• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KEMAS YARAKATAN DALAM ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH KEMAS YARAKATAN DALAM ISLAM"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

KEMASYARAKATAN DALAM ISLAM

Dosen : Jajang Jaenudin, S.Ag., MM.

DI SUSUN OLEH : KELAS MI - 1 A

Nur Tamimah 43142014

Abdulloh Mufty 43142022

Yanyan Solihan 43144001

MANAJEMEN INFORMATIKA

AMIK GARUT

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt, zat Yang Maha Indah dengan segala keindahan-Nya, zat yang Maha Pengasih dengan segala kasih sayang-Nya, yang terlepas dari segala sifat lemah semua makhluk-Nya. Alhamdulillah berkat Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam mahabbah semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai pembawa risalah Allah terakhir dan penyempurna seluruh risalah-Nya.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati izinkanlah penulis untuk menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berjasa memberikan motivasi dalam rangka menyelesaikan makalah ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terkait, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga kebaikan yang diberikan oleh semua pihak kepada penulis menjadi amal sholeh yang senantiasa mendapat balasan dan kebaikan yang berlipat ganda dari Allah Subhana wa Ta’ala. Amin.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah ini, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.

Garut, Maret 2015

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakan Masalah...1

B. Rumusan Masalah...2

C. Tujuan...2

BAB II PEMBAHASAN...3

A. Dasar Pembentukan Keluarga...3

B. Ciri Masyarakat Islam...5

C. Kewajiban dan Hak Anggota Masyarakat...10

D. Keadilan Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat...12

BAB III KESIMPULAN...17

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakan Masalah

Penulisan ini mengangkat judul makalah tentang kemasyarakatan dalam Islam ditinjau dari beberapa latar belakang di bawah ini.

1. Manusia berasal dari satu diri yang kemudian berkembang menjadi suku-suku dan berbangsa-bangsa.

Semua manusia berasal dari sumber yang satu,kemudian berkembang menjadi berbagai macam warna,ras,budaya,dan bangsa. Mereka harus tetap saling mendekati, saling menghormati dalam interaksi sosial. (Annisa:1, Alhujurat:13).

2. Perbedaan ras, suku, agama, dll.

Manusia di dunia diciptakan beragam dan berbeda-beda. Perbedaan yang sangat menonjol adalah perbedaan fisik. Misalnya perbedaan warna kulit, bentuk mata, bentuk rambut, tinggi badan, dsb. Perbedaan ras dan suku sering menimbulkan pertengkaran dan pertikaian. Bahkan tidak jarang sampai menimbulkan pertumpahan darah. Tindakan seperti ini sangat tidak mencerminkan perilaku Islam. Padahal Islam tidak mengajarkan hal seperti itu. Allah menciptakan manusia yang bersuku-suku dan berbangsa-bangsa bukanlah untuk bersaing menonjolkan keunggulanya lalu menimbulkan pertikaian, akan tetapi agar mereka saling mengenal satu sama lain lalu bersaudara. Seperti firman Allah :

”Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.” (Q.S.Al Hujurat:13) 3. Hanya ketaqwaan yang membedakan derajat manusia di mata Allah SWT.

(5)

Seperti firman Allah: ”Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu sekalian di sisi Allah adalah yang paling taqwa diantara kamu”(Q.S Alhujurat:13)

Oleh karena adanya keanekaragaman budaya, agama, tradisi dan lain-lain itu, maka manusia harus memberlakukan upaya bersama atas dasar nilai kebaikan (Albirr) dan ketaqwaan (At-taqwa), dan jangan melakukan upaya bersama atas dasar nilai kedosaan (Al-itsm) dan permusuhan (Almaidah:2). Adapun perbedaan-perbedaan yang ada diantara mereka dan sulit dikompromikan,serahkan saja penilaian dan keputusan akhirnya kepada Tuhan (Al-Baqoroh:113).

B. Rumusan Masalah

Setelah penulis mengungkapkan inti permasalahan pada uraian latar belakang diatas. Maka penulis mencoba merumuskan masalah kedalam kalimat-kalimat pertanyaan berikut:

1. Bagaimana Dasar Pembentukan Keluarga? 2. Apa saja Ciri dari Masyarakat Islam?

3. Apa Kewajiban dan Hak Anggota Masyarakat?

4. Apa yang dimaksud dengan Keadilan Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat?

C. Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini

adalah:

1. Untuk mengetahui Dasar Pembentukan Keluarga 2. Untuk mengetahui Ciri dari Masyarakat Islam

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

Kemasyarakatan dalam Islam

Masyarakat Islam adalah kelompok manusia dimana hidup terjaring kebudayaan Islam, yang diamalkan oleh kelompok itu sebagai kebudayaannya. Dalam artian, kelompok itu bekerja sama dan hidup bersama berasaskan prinsip Al-Qur’an dan Hadist dalam kehidupan.

Masyarakat dalam pandangan Islam merupakan alat atau sarana untuk melaksanakan ajaran-ajaran Islam yang menyangkut kehidupan bersama. Karena itulah masyarakat harus menjadi dasar kerangka kehidupan duniawi bagi kesatuan dan kerjasama umat menuju adanya suatu pertumbuhan manusia yang mewujudkan persamaan dan keadilan.

A. Dasar Pembentukan Keluarga

Perkawinan dari sudut pandang Islam merupakan sistem peraturan dari Allah SWT yang mengandung karunia yang besar dan hikmah yang agung. Melalui perkawinan dapat diatur hubungan laki-laki dan wanita (yang secara fitrahnya saling tertarik) dengan aturan yang khusus. Dari hasil pertemuan ini juga akan berkembang jenis keturunan sebagai salah satu tujuan dari perkawinan tersebut. Dan dari perkawinan itu pulalah terbentuk keluarga yang diatasnya didirikan peraturan hidup khusus dan sebagai konsekuensi dari sebuah perkawinan.

Islam telah memerintahkan dan mendorong untuk melakukan pernikahan. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud ra yang berkata bahwasanya Rosulullah SAW bersabda :

(7)

Dari pertemuan antara wanita dan pria inilah kemudian muncul hubungan yang berkait dengan kemaslahatan mereka dan kemaslahatan masyarakat tempat mereka hidup dan juga hubungannya dengan negara. Hal ini mengingat ciri khas pengaturan Islam (syariat Islam) atas manusia selalu mengaitkannya dengan masyarakat dan negara. Sebab definisi dari masyarakat sendiri adalah ‘ Kumpulan individu (manusia) yang terikat oleh pemikiran, perasaan dan aturan (sistem) yang satu (sama). Hal ini berarti dalam sebuah masyarakat mesti ada interaksi bersama antar mereka yang terjadi secara terus menerus dan diatur dalam sebuah aturan yang fixed. Rosulullah SAW telah menjelaskan status dan hubungan individu dengan masyarakat dengan sabdanya :

"Perumpamaan orang-orang Muslim, bagaimana kasih sayang yang tolong menolong terjalin antar mereka, adalah laksana satu tubuh. Jika satu bagian merintih merasakan sakit, maka seluruh bagian tubuh akan bereaksi membantunya dengan berjaga (tidak tidur) dan bereaksi meningkatkan panas badan (demam)". (HR Muslim)

Oleh karena itu, Islam memandang individu-individu, keluarga, masyarakat dan negara sebagai umat yang satu dan memiliki aturan yang satu. Di mana dengan peraturan dan sistem nilai tersebut, manusia akan dibawa pada kehidupan yang tenang, bahagia dan sejahtera.

(8)

untuk menghayati kembali prinsip-prinsip dasar, hikmah, tujuan dan tuntunan hidup berumah tangga menurut ajaran Islam.

D. Ciri Masyarakat Islam

Dasar masyarakat dalam ajaran Islam adalah Islam itu sendiri. Karena manusia semuanya diperintahkan untuk menganutnya, dan diperintahkan mengetahui kedudukannya dalam kehidupan ini dan mengetahui hubungan manusia dengan alam dan sebab apa dia dijadikan. Islam mengarahkan pemikiran manusia, perbuatan dan tindak tanduknya, dan yang menjadi dasar pegangannya dalam semua keadaan. Kalau manusia dianggap sebagai makhluk sosial, maka Islam mengarahkan mereka dalam membina masyarakat ini dan sistem Islamlah yang menjadi pilihannya. Denagn kata lain, haruslah pembinaan didasarkan kepada Dienul Islam sehingga setiap individu berbuat sesuai dengan ajaran Islam, baik dia sebagai individu maupun sebagai masyarakat. Begitu juga masyarakatnya dijadikan suatu masyarakat yang diatur oleh Islam yang menjadi kepercayaan masyarakatnya. Denagn demikian setiap orang yang menganut Islam dan meyakininya, dapat menjadi anggota masyarakat Islam dan berkewajiban mempertahankan serta berusaha untuk mencapai tujuannya.

Sebenarnya ciri-ciri masyarakat Islam sudah tercakup dalam dasar sistem masyarakat Islam, namun dalam pembahasan berikut adalah masalah ciri-ciri yang menonjol, antara lain :

1. Pemeliharaan Norma-norma Akhlaq

(9)

berbahaya, yang kalau dibiarkan hidup dan berkembang tubuh akan binasa.

Rasulullah bersabda :

"Wahai manusia! Barangsiapa yang mengerjakan sedikit dari kemungkaran maka ditutupnya dan dia dalam tutupan Allah dan barangsiapa membukakannya, kami laksanakan kepadanya had (hukuman)". (Al Hadits)

2. Berlaku Adil

Keadilan merupakan salah satu bagian yang mulia dan puncak akhlaq yang baik. Islam sangat menekankan akan pentingnya keadilan, berlaku adil. Allah berfirman :

"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kaum kerabat (apa yang mereka perlukan) dan melarang perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberikan pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran". (QS An-Nahl (16), 90)

"Dan apabila kamu menerapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil" (QS An-Nisa (4), 58)

"Jika golongan itu kembali (kepada perintah Allah) maka demikianlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah kamu" (QS Al-Hujurat (49), 9)

Beberapa ayat diatas bertalian erat dengan keadilan, dan sekaligus amat melarang berlaku dzalim. Dengan demikian semakin jelas bahwa keadilan (berlaku adil) adalah syarat penting dalam Islam. Dapat dikatakan bahwa Islam adalah agama Keadilan dalam segala-galanya.

3. Keluarga adalah Pondasi Masyarakat

(10)

dalam masalah keluarga, dan peraturan-peraturan yang mengatur keluarga sangat banyak dalam Islam.

Aturan datam pembentukan keluarga cukup banyak, mulai masalah perkawinan, bagaimana prosedur perkawinan, hak-hak suami dan istri, bagaimana aturan dalam berpoligami, perceraian beserta syarat-syaratnya, hak-hak anak dalam keluarga, perasaan solidaritas sesama anggota keluarga, posisi wanita dalam Islam, tata susila yang harus dilaksanakan kaum wanita, dan sebagainya. Semua aturan itu harus dilaksanakan oleh seluruh umat Islam dalam rnembina keluarganya.

4. Amar Makruf dan Nahi Mungkar

Sebagaimana telah ditegaskan, kehadiran masyarakat Islam berfungsi antara lain sebagai wadah implementasi syariat Allah swt. Mereka adalah orang-orang yang mewujudkan tujuan keberadaan manusia, yakni pengabdian utuh kepada Allah.

Dengan begitu, layaklah mereka mendapat segala kebaikan dari sang Maha Pencipta. “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan,” (QS Al-A’raf [7]:96).

Namun, tentu, masyarakat Islam—bahkan yang dibina langsung oleh Rasulullah saw--bukan masyarakat malaikat. Mereka manusia biasa dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Di antara mereka ada yang lemah lembut, kasar, penyabar hingga temperamental. Ada pula yang melakukan kesalahan dan penyimpangan. Justru kepada merekalah hukum-hukum Islam, baik yang termaktub di dalam Qur'an maupun Sunnah, ditujukan.

(11)

masyarakat Islam berada dalam garis syariat-Nya, perlu upaya-upaya untuk memotivasi potensi positif (kebaikan) dan mengeliminir potensi negatif (keburukan), biasa kita sebut amar makruf dan nahi mungkar.

Itulah salah satu karakter masyarakat beriman, sebagaimana dikatakan Allah swt dalam firman-Nya, “Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana,” (QS At-Taubah [9]:71).

Di dalam masyarakat Islam, tidak boleh ada orang saleh yang menikmati kesalehannya sendiri tanpa mempedulikan orang lain. Hadits Rasulullah, "Siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran maka ia harus mengubahnya dengan tangannya. Jika ia tidak bisa maka ia harus mengubahnya dengan lidahnya. Jika ia tidak bisa maka ia harus mengubahnya dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemah iman,” (HR Muslim).

(12)

Atas dasar itu, kita boleh berkoalisi atau bekerja sama dengan siapa pun tapi hanya dalam kebaikan (makruf). Ikatan koalisi, kerja sama, apa pun namanya, harus dipertahankan selama tidak ada alasan untuk membatalkannya. Sebaliknya, ketika ada tuntutan menutup-nutupi kebenaran dengan dalih menjaga keutuhan kebersamaan, maka meninggalkan kebersamaan adalah sebuah konsekuensi dari pilihan terbaik kita, yakni memerintah kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. 5. Cinta Ilmu Pengetahuan dan Melarang Kebodohan

Masyarakat Islam adalah masyarakat yang cinta ilmu pengetahuan dan memerangi kebodohan. Kalau kita menelisik sejarah “pencarian” hadits oleh para ulama, kita akan terperangah dengan perilaku yang tidak pernah kita bayangkan. Contoh, seorang ulama hadits bisa mengembara berbulan-bulan hanya untuk menelusuri kebenaran sebuah hadits. Islam memang menghendaki umatnya melakukan hal itu (perhatikan QS Az-Zumar [39]:9) dan Al-Mujadilah [58] 11).

Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan baginya jalan ke surga.” Beliau juga berkata, “Keutamaan ilmu lebih aku sukai daripada keutamaan ibadah.” (Ath-Thabrani)

Dengan hadits itu, Rasulullah saw menegaskan bahwa ilmu lebih utama dari ibadah. Sebab, ibadah manfaatnya kembali kepada diri sendiri sedangkan ilmu bermanfaat untuk banyak orang.

Karena itu tidaklah mengherankan bila masyarakat Islam dicatat dalam sejarah sebagai gudang para ilmuwan. Bukan hanya di bidang keagamaan, melainkan dalam segala bidang keilmuan. Kepakaran para ulama Islam meliputi banyak spesialisasi, seperti kedokteran, matematika, fisika, kimia, psikologi, dan sebagainya.

6. Fitrah dan Keseimbangan Terpelihara

(13)

Mengapa demikian? Ajaran Islam yang menjadi pegangan bagi masyarakat Islam adalah agama yang sesuai fitrah manusia.

Orang yang dikategorikan saleh dalam pandangan agama Islam bukanlah yang meninggalkan fitrah melainkan justru yang menjaga fitrah. Oleh karena itu Islam tidak memuji orang yang membujang padahal ia mampu menikah. Sedangkan agama lain ada yang melarang tokoh agamanya menikah.

Masyarakat Islam juga menjadi masyarakat yang hidup tenteram karena kehidupannya penuh dengan keseimbangan dalam segala hal. Seimbang antara pelayanan terhadap ruhani, jasad, dan akal. Seimbang pula antara usaha dan pengharapan. Keseimbangan adalah salah satu sumber kebahagiaan manusia dalam hidupnya.

E. Kewajiban dan Hak Anggota Masyarakat

Sudah menjadi kenyataan bahwa hidup kita ini tidak akan terlepas darihidup orang lain. Tiap-tiap pribadi terikat oleh pribadi lain. Kelompok-kelompok pribadi itu membentuk suatu kehidupan bersama dalam suatu lingkungan, yang disebut masyarakat. Kita masing-masing mempunyai lingkungan keluarga. Itulah masyarakat yang terkecil yang disebut masyarakat keluarga. Seterusnya kita menyadari bahwa diluar masyarakat keluarga kita mempunyai masyarakat, yang warganya mempunyai kepentingan bersama, misalnya masyarakat sekolah dan yang lebih luasnya lagi masyarakat umum.

(14)

Didalam masyarakat keluarga, kita mempunyai kedudukan yang disertai hak dan kewajiban. Ayah kewajiban nya sebagai pemimpin keluarga. Kewajibannya adalah mengatur keluarga, mencari nafkah untuk keluarga, mencarikan pakaian untuk keluarga, dan membuatkan rumah tempat berteduh bagi keluarganya. Ayah dalam kedudukannya yang demikian mempunyai hak, yaitu hak dibantu di dalam melaksanakan tugasnya serta hak diturut nasihat dan petunjuk-petunjuknya, sedangkan anak mempunyai kedudukan sebagai warga atau anggota keluarga, yang mempunyai hak dilindungi, hak diberi makan, hak disekolahkan, dan sebagainya. Akan tetapi, anak mempunyai kewajiban membantu orang tua dan kewajiban mengindahkan nasihat orang tua.

Di dalam masyarakat umum kita mempunyai kedudukan yang membawa hak dan kewajiban kita masing-masing. Pemimpin RT atau RK/RW mempunyai hak dan kewajiban. Ia berkewajiban mengatur lingkungannya agar terjadi kihidupan yang baik. Ia berhak memperingatkan anggota lingkungannya yang berbuat kurang baik. Ia berhak, bahkan berkewajiban menghalang-halangi setiap perbuatan lingkungannya yang akan merusak kehidupan bersama. Pemimpin dalam lingkungan RT atau RK/RW berkewajiban menjaga hak dan kewajiban warga masyarakat agar tetap berjalan lancar. Sebaliknya, para anggota masyarakat karena kedudukannya sebagai anggota, mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya itu. Karena para anggota ini berhak atas kehidupan yang serasi, aman, teratur, dan sejahtera, maka para warga dan anggota masyarakat itu berkewajiban:  Menjaga kerukunan hidup dengan tetangga atas dasar saling menghormati;  Ikut menjaga keamanan dan kebersihan lingkungan;

 Menaati peraturan yang berlaku di dalam lingkungan itu atas dasar kepentingan bersama;

(15)

Banyak sekali hak dan kewajiban kita sebagai warga negara masyarakat. Di dalam masyarakat ini, kalau setiap warga mementingkan haknya masing-masing, kepentingan bersama akan terabaikan dan kewajiban kita akan terbengkalai. Ini bertentangan dengan dasar kehidupan masyarakat. Maka dari itu, marilah kita bersama mengutamakan kewajiban kita atau mendahulukan kewajiban kita.

F. Keadilan Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat 1. Keadilan Sosial

Al-Quran menetapkan bahwa salah satu sendi kehidupan bermasyarakat adalah keadilan. Tidak lebih dan tidak kurang. Berbuat baik melebihi keadilan –seperti memaafkan yang bersalah atau memberi bantuan kepada yang malas– akan dapat menggoyahkan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat.

Memang Al-Quran memerintahkan perbuatan adil dan kebajikan seperti bunyi firman-Nya, “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan” (QS Al-Nahl [16]: 90), karena ihsan (kebajikan) dinilai sebagai sesuatu yang melebihi keadilan. Namun dalam kehidupan bermasyarakat, keadilan lebih utama daripada kedermawanan atau ihsan.

Ihsan adalah memperlakukan pihak lain lebih baik dari perlakuannya, atau memperlakukan yang bersalah dengan perlakuan yang baik. Ihsan dan kedermawanan merupakan hal-hal yang baik pada tingkat antar individu, tetapi dapat berbahaya jika dilakukan pada tingkat masyarakat.

(16)

Shafwan bin Umayyah dicuri pakaiannya oleh seseorang. Dia menangkap pencurinya dan membawanya kepada Nabi Saw. Beliau memerintahkan memotong tangan pencuri, tetapi Shafwan memaafkan, maka Nabi Saw. bersabda.

“Seharusnya ini (pemanfaan) sebelum engkau membawanya kepadaku” (Diriwayatkan oleh Ahmad At- Tirmidzi dan An-Nasa’i).

Hidup adalah perjuangan. Yang baik dan bermanfaat akan bertahan, sedang yang buruk akhirnya hancur. Demikian ketetapan Ilahi.

Adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya, sedangkan yang memben manfaat bagi manusia itulah yang tetap bertahan di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan (QS Al-Raid [13]: 17).

Potensi dan kemampuan manusia berbeda-beda, bahkan potensi dan kemampuan para rasul pun demikian (QS Al-Baqarah [2]: 253). Perbedaan adalah sifat masyarakat, namun hal itu tidak boleh mengakibatkan pertentangan. Sebaliknya, perbedaan itu harus mengantarkan kepada kerja sama yang menguntungkan semua pihak. Demikian kandungan makna firman-Nya pada surat Al-Hujurat (49): 13. Dalam surat Az-Zukhruf (43): 32 tujuan perbedaan itu dinyatakan:

Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan di antara mereka (melalui sunnatullah) penghidupan mereka di dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beaberapa tingkatan, agar mereka dapat saling menggunakan (memanfaatkan kelebihan dan kekurangan masing-masing) rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.

(17)

adil juga bila setelah berlomba dengan prestasi yang berbeda, hadiahnya dipersamakan, sebab akal maupun agama menolak hal ini.

Tidaklah sama antara Mukmin yang duduk (tidak berjuang) kecuali yang uzur, dengan orang yang berjuang di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwa mereka atas orang-orang yang duduk (tidak ikut berjuang karena uzur) satu derajat. Dan kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan imbalan baik… (QS Al-Nisa’ [4]: 95).

Adakah sama orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? (QS Al-Zumar [39]: 9).

Keadilan sosial seperti terlihat di atas, bukan mempersamakan semua anggota masyarakat, melainkan mempersamakan mereka dalam kesempatan mengukir prestasi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keadilan sosial didefinisikan sebagai “kerja sama untuk mewujudkan masyarakat yang bersatu secara organik, sehingga setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan yang sama dan nyata untuk tumbuh berkembang sesuai kemampuan masing-masing.”

Jika di antara mereka ada yang tidak dapat meraih prestasi atau memenuhi kebutuhan pokoknya, masyarakat yang berkeadilan sosial terpanggil untuk membantu mereka agar mereka pun dapat menikmati kesejahteraan. Keadilan sosial semacam inilah yang akan melahirkan kesejahteraan sosial.

2. Kesejahteraan Masyarakat

“Sejahtera” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “aman, sentosa dan makmur; selamat (terlepas) dari segala macam gangguan, kesukaran dan sebagainya.” Dengan demikian kesejahteraan sosial, merupakan keadaan masyarakat yang sejahtera.

(18)

kekhalifahan di bumi. Seperti telah diketahui, sebelum Adam dan istrinya diperintahkan turun ke bumi, mereka terlebih dahulu ditempatkan di surga. Surga diharapkan menjadi arah pengabdian Adam dan Hawa, sehingga bayang-bayang surga itu diwujudkannya di bumi, serta kelak dihuninya secara hakiki di akhirat. Masyarakat yang mewujudkan bayang-bayang surga itu adalah masyarakat yang berkesejahteraan.

Kesejahteraan surgawi dilukiskan antara lain dalam peringatan Allah kepada Adam:

Hai Adam, sesungguhnya ini (Iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali jangan sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang akibatnya engkau akan bersusah payah. Sesungguhnya engkau tidak akan kelaparan di sini (surga), tidak pula akan telanjang, dan sesungguhnya engkau tidak akan merasa dahaga maupun kepanasan (QS Thaha [20]: 117- 119)

Dari ayat ini jelas bahwa pangan, sandang, den papan yang diistilahkan dengan tidak lapar, dahaga, telanjang, dan kepanasan semuanya telah terpenuhi di sana. Terpenuhinya kebutuhan ini merupakan unsur pertama dan utama kesejahteraan sosial.

Dari ayat lain diperoleh informasi bahwa masyarakat di surge hidup dalam suasana damai, harmonis, tidak terdapat suatu dosa, dan tidak ada sesuatu yang tidak wajar, serta tiada pengangguran ataupun sesuatu yang sia-sia:

Mereka tidak mendengar di dalamnya (surga) perkataan sia-sia; tidak pula (terdengar adanya) dosa, tetapi ucapan salam dan salam (sikap damai) (QS Al-Waqi’ah [56]: 25 dan 26).

Mereka hidup bahagia bersama sanak keluarganya yang beriman (Baca surat Ya Sin [36]: 55-58, dan Al-Thur [52]: 21).

(19)

Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu (hai Adam, setelah engkau berada di dunia, maka ikutilah). Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tiada ketakutan menimpa mereka dan tiada pula kesedihan (QS Al-Baqarah [2]: 38).

Itulah rumusan kesejahteraan yang dikemukakan oleh Al-Quran. Rumusan ini dapat mencakup berbagai aspek kesejahteraan social yang pada kenyataannya dapat menyempit atau meluas sesuai dengan kondisi pribadi, masyarakat, serta perkembangan zaman.

Untuk masa kini, kita dapat berkata bahwa yang sejahtera adalah yang terhindar dari rasa takut terhadap penindasan, kelaparan, dahaga, penyakit, kebodohan, masa depan diri, sanak keluarga, bahkan lingkungan. Sayyid Quthb mengatakan bahwa:

(20)

BAB III

KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :

1. Dasar dari Pembentukan Keluarga adalah melalui perkawinan yang dari sudut pandang Islam merupakan sistem peraturan dari Allah SWT yang mengandung karunia yang besar dan hikmah yang agung.

2. Ciri Masyarakat Islam diantaranya:  Pemeliharaan Norma-norma Akhlaq  Berlaku Adil

 Keluarga adalah Pondasi Masyarakat  Amar Makruf dan Nahi Mungkar

 Cinta Ilmu Pengetahuan dan Melarang Kebodohan  Fitrah dan Keseimbangan Terpelihara

3. Kewajiban dan Hak Anggota Masyarakat diantaranya:

Hak Anggota masyarakat adalah sebagai berikut: berhak atas kehidupan yang serasi, aman, teratur, dan sejahtera.

Kewajiban Anggota Masyarakat adalah sebagai berikut:

 Menjaga kerukunan hidup dengan tetangga atas dasar saling menghormati;  Ikut menjaga keamanan dan kebersihan lingkungan;

 Menaati peraturan yang berlaku di dalam lingkungan itu atas dasar kepentingan bersama;

 Membatasi diri jangan sampai mengganggu hak dan kemerdekaan orang lain atas dasar persamaan hak dan kewajiban. Oleh karena itu, kita wajib menjaga nama baik setiap keluarga.

4. Keadilan Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat

(21)
(22)

DAFTAR PUSTAKA

 http://makalah-ibnu.blogspot.com/2011/02/kemasyarakatan-dalam-islam.html

http://nurdiansyahgundar.blogspot.com/2012/01/agama-islam-dan-masyarakat.html

 http://beritaislam.mywapblog.com/ciri-ciri-masyarakat-dalam-islam.xhtml

http://www.ummi-online.com/karakteristik-masyarakat-islam-bagian-terakhir.html

http://harapanyangbelumtercapai.blogspot.com/2013/03/hak-dan-kewajiban.html

 https://ruangbacabuku.wordpress.com/ke-islam-an/m-quraish-shihab/

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa amanat cerita yang disampaikan pengarang dalam novel Napas Mayat karya Bagus Dwi Hananto adalah pentingnya menjunjung tinggi nilai sosial

asetat, borneol, simen. Kina, damar, malam.. as. CI CINN NNAM AMOM OMI COR I CORTE TEX X..

Selanjutnya, dalam rangka meningkatkan upaya penganggulangan dan kewaspadaan terhadap ancaman separatisme, sejumlah kajian telah dilakukan, di antaranya adalah kajian tindak

Pada penelitian ini sirkulasi ruang dalam eksisting pada Mall Kelapa Gading 3 hanya digunakan sebagai salah satu bahan kajian untuk mendapatkan kriteria desain

Seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah

GMM diketahui dari berita acara yang telah disetujui bersama oleh pihak - pihak yang ikut dalam proses pembebasan tanah bentolo yang terletak di desa Tinapan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan metode regresi data panel mengenai pengaruh PDRB Perkapita, Jumlah Wajib Pajak dan Inflasi terhadap

a. Daun : daun tunggal, tidak berpetiole, memeluk batang 2 ⁄ lingkaran, susunan daun alternate, 3 bentuk lanset, warna daun bagian atas hijau tua dan bagian bawah