• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pendapatan Usaha Sapi Pasundan...Rizka Diannika Syahrizal.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Pendapatan Usaha Sapi Pasundan...Rizka Diannika Syahrizal."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Pendapatan Usaha Sapi Pasundan ...Rizka Diannika Syahrizal.

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 1

ANALISIS PENDAPATAN USAHA SAPI PASUNDAN PADA POLA

PEMELIHARAAN SEMI INTENSIF DAN INTENSIF

(Survei di Desa Dukuhbadag Kecamatan Cibingbin Kabupaten Kuningan)

INCOME ANALYSIS OF PASUNDAN CATTLE HUSBANDRY

BUSINESS OF THE SEMI INTENSIVE FARM MANAGEMENT AND

INTENSIVE FARM MANAGEMENT

(Survey in Dukuhbadag Village, Cibingbin District, Kuningan Regency)

Rizka Diannika Syahrizal*, Linda Herlina**, Sondi Kuswaryan**

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung – Sumedang KM 21 Sumedang 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016

**Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran email: rizkadiannika.rds@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Dukuhbadag, Kecamatan Cibingbin, Kabupaten Kuningan pada bulan Februari 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa finansial usaha Sapi Pasundan pada pola pemeliharaan semi intensif dan intensif. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan teknik pengumpulan data menggunakan sistem wawancara dan teknik pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling. Jumlah responden sebanyak 61 peternak, yaitu 31 peternak untuk pemeliharaan semi intensif dan 30 peternak untuk pemeliharaan intensif. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa rata-rata besarnya pendapatan yang diterima dari usaha Sapi Pasundan pada pola pemeliharaan semi intensif sebanyak Rp. 278.938/ST/tahun dengan rata-rata skala kepemilikan ternak 5,37 ST, sedangkan pola pemeliharaan intensif sebanyak Rp. 904.486/ST/tahun dengan rata-rata skala kepemilikan ternak 3,46 ST. Hal tersebut menunjukkan bahwa performa finansial yang baik yaitu pada pola pemeliharaan intensif, dimana menghasilkan penerimaan yang lebih besar daripada semi intensif yaitu Rp. 4.431.341/ST/tahun, sedangkan semi intensif sebesar Rp. 3.526.855/ST/tahun. Perbedaan rata-rata pendapatan pada kedua pola pemeliharaan tersebut menunjukkan hasil yang tidak nyata (nonsignificance), karena jumlah kepemilikan ternak yang dimiliki tidak jauh berbeda. Kata Kunci : pendapatan, penerimaan, pola pemeliharaan semi intensif dan pola pemeliharaan intensif

Abstract

The research taking place in Dukuhbadag Village, Cibingbin District, Kuningan Regency on February 2016. The purpose of study is to identify value the financial performance of Pasundan Cattle husbandry business of the semi intensive farm management and intensive farm management. This research was conducted method of survey with data collection system using interviews and sampling techniques using simple random sampling method. The respondents as much as 61 cattleman, that is 31 cattleman for semi intensive farm management and 30 cattleman for intensive farm management. Based on the results of research, showed that the average amount of income earned from the Pasundan Cattle husbandry in a semi intensive farm management was Rp. 278.938/ST/year with an average of scale livestock ownership is 5,37 livestock unit, while the avarage income of intensive farm

(2)

Analisis Pendapatan Usaha Sapi Pasundan ...Rizka Diannika Syahrizal.

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 2 management was Rp. 904. 486/ST/year with an average of scale livestock ownership is 3,46 livestock unit. It shows that good financial performance of the intensive farm management, where it the high results of revenue than semi intesive farm management was Rp. 4.431.341/ST /year, while the revenue of semi intensive farm management was Rp. 3.526.855/ST/year. The average difference in the both of management income returns results that are not real (nonsignificance), because the scale livestock owned businesses are not much differents.

Keywords : income, revenue, semi intensive farm management, intensive farm management PENDAHULUAN

Salah satu upaya untuk meningkatkan kemandirian dalam penyediaan daging sapi di Jawa Barat adalah dengan mengoptimalkan potensi sapi lokal, yang telah ditetapkan oleh Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 1051/Kpts/SR.120/10/2014 tentang penetapan rumpun Sapi Pasundan (Kementrian Pertanian Republik Indonesia, 2014). Sapi Pasundan yang merupakan sapi lokal Jawa Barat, dapat dipelihara dalam kondisi pakan yang kurang optimal artinya dapat memanfaatkan pakan yang jumlahnya terbatas dengan kualitas yang relatif rendah, serta diketahui mempunyai performa reproduksi yang cukup baik yaitu mampu menghasilkan anak setiap tahun.

Desa Dukuhbadag, Kecamatan Cibingbin, Kabupaten Kuningan merupakan salah satu kawasan Buffer Zone hutan yang mempunyai sebaran populasi Sapi Pasundan paling tinggi di Jawa Barat. Ternak yang dipelihara secara semi intensif memiliki kandang, namun setiap hari sapi dipelihara dengan cara digembalakan dari pagi hingga sore hari karena pada lokasi pemeliharaan masih tersedia lahan penggambalaan, namun pada kenyataannya pakan di lahan penggembalaan kurang mencukupi kebutuhan, peternak mengalokasikan sebagian waktunya untuk menyabit rumput atau jerami sebagai pakan tambahan untuk ternaknya. Pada kondisi lahan penggembalaan yang semakin terbatas, sebagian peternak di Desa Dukuhbadag memelihara ternak dengan pola pemeliharaan intensif. Ternak ditempatkan didalam kandang baik siang maupun malam dan kebutuhan ternak seperti pakan dan air minum disediakan oleh peternak. Pada pemeliharaan intensif, peternak lebih memperhatikan perbaikan pakannya baik kuantitas maupun kualitas, yaitu memberikan pakan tambahan seperti konsentrat.

Pola pemeliharaan Sapi Pasundan semi intensif atau intensif mempunyai konsekuensi terhadap penggunaan faktor produksi, demikian juga terhadap capaian produktivitas ternak yang dihasilkan. Sehubungan dengan penggunaan faktor produksi yang lebih baik pada pola pemeliharaan intensif dibandingkan dengan pola pemeliharaan semi intensif, diharapkan ternak memberikan respon dengan capaian produktivitas yang lebih baik. Sampai saat ini, belum banyak informasi mengenai performa finansial usaha Sapi Pasundan, baik yang

(3)

Analisis Pendapatan Usaha Sapi Pasundan ...Rizka Diannika Syahrizal.

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 3 dipelihara secara semi intensif maupun intensif yang diungkap dalam publikasi ilmiah. Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui performa finansial usaha Sapi Pasundan dengan judul “Analisis Pendapatan Usaha Sapi Pasundan Pada Pola Pemeliharaan Semi Intensif dan Intensif” yang dilakukan masyarakat Desa Dukuhbadag, Kecamatan Cibingbin, Kabupaten Kuningan.

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan objek penelitian yaitu performa finansial usaha Sapi Pasundan pada pola pemeliharaan semi intensif dan intensif di Desa Dukuhbadag, Kecamatan Cibingbin, Kabupaten Kuningan. Responden penelitian sebanyak 31 peternak menerapkan pola semi intensif dan 30 peternak menerapkan pola intensif. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling, jumlah sampel ditentukan atas dasar keragaman skala pemeliharaan sapi yang menentukan tingkat pendapatan peternak, jumlah responden minimal yang diambil pada masing-masing pola pemeliharaan menggunakan rumus Parel, dkk. (1973) :

Keterangan :

n : Jumlah sampel minimal N : Jumlah unit populasi

Z : Nilai Z pada tingkat kepercayaan tertentu (90 % atau 1,645)

: Varians sampel (skala pemeliharaan semi intensif 5,37 dan intensif 3,46) D : Toleransi tingkat kesalahan (10 % atau 0,1)

Selanjutnya nilai varians diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan : S2 = varians sampel

Xi =nilai masing – masing pengamatan

= rata – rata sampel N = jumlah unit populasi

(4)

Analisis Pendapatan Usaha Sapi Pasundan ...Rizka Diannika Syahrizal.

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 4 MODEL ANALISIS

1. Biaya Produksi

TC = TFC + TVC Keterangan :

TC = Total Cost Sapi Pasundan (Biaya Total) (Rp/tahun)

TFC = Total Fixed Cost Sapi Pasundan (Biaya Tetap Total) (Rp/tahun) TVC = Total Variabel Cost Sapi Pasundan (Total Biaya Variabel) (Rp/tahun) 2. Penerimaan

TR = ( A x Ha ) + ( B x Hb ) + PNT Keterangan :

TR = Total Revenue/Penerimaan Total (Rp/tahun)

A = Total jumlah sapi yang dijual dalam satu tahun (ekor/tahun) B = Total jumlah kotoran sapi yang dimanfaatkan (Kg/tahun) Ha = Harga sapi per ekor (Rp/ekor)

Hb = Harga kotoran sapi per kilogram (Rp/kilogram)

PNT = Perubahan Nilai Ternak selama 1 tahun analisis (Rp/tahun) 3. Pendapatan

= TR – TC Keterangan :

= Pendapatan usaha Sapi Pasundan (Rp/tahun) TR = Total penerimaan usaha Sapi Pasundan(Rp/tahun)

TC = Total biaya yang dikeluarkan peternak Sapi Pasundan (Rp/tahun)

Analisis gross margin merupakan selisih antara total nilai output dengan dengan total biaya variabel (Ringwood, 1988). Analisis pendapatan dapat dihitung dengan rumus :

GM = TR – VC Keterangan :

GM : Gross Margin TR : Total Revenue VC : Variable Cost

Selanjutnya didapatkan total pendapatan bersih yang diterima oleh peternak, yang diperoleh setelah Gross Margin dikurangin dengan biaya tetap.

NFI = GM - FC Keterangan :

NFI : Net Farm Income TR : Gross Margin FC : Fix Cost

(5)

Analisis Pendapatan Usaha Sapi Pasundan ...Rizka Diannika Syahrizal.

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 5 4. Pengujian Dua Nilai Pendapatan yang Berbeda

Untuk menguji perbedaan parameter antara dua pola pemeliharaan yang berbeda yaitu perbedaan pendapatan antara semi intensif dan intensif diteliti digunakan statistik uji t. Secara sederhana uji t dapat dituliskan sebagai berikut (Gaspersz, 2006).

Keterangan :

= Rata-Rata Pendapatan Pola Pemeliharaan Semi Intensif = Rata-Rata Pendapatan Pola Pemeliharaan Intensif s² = Ragam

n = Jumlah Responden Pola Pemeliharaan Semi Intensif m =Jumlah Responden Pola Pemeliharaan Intensif

t

hit = uji t hitung

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Penerimaan Usaha Sapi Pasundan Tabel 1. Penerimaan Usaha Sapi Pasundan

Komponen Penerimaan

Semi Intensif Intensif

Biaya Total % Biaya Total %

(Rp/ST/Tahun) (Rp/ST/Tahun)

Penjualan Ternak 1.962.964 - 82,08 2.396.172 - 54,07

Perubahan Nilai Ternak 418.583 - 17,50 1.979.721 - 44,68

Penjualan Limbah Ternak 9.908 - 0,41 55.448 - 1,25

Jumlah - 2.391.455 100 - 4.431.341 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016

Tabel 7 menunjukkan rata-rata penjualan ternak pada pola pemeliharaan semi intensif sebanyak Rp 1.962.964/ST/tahun (82,08 %) dan pola pemeliharaan intensif sebanyak Rp 2.396.172/ST/tahun (54,07 %), perbedaan rata-rata nilai penjualan tersebut karena adanya perbedaan antara jumlah ternak yang dijual dengan harga jual. Penjualan ternak pada pemeliharaan semi intensif selama satu tahun sebanyak 38 ekor atau 31 ST, sedangkan pada pemeliharaan intensif penjualan ternak selama satu tahun lebih kecil yaitu 26 ekor atau 22 ST, walaupun pada pemeliharaan intensif jumlah ternak yang dijual lebih kecil, namun harga jual per satuan ternak relatif lebih tinggi dibandingkan pemeliharaan semi intensif, sehingga harga jual ternak akan mempengaruhi besarnya pendapatan peternak Sapi Pasundan, hal ini sejalan dengan pendapat Astuti (2005) yang menyatakan bahwa harga jual mempengaruhi pendapatan dan kelangsungan suatu usaha. Nilai perubahan nilai ternak pada pemeliharaan semi intensif

(6)

Analisis Pendapatan Usaha Sapi Pasundan ...Rizka Diannika Syahrizal.

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 6 sebesar Rp 418.583/ST/tahun (17,50 %) dan pemeliharaan intensif sebesar Rp 1.979.721/ST/tahun (44,68 %). Pemeliharaan semi intensif memiliki skala kepemilikan ternak lebih besar yaitu rata-rata 6 ekor/peternak, sedangkan skala kepemilikan ternak pemeliharaan intensif lebih kecil yaitu rata-rata 4 ekor/peternak, tetapi harga jual ternak per ekor yang diterima pada pemeliharaan intensif relatif lebih tinggi, sehingga menghasilkan perubahan nilai ternak yang lebih besar daripada pemeliharaan semi intensif. Rata-rata nilai penerimaan dari penjualan limbah ternak pada pemeliharaan semi intensif sebanyak Rp 9.908/ST/tahun (0,41 %) atau 48 karung/tahun, sedangkan pemeliharaan intensif sebanyak Rp 55.448/ST/tahun (1,25 %) atau 167 karung/tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemeliharaan intensif memberikan penerimaan tambahan yang lebih besar dari penjualan feses, karena sepanjang hari ternak berada didalam kandang maka banyaknya feses yang dihasilkan akan terkumpul lebih banyak dibandingkan dengan pemeliharaan semi intensif.

2. Biaya Usaha Sapi Pasundan Tabel 2. Biaya Usaha Sapi Pasundan

No Komponen Biaya

Semi Intensif Intensif

Riil Tersamar Total Riil Tersamar Total

(Rp/ST/Tahun) % (Rp/ST/Tahun) % 1 B.Variabel Biaya Pakan 43.485 - - 2,06 330.263 - - 9,36 Pembelian Ternak 104.390 - - 4,94 270.476 - - 7,67 Biaya Kesehatan 9.513 - - 0,45 13.451 - - 0,38 Total B.Variabel - - 157.388 7,45 - - 614.190 17.41 2 B. Tetap Sewa Lahan 24.267 - - 1,15 34.381 - - 0,97 Perbaikan Kandang 197 - - 0,009 12.939 - - 0,37 Penyusutan Kandang 49.937 - - 2,36 112.231 - - 3,18 Penyusutan Peralatan 80.173 - - 3,80 124.125 - - 3,52 Listrik 768 - - 0,04 3.018 - - 0,09 Total B.Tetap - 155.342 7,35 - - 286.694 8,13

Total B. Produksi Riil - - 312.730 - - - 900.884 -

3 Pakan Tidak Riil

Mengarit - 1.104.017 - 52,26 - 2.073.856 - 58,80

Menggembalakan - 441.062 - 20,88 - - - -

Total B.Pakan Tdk Riil - - 1.545.078 73,14 - - 2.073.856 58,80

4 T enaga Kerja

Keluarga - 254.708 - 12,06 - 552.116 - 15,65

Total B.Produksi - - 2.112.517 100 - - 3.526.855 100

(7)

Analisis Pendapatan Usaha Sapi Pasundan ...Rizka Diannika Syahrizal.

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 7 Biaya total rata-rata (Average Total Cost) peternak yang melakukan usahaternak pemeliharaan semi intensif dan intensif di Desa Dukuhbadag yaitu 2.112.517/ST/tahun dan 3.526.855/ST/tahun, total biaya usaha Sapi Pasundan dengan pemeliharaan secara intensif lebih besar daripada total biaya pemeliharaan semi intensif, karena pada pemeliharaan intensif adanya pembelian pakan tambahan berupa dedak, selain itu adanya pakan tidak riil dimana peternak harus mencurahkan waktunya lebih banyak untuk mengarit rumput (opportunity cost), sedangkan pada pemeliharaan semi insentif hanya perlu digembalakan saja tanpa diberikan pakan tambahan.

3. Pendapatan Usaha Sapi Pasundan

Tabel 3. Analisis Pendapatan Usaha Sapi Pasundan

Analisis Pendapatan Semi Intensif Intensif

Biaya Biaya

(Rp/ST/Tahun) (Rp/ST/Tahun)

Gross Margin 2.234.067 3.817.151

Net Farm Income 2.078.724 3.530.458

Pendapatan 278.938 904.486

Sumber : Data Primer Setelah Diolah. 2016

Jumlah nilai gross margin pada masing-masing pola pemeliharaan semi intensif dan intensif sebesar Rp 2.234.067/ST/tahun dengan rata-rata kepemilikan 5,37 ST dan 3.817.151/ST/tahun dengan rata-rata kepemilikan 3,46 ST, hal tersebut menunjukkan bahwa kontribusi biaya tertinggi untuk menutupi biaya tetap yaitu pada pemeliharaan intensif. Pendapatan bersih (Net Farm Income) berasal dari selisih nilai penerimaan dengan biaya total riil, nilai pendapatan bersih (net farm income) pemeliharaan semi intensif sebesar Rp 2.078.724/ST/tahun dengan rata-rata kepemilikan 5,37 ST dan intensif 3.530.458/ST/tahun dengan rata-rata kepemilikan 3,46 ST, sehingga keuntungan atau hasil bersih tertinggi dari usaha Sapi Pasundan ditunjukkan pada pola pemeliharaan intensif. Nilai Pola pemeliharaan semi intensif menunjukkan bahwa rata-rata total pendapatan keseluruhan sebesar Rp. 278.938/ST/tahun dengan rata-rata kepemilikan 5,37 ST, sedangkan keseluruhan pada pola pemeliharaan intensif sebesar Rp. 904.486/ST/tahun dengan rata-rata kepemilikan 3,46 ST. Nilai pendapatan usahaternak pada pemeliharaan intensif memiliki nilai lebih besar artinya usaha tersebut memiliki performa usaha yang lebih baik daripada pemeliharaan semi intensif. Walaupun pada pemeliharaan intensif membutuhkan biaya produksi yang lebih tinggi terutama untuk biaya pakan dan biaya kesehatan, namun pemeliharaan intensif memiliki nilai

(8)

Analisis Pendapatan Usaha Sapi Pasundan ...Rizka Diannika Syahrizal.

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 8 lebih dari komponen penerimaan, hal tersebut ditunjukkan dari bobot badan ternak yang dihasilkan lebih besar dan harga jual yang diperoleh pun relatif lebih tinggi, sehingga respon produktivitas tersebut secara keseluruhan mempengaruhi nilai penerimaan yang didapat.

Hasil dari perhitungan yaitu t hitung sebesar 1,66 menunjukkan nilai yang lebih kecil daripada t tabel dengan selang kepercayaan 5 % yaitu 2,00, artinya keputusan menunjukkan terima H0 dan tolak H1 atau tidak adanya perbedaan rata-rata pendapatan antara pemeliharaan

semi intensif dan intensif, atau perbedaan rata-rata pendapatan pada kedua pola pemeliharaan tersebut tidak nyata (non significance). Hal tersebut terjadi karena rata-rata pendapatan pada kedua pola pemeliharaan tersebut memiliki perbedaan sangat kecil, apabila melihat dari jumlah kepemilikan ternak yang ternyata tidak begitu jauh berbeda. Oleh karena itu, apabila peternak mengusahakan jauh lebih besar dari jumlah yang dimilikinya saat ini, ada kemungkinan perbedaan rata-rata pendapatan pada kedua pola pemeliharaan tersebut menjadi sangat nyata.

KESIMPULAN DAN SARAN

(1) Alasan peternak memilih pola pemeliharaan secara semi intensif karena faktor kebiasaan (budaya) dalam menjalankan usahaternak didaerah tersebut, sedangkan peternak yang memilih pola pemeliharaan secara intensif yaitu karena adanya pertimbangan dalam pengggunaan waktu secara efisien dan efektif dalam pemeliharaan (2) Analisis finansial usaha Sapi Pasundan untuk penerimaan pola pemeliharaan semi intensif sebesar Rp 2.391.455/ST/tahun, sedangkan intensif sebesar Rp 4.431.341/ST/tahun. Gross Margin pola pemeliharaan semi intensif sebesar Rp 2.234.667/ST/tahun, sedangkan intensif sebesar Rp 3.817.151/ST/tahun. Farm Income pola pemeliharaan semi intensif sebesar Rp 2.078.724/ST/tahun, sedangkan intensif sebesar Rp 3.530.458/ST/tahun. Pendapatan pola pemeliharaan semi intensif sebesar Rp 278.938/ST/tahun, sedangkan intensif sebesar Rp 904.486/ST/tahun (3) Terdapat perbedaan pendapatan secara tidak nyata pada usaha Sapi Pasundan antara pola pemeliharaan semi intensif dan intensif dengan nilai Thitung sebesar 1,66

lebih kecil dari Ttabel sebesar 2,00.

Disarankan untuk peternak yang menjalankan usaha Sapi Pasundan agar memilih untuk penerapan pola pemeliharaan intensif, karena melihat nilai pendapatan atau keuntungan yang didapatkan lebih besar dibandingkan dengan pola pemeliharaan semi intensif, apabila peternak mampu memperbaiki kinerja pemeliharaan yang diterapkan pada pola pemeliharaan intensif, seperti pemberian pakan dan penanganan kesehatan, maka hal tersebut akan

(9)

Analisis Pendapatan Usaha Sapi Pasundan ...Rizka Diannika Syahrizal.

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 9 memperbaiki kualitas dari produktivitas ternak, sehingga ternak akan mampu menghasilkan ternak setiap tahun. Selain itu, untuk meningkatkan pendapatan pertahun maka diperlukan penambahan jumlah kepemilikan ternak, karena melihat dari hasil pendapatan pertahun yang tidak sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional).

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis kepada Dr. Ir. Linda Herlina, MP. selaku pembimbing utama dan Ir. Sondi Kuswaryan, MS. selaku pembimbing anggota yang telah meluangkan waktu, bimbingan, dorongan, dan memberikan pengarahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, 2005. Pengaruh Nilai Margin Pemasaran Terhadap Pendapatan Pengrajin Gula Kelapa di Desa Karang Duren. Kecamatan Tengaran. Kabupaten Semarang. Universitas Negeri Semarang. Semarang

Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. 2014. Karakteristik Sapi Pasundan. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Bandung.

Gaspersz, V. 2006. Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan. Tarsito. Bandung

Parel, C.P., G.C. Caldito, P.L Ferrer. G,G De Guzman. C,S Sinsioco dan R.H. Tan. 1973. Sampling Design and Prosedures. The Agric. Development Council Inc. New York.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian, Direktorat Industri Semen,

Tri Hita Karana pada hakikatnya adalah “sikap hidup yang seimbang antara memuja Tuhan dengan mengabdi pada sesama manusia serta mengembangkan kasih sayang

Perubahan hutang menjadi penyertaan modal (debt to equity swap), adalah suatu langkah yang diambil oleh pihak kreditur karena melihat bahwa perusahaan dari

Tingkat kepentingan dari masing-masing variabel yang diukur pada penelitian ini didasarkan pada persepsi antar responden yang terlibat dalam keseluruhan proses penerapan dan

Salah satu teori yang mendukung untuk menyelesaikan masalah keamanan dengan permainan ruang adalah defensible space, yaitu lingkungan hunian yang dapat mencegah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat arah kebijakan pembangunan desa, arah

Sampel gas diambil dari lapangan panas bumi menggunakan botol sampel khusus yang telah berisi larutan NaOH dan dalam keadaan vakum.Pengambilan gas ini berdasarkan metode

Dari hasil pengujian hipotesis kedua antara kecepatan (X2) dengan keterampilan shooting(Y) terdapat hubungan rX2Y= - 0,762.Dari hasil pengujian hipotesis ketiga variabel antara