• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hak Asasi Perempuan adalah Hak Asasi Man

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hak Asasi Perempuan adalah Hak Asasi Man"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

Hak Asasi Perempuan adalah Hak Asasi Manusia1 Andrie Irawan2

A. Pengantar

Permasalahan penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan Demokrasi di Indonesia

merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian tidak hanya bagi pemerintah pusat tetapi juga

pemerintah daerah, hal tersebut menjadi perhatian khusus ketika wacana reformasi akan

didengungkan dan dalam perjalanan reformasi di bidang konstitusi negara Indonesia dengan

proses amandemen Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dari pertama hingga keempat,

muatan-muatan Hak Asasi Manusia menjadi salah satu hal yang penting untuk lebih diperjelas dalam

amandemen UUD 1945 karena sebelum terjadi amandemen UUD 1945, permasalahan yang

menjadi perhatian serius adalah kesewenangan negara dalam memasung hak-hak asasi warga

negara karena sangat multitafsir dan banyak ditafsirkan terbatas oleh pemerintah pada saat itu

dengan turunan peraturan perundang-undangan yang membatasi hak asasi warga negara

terutama dalam hak atas pekerjaan, hak berserikat dan berkumpul serta mengeluarkan pendapat

baik lisan maupun tulisan, jaminan kemerdekaan dalam beragama dan berkepercayaan, hak

memperoleh pendidikan, dan akses terhadp sumber daya alam yang pada saat itu masih belum

dipenuhi oleh hak-haknya oleh negara.

Salah satu perhatian khusus dalam perkembangan hak asasi manusia di Indonesia adalah

tentang perlindungan dan pemenuhan hak asasi perempuan di Indonesia sebenarnya bukan

merupakan hal yang baru bahkan menjadi perhatian yang khusus sebagaimana juga dalam hal

hak asasi anak. Namun kita harus mengakui walaupun dalam dataran instrumen hukum

pengakuan hak asasi perempuan telah mendapat perhatian khusus tetapi pada praktek di lapangan

jauh dari yang diharapakan yang merupakan salah satu perhatian khusus dalam Undang-Undang

Hak Asasi Manusia.

Hak Perempuan dimana perempuan dikategorikan dalam kelompok rentan yang

mendapat tempat khusus dalam pengaturan jaminan perlindungan hak asasi manusia. Pada

umunya pemberian hak bagi perempuan sama dengan hak-hak lain seperti yang telah disebutkan

1

Disampaikan dalam Training of Trainer (TOT) untuk anggota YSAGE Indonesia, Sabtu, 12 Maret 2011 di Youth Hostel, Ambarbinangun, Bantul Yogyakarta

2

(2)

2

dalam pasal-pasal Undang-Undang Hak-Hak Asasi Manusia namun dengan alasan tadi maka

lebih dipertegas lagi. Asas yang mendasari hak bagi perempuan diantaranya hak perspefktif

gender dan anti diskriminasi dalam artian memiliki hak yang seperti kaum laki-laki dalam bidang

pendidikan, hukum, pekerjaan, politik, kewarganegaraan dan hak dalam perkawinan serta

kewajibannya.3

B. Instrumen Hukum Internasional

Pengaturan awal yang bertujuan untuk mengurangi dan menghapus segala tindakan

diskriminasi bagi perempuan dalam berbagai bidang di dataran hukum internasional diatur dalam

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Konvensi Penghapusan Segala Bentuk

Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on the Elimination of All Forms of

Discrimination Againts Women) selanjutnya disingkat menjadi CEDAW yang disetujui dalam

Sidang Majelis Umum PBB pada 18 Desember 1979 dan dinyatakan berlaku pada 1981 setelah

20 negara menyetujiu untuk meratifikasinya.4 Konvesi CEDAW juga dikenal dengan nama lain

Konvensi Perempuan yang pada awalnya merupakan inisiatif dari Komisi Kedudukan

Perempuan (UN Commision on the Status of Women) sejak dibentuknya pada tahun 1947 dengan

tujuan merumuskan kebijakan-kebijakan yang akan dapat meningkatkan posisi perempuan.5 yang

kemudian sejak tahun 1984 diratifikasi Indonesia dalam bentuk Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan.

Konvensi CEDAW merupakan instrumen internasional yang bertujuan untuk

memberikan kesempatan yang sama kepada perempuan dalam memperoleh hak-haknya sebagai

manusia sebagaimana yang selama ini dirasakan oleh kaum laki-laki. Konvensi CEDAW juga

memasukan masing-masing hak sipil dan politik, hak ekonomi, sosial, dan budaya. Pembagian

CEDAW dapat dikategorikan sebagai berikut, penegasan hak-hak asasi perempuan yang

diklasifikasikan kedalam hak-hak sipil dan politik perempuan, hak ekonomi, sosial dan budaya

perempuan; persamaan kedudukan perempuan dan laki-laki dihadapan hukum dan perkawinan;

3

Rhona K. M Smith, at.al. Hukum Hak Asasi Manusia, Knut D. Asplund, Suparman Marzuki, Eko Riyadi (Editor), PUSHAM UII, Yogyakarta, 2008, hal. 269

4

Sri Wiyanti Eddyono, Hak Asasi Perempuan dan Konvensi CEDAW, Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara X Tahun 2004, ELSAM, Jakarta, 2004, hal. 3

(3)

3

serta tanggung jawab pihak ketiga baik pemerintah maupun masyarakat untuk mendukng dan

mempromosikan konvensi ini.

Ketentuan hukum mengenai hak-hak perempuan dalam Konvensi Perempuan dapat

dikelompokan sebagai berikut:

a. Hak-hak Sipil dan Politik Perempuan

Konvensi Hak Sipil dan Politik mencantumkan beberapa hak-hak yang sederajat antara

perempuan dan laki-laki untuk menikmati hak sipil dan politik dalam hal pemenuhan hak hidup,

hak bebas dari perbudakan dan perdagangan, hak atas kebebasan dan keamanan pribadi,

hak diperlakukan secara manusiawi dalam situasi apapun, hak atas kebebasan untuk bergerak,

memilihtempat tinggal, hak mendapat kedudukan yang sama di hadapan hukum , hak diakui

sebagai seorang pribadi di hadapan hukum, hak tidak dicampuri masalah pribadi, hak atas

kebebasan berpikir keyakinan dan beragama, hak untuk bebas berpendapat, hak untuk

berserikat dan bergabung dengan serikat pekerja, hak dalam perkawinan, hak untuk

mendapatkan kesempatan yang sama dalam pemerintahan, hak mendapat perlindungan yang

sama dalam perlindungan hukum, hak untuk berbudaya.

Namun kita sadari maupun tidak sebenarnya perlakuan terhadap perempuan dan laki-laki

dalam dataran budaya tidak sederajat, hal ini diakibatkan masih adanya pemahaman budaya yang

menyatakan bahwa derajat laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan yang dikenal dengan

budaya patriakhi. Budaya ini banyak memang banyak terjadi di negera-negara berkembang

namun juga patut diketahui bersama diskriminasi tersebut juga terjadi di negara-negara maju

yang anggapan selama ini menyatakan bahwa Negara-negara maju tidak diskriminasi.

Permasalahan diatas akhirnya disikapi dengan lahirnya konvensi perempuan yang salah

satu prinsipnya adalah non diskriminatif6 dan persamaan sebelum menuju kesetaraan7. Hak-hak

tersebut:

6 Diskriminasi didefinisikan dalam Pasal 1 CEDAW “…setiap perbedaan, pengucilan atau pembatasan yang

dibuat atas dasar jenis kelamin, yang mempunyai pengaruh atau tujuan untuk mengurangi atau menghapuskan pengakuan, penikmatan atau penggunaan hak-hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan pokok di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya,

sipil atau apapun lainnya oleh kaum perempuan, terlepas dari status perkawinan mereka, atas dasar persamaan antara laki-laki dan perempuan.” Pasal 4 ayat (2) yang merupakan pengecualian yaitu “Pembuatan peraturan -peraturan khusus oleh negara-negara peserta termasuk -peraturan yang dimuat dalam Konvensi ini yang

(4)

4

Hak dalam bidang politik dan kemasyarakatan bagi perempuan yaitu hak untuk memilih

dan dipilih dalam pemilu, berpartisipasi aktif dalam pemerintahan serta untu berorganisasi

sebagimana diatur dalam pasal 7 kemudian juga pengakuan hak bagi perempuan untuk

memperoleh pekerjaan baik di pemrintahan dalam negeri maupun luar negeri sebagaiman di

pasal 8. Untuk hak kewarganegaran (pasal 9) perempuan diberikan hak yang sama dengan

laki-laki untuk memilih status kewarganegaraan walaupun yang bersangkutan telah menikah dengan

pihak asing, selain itu juga hak untuk mempertahankan, memilih dan mengubah status

kewarganeraannya, serta hak yang sama dengan laki-laki dalam menentukan kewarganegaraan

anak mereka.

Untuk mengimplementasikan hak-hak tersebut yang ada dalam Pasal 7-9, dalam hal ini

pemerintah berkewajiban untuk mendukung dan mempromosikan hak-hak tersbut dala bentuk:

Membuat peraturan-peraturan yang tepat untuk menghapuskan diskriminasi terhadap

perempuan dalam kehidupan politik dan kehidupan kemasyarakatan atas dasar persamaan

dengan laki-laki.

1. Membuat peraturan-peraturan yangtepat menjamin adanya kesempatan bagi

perempuan untuk mewakili pemerintahan maupun bekerja di tingkat internasional.

2. Memberikan hak yang sama dengan pria untuk memperoleh, mengubah atau

mempertahankan kewarganegaraannya.

3. Menjamin bahwa perkawinan dengan orang asing tidak akan mengubah status

kewarganegaraan ataupun kehilangan status kewarganegaraan.

4. Memberi hak yang sama antara perempuan dan menentukan kewarganegaraan anak-anak

mereka.

b. Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Perempuan

Berbicara tentang Hak Asasi Manusi dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya dapat

ditemukan dalam Deklarasi Umum HAM dan Konvensi Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.

Untuk pengaturan khusus bagi perempuan sebagaimana yang secara umum telah disampailan

dalam Konvensi Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, maka Konvensi Perempuan menekankan

7

(5)

5

persamaan hak dalam bidang pendidikan, pekerjaan, kesehatan dan hak-hak khusus

perempuan di daerah pedesaan.8

Pengklasisfikasian untuk pemenuhan hak-hak sebagaimana yang dinyatakan dalam

kalimat sebelumnya dibagi atas hak di bidang pendidikan9 yang menekankan pemenuhan hak

antara lain untuk mendapatkan kesempatan mengikuti pendidikan di segala tingkatan pendidikan,

pengahapusan streotip mengenai peran perempuan dan laki-laki dalam segala tingkatan dan

bentuk pendidikan misalnya dalam buku ajar yang mendeskritkan perempuan bahwa perempuan

hanya bekerja di bidang domestik dan reproduktif, pengurangan angka putus sekolah pelajar

perempuan dan penyelenggaraan program untuk perempuan yang putus sekolah, serta

memperoleh penerangan untuk menjamin kesehatan, kesejahteraan keluarga dan keluarga

berencana.

Pemenuhan hak perempuan dalam bidang pekerjaan10 menekankan untuk pemenuhan hak

yang menyatakan bahwa pekerjaan adalah hak asasi manusia sehingga perempuan dapat memilih

pekerjaan dan profesi serta mengikuti promosi atau jenjang karir di tempat kerja, selain itu juga

memiliki hak yang sama dalam memperoleh upah dan tunjangan yang sama dengan perlakukan

dalam penilaian kualitas kerja bukan berdasarkan jenis kelamin, hak menerima cuti dengan

dibayar dan perlindungan atas kesehatan kerja serta keselamtan kerja. Perlakuan khusus bagi

perempuan di bidang pekerjaan juga diberikan karena kebutuhan perempuan dan laki-laki

berbeda terutama dalam fungsi untuk melanjutkan keturunan sehingga perempuan tidak boleh

dipecat atas dasar kehamilan ataupun status perkawinan, pengadaan cuti hamil yang dibayar,

penyediaan tempat penitipan anak dan pemeberian pekerjaan yang tidak membahayakan bagi

kehamilannya.

Pemenuhan bagi perempuan dalam bidang kesehatan11 sebagaimana ketentuan dari

Konvensi Perempuan menekankan kepada pemenuhan hak-hak perempuan dalam untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama dengan laki-laki terutama pelayanan kesehatan

yang berkaitan dengan Keluarga Berencana, kehamilan, persalinan dan sesudah persalinan.

Konvensi Perempuan juga mencantumkan hak yang sama atas dasar persamaan dalam hal

mendapatkan hak atas tunjangan kerja, hak dalam bidang keperdataan teutama dalam pinjaman

8

Sri Wiyanti Eddyono, Op.Cit, hal. 12

9

Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan, Pasal 10

10

Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan, Pasal 11

11

(6)

6

bank dan bentuk-bentuk kredit permodalan, serta hak untuk ikut serta dalam kegiatan rekreasi,

olahraga dan kebudayaan.12 Khusus untuk perempuan di pedesaan, konvensi ini juga

menekankan kepada pemenuhan hak untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan perluasan

pembanguan di segala tingkatan; memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai termasuk

penerangan, penyuluhan dan pelayanan Keluarga Berencana; mendapat manfaat langsung dari

program jaminan sosial; memperoleh pendidikan baik formal maupun non formal serta pelatihan

dan penyuluhan termasuk pemebrantasan buta huruf dan isu lainnya; memperoleh peluang yang

sama dalam bidang ekonomi dengan membentuk kelompok swadaya dan koperasi; serta

berpartisipasi aktif dalam segala kegiatan masyarkat.13

Pemenuhan hak ekonomi, sosial dan budaya secara khusus bagi perempuan juga

memerlukan dukungan dari pemerintah selaku penentu kebijakan sehingga dalam hal ini

pemerintah memiliki kewajian untuk mendukung pemenuhan hak tersebut dalam bentuk antara

lain:

1. Membuat peraturan-peraturan yang tepat untuk mengahapuskan segala tindakan

diskriminatif terhadap perempuan guna menunjang persamaan hak dengan laki-laki baik

dari bidang ekonomi, pendidikan, pekerjaan, kesehatan, sosial, dan budaya.

2. Menghapuskan streotip atas perempuan yang selalu dijadikan kelompok yang

subordinatif dibandingakan dengan laki-laki terutama dalam bidang pendidikan termasuk

dalam bentuk buku ajar dan metode pengajaran

3. Meninjau dan mengakaji ulang segala bentuk peraturan perundang-undangan seperti

dalam bidang kesehatan, pekerjaan dan perkawinan yang mendiskriminasikan perempuan

dalam kewajiban hanya sebatas dalam bidang domestik dan reproduktif.

c. Persamaan Kedudukan Perempuan di hadapan Hukum dan Perkawinan

Pasal 15 Konvensi Perempuan mencantumkan persamaan hak antara laki-laki dan

perempuan di hadapan hukum. Hak tersebut meliputi hak untuk berurusan dengan instansi

hukum, diakui kecakapan hukumnya, kesempatan untuk menjalankan kecakapan hukumnya

antara lain dalam hal membuat kontrak, mengurus harta benda, serta perlakuan yang sama

pada setia tingkatan prosedur di muka penegak hukum. Selain hak tersebut juga hak untuk

12

Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan, Pasal 13

13

(7)

7

berhubungan dengan orang, kebebasan memilih tempat tinggal maupun domisili

mereka.14

Pasal 16 Konvensi Perempuan menjamin tentang hak-hak perempuan di dalam

perkawinan. Hak ini sebelumnya sudah diatur di dalam DUHAM, Konvensi Hak Sipil

dan Politik dan Kovenan Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.15 Khusus untuk persmaan

kedudukan di dalam perkawinan, konvensi ini menekankan kepada hak untuk memasuki jenjang

perkawinan, hak untuk memilih suami dengan persetujuan yang bebas dan sepenuhnya, hak yang

sama dengan suami dalam kewajibanya untuk pengasuhan terhadap anak dan berhubungan

dengan hal-hal lain yang masih berhubungan dengan kebutuhan anak, hak untuk memilih

pekerjaan antara suami dan istri serta hak yang sama bagi suami dan istri dalam hal pengelolaan

terhadap harta benda di dalam perkawinan.

C. Implementasi Hak Asasi Perempuan di Indonesia

Melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang ratifikasi Konvensi CEDAW

(Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Againts Women) sehingga

pemebrlakuan dari CEDAW (Konvensi Perempuan) tidak hanya sebatas berada di dataran

hukum internasional yang dianggap sebagai soft law. Keberadaan dari ratfikasi konvensi ini

mengakibatkan pemerintah Indonesia harus mengadopsi seluruh strategi Konvensi,

melaksanakan Rekomendasi Komite, dan terlibat secara terus menerus terhadap berbagai

perkembangan dan keputusan internasional yang berhubungan dengan perempuan (seperti

Beijing Plat form for Action, hasil-hasil konferensi internasional tentang kependudukan,

kesehatan reproduksi, kekerasan terhadap perempuan dan sebagainya).

Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 memang terjadi di dua orde

pemerintahan yaitu orde baru dan orde reformasi, namun untuk memabatasi kajian yang

berhubungan dengan pengarusutamaan gender dalam melindungi hak perempuan di daerah maka

pembahasan pemberlakuan konvensi pada era orde baru tidak bahas secara mendalam tapi yang

jadi catatan pada orde baru, pemberlakuan konvensi ini masih bersifat artifisial yang isinya tetap

melanggengkan sterotip peran perempuan dalam bidang domestik.16 Hal ini juga dapat dilihat

14

Sri Wiyanti Eddyono, Op.Cit, hal. 15

15Ibid.

16

(8)

8

dengan adanya penguatan peran PKK dan Dharmawanita (ideology ibuisme). Artinya

perempuan masih dipakai sebagai alat untuk kepentingan ekonomi maupun kepentingan

politik negara yang tujuannya bukan untuk perbaikan situasi perempuan.17

Berbeda dengan era reformasi yang mendengungkan demokratisasi dalam segala aspek

pembangunan, pemeberlakuan dari konvensi ini bahkan menelurkan suatu peraturan

perundang-undang yang cukup progresif dalam bidang perkawinan. Keberadaan Undang-Undang tersebut

memang lebih banyak memberikan perlindungan kepada hak perempuan dan anak di dalam

lembaga perkawinan tanpa juga melupakan perlindungan bagi suami, yaitu dengan lahirnya

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pengahapusan Kekerasan dalam Rumah

Tangga. Sebelum Undang-Undang ini lahir, pemerintah Indonesia dalam kepemimpinan

Presiden B.J Habibie telah mengeluarkan Keputusan Presiden tahun 1998 yang membentuk

Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan.

Pada era Presiden Abdurahman Wahid, pemerintah juga membuat Instruksi Presiden

Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional yang

bertujuan untuk meningkatkan kedudukan, peran, dan kualitas perempuan, serta upaya

mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara, dipandang perlu melakukan strategi pengarusutamaan gender ke

dalam seluruh proses pembangunan nasional.

Namun tidak semuanya pemberlakuan Konvensi Perempuan juga berbuah manis bagi

Undang-Undang yang lain di era rformasi ini. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Ketenagakerjaan, misalnya, patut menjadi perhatian yang mendalam pula dalam konteks

hak pekerja perempuan.18 Undang-Undang ini mereduksi pelaksanaan Konvensi Perempuan

mengingat prinsip yang digunakan adalah prinsip kesamaan (bertentangan dengan pasal 4

Konvensi Perempuan) yang akan melegitimasi tidak diberikannya hak-hak khusus untuk

perempuan karena reproduksi sosial dan biologisnya.19

17Ibid

.

18Ibid

, hal. 29

19Ibid

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan gejala fisik yang dilihat langsung oleh para peternak, dengan perhitungan metode bayes diketahui jenis penyakit yang dialami ternak babi.. Jenis penyakit yang

Atas dasar latar belakang yang dikemukakan di atas, pertanyaan utama yang muncul adalah: “Bagaimana diversifikasi kurikulum di bumi Nusantara tercinta ini diwujudkan?”. Apabila

Jika dikaitkan dengan Model Pembelajaran Project Based Learning, Ayat di atas menjelaskan bahwa, Proses belajar mengajar dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

DAFTAR

• Guru memberikan kesempatan kepada siswa atau kelompok lain untuk menanggapi dengan cara bertanya, menambahkan jawaban, atau memberi masukan.. • Guru mengapresiasi

Menurut Lipiyoadi (2002:120), Promosi merupakan salah satu variable dalam bauran pemasaran yang sangat penting dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan produk jasa,

Sedangkan menurut Ikerionwu (dalam European Journal of Humanities and Social Sciences, 2011: 115) referred to them as objects or devices, which help the teacher to make a

Kandungan sia yang relatif tinggi pada kolostrum (susu yang diperoleh pada awal masa laktasi, ≈ 1,415 mg/mL) dibandingkan dengan susu yang diperoleh pada 7 bulan masa laktasi (