PEMBUATAN BIOGAS DARI AMPAS TAHU
Pamilia Coniwanti, Anthon Herlanto, Inneke Anggraini Y.
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Abstrak
Hasil penelitian membuktikan bahwa biogas dapat dibuat dari bahan-bahan organik homogen yang berbentuk padat maupun cair. Limbah ampas tahu dari pabrik pembuatan tahu merupakan salah satu dari alternatif bahan baku yang bisa digunakan dalam proses pembuatan biogas. Dari sejumlah penelitian yang telah dilakukan, penelitian biogas kebanyakan dibuat dari kotoran sapi dan mulai berkembang pada limbah ampas tahu. Mengingat volume limbah ampas tahu yang dihasilkan sangat banyak di Indonesia yang tidak dimanfaatkan lebih lanjut, dimana pemanfaatan limbah ini sebenarnya dapat memberikan nilai ekonomi yang lebih. Beberapa manfaat dari biogas yang terbuat dari ampas tahu adalah mengurangi volume limbah dilingkungan, mengurangi efek rumah kaca, and menjadi gas alternatif menggantikan LPG yang biasa digunakan untuk masak.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio perbandingan kadar ampas tahu dengan kandungan air dan waktu fermentasi. Rasio perbandingan kadar ampas tahu dengan air adalah 100%:0%, 80%:20%, 60%:40%, 40%:60%, dan 20%:80%, dan Waktu fermentasi adalah 168, 180, 192, 204, dan 216 Jam. Pada penelitian ini, biogas terbaik dihasilkan pada rasio perbandingan kadar ampas tahu 60% dengan kandungan air 40% dan waktu fermentasinya adalah 168 jam.
Kata Kunci : ampas tahu, fermentasi, biogas
Abstract
The result of research proving biogas can be made from homogen organic substances which from of solid and also melt (liquid). Waste from tofu’s dregs from the factory that producing tofu is representing as one of alternative of raw material which can be used in course of making biogas. From some of research that have been done, most of research biogas is made by ox dirt and start to expand at waste of tofu’s dregs. Considering with volume products of tofu’s dregs are plenty in Indonesia is not exploited furthermore, although, in fact this waste exploiting can be assign more value of economic. The benefits from biogas is made from tofu’s dregs are less the waste, less impact of glasshouse effect, and alternative fuel of LPG that used to cook.
Variable used by this research are rate comparison of tofu’s dregs with rate comparison of water, and ferment time. Value in rate comparison of tofu’s dregs with water are 100%:0%, 80%:20%, 60%:40%, 40%:60%, and 20%:80%, and value in time of fermentation are 168, 180, 192,204, and 216 hour. In this research, the best value of biogas at ratio comparison rate of tofu’s dregs is 60% with rate comparison of water is 40% and time of fermentation at 168 hour.
Keywords : tofu’s dregs, ferrmentation, biogas
I. PENDAHULUAN
Dengan timbulnya kelangkaan bahan bakar minyak yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia yang signifikan, pemerintah mengajak masyarakat untuk mengatasi masalah energi ini secara bersama-sama karena kenaikan harga yang mencapai 115 dolar/barel ini termasuk luar biasa.
Adapun hal yang menyebabkan keharusan setiap warga untuk melakukan proses penghematan adalah karena pasokan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi merupakan sumber
energi fosil yang tidak dapat diperbarui (unrenewable), sementara permintaan menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat dan demikian pula dengan kondisi harga sehingga tidak ada stabilitas keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Salah satu jalan untuk melakukan penghematan BBM adalah dengan mencari sumber energi alternatif terutama yang dapat diperbarui (renewable). Sebagai contoh energi biogas.
limbah cair maupun limbah padat setiap harinya. Pembuangan limbah ini mempunyai akibat yang cukup membahayakan bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Selain aromanya yang kurang enak, pembuangan limbah ini juga bisa menjadi tempat munculnya berbagai bibit penyakit, pengaruh efek rumah kaca, merusak keindahan lingkungan dan akibat-akibat lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan jumlah kadar ampas tahu dengan kandungan air dengan perbandingan jumlah kadar ampas tahu (%) dengan kandungan air (%) : terdiri atas = 100:0, 80:20, 60:40, 40:60, dan 20:80 (%), dan waktu fermentasi terhadap komposisi biogas yang dihasilkan dengan waktu fermentasi (jam) : terdiri atas = 168, 180, 192, 204, dan 216 jam.
II. FUNDAMENTAL
2.1. Kedelai sebagai Bahan Dasar Pembuatan Tahu
Sebagai bahan makanan manusia maupun hewan, kedelai memiliki nilai gizi yang tinggi. Kadar protein biji kedelai berada di atas 30%, sedangkan kandungan protein kasar hijauannya berkisar antara (15-20)%. Kandungan protein kasar hijauan ini jauh lebih tinggi dari pada kandungan protein kasar rumput-rumputan yang pada umumnya berkisar antara (6-10)% dari bahan kering.
Limbah kedelai seperti ampas tahu dan bungkil, sebenarnya masih mengandung protein cukup dan kandungan gizi dari ampas tahu juga masih tinggi, walaupun tidak setinggi kandungan gizi bungkil atau tepung kedelai.
2.2. Manfaat Ampas Tahu
1) Dibuat sebagai isi dari bakpia.
2) Meningkatkan produksi broiler yang digunakan untuk minimisasi limbah. 3) Meningkatkan produksi maggot.
4) Untuk Pakan ternak ikan, sapi, unggas, cacing tanah dan lainnya.
5) Menjadi bahan dasar beberapa makanan ringan (jajanan pasar).
6) Dibuat menjadi tepung ampas tahu 7) Bahan baku pembuatan tempe gembus
2.3. Pengertian Biogas
Biogas adalah setiap bahan bakar baik padatan, cairan ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biogas dapat dihasilkan secara langsung dari tanaman atau secara tidak langsung dari limbah industri, komersial, domestik atau pertanian.
Ada tiga cara untuk pembuatan biogas: 1. Pembakaran limbah organik kering (seperti
buangan rumah tangga, limbah industri dan pertanian);
2. Fermentasi limbah basah (seperti kotoran hewan, ampas tahu, dsb) tanpa oksigen untuk menghasilkan biogas;
3. Fermentasi tebu atau jagung untuk menghasilkan alkohol dan ester; dan energi dari hutan (menghasilkan kayu dari tanaman yang cepat tumbuh sebagai bahan bakar).
2.4. Tahap Pencernaan Material Organik
1) Hidrolisis.
Pada tahap ini, molekul organik yang komplek diuraikan menjadi bentuk yang lebih sederhana, seperti karbohidrat (simple sugars), asam amino, dan asam lemak. 2) Asidogenesis.
Pada tahap ini terjadi proses penguraian yang menghasilkan amonia, karbon dioksida, dan hidrogen sulfida.
3) Asetagenesis.
Pada tahap ini dilakukan proses penguraian produk acidogeness, menghasilkan hidrogen, karbon dioksida, dan asetat.
4) Methanogenesis.
Ini adalah tahapan terakhir dan sekaligus yang paling menentukan, yakni dilakukan penguraian dan sintesis produk tahap sebelumnya untuk menghasilkan gas methana (CH4). Hasil lain dari proses ini berupa
karbon dioksida, air, dan sejumlah kecil senyawa gas lainnya.
2.5.Manfaat-Manfaat Biogas
1) Biogas merupakan energi tanpa menggunakan material yang masih memiliki manfaat termasuk biomassa sehingga biogas tidak merusak keseimbangan karbondioksida yang diakibatkan oleh penggundulan hutan (deforestation) dan perusakan tanah.
2) Energi biogas dapat berfungsi sebagai energi pengganti bahan bakar fosil sehingga akan menurunkan gas rumah kaca di atmosfer dan emisi lainnya.
3) Metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang keberadaannya di atmosfer akan meningkatkan temperatur, dengan menggunakan biogas sebagai bahan bakar maka akan mengurangi gas metana di udara.
digestion akan meminimalkan efek tersebut dan meningkatkan nilai manfaat dari limbah. 5) Selain keuntungan energi yang didapat dari
proses anaerobik digestion dengan menghasilkan gas bio, produk samping seperti sludge. Meterial ini diperoleh dari sisa proses anaerobik digestion yang berupa padat dan cair. Masing-masing dapat digunakan sebagai pupuk berupa pupuk cair dan pupuk padat.
2.6. Syarat-Syarat Kondisi Operasi
Hal ini menyangkut nilai atau bandingan antara unsur C (karbon) dengan unsur N (nitrogen) yang secara umum dikenal dengan nama rasio C/N. Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu rasio C/N terlalu tinggi atau terlalu rendah akan mempengaruhi proses terbentuknya biogas, karena ini merupakan proses biologis yang memerlukan persyaratan hidup tertentu, seperti juga manusia. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa aktivitas metabolisme dari bakteri methanogenik akan optimal pada nilai rasio C/N sekitar 8-20.
8) Kadar air bahan yang terkandung dalam bahan yang digunakan
Air berperan sangat penting di dalam proses biologis pembuatan biogas. Artinya jangan terlalu banyak (berlebihan) juga jangan terlalu sedikit (kekurangan).
9) Temperatur selama proses berlangsung Karena ini menyangkut "kesenangan" hidup bakteri pemproses biogas antara 28-35°C. Dengan temperatur itu proses pembuatan biogas akan berjalan sesuai dengan waktunya. Tetapi berbeda kalau nilai temperatur terlalu rendah (dingin), maka waktu untuk menjadi biogas akan lebih lama.
10) Kehadiran mikroorganisme pengurai Untuk menjamin agar kehadiran jasad renik atau mikroba pembuat biogas (umumnya disebut bakteri metan), sebaiknya digunakan starter, yaitu bahan atau substrat yang di dalamnya sudah dapat dipastikan mengandung mikroba metan sesuai yang dibutuhkan.
2. Aerasi atau kehadiran udara (oksigen) selama proses.
Dalam hal pembuatan biogas maka udara sama sekali tidak diperlukan dalam bejana pembuat. Keberadaan udara menyebabkan gas CH4 tidak akan terbentuk. Untuk itu maka bejana
pembuat biogas harus dalam keadaan tertutup rapat.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Tempat dan Waktu Penelitian
Analisa sample yang diperoleh dilakukan di Dinas Laboratorium Pusat PT. Pupuk Sriwidjaya pada unit Laboratorium Gas, Kalibrasi dan Pengujian. Penelitian dimulai sejak bulan Februari 2008 sampai Juli 2008.
3.2.Metode yang Dilakukan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Fermentasi Anaerob.
3.3.Variabel yang Diteliti
Dalam penelitian ini variabel-variabel yang dipelajari yaitu pengaruh variasi perbandingan antara kadar ampas tahu dengan kandungan air (100%:0%, 80%:20%, 60%:40%, 40%:60% dan 20%,80%) dan pengaruh lamanya waktu fermentasi (168jam, 180jam, 192 jam, 204 jam, dan 216 jam) yang dilakukan terhadap jumlah komposisi senyawa yang dihasilkan dalam biogas. Hal yang diperhatikan dalam penelitian ini adalah berapa besar komposisi senyawa metana dan senyawa lainnya dalam biogas yang dihasilkan pada berbagai variasi perbandingan kadar ampas tahu dengan kandungan air dan berbagai variasi waktu fermentasi. Senyawa-senyawanya adalah sebagai berikut :
3.4.Bahan-bahan yang Digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bahan baku
Bahan baku yang digunakan yaitu ampas tahu. b. Bahan kimia pendukung
Bahan kimia pendukungnya merupakan bahan tambahan yang dipakai dalam proses pembuatan biogas yang terdiri dari :
1. Air biasa 2. NaOH 3. Bakteri EM-4 4. Urea
3.5.Alat-alat yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Digester
4. Ember 11. Neraca Analitik 12. Gas Chromatograft 13. Orsat
3.6.Prosedur Penelitian
Proses pembuatan biogas dilakukan dengan langkah-langkah berikut :
a. Persiapan alat
1. Menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan, seperti digester, selang plastik sebagai penghubung dan drum penampungan gas.
2. Rangkai alat-alat tersebut sehingga siap digunakan.
3. Bersihkan rangkaian alat. b. Persiapan bahan baku
1. Menyiapkan ampas tahu yang akan digunakan sesuai dengan massanya. 2. Mencampurkan ampas tahu dengan air
dengan perbandingan yang ditentukan. 3. Tambahkan NaOH sampai kadar keasaman
(pH) mencapai rasio antara 6,5-8.
4. Tambahkan bakteri EM-4 (yang telah diencerkan) sebanyak 5 ml per 100 gr ampas tahu.
5. Tambahkan urea sebanyak 10 gr per 100 gr ampas tahu. Yang dilarutkan dalam air. c. Pembuatan biogas
1) Campuran ampas tahu yang telah disiapkan, dimasukkan ke dalam reaktor (gester). Tutup kerangan gas yang terhubung dengan tempat penampungan gas.
2) Setelah 3 hari buka kerangan gas yang terhubung dengan tempat penampungan gas.
3) Gas yang terbentuk akan tertampung dengan sendirinya dan mengalir melalui pipa saluran menuju tempat penampungan yang telah disiapkan.
4) Dari tempat penampungan gas, gas mengalir ke dalam balon yang telah dipasang pada salah satu sisi dari tempat penampungan gas tersebut.
5) Setelah waktu yang ditentukan tercapai, tutup kerangan keluaran gas yang terhubung dengan balon dan ikat balon yang telah mengembang.
6) Pasang balon baru dan buka kembali kerangan keluaran gas.
7) Lakukan kembali prosedur no 5 dan no 6 untuk sampel berikutnya.
8) Lakukan kembali prosedur no 1 sampai no 7 untuk variabel lainnya.
3.7.Prosedur Analisa
3.7.1. Prosedur Kerja Alat Orsat
1. Tempatkan alat pada tempat yang datar 2. Naikkan leveling bulb L1 dan buka kerangan
“V” pada posisi “V1”, dengan hati-hati
impitkan permukaan air hingga skala paling atas (perbatasan kerangan buret (V) lalu tutup kerangan “V” pada posisi vertikal atau horizontal.
3. Dengan hati-hati buka kerangan “S” pada posisi “S2” dan “V” pada posisi “V2”
turunkan leveling bulb L1 hingga level penyerap KOH 30% tepat diperbatasan penyerap dan kerangan “S”, lalu tutup “S”
5. Dengan membuka kerangan “V” pada posisi “V1” dan menaikkan leveling bulb L1.
Impitkan permukaan air pada buret tepat pada skala “100”.
6. Buka “S” pada posisi “S2”, dan buka “V”
pada posisi “V2”, naikkan L1 hingga gas
dalam buret akan masuk ke dalam penyerap. 7. Lakukan hal yang sama hingga pembacaan
air pada buret konstan (A). Perhitungan :
CO2, % Vol = 100 – (A)
3.7.2. Prosedur Kerja Alat Gas
Chromatograph (GC)-15A Shimadzu
b. Kondisi Operasi GC untuk Analisa Gas Jenis Carrier : Helium Carrier Flow : 20-30 ml/menit
c. Menghidupkan GC
Sebelum alat dihidupkan, buka aliran “Carrier Gas” dengan membuka “Valve Input Carrier” pada bagian samping kanan GC. Yakinkan tidak ada kebocoran.
Setelah “Carrier Gas mengalir dengan stabil, kemudian tekan tombol “Enter”.
Akan tampil “GC Parameter set” kemudian tekan tombol “Enter”.
Arahkan “Pointer” ke “Column Oven
Temperature”.
Naikkan temperatur kolom dengan mengetikan angka “60” kemudian “Enter”.
Naikkan juga temperatur injektor dengan mengetikkan angka “100” kemudian “Enter”. Tekan tombol “Start”.
Tunggu sampai semua temperatur dicapai yang ditunjukkan oleh lampu hijau dalam posisi “Ready”.
Aktifkan hubungan ke TCD dengan menekan tombol TCD pada bagian samping kanan GC.
Naikkan temperatur detektor dengan
mengetikan angka “150” kemudian “Enter”. Naikkan temperatur TCD block dengan
mengetikan angka “200” kemudian “Enter”. Setelah temperatur tercapai, mulai naikkan
“Current” secara bertahap (5, 25, 50, 75, 100) dengan cara mengetikan angka tersebut, kemudian “Enter”.
Setelah “Current” berada pada posisi 100 dan penujukkan “signal” pada “Chromatopac CR-5A” stabil, GC siap digunakan.
Injeksikan contoh, kemudian tekan “Start” pada “Chromatopac CR-5A”.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Komposisi Metana
GRAFIK HUBUNGAN ANTARA KOMPOSISI METANA TERHADAP WAKTU FERMENTASI
-5
168 180 192 204 216
WAKTU FERMENTASI (JAM)
Grafik 4. 1. Grafik Hubungan Antara Komposisi Metana Terhadap Waktu Fermentasi
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa gas Metana terbanyak dihasilkan pada kondisi perbandingan kadar ampas tahu 60% dengan kandungan air 40% dalam waktu fermentasi 168 Jam.
4.2. Komposisi Karbon Dioksida
GRAFIK HUBUNGAN ANTARA KOMPOSISI KARBON DIOKSIDA TERHADAP WAKTU FERMENTASI
0
168 180 192 204 216
WAKTU FERMENTASI (JAM)
Grafik 4. 2. Grafik Hubungan Antara Komposisi Karbon Dioksida Terhadap Waktu Fermentasi
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa gas Karbon Dioksida yang terbanyak dihasilkan dari perbandingan kadar ampas tahu 60% dengan kandungan air 40% dalam waktu fermentasi 168 Jam.
GRAFIK HUBUNGAN ANTARA KOMPOSISI NITROGEN TERHADAP WAKTU FERMENTASI
0
168 180 192 204 216
WAKTU FERMENTASI (JAM)
Grafik 4. 3. Grafik Hubungan Antara Komposisi Nitrogen Terhadap Waktu fermentasi
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa gas Nitrogen terbanyak dihasilkan pada perbandingan kadar ampas tahu 20% dengan kandungan air 80% dalam waktu fermentasi 168 Jam.
4.4. Komposisi Oksigen
GRAFIK HUBUNGAN ANTARA KOMPOSISI OKSIGEN TERHADAP WAKTU FERMENTASI
-20
168 180 192 204 216
WAKTU FERMENTASI (JAM)
Grafik 4. 4. Grafik Hubungan Antara Komposisi Oksigen Terhadap Waktu Fermentasi
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa gas Oksigen terbanyak dihasilkan pada saat perbandingan kadar ampas tahu 100% dengan kandungan air 0% saat waktu fermentasinya 192 Jam.
4.5. Komposisi Hidrogen
GRAFIK HUBUNGAN ANTARA KOMPOSISI HIDROGEN TERHADAP WAKTU FERMENTASI
-5
168 180 192 204 216
WAKTU FERMENTASI (JAM)
Grafik 4. 5. Grafik Hubungan Antara Komposisi Hidrogen Terhadap Waktu Fermentasi
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa gas Hidrogen terbanyak dihasilkan pada perbandingan kadar ampas tahu 100% dengan kandungan air 0% dalam waktu fermentasi 216 Jam.
4.6. Komposisi Hidrogen Sulfida
GRAFIK HUBUNGAN ANTARA KOMPOSISI HIDROGEN SULFIDA TERHADAP WAKTU
FERMENTASI
168 180 192 204 216
WAKTU FERMENTASI (JAM)
Grafik 4. 6. Grafik Hubungan Antara Komposisi Hidrogen Sulfida Terhadap Waktu Fermentasi
Dari grafik dapat dilihat bahwa gas Hidrogen Sulfida terbanyak dihasilkan pada saat perbandingan kadar ampas tahu 20% dengan kandungan air 80% dalam waktu fermentasi 204 Jam.
V. KESIMPULAN
5.1.Kesimpulan
tahu dengan airnya berada pada rasio 60% ampas tahu dan 40% air. Hal ini ditandai dengan tingginya komposisi gas Metana yang dihasilkan yaitu sebesar 58,89% vol. 2. Waktu fermentasi yang dapat menghasilkan
biogas dari ampas tahu secara maksimal adalah 168 jam. Hal ini dapat dilihat pada rasio perbandingan kadar ampas tahu 60% dengan kandungan air 40%, dimana gas Metana yang banyak dihasilkan adalah pada saat waktu fermentasinya 168 jam.
5.2.Saran
1. Dapat dilakukan penelitian dengan variasi-vasiasi yang lain, seperti perbedaan suhu, jumlah bakteri yang digunakan, perbedaan kadar keasaman (pH) dan lain sebagainya. 2. Dapat dilakukan penelitian menggunakan
bahan baku organik lainnya dalam pembuatan biogas yang dapat menghasilkan gas Metana dengan komposisi yang lebih baik.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Analisis Vitamin A dengan Gas Chromatografhy. Diakses dari www.pdf.org
Anonim. 1977. Digester Gas Bio, Kerjasama Pusat Teknologi Pembagunan ITB dengan Program Badan Urusan Tenaga Kerja Sukarela Indonesia (BUTSI) Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi. Bandung : Pusat Informasi Dokumentasi PTP-ITB.
Ampas Tahu Tingkatkan Produksi Broiler. Diakses dari www.pdf.org
Dewan Redaksi Bhrata. 1995. Biogas, Cara Membuat dan Manfaatnya, Kerjasama Penerbit Bharata dengan Food and Agriculture Organization of The United Nations. Jakarta : Bharata.
Harpandi dan Nazirin. 2006. Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu dengan Menggunakan Membran Keramik, Laporan Riset Mahasiswa. Indaralaya : Universitas Sriwijaya.
http://cetak.kompas.com/nusantara
http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpk bppk-gdl-grey-2001-nasliniwaty-86-jajanan
http://humas.jogja.go.id/index/extra.detail/1863
http://maluku.litbang.deptan.go.id/index.php
http://www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek- 2005-11-30-Reaktor-Biogas-Skala- Kecil%20or%20Menengah-(Bagian-Pertama).shtml
http://www.blogger.com/rsd.g?blogID=25785713 60424316113
http://www.chem-is-try.org/rss
http://www.detiksurabaya.com/index.php/indexbe rita.main
http://www.dikti.org/?q=node/99
http://www.dikti.org/?q=node/154
http://www.gizi.net/pengumuman/index.shtml
http://www.kabblitar.go.id/forum/detail-artikel.php?id=60
http://www.kapanlagi.com/h/pernik.html
http://www.liputan6.com/sosbud
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/kampus/2005/150905/lainn ya.htm
Juanda dan M. Rayendra. 2001. Pengaruh Efektivitas Mikroorganisme (EM-4) Kecepatan Pengadukan dan Laju Aerasi untuk Menurunkan Kadar Polutan Limbah Cair Industri, Laporan Riset Mahasiswa. Indaralaya : Universitas Sriwijaya.
Kusuma, Koko Nata dan Yahya Budiman. 2003. Pemanfaatan Ampas Tahu sebagai Isolat Protein, Laporan Riset Mahasiswa. Indralaya : Universitas Sriwijaya.
Setiawan, Ade Iwan. 2007. Memanfaatkan Kotoran Ternak, Solusi Masalah Lingkungan dan Pemanfaatan Energi Alternatif. Jakarta : Penebar Swadaya.
Paimin, Ferry B. 1995. Alat Pembuat Biogas dari Drum. Jakarta : Penebar Swadaya.
Pedoman-Pedoman Penerapan Metode ASME untuk Analisa Gas Buang. Di akses dari www.pdf.org
Pemanfaatan Limbah Ampas Tahu dalam Ransum Broiler Sebagai Upaya Minimisasi Limbah. Diakses dari www.pdf.org
Program Bio Energi Pedesaan (BEP) Biogas Skala Rumah Tangga. Di akses dari www.pdf.org
Rahman, Burhan. 1984. Petunjuk Teknis Pembuatan Alat Pembangkit Gas Bio. Jakarta : Direktorat Bina Produksi Peternakan, Direktorat Jenderal Peternakan.