1 A. Latar Belakang
Pasien keganasan berisiko tinggi menderita anemia (Estrin, 1999). Penelitian yang dilakukan European Survey on Cancer Anemia (ECAS), dengan nilai potong kadar Hb 12 g/dL, didapatkan prevalensi anemia pada keganasan sebesar 40% (Ludwig et al., 2004). Anemia pada keganasan terjadi akibat dampak langsung dari penyakitnya dan diperberat karena efek samping terapi (Estrin, 1999; Rouli & Amalia, 2005). Anemia pada keganasan menyebabkan penurunan kualitas hidup, penurunan efektifitas pengobatan dan peningkatan mortalitas hingga 65% (Rouli & Amalia, 2005; Sobrero et al., 2001; Vaupel et al., 2001).
Transfusi packed red cell (PRC) merupakan salah satu terapi pendukung untuk mengatasi anemia pada keganasan (Schrijvers, 2011). Pemakaian PRC pada pasien keganasan cukup tinggi, penelitian yang dilakukan ECAS menunjukkan 14,9% pasien keganasan mendapat transfusi PRC (Ludwig et al., 2004), dan pada anak dengan keganasan menunjukkan 60% mendapatkan transfusi PRC (Ruggiero & Riccardi, 2002).
Di dunia, jumlah donasi darah dalam satu tahun berkisar 107 juta kantong, dimana hampir 50% terdapat di negara-negara dengan pendapatan tinggi. Di negara-negara maju lebih kurang 97% darah diproses menjadi komponen, sedangkan di negara-negara berkembang berkisar 40-78% (American Association of Blood Banks, 2013). Di Indonesia, produksi darah keseluruhan pada tahun 2014 adalah sebanyak 4.644.863 kantong darah yang terdiri dari 16,18% whole
blood dan 83,82% komponen. Jumlah komponen tersebut terdiri atas PRC 58%,
plasma segar 22%, thrombocyte concentrate (TC) 13%, fresh frozen plasma (FFP) 6%, washed erythrocyte 0,18%, cryoprecipitate 0,65% dan trombosit aferesis 0,17% (Kemenkes RI, 2015). Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (2011) tercatat sekitar 3.000 kantong darah ditransfusikan setiap bulan. Sebagian besar merupakan komponen PRC yaitu sekitar 50%, sedangkan komponen TC menduduki peringkat kedua yaitu sekitar 30%, diikuti oleh komponen FFP dan lainnya. Di ruang anak RSUP Dr Kariadi Semarang (2008 – 2010) menunjukkan terdapat peningkatan rerata utilisasi darah 5678 kantong darah per tahun, penggunaan selama 3 tahun terakhir, secara berurutan adalah 3751, 6496, dan 6787 kantong. Komponen darah yang paling banyak digunakan berturut-turut adalah TC 3228 kantong, PRC 1682 kantong, FFP 295 kantong, dan cryo 133 kantong. Penggunaan PRC dominan pada pasien thalassemia 539 kantong/tahun, diikuti leukemia 359 kantong/tahun, sepsis 206 kantong/tahun, tindakan perioperatif 160 kantong/tahun dan keganasan non leukemia 119 kantong/tahun (Nency & Sumantri, 2011).
Episode transfusi PRC yang cukup tinggi tersebut pada pasien keganasan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain usia, jenis dan derajat penyakit keganasan, jenis terapi, macam obat kemoterapi, intensitas dan durasi pemberian terapi, kadar hemoglobin (Hb) pre-transfusi, dan riwayat transfusi PRC sebelumnya, selain itu perdarahan dan gangguan fungsi ginjal yang disebabkan oleh penyakit keganasan, efek samping terapi atau penyebab lainnya juga mempengaruhi episode transfusi PRC (Estrin, 1999; Nency & Sumantri,
2011; Ruggiero & Riccardi, 2002; Yong et al., 2011; Lightdale et al., 2012). Penelitian Nency (2011) di RSUP Dr Kariadi Semarang tentang perbedaan kebutuhan transfusi darah selama fase induksi pada pasien dengan leukemia limfoblastik akut didapatkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara kebutuhan kelompok risiko standar dan tinggi terhadap kebutuhan transfusi komponen darah PRC selama fase induksi, akan tetapi penelitian lainnya yang terkait faktor-faktor yang mempengaruhi episode transfusi PRC khususnya pada pasien anak dengan keganasan di Indonesia belum banyak diteliti.
Banyaknya faktor yang mempengaruhi episode transfusi PRC menyebabkan banyak variasi dalam penentuan transfusi PRC dan tingginya episode transfusi PRC pada pasien keganasan khususnya pada anak, hal ini menyebabkan munculnya beberapa permasalahan yang dihadapi terkait transfusi PRC sehari-hari diantaranya penggunaan yang tidak rasional dan tepat indikasi, ketersediaan jumlah produk darah yang aman digunakan, risiko efek samping yang terjadi setelah pemberian komponen darah dan tingginya pembiayaan untuk penggunaan komponen darah tersebut (Rouli & Amalia, 2005; Sobrero et al., 2001; Vaupel et al., 2001). Hal ini sangat merugikan, dampaknya tidak hanya bagi pasien tetapi
juga institusi penyedia darah. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan pengetahuan tentang faktor – faktor yang mempengaruhi episode transfusi PRC pada pasien anak dengan keganasan, sehingga diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk melakukan transfusi PRC dan menurunkan permasalahan yang dihadapi.
B. Perumusan Masalah
Transfusi PRC pada keganasan anak cukup tinggi dan banyak permasalahan yang dihadapi dalam transfusi PRC tersebut. Faktor yang paling mempengaruhi dalam episode transfusi PRC pada pasien keganasan khususnya pada anak di Indonesia belum banyak diteliti. Informasi ini penting untuk mengurangi permasalahan yang ditimbulkan akibat tingginya episode transfusi PRC pada pasien anak dengan keganasan. Dari uraian tersebut kami mengajukan pertanyaan penelitian yaitu Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi episode transfusi PRC pada anak dengan keganasan, sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk melakukan transfusi PRC sesuai dengan indikasi dan menurunkan permasalahan yang dihadapi dalam penggunaan PRC.
C. Tujuan Penelitian Tujuan Umum:
Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi episode transfusi PRC pada anak dengan keganasan.
Tujuan Khusus:
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana pengaruh usia, kadar Hb pre-transfusi, riwayat transfusi PRC sebelumnya, jenis penyakit keganasan, jenis terapi, dan klinis perdarahan terhadap episode transfusi PRC pada anak dengan keganasan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Unit Pelayanan Transfusi Darah dan Pihak Manajemen RSUP Dr. Sardjito
Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam menyusun strategi penyediaan darah yang berhubungan dengan penggunaan PRC pada pasien anak dengan penyakit keganasan.
2. Bagi tenaga kesehatan (dokter, perawat)
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi episode transfusi PRC pada anak dengan keganasan, sehingga menjadi pertimbangan untuk lebih hati – hati dalam mengambil keputusan untuk melakukan transfusi PRC.
3. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan penelitian selanjutnya yang berfokus pada transfusi PRC pada pasien anak dengan penyakit keganasan.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian terkait faktor yang mempengaruhi episode transfusi PRC pada keganasan anak telah banyak dilakukan di beberapa negara (tabel 1).
No. Peneliti Judul Penelitian Desain Penelitian
Hasil 1. Estrin, 1999 A retrospective review of blood
transfusions in cancer patients with anemia
Kohort retrospektif
Mengidentifikasi kebutuhan tarnsfusi yang berhubungan dengan kelompok pasien keganasan tertentu dan dengan macam kemoterapi tertentu
2. Yong et al., 2011 Predictors and patterns of red blood cell transfusion use among newly diagnosed cancer patients with chemotherapy-associated anemia in Western Denmark (1998–2003)
Kohort prospektif
40% mendapat transfusi PRC, biasanya pada pasien rawat inap, dan sebagian besar memerlukan transfusi berulang, usia muda meningkatkan kemungkinan mendapat transfusi PRC dan derajat keganasan awal atau kanker payudarah menurunkan kemungkinan transfusi PRC
3. Nency & Sumantri, 2011
Latar belakang penyakit pada penggunaan transfusi komponen darah pada Anak
Kohort retrospektif
Terdapat hubungan antara latar belakang penyakit penyebab dengan penggunaan transfusi komponen darah.
4. Nency, 2011 Perbedaan kebutuhan transfusi darah selama fase induksi pada leukemia limfoblastik akut
Kohort retrospektif
Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kebutuhan kelompok risiko standar dan tinggi terhadap kebutuhan transfusi komponen darah PRC selama fase induksi.
5. Lightdale et al., 2012
Impact of a conservative red blood cell transfusion strategy in children undergoing
hematopoietic stem cell transplantation
Kohort retrospektif
Kadar Hb pre transfusi < 7 g/dL, tidak menurunkan jumlah pasien yang mendapatkan transfusi dibandingkan dengan pasien dengan kadar Hb pre transfusi 9 g/dL (96% dan 98,5%, p = 0,38), akan tetapi menurunkan jumlah kantong PRC yang ditransfusikan (median 3 (2 – 5) kantong dan 4 (3 – 8) kantong, p = 0,002).
Penelitian kami berbeda dengan penelitian sebelumnya karena menilai faktor – faktor yang mempengaruhi episode transfusi PRC pada keganasan anak sekaligus (usia, kadar Hb pre-transfusi, riwayat transfusi PRC sebelumnya, jenis penyakit keganasan dan jenis terapi, dan klinis perdarahan), serta menilai pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap transfusi PRC. Penelitian yang ada sebelumnya hanya menilai sebagian dari faktor yang mempengaruhi dan tidak semua menilai pengaruh faktor tersebut terhadap episode transfusi PRC.