• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI KERJA SAMA TURKI DAN RUSIA DI BIDANG KEAMANAN PERIODE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI KERJA SAMA TURKI DAN RUSIA DI BIDANG KEAMANAN PERIODE"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MELATARBELAKANGI KERJA SAMA TURKI DAN

RUSIA DI BIDANG KEAMANAN PERIODE 2016-2018

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Citra Nada Nurbaiti 11151130000081

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI KERJA SAMA TURKI DAN RUSIA DI BIDANG KEAMANAN

PERIODE 2016-2018

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 1 Mei 2020

(3)
(4)

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI KERJA SAMA TURKI DAN RUSIA DI BIDANG KEAMANAN

PERIODE 2016-2018 oleh

Citra Nada Nurbaiti 11151130000081

telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal Maret 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.

Ketua, Sekretaris,

M. Adian Firnas, M.Si NIP.

Irfan Hutagalung, LLM NIP.

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 4 Juni 2020.

Penguji I, Penguji II,

Friane Aurora, M.Si

NIP. 198606172011012009

Ketua Progam Studi Hubungan Internasional

M. Adian Firnas, M.Si NIP.

Robi Sugara, M.Sc NIP.

(5)

iv ABSTRAK

Skripsi ini membahas mengenai kerja sama keamanan Turki dan Rusia di bidang keamanan pada periode 2016-2018. Kerja sama Turki dan Rusia dilatarbelakangi karena masalah dengan kelompok yang menggangu keamanan nasional Turki. Skripsi ini menggunakan konsep Foreign Policy Analysis Laura Neack untuk melihat faktor-faktor yang berpengaruh seperti faktor domestik dan sistemik. Skripsi ini hanya fokus kepada level negara (domestik) dan level sistemik dengan penekanan karakter intermestik dalam kebijakan luar negeri. Skripsi ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan studi pustaka.

Berdasarkan hasil dari temuan yang diperoleh dalam skripsi ini, terdapat dua faktor besar yang dapat memengaruhi, yaitu faktor negara (domestik) dan sistemik. Faktor negra (domestik) ini berkaitan dengan ancaman yang dihadapi Turki khususnya masalah dengan PKK, sistem pertahanan udara, reorientasi kebijakan luar negeri Turki. Kemudian, faktor sistemik berkaitan dengan ancaman yang berasal dari YPG di Suriah dan respon baik dari Rusia dan Amerika Serikat atas upaya kudeta militer di Turki menjadi faktor-faktor yang melatarbelakangi kerja sama Turki dan Rusia.

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah, kasih sayang dan nikmat -Nya yang senantiasa dilimpahkan, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “ ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI KERJA SAMA TURKI DAN RUSIA DI BIDANG KEAMANAN PERIODE 2016 -2018”. Tidak lupa shalawat dan salam sentiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Perjuangan dan banyaknya tantangan yang dihadapi telah penulis lalui dalam rangka menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa saya ingin berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dan mendukung dalam proses studi dan penulisan skripsi ini:

1. Kedua orang tua saya, Dede Burhanudin dan Eka Rostikasari yang telah mendukung saya dalam segala pilihan studi. Berkat do’a, dukungan, kasih sayang mereka saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Maka skripsi ini saya dedikasikan kepada kedua orang tua.

2. Dosen pembimbing saya, Ibu Eva Mushoffa, MHSPS, M.A. yang telah memberikan banyak masukan terhadap kekurangan dalam skripsi saya dan memberikan motivasi kepada saya. Serta kesabaran dalam mengadapi kesalahan dalam proses penulisan skripsi ini. Saya sangat bersyukur bisa dibimbing dan berdiskusi oleh ibu Eva.

(7)

vi

3. Dosen-dosen di Jurusan Hubungan Internasional yang telah memberi ilmu yang bemanfaat.

4. Kepada dua adik saya, Arban Nafal Khautal dan Bakhit Najib Aufa yang menjadi salah satu yang memotivasi saya dalam menyelesaikan skripsi. 5. Keluarga besar Hubungan Internasional angkatan 2015, khususnya

teman-teman IRCEXTREME (HI C).

6. Kepada teman-teman UIN Jakarta yaitu, Faradila, Nisrina, Sarah Balqis, Reni, Fafa, Oka, Hani, Ebil, Anita, Asti, Nuzia, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa ditulis satu persatu. Terimakasih atas kenangan dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis baik melalui proses belajar di kampus, organisasi, OPAK, dan Magang.

7. Fahmi Fauzi dan Winda Shabrina Adani yang menjadi teman berdiskusi. 8. Ka Zahra, Ka Ghiffar, Ka Jaya dan senior-senior lain yang tidak dapat

disebutkan satu persatu yang telah memberikan nasihat, saran, ilmu, yang tidak penulis dapatkan di kelas.

9. Teman-teman Turki saya, Fadime, Busra, Gizem, Naciye, Seda, Tugce, Zeynep, Kadriye, Feyza, Songul, Esra, Emre dan teman-teman lain yang selalu menyemangati dan mengingatkan saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Keluarga besar HMI dan AIESEC in Jakarta yang memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Selain nama-nama yang disebutkan diatas yang tidak bisa ditulis satu persatu, tentu banyak pihak lainnya yang memberi bantuan selama masa

(8)

vii

studi dan pengerjaan skripsi ini. Semoga kebaikannya akan dibalas oleh Allah SWT.

Semoga skripsi ini dapat dijadikan refernsi dalam penelitian atau skripsi selanjutnya dan untuk menyempurnakan skripsi yang telah dilakukan sebelumnya.

Jakarta, 1 Mei 2020

(9)

viii DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ... i

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Pernyataan Masalah ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Tinjauan Pustaka ... 8

E. Kerangka Teori ... 11

1. Foreign Policy Analysis ... 12

2. Intermestic Approach ... 15

3. Domestic Politics ... 16

F. Metode Penelitian ... 18

G. Sistematika Penulisan ... 20

BAB II ARAH KEBIJAKAN LUAR NEGERI TURKI ... 22

A. Orientasi Kebijakan Luar Negeri Turki Pasca Berdirinya Turki sebagai Republik ... 22

B. Turki di Bawah Kepemimpinan Erdoğan ... 28

C. Dinamika Hubungan Turki dan Rusia ... 31

BAB III KEDEKATAN TURKI DAN RUSIA DI BIDANG KEAMANAN PERIODE 2016-2018 ... 37

A. Normalisasi Hubungan Turki dan Rusia ... 37

B. Bentuk Dukungan Politik Rusia dalam Kudeta Militer Turki 15 Juli 2016 ... 41

C. Kerjasama Turki-Rusia di Bidang Militer ... 44

(10)

ix

2. Operation Olive Branch Turki di Afrin, Suriah ... 50

3. Astana Peace Talk 2017, Sochi Agreement, dan Istanbul Summit 2018 ... 54

BAB IV ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI KERJA SAMA KEAMANAN TURKI DAN RUSIA ... 60

A. Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Kerja Sama Turki dan Rusia di Bidang Keamanan ... 61

1. Faktor Negara (Domestik) ... 61

a. Ancaman PKK ... 62

b. Sistem Pertahanan ... 67

c. Pergeseran Kebijakan Luar Negeri Turki... 71

2. Faktor Sistemik (Internasional) ... 74

a. Respon Eksternal terhadap Kudeta Militer 2016 ... 75

b. Ancaman YPG ... 76 BAB V PENUTUP ... 82 A. Kesimpulan ... 82 B. Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA ... xi LAMPIRAN-LAMPIRAN ... xxviii

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel III.C.1 Pertemuan-pertemuan Partisipasi Aktif Turki dan Rusia ... 55 Tabel IV.A 1 Teror PKK terhadap Warga Sipil Turki Periode 1987-2017 ... 66

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

(13)

xii

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

AKP : Adalet ve Kalkınma Partisi CHP : Cumhuriyet Halk Partisi

CPMIEC : China Precision Import-Export Corp FETO : Fetullah Terrorist Organization FSA : Free Syrian Army

HDP : Halkların Demokratik Partisi ISIS : Islamic State In Iraq and Syria NATO : North Atlantic Treaty Organization OES : Operation Euphrates Shield

OAE : Operation Active Endeavour PKK : Partiya Karkeren Kurdistane PYD : Partiya Yekitiya Demokrat

SAM : Surface to Air Missile

SDF : The Syrian Democratic Forces TAF : Turkish Armed Forces

T-LORAMIDS :Turkey’s Long-Range Air and Missile Defense System YPG : Yekineyen Parastina Gel

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Skripsi ini membahas tentang faktor-faktor yang melatarbelakangi kerja sama keamanan Turki dan Rusia periode 2016-2018. Kerja sama tersebut tidak terlepas dari beberapa masalah yang dihadapi Turki. Kemudian, di dalam skripsi ini studi kasus yang akan diangkat adalah Perang Suriah, ancaman PKK di Turki, ancaman YPG, upaya kudeta militer di Turki pada 2016, dan pembelian sistem pertahanan udara S-400.

Pasca Perang Dingin berakhir, hubungan diplomatik antara Turki dan Rusia mulai terbentuk dengan ditandatangani kesepakatan the Treaty of Friendship and Cooperation pada 25 Mei 1992. Kemudian, selama periode 1992 hingga 1996, setidaknya ada 15 perjanjian yang ditandatangani antara Turki dan Rusia mengenai kerja sama di bidang pendidikan, budaya, dan ekonomi, dan keamanan.1

Hingga tahun 2000, Vladimir Putin2 terpilih sebagai Presiden Rusia yang

memberikan implikasi terhadap hubungan kerja sama antara Turki dan Rusia. Turki dan Rusia melakukan pertemuan yang menghasilkan kerja sama yaitu Action Plan for Cooperation in Eurasia From Bilateral towards Multilateral Partnership. Dengan adanya pertemuan tersebut, hubungan antara Turki dan

1 Şener Aktürk, “Turkish–Russian Relations after the Cold War (1992–2002),”

Turkish Studies Vol. 7, No. 3, 337–364, (2006): 340.

(15)

2

Rusia terjalin ke tingkat kemitraan strategis dengan melakukan kerja sama di berbagai bidang seperti ekonomi dan militer.3

Pada tahun 2002, Wakil Perdana Menteri, Klebanov mengunjungi Turki untuk kunjungan tingkat tinggi Turki dan Rusia. Kunjungan ini menghasilkan setidaknya 2 penandatangan perjanjian yang berimplikasi terhadap kerja sama Turki dan Rusia di bidang militer, antara lain Framework Agreement on Cooperation in the Military Field dan Agreement on Cooperation in Training of the Military Personnel in 2002.4

Pada akhir tahun 2002, kebangkitan partai AKP5 di Turki juga memiliki

implikasi terhadap hubungan Turki dan Rusia. Di bawah AKP, kebijakan luar negeri yang dikenal dengan Doktrin strategic deptht digagas oleh Ahmed Davutoğlu. Salah satu doktrin strategic deptht yaitu multidimensional policy memiliki tujuan dalam menjalankan hubungan baik dengan negara-negara lain serta memperluas kerja sama. Kebijakan ini juga ditujukan dalam upaya untuk meningkatkan kerja sama antara Turki dan Rusia.6

Dalam hal keamanan, Turki dan Rusia memiliki keinginan untuk menyelesaikan masalah keamanan yang disebabkan ancaman dari separatisme etnis. Masalah yang Turki hadapi berkaitan dengan ancaman yang disebabkan

3 Aktürk, “Turkish–Russian Relations after the Cold War (1992–2002),” Turkish

Studies: 344.

4 Selin Şahin, “Sustainability of the Strategic Partnership between Turkey and Russia:

a Game Theoretical Analysis” (Dmin Tesis., İhsan Doğramacı Bilkent University Ankara, 2019), 16-17.

5 Adalet ve Kalkınma Partisi atau Partai Keadilan dan Pembangunan

6 loannis N. Grigoriadis, “The Davutoğlu Doctrine and Turkish Foreign Policy,”

(16)

3

oleh PKK7. Sejak 1978, PKK telah melakukan teror dan penyerangan kepada Turki yang mengakibatkan korban. Oleh karena itu, Rusia berupaya membantu Turki dengan menutup kantor PKK di Moskow dan memaksa pemimpin PKK Abdullah Öcalan keluar dari Rusia karena meminta perlindungan ke Rusia.8

Namun demikian, momentum Arab Spring menyebabkan dampak terhadap hubungan Turki dan Rusia. Arab Spring menciptakan masalah di Timur Tengah dan munculnya Perang Suriah. Kedua negara memiliki kepentingan yang berbeda di Perang Suriah di mana Rusia mendukung rezim Assad dan Turki berusaha menjatuhkan rezim Assad dengan mendukung kelompok oposisi di Suriah yang dikenal dengan the Free Syirian Army (FSA). 9

Bagi Turki, Perang Suriah secara langsung memberikan dampak terhadap keamanan di Turki. Hal ini terjadi karena adanya kekuatan baru yang berasal dari ISIS10 dan YPG11. YPG merupakan PKK cabang Suriah yang masih memiliki hubungan dengan PKK di Turki. Kekuatan YPG menjadi ancaman bagi Turki karena upaya gencatan senjata dan damai antara Turki dan PKK gagal pada 2013. Selain itu, YPG juga bisa memprovokasi kekuatan PKK di

7 PKK (Partiya Karkeren Kurdistane atau the Kurdistan Worker’s Party) atau Partai

Pekerja Kurdistan merupakan gerakan yang didirikan oleh Abdullah Ocalan pada 1978 yang memiliki tujuan untuk mendirikan negara Kurdi dan menyatukan seluruh orang-orang Kurdi yang tersebar di Suriah, Iran, Irak, dan Turki.

8 Aktürk, “Turkish-Russian Relations after the Cold War (1992–2002),” Turkish

Studies: 357.

9 Jim Zanotti dan Clayton Thomas, Turkey: Background and U.S Relations in Brief.

(Congressional Research Service, 2019), 2.

10 ISIS (Islamic State In Iraq and Syria) merupakan kelompok-kelompok Islamis yang

memiliki pemikiran radikal dan memiliki tujuan memperluas pengaruh ke seluruh dunia.

11YPG (Yekîneyên Parastina Gel atau People’s Protection Units) atau Unit

(17)

4

Turki dan Timur Tengah yang dikhawatirkan akan memisahnya wilayah-wilayah Turki yang didominasi oleh PKK dan menciptakan negara Kurdistan.12

Kemudian, pada 24 November 2015 insiden penembakan pesawat Sukhoi-24 milik Rusia di perbatasan Turki-Suriah menyebabkan hubungan Turki dan Rusia mengalami masalah. Penembakan dilakukan Turki karena Sukhoi-24 Rusia telah melanggar masuk ke wilayah udara Turki. Disisi lain, Rusia menyangkal pernyataan Turki. Peristiwa ini menyebabkan Rusia memberikan sanksi kepada Turki berupa embargo, mencabut bebas visa kedua negara, dan larangan kunjungan ke Turki.13

Namun demikian, kejadian tersebut berakhir dengan upaya Turki untuk melakukan normalisasi hubungan dengan Rusia. Upaya normalisasi hubungan Turki dan Rusia juga berjalan dengan cepat dan bertepatan dengan momentum upaya kudeta militer di Turki pada 15 Juli 2016. Pada saat itu, Rusia memiliki peran sebagai menjadi negara pertama yang membantu Turki dalam bentuk dukungan politik yang ditujukan kepada pemerintah Turki dan warga Turki.14

Pada Maret 2017, Presiden Recep Tayyip Erdoğan15 melakukan kunjungan ke Moscow pasca kejadian upaya kudeta militer yang gagal pada 15

12 Jim Zanotti dan Clayton Thomas, Turkey: Background and U.S Relations in Brief.

(Congressional Research Service, 2019), 2.

13 Hasan Selim özertem, “Turkey and Russia: A Fragile Friendship,” Turkish Policy

Quarterly, Vol 15 No. 4, (2017): 122

14 Jim Zanotti, Turkey: Failed Coup and Implications for U.S. Policy. (Specialist in

Middle Eastern Affairs, 2016).

(18)

5

Juli 2016. Kunjungan tersebut bertujuan untuk membicarakan kesepakatan sistem S-400 dengan Vladimir Putin.16

Hingga Desember 2017, Turki menandatangani perjanjian pembelian sistem pertahanan S-400 yang bernilai sekitar $ 2,5 miliar. Sistem S-400 merupakan sistem pertahanan udara jarak jauh yang dikembangkan oleh perusahaan pertahanan milik Rusia yang dirancang untuk melindungi dari serangan udara.17

Pada tahun yang sama, Turki dan Rusia melakukan pertemuan yaitu Astana Peace Talk yang melibatkan Rusia, Turki, dan Iran. Pertemuan tersebut membahas mengenai masalah Perang Suriah yang berkaitan dengan potensi meminimalkan pelanggaran gencatan senjata, memperkuat hubungan ketiga negara dengan menumbuhkan rasa kepercayaan dalam menyelesaikan permasalahan di Suriah, dan melawan kekuatan ISIS.18

Pada 17 September 2018, Turki dan Rusia melakukan pertemuan kembali dalam Sochi Agreement di Sochi, Rusia. Pertemuan tersebut menghasilkan MoU (Memorandum of Understanding) Sochi Agreement tentang stabilisasi situasi zona de-eskalasi di Idlib.19

Kemudian pada tahun 2018, Turki dan Rusia melakukan pertemuan Istanbul Summit tentang penyesaian Perang Suriah. Pertemuan tersebut juga

16 Can Kasapoglu, “Turkey’s S-400 Dilemma,” EDAM Foreign Policy and Security

Paper Series, (2017): 4.

17 Jim Zanotti dan Clayton Thomas, Background and U.S. Relations. (Congressional

Research Service, 2018), 16.

18 Aron Lund, “From Cold War to Civil War: 75 Years of Russian-Syrian Relations,”

The Swedish Institute of International Affairs, (2019): 32.

19 Bilal Salaymeh dan Can Acun, “Sochi Agreement: Implications on the Ground and

(19)

6

dihadiri oleh Jerman dan Perancis. Perang Suriah menyebabkan banyaknya pengungsi Suriah pergi ke Eropa dan Turki. Dalam pertemuan tersebut juga, Turki menegaskan bahwa kelompok-kelompok seperti PKK/YPG adalah kelompok teroris yang mengancam dan YPG dianggap memperumit masalah di Suriah.20

Skripsi ini melihat adanya masalah yang perlu diteliti dalam kaitan sebab kerja sama Turki dan Rusia di bidang keamanan periode 2016-2018. Masalah PKK di Turki dan menguatnya YPG di Suriah berimplikasi terhadap keamanan Turki. Ditambah lagi, kejadian upaya kudeta militer dan ancaman Gülen menyebakan adanya perubahan dan pergeseran kebijakan luar negeri Turki yang berimplikasi kepada kerja sama Turki dengan Rusia. Pada periode ini kerja sama Turki dan Rusia yang dilakarbelakangi masalah penguatan PKK di Turki dan munculnya kekuatan YPG di Suriah, ancaman YPG di Suriah, respon eksternal baik Amerika Serikat dan Rusia mengenai kudeta militer pada 2016 di Turki, dan keputusan Turki untuk membeli rudal S-400 milik Rusia pada 2017.

Skripsi ini mencoba untuk menjelaskan faktor-faktor dan adanya perubahan kebijakan luar negeri Turki yang awalnya cenderung pro-Barat menjadi lebih dekat dengan Rusia pasca Binali Yıldırım diangkat menjadi Perdana Menteri Turki pada 2016. Perubahan kebijakan luar negeri Turki tidak terlepas dari tekanan domestik yang berkaitan dengan ancaman PKK di Turki

20 lpaslan Oguz dan Razan Saffour, Turkey, Russia, Germany and France: Quadrilateral

(20)

7

serta Gülen dan sistemik memainkan peran penting dalam membentuk kebijakan Turki.

Skripsi ini juga melihat bagaimana peran Rusia untuk memengaruhi kebijakan Turki dengan berbagai cara seperti militer maupun non-militer. Hal ini dianggap bisa menjawab setelah mengetahui alasan faktor-faktor yang mendukung perubahan sikap Turki yang akan dibahas dan dijawab di BAB IV.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumya, maka skripsi ini akan berfokus untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut: Faktor Apa yang Melatarbelakangi Kerja Sama Turki dan Rusia di Bidang Keamanan Periode 2016-2018?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Skripsi ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang melatarbelakangi kerja sama Turki dengan Rusia di bidang keamanan periode 2016-2018. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perubahan kebijakan luar negeri Turki setelah tahun 2015 yang menyebabkan menguatnya hubungan ke Rusia.

Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dan menambah wawasan para pembaca khususnya berfokus dalam ilmu hubungan internasional, agar dapat berkontribusi dalam pengembangan studi hubungan internasional khususnya dalam kebijakan luar negeri, baik di lingkup universitas, nasional, dan internasional.

(21)

8 D. Tinjauan Pustaka

Hasan Selim Ozertem,21 menganalisis pola hubungan bilateral Turki dan Rusia dari awal kedua Negara mengalami hubungan buruk hingga adanya perbaikan dan intensifikasi hubungan kedua Negara tersebut pada 2015 hingga februari 2017. Pada 24 November 2015, peristiwa penembakan jatuh Sukhoi-24 milik Rusia yang dilakukan oleh pesawat F-16 milik Turki. Peristiwa tersebut bertepatan dengan intervensi yang dilakukan oleh Rusia di mana Rusia mendukung rezim Assad di Suriah. Penembakan jatuh dilakukan Turki karena Sukhoi-24 Rusia telah masuk melanggar masuk ke wilayah udara Turki. Hal tersebut dilakukan Turki untuk melindungi kedaulatannya. Disisi lain, Rusia menyangkal pernyataan Turki dan Rusia memberikan sanksi ekonomi kepada Turki.

Turki mengekspor hasil pertanian ke Rusia dan menjadi destinasi wisata turis dari Rusia. Insiden penembakan telah memberikan dampak buruk kepada Turki karena sanksi ekonomi yang diberikan Rusia kepada Turki menyebabkan masalah ekonomi Turki. Oleh karena itu, beberapa bulan setelah insiden, Turki mengambil langkah menuju normalisasi. Proses normalisasi hubungan Turki dan Rusia diawali ketika Turki mengirim surat resmi kepada Rusia pada 24 Juni 2016. Surat tersebut menjelaskan kekecewaan Turki dan memberikan ganti rugi atas kehilangan kepada pihak keluarga pilot Rusia yang meninggal akibat insiden penembakan.

21 Hasan Selim özertem, “Turkey and Russia: A Fragile Friendship,” Turkish Policy

(22)

9

Mustafa Kibaroğlu,22 menjelaskan alasan di balik keinginan Turki untuk membangun struktur pertahanan udara khususnya keputusan membeli sistem pertahanan S-400 milik Rusia. Meskipun adanya perdebatan mengenai ketidaksetujuan Amerika Serikat atas keputusan Turki membeli sistem pertahanan S-400 karena dianggap S-400 tidak kompatibel dengan sistem NATO, namun Turki tetap melanjutkan pembelian S-400. Sebagai bentuk ketidaksetujuan Amerika Serikat terhadap keputusan Turki, muncul sanksi berat yang mengancam industri pertahanan Turki yang dilakukan oleh Amerika Serikat.

Senada dengan karya-karya di atas, Muhittin Tolga Özsağlam,23 dengan menggunakan pendekatan identitas dan praktik kebijakan luar negeri, berargumen bahwa hubungan Turki dan Rusia intens pasca kekecewaan Turki pada dukungan Amerika Serikat untuk gerakan Gülen yang dianggap bertanggungjawab atas kudeta militer yang gagal pada 2016.

Berbeda dengan karya-karya diatas, Gonul Tol dan Nilsu Goren 24 melihat bahwa persepsi Turki atas ancaman Rusia. Turki masih menganggap Rusia sebagai ancaman khususnya pasca penembakan jatuh Sukhoi-24 Hubungan kedua Negara sempat bermasalah pasca Rusia memberikan sanksi

22 Mustafa Kibaroğlu, “On Turkey’s Missile Defense Strategy: The Four Faces of the

S-400 Deal Between Turkey and Russia,” Center of Stategy Reseach, No. 16, (2019).

23 Muhittin Tolga Özsağlam, Russia-Turkey Relations: Conflict and Limited

Cooperation in The Post-Soviet Era. (The European Proceedings of Social and Behavioural Sciences, 2018).

24 Gonul Tol dan Nilsu Goren, “Turkey’s Quest for Air Defense: Is the S-400 Deal a

(23)

10

kepada Turki. Namun demikian, normalisasi hubungan Turki dan Rusia terjadi dan Turki memutuskan untuk membeli S-400.

Jim Zanotti dan Clayton Thomas,25 menganalisis hubungan Turki dan Amerika Serikat sejak 1952 hingga 2018. Perubahan hubungan bilateral Turki dan Amerika Serikat adalah masalah perang Suriah dan dukungan Amerika Serikat terhadap YPG yang menjadi ancaman bagi Turki khususnya berkaitan dengan masalah PKK di Turki. Ditambah lagi kejadian gagalnya kudeta militer di Turki pada 15 Juli 2016, menjadi bentuk kekecewaan Turki terhadap Amerika Serikat karena lambatnya respon Amerika Serikat untuk membantu Turki.

Asli Aydintaşbaş dan Kemal Kirişci,26 melihat pasang surut hubungan

Turki dan Amerika Serikat sejak Perang Dunia II. Gelombang Arab Spring menjadi momen yang memberikan implikasi terhadap hubungan kedua negara khususnya ketika perang Suriah, permasalahan dengan PKK dan kejadian upaya kudeta militer yang gagal pada Juli 2016.

Senada dengan karya-karya di atas Steven A. Cook,27 melihat bahwa

terdapat adanya perbedaan persepsi antara Amerika Serikat dan Turki dalam perang Suriah. Turki mengambil langkah membeli sistem pertahanan udara S-400 milik Rusia, yang direspon dengan keberatan Amerika Serikat. Sementara itu, Turki juga mengkritik koordinasi Amerika Serikat untuk kerja sama dengan

25 Jim Zanotti dan Clayton Thomas, Turkey: Background and U.S Relations in Brief.

(Congressional Research Service, 2019).

26 Asli Aydintaşbaş dan Kemal Kirişci, “ The United States and Turkey Friends,

Enemies, or Only Interest,” Center on the United States and Europe, (2017).

27 Steven A. Cook, Neither Friend nor Foe: The Future of U.S.-Turkey Relations

(24)

11

YPG dengan memberikan senjata untuk melawan ISIS di Suriah Utara. Bagi Turki, YPG masih memiliki hubungan dengan PKK di Turki yang menjadi ancaman bagi stabilitas dan keamanan di Turki dan sebelumnya juga telah ditetapkan ditetapkan Amerika Serikat sebagai kelompok teroris. YPG telah mengambil kontrol atas wilayah Afrin di mana dekat dengan perbatasan Turki. Turki menganggap YPG berpotesi untuk meningkatkan kekuatan PKK di Turki dan hal ini menjadi ancaman utama bagi keamanan Turki.

Berdasarkan literatur di atas, yang membedakan skripsi ini dengan tinjauan pustaka di atas adalah skripsi ini akan lebih fokus kepada analisis faktor-faktor yang melatarbelakangi kerja sama keamanan Turki dan Rusia pada periode 2016-2018 khususnya mengenai masalah di dalam negeri Turki (domestik) antara lain ancaman berasal dari PKK, kudeta militer, dan pengadaan sistem pertahana udara yang menjadi faktor yang memengaruhi. Selain itu, kaitannya dengan sistemik faktor untuk melihat tindakan dan kebijakan Turki. Perang Suriah dan kudeta militer di Turki pada 2016 menjadi titik balik Turki bekerja sama dengan Rusia di bidang keamanan. Selain itu, perubahan kebijakan Turki dari Davutoğlu menjadi Yildirim menjadi salah satu faktor yang menyebkan Turki lebih dekat dengan Rusia.

E. Kerangka Teori

Skripsi ini menggunakan konsep-konsep seperti Foreign Policy Analysis, Intermestic Approach, dan Domestic Politics yang menjadi rujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Skripsi ini akan menggunakan modifikasi Foreign Policy Analysis Laura Neack dengan fokus kepada faktor negara

(25)

12

(domestik) dan sistemik serta menekankan karakter intermestik dari kebijakan luar negeri.

1. Foreign Policy Analysis

Skripsi ini menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan luar negeri Suatu negara yang dituangkan dalam konsep Kebijakan Luar Negeri. Analisis yang dibangun adalah faktor-faktor yang melatarbelakangi kerja sama Turki dan Rusia khususnya dalam kaitannya masalah perang Suriah, sistem pertahanan udara, dan kudeta militer di Turki pada 2016.

Sebagaimana umumnya dipahami, negara menjadi aktor penting dalam dunia internasional karena Negara memilih suatu kebijakan luar negeri dan melaksanakan kebijakan luar negerinya tersebut di level internasional. Menurut Hermann, kebijakan luar negeri sebagai perilaku negara.28

Menurut Chris Alden dan Amnon Aran, kebijakan luar negeri merupakan studi yang membahas tentang bagaimana negara, institusi dan orang di dalamnya berinteraksi dengan satu sam lain dalam sebuah sistem internasional yang dinamis. Dibentuk oleh sejarah dan praktik institusional, pembuat kebijakan luar negeri menavigasikan politik domestik dan politik luar negeri menggunakan berbagai instrumen seperti diplomasi, sanksi, dan

28 Dalam Laura Neack, Studying Foreign Policy Comparatively: Cases and Analysis

(26)

13

media baru untuk membuat kebijakan yang mendukung kepentingan nasional.29

Kebijakan luar negeri suatu negara bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut James N. Rosenau, dalam menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara dibagi menjadi lima tingkat analisis antara lain: individu, peranan (role), pemerintah, sosial, dan sistemik.30

Menurut Alex Mintz, dalam melihat faktor yang memengaruhi keputusan kebijakan luar negeri suatu negara bisa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal (domestik) antara lain politik domestik, kondisi ekonomi, dan opini publik. Kemudian faktor eksternal (internasioal) antara lain perlombaan senjata, deterrence, jenis rezim musuh, strategic surprise, aliansi.31

Skripsi ini berfokus pada kajian analisis kebijakan luar negeri ditinjau dari faktor negara (domestik) dan sistemik menurut Laura Neack. Menurut Laura Neack, kebijakan luar negeri suatu negara bisa terjadi karena kompleksitas masalah domestik dan Internasional, politik dalam negeri dan luar negeri. Neack dalam menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi

29 Chris Alden dan Amnon Aran, Foreign Policy Analysis: New Approaches (Second

Edition) (Abingdon UK: Routledge, 2017), 1

30 James N. Rosenau, The Study of World Politics: Theoretical and Methodological

Challenges (New York: Routledge, 2006), 200.

31 Alex Mintz dan Karl DeRouen, Understanding Foreign Policy Decision Making

(27)

14

kebijakan luar negeri membagi tiga, antara lain level individu, level negara (domestik), dan level sistemik.32

Pertama, level individu. Dalam level ini fokus analisis kepada pembuat kebijakan. Bagaimana penentu kebijakan membuat keputusan, persepsi, cara-cara yang dilakukan oleh penentu kebijakan dalam berintekasi dengan aktor lain. Kedua, level Negara. Dalam level ini melihat faktor-faktor sosial dan pemerintah khususnya yang berkontribusi dalam mengeluarkan sebuah kebijakan. Ketiga, level sistemik. Pada level ini, melihat hubungan bilateral negara, masalah domestik dan interaksi regional, keadaan internasional,serta interaksi multilateral antar Negara. Neack juga menjelaskan dalam level sistemik juga melihat peran organisasi regional, internasional dan aktor non-negara yang mempunyai pengaruh langsung pada kebijakan luar negeri suatu Negara. 33

Skripsi ini melihat beberapa faktor penting yang terjadinya kerja sama Turki dan Rusia di bidang keamanan, antara lain masalah domestik Turki dalam hal ancaman keamanan yang disebabkan oleh PKK di Turki dan menguatnya YPG di Suriah. Faktor negara atau lebih spesifik adalah domestik turki dalam hal ini masalah keamanan dapat membentuk kebijakan luar negeri.34

32 Laura Neack, The New Foreign Policy power seeking in a globalized era second

edition (Maryland: Rowman & Littlefield Publishers, 2008), 6.

33 Laura Neack, Studying Foreign Policy Comparatively: Cases and Analysis (Fouth

Edition), (Maryland: Rowman & Littlefield Publishers, 2019), 9-11.

34 Alex Mintz dan Karl DeRouen, Understanding Foreign Policy Decision Making

(28)

15

2. Intermestic Approach

Menurut Neack, kebijakan luar negeri suatu negara bisa terjadi karena adanya keterkaitan antara internasional dan domestik untuk menunjukan masalah dan kepentingan suatu negara. Di dalam pendekatan Intermestik, aktor negara menggunakan kebijakan luar negeri untuk mempromosikan agenda domestik atau menggunakan agenda domestik untuk mempromosikan kebijakan luar negerinya.35

Pendekatan Intermestik melihat bahwa dinamika politik domestik dan internasional memiliki keterkaitan satu sama lain dalam tindakan kebijakan luar negeri suatu negara. Dengan kata lain, konsekuensi politik dalam negeri dan tindakan yang dimotivasi dalam negeri dapat memiliki implikasi terhadap kebijakan luar negeri.36

Pendekatan intermestik melihat bahwa faktor domestik atau dalam hal ini pemerintah di suatu negara menjadi aktor penting dalam melakukan kebijakan. Selain itu, pendekatan intermestik juga melihat bahwa faktor sistemik bisa memengaruhi khususnya memberi ruang bagi keterlibatan aktor-aktor non-negara di arena domestik dan internasional bisa memengaruhi proses perubahan kebijakan suatu negara sehingga membentuk kebijakan yang berbeda.37

35 Laura Neack, Studying Foreign Policy Comparatively: Cases and Analysis, 5-6 36 Donald M. Snow dan Patrick J. Haney, American Foreign Policy in a New Era,

(United States: Library of Congress, 2013), 15.

37 Dyah Estu Kurniawati, “Intermestic Approach: A Methodological Alternative in

(29)

16

3. Domestic Politics

Skripsi ini secara lebih spesifik berfokus pada analisis-analisis yang didasari oleh faktor-faktor yang bersumber dari domestik. Berkaitan dengan analisis kebijakan luar negeri di tingkat negara atau domestik yang di paparkan diatas, politik domestik menjadi salah satu indikator penting bagaimana output kebijakan luar negeri dihasilkan dari kompetisi politik domestik antara elit dan pendukungnya serta masalah yang ada di dalam negeri. 38

Dalam proses politik domestik melibatkan beberapa interaksi antara anggota rezim yang berkuasa dan aktor politik lainnya. Biasanya motivasi rezim mengacu kepada mendapatkan serta mempertahankan kekuatan politik. Menurut Laura Neack kebijakan luar negeri dari politik domestik akan dilihat dari tiga hal antara lain; Domestic Political Survival, Managing Political Competition, dan The Unstable Dynamics of Democtratization.

Pertama, Domestic Political Survival. Di dalam negeri, aktor politik berusaha untuk memastikan politik domestik di dalam negeri berjalan dengan baik tanpa ada lawan politik. Hal ini akan berdampak kepada agenda kebijakan baik dalam negeri maupun luar negeri. Aktor politik di suatu negara akan berusaha untuk memastikan kelangsungan domestik dengan cara membangun, mempertahankan kekuatan politik dan memberikan kesejahteraan kepada pendukungnya. Kedua, Managing Political Competition. Di dalam politik domestik, para aktor politik berusaha untuk

(30)

17

membangun dan mempertahankan koalisi mereka yang akan berdampak kepada kebijakan. Selain itu, aktor politik bisa saja menggunakan kebijakan luar negeri sebagai alat untuk menghadapi lawan domestik dengan tujuan memenangkan politik domestik dan melemahkan lawan. Ketiga, The Unstable Dynamics of Democratization. Aktor politik akan berusaha untuk tetap mempertahankan kekuasaan dengan cara membela kepentingan nasional negara yang bertujuan untuk memobilisasi pendukungnya. Kemudian, aktor politik yang merasa terancam kekuasaannya akan menggunakan strategi untuk melawan ancaman yang bisa menganggu stabilitas negara maupun kekuasaan.39

Di dalam skripsi ini, faktor negara (domestik) dan sistemik akan dilihat untuk menganalisis kerja sama keamanan Turki dan Rusia. Faktor negara (domestik) antara lain, ancaman PKK di dalam negeri, kebutuhan sistem pertahanan udara Turki dan perubahan kebijakan luar negeri Turki akan dianalisis untuk melihat kebijakan luar negeri yang berkaitan dengan kerja sama antara Turki dan Rusia.

Kemudian di dalam faktor sistemik, ancaman yang berasal dari YPG di perang Suriah menjadi salah satu aktor non-negara. YPG di Suriah menjadi ancaman bagi keamanan Turki, dan respon baik Amerika Serikat dan Rusia terhadap upaya kudeta militer di Turki pada 2016.

Kaitan dengan faktor negara, politik domestik juga menjadi pertimbangan untuk melihat kerja sama yang intens dengan Rusia.

(31)

18

Perkembangan politik domestik dan masalah Turki dapat memengaruhi kebijakan luar negeri Turki. Agenda politik domestik yang berimplikasi kepada kebijakan luar negeri Turki yaitu berfokus kepada masalah PKK di Turki dan kaitannya YPG di Suriah.

Bagan I.1 Bagan Faktor dalam Analisis Kebijakan Luar Negeri

F. Metode Penelitian

Skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif-deskriptif. Menurut Jennifer Mason, metode penelitian kualitatif bertujuan untuk menghasilkan pemahaman tentang penelitian yang dilakukan, berdasarkan data, menekankan pada bentuk-bentuk analisis dan penjelasan holistik.40 Penelitian kualitatif

biasanya akan menggunakan literatur atau bacaan, penelitian dan teori atau konsep sebagai latar belakang untuk mengetahui dan menghubungkan masalah yang akhirnya akan menghasilkan argumen.41

Menurut Mochtar Masoed, penelitian deskriptif adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan ilmu dengan berwujud hasil dari pengumpulan fakta.

40 Jennifer Mason, Qualitative Research. (London: SAGE Publications, 2002), 3. 41 Jennifer Mason, Qualitative Research. (London: SAGE Publications, 2002), 20

NEGARA (DOMESTIK)

(32)

19

fakta yang terkait dengan isu penelitian tersebut dikumpulkan lalu digabungkan sehingga akan menghasilkan sebuah hubungan yang bermakna, dan kemudian dilakukan generalisasi atas hubungan satu sama lain.42

Skripsi ini menggunakan metode pengumpulan data studi pustaka (library research) dengan mengumpulkan berbagai literatur bacaan dan sumber yang memiliki hubungan dengan masalah yang diteliti dan akan dianalisis. Menurut Mohammad Nazir, studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data dengan penelaahan terhadap sumber-sumber seperti buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan laporan-laporan yang memiliki hubungannya dengan masalah yang diselesaikan.43

Skripsi ini menggunakan sumber data sekunder berupa arsip resmi Negara meliputi pidato menteri luar negeri dan pejabat Negara yang terlibat dalam pembuatan kebijakan (terdapat di website Ministry of Foreign Affairs Turkey http://www.mfa.gov.tr/synopsis-of-the-turkish-foreign-policy.en.mfa), jurnal (seperti SETA Perspective, Middle East Journal, TJP Turkish Journal of Politics, dan Strategic Outlook), tesis (tesis yang berjudul Turkish-Russian Relations in the Post-Soviet Era: From Conflict to Cooperation? dan Turkish Russian Relations in the Post-Soviet Era: Limits of Economic Interdependece yang ditulis oleh Müberra Pirincci), buku teks, informasi-informasi yang bersumber dari media. Dalam Skripsi ini, data-data yang dikumpulkan seperti

42 Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional, Disiplin dan Metodologi,

(Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Studi Sosial Universitas Gadjah Mada, LP3ES, 1990), 102 -103.

(33)

20

yang dijelaskan diatas kemudian disusun dan akan dianalisis sehingga mendapatkan jawaban atas pertanyaan penelitian.

Pembatasan bahasan skripsi ini hanya dibatasi pada faktor-faktor saja. Faktor domestik dan sistemik dalam hal ini masalah keamanan Turki yang melatar belakangi kerja keamanan sama Turki dan Rusia menjadi fokus bahasan skripsi ini. Skripsi ini terdapat kendala sulitnya mendapatkan narasumber untuk di wawancarai karena tidak adanya respon.

G. Sistematika Penulisan BAB I: Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang pernyataan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, dan metode penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II: Arah Kebijakan Luar Negeri Turki

Bab ini menjelaskan orientasi kebijakan Turki sejak berdirinya republik pada 1924. Bab ini membahas arah kebijakan dibawah kepemimpinan Erdogan dan dinamika dengan Gülen serta Gülen Movement. Selanjutnya bab ini juga membahas mengenai hubungan Turki dan Rusia.

BAB III: Kedekatan Turki dan Rusia di Bidang Keamanan Periode 2016-2018

Bab ini secara spesifik membahas proses kedekatan hubungan Turki dan Rusia yang mulai terlihat sejak 2015. Pembahasan diawali dengan

(34)

21

normalisasi hubungan Turki dan Rusia dan bentuk dukungan politik Rusia ke Turki ketika terjadi kudeta militer yang gagal di Turki pada 2016. Selanjutnya, Bab ini juga menjelaskan keputusan Turki membeli sistem S-400 milik Rusia.

BAB IV: Analisis Faktor-faktor yang Melatar Belakangi Kerja Sama Turki dan Rusia di Bidang Keamanan Periode 2016-2018

Bab ini fokus untuk menjawab penelitian, yaitu faktor-faktor yang melatarbelakangi kerja sama Turki dan Rusia di bidang keamanan periode 2016-2018. Di bab ini analisis akan dibagi menjadi dua faktor besar, antara lain faktor negara (domestik) dan sistemik. Faktor negara meliputi: ancaman disintegrasi PKK, sistem pertahanan, dan pergeseran kebijakan luar negeri Turki. Sedangkan faktor sistemik antara lain: Respon eksternal terhadap kudeta Militer 2016 dan Ancaman YPG.

BAB V: Penutup

Bab penutup yang berisi kesimpulan dari bab-bab sebelumnya. Pada bab ini akan menjelaskan argumen-argumen utama serta temuan-temuan penelitian. Selain itu bab ini akan menyampaikan rekomendasi dan saran.

(35)

22 BAB II

ARAH KEBIJAKAN LUAR NEGERI TURKI

Bab ini menjelaskan orientasi kebijakan luar negeri Turki sejak berdirinya Turki menjadi Republik. Namun demikian, bab ini lebih berfokus pada arah kebijakan luar negeri Turki dibawah kepemimpinan Erdoğan. Hal ini bertujuan untuk melihat kecenderungan Turki dalam kebijakan luar negerinya. Bab ini juga menjelaskan hubungan Turki dan Rusia sebelum tahun 2014.44

A. Orientasi Kebijakan Luar Negeri Turki Pasca Berdirinya Turki sebagai Republik

Revolusi Turki menjadi Republik pada 29 Oktober 1923 dibawah kepemimpinan Mustafa Kemal Atatürk45, menandakan perjalanan sejarah

perubahan Turki yang lebih modern khususnya dalam struktur Negara, hukum, ekonomi, dan budaya. Orientasi kebijakan Turki berubah khususnya dalam hal ideologi. Turki mulai menganut ideologi sekuler yang bertujuan untuk berintegrasi dengan dunia barat dan modernisasi Turki untuk mengejar ketertinggalan. Tujuan Atatürk menjadikan Turki Republik bermaksud untuk menentukan identitas nasional Negara Turki yang bukan lagi seperti pada saat kesultanan utsmani.46 Namun demikian, perubahan yang terjadi akibat ideologi sekuler ini menyebabkan perubahan total dari Utsmaniyah menjadi republik dan

45 Selajutnya dirujuk sebagai “Atatürk”

46 Şaban Çanliş dan Hüseyin Bağci, “Atatürk’s Foreign Policy Understanding and

(36)

23

sekuler dengan adanya pemisahan agama dan Negara serta perubahan budaya seperti larangan penggunaan atribut keagamaan.47

Kepemimpinan Atatürk sangat diktator karena latar belakangnya yang berasal dari militer. Hanya satu partai yaitu Partai Republik Rayat (Cumhuriyet Halk Partisi) yang diizinkan berdiri selama kepemimpinan Atatürk. Selanjutnya gaya kepemimpinan Atatürk ini memunculkan paham kemalisme48 yang menjadikan Turki sekuler. Paham ini menjadi gerakan dan ideologi dalam perubahan sosial dan politik yang menempatkan Atatürk sebagai “bapak” yang berjasa bagi modernisasi Turki dan sekulerisme sebagai ideologi Negara. Dalam hal ini paham kemalisme juga melahirkan dan menjadikan gerakan Turki muda sebagai agen perubahan yang dapat melindungi ideologi sekuler di Turki.49

Di masa Atatürk, kebijakannya lebih mengarahkan ke dalam negeri dengan fokus utama pada pembentukan identitas negara Turki. Selain itu, kebijakan Atatürk juga memastikan keamanan nasional Turki. Kebijakan Mustafa Kemal berdasarkan pada tiga prinsip yaitu Nasionalisme, Sekularisme dan Westernisme.50 Namun Atatürk juga berusaha membuat Turki menjalankan kebijakan luar negeri yang aktif dan damai sejak 1930. Atatürk mengatakan

47 Hans Kohn, “Ten Years of the Turkish Republic,” Council on Foreign Relations,

Vol.12, No. 1, (1933): 142-145.

48 Hakan Yeşilova, “Kemalism: Ideology, Tutelary Regime, and Incompatibilities,” TJP

Turkish Journal of Politics, Vol. 1, No. 2, (2010).

49 Seyfettin Aslan dan Muslum Kayaci, “Historical Background and Principles of

Kemalism”, NWSA-Social Sciences,” Vol. 8, No. 1, (2013): 19.

(37)

24

“Peace at home, peace in the world” yang menjadi selogan dan membentuk tujuan dasar dari kebijakan luar negeri .51

Pada 1970-an, Turki mulai memasuki periode di bawah kepemimpinan Partai Islam yang ditandai dengan menguatnya gerakan Islamis yang dikenal dengan Milli Görüş. Necmettin Erbakan menjadi pemimpin sejumlah partai politik Islam di Turki seperti National Order Party (1970-1971), National Salvation Party (Milli Selamet Partisi) (1972–1981), dan Welfare Party (Refah Partisi) (1983-1998).52 Pada masa ini kebijakan yang dilakukan cenderung lebih Islamis dan berusaha menghidupkan kembali Islam di tengah-tengah kehidupan politik Turki yang sekuler. Erbakan menganggap bahwa Westernisasi telah memecah belah masyarakat Turki khususnya pada masa Atatürk berkuasa.53

Pada 1996, Erbakan menjadi perdana menteri Islam pertama di Turki. Kebijakan yang dilakukan Erbakan yaitu meningkatkan kesejahteraan di bidang ekonomi bagi rakyat Turki dan menerapkan pendekatan politik multidimensi untuk menjalin kerja sama dengan negara-negara Arab maupun negara tetangga. Namun, gerakan politik Erbakan ini ditentang oleh kelompok sekuler di bawah pimpinan militer, pemerintahan dan ranah publik karena sikap Erbakan yang anti-sekuler, serta fundamentalisme Islam Erbakan. Hingga 1997-1998 mahkamah

51 Ministry of Foreign Affairs, “Turkey’s Enterprising and Humanitarian Foreign

Policy”, http://www.mfa.gov.tr/synopsis-of-the-turkish-foreign-policy.en.mfa; diakses pada 14 Mei 2019.

52 Ihsan Yilmaz, “Beyond Post-Islamism: Transformation of Turkish Islamism Toward

‘Civil Islam’ and Its Potential Influence in the Muslim World,” European Journal of Economic and Political Studies, (2011): 255-256.

53 Yilmaz, “Beyond Post-Islamism: Transformation of Turkish Islamism Toward ‘Civil

(38)

25

konstitusi memaksa Erbakan untuk berhenti menjabat sebagai perdana menteri dan menutup partai politik Islam serta melarang aktifitas Erbakan di ranah politik selama lima tahun.54

Namun demikian, ajaran-ajaran Erbakan kembali hidup dalam AKP (Adalet ve Kalkinma Partisi), setelah melalui proses reformasi yang dilakukan oleh Erdoğan. Karena itu, AKP berhasil memenangkan pemilu pada 2002 yang berlanjut pada 2007, 2011, dan 2015. Selama periode 2002-2013, di bawah kepemimpinan AKP mengalami perkembangan ekonomi yang cukup pesat walaupun sebelumnya Turki sempat mengalami krisis sejak 2000-2001.55

Kebangkitan AKP di Turki memberikan perubahan orientasi kebijakan luar negeri Turki yang cukup penting. Khususnya ketika Ahmet Davutoğlu menjadi tokoh sentral perubahan. Sebelum menjadi menteri luar negeri, Davutoğlu adalah penasihat kebijakan luar negeri Perdana Menteri Erdoğan.56

Formulasi Kebijakan Davutoğlu dikenal dengan Doktrin Strategic Deptht. Doktrin ini dirumuskan berdasarkan geo-politik dan historis serta posisi Turki yang strategis dengan negara sekitar. Menurut Davutoğlu, Strategic Deptht yang memungkinkan untuk mengimplementasikan kebijakan luar negeri yang multi-dimensional dengan fokus pada peran sentral Turki dalam politik global. Doktrin

54 Yilmaz, “Beyond Post-Islamism: Transformation of Turkish Islamism Toward ‘Civil

Islam’ and Its Potential Influence in the Muslim World,” 257.

55 Mustafa Kutlay, “The Turkish Economy at a Crossroads: Unpacking Turkey’s

Current Account Challenge,” Global Turkey in Europe, (2015): 4-5.

56 loannis N. Grigoriadis, “The Davutoğlu Doctrine and Turkish Foreign Policy,”

(39)

26

Strategic Deptht dibagi menjadi tiga elemen yaitu Zero-Problems Policy with the Neighbors, pro-active diplomacy dan multidimensional policy.57

Pertama, Zero-Problems Policy with the Neighbors. Menurut Davutoğlu, kebijakan ini berkaitan dengan usaha melindungi warga negara dari ancaman luar dan stabilitas kawasan. Dalam kebijakan ini juga upaya reintegrasi Turki dengan negara tetangga dilakukan untuk menjaga keamanan kawasan dan juga global. Upaya meningkatkan kerja sama dengan negara-negara sekitar.58

Kedua, Pro-Active Diplomacy. Menurut Davutoğlu, kebijakan ini diterapkan Turki untuk menyebarkan pengaruh baik kawasan maupun organisasi internasional. Selain itu, Turki sebagai kekuatan sentral memberikan peran strategis di wilayah seperti Timur Tengah, Balkan, Asia Tegah, Kaspia, Mediterania, Teluk dan laut Hitam. Di dalam kebijakan ini, Turki menggunakan soft power berdasarkan hubungan historis dan budaya dengan negara-negara yang pernah dikuasai oleh ottoman. Kebijakan proaktif ini dilihat dari potensi yang menguntungkan Turki karena posisi geografis yang strategis dan diperkuat dengan warisan sejarah sejak ottoman. Kebijakan ini juga mengarah pada resolusi konflik, kerja sama ekonomi regional.59

Ketiga, Multidimensional Policy. Kebijakan ini bertujuan untuk memperluas kerja sama dan hubungan Turki dengan negara-negara lain dan

57 Yeghig Tashjian, From Conceptualization to Implementation and Revaluation:

Turkey’s “Strategic Depth” in the MENA region. Strategic Outlook, 2012.

58 Grigoriadis, “The Davutoğlu Doctrine and Turkish Foreign Policy,” 4-6.

59 Ahmet Davutoğlu, “Turkey’s Foreign Policy Vision: An Assessment of 2007,”

(40)

27

organisasi intenasional. Menurut Davutoğlu, kebijakan ini memiliki dua implikasi bagi kebijakan luar negeri Turki. Pertama, orientasi Barat menjadi tujuan utama kebijakan luar negeri namun aktivitas aktif di Timur Tengah juga diharapkan bisa memberikan jalan agar negara barat bisa lebih serius melihat potensi Turki. Kedua, Turki menekankan bahwa keterlibatannya dalam hal kerja sama dengan Rusia bisa menjembatani kepentingan Barat juga.60

Menurut Davutoğlu: Turkey enjoys multiple regional identities and thus has the capability as well as the responsibility to follow an integrated and multidimensional foreign policy. The unique combination of our history and geography brings with it a sense of responsibility. To contribute actively towards conflict resolution and international peace and security in all these areas is a call of duty arising from the depths of a multidimensional history for Turkey.61 [Turki memiliki banyak identitas regional dengan demikian memiliki kemampuan serta tanggung jawab untuk menjalankan kebijakan luar negeri yang terintegrasi dan multidimensi. Sejarah dan geografi Turki memunculkan rasa tanggung jawab. Panggilan tugas yang timbul dari sejarah multidimensi, mendorong Turki untuk berkontribusi secara aktif ke arah penyelesaian konflik dan perdamaian dan keamanan Internasional di berbagai bidang.]

60 Davutoğlu, “Turkey’s Foreign Policy Vision: An Assessment of 2007,” 79. 61 Grigoriadis, “The Davutoğlu Doctrine and Turkish Foreign Policy,” 5.

(41)

28

Di dalam prinsip multidimensional policy, kebijakan luar negeri Turki dilakukan dengan membangun hubungan bilateral dengan Barat dan mempertimbangkan proses keanggotaannya di Uni Eropa, serta melakukan hubungan bilateral dengan Rusia untuk saling membantu satu sama lain. Kebijakan multidimensional policy ini telah ditetapkan Turki dan sebagian besar sudah berhasil.62 Sebenarnya multidimensional policy ini juga sudah terjadi pada masa Erbakan. Namun ketika masa Erbakan ditentang oleh kelompok liberal yang menyebabkan keterhambatan dalam penerapan kebijakan.

Inti dari doktrin strategic depth ini adalah nilai suatu negara dalam hubungan Internasional bergantung pada lokasi strategisnya. Turki dipandang bisa memainkan peran geopolitik karena lokasinya yang strategis. Selain itu, strategic depth menekankan pentingnya sejarah dan ikatan historis. Ikatan ini dipandang sebagai aset penting yang dapat memungkinkan Turki menjadi kekuatan regional. Hal penting lainnya, Turki harus mengimbangi hubungan dengan Barat dengan membangun banyak aliansi yang akan meningkatkan kebebasan dalam bertindak dan pengaruh secara regional dan global.63

B. Turki di Bawah Kepemimpinan Erdoğan

Pada 2002, Hubungan antara Erdoğan dengan Gülen Movement berada di tahap baik dengan membentuk aliansi dalam perkembangan Turki. Setelah AKP berhasil memenangkan pemilu, Gülen Movement berperan cukup besar

62 Davutoğlu, “Turkey’s Foreign Policy Vision: An Assessment of 2007,” 79. 63 Angel Rabasa and F. Stephen Larrabee, “The Rise of Political Islam in Turkey,”

RAND Corporation, 2008), 75-76. Di akses https://www.jstor.org/stable/10.7249/mg726osd.12 pada 14 Mei 2019

(42)

29

dalam perkembangan kekuatan AKP yang baru menjalankan fungsi pemerintahan. Pasalnya, tantangan yang dihadapi AKP adalah gerakan kemalis yang masih menguasai di lembaga pengadilan dan militer. Gülen Movement memberikan bentuk dukungan kepada Erdoğan dalam mengurangi kekuatan militer yang dikuasai oleh gerakan kemalis.64

Gerakan kemalis yang berkuasa di militer melihat kekuatan AKP menjadi ancaman dalam kekuasaan mereka. Gerakan ini melihat AKP sebagai ancaman dari ideologi sekularisme yang dibawa oleh Atatürk. Gerakan kemalis mencoba untuk menjatuhkan pemerintahan AKP dengan menuntut sebagai partai terlarang. Namun demikian, Gülen movement berhasil membebaskan AKP dari tuntutan militer di Pengadilan Konstitusi. Hal tersebut tidak terlepas dari anggota Gülen movement yang berada di beberapa lembaga peradilan, kepolisian, administrasi negara, media, serta militer.65

Pada 12 September 2010, Gülen memainkan peran aktif untuk mendukung referendum dan meyakinkan warga Turki untuk mendukung AKP dan berhasil memenangkan referendum. Referendum konstitusi tersebut mengubah struktur peradilan dan mengeser kekuatan kelompok sekuler yang berkuasa di badan peradilan.66

Namun demikian, pada akhir 2010 hubungan antara Erdoğan dan Gülen movement mengalami masalah. Hal tersebut dipicu karena perbedaan pandangan.

64 Fait Muedini, “The Politics between the Justice and Development Party (AKP) and

the Gülen Movement in Turkey: Issues of Human Rights and Rising Authoritarianism,” Muslim World J. Hum. Right, Vol.12 No. 1 (2015): 108.

65 Hakkı Taş, “A history of Turkey’s AKP-Gülen Conflict,” Mediterranean Politics,

(2017:4.

(43)

30

Gülen movement memiliki ambisi untuk mendapatkan kekuasaan yang lebih di pemerintahan. Sebaliknya, Erdoğan ingin memusatkan kekuasaan negara di tangannya sendiri walaupun berdampak kepada hubungan dengan rekan-rekan AKP.67

Pada Desember 2013, Erdoğan dan Davutoğlu bersama-sama menghilangkan pengaruh Gülen. Dalam hal ini pemerintah melakukan pergantian beberapa staf di kepolisisan, militer dan otoritas penuntutan publik. Selain itu, pemerintah juga memutuskan untuk menutup salah satu lembaga pendidikan yaitu dersana yang memiliki hubungan dengan Gülen. 68

Pada 16 Desember 2014, pengadilan Turki mengeluarkan surat perintah penangkapan Gülen. Pengadilan mengklaim bahwa ada bukti yang menunjukkan bahwa Gülen adalah pendiri organisasi teroris bersenjata. Namun demikian, Gülen menyangkal tuduhan tersebut. Selain itu, banyak jurnalis yang bekerja di media ditangkap karena dianggap memiliki hubungan dengan Gülen Movement.69

Hingga pada 15 Juli 2016, kondisi diperparah dengan kejadian upaya kudeta di Turki yang ditunjukan untuk menjatuhkan pemerintah Erdoğan. Namun demikian, kudeta militer ini berhasil digagalkan oleh rakyat Turki yang turun ke jalan memprotes dan melawan tindakan upaya kudeta. Selain itu, aparat keamanan Turki juga berperan untuk melawan upaya kudeta militer. Pemerintah Turki menyalahkan Gülen bertanggungjawab atas kejadian tersebut dan menuntut

67 Taş, A history of Turkey’s AKP-Gülen Conflict,” 4.

68 Marek Matusiak, “The Great Leap Turkey Under Erdoğan,” Point of View, No. 51,

(2015): 48-49.

69 Fait Muedini, “The Politics between the Justice and Development Party (AKP) and

the Gülen Movement in Turkey: Issues of Human Rights and Rising Authoritarianism,” Muslim World J. Hum. Right, Vol.12 No. 1, (2015): 114

(44)

31

Amerika Serikat untuk menyerahkan Gülen ke Turki.70 Amerika Serikat tidak cepat memberikan respon terhadap kejadian tersebut.

C. Dinamika Hubungan Turki dan Rusia

Hubungan Turki dan Rusia sudah terjalin pada masa Soviet berkuasa. Hingga pasca Perang Dingin berakhir, Hubungan kerja sama antara Turki dan Rusia diindikasikan dengan adanya kerja sama ekonomi, keamanan, dan perdagangan. Namun demikian, pada 2015 terdapat insiden penembakan Sukhoi yang membuat Rusia memberikan sanksi kepada Turki.

Pada Januari 2000, perkembangan hubungan politik antara Turki dan Rusia mengalami perubahan. Rusia menerapkan kebijakan yang lebih fleksibel terhadap Turki. Hal ini dilakukan oleh Rusia untuk meredakan tensi kedua negara dan memperkuat hubungan kedua Negara. Pada 18 September 2000, pertemuan Menteri Luar Negeri Rusia Igor Ivanov bertemu dengan Menteri Luar Negeri Turki Ismail Cem pada sesi ke-55 Majelis Umum PBB di New York berbicara mengenai masalah-masalah regional dan internasional. Selain itu, dalam kunjungan resmi oleh Perdana Menteri Rusia Mikhail Khazyanov ke Turki membicaran beberapa masalah kedua negara yang menjadi tahap kemitraan kedua negara dan penambahan pasokan gas alam ke Turki.71 Khazyanov mengatakan “Our main mutual conclusion is that Russia and Turkey are not rivals but

70 Tol, The Turkish- U.S Relationship: Current Tensions and Future Prospects, 2. 71 Arafat dan Alnuaimy, “The Turkish-Russian Relations in the Era of AKP,” 108.

(45)

32

partners, and our governments will from now on proceed from this understanding”.72

Kemudian, hubungan Turki dan Rusia di bidang keamanan juga diimplementasikan dengan merespon isu terorisme internasional pasca serangan 11 September 2001. Turki dan Rusia menyatakan kesiapan mereka untuk berperang melawan terorisme internasional. Pada 28 September 2001, ketika Turki dibawah kepemimpinan presiden Ahmet Necdet Sezer, melakukan pembicaraan intensif dalam melawan terorisme. Kedua negara membahas situasi di Eurasia setelah 11 September dan menegaskan kembali pendekatan mereka mengenai perang melawan terorisme serta menekankan pentingnya solidaritas di dunia internasional.73

Pertemuan tersebut diikuti oleh penandatanganan dokumen penting yaitu "Action Plan to Develop Cooperation between the Russian Federation and Turkey" selama sesi ke-56 Majelis Umum PBB di New York pada pada 16 November 2001. Di dalam dokumen perjanjian ini berisi tentang hubungan baik antara Turki dan Rusia dalam isu-isu regional dan internasional terutama di Eurasia. Kerja sama di Eurasi ini disebut bisa membantu penyelesaian konflik politik, meningkatkan stabilitas, dan menciptakan kondisi untuk pembangunan

72 Abidin Öncel dan Liudmila Liapina, “The effects of Turkish-Russian political

relations on bilateral trade balance: Cointegration and causal analysis,” Theoretical and Applied Economics, Vol. 25, No. 1 (2018): 79.

(46)

33

ekonomi yang berkelanjutan.74 Rusia juga menyatakan kesiapan memberikan dukungan politik ke Turki pasca serangan terorisme di Istanbul.

Pada Desember 2004, Rusia dibawah kepemimpinan Putin melakukan kunjungan resmi ke Turki. Putin didampingi oleh Menteri Pertahanan, Sergey Lavrov, Presiden Tatarstan, dan beberapa pengusaha Rusia terbesar melakukan pembicaraan dengan Presiden Turki Ahmet Necdet Sezer, Perdana Menteri Erdoğan untuk membangun hubungan yang baik antara Turki dan Rusia.75 Kedua

negara membahas mengenai Teror PKK,76 masalah konflik Chechnya (hubungan antara orang Rusia dengan orang Chenchen) dan implikasinya pada Turki, pembangunan jaringan pipa gas, serta kemitraan di Asia Tengah dan Kaukasus. Pertemuan tersebut menghasilkan perjanjian penting antara Turki dan Rusia yaitu a declaration to develop friendship and multidimensional cooperation emphasizing the fact that Turkey and Russia are responsible for peace, stability and welfare in Eurasian.77

Pada 12 Januari 2005, Perdana Menteri Turki Erdoğan mengunjungi Moskow untuk kunjungan balasan kunjungan Rusia. Kunjungan ini bertujuan untuk membicarakan gagasan kerja sama kedua negara mengenai kerja sama di bidang ekonomi, energi, pariwisata, perdagangan. Putin menyampaikan dalam

74 Arafat dan Alnuaimy, “The Turkish-Russian Relations in the Era,” 109.

75 Anil Gürtuna, “Turkish-Russian Relations in the Post Soviet Era: From Conflict to

Cooperation?” (DMin Tesis., Social Sciences of Middle East Technical University, 2006), 39.

76 The Kurdistan Worker’s Party atau di dalam bahasa Kurdish Partiya Karkeren

Kurdistane

(47)

34

pertemuan tersebut “favourable political climate is an essential condition for developing trade and economic ties and investment activity.78

Pada 2009, diadakan pertemuan yang menghasilkan sebuah Deklarasi yaitu Joint Declaration between the Republic of Turkey and the Russian Federation on Progress towards a New Stage in Relations and Further Deepening of Friendship and Multidimensional Partnership).79 Kemudian pada Mei 2010, Rusia melakukan kunjungan resmi selama tiga hari ke Turki. Selama kunjungan tersebut kedua negara membicarakan kerja sama dan kesepakatan. Setidaknya 17 perjanjian ditandatangani termasuk perjanjian tentang bebas visa antar kedua negara, kerja sama perdagangan, pertanian, bea cukai, transportasi, pariwisata dan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Turki.80

Pada Maret 2011, selama kunjungan Perdana Menteri Turki Erdoğan ke Moskow, perjanjian yang sudah disepakati pada 2010 antara Turki dan Rusia yaitu penerapan bebas visa. Setelah persetujuan antara Turki dan Rusia mengenai menetapkan bebas visa, peningkatan jumlah wisatawan dari Rusia sebanyak 3 juta lebih yang berkunjung ke Turki.81

Pada tahun yang sama, pertemuan Dewan Kerjasama Tingkat Tinggi Turki-Rusia (Turkey Russia High Level Cooperation Council). Pertemuan

78 Müberra Pirincci, “Turkish Russian Relations in the Post-Soviet Era: Limits of

Economic Interdependece” (DMin Tesis., Middle East Technical Univerity, 2009), 66.

79 Öncel dan Liapina, “The Effects of Turkish-Russian Political Relations on Bilateral

Trade Balance: Cointegration and Causal Analysis, 80.

80 Öncel dan Liapina, “The Effects of Turkish-Russian Political Relations on Bilateral

Trade Balance,” 80

81 Karakullukçu dan Trenin, “Exploring the Prospects for Russian-Turkish

(48)

35

tersebut dibahas agenda mengenai perdagangan, kerja sama ekonomi, hubungan humanitarian antara kedua negara, dan kerja sama di sektor energi. Rusia telah mengambil peran utama dalam rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir pertama di Turki. Rencana ini menjadi salah satu upaya Rusia untuk memberikan pengetahuan dan transfer teknologi. Hal tersebut bertujuan untuk mengatasi kebutuhan Turki khususnya kebutuhan gas. Rencana ini bisa menambah potensi dalam peningkatan kerja sama energi antara Turki dan Rusia.82

Pada 2013, Forum Hubungan Global (Global Relations Forum) yang dilaksanakan di Istanbul dan Carnegie Moscow Centre menghasilkan kelompok kerja yang didedikasikan untuk mengeksplorasi potensi kerja sama regional Turki dan Rusia. Kelompok Kerja tersebut terdiri dari enam tema yaitu, Arab Spring dan munculnya masalah terorisme, konflik Arab dan Israel, Iran dan nonproliferasi nuklir, Afganistan dan stabilitas regional, Asia Tengah dan pembangunan regional, dan resolusi konflik di Kaukasus Selatan. Penyelesaian secara intensif tentang masalah-masalah tersebut akan meningkatkan kontribusi Turki dan Rusia terhadap stabilitas kawasan dan peningkatan kesejahteraan kedua negara.83

Namun demikian, hubungan antara Turki dan Rusia tidak selalu berjalan dengan baik. Pada 24 November 2015, peristiwa penembakan jatuh Sukhoi-24 milik Rusia yang dilakukan oleh pesawat F-16 milik Turki menjadi titik balik

82 Karakullukçu dan Trenin, “Exploring the Prospects for Russian-Turkish

Cooperation in a Turbulent Neighborhood,” 5.

83 Karakullukçu dan Trenin, “Exploring the Prospects for Russian-Turkish

(49)

36

melemahnya hubungan Turki dan Rusia.84 Kejadian tersebut menyebabkan Rusia memberikan beberapa sanksi yang besar kepada Turki seperti sanksi ekonomi. Namun demikian, beberapa bulan setelah kejadian terjadi Turki melangkah menuju proses normalisasi hubungan dengan Rusia.

84 Gonul Tol dan Nilsu Goren, “Turkey’s Questfor Air Defense: Is the S-400 Deal a

(50)

37 BAB III

KEDEKATAN TURKI DAN RUSIA DI BIDANG KEAMANAN PERIODE 2016-2018

Bab ini menjelaskan proses kedekatan hubungan Turki dan Rusia yang mulai terlihat sejak 2015 hingga kerja sama. Pembahasan diawali dengan normalisasi hubungan Turki dan Rusia pasca penembakan Sukhoi 24 milik Rusia pada 2015, dan bentuk dukungan politik Rusia ke Turki terhadap upaya kudeta militer di Turki pada 2016. Selanjutnya, bab ini juga menjelaskan keputusan Turki untuk membeli sistem pertahanan udara S-400 milik Rusia.

A. Normalisasi Hubungan Turki dan Rusia

Hubungan Turki dan Rusia sempat mengalami ketegangan, yang dipicu oleh penembakan pesawat Sukhoi-24 Rusia oleh Turki pada 24 November 2015. Sebelum kejadian, Rusia melakukan intervensi di Suriah dengan mendukung presiden Bashar al-Assad dan memberi bantuan di bidang ekonomi dan militer. Rusia terus melakukan penyerangan terhadap oposisi Suriah yang melawan pemerintahan Assad di Suriah dekat dengan perbatasan Turki. Pada saat bersamaan, koalisi anti ISIS yang dipimpin oleh Amerika Serikat mengempur kekuatan ISIS yang ada di Suriah.85

Penembakan Sukhoi-24 oleh Angkatan Udara Turki membuat Rusia menuduh Turki melindungi ISIS dari serangan Rusia. Namun pernyataan

85 Hasan Selim Özertem, “Turkey and Russia: A Fragile Friendship,” Turkish Policy

Gambar

Tabel III.C.1 Pertemuan-pertemuan Partisipasi Aktif Turki dan Rusia ............... 55  Tabel IV.A 1 Teror PKK terhadap Warga Sipil Turki Periode 1987-2017 ........
Tabel III.C.1 Pertemuan-pertemuan Partisipasi Aktif Turki dan  Rusia  Pertemuan  Negara-negara  partisipasi  Pelaksanaan  Agenda  Astana Peace  Talk  Turki – Rusia – Iran
Tabel IV.A 1 Teror PKK terhadap Warga Sipil Turki Periode 1987-2017

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

Secara teoritis dapat dijadikan sumbangan informasi dan keilmuan yang yang berarti bagi lembaga yang berkompeten mengenai pentingnya kondisi fisik atlet, khususnya atlet

skor penilaian yang diperoleh dengan menggunakan tafsiran Suyanto dan Sartinem (2009: 227). Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini da- pat dilihat

[r]

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang

Hospital/health post (Tools: secondary data review, transect walk) Infrastructure types Types of Health Centre Numbe rs of Health Center s Numb er of Health worke rs

Sebagai contoh, radiasi gamma dengan dosis 2 Sv (200 rem) yang diberikan pada seluruh tubuh dalam waktu 30 menit akan menyebabkan pusing dan muntah-muntah pada beberapa persen