• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Komposisi Terhadap Densitas dan Kekerasan Nanokomposit Hidroksiapatit- Polietilen Glikol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Komposisi Terhadap Densitas dan Kekerasan Nanokomposit Hidroksiapatit- Polietilen Glikol"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Komposisi Terhadap Densitas dan Kekerasan Nanokomposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol

Lisdiana Ika Noerjannah1, Hartatiek, Nandang Mufti Program Studi Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

1

Email : lisdiana.ika@gmail.com

Abstrak

Hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2) adalah salah satu jenis biokeramik yang unggul karena memiliki kesesuaian dengan jaringan tubuh manusia, bersifat bioaktif, biokompatibel, tidak beracun, dan mempercepat pembentukan tulang pada permukaan implantasi. Batu Calcite Puger, Jember berpotensi sebagai bahan dasar sintesis Hidroksiapatit karena mengandung Kalsium sebesar 98,36%. Untuk memenuhi syarat sebagai senyawa subsitusi tulang, Hidroksiapati perlu dikompositkan dengan material polimer yang mampu memperbaiki sifat rapuh dari Hidroksiapatit. Salah satu jenis material polimer yang dapat dikompositkan dengan Hidroksiapatit adalah Polietilen Glikol, karena memiliki sifat yang biokompatibel, fleksibel, tidak beracun, serta sifat mekaniknya yang baik. Hidroksiapatit yang diperoleh dengan metode kopresipitasi menghasilkan nilai perbandingan Ca/P sebesar 1,68 dan ukuran butir kristal sebesar 26,55 nm. Dari hasil uji XRD menunjukkan bahwa variasi komposisi Polietilen Glikol mempengaruhi intensitas peak, parameter kisi, dan ukuran butir kristal Nanokomposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol. Nilai densitas Nanokomposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol meningkat dengan penambahan Polietilen Glikol. Nilai densitas Nanokomposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol variasi komposisi 90:10%, 80:20%, dan 70:30% berturut-turut adalah 3,33 g/cm3, 4 g/cm3, dan 4,29 g/cm3. Hasil Vickers Hardness juga menujukkan bahwa pertambahan komposisi Polietilen Glikol cenderung meningkatkan kekerasan. Nilai kekerasan Nanokomposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol 10%, 20%, dan 30% berturut-turut adalah 59,50 HVN, 71,17 HVN, dan 78,50 HVN. Hal ini dikarenakan Polietilen Glikol berperan untuk menutupi pori-pori pada Hidroksiapatit.

Kata Kunci : Hidroksiapatit, Calcite, Polietilen Glikol, densitas, kekerasan

PENDAHULUAN

Permasalahan patah tulang menjadi ancaman serius dan terus meningkat setiap tahunnya di masyarakat Indonesia. Semakin tingginya kasus patah tulang tersebut berdampak pada semakin tinggi pula kebutuhan akan biomaterial untuk memperbaiki jaringan tulang yang rusak. Untuk memenuhi kebutuhan yang tinggi tersebut, perekayasaan biokeramik adalah salah satu alternatif bahan implan tulang yang unggul. Bahan keramik alam yang banyak digunakan dalam bidang rekonstruksi jaringan tulang adalah Hidroksiapatit (Dahlan, 2013). Hidroksiapatit memiliki rumus kimia Ca10(PO4)6(OH)2 yang merupakan komponen utama dari tulang dan gigi (Yolanda, 2011). Hidroksiapatit memiliki keunggulan yaitu

biokompatibel, tidak beracun, bioaktif dan mempercepat pembentukan tulang pada permukaan implantasi, namun bersifat rapuh.

Sebagai material implan tulang, maka diperlukan material yang memiliki sifat mekanik dan bioaktivitas yang baik. Karena Hidroksiapatit bersifat rapuh, maka perlu dikompositkan dengan biopolimer yang dapat memperbaiki kekurangan dari Hidroksiapatit tersebut. Salah satu material polimer yang dapat dikompositkan dengan Hidroksiapatit adalah Polietilen Glikol (PEG). Polietilen Glikol adalah polimer yang bersifat biokompatibel, fleksibel, tidak beracun,

(2)

tidak iritatif (Ulyani V, 2008), memiliki keuletan dan ketangguhan yang tinggi (Kukubo T, 2008:503). Selain itu Polietilen Glikol mampu membentuk dan mengontrol ukuran dan struktur pori (Nuzully, 2013).

Batuan Calcite dapat digunakan sebagai sumber unsur Kalsium (Ca) dalam bahan dasar sintesis Hidroksiapatit. Pada penelitian sebelumnya didapatkan bahwa batuan Calcite alam dari Puger Kabupaten Jember dapat digunakan sebagai bahan dasar sintesis Hidroksiapatit (Ardhiyanto, 2013). Jadi, pemanfaatan pengolahan batuan Calcite dari batu gamping Puger Kabupaten Jember dapat dijadikan sebagai sumber alternatif pembuatan Hidroksiapatit dengan harga yang lebih murah dan mudah didapat.

Hidroksiapatit dapat disintesis dengan menggunakan beberapa teknik termasuk pengolahan sol-gel, teknik emulsi, reaksi

hidrotermal, mekanokimia, teknik

kopresipitasi, reaksi solid-state, dan metode hidrolisis (Park, 2008). Pembuatan komposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol yang pernah dilakukan adalah dengan menggunakan metode sonokimia (Dhanalakshmi dkk, 2012 dan Azzaoui, 2013), metode presipitasi (Prasath dkk, 2011) dan metode kopresipitasi (Axel L, 2013). Dari metode yang pernah dilakukan, pada penelitian ini mencoba untuk mensintesis nanokomposit Hidroksiapatit- Polietilen Glikol dengan metode kopresipitasi. Metode ini mampu menghasilkan ukuran bahan dalam skala nano, tingkat homogenitas bahan yang baik, dan prosesnya yang sederhana dengan

hasil yang besar, bersifat efektif dan tidak mahal (Suryadi, 2011).

Variasi komposisi dari Hidroksiapatit dan Polietilen Glikol dalam proses sintesis akan memberikan pengaruh pada mikrostruktur komposit. Mikrostruktur ini meliputi ukuran butir, bentuk butir dan porositas. Mikrostruktur ini akan mempengaruhi densitas dan sifat mekanik khususnya pada sifat kekerasan dari nanokomposit Hidroksiapatit- Polietilen Glikol. Dari uraian diatas maka penting dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Komposisi

Terhadap Densitas dan Kekerasan Nanokomposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol”.

METODOLOGI EKSPERIMEN

Pada penelitian ini dilakukan tiga tahapan sintesis untuk memperoleh material Nanokomposit Hidroksiapatit – Polietilen Glikol. Bahan yang digunakan sebagai sumber Ca(OH)2 berasal dari milling dan kalsinasi batu Calcite dari daerah Puger Kabupaten Jember.

Sumber fosfat yang digunakan adalah Amonium Dihidrogen Fosfat [NH4H2PO4] atau ADP

dengan NH4OH sebagai pengontrol pH.

Mula-mula serbuk Ca(OH)2 direaksikan dengan

HNO3 untuk membentuk Ca(NO)3.2H2O.

Kemudian Ca(NO)3.2H2O direaksikan dengan

ADP sambil distirer. Selama proses pencampuran, NH4OH digunakan sebagai

pengontrol pH larutan yaitu 9-10. Langkah berikutnya adalah mengendapkan larutan selama 24 jam kemudian disaring dan dicuci dengan aquades hingga pH menjadi netral.

(3)

Setelah itu, sampel dikeringkan pada suhu 100oC selama 24 jam.

Setelah Hidroksiapatit terbentuk, kemudian dilakukan sintesis Nanokomposit Hidroksiapatit- Polietilen Glikol. Pada tahap ini dilakukan variasi komposisi Hidroksiapatit dan Polietilen Glikol dengan nilai perbandingan yaitu 90%:10%; 80%:20%; dan 70%:30% wt. Mula-mula Hidroksiapatit dan Polietilen Glikol dicampur kemudian dilarutkan dalam aquabides pada gelas beaker. Setelah itu diaduk dengan kecepatan 700 rpm selama 3 jam. Langkah berikutnya yaitu larutan diendapkan 24 jam. Selanjutnya dilakukan penyaringan dan dilanjutkan pencucian dengan menggunakan aquades sampai pH 7. Setelah itu, sampel dikeringkan pada suhu 80oC selama 24 jam.

Sampel Hidroksiapatit dan

Nanokomposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol hasil sintesis dikarakterisasi dengan menggunakan XRD untuk melihat struktur Kristal dan ukuran kristal melalui persamaan

Scherrer, SEM untuk menganalisis mikrostruktur, EDX untuk mengetahui rasio Ca/P, uji densitas untuk mengetahui nilai densitas sampel dengan menggunakan prinsip

Archimedes, dan uji kekerasan menggunakan

alat Vickers Hardness Machine.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hidroksiapatit

Pola XRD hasil sintesis Hidroksiapatit sebelum sintering dengan bahan dasar batu

Calcite Puger, Jember ditunjukkan pada

Gambar 1. Data hasil XRD dianalisis dengan

menggunakan software Highscores Plus. Dari hasil pencocokan, Hidroksiapatit yang diuji memiliki fasa yang sama yaitu 100% dengan dengan model Hidroksiapatit dari software High

Score Plus. Hal ini ditunjukkan oleh kesesuaian

puncak antara model Hidroksiapatit dengan Hidroksiapatit yang diuji.

Gambar 1. Pencocokan Pola XRD HA Sebelum Sintering

Gambar 2. Pencocokan Pola XRD HA Setelah Sintering

Terlihat bahwa Hidroksiapatit yang disintering pada suhu 1200oC ini menghasilkan senyawa baru selain Hidroksiapatit yaitu Whitlockite. Menurut Herdianto (2011), Whitlockite dengan rumus kimia Ca3(PO4)2

merupakan bentuk dari

- TCP yang memiliki kekuatan mekanik tinggi serta bioresorbsi yang baik. Menurut Levingstone (2008), pada suhu 1050-1400oC Hidroksiapatit terdekomposisi menjadi

- TCP dan TTCP.

(4)

Dengan menggunakan software PCW melalui model XRD Hidroksiapatit AMCSD_0002299, parameter kisi dari Hidroksiapatit sebelum sintering didapatkan nilai a=b= 9,5080 Å dan c = 6,8754Å dengan sudut α = β = 90O dan sudut γ = 120O dan volume kristal 621,550 Å3. Sedangkan untuk Hidroksiapatit setelah sintering diperoleh nilai a=b= 9,4198 Å dan c = 6,8848 Å dengan sudut α = β = 90O dan sudut γ = 120O dan volume kristal 610,906 Å3. Hasil parameter tersebut mendekati parameter kisi kristal model Hidroksiapatit AMCSD_0002299 yaitu a = b= 9,4172 Å dan c = 6,8799 Å.

Ukuran butir dapat diperoleh dari hasil analisis XRD dengan menentukan nilai FWHM terlebih dahulu yang difitting pada software Origin 8. Proses fitting pola difraksi dengan memilih satu peak yang paling jelas dan tidak terdapat peak yang bercabang (single peak). Nilai FWHM kemudian dimasukkan ke dalam persamaan Scherrer untuk menentukan ukuran butir. Persamaan Scherrer adalah sebagai berikut. cos 0 B k D 

dengan D adalah ukuran butir, k adalah konstanta Schrerrer bernilai 0,9, panjang gelombang sinar radiasi CuKa yaitu 0,154056 nm, B adalah pelebaran intensitas maksimum (FWHM) dalam radian, dan adalah sudut Bragg.

Hasil perhitungan dengan Persamaan

Scherrer diperoleh ukuran butir Hidroksiapatit

sebelum sintering yaitu 26,55 nm dan setelah

sintering yaitu 52,78 nm. Hasil ini menunjukkan kesesuaian antara besarnya ukuran butir Hidroksiapatit hasil sintesis dengan Hidroksiapatit pada tulang manusia yaitu berukuran sebesar 20-80 nm.

Gambar 3. Hasil Karakterisasi SEM Hidroksiapatit

SEM-EDX digunakan untuk

mengetahui morfologi dan rasio Ca/P. Gambar 3 menunjukkan morfologi dari Hidroksiapatit dengan perbesaran 150000x. Dari morfologi tersebut terlihat bahwa partikel mengalami aglomerasi dan bentuk butir Hidroksiapatit nampak homogen yaitu cenderung berbentuk

spherical-grains. Nilai Ca/P Hidroksiapatit

hasil sintesis yaitu 1,68. Nilai ini mendekati nilai Ca/P standar yaitu 1,67 (Darwis dkk, 2008). Jadi, Hidroksiapatit yang disintesis ini memiliki kecocokan dengan Hidroksiapatit standar.

Dalam penelitian ini juga dilakukan pengujian densitas dengan menggunakan Prinsip Archimedes, dengan persamaan:

( / ) 3 cm g S W D Densitasair  

dimana D adalah berat sampel kering (g), W adalah berat sampel setelah terendam dalam aquades (g), dan S adalah berat sampel ketika terendam dalam aquades (g) dengan

(5)

3

/

1

g

cm

air

. Diperoleh nilai densitas

Hidroksiapatit sebesar 3,22 gr/cm3. Nilai ini sudah mendekati nilai densitas Hidroksiapatit standar yaitu 3,16 gr/cm3.

Nilai kekerasan diperoleh dengan menggunakan uji Vickers Hardness, indentor berupa intan berbentuk piramida dengan dasar bujur sangkar 136oC dengan beban 10 gf. Pengujian dilakukan pada 3 titik untuk masing-masing sampel dan nilai kekerasan Hidroksiapatit yang diperoleh yaitu 55,24HVN atau 0,5524 GPa. Kekerasan Hidroksiapatit hasil sintesis ini cocok untuk aplikasi pada dentin gigi manusia dengan kekerasan yang berada pada rentang 0,25-0,8 GPa..

NanoKomposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol

Grafik XRD dari hasil sintesis

Hidroksipatit dan Nanokomposit

Hidroksiapatit-Polietilen Glikol ditampilkan pada Gambar 4 berikut.

Gambar 4. Hasil XRD Hidroksipatit dan Komposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol Sebelum Sintering

Berdasarkan grafik pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa sebelum sintering, penambahan Polietilen Glikol dapat merubah struktur kristal

dan intensitas tiap peak pada sudut 2 yang sama. Perubahan struktur kristal ini ditunjukkan dengan munculnya peak baru pada sudut 2 disekitar 27o. Hal ini dikarenakan Polietilen Glikol berfase kristalin sehingga akan menyebabkan munculnya peak baru pada grafik XRD komposit Polietilen Glikol yaitu pada sudut 27o. Selain itu keberhasilan sintesis Nanokomposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol juga dtunjukkan dengan perubahan tinggi rendahnya intensitas peak. Intensitas peak pada Nanokomposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol sudut 2 sekitar 26o mengalami kenaikan

dibanding intensitas peak dari Hidroksiapatit murni.

Gambar 5. Hasil XRD Hidroksipatit dan Komposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol Setelah Sintering

Namun setelah sintering pada gambar 5, pola XRD Nanokomposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol tidak lagi memunculkan peak Polietilen Glikol, intensitas peak menjadi lebih tajam dan tinggi dibandingkan dengan sebelum sintering. Hal ini dikarenakan pada saat proses sintering, atom-atom penyusun mengalami perubahan fasa dari amorfus menjadi kristallin. Selain itu setelah sintering, Nanokomposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol juga mengalami dekomposisi menjadi Hidroksiapatit dan

(6)

Whitlockite. Whitlockite ini merupakan bentuk dari

- TCP yang memiliki kekuatan mekanik tinggi serta bioresorbsi yang baik (Herdianto, 2011).

Analisis dengan menggunakan software Microcal Origin 8, pada komposisi Nanokomposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol 90:10% terbentuk fasa Hidroksiapatit sebesar 95,96% dan fasa Whitlockite 4,04% , untuk

komposisi 80:20% terbentuk fasa

Hidroksiapatit sebesar 95,80% dan fasa Whitlockite 4,20%. Sedangkan pada komposisi Nanokomposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol 70:30% terbentuk fasa Hidroksiapatit sebesar 95,17% dan fasa Whitlockite 4,83%.

Hasil XRD Nanokomposit

Hidroksiapatit- Polietilen Glikol selanjutnya juga dianalisis menggunakan software Powder

Cell Windows dan dicocokkan dengan model

AMCSD 002299 dan setelah dilakukan

refinement diperoleh nilai parameter kisi

seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan Parameter Kisi dari Nanokomposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol.

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa perubahan komposisi Polietilen Glikol pada Hidroksiapatit memberikan perubahan pada parameter kisi. Sebelum sintering, penambahan Polietilen Glikol pada Hidroksiapatit hanya mampu merubah parameter kisi c saja,

sedangkan parameter kisi a dan b tidak mengalami perubahan. Sedangkan setelah sintering, penambahan Polietilen Glikol mampu memberi perubahan pada semua parameter kisi Nanokomposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol.

Nilai ukuran butir kristal Hidroksiapatit dan Polietilen Glikol pada Nanokomposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol menggunakan Rumus Scherrer ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Perhitungan Ukuran Butir Kristal Nanokomposit Hidroksiapatit- Polietilen Glikol

Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa ukuran butir kristal Hidroksiapatit dalam Nano komposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol sebelum sintering lebih besar dibandingkan dengan ukuran butir kristal Hidroksiapatit murni yaitu 26,55 nm. Ukuran butir kristal Polietilen Glikol dalam Nano komposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol variasi komposisi 90:10 dan 80:20%wt juga lebih besar dibandingkan dengan ukuran butir kristal Polietilen Glikol murni yaitu 67,35 nm. Namun ukuran butir kristal Polietilen Glikol pada komposisi Hidroksiapatit-Polietilen Glikol 70:30% memiliki ukuran yang sama dengan Polietilen Glikol murni. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dhanalaksmi (2011), ukuran butir kristal meningkat dengan meningkatnya komposisi PEG yang di tambahkan pada HA.

(7)

Setelah sintering, ukuran butir Hidroksiapatit dalam Nanokomposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol mengalami peningkatan dibandingkan sebelum sintering dan Hidroksiapatit murni. Hal ini dikarenakan selama proses sintering berlangsung, butir-butir kristal mengalami pertumbuhan.

Morfologi Nanokomposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol

Hasil morfologi melalui karakterisasi SEM dari Nanokomposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol ditunjukkan oleh Gambar 5.

Gambar 6. Hasil SEM Nanokomposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol (a) 90:10% (b) 80:20% (c) 70:30%

Sebelum Sintering

Gambar 7. Hasil SEM Nanokomposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol (a) 80:20% (b) 70:30% Setelah

Sintering

Pada hasil karakterisasi SEM Nanokomposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol

sebelum sintering terlihat bahwa batas butir belum terlihat jelas. Hal ini dikarenakan sampel masih belum mendapat perlakuan suhu sehingga pori-pori tidak terlihat secara jelas.Untuk hasil

karakterisasi SEM Nanokomposit

Hidroksiapatit-Polietilen Glikol setelah sintering batas butirnya lebih terlihat jelas dibandingkan sebelum sintering. Selain itu dengan adanya sintering, butir-butir mengalami pertumbuhan sehingga tampak menyatu dengan butir lainnya dan strukturnya menjadi lebih rapat. Peningkatan suhu sintering menyebabkan peningkatan densitas, ukuran butir, kuat tekan, kuat lentur, kuat puntir dan modulus elastisitas (Kukubo T, 2008:379). Proses yang terjadi pada saat sintering, partikel-partikel akan mengalami pertumbuhan butir yang bertujuan untuk mengikat partikel-partikel serbuk (Nurhayati, 2012). Terlihat bahwa pada Gambar 7a dan 7b

terdapat pori pada Nanokomposit

Hidroksiapatit-Polietilen Glikol. Namun ukuran pori pada Nanokomposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol 80:20% setelah sintering lebih besar dibandingkan dengan komposisi 70:30%.

Pengaruh Komposisi Terhadap Densitas Nanokomposit Hidroksiapatit -Polietilen Glikol

Dengan metode yang sama dengan pengujian densitas pada Hidroksiapatit, hasil perhitungan densitas dari Nanokomposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol dapat dilihat pada Gambar 8.

b

a

c

a

b

Pori

Pori

(8)

Gambar 8 Grafik Hubungan Komposisi Hidroksiapatit-Polietilen Glikol Terhadap Densitas

Berdasarkan grafik hubungan tersebut terlihat bahwa semakin meningkat komposisi Polietilen Glikol yang dikompositkan dengan Hidroksiapatit menghasilkan nilai densitas yang cenderung meningkat. Nilai densitas pada Hidroksiapatit murni adalah 3,22 gr/cm3, dengan penambahan Polietilen Glikol sebanyak 10% wt diperoleh nilai densitas yaitu 3,33 gr/cm3, lalu diikuti dengan penambahan Polietilen Glikol sebanyak 20% wt diperoleh nilai densitas yaitu 4,14 gr/cm3. Sedangkan pada penambahan Polietilen Glikol sebanyak 30% wt diperoleh nilai densitas yaitu 4,29 gr/cm3.

Pengaruh Komposisi Terhadap Kekerasan Nanokomposit Hidroksiapatit -Polietilen Glikol

Nilai kekerasan Hidroksiapatit maupun Nanokomposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol dipengaruhi oleh densitas dan suhu sintering. Pada Nanokomposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol diperoleh nilai kekerasan terbesar yaitu pada komposisi 70:30%. Hubungan variasi komposisi pada

Nanokomposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol terhadap kekerasan dapat dilihat pada Gambar9.

Gambar 9. Grafik Hubungan Komposisi Hidroksiapatit-Polietilen Glikol Terhadap kekerasan

Berdasarkan grafik hubungan tersebut terlihat bahwa semakin meningkat komposisi Polietilen Glikol yang dikompositkan dengan Hidroksiapatit menghasilkan nilai kekerasan yang cenderung meningkat. Nilai kekerasan pada Hidroksiapatit murni adalah 55,27 HVN, dengan penambahan Polietilen Glikol sebanyak 10% wt diperoleh nilai kekerasan yaitu 59,50 HVN, lalu diikuti dengan penambahan Polietilen Glikol sebanyak 20% wt diperoleh nilai kekerasan yaitu 71,17 HVN. Sedangkan pada penambahan Polietilen Glikol sebanyak 30% wt diperoleh nilai kekerasan yaitu 78,50 HVN. Dari nilai kekerasan Nanokomposit Hidroksiaptit-Polietilen Glikol ini dapat diaplikasikan pada dentin gigi manusia dengan rentang 0,25-0,8 Gpa atau 25-80 HVN.

Dari nilai kekerasan jika dikaitkan dengan morfologi menunjukkan struktur yang lebih rapat dan ukuran pori yang lebih kecil memiliki nilai kekerasan yang tinggi. Polietilen

Glikol yang dikompositkan dengan

(9)

pori-pori yang terdapat pada Hidroksiapatit. Sehingga dengan semakin meningkatnya komposisi Polietilen Glikol, pori-pori Hidroksiapatit akan semakin tertutupi. Sehingga mengakibatkan nilai densitas dan kekerasan Nanokomposit Hidroksiapatit-Polietilen Glikol cenderung meningkat.

Nilai kekerasan mengalami

peningkatan untuk sampel dengan perlakuan sintering dibandingkan dengan nilai tanpa perlakuan sintering. Peningkatan suhu sintering menyebabkan peningkatan densitas, ukuran butir, kuat tekan, kuat lentur, kuat puntir dan modulus elastisitas (Kukubo T, 2008:379). Proses yang terjadi pada saat sintering, partikel-partikel akan lebih memadat dan terjadi pertumbuhan butir yang bertujuan untuk mengikat partikel-partikel serbuk agar dapat mengurangi porositas sehingga menghasilkan kerapatan atau densitas yang tinggi (Nurhayati, 2012). Hal ini menghasilkan densitas yang lebih besar sehinga nilai kekerasannya lebih besar dibandingkan sampel tanpa perlakuan sintering.

KESIMPULAN

Komposisi

Nanokomposit-Hidroksiapatit Polietilen Glikol mempengaruhi densitas dan kekerasan. Semakin besar komposisi Polietilen Glikol yang dikompositkan dengan Hidroksiapatit menghasilkan densitas dan kekerasan yang cenderung meningkat. Hal ini dikarenakan Polietilen Glikol berperan untuk menutupi pori-pori pada Hidroksiapatit.

DAFTAR RUJUKAN

Ardhiyanto, H B. 2013. Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit dari Kalsit Puger Kabupaten Jember Sebagai Material Bone Graft. Jember: Universitas Jember.

Azzaoui, K., Lamhamdi, A., Mejdoubi, E., Berrabah, M., Elidrissi, A., Hammaouti, B., Zaoui, S., dan Yahyaoui, R. 2013.

Synthesis of Nanostructured

Hydroxyapatite in Presence of Polyethylene Glycol 1000. Journal of

Chemical and Pharmaceutical Research,

5(12):1209-1216.

Dahlan, K. 2013. Potensi Kerang Ranga sebagai Sumber Kalsium dalam Sintesis Biomaterial Subsitusi Tulang. Prosiding

Semirata 2013 FMIPA Unila, 147-151.

Dhanalakshmi, C P., Vijayalakshmi, L., Narayanan, V. 2012. Synthesis And Preliminary Characterization of

Polyethylene Glycol (PEG)/

Hydroxyapatite (HAp) Nanocomposite

For Biomedical Application.

International Journal of Physical Sciences. Vol. 7 (13):2093-2101.

Herdianto, N. 2011. Studi Bioresorbabilitas

Biokeramik Biphasic Calcium Phosphate (BCP) Sebagai Material Pengganti Tulang. Tesis. Salemba: FMIPA Universitas Indonesia.

Kukubo, Tadashi. 2008. Bioceramics and Their

Clinical Applications. Japan Medical

Materials: England.

Levingstone, T. J. 2008. Optimisation of

Plasma Sprayed Hydroxyapatite Coatings. Thesis. Ireland: School of

Mechanical and Manufacturing

Engineering, Dublin City University. Nurhayati, S., Syarif, D G., dan Setiawan, A.

2012. Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Karakteristik Keramik Calsia Stabilized Zirconia Dengan Penambahan Natrium Karbonat Untuk Elektrolit Padat. Jurnal

(10)

Nuzully, S., Kato, T., Iwata, S., dan Suharyadi, E. 2013. Pengaruh Konsentrasi

Polyethylene Glycol (PEG) pada Sifat

Kemagnetan Nanopartikel Magnetik PEG-Coated Fe3O4. Jurnal Fisika Indonesia.Vol XVII, No. 51.

Park, Joon. 2008. Bioceramic Properties

Characterization and Application. New

York: Springer Science.

Prasath, P V., Senthil, K., dan Ravichandran, K. 2011. Preparation and Cytotoxicity

Study of

Polycaprolactone/Polyethyleneglycol-Hydroxyapatite Nanocomposite for Biomedical Application. International

Journal of Innovative Reasearch in Science & Engineering.

Suryadi, 2011. Sintesis dan Karakterisasi

Biomaterial Hidroksiapatit dengan Proses Pengendapan Kimia Basah.

Tesis. Depok: Universitas Indonesia. Ulyani, V. 2008. Reaksi Katalisis Oksidasi

Vanili Menjadi Asam Vanilat Menggunakan Katalis TiO2-Al2O3 (1:1) Yang Dibuat Dengan PEG 6000. Skripsi.

Depok: FMIPA Universitas Indonesia. Yolanda, H. 2011. Influence of Distribution Of

Hidroksiapatit (HA) on The Strength of the Composite Matrix Albumen,

Gambar

Gambar 1. Pencocokan Pola XRD HA Sebelum  Sintering
Gambar 3. Hasil Karakterisasi SEM Hidroksiapatit
Grafik  XRD  dari  hasil  sintesis  Hidroksipatit  dan  Nanokomposit  Hidroksiapatit-Polietilen  Glikol  ditampilkan  pada Gambar 4 berikut
Gambar 6. Hasil SEM Nanokomposit Hidroksiapatit- Hidroksiapatit-Polietilen Glikol  (a) 90:10% (b) 80:20% (c) 70:30%
+2

Referensi

Dokumen terkait

pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet yang didalamnya memuat mengenai peran pemerintah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui sarang burung walet,

Dalam karya ini penulis menekankan melalui foto-foto pribadi, sehingga artefak foto tidaklah hanya sebuah dokumen yang bersifat pasif, hanya bersifat menyimpan arsip data, dan

Dalam bukunya, Daniels menetapkan bahwa lingkaran sastra ( Literature Circle ) sebenarnya terdiri dari 12 unsur utama: 1) siswa memilih bahan bacaan mereka sendiri;

Dari penelitian lain didapatkan hasil aspect rasio material pengisi berhubungan dengan konduktivitas listriknya, dimana resistivitas komposit dengan partikel besar lebih

Dari uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat topik pembahasan terkait bisnis hotel berbasis syariah di hotel Andita Syariah Surabaya

Pada tahap pembelian, konsumen akan melakukan pembelian produk, dan pada tahap setelah pembelian, konsumen melakukan konsumsi (penggunaan produk), evaluasi kinerja produk,

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dalam situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

Kebijakan full day school (5 hari sekolah) merupakan gagasan terbaru yang digagas oleh pemerintah Indonesia sebagai suatu bentuk model pendidikan