• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAYA PEMBELAJARAN GURU DALAM PENYAMPAIAN MATERI MENDUKUNG KEAKTIFAN SISWA DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "GAYA PEMBELAJARAN GURU DALAM PENYAMPAIAN MATERI MENDUKUNG KEAKTIFAN SISWA DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

GAYA PEMBELAJARAN GURU DALAM PENYAMPAIAN MATERI MENDUKUNG KEAKTIFAN SISWA DALAM KEGIATAN BELAJAR

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar dalam mengembangkan kemampuan dan kepribadian manusia baik di dalam maupun di luar sekolah harus mampu meningkatkan kualitas manusia dan menambah kesadaran serta sikap budaya bangsa untuk selalu berupaya menambah pengetahuan dan keterampilan di jaman yang terus berkembang, bukan hanya IPTEK saja yang perlu dikembangkan namun manusianya pun juga ikut ditingkatkan kualitasnya. Perkembangan dasar dari seorang berasal dari tingkat mutu pendidikan yang didapatkan. Meningkatkan kualitas manusia dan menambah kesadaran serta sikap budaya bangsa untuk selalu berupaya menambah pengetahuan dan keterampilan serta mengamalkan sehingga terwujud manusia dan masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, mandiri, berkualitas dan menghargai setiap jenis pekerjaan yang memiliki harkat dan martabat sesuai dengan falsafah pancasila.

Pendidikan Nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif-terampil, berdisiplin, beretos kerja, professional dan bertanggung jawab dan produktif, serta sehat jasmani dan rohani.

Tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 (1993:1) adalah: Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

(3)

pemerataan pendidikan dasar, sehingga memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lingkungan sekolah merupakan sub system pendidikan yang biasa disebut lembaga sekolah. Lembaga sekolah merupakan wahana untuk mengalokasikan individu ke dalam status atau posisi-posisi yang ada dalam masyarakat, sesuai dengan bakat kemampuan dan ciri-ciri kepribadian. Sekolah merupakan pula alat untuk memproses anak didik administrative dan teknis, sehingga menjadi output yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Demikian juga mengingat sekolah sebagai salah satu tempat untuk belajar, sehingga sekolah dapat dikatakan merupakan suatu wahana permainan bermacam-macam pelajaran yang harus diikuti para siswa untuk mewujudkan suatu tujuan yang ingin dicapai.

Hasil nyata keberhasilan siswa terlihat di sekolah dalam wujud prestasi atau nilai raport. Tingkat keberhasilan siswa dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern dari individu. Faktor intern meliputi sikap, motivasi, kesehatan, bakat dan minat. sedangkan faktor ekstern, antara lain kondisi sosial, lingkungan belajar, suasana rumah dan fasilitas belajar.

Dalam proses belajar mengajar, guru sebanyak mungkin mempergunakan waktunya untuk memotivasi siswa-siswanya. Siswa-siswa yang termotivasi dengan baik dalam belajar, melakukan kegiatan lebih benya dan lebih cepat dibandingkan dengan siswa yang kurang termotivasi dalam belajar. Motivasi untuk mebrprestasi bagi siswa yang diciptakan oleh guru merupakan motivasi yang bersifat ekstern, yaitu motivasi yang berasal dari luar diri siswa. Adanya gaya mengajar dari guru merupakan salah satu bentuk dari kondisi belajar di sekolah.

(4)

Gaya yang menarik dalam mengajar, dapat diterima dengan akal sehat dan dalam menyampaikannya mudah diterima. Apabila siswa merasa “senang atau pas” dengan gaya mengajar guru, maka hal ini dapat menjadikan siswa dalam belajar berlomba-lomba berprestasi dengn teman-temannya. Hal ini berarti guru telah dan ikut melaksanakan tujuan dari pendidikan lewat lembaga pendidikan yaitu sekolah, dan mengajak siswa aktif sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada unsur yang berkaitan antara gaya mengajar guru dengan presrtasi belajar?

2. Apakah ada keterkaitan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar?

3. Apakah terdapat hubungan antara gaya mengajar guru dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap prestasi belajar?

C. Tujuan Pembahasan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diambil tujuan pembahasan sebagai berikut:

1. Mengetahui adanya unsur yang berkaitan antara gaya mengajar guru dengan presrtasi belajar.

2. Mengetahui adanya keterkaitan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar.

(5)

BAB II PEMBAHASAN

A. Gaya Mengajar Guru

Kebosanan biasanya terjadi bila seseorang mengalami peristiwa yang sama secara berulang, terus dan rutin. Kecenderungan kita adalah adanya suatu perubahan dari yang telah telah ada, dan kita menginginkan adanya variasi dalam kehidupan.

Kebosanan juga merupakan masalah besar di sekolah. sebagian besar guru dalam mengajar tetap tinggal di kursinya atau selalu berdiri di samping meja guru di depan kelas dan berbicara dengan monoton mulai masuk kelas sampai akhir pelajaran. Dalam keadaan seperti ini sulit untuk mempertahankan perhatian murid, sehingga waktu yang terpakai tidak bermanfaat bagi guru dan murid.

Murid juga menginginkan adanya variasi dalam proses belajar, sehingga belajar itu sendiri lebih menarik dan lebih hidup. Dengan demikian, siswa lebih dapat memusatkan perhatian mereka.

Variasi dalam kegiatan belajar mengajar, dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam mengajar, yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam penggunaan alat atau media pengajaran, dan variasi dalam pola interaksi dalam kelas. Keterampilan mengajar dengan melakukan variasi telah dikenal dan dianggap sebagai keterampilan yang sangat penting dikuasai oleh seorang guru. Dalam pelaksanaannya, komponen-komponen melakukan variasi ini membuat aspek-aspek keterampilan lainnya seperti variasi dalam memberikan penguatan (reinforcement), variasi dalam mengajukan pertanyaan dan sebagainya.

(6)

Variasi dalam gaya mengajar guru berguna untuk menarik dan memperhatikan minat dan semangat siswa dalam belajar. Variasi ini meliputi variasi suara, pemusatan perhatian, variasi gerakan anggota badan dan variasi perpindahan guru dlam kelas.

Dari siswa, variasi dilihatnya sebagai sesuatu yang menarik dan memiliki relevansi dengan hasil belajar.

Variasi gaya mengajar guru, akan mempertinggi komunikasi antara guru dengan siswa. Biasanya variasi semacam ini muncul di antara komponen-komponen sebagai berikut:

1. Penggunaan Variasi Suara

Yang termasuk dalam pengertian suara ini adalah kekuatan atau kekerasan, lagu bicara (intonasi), tekanan bicara dan kelancaran bicara.

Dalam menyajikan pokok penting biasanya guru memberi tekanan pada kata-kata tertentu, atau juga dalam diucapkan dengan lambat sehingga dapat diikuti dengan jelas sekali.

Suara yang terlalu keras atau terlalu lemah akan memberikan hasil belajar yang buruk. Suara yang terlalu keras justru sulit untuk ditangkap isi pembicaraannya. Di samping itu kesan yang diterima siswa adalah gurunya seorang yang kejam. Suasana belajar yang demikian akan mengganggu proses belajar mengajar.

Sebaiknya suara yang terlalu lemah akan tidak jelas di dengar oleh siswa terutama yang duduk deretan paling belakang. Kesan yang diterima siswa adalah guru lemah dalam penguasaan materi sehingga diremehkan. Untuk itu perlu dipertimbangkan tentang seberapa kekuatan suara yang harus dikeluarkan di sesuaikan dengan jumlah siswa, luas ruangan dan kondisi ruangan. Diusahakan agar semua siswa dapat mendengar dengan jelas apa yang disampaikan oleh guru.

(7)

membosankan siswa. Tekanan bicara hendaknya diberikan pada hal-hal yang penting misalnya dalam menyebutkan definisi istilah, nama, dan kata-kata asing dengan ucapan pelan dan jelas. Kalau dirasa perlu ucapannya dapat diulang baik oleh guru atau siswa. Kelancaran berbicara patut pula diperhatikan karena mempunyai pengaruh yang besar pada daya tangkap siswa. Cara bicara yang gagap atau terbata-bata, sulit ditangkap maksudnya.

Berbicara didepan massa atau dengan orang yang membaca puisi di atas panggung. Guru hendaknya memperhatikan setiap murid yang dihadapi sebagai lawan bicara sehingga akan terlibat kontak antar masing-masing individu.

2. Pemusatan Perhatian (Focusing)

Memusatkan perhatian pada hal yang penting, dapat dilakukan guru dengan perkataan, misalnya perhatian baik-baik, ini yang penting, perlu digaris bawahi, dan lain sebagainya. Penekanan seperti itu biasanya di kombinasikan dengan gerakan anggota badan.

3. Kesenyapan atau Pemberian Waktu (Pausing)

Adanya kesenyapan yang disengaja pada saat guru menerangkan, merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian siswa.

Didalam mengajukan pertanyaan guru menggunakan “waktu tunggu” atau kesenyapan untuk memberikan kesempatan siswa untuk berfikir utamanya pada pertanyaan yang memerlukan waktu berfikir yang dalam.

4. Mengadakan Kontak Pandang

Yang dimaksud dengan kontak pandang disini adalah hubungan batin antara guru dan siswa dalam kaitannya dengan materi yang sedang dibahas bersama. Pada saat mengajar, pandangna guru ke seluruh ruangan dan memperhatikan murid untuk menunjukkan adanya hubungan. Kontak pandang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi yang penting dan dapat juga untuk mengetahui perhatian dan pemahaman siswa.

(8)

Hal-hal diatas hendaknya di hindari oleh guru pada saat mengajar agar situasi dapat terkendali dengan baik.

5. Gerakan Badan dan Mimik

Gerak dari anggota badan dalam memberikan pelajaran sangat besar peranannya untuk memperjelas hal-hal yang penting. Siswa akan lebih jelas dalam memahami pelajaran. Disamping melalui pendengaran juga disertai pengamatan melalui mata.

Variasi ekspresi wajah guru, seperti gerakan kepala gerakan badan adalah aspek yang penting dalam berkomunikasi. Hal ini tidak saja menarik perhatian siswa tetapi dapat menyampaikan pesan lisan yang dimaksudkan.

Ekspresi wajah, seperti tersenyum, mengerutkan dahi, menaikan alis mata juga dapat menarik perhatian siswa. Gerakan kepala, misalnya menggeleng, mengangkat atau merendahkan kepala.

Gerakan gerakan yang biasa dilakukan tetapi perlu dihindari antara lain menghapus hidung, menggaruk anggota badan, memainkan kapur atau alat yang lain, memegang- megang papan tulis, menghapus papan tulis dengan jari tangan, berjalan hilir mudik, duduk di meja, dan lain sebagainya. 6. Pergantian Posisi Guru dalam Kelas

Pengertian posisi guru dalam kelas digunakan untuk mempertahankan perhatian murid. Yang dimaksud dengan pergantian posisi disini adalah berjalan kedepan atau kebelakang kekiri atau kekanan, diantara siswa dan gerak yang lain. Tetapi yang perlu diingat adalah tidak melakukan perpindahan tempat berkali-kali karena dapat mengganggu perhatian siswa.

(9)

B. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian motivasi

Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat juga diartikan sebagai daya penggerak dari dalam untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu untuk mencapai tujuan.

Motivasi tumbuh didorong oleh kebutuhan (need) seseorang seperti misalnya kebutuhan menjadi orang kaya maka seseorang berusaha mencari penghasilan yang sebanyak-banyaknya dengan jalan berdagang, dan sebagainya. Motivasi merupakan satu detrminan penting dalam belajar, para ahli sukar mendefinisikannya, akan tetapi motivasi berhubungan dengan arah prilaku dan kekuatan respon, yaitu usaha setelah belajar untuk melakukan tindakan tertentu dan ketahanan prilaku yaitu konsistensi prilaku menurut cara tertentu (Martinis Yamin 2007: 217).

Mc. Donald (dalam Oemar Hamalik, 2001: 158) mendefinisikan motivasi adalah perubahan energi dalam diri pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan

Menurut WJS. Poerwodarminto dalam bukunya Kamus Umum Bahasa Indonesia : “Motivasi ialah sebab-sebab yang menjadi dorongan atas tindakan seseorang”.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut diatas, masalah-masalah yang dihadapi guru antara lain : mempelajari bagaimana melaksanakan motivasi secara efektif.

Motivasi sebagai suatu proses dalam membantu siswa pada pengalaman-pengalaman yang memungkinkan mereka dapat belajar untuk mendapatkan hasil yang optimal.

(10)

Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang ingin melakukan sesuatu, dan bila tidak akan berusaha untuk meniadakan perasaan tidak suka itu.

Dorongan dapat bertambah dari luar diri siswa yaitu yaqng berasal dari guru yaitu memberi semangat. Semuanya diarahkan pada satu tujuan yaitu memperoleh hasil belajar siswa secara optimal.

2. Jenis – jenis Motivasi

Seorang ahli pendidikan yaitu Amir Dain Indrakusuma membedakan atas dua jenis motivasi :

a) Motivasi Intrinsik yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri anak sendiri.

Dalam hal ini beliau sempat menampilkan hal-hal yang dapat menimbulkan intristik diantaranya yang paling penting adalah :

1. Adanya kebutuhan

2. Adanya pengetahuan tentang keinginannya sendiri 3. Adanya inspirasi atau cita-cita

Drs. H.M. Djumberansyah Indar dalam bukunya aliran Psiko Analisa, beliau mengatakan sebagai berikut: “Faktor daya atau tenaga pendorongtimbulnya dari manusia, manusia berbuat karena adanya dorongan untuk berbuat”. Demikian pula dengan siswa, siswa mengetahui apakah dia ada kemajuan atau kemunduran dalam belajar, sehingga dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi.

(11)

b) Motivasi Ekstrinsik yaitu motivasi atau tenaga-tenaga pendorong yang berasal dari luar diri anak.

Anak yang belajar karena mengharapkan pujian dari guru atau orang tuanya.

Menurut Sardiman (1990:90) bahwa:

“Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalam aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan-dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar”.

Dengan kata lain, pada motivasi ekstrinsik ini anak belajar bukan karena belajar itu berarti baginya, melainkan anak mengharapkan sesuatu di balik kegiatan belajarnya. Adapun hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi ekstrinsik, antara lain:

a) Ganjaran b) Hukuman

3. Persaingan atau Kompetisi

Motivasi yang sehat perlu ditimbulkan secara integral dalam dunia belajar, yakni diambil dari dalam system nilai lingkungan hidup siswa. Motivasi yang mempunyai daya penggerak yang besar umumnya adalah motivasi yang bersifat intrinsik. Bila siswa melihat dengan jelas hubungan tujuan dan atau motif perbuatan (belajarnya) itu dengan satu system nilai tugas-tugas perkembangan, maka dia akan cukup ulet menghadapi kesulitan-kesulitan atau situasi-situasi yang kurang menyenangkan.

4. Motivasi Berprestasi

Winkel (1989:96) menyatakan, motivasi berprestasi (achievement motivation) adalah salah satu motivasi intrinsik, yaitu daya penggerak

(12)

Suwito (1989: 43) mengemukakan ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi, yaitu:

1. Tertarik pada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh kepada guru.

2. Tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan.

3. Antusias tinggi serta mengendalikan perhatian dan energinya kepada guru.

4. Ingin selalu bergabung dalam satu kelompok kelas. 5. Ingin identitas diri diakui oleh orang lain.

6. Tindakan dan kebiasaannya serta moralnya selalu dalam kontrol diri. 7. Selalu mengingat kembali pelajaran dan selalu mempelajarinya

kembali di rumah. dan selalu terkontrol oleh lingkungan. 6. Keuletan dalam belajar biarpun menghadapi tantangan.

Clelland (1961) mengatakan, motivasi berprestasi adalah kecenderungan dalam menyelesaikan sesuatu pekerjaan denga usaha aktif memberikan hasil yang baik (Parno, 1988:35). Dengan demikian, motivasi berprestasi (termasuk dalam motivasi intrinsik) adalah daya gerak dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu tindakan sehingga dapat tercapai hasil sebaik mungkin. Masih menurut Clelland dalam Mukhni (1988:21), seorang dianggap mempunyai motivasi untuk berprestasi jika dia mempunyai motivasi untuk berprestasi, jika dia mempunyai keinginan untuk melakukan suatu kerja yang prestasinya lebih baik dari pada prestasi orang lain. Selanjutnya dijelaskan bahwa karakteristik dari orang-orang berprestasi tinggi adalah suka mengambil resiko, memerlukan umpan balik yang segera, memerhatikan dan memperhitungkan keberhasilan dan menyatu dengan tugas.

Robinson dalam Suyudi (1987:38), membagi motivasi berprestasi dalam tiga aspek, yaitu:

1. Dorongan Belajar

2. Penghindaran dari Kegagalan

(13)

C. Prestasi Belajar

Prestasi belajar berasal dari kata prestasi dan belajar. Menurut Ada beberapa pendapat tentang prestasi belajar menurut Oemar Hamalik (2001: 61) memberikan pengertian bahwa, prestasi belajar adalah hasil belajar seseorang. Belajar merupakan perubahan tingkah laku, yang mencakup sedikitnya tiga aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan demikian, prestasi ini harus mencerminkan sekurang-kurangnya tiga aspek tersebut.

Sekolah sebagai salah satu tempat belajar memberikan bermacam-macam pelajaran yang harus ditempuh oleh para siswa untuk menunjukkan suatu tujuan yang dicapai. Pencapaian tujuan ini diukur dengan mengadakan suatu penelitian.

Untuk mengukur hasil belajar tersebut dapat digunakan pengukuran dengan teknik tes maupun teknik non tes. Dengan istilah lain, Nur Kencana (1982:44) menyatakan:

“Ada dua metode yang dapatdipergunakan untuk mengetahui kemajuan yang dicapai oleh murid-murid dalam proses belajar-mengajar yang mereka lakukan ialah metode tes dan non tes”.

(14)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Sesuai dengan tujuan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tidak terdapat keterkaitan yang positif antara gaya mengajar guru dengan prestasi belajar siswa, karena prestasi belajar siswa lebih ditentukan oleh motivasi intrinsik dan motivasi berprestasi siswa yang bersangkutan. 2. Ada hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan prestasi

belajar siswa.

3. Ada hubungan yang positif antara gaya mengajar guru dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap prestasi belajar siswa.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Guru hendaknya lebih meningkatkan kemampuan san seni dalam mengajar siswa agar siswa dapatlebih termotivasi untuk terus berprestasi dalam belajarnya.

2. Para siswa hendaknya dapat menumbuhkan motivasi yang berasal dari diri sendiri, baik melalui teman, guru, maupun orang tua untuk berprestasi, sehingga memperoleh prestasi yang lebih baik.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta: Jakarta.

Martinis Yamin. 2007. Strategi Pembelajara» Berbasis Kompetensi. Jakarta. Gaung Persada Press.

Oemar Hamalik. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Poerwodarminto, W.J.S. 1982. Kamus Bahasa Indonesia. Balai Pustaka:Jakarta.

Sardiman, A.M. 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers:Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Dari pemaparan diatas, maka timbul pertanyaan mengenai bagaimana bentuk dukungan sosial tersebut terhadap penderita shizophrenia yang telah menjalani perawatan medis dan kembali

3 Universitas Widya Kartika Surabaya Surabaya 4 Universitas Teknologi Surabaya Surabaya 5 Universitas PGRI Ronggolawe Tuban Tuban 6 Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum

13 Fasilitasi Pembinaan dan Pengendalian Pengelolaan Keuangan Desa. Fasilitasi Pembinaan dan Pengendalian Pengelolaan

Artinya, pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dengan menggunakan e- procurement lebih efektif dibandingkan secara manual atau sebelum menggunakan e-procurement

[r]

Ekstraksi zat warna dari kulit manggis ( Garcinia mangostana ) pada suhu 60 0 C menghasilkan ekstrak zat warna yang memiliki intensitas warna tertinggi pada

Seseorang yang gagal dalam adaptasi secara posit if dikatakan mengalami gangguan mental.... Jelaskan hubungan kesehat an ment al dengan

Salah satu cabangnya terdapat di kota Medan, Hotel Grand Aston Medan Berdiri di dekat Bank Indonesia dengan ikon balai kota Medan tempo dulu,dengan dua bangunan, bangunan