• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DAN MAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DAN MAS"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbicara tentang pengertian etika komunikasi massa, definisi komunikasi sangatlah fenomenal di telinga kita. Di era reformasi, dimana setiap orang dapat memuat, menerbitkan surat kabar ataupun majalah serta mendirikan stasiun televisi atau radio perlu penekanan kembali kepada sejumlah pengelola pabrik komunikasi tersebut bahwa pentingnya pemahaman etika dalam sebuah komunikaasi baik secara teori maupun praktiknya.

Amir (1999:43) mengatakan bahwa pelanggaran terhadap etika akan menghambat kelancaran tugas mereka dan akan menggagalkan misi dan fungsi di tengah masyarakat. Dari pernyataan Amir secara pribadi, etika yang dimaksudkan pada paparannya tersebut, keberadaan etika selalu dikaitkan dengan moral.Untuk lebih jelasnya, mari kita ulas dari asal mulanya secara seksama. Kata moral berasal dari latin: Mores. Mores berasal dari mos yang berarti kesusilaan, tabiat atau kelakuan. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa moralitas berarti hal yang berhubungan dengan kesusilaan yaitu baik-buruknya perbuatan manusia.

(2)

PERUMUSAN MASALAH

2.1 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini rumusan masalah yang akan dibahas antara lain : 1. Apa pengertian dari Komunikasi Massa?

2. Apa perbedaan dari etika, etiket, dan moral? 3. Mengapa harus mempelajari etika?

4. Bagaimana realitas pelaksanaan etika komunikasi?

2.2 Tujuan

Tujuan dan manfaat yang diharapkan tercapai setelah membaca makalah ini yaitu :

1. Mahasiswa mampu mengerti komunikasi massa

2. Mahasiswa mampu memahami perbedaan etika, etiket, dan moral 3. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami manfaat mempelajari etika

(3)

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah proses di mana organisasi media membuat dan menyebarkan pesan kepada khalayak banyak (publik).Organisasi - organisasi media ini akan menyebarluaskan pesan-pesan yang akan memengaruhi dan mencerminkan kebudayaan suatu masyarakat, lalu informasi ini akan mereka hadirkan serentak pada khalayak luas yang beragam. Hal ini membuat media menjadi bagian dari salah satu institusi yang kuat di masyarakat.

Dalam komunikasi massa, media massa menjadi otoritas tunggal yang menyeleksi, memproduksi pesan, dan menyampaikannya pada khalayak.

Poin-Poin Penting dari Etika Komunikasi Massa

Dalam pembahasan ini, ada beberapa poin yang harus diperhatikan berkaitan dengan etika komunikasi massa. Shoemaker dan Reese (1991) mengungkapkan ada lima poin:

1. Tanggung Jawab

Orang yang terlibat dalam proses komunikasi massa harus mempunyai tanggung jawab dalam pemberitaan atau atas apa yang disiarkan. Jika pemberitaan mempunyai potensi merugikan orang lain, pihak media harus ikut bertanggung jawab bukan menghindar darinya. Tanggung jawab tentunya mempunyai dampak positif, dampak yang terasa adalah media massa akan berhati-hati dalam menyiarkan dan menyebarkan informasi. 2. Kebebasan Pers

(4)

bawahi bahwa kebebasan disini bukanlah bebas lepas dari tanggung jawab, namun bebas dalam memuat informasi serta tanggung jawab atas apa yang diinformasikan.

3. Masalah Etis

Masalah etis disini artinya adalah jurnalis itu harus bebas dari kepentingan pribadi mengabdi kepada kepentingan umum.

 Wartawan menghormati hak masyarakat untuk mendapatkan informasi yang benar.

 Wartawan harus menempuh cara yang etis dalam memperoleh dan menyiarkan berita.

 Wartawan menghormati asas praduga tak bersalah, tidak mencampurkan fakta dan opini, tidak melakukan plagiat.

 Wartawan tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, cabul, serta tidak menyebutkan identitas korban kejahatan asusila.

 Wartawan tidak menerima suap dan tidak menyalah gunakan profesi.  Segera meralat dan menjabut jika ada kekeliruan dalam pemberitaan. 4. Ketetapan dan Objektivitas

Yang dimaksud dari ketepatan disini berarti dalam penulisan wartawan harus akurat, cermat, dan diusahakan tidak ada kesalahan.Sementara itu, objektivitas adalah pemberitaan yang didasarkan fakta-fakta di lapangan, bukan opini wartawannya.Meski demikian, objektivitas semata tidaklah cukup.

5.Tindakan Adil Untuk Semua orang

(5)

 Media berita harus melawan campur tangan individu.Individu yang dimaksud seperti aparat keamanan, narasumber, atau pemilik saham.  Media tidak boleh menjadi “kaki tangan” pihak tertentu.

 Media berita mempunyai kewajiban membuat koreksi lengkap dan tepat jika terjadi kesalahan.

Wartawan bertanggung jawab terhadap laporan beritanya kepada publik. 3.2 Perbedaan Etika, Etiket, dan Moral

1) Etika

Etika merupakan cabang filsafat yang mempelajari pandangan-pandangan dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan, dan kadang-kadang orang memakai filsafat etika, filsafat moral atau filsafat susila. Dengan demikian dapat dikatakan, etika ialah penyelidikan filosofis mengenai kewajiban-kewajiban manusia dan hal-hal yang baik dan buruk. Etika adalah penyelidikan filsafat bidang moral. Etika tidak membahas keadaan manusia, melainkan membahas bagaimana seharusnya manusia itu berlaku benar. Etika juga merupakan filsafat praxis manusia. etika adalah cabang dari aksiologi, yaitu ilmu tentang nilai, yang menitikberatkan pada pencarian salah dan benar dalam pengertian lain tentang moral.

Etika dapatdibedakan menjadi tiga macam:

 Etika sebagai ilmu, yang merupakan kumpulan tentang kebajikan, tentang penilaian perbuatan seseorang.

 Etika dalam arti perbuatan, yaitu perbuatan kebajikan. Misalnya, seseorang dikatakan etis apabila orang tersebuttelah berbuat kebajikan.  Etika sebagai filsafat, yang mempelajari pandangan-pandangan,

(6)

Etiket adalah aturan sopan santun dalam pergaulan.Dalam pergaulan hidup, etiket merupakan tata cara dan tata krama yang baik dalam menggunakan bahasa maupun dalam tingkah laku. Etiket merupakan sekumpulan peraturan-peraturan kesopanan yang tidak tertulis, namun sangat penting untuk diketahui oleh setiap orang yang ingin mencapai sukses dalam perjuangan hidup yang penuh dengan persaingan.

Etiket juga merupakan aturan-aturan konvensional melalui tingkah laku individual dalam masyarakat beradab, merupakan tatacara formal atau tata krama lahiriah untuk mengatur relasi antarpribadi, sesuai dengan status social masing-masing individu. Etiket didukung oleh berbagai macam nilai, antara lain:

1. Nilai-nilai kepentingan umum

2. Nilai-nilai kejujuran, keterbukaan dan kebaikan 3. Nilai-nilai kesejahteraan

4. Nilai-nilai kesopanan, harga-menghargai

5. Nilai diskresi (discretion: pertimbangan) penuh pikir. Mampu membedakan sesuatu yang patut dirahasiakan dan boleh dikatakan atau tidak dirahasiakan.

3) Moral

(7)

Menurut asal katanya “moral” dari kata mores dari bahasa Latin, kemudian diterjemahkan menjadi “aturan kesusilaan”. Dalam bahasa sehari-hari, yang dimaksud dengan kesusilaan bukan mores, tetapi petunjuk-petunjuk untuk kehidupan sopan santun dan tidak cabul. Jadi, moral adalah aturan kesusilaan, yang meliputi semua norma kelakuan, perbuatan tingkah laku yang baik. Kata susila berasal dari bahasa Sansekerta, su artinya “lebih baik”, sila berarti “dasar-dasar”, prinsip-prinsip atau peraturan-peraturan hidup. Jadi susila berarti peraturan-peraturan hidup yang lebih baik.

Pengertian moral dibedakan dengan pengertian kelaziman, meskipun dalam praktek kehidupan sehari-hari kedua pengertian itu tidak jelas batas-batasnya. Kelaziman adalah kebiasaan yang baik tanpa pikiran panjang dianggap baik, layak, sopan santun, tata krama, dsb. Jadi, kelaziman itu merupakan norma-norma yang diikuti tanpa berpikir panjang dianggap baik, yang berdasarkan kebiasaan atau tradisi.

3.3 Manfaat Mempelajari Etika

Manfaat mempelajari etika diantaranya :

1. Dewasa ini, kita hidup dalam masyarakat yang terus meningkat perkembangannya. Dengan perkembangan teknologi komunikasi khususnya berdampak pada pemupukan sifat individu manusia. Dengan demikian tanpa etika, manusia akan menjadi pemangsa bagi sesamanya, dengan etika, manusia dapat diarahkan kepadahal yang baik.

(8)

Dengan posisi demi kian etika penting agar di masyarakat tercipta dan harmonis serta mengetahui tugas, hak, dan kewajibannya masing-masing. 3. Media masa tidak sekedar memengaruhi perubahan dalam masyarakat, bahkan telah menjadi agen perubahan itu sendiri. Jika sebuah komunikasi massa tidak mempunyai etika maka yang terjadi adalah terciptanya masyarakat yang hancur. Akhirnya media massa yang mengendalikan dirinya tanpa ada pertimbangan baik buruknya.

3.4 Realitas Pelaksaan Etika Komunikasi

Keberadaan etika bagi komunikasi massa adalah menjadi peraturan tersendiri bagi pelaksanaannya, namun tidak menutup kemungkinan munculnya pelangaran-pelangaran yang sewaktu-waktu bisa saja terjadi. Ada beberapa catatan tentang pelaksanaan etika komunikasi massa sebagai berikut:

1) Pelaksanaan etika komunikasi massa masih membutuhkan perjuangan yang berat dan terus menerus karena masih banyak munculnya pelanggaran dalam etika.

2)Pelaksanaan etika bias terhambat karena masing-masing pihak (pers, pemerintahan dan masyarakat) membuat ukuran tersendiri. Bagi pers, apa yang telah diberitakan sudah mewakili kepentingan masyarakat. Namun bagi pemerintah, model apapun cenderung untuk mempertahankan kekuasaan.Jika masing-masing pihak sudah berbeda ukuran dalam memahami pihak lain, maka pelaksaan etika masih sulit diwujudkan.

(9)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

(10)

DAFTAR PUSTAKA

http://aginapuspa.blogspot.co.id/2013/04/etika-komunikasi-massa.html#sthash.ujHN6ACm.dpuf/diakses pada 20 Februari 2017 http://onyenkchulle.blogspot.com/2010/10/tujuan-mempelajari-etika.html/diakses pada 20 Februari 2017

Referensi

Dokumen terkait

Eksperimen menunjukkan komputasi matrik invers dengan jumlah data kecil atau besar dengan menggunakan prosessor berjumlah 2,4,8, dan 16 dalam perhitungan matrik

Mendiagnosis karies pada gigi terutama karies dini atau karies tersembunyi dengan hanya melalui pemeriksaan klinis merupakan teknik yang tidak akurat, meskipun sensitivitas

Hasil penelitian yang membandingkan antara kadar CKMB dengan positivitas hasil pemeriksaan HFABP terlihat bahwa hasil HFABP yang positif lebih banyak dibandingkan dengan kadar CKMB

Lakon Melarung Sengkuni dalam cerita pewayangan juga untuk mengambil falsafah kehidupan, yang diambil dari falsafah wayang setiap kejahatan akan kalah dengan

Penelitian ini bertujuan melakukan evaluasi implementasi terhadap kebijakan Direktur Jenderal Pendidikan Agama Islam yang memberikan panduan langkah- langkah yang

PPATK sendiri dengan pendekatan berbasis risiko telah mengutamakan penanganan perkara TPPU yang berdasarkan 3 jenis tindak pidana utama yang menghasilkan..

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 10 Bandung tahun ajaran 2016/2017, dan sebagai sampel penelitian ini adalah 18 orang kelas X Bahasa 1 sebagai kelas eksperimen

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta hidayah-Nya yang telah diberikan sehingga dapat menyususun dan