• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTER MORFOLOGI DAN HASIL BEBERAPA GENOTIPE KEDELAI (Glycine Max (L.) Merill) PADA LINGKUNGAN TERNAUNGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTER MORFOLOGI DAN HASIL BEBERAPA GENOTIPE KEDELAI (Glycine Max (L.) Merill) PADA LINGKUNGAN TERNAUNGI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

KARAKTER MORFOLOGI DAN HASIL BEBERAPA GENOTIPE KEDELAI (Glycine Max (L.) Merill) PADA LINGKUNGAN TERNAUNGI

Morphological characters and result of some soybean genotypes (Glycine Max (L.) Merill in the shaded environment

Amin Rais Hasibuan1), Nerty Soverda2), Yulia Alia2)

Fakultas Pertanian Universitas Jambi Email : Aminrais.hasibuan@yahoo.com

1)

Alumni Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi

2)

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Jambi

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk membandingkan karakter morfologi dan hasil beberapa genotipe kedelai pada lingkungan ternaungi dan mendapatkan genotipe kedelai yang mempunyai karakter morfologi dan hasil yang mencerminkan toleransi terhdapa naungan.. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Jambi, Mendalo Indah Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari satu faktor. Perlakuan yang dicobakan terdiri atas 5 taraf perlakuan yaitu, G0= Varietas Dena-1, G1 = MDL-01,

G2 = MDL-02, G3 = MDL-03, G4 = MDL-04. Variabel yang diamati adalah tinggi

tanaman, jumlah cabang primer, jumlah polong per tanaman, jumlah polong berisi per tanaman, luas daun trifoliat, bobot daun spesifik, bobot biji per tanaman dan bobot 100 biji. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Genotipe- genotipe MDL-01, MDL-02, MDL-03 dan MDL-04 mempunyai tinggi tanaman, jumlah cabang primer, jumlah polong per tanaman, jumlah polong berisi per tanaman, bobot biji per tanaman dan bobot 100 biji yang menyamai atau lebih baik dibandingkan dengan Varietas Dena-1 dan Genotipe-genotipe MDL-01, MDL-02, MDL-03 dan MDL-04 mempunyai karakter morfologi dan hasil yang mencerminkan toleransi terhadap naungan dan berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai Varietas unggul toleran naungan.

Kata kunci : Genotipe, kedelai, naungan

PENDAHULUAN

Kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan satu diantara jenis tanaman palawija penting sebagai sumber protein nabati. Manfaat kedelai bagi kesehatan dapat mengurangi penyakit jantung, mencegah kanker dan osteoporosis. Kedelai dapat digunakan sebagai bahan baku untuk berbagai produk pangan segar, fermentasi maupun kering, seperti susu, tahu, tempe, kecap dan tauge. Kedelai mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral (Adisarwanto, 2007).

(2)

2

Permintaan terhadap komoditas kedelai di Indonesia terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk, meningkatnya pendapatan per kapita, meningkatnya kesadaran masyarakat akan kecukupan gizi dan berkembangnya berbagai industri makanan. Sementara itu produksi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan sehingga masih perlu dilakukan impor kedelai (Rukmana dan Yuniarsih, 2004).

Kendala utama pengembangan kedelai sebagai tanaman sela di bawah tegakan adalah rendahnya intensitas cahaya akibat faktor naungan. Kedelai tergolong sebagai tanaman yang membutuhkan intensitas cahaya tinggi.Pemberian naungan 50% pada kedelai menurunkan kandungan N daun pada varietas toleran dan peka, dan menurunkan jumlah polong (Soverdaet al,. 2012). Kekurangan cahaya pada tanaman kedelai yang ditanam di bawah tegakan pohon ataupun sebagai tanaman sela, menyebabkan terganggunya proses fotosintesis yang berakibat pada menurunnya metabolisme dan rendahnya sintesis karbohidrat yang dihasilkan. Akibatnya laju pertumbuhan dan produktivitas kedelai dibawah naungan menjadi rendah.

Produksi kedelai di Provinsi Jambi tahun 2015 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu dari 6.800 ton menjadi 6.732 ton. Penurunan produksi ini disebabkan oleh dua faktor yaitu penurunan luas panen (Badan Pusat Statistik 2015). Data mengenai luas panen, produksi dan produktivitas kedelai di Provinsi Jambi dari tahun 2011- 2015 di sajikan pada Tabel 1.

Tabel.1. Luas panen, produksi dan produktivitas kedelai di Provinsi Jambi

Tahun Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas ( ton/ha)

2010 4.243 5.320 1,254 1011 4.563 5.668 1,242 2012 2.809 3.516 1,252 2013 1.877 2.372 1,264 2014 5.288 6.800 1,286 2015 4.906 6.732 1,372

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi kedelai adalah dengan cara perluasan areal tanam. Perluasan areal tanaman kedelai antara lain dapat dilakukan dilahan tegakan tanaman perkebunan, Hutan Tanaman Industri (HTI) atau dengan sistem tumpang sari (Sundari dan Susanto, 2012).

Menurut Susanto dan Sundari (2011), tingkat toleransi tanaman kedelai terhadap cekaman naungan ditentukan oleh besarnya penurunan hasil akibat cekaman naungan.Kondisi naungan menyebabkan penurunan bobot biji per tanaman dan bobot 100 biji per tanaman.Cekaman naungan 50% terhadap tanaman kedelai yang berkriteria sangat toleran tidak mengakibatkan penurunan signifikan pada jumlah polong, ukuran biji, maupun hasil biji per tanaman.

Soverda (2002), melakukan penelitian pada tanaman padi yang diperlakukan dengan 4 taraf naungan yaitu naungan 0%, 25%, 50%, 75%. Naungan 75% menunjukkan kegagalan pertumbuhan banyak diantara tanaman menjadi mati. Naungan 25% menunjukkan nilai tukey yang tidak berbeda nyata dengan naungan

(3)

3

0%. Naungan 50% menunjukkan keragaman dalam pertumbuhan dan telah mampu merangsang pembungaan.

Penggunaan varietas yang mampu tumbuh dan berkembang serta berproduksi dengan baik pada cekaman naungan sangat penting untuk dapat memanfaatkan lahan tegakan tanaman perkebunan (Soepandi et al., 2003). Alternatif yang tepat untuk mengatasi masalah lingkungan ternaungi adalah dengan menggunakan genotipe atau varietas yang toleran naungan.

Hasil penelitian Handayani (2003) menunjukkan bahwa genotipe kedelai yang toleran naungan mempunyai daun yang lebih lebar dan tipis, kandungan klorofil b yang lebih tinggi dan rasio klorofil a/b yang lebih rendah dari pada genotipe peka.Perubahan karakter morfologi dan fisiologi daun tersebut merupakan bentuk mekanisme adaptasi tanaman terhadap cekaman naungan.

Balitbangtan melalui Balitkabi pada bulan Desember tahun 2014 telah melepas dua varietas unggul baru kedelai toleran naungan (hingga 50%), sesuai untuk dikembangkan di bawah lahan tegakan tanaman perkebunan dan lingkungan agroforestri yang tanamannya masih muda (< 4 tahun), maupun tumpangsari dengan tanaman pangan lain. Kedua varietas unggul baru tersebut adalah Dena 1 dan Dena 2 (Balitkabi, 2015).

Penelitian Soverda et al., (2009) dari hasil evaluasi terhadap 15 varietas yang diuji pada naungan buatan (paranet 50%) dan ruangan gelap, di peroleh di peroleh 2 Varietas yang konsisten toleran pada kedua metoda tersebut yaitu Varietas Ringgit dan Petek. Pada penelitian lanjutannya Soverda et al., (2010) melakukan penelitian terhadap tujuh varietas kedelai terpilih hasil dari seleksi penelitian sebelumnya. Penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi karakter-karakter fisiologi fotosintetik yang dapat dijadikan sebagai penciri toleransi tanaman kedelai terhadap naungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter fisiologi fotosintetik yang berkorelasi erat dengan toleransi terhadap naungan pada tanaman kedelai adalah luas daun, tebal daun, kerapatan stomata, klorofil a, klorofil b, dan kandungan karotenoid.

Genotipe yang akan dievaluasi dalam penelitian ini adalah generasi ke-6 hasil persilangan antara Varietas petek X Varietas panderman (soverda et al., 2013). Genotip-genotipe ini merupakan hasil seleksi untuk sifat toleransi naungan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Karakter Morfologi Dan Hasil Beberapa Genotipe Kedelai (Glycine max (L.) Merill) pada Lingkungan Ternaungi”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Teaching and Research Farm Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Desa Mendalo Indah, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi dengan ketinggian tempat + 35 meter di atas permukaan laut.Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2017.

Alat yang digunakan yaitu cangkul, parang, meteran, gembor, tugal, timbangan, penggaris, label, ember, alat tulis dan alat-alat yang berhubungan dengan penelitian.

Bahan yang digunakan adalah paranet 50%, benih kedelai Varietas Dena-1 MDL-01, MDL-02, MDL-03, dan MDL-04 Koleksi Laboratorium Pemuliaan

(4)

4

Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jambi.Pupuk Urea, SP-36, KCL, pupuk kandang ayam , Furadan (bahan aktif karbofuran 3%) Dithane M- 45 (bahan aktif Mankozeb 80%), danDecis 2,5 EC.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor yaitu genotipe yang terdiri dari :

G0 : Varietas Dena-1

G1 : MDL-01

G2 : MDL-02

G3 : MDL-03

G4 : MDL-04

Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali sehingga didapat 25 unit percobaan. Unit percobaan berupa petakan berukuran 200 cm x 100 cm dengan jarak antar petakan 50 cm dan jarak antar ulangan 100 cm. Setiap petakan terdiri dari 25 tanaman dengan jarak tanam 40 cm x 20 cm, 3 tanaman digunakan sebagai tanaman sampel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi Tanaman

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tinggi tanaman dipengaruhi oleh genotip. Rata-rata tinggi tanaman genotip kedelai yang di uji disajikan pada tabel 2 berikut:

Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman genotip-genotip kedelai yang diuji Genotipe Rata-rata tinggi tanaman (cm) MDL-01 49.40 bc MDL-02 55.40 b MDL-03 48.47 bc MDL-04 42.87 c Dena-1 100.67 a

Keterangan : angka-angkayang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT pada taraf

Tabel 2 menunjukkan bahwa 4 genotipe yang di uji memiliki tinggi tanaman yang nyata lebih pendek dibandingkan dengan Varietas Dena-1. Genotip MDL-04 memiliki tinggi tanaman terendah yang berbeda nyata dengan MDL-02.

Jumlah Cabang Primer

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jumlah cabang primer dipengaruhi oleh genotip. Rata-rata jumlah cabang primer genotip-genotipe kedelai yang di uji disajikan pada tabel 3 berikut:

Tabel 3. Rata-rata jumlah cabang primer genotip-genotipe kedelai yang diuji Genotipe Jumlah cabang primer (cabang) MDL-01 6.07 ab

MDL-02 7.20 a MDL-03 6.33 a MDL-04 6.13 ab Dena-1 4.93 b

Keterangan :angka-angkayang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT pada taraf

(5)

5

Tabel 3 menunjukkan bahwa genotip MDL-02 dan MDL-03 memiliki rata-rata jumlah cabang primer yang nyata lebih banyak dibandingkan dengan rata-rata jumlah cabang primer Varietas Dena-1, sedangkan genotip MDL-01 dan MDL-04 memiliki jumlah cabang primer yang sama dengan Varietas Dena-1.

Jumlah polong per tanaman

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jumlah polong per tanaman tidak dipengaruhi oleh genotip. Rata-rata jumlah polong per tanaman genotipe-genotip yang di uji disajikan pada tabel 4 berikut:

Tabel 4. Rata-rata jumlah polong per tanaman genotip-genotipe kedelai yang diuji Genotipe Jumlah polong per tanaman (polong) MDL-01 50.73 a

MDL-02 65.00 a MDL-03 49.27 a MDL-04 50.20 a Dena-1 55.33 a

Keterangan : angka-angkayang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT pada taraf

Tabel 4 menunjukkan bahwa 4 genotipe yang di uji (MDL-01, MDL-02, MDL-03 dan MDL-04) memiliki jumlah polong per tanaman yang tidak berbeda nyata dengan Varietas Dena-1.

Jumlah polong berisi per tanaman

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jumlah polong berisi per tanaman tidak dipengaruhi oleh genotip. Rata-rata jumlah polong berisi per tanaman genotipe-genotip kedelai yang diuji disajikan pada tabel 5 berikut:

Tabel 5. Rata-rata jumlah polong berisi per tanaman genotipe-genotip kedelai yang diuji

Genotipe Jumlah polong berisi per tanaman MDL-01 44.27 a

MDL-02 56.80 a MDL-03 44.20 a MDL-04 43.13 a Dena-1 48.13 a

Keterangan : angka-angkayang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT pada taraf

Tabel 5 menunjukkan bahwa 4 genotipe yang di uji (MDL-01, MDL-02, MDL-03 dan MDL-04) memiliki jumlah polong berisi per tanaman yang tidak berbeda nyata dengan varietas Dena-1.

Luas Daun Trifoliat

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa luas daun trifoliat dipengaruhi oleh genotip. Rata-rata luas daun trifoliat genotipe-genotip kedelai yang di uji disajikan pada tabel 6 berikut:

(6)

6

Tabel 6. Rata-rata luas daun trifoliat genotipe-genotip kedelai yang diuji Genotipe Luas daun trifoliat (cm2) MDL-01 182.38 b MDL-02 179.04 b MDL-03 173.80 b MDL-04 179.04 b Dena-1 231.42 a

Keterangan : angka-angkayang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT pada taraf

Tabel 6 menunjukkan bahwa 4 genotipe kedelai yang diuji (MDL-01, MDL-02, MDL-03 dan MDL-04) memiliki luas daun trifoliat yang nyata lebih sempit dibandingkan dengan Varietas Dena-1.

Bobot Daun Spesifik

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa bobot daun spesifik dipengaruhi oleh genotip. Rata-ratabobot daun spesifikgenotipe genotip kedelai yang di uji disajikan pada tabel 7 berikut:

Tabel 7. Rata-rata tebal daun genotipe-genotip kedelai yang diuji

Genotipe Bobot daun spesifik (mg/cm2) MDL-01 4.39 a

MDL-02 4.41 a MDL-03 4.16 ab MDL-04 4.49 a Dena-1 3.55 b

Keterangan : angka-angkayang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT pada taraf

Tabel7 menunjukkan bahwa genotipe MDL-01, MDL-02 dan MDL-04 memiliki bobot daun spesifik yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan Varietas Dena-1.

Bobot Biji Per Tanaman

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa bobot biji per tanaman tidak dipengaruhi oleh perbedaan genotip. Rata-rata jumlah bobot biji per tanaman genotipe-genotip kedelai yang di uji disajikan pada tabel 8 berikut:

Tabel 8. Rata-rata bobotbiji per tanaman genotipe-genotip kedelai yang diuji Genotipe Bobot biji per tanaman (g)

MDL-01 21.10 a

MDL-02 15.09 ab MDL-03 13.05 b MDL-04 12.83 b Dena-1 17.66 ab

Keterangan : angka-angkayang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT pada taraf

Tabel 8 menunjukkan bahwa genotip MDL-01 memiliki rata-rata bobot biji per tanaman seberat 21.10g yang tidak berbeda nyata dengan Dena-1 17.66g, dan

(7)

7

MDL-02 15.09 g. Genotip MDL-03 dan MDL-04 memiliki bobot biji per tanaman yang nyata lebih rendah dibandingkan MDL-01.

Bobot 100 Biji

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa bobot 100 biji tidak dipengaruhi oleh genotip. Rata-rata jumlah bobot 100 biji genotipe-genotip kedelai yang di uji disajikan pada tabel 9 berikut:

Tabel 9. Rata-rata bobot 100 bijigenotipe- genotip kedelai yang diuji

Genotipe Bobot 100 biji (g) MDL-01 17.14 a MDL-02 16.64 a MDL-03 16.90 a MDL-04 17.48 a Dena-1 18.12 a

Keterangan : angka-angkayang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT pada taraf

Tabel 9 menunjukkan bahwa 4 genotipe kedelai yang diuji (01, MDL-02, MD-03, dan MDL-04) memiliki bobot 100 biji yang tidak berbeda nyata dengan Varietas Dena-1.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret2017, dengan rata-rata curah hujan paling tinggi 75.82 mm pada bulan Februari dan curah hujan paling sedikit 27.90 mm pada bulan Januari. Suhu maksimum selama penelitian adalah 310C dan suhu minimum sekitar 25.670C. Intensitas cahaya matahari berkisar 4013.41 fc di dalam naungan dan 10841.78 fc tanpa naungan pada kondisi terik. Pada kondisi mendung intensitas cahaya sekitar 1260.69 fc di dalam naungan dan 4236.37 fc tanpa naungan. Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 120-135 mm per bulan. Memasuki periode pengisian polong suhu harian yang baik untuk per tanaman kedelai adalah tidak melebihi 350 C dengan kelembaban nisbi yang relatif rendah (±25%) (Sumarno dan Manshuri, 2007).

Tanaman yang ternaungi akan mendapat cahaya matahari yang terbatas, padahal cahaya memiliki peranan yang sangat penting untuk proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Cekaman intensitas cahaya yang rendah juga mengakibatkan adanya perubahan karakter agronomi, anatomi, fisiologi, molukuler dan biokimia (klorofil, karoten, karbohidrat dan enzim rubisko) yang terkait dengan efisiensi fotosintesis sehingga akan berpengaruh terhadap hasil tanaman tersebut.

Varietas Dena-1 memiliki tinggi tanaman 100.67 cm yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan genotip-genotip lainnya. Varietas Dena-1 adalah Varietas yang toleran terhadap naungan sampai dengan 50%. Menurut deskripsi (Lampiran 1) Varietas Dena-1 memiliki tinggi tanaman 59 cm yang sangat berbeda dengan tinggi tanaman di lapangan di duga perbedaan ini disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang mana cahaya yang masuk ke dalam naungan kurang dari 50% (Lampiran15). Lanjaran diberikan pada tanaman kedelai Varietas Dena-1 untuk mencegah kerebahan karena tanaman cukup tinggi, berbeda dengan empat genotipe lainnya. Berdasarkan penampilan tinggi tanaman genotip MDL-01,

(8)

8

MDL-02, MDL-03 dan MDL-04 memiliki penampilan yang lebih baik di bawah naungan dibandingkan denganVarietas Dena-1 yang merupakan varietas unggul toleran naungan. Perbedaan tinggi tanaman kedelai diduga akibat dari sifat genetik masing-masing genotipe yang di uji.

Genotip-genotip yang diuji juga berbeda nyata dalam jumlah cabang primer. Berdasarkan tabel 3 MDl-02 dan MDL-03 memiliki jumlah cabang yang berbeda nyata dengan Varietas dena-1 tetapi tidak berbeda nyata dengan MDL-01 dan MDL-02. Jumlah cabang Varietas Dena-1 pada penelitian ini berbeda dengan jumlah cabang pada deskripsi Varietas Dena-1 (13 cabang). Berdasarkan jumlah cabang primer, genotipe yang diuji pada penelitian ini memiliki jumlah cabang primer lebih banyak dibandingan dengan cabang primer Varietas Dena-1. Berkurangnya jumlah cabang yang terbentuk, berkaitan dengan berkurangnya fotosintat yang dialokasikan untuk pembentukan cabang akibat berkurangnya intensitas cahaya yang diterima tanaman (Sundari dan Purwanto, 2014).

Adisarwanto (2007) menyatakan bahwa banyaknya cabang pada kedelai tergantung pada varietasnya, tetapi umumnya cabang pada kedelai berjumlah antara 1-5 cabang. Banyak faktor yang mempengaruhi percabangan pada tanaman kedelai dari genotipenya, fotoperiode dan temperature air dan mineral.

Genotip kedelai yang di uji mempunyai jumlah polong per tanaman yang relatif sama. Berdasarkan tabel 4 di atas genotip MDL-01, MDL-02, MDL-03 dan MDL-04 memiliki jumlah polong yang relatif sama dengan Varietas Dena-1. Jumlah polong terbanyak terdapat pada MDL-02 dan jumlah polong terendah terdapat pada MDL-03. Jumlah polong per tanaman pada lingkungan yang ternaungi menjadi lebih sedikit yaitu berkurang sekitar 17 polong dan keadaan tersebut terjadi karena fase peka terhadap naungan (Mathew et al., 2000).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotip-genotip kedelai yang diuji memiliki jumlah polong berisi yang relatif sama. Tabel 5. menunjukkan bahwa MDL-01, MDL- 02, MDL-03 dan MDL-04 memiliki rata-rata jumlah polong berisi per tanaman yang tidak berbeda nyata dengan Varietas Dena-1. Berkurangnya jumlah polong berisi per tanaman merupakan akibat dari berkurangnya sinar matahari yang diterima oleh tanaman. Hal ini dikarenakan terganggunya proses fotosintesis sehingga akan berakibat pada berkurangnya fotosintat yang di translokasikan untuk pembentukan polong. Chairudin et.,al (2015) juga melaporkan bahwa penurunan polong pada berbagai tingkat naungan disebabkan oleh terhambatnya proses metabolisme tanaman akibat intensitas cahaya rendah. Rendahnya jumlah cahaya yang diterima oleh setiap luas permukaan daun menyebabkan menurunnya laju fotosintesis yang terlihat dari menurunnya sintesa protein. Hal ini berimplikasi dengan penurunan jumlah fotosintat ke bagian biji sehingga terjadi penurunan jumlah polong isi.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa genotip yang diuji luas daun trifoliat dipengaruhi oleh perbedaan genotip. Berdasarkan tabel 6 di atas (MDL-01, MDL-02, MDL-03 dan MDL-04) memiliki rata-rata luas daun trifoliat terendah yang berbeda nyata dengan Varietas Dena-1.Daun yang lebar dan tipis memungkinkan penangkapan cahaya lebih banyak dan diteruskan ke bagian daun yang lebih bawah dengan cepat sehingga kegiatan fotosintesis berlangsung maksimal. Perubahan karakter tersebut diduga merupakan bentuk mekanisme penghindaran terhadap cahaya rendah sebagaimana Evans dan Pooter (2001) menjelaskan respon menghindar (shade avoindance response) tanaman yang

(9)

9

mengalami intensitas cahaya rendah dilakukan dengan memaksimalkan penangkapan cahaya dengan perubahan anatomi dan morfologi daun untuk fotosintesis yang efisien, yaitu daun tanaman yang ternaungi menjadi lebih tipis dan luas permukaan daun menjadi lebih lebar.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 4 genotipe kedelai yang di uji memiliki bobot daun spesifik yang berbeda nyata dengan Varietas Dena-1. bobot daun spesifik tertinggi terdapat pada genotipe MDL-04, MDL-02 dan MDL-01 dan bobot daun spesifik terendah terdapat pada Varietas Dena-1. Kaufman et al, (1938) menyatakan bahwa intensitas cahaya mempengaruhi perluasan daun. Secara umum daun yang berada pada kondisi intensitas cahaya yang rendah akan cenderung memiliki permukaan yang luas, tipis, dan lebih hijau (lebih banyak klorofil per luas daun) jika dibandingkan dengan daun pada tanaman yang tumbuh pada kondisi cahaya matahari penuh. Daun yang lebar dan tipis memungkinkan penangkapan cahaya yang lebih banyak dan diteruskan ke bagian daun yang lebih bawah dengan cepat sehingga kegiatan fotosintesis berlangsung maksimal. Hasil penelitian Khisman et al. (2007) bahwa pada tanaman kedelai terdapat beberapa karakter fisiologi yang dapat di jadikan penciri untuk adaptasi terhadap naungan yaitu kandungan klorofil a,b dan total serta rasio klorofila/b. Taiz dan Zeiger (1991) menyatakan bahwa daun tanaman ternaungi lebih tipis dan lebih lebar daripada daun pada tanaman yang ditanam pada daerah terbuka, disebabkan oleh pengurangan lapisan palisade dan sel-sel mesofil.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot biji per tanaman dipengaruhi oleh genotip. MDL-01 memiliki rata-rata bobot biji pertanaman yang nyata lebih besar dibandingkan dengan MDL-02, MDL-03, MDL-04. bobot biji per tanaman terendah terdapat pada Varietas Dena-1. Pemberian naungan mengakibatkan berat biji semakin menurun karena berkurangnya fotosintat yang dihasilkan akibat fotosintesis yang terganggu karena kurangnya cahaya yang ditangkap oleh tanaman. Rendahnya bobot biji pertanaman juga disebabkan oleh tingginya intensitas hujan menjelang polong masak, yang menyebabkan sebagian polong berkecambah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran biji per tanaman tidak dipengaruhi oleh genotip. Tabel 9 menunjukkan bahwa genotipe 01, MDL-02, MDL-03 dan MDL-04 memiliki ukuran biji yang nyata lebih kecil dibandingkan dengan Varietas Dena-1, tetapi dengan bobot 16-17 g empat genotipe tersebut masih tergolong ke dalam ukuran biji besar. Hal ini sesuai dengan Cahyono (2007) yang menyatakan bahwa ukuran biji diklasifikasikan dalam tiga kelas, yaitu biji kecil (<10 g/100 biji), sedang (11-14 g/100 biji) dan besar (>14g 100 biji). Pada penelitian ini bobot 100 biji Varietas Dena-1 memiliki ukuran biji yang lebih besar (18,12 g) dibandingkan dengan deskripsi (14,30 g). Perbedaan bobot 100 biji ini diduga karena keragaman genetik dari genotipe yang diuji. Bobot 100 biji merupakan karakter yang menunjukkan ukuran biji tanaman kedelai.

(10)

10

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Genotipe- genotipe MDL-01, MDL-02, MDL-03 dan MDL-04 mempunyai tinggi tanaman, jumlah cabang primer, jumlah polong per tanaman, jumlah polong berisi per tanaman, bobot biji per tanaman dan bobot 100 biji yang menyamai atau lebih baik dibandingkan dengan Varietas Dena-1

2. Genotipe-genotipe MDL-01, MDL-02, MDL-03 dan MDL-04 mempunyai karakter morfologi dan hasil yang mencerminkan toleransi terhadap naungan dan berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai Varietas unggul toleran naungan.

Genotipe-genotipe MDL-01, MDL-02, MDL-03 dan MDL-04 perlu diuji lebih lanjut pada kondisi in situ dibawah lahan tegakan.

(11)

11

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto. 2007. Kedelai : Budidaya Dengan Pemupukan Yang Efektif Dan Pengoptimalan Peran Bintil Akar. Penebar Swadaya, Jakarta.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. 2015. Produksi padi,dan kedelai Provinsi Jambi. Diunduh Dari Jambi.Bps.Go.Id.(Diakses Pada Tanggal 21 Oktober 2016.

Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang Dan Umbi (BALITKABI). 2015. Varietas Baru Unggul Toleran Naungan. http:/balitkabi.litbang.go.id/info-teknologi/1796-varieta-unggul-baru-kedelai-toleran-naungan.html. diakses pada 23 desember 2016.

Chairudin, Efendi dan sabaruddin. 2015. Dampak Naungan Terhadap Perubahan Karakter Agronomi Dan Morfo-Fisiologi Daun Pada Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). J. Floratek 10 : 26-35.

Handayani, T . 2003. Pola pewarisan sifat toleran terhadap intensitas cahaya rendah pada kedelai (Glycine max (L.) Merril dengan ciri spesifik karakter agronomi, morfologi dan molekuler. Program pascasarjana, Institut pertanian bogor. Bogor .175 hal.

Khisman, N. Khumaida, Trikoesoemaningtyias, Sobir, D. Soepandie. 2007. Karakter Morfo-fisiologi dan Penciri Adaptasi Kedelai Terhadap Intensitas Cahaya Rendah. Bul. Agron (35): 96-102.

Mathew, J.P., S.J. Herbert, S. Zhang, A.A.F. Rauenkranz G.V. Litchfi eld. 2000. Different Response Of soybean Yield Component To The Timing Of Light Enrichment Agron. J. 92:1156-1161.

Rukmana R dan Y. Yuniarsih. 2004. Kedelai, Budidaya dan pasca panen. Kanisius. Yogyakarta.

Sopandie, D., M.A Chozin, S. Tjitrosumarno, T. Juhaeti, Sahardi. 2003. Toleransi Terhadap Naungan Padi Gogo. Hayati. 10:71-75.

Soverda, N. 2002. Karakteristik Fisiologi Fotosintetik Padi Gogo Toleran Terhadap Cekaman naungan. Jurnal Agronomi Fakultas Pertanian Unja, Publikasi Nasional Ilmu Budidaya Pertanian.

Soverda, N. Evita, Gusniwati. 2009. Evaluasi dan Seleksi Variwetas Tanaman Kedelai Terhadap Naungan Dan Intensitas Cahaya Rendah. Zuriat Vol. 19 No,2.

Soverda, N., Evita dan Gusniwati. 2012. Pengaruh Naungan Terhadap Kandungan Nitrogen Dan Protein Daun Serta Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman

(12)

12

Kedelai.Jurnal Agronomi Fakultas Pertanian Unja, Publikasi Nasional Ilmu Budidaya Pertanian, 1 (1) : 1-9.

Soverda, N. Y, Alia dan E. Indraswari. 2013. Studi dan Perbanyakan Sumber daya Genetik Untuk Perakitan Varietas Kedelai Toleran Terhadap Naungan : Optimalisasi Lahan Tegakan di Provinsi Jambi. Laporan Akhir Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi. Universitas Jambi.Jambi.

Sundari, T. dan Purwanto. 2014. Kesesuaian Genotipe Kedelai Untuk Tanaman Sela Di Bawah Tegakan Pohon Karet. J. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 33 (1) : 44-53.

Sumarno dan A.G. Manshuri, 2007. Persyaratan Tumbuh dan Wilayah Produksi Kedelai Di Indonesia. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor, dalam Sumarno, Suyanto, A. Widjono, Hermanto, dan H.Kasim, 2007. Kedelai Teknik Produksi Dan Pengembangan. Badan Penelitian Dan Pusat Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Susanto, GWA dan T. Sundari. 2011. Perubahan karakter Agronomi Aksesi Plasma Nutfah Kedelai Di Lingkungan Ternaungi. Jurnal Agron. Indonesia 36 (1) : 1-6.

Sundari, Gwa dan Susanto. 2012. Tingkat Adaptasi Beberapa Varietas Kedelai Terhadap Naungan. Jurnal penelitian Tanaman Pangan.31 (02) : 124-130. Taiz L, Zeiger E. 1991. Plant Physiology. California (US) : The

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hal ini mengindikasikan keberadaan aliran sungai pada ketiga blok pengamatan jaraknya bervariasi dari yang dekat sekitar 50 m hingga sekitar 412 m dari habitat

Melihat perbandingan persentase komposisi serat tersebut, kandungan selulosa kulit pisang jauh lebih tinggi daripada kandungan selulosa kayu lunak sehingga sangat

Dari grafik 2.2 diatas, faktor penyebab perceraian di Kota Semarang yakni sebesar 52% kasus perceraian didominasi oleh faktor tidak adanya keharmonisan dalam rumah tangga..

[r]

Dengan menggunakan hubungan matematika yang tepat antara periode planet dan jarak rata-rata dari matahari, ia berhasil memberikan kesimpulan dalam hukum-hukum tentang gerak

Belakangan ini harga jual hasil tangkapan para nelayan di daerah kuala langsa ini menurun yaitu banyak faktor yang mempengaruhi harga jual hasil tangkapan nelayan ini turun,

Badan Hisab Dan Rukyah Departemen Agama., 1981, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam.. Bukhari (al), abu Abdillah Muh}amma&gt;d bin