudahkan kupu-kupu untuk menghisapnya.

4. Getah Pohon

Kupu-kupu juga menyukai getah pohon yang mengadun berbagai nutrisi. Sebagian kupu-kupu bias memakan getah dari pohon yang

(27)

11 berbedah sedangkan dari sebagin lain hanya menyukai getah dari pohon tertentu.

5. Garam dan Keringat

Kupu-kupu juga tertarik dengan natrium yang ditemukan pada garam dan keringat. Kadan-kadan juga kupu-kupu hinggap di tubuh manusia, mereka sebenarnya sedang menghisap sejumlah kecil natrium dari kulit manusia.

2.5 Analisis Vegetasi

Analisis vegetasi ialah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat, tumbuh-tumbuhan. Unsur sruktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Michael, 1994). Analisis vegetasi merupakan cara mempelajari susunan (komposisi jenia) dan bentuk (Struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.

Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan:

1. Mempelajari tegakan hutan, yaitu pohon dan permudaannya. 2. Mempelajari tumbuhan tegakan bawah.

Yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput

(28)

12 atau alang-alang dan vegetasi semak belukar (Dwisang, 2008). Dari segi floris tisekologis pengambilan sampling dengancara “random sampling” hanya mungkin digunakan apa bila lapangan dan lokasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman. Pada umumnya untuk keperluan penelitian ekologi hutan lebih tepat dipakai “systematic sampling”, bahkan “purposive sampling” pun boleh digunakan pada keadaan tertentu.

Analisis vegetasi merupakan studium utuk mengetahui komposisi dan struktur hutan. Kegiatanan alisis vegetasi pada dasarnya ada dua macam metode dengan petak dan tampa petak. Salah satu metode dengan petak yang banyak digunakana dalah kombinasi antara metode jalur denga metode garis petak.

Hal yang demikian itu menyebabkan kelimpahan relative suatu jenis dapat mempengaruhi fungsi suatu komunitas, distribusi individu antar jenis dalam komunitas, bahkan dapat memberkan pengaruh pada stabilitas komunitas. Dengan demikian, dalam deskripsi struktur komunitas tumbuhan dapat dilakukan secara kualitatif dengan parameter kualitatif atau secara kuantitatif. Namun persoalan yang sangat penting dalam analisis komunikasi adalah bagai mana caramen dapatkan data terutama data kuantitatif dari semua jenis tumbuhan yang menyusun komunitas, parameter kuantitatif dan kualitatif apasaja yang diperlukan, penyajian data, dan interpretasi data, agar dapat mengumukakan komposisi serta sifat-sifat komunitas tumbuhan secara utuh dan menyeluruh. (Latifa. 2005).

(29)

13 2.6 Kerangka Pikir

Dalam melakukan penelitian ini yang telah dirumuskan perlu dilengkapi dengan kerangka pemikiran kerena hal ini dapat disajikan sebagai suatu pedoman atau tolak ukur dari langkah-langkah pengerjaan penelitian yang dilaksanakan. Mengenai konsepsi kerangka pemikiran dari penelitian ini disusun dalam bentuk bagan pemikiran seperti yang terlihat pada gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pikir Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung

Resort Bantimurung SPTN Wilayah II Sanctuary

Keanekaragaman Jenis Vegetasi (H‟)

Kemerataan Jenis Vegetasi(E‟)

Habitat Pakan Kupu-kupu Kawasan Konservasi

(30)

14 III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih 3 (tiga) bulan, yaitu pada bulan Januari sampai Maret 2020. Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, SPTN Wilayah II Kecamatan Camba Kabupaten Maros.

3.2 Objek Penelitian

Adapun objek penelitian ini adalah kawasan yang menjadi tempat tumbuhnya pakan kupu-kupu di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. 3.3 Alat Dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian inia dalah : a. Alat tulis menulis

b. GPS c. Pita meter d. Tally sheet e. Kamera f. Laptop g. Penangkap kupu-kupu 3.4 Metode Pengambilan Sampel

Metode penelitian untuk pengambilan sampel yaitu dengan metode porposive sampling dengan bentuk plot lingkaran dengan luas 0,1 ha dan jari-jari lingkaran 17,8 m. Dan pengambilan data dilakukan di Sanctuary dan Taman Nasional Bantimurung di wilayah kerja Reasort Bantimurung SPTN Wilayah II

(31)

15 Kecamatan Camba dan disetiap lokasi akan dibuatkan 3 plot, jadi jumlah total plot yang dibuat ada 6. Pengambilan data jenis kupu-kupu dilakukan pengamatan lansung di plot yang sama dengan plot pengamatan pakan kupu-kupu, pengambilan data jenis kupu-kupu dilakukan dari pagi hari jam 08:00 – 12:00 dan pada siang dari jam 13:00 – 17:00

3.5 Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung kelokasi penelitian dan pengambilan data langsung di lapangan penelitian. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan terdiri dari data dari Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, dan referensi lainnya seperti jurnal, buku dan artikel penelitian sebelumnya.

3.6 Analisis Data

3.6.1 Keanekaragaman Jenis

Keanekaragaman jenis adalah parameter yang sangat berguna untuk mengetahui tingkat keanekaragaman jenis. Indeks keanekaragaman Shannon (H‟) merupakan indeks yang paling banyak digunakan dalam ekologi komunitas. Indeks keanekaragaman dari Shannon adalah sebagai berikut:

(32)

16 Keterangan :

H‟ : Indeks Keanekaragaman Shannon S : Jumlah Jenis

ni : Jumlah individu jenis ke –i N : JumlahIndividu seluruh jenis

Terdapat tiga kriteria indeks keanekaragaman jenis yaitu : 1. Jika H‟ <1 maka termasuk kedalam kategori rendah.

2. Jika nilai1< H‟ >3 maka termasuk dalam kategori sedang 3. Jika H‟> 3 maka dimasukkan kedalam kategori tinggi.

3.6.2 Kemerataan Jenis

E = H′ In (s) Keterangan :

E : Indek Kemeratan Jenis

H‟ : Indeks Keanekaragaman Jenis S : Jumlah Jenis

Terdapat 2 kriteria analisis indeks kemerataan jenis berdasarkan Krebs (1985) yaitu :

1. Jika0 < E < 0,5 maka indeks kemerata anrendah 2. Jika 0,5 < E < 1 maka indeks kemerataan tinggi.

(33)

17 IV. GAMBARAN UMUM

4.1 Keadaan Fisik

4.1.1 Sejarah Singkat Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Sejarah Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung dimulai ketika Alfred Russel Wallance melakukan ekspedisi pada tahun 1857. Beberapa tahun setelahnya Alfred mempublikasikan The Malay Archipelago yang mengundang berbagai penelitian lanjutan. Kawasan ini telah ditunjuk sebagai wilayah konservasi sejak era 70-an hingga tahun80-an. Tahun 1989 Kanwil Dephut Sulawasi Selatan mengusulkannya sebagai Taman Nasional Hasanuddin. Meski begitu statusnya sebagai Taman Nasional berlansung cukup lama.

Akhirnya pada tahun 2004 Mentri kehutanan Mengeluarkan SK.398/Menhut-II/2004 tanggal 18 Oktober 2004 tentang Perubahan fungsi kawasan hutan pada Kelompok Hutan Bantimurung - Balusaraung seluas ± 43.750 Ha (empat puluh tiga ribu tujuh ratus lima puluh hektar) terdiri dari Cagar Alam seluas ± 10.282,65 Ha (sepuluh ribu dua ratus delapan puluh dua enam puluh lima perseratus hektar), Taman Wisata Alam seluas ± 1.624,25 Ha (seribu enam ratus dua puluh empat dua puluh lima perseratus hektar), Hutan Lindung seluas ± 21.343,10 Ha (dua puluh satu ribu tiga ratus empat puluh tiga sepuluh perseratus hektar), Hutan Produksi Terbatas seluas ± 145 Ha (seratus empat puluh lima hektar), dan Hutan Produksi Tetap seluas ± 10.355 Ha (sepuluh ribu tiga ratus lima puluh lima hektar) terletak di

(34)

18 Kabupaten Maros dan Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan sebagai Taman Nasional Bantimurung - Bulusaraung.

Kawasan yang secara resmi menjadi Taman Nasioanl Bantimurung pada tahun 2004 ini memang menyimpan begitu banyak kekayaan alam. Salah satunya yang paling menonjol adalan penangkaran kupu-kupu. Tetapi tidak hanya sebatas itu Taman Nasioanal yang dikelola oleh Balai Taman Nasioan Bantimurung Bulusaraung yang berada di lahan seluas ± 43.750 Ha ini juga memiliki berbagai keindahan alam yang menjadikannya sebahai destinasi wisata yang menarik. Destinasi tersebut sangat beragam mulai dari keindaha flora fauna hingga goa alam dan prasejah yang jumlahnya kurang lebih 80 goa.

4.1.2 Letak Luas Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung

Taman Nasional (TN) Bantimurung Bulusaraung ditunjuk berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia nomor: SK.398/Menhut-II/2004 tanggal 18 Oktober 2004 dengan luas ± 43.750 Ha. Secara administrasi pemerintahan, kawasan taman nasional ini terletak diwilayah Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep) Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis areal ini terletak antara 119° 34‟ 17” – 119° 55‟ 13” Bujur Timur dan antara 4° 42‟ 49” – 5° 06‟ 42” Lintang Selatan. Secara kewilayahan, batas-batas TN. Bantimurung Bulusaraung adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkep, Barru dan Bone.

(35)

19 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros dan Kabupaten

Bone.

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Maros.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep.

Kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung berbatasan atau berhimpitan dengan Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep dan Kabupaten Bone. Kawasan taman nasional ini terletak di dalam 10 wilayah administrasi kecamatan dan 40 wilayah administrasi kelurahan/ desa.

4.1.3 Topografi Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung

Sebagaimana pada umumnya kawasan pada landskap karst, bentuk permukaan kawasa Taman Nasional Bantimurug Bulusaraung bervariasi dari datar, bergelombang, berbukit sampai dengan bergunung. Sebagian kawasan yang bergunung terletak pada sisi Timur Laut kawasan atau terletak pada blok pengunungan Bulusaraung di Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros dan Gunung Bulusaraung sendiri di Kecamatan Ballocci Kabupaten Pangkep.

Puncak tertinggi terletak pada ketinggian 1.565 m.pdl di sebelah utara Pegunungan Bulusaraung. Puncak Gunung bulusaraung sendiri terletak pada ketinggian 1.353 m.dpl. Sisi ini dicirikan oleh kenampakan topografi relief tinggi, bentuk lereng yang terjal dan tekstur topografi yang kasar. Daerah perbukitan dicirikan ole bentuk relief dan tekstur topografi halus sampai sedang, bentuk lereng sedang sampai rendah,bentuk bukit yang tumpul

(36)

20 dengan lembah yang sempit sampai melebar. Daerah perbukitan ini dapat dikelompokan ke dalam perbukitan instrusi, perbukitan sedimen dan perbukitan karst. Kawasan dengan potografi diantara dicirikan oleh bentuk permukaan lahan yang datar sampai sedan dan sedikit bergelombang, reliefrendah dan tekstur topografi yang halus. Bentuk permukaan seperti ini banyak dijumpai di antara perbukitan karst yang berbentuk menara.

4.1.4 Geologi dan Tanah Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Formasi geologi kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung dikelompokkan menurut jenis batuan, yang didasarkan pada ciri-ciri litologi dan dominasi dai setiap satuan batuan, formasi-formasi tesebut adalah sebagai berikut:

a. Formasi balang baru. Formasi balang baru terdiri dari perselingan serpih dengan batu pasir, dan batu lanau batu lempung, dengan struktur batuan berlapis, menyerpi dan turbidit. Bentuk formasi ini menyebar di bagian utara yaitu di Kecamatan Mallawa. Satuan batuan ini adalah batuan sedimen.

b. Batuan gunung api terpopilitkan. Batuan ini terdiri breksi dan lava, menyebar pada bagian selatan yaitu Kecamatan Tanralilli Kabupaten Maros. Lava pada umumnya bersifat andesitik, sebagai trakit dan basal. c. Formasi Mallawa. Formasi ini terdiri dari atas batu pasir kuarsa, batu

lanau, batu lempung dan konglomerat, dengan sisipan dan lengsa batubara, penyebarannya berada di Kecamatan Watang mallawa, di daeran Ammasangeng dan Kecamatang Bantimurung. Batu pasir kuarsa

(37)

21 umumnya bersifat rapuh dan kurang kompak, berlapis tipis, batu bara pada satuan batuan ini mempunyai ketebalang antara 0,5 – 1,5 meter. d. Formasi Tonasa. Formasi ini terdiri dari batu gemping pejal, bioklastik,

kalkarenit, koral, dan kalsirudit bersisik. Di Daerah Kecamatan Watang Mallawa batu gemping formasi tonasa ditemukan mengandung mineral glauconit dan napal dengan sisipan breksi batu gemping.

e. Formasi Camba. Formasi ini terdari dari perselingan batuan sedimen laut dan batuan gunung api, yaitu batu pasir tufaan berselingan dengan dengan tufan, batu pasir, batu lanau dan batu lempung. Dibeberapa tempat di jumpai sisipan napal dengan sisipan bereksi batu gemping. f. Batuan gunung api baturape Cindako. Batuan ini terdiri dari lava dan

breksi.

Ada dua jenis tanah yang umum ditemukan pada kawasan karts Maros-pangkep, dimana keduanya kaya akan kelasium dan megnasium. Tanah jenis Rendolls mempunyai warna kehitaman karena tinggnya bahan kandungan organik, ditemukan pada dasar lembah lereng yang landa, terutama dibagian selatan dari karst Maros. Eutropepts merupakan jenis tanah turunan dari inceptisol, umumnya ditemukan pada daerah yang mempunyai kelerengan yang terjal dan puncak bukit kapur. Tanah ini sangat dangkal dan berwarna terang.

4.1.5 Hidrologi Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.

Kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung merupakan bagian dari hulu beberapa sungai besar di Sulawesi Selatan. Sisi sebelah Timur

(38)

22 antara lain merupakan hulu Sungai Walanae yang merupakan salah satu sungai yang mempengaruhi yang mempengaruhi danau Tempe. Pada bagian barat terdapat sungai Pangkep dan sungai Bone di Kabupateng Pangkep, sungai Pute dan Sungai Bantimurungdi Kabupaten Maros. Sungai Bantimurung merupakan sumber perairang persawahan di Kabupaten maros serta dimanfatkan untuk pemenuhan air bersih bagi masyarakat kota Maros. Disamping itu, juga di temukan beberapa mata air dan sungai-sungai kecil, terutama diwilayah karst, serta aliran air bawa tanah/danau bahwa tanah pada sistem perguaan. mata air berdebit besar dijumpai pada batu gamping pejaldengan debit 50-250 l/dtk. Sedangkan mata air yang muncul dibatuan sedimen terlipat dan batuan gunung api umumnya kurang dari 10 l/dtk. Fluktuasi debit air sungai-sungai besar dalam Kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung sampai saat ini masih relatif stabil sepanjang tahun, namun berbeda dengan debit pada sungai permukaan karst.

4.2 Potensi Flora Dan FaunaDi Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung 4.2.1 Potensi Flora

Terdapat 711 jenis tumbuhan alam yang terdaftar pada Kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung sampai tahun 2017, diantaranya 6 jenis tumbuhan alam yang dilindungi, yaitu Ebony (Diospyros celebica), palem (Livistona chinessis dan Livistona Sp.), Anggrek (Ascocentrum miniatum, Phalaenopsis amboinensis, dan Dendrodium macrophyllyum). Selain itu , tercatat 117 jenis anggrek alam dan 43 jenis ficus. Pada hutan

(39)

23 pegunungan bawah dijumpai Litsea sp., Agathis philippinensis, Ficcus spp, dan lain-lain.

Tingginya kandungan kalsium dan magnesium dari batuan kapur yang mendominasi areal karst di wilayah Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, menyebabkan terbatasnya jenis-jenis tumbuhan yang dapat hidup pada ekosistem tersebut. Pada habitat karst terdapat beberapa jenis tumbuhan antara lain Palaqium sp., Calophylumsp., Leea indica Sapoteceae, polyalthia insignis, Pagium edule, Aleurites moluccana, celastroceae, Cinnamomum Sp., Lea aculata, Litsea ascendens, Eugenia acutangulate, Mallotus Sp., Mangifera Sp., Macaranga Sp., Nauclea orientalis, Anthocepalus cadamba, Anthocepalus cinensis, dan Cassia siamea.

4.2.2 Potensi Fauna

Masih sangat banyak potensi fauna yang belum diidentifikasi dengan baik di Kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Kegiatan eksplorasi masih perlu lebih sering dilakukan, baik oleh pengelolah peneliti, maupun pihak-pihak yang berkepentingan laiinnya. Sampai dengan tahun 2017, pada Kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung telah terdaftar sedikitnya 735 jenis satwa liar 33 jenis mamalia, 155 jenis burung, 31 jenis reptilian, 17 jenis amphibian, 23 jenis ikan, 41 jenis gastropoda, 6 jenis oligochaeta, 26 jenis malacostraca, 14 jenis arachnida, 53 jenis entognathan, 2 jenis parainsecta dan 334 jenis insect (243 jenis kupu-kupu/Papiliooidea yang telah terindentifikasi Sampai tingkat species).

(40)

24 Diantaranya terdapat 53 jenis penting yang dilindungi undang-undang dan 366 jenis endemic Sulawesi.

Kelompok Pemerhati Herpetofauna (KPH) “Phyton” HIMAKOVA Institut Pertanian Bogor melakukan surfey keanekaragaman hertefetofauna sebagai bagaimana dari program konservasi Herpetofauna di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Survey ini dilakukan selama 2 bulan, yakni pada bulan Juli sampai denganbulan agustus 2007. Berdasarkan hasil survei ditemukan 37 jenis herpetofauna,yang terdiri dari 24 jenis reptile dan 13 jenis katak. Termasuk 3 jenis yang belum teridentifikas.

(41)

25 V. HASIL DAN PEMBAHSAN

5.1 Jenis Kupu-Kupu

Pengambilan data di lakukan di dua lokasi yang berbeda yaitu Sanctuary dan Taman Nasional Bantimurung, yang dimana setiap lokasi akan di buatkan masing-masing 3 plot. Sanctuary sendiri jika diartikan dalam bahasa inggris yang artinya adalah tempat perlindungan atau yang biasa dikenal penangkaran. Lokasi ini memiliki luas ±7000 M2 dan lokasi ini juga dilengkapi dengan fasilitas seperti laboratorium, display room dan tempat persemaian sehingga sangat cocok bagi perkembang biakan kupu-kupu.

Gambar 2. Kupu-kupu yang ada pada Taman Nasional Bantimurung (Titik kordinat S: 05” 00 ‟59 2” E: 119041‟ 042”)

Kupu-kupu yang diamati pada dikawasan Sanctuary dan Taman Nasional Bantimurung ditemukan dengan jumlah keseluruhan terdiri dari 51 jenis dan 926 jumlah individu, dan jumlah jenis keseluruhan kupu-kupu dapat dilihat pada Tabel 1.

(42)

26 Tabel 1. Jenis Kupu-Kupu Yang Berada Di Sanctuary dan Taman Nasional Bantimurung

No Jenis

Lokasi Pengamatan

Jumlah Sanctuary Taman Nasional

bantimurung 1 Appias zarinda 5 14 19 2 Appias hembroni - 13 13 3 Catopsilia pamona 83 23 106 4 Catopsilia Scylla 22 1 23 5 Cepora selebensis - 14 14 6 Cepora Sp 1 1 2 7 Cepora timnatha - 4 4 8 Charxes affinis 1 13 14 9 Chersonesia rahria 1 - 1 10 Chetosia myrina 1 - 1 11 Cyrestis srigata 4 - 4 12 Danaus genutia 1 - 1 13 Euploea algae 6 - 6 14 Euploea redtenbacheri 1 - 1 15 Euploea westwoodi 2 - 2 16 Eurema blanda 2 7 9 17 Eurema selebensis - 2 2 18 Eurema Sp 1 2 3 19 Eurema tominia 4 4 8 20 Graphium agememnon 1 - 1 21 Graphium euripylus 10 6 16 22 Graphium mayeri - 8 8 23 Graphium milon 4 19 23 24 Hebomonia glaucippe 39 32 71 25 Hypolimnas diomea 3 - 3 26 Idea blanchardii 5 - 5 27 Ideopsis juventa 114 35 149 28 Jamides celeno 1 - 1 29 Lamasia lymcides - 2 2 30 Lamptotera mages 2 24 26 31 Lasippa neriphus 2 - 2 32 Latopsia nina 25 18 43 33 Lexias aeetes 1 5 6 34 Moduza lymere 9 - 9 35 Neptis ida 3 - 3

(43)

27 Jenis Kupu-Kupu Yang Berada Di Sanctuary dan Taman NasionalBantimurung

36 Papilio ascalapus 1 5 6 37 Papilio demoleus 1 - 1 38 Papilio gigon 8 5 13 39 Papilio paranthus 7 19 26 40 Papilio polytes 6 1 7 41 Papilio satapes 3 11 14 42 Pareronia tritaea 48 38 86 43 Parthenos Sylvia 5 15 20 44 Terinos taxiles 1 1 2 45 Triodes Helena 22 - 22 46 Troides haliphron 12 - 12 47 Vindula celebensis 12 - 12 48 Vindula erota 23 64 87 49 Yoma Sabina 3 1 4 50 Euploea eleusine 11 - 11 51 Elodina sota - 2 2 Total 517 409 926

Hasil pengamatan yang dilakukan pada dua lokasi yang berbeda yaitu di Sanctuary dan Taman Nasional Bantimurung ditemukan 51 Jenis kupu-kupu dengan 926 jumlah individu, dimana jumlah jenis kupu-kupu lebih banyak di temukan di lokasi pengamatan Sanctuary yaitu 44 jenis dan 517 individu sedangkan di Taman Nasional terdapat 32 jenis dan 409 individu, ini dikarenakan terdapat beberapa jenis kupu-kupu yang di temukan di Sanctuary namun tidak ditemukan di Taman Nasional Bantimurung. Pengamatan ini dilakukan selama 12 hari dan waktu pelaksanaan pengamatan dari jam 08:00–12:00 dan jam 13:00– 17:00 dengan jumlah plot 6 plot didua lokasi yang berbedadan memiliki kondisi plot yang berbeda pula. Dimana plot 1 yang berada di Sanctuary dengan titik koordinat S: 05” 01 ‟02. 1” E: 1190 40‟ 356”dengan kondisi tanah datar sama halnya dengan plot 2 dengan titik koordinat S: 05” 01 ‟03.4” E: 1190 40‟

(44)

28 406”sedangkan di plot 3 yang berlokasi masih sama di kawasan Sanctuary dengan titik koordinat S: 05” 01 ‟03.1” E: 1190 40‟ 406” kondisi tanahnya juga datar hanya saja berada di kaki tebing gunung karst. Sedangkan plot yang berada di lokasi Taman Nasional Bantimurung, plot 1 yang berlokasi bawah kaki tebing karst dan berada di pinggir aliran sungai dan kondisi tanah datar dengan titik koordinat S: 05” 01 ‟01.8” E: 119041‟ 001”, dan plot 2 juga berada di pinggir aliran sungai dan lokasi ini juga dekat dengan air terjun dan kondisi tanah datar dengan titik koordinat S: 05” 00‟59.3” E: 119041‟ 062” sedangkan plot 3 yang berada di atas air terjung dengan menaiki anak tangga yang berada di samping air terjung dan berjalan sejauh ±800 m letaknya berada di pinggir danau yang bernama Danau Kassi Kebo kondisi tanahnya juga datar dengan titik koordinat S: 05” 00 ‟59 2” E: 1190 41‟ 042”.

5.2 Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu Berdasarkan Waktu Pengamatan Penelitian yang dilakukan selama 12 hari di dua lokasi yang berbeda yaituSanctuary dan Taman Nasional Bantimurung, yang dilakukan pada pagi hari menjelan siang (08:00 – 12:00) dan siang hari menjelan sore (13:00 – 17:00) mengingat waktu kupu-kupu datang mencari makan berada pada jam-jam tertentu dan ini juga berpengaruh pada kondisi cuaca. Maka hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel 2.

(45)

29 Tabel 2. Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu Berdasarkan Waktu Pengamatan.

No Jenis Lokasi pengamatan Jumlah Sanctuary Taman Nasional bantimurung 08:00 - 12:00 13:00 - 17:00 08:00 - 12:00 13:00 - 17:00 08:00 - 12:00 13:00 - 17:00 1 Appias zarinda 3 2 7 7 5 14 2 Appias hembroni - - 6 7 - 13 3 Catopsilia pamona 66 17 12 11 83 23 4 Catopsilia Scylla 17 5 1 22 1 5 Cepora selebensis - - 5 9 - 14 6 Cepora Sp - 1 1 - 1 1 7 Cepora timnatha - - 4 - - 4 8 Charxes affinis 1 - 2 11 1 13 9 Chersonesia rahria 1 - - 1 - 10 Chetosia myrina 1 - - - 1 - 11 Cyrestis srigata 4 - - - 4 - 12 Danaus genutia - 1 - - 1 - 13 Euploea algae 4 2 - - 6 - 14 Euploea redtenbacheri 1 - - - 1 - 15 Euploea westwoodi 1 1 - - 2 - 16 Eurema blanda 1 1 3 4 2 7 17 Eurema selebensis - - 2 - - 2 18 Eurema Sp - 1 2 - 1 2 19 Eurema tominia 2 2 2 2 4 4 20 Graphium agememnon 1 - - - 1 - 21 Graphium euripylus 4 6 5 1 10 6 22 Graphium mayeri - - 1 7 - 8 23 Graphium milon 3 1 8 11 4 19 24 Hebomonia glaucippe 22 17 14 18 39 32 25 Hypolimnas diomea 3 - - - 3 - 26 Idea blanchardii 3 2 - - 5 - 27 Ideopsis juventa 93 21 19 16 114 35 28 Jamides celeno 1 - - - 1 - 29 Lamasia lymcides - 2 - - 2 30 Lamptotera mages 1 1 17 7 2 24

(46)

30 Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu Berdasarkan Waktu Pengamatan.

31 Lasippa neriphus 1 1 - - 2 - 32 Latopsia nina 21 4 8 10 25 18 33 Lexias aeetes 1 - 5 - 1 5 34 Moduza lymere 4 5 - - 9 - 35 Neptis ida 2 1 - - 3 - 36 Papilio ascalapus - 1 4 1 1 5 37 Papilio demoleus 1 - - - 1 - 38 Papilio gigon 5 3 3 2 8 5 39 Papilio paranthus 5 2 11 8 7 19 40 Papilio polytes 4 2 1 - 6 1 41 Papilio satapes 2 1 5 6 3 11 42 Pareronia tritaea 23 25 20 18 48 38 43 Parthenos Sylvia 2 3 8 7 5 15 44 Terinos taxiles - 1 1 - 1 1 45 Triodes Helena 14 8 - - 22 - 46 Troides haliphron 9 3 - - 12 - 47 Vindula celebensis 7 5 - - 12 - 48 Vindula erota 13 10 46 18 23 64 49 Yoma Sabina 1 2 1 - 3 1 50 Euploea eleusine 11 - - - 11 - 51 Elodina sota - - 2 - - 2 Total 358 159 227 182 517 409

Dari hasil pengamatan yang dilakukan selama 12 hari di dua lokasi yang berbeda yaitu di Sanctuary dan Taman Nasional Bantimrung pada jam 08:00-12:00 dan jam 13:00-17:00, ini dilakukan karena di jam-jam tertentu kupu-kupu akan berdatangan untuk mencari makan dan ini juga berpengaruh pada kondisi cuaca saat itu. Dan dari hasil pengamatan yang dilakukan maka ditemukan 5 jenis kupu-kupu yang paling bayak berkunjung pada jam 08:00-12:00 yaitu jenisIdeopsis juventa 114 jumlah individu,Catopsilia pamona 83 jumlah individu, Pareronia tritaea 48 jumlah individu, Hebomonia glaucippe 39 jumlah individu, dan Latopsia nina 25 jumlah individu. Sedangkan jenis kupu-kupu yang paling

(47)

31 bayak berkunjung pada jam 13:00-17:00 juga ditemukan 5 jenis yaitu, Vindula erota 64 junlah individu, Pareronia tritaea38 jumlah individu, Ideopsis juventa 35 jumlah individu, Hebomonia glaucippe 32 jumlah individu, dan Lamptotera mages 24 jumlah individu. Jumlah individu kupu-kupu lebih banyak ditemukan pada pagi hari menjelang siang (08:00-12:00) ini di karenakan cuaca cenderum cerah sedangkan pada siang hari menjelang sore (13:00-17:00) cuaca cenderum berawan atau mendung.

5.3 Jenis Pakan kupu-kupuDan Larva

Pada plot pengamatan yang dilakukan di dua lokasi yang berbeda yaitu Sanctuary dan Taman Nasional Bantimurung ditemukan beberapa jenis pakan kupu-kupu (imago) dan larva (ulat) dengan jumlah 17 jenis dan 456 jumlah individu dan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis Pakan Kupu-Kupu (Imago) dan larva (Ulat)

No Jenis Lokasi pengamatan Jumlah Sactuary Taman Nasional Bantimurung

Imago Larva Imago Larva Sactuary

Taman Nasional Bantimurung 1

Air mata pengantin (Antigonon

leptopus)

* - - - 1 -

2 Asoka (Saraca

asoca) * - - - 8 -

3 Bunga Tai Ayam

(Lancana camara) * - - - 7 - 4 Gamal (Gliricidia sepium) - ** - - 6 - 5 Jarak ( Jatropha integerrima) * - - - 2 - 6 Jeruk (Citrus maxima) - ** - - 8 -

(48)

32 Jenis Pakan Kupu-Kupu (Imago) dan Larva (Ulat)

7 Johar (Cassia siamea) - ** - - 16 - 8 Kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis) * - * - 6 1 9 Ketapeng Cina (Senna alata) - ** - - 1 -

10 Lada- lada (Brucea

javanica (L.) Merr) * ** - - 3 - 11 Mali-Mali (Leea indica) - ** - - 2 - 12 Pagoda merah (Clerodendrum paniculatum) * - * - 236 127 13 Sirsak (Annona muricata) - ** - - 1 - 14 Wedelia Kuning (Sphagneticola trilobata) - - * - - 13 15 Pecut Kuda (Stachytarpheta jamaicensis) - - * - - 7 16 Kasie (Micromelum Monutum Wight & Arn)

- - - ** - 8

17 Jeruk Rambat

(Toddalia asiatica) - - - ** - 3

Total - - - - 297 159

Catatan : * Pakan Imago ** Pakan Larva

Dari hasil pengamatan yang dilakukan selama 12 hari di dua lokasi yang berbeda yaitu di Sanctuary dan Taman Nasional Bantimurung ditemukan 17 jenis dan 456 jumlah individu pakan kupu-kupu (Imago) dan Larva (Ulat). Dari hasil pengmatan yang dilakukan ditemukan 5 jenis pakan imago dan larva yang paling banyak diemukan yang berada di Sanctuary yaitu, Pagoda (Clerodendrum japonicum) 236 jumlah individu, Johar (Cassia siamea) 18 jumlah individu, Asoka (Saraca asoca) 8 jumlah individu, Jeruk (Citrus maxima) 8 jumlah

(49)

33 individu dan Bunga Tai Ayam (Lancana camara) 7 jumlah individu, sedangkan di lokasi Taman Nasional Bantimurng juga terdapat 5 jenis yang paling banyak ditemukan yaitu, Pagoda (Clerodendrum japonicum) 127 jumlah individu, Wedelia kuning (Sphagneticola trilobata) 13 jumlah individu, Kasie (Micromelum Monutum Wight & Arn) 8 jumlah individu, Pecut Kuda (Stachytarpheta jamaicensis) 7 jumlah individu, dan Jeruk Rambat (Toddalia asiatica) 3 jumlah individu. Jenis pakan kupu-kupu dan larva lebih banyak dijumpai pada lokasi Sanctuary ini dikarenakan di Sanctuary terdapat tempat persemaian dan sengaja ditamam untuk pakan imago dan larva sedangkan di Taman Nasional Bantimurung hanya ada tanaman liar sehingga pakan imago dan larva terbatas.

Hasil pengamatan ini jenis tumbuhan yang paling banyak dikunjungi yaitu tumbuhan penghasil nektar seperti pagoda merah, kembang sepatu, jarak, asoka, bunga pecuk kuda, bunga kuning dan yang lainnya tapi jenis tumbuhan yang paling banyak di kunjungi yaitu bunga pagoda dan asoka, kedua bunga tersebut ini menjadi favorit hampir semua jenis kupu-kupu dan kedua bunga ini juga memiliki masa mekar paling lama dibandingkan dengan bunga yang lainnya dan untuk pakan larva yang menjadi vaforite adalah pohon sirsak. Hasil pengamatan ditemukan beberapa jenis pakan kupu-kupu dan larva hasil dari budidaya, ini dikarenakan jumlah pakan kupu-kupu dan larva di lokasi masih sedikit sehingga diperlakukan budidaya agar dapat menjaga kelestarian kupu-kupu yang ada di Taman Nasional Bantimurung.

(50)

34 5.4 Nilai Indeks Keanekaragaman dan Indeks Kemerataan Jenis

Hasil pengamatan yang dilakukan pada lokasi Sanctuary dan Taman Nasional Bantimurung maka nilai indeks keanekaragaman dan indeks kemerataan jenis kupu-kupu, jenis pakan kupu-kupudan larva yang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai Indeks Keanekaragaman dan Indekas Kemerataan Jenis

No Jenis

Indeks keanekaragaman

(H) Indeks Kemerataan (E)

Lokasi pengamatan Lokasi pengamatan

Sanctuary Taman Nasional Bantimurung Sanctuary Taman Nasional Bantimutung 1 Kupu-Kupu 2,84 2,98 0,06 0,09

2 Pakan Imago dan

Larva 1,02 0,95 0,06 0,07

Hasil pengamatan yang dilakukan di lokasi Sanctuary maka nilai indeks keanekaragaman jenis (H‟) kupu-kupu pada plot pengamatan berada dalam kategori sedang yaitu 2,84 dan indeks kemerataan jenis (E„) berada dalam kategori rendah yaitu 0,06. Dan untuk nilai indeks keanekaragamanjenis pakan imago dan larva berada dalam kategori sedang 1,02 dan indeks kemerataan jenis pakan kupu-kupu dan larva berada dalam kategori rendah yaitu 0,06.

Sedangkan dari hasil pengamatan yang dilakukan di lokasi Taman Nasional Bantimurung maka nilai indeks keanekaragaman (H‟) jenis kupu-kupu berada dalam kategori sedang yaitu 2,98 dan indeks kemerataan (E‟) jenis berada dalam kategori rendah yaitu 0,09. Untuk nilai indeks keanekaragaman jenis pakan imago dan larva pada plot pengamatan yang berada dalam kategori rendah 0,95 dan indeks kemertaan jenis pakan kupu-kupu dan larva berada dalam kategori rendah yaitu 0,07.

(51)

35 VI. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Hasil pengamatan yang dilakukan pada dua lokasi yang berbeda yaitu di Sanctuary dan Taman Nasional Bantimurung ditemukan 51 Jenis kupu-kupu dengan 926 jumlah individu, dimana jumlah jenis kupu-kupu lebih banyak di temukan di lokasi pengamatan Sanctuary yaitu 44 jenis dan 517 individu sedangkan di Taman Nasional terdapat 32 jenis dan 409 individu.

2. Pakan imago dan larva ditemukan dilokasi pengamatan di dua lokasi yang berbeda yaitu Sanctuary dan Taman Nasinal Bantimurung berjumlah 17 jenis dengan 456 jumlah individu, dan jenis pakan yang paling banyak dijumpai yaitu jenis Pagoda merah (Clerodendrum paniculatum) dengan 363 jumlah individudan jenis yang paling sedikit di temukan yaitu Air mata pengantin (Antigonon) dan Sirsak (Annona muricata) dengan 1 jumlah individu.

3. Nilai indeks keanekaragaman (H‟) jenis kupu-kupu pada plot pengamatan di lokasi Sanctuary berada dalam kategori sedang yaitu 2,84 dan indeks kemerataan (E‟) jenis berada dalam kategori rendah yaitu 0,06. Dan untuk nilai indeks keanekaragaman (H‟) jenis pakan kupu-kupu dan larva pada plot pengamatan di lokasi Sanctuary yang berada dalam kategori sedang 1,02 dan indeks kemertaan (E‟) jenis pakan kupu-kupu dan larva berada dalam kategori rendah yaitu 0,06.

4. Nilai indeks keanekaragaman (H‟) jenis kupu-kupu pada plot pengamatan di lokasi Taman Nasional Bantimurung berada dalam kategori sedang yaitu

(52)

36 2,98 dan indeks kemerataan (E‟) jenis berada dalam kategori rendah yaitu 0,09. Dan untuk nilai indeks keanekaragaman (H‟) jenis pakan kupu-kupu dan larva pada plot pengamatan di lokasi Taman Nasional Bantimurung yang berada dalam kategori rendah 0,95‟ dan indeks kemertaan (E‟) jenis pakan kupu-kupu dan larva beradah dalam kategori rendah yaitu 0,07.

6.2 Saran

Saran dari penelitian ini yaitu perlu adanya perhatian dari pihak yang terkait dan masyarakat terhadap keberadaan kupu-kupu di alam. Keanekaragaman kupu-kupu yang tinggi di lokasi Sanctuary harus dipertahankan dengan tetap menjaga kestabilan habitatnya dan tetap mempertahankan kealamiannya, sedangkan keanekaragaman jenis kupu-kupu yang rendah di lokasi Taman Wisata Alam diperlukan budidaya yang lebih banyak lagi dengan cara menambah jumlah dan jenis pakan kupu-kupu dan larva di lokasi perkembang biakan kupu-kupu.

(53)

37 DAFTAR PUSTAKA

Efendi MA. 2009. Keragaman kupu-kupu (Lepidoptera :Dytrisia) di kawasan hutan koridor Taman Nasional Gunung Halimun-Salak Jawa Barat. [Tesis]. Bogor: Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Elya F, Yustina dan Dahmania. 2014. Keanekaragaman jenis kupu-kupu (subordo rhopalocera) di kawasan wisata hapanasan rokan hulu sebagai sumber belajar pada konsep keanekaragaman hayati. Jurnal Biogenesis.Vol. X No. 2 : 48.

Dahelmi, 2000. inventarisasi tumbuhan inang kupu-kupu Papiliodae di kawasan cagar alam lembah harau, Sumatera barat. J Biol UA. 9(1):19-21 (dalam jurnal Ratih Rusman. Kupu-Kupu (Lepidoptera : Papiliooidea) di Gunung Sago, Sumatera Barat : Keanekaragaman dan preferensi kunjungan pada bunga)

Fitzgerald, E., 1999. Aktif Students’ Guide to Butterfly. Welcome tothe Butterfly Farm. University ofNew Hampshire with aktif Bachelordegree. Instaar Enviromental Science. http://www.butterflyfarm.co.cr/. Diakses pada tanggal 12 Agustus2012. Pukul.22:45 WITA

Hamer KC, JK Hill, S Benedick, N Mustaffa, TN Sherratt, M Maryati & CheyVK. 2003. Ecology of Butterflies in Natural Forest of Nothern Borneo: TheImportance of Habitat Heterogeneity. Journal of Applieds Ecology 40: 150-162.

Kusumayudha, S. B., 2005.Hidrogeologi Karst dan GeometriFraktal. Adicita Karya Nusa, Yogyakarta. hal 8. Jurnal Alam dan Lingkungan , Vol.6 (11) Maret 2015)

Latifa, Siti. 2005. Analisis Vegetasi Hutan Alam. Jurusan Kehutana Fakultas Pertanian Universitas tanjung pura. Pontianak.

Peggie. D 2014. Mengenal kupu-kupu. Jakarta (ID): Pandu Aksara Publishing.21 (dalam jurnal Ratih Rusman. Kupu-Kupu (Lepidoptera : Papiliooidea) di Gunung Sago, Sumatera Barat : Keanekaragaman dan preferensi kunjungan pada bunga)

(54)

38 Peggie. D 2014. Deversitas dan pentinnya kupu-kupu Nusa Kumbangan (Jawa, Indonesia). Zoo Indon 2014. 23(1); 45-5521 (dalam jurnal Ratih Rusman. Kupu-Kupu (Lepidoptera : Papiliooidea) di Gunung Sago, Sumatera Barat : Keanekaragaman dan preferensi kunjungan pada bunga)

Suryanto, H. M. Syarif. dan A. Suarman, 2010. Model Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Ekosistem. Teknik Pembinaan Habitat Di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.Balai Penelitian Hutan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Kementerian Kehutanan. Makassar. hal 4 – 8. Jurnal Alam dan Lingkungan , Vol.6 (11) Maret 2015)

Sihombing, DTH. 1999. Satwa Harapan I Pengantar Ilmu dan Teknologi Budidaya. Pustaka Wirausaha Muda. Bogor. JurnalAgrikultura 2018, 29 (1): 1-8 ISSN 0853-2885 Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu

Tsukada, E., and Nishiyama, 1982.Butterflies of the South EastAsian Island Volume I.Papilioidae. Plapac.Co., Ltd.Tokyo. Japan. pp. 214-457.Jurnal Alam dan Lingkungan , Vol.6 (11) Maret 2015

Vane, W. R. J. and R. Dejong, 2003.The Butterflies of Sulawesi Annotated Cheklist for a Critical Island Fauna. Zool. Verh - Leiden.p 343.

(55)

39 LAMPIRAN

1. Jenis Kupu-Kupu Yang Ada di Lokasi Pengamatan a. Lokasi Pengamatan di Sanctuary

Jenis kupu-kupu yang ditemukan di lokasi pengamatan sanctuary Tabel 1. Jenis Kupu-Kupu Pada Plot 1

No Spesies kupu-kupu Jumlah

1 Catopsilia pamona 24 2 Catopsillia Scylla 8 3 Cyrestis srigata 2 4 Cepora sp 1 5 Danaus genutia 1 6 Euploca algae 4 7 Eurema blanda 1 8 Euploea eleusine 11 9 Euploea westwoodi 2 10 Graphium eurypyius 3 11 Hebomonia glaucippe 16 12 Hypolimnas diometa 1 13 Idea blanchardi 1 14 Ideopsis juventa 71 15 Lamprotera Meges 1 16 Lasippa meriphus 1 17 Latopsia nina 14 18 Moduza lymere 3 19 Papilion gigon 3 20 Papilion paranthus 3 21 Papilion demoleus 1 22 Papilion polytes 3 23 Pareronia triteae 14 24 Parthenos Sylvia 1 25 Troides halipron 5 26 Troides Helena 7 27 Vindula erota 13 28 Vindula celebensis 4 Total 219

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir Taman Nasional  Bantimurung Bulusaraung
Gambar 2. Kupu-kupu yang ada pada Taman Nasional Bantimurung         (Titik kordinat S: 05 ”  00 ‟59 2” E: 119 0 41‟ 042”)
Tabel 3. Jenis Pakan Kupu-Kupu (Imago) dan larva (Ulat)
Tabel 4. Nilai Indeks Keanekaragaman dan Indekas Kemerataan Jenis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dan populasi kupu-kupu pada musim kemarau (Juni-Juli 2005) di kawasan TWA Bantimurung menunjukan perbedaan jumlah species dan tingkat populasi pada tiga daerah, dimana pada

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Biodiversitas Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di Taman Nasional Bantimurung- Bulusaraung, Kabupaten Maros,

KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU 01 HUTAN EVERGREEN (HIJAU SEPANJANG TAHUN).. TAMAN NASIONAL

Kupu-kupu yang ditemukan di Kawasan Wisata Alam Lembah Cilengkrang Taman Nasional Gunung Ciremai sebanyak 95 jenis dengan jumlah individu 2044 individu dari lima famili,

Keanekaragaman Reptil Untuk Pengembangan Ekowisata Pada Hutan Pegunungan Bawah Di Kompleks Gunung Bulusaraung Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.. Dibawah bimbingan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lapangan terbuka ( mating area ) dan hutan sekunder merupakan habitat yang paling disukai oleh kupu-kupu untuk

Cagar Alam Leang-leang merupakan lokasi penelitian yang paling banyak ditemukan jumlah spesies kupu-kupu (113 spesies) dibandingkan dengan lokasi lainnya..

Kawasan Hutan Bantimurung Bulusaraung di Kabupaten Maros dan Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan ditunjuk menjadi taman nasional antara lain dengan pertimbangan: keunikan