• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan bandar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan bandar "

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Implementation of Occupational Safety and Health System

Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Katarina Rosyantika Sinaga

Administrasi Niaga Politeknik Negeri Bandung

Abstract

Threats and risks will certainly bring consequences. There are a lot of work accidents that grow in the company. Work accidents are driven by two factors: human factors and technical factors, the very and most take effect is the human factor. Working accidents often occur because of the failure of OSH management system implementation. OSH Management System will work better if the company has developed an OSH culture followed by behavior. Work accidents are undesirable events that result in disruption to the previously planned work process. Any workplace accident will result in both material and physical harm. To anticipate accidents, need to work properly for work and safeguards against work accidents. The OSH Management System is part of the overall management system consisting of the structure, responsibilities, planning, procedures, current processes, and resources required for implementation, assessment, maintenance and policy development. Work activities for the realization of a prosperous, precise and inventive work area. OSH Management System has a function that is as a management tool, as a conduit supplier, as a consultant, as a controller. The objective of SMK3 is to improve the efficiency of scheduled, measurable, organized, and integrated OSH conversions; avoid and damage work and health problems; the creation of a safe, peaceful and efficient work area to increase productivity. Some of the benefits of OSH Management System is to protect employees; provisions on provisions and laws; reduce costs; implement effective system management; increase customer trust and satisfaction. Employee protection from accidents and health disturbances to the work environment is needed once a safe and prosperous workforce in doing their job. Socialization, training and attention needs to be done to fully understand the dangers and risks that exist in the work area. If employees already understand the dangers and risks, employees will be more careful and not in doing the work, especially if it's a job that has a high accident threat.

Abstrak

(2)

saat pelaksanaan dan sumber daya yang diperlukan untuk pelaksanaan, pengkajian, pencapaian, pemeliharaan dan pengembangan kebijakan K3 dalam upaya pengendalian risiko yang bersangkutan dengan kegiatan kerja agar terwujudnya kawasan kerja yang sejahtera, tepat dan inventif. Sistem Manajemen K3 memiliki fungsi yaitu sebagai alat manajemen, sebagai penyalur pemenuhan persyaratan, sebagai konsultan keselamatan, sebagai pengendali rugi. Tujuan SMK3 adalah meningkatkan daya guna perlindungan K3 yang tejadwal, terukur, tertata, dan terintegrasi; mencegah dan meminimalisir kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan kerja; terciptanya kawasan kerja yang aman, tentram, dan efisien untuk meningkatkan produktivitas. Beberapa manfaat SMK3 yaitu untuk mengayomi karyawan; menunjukkan kepatuhan terhadap peraturan dan UU; mengurangi biaya; menerapkan sistem manajemen yang efektif; meningkatkan kepercayaan dan kepuasaan pelanggan. Perlindungan karyawan dari kecelakaan dan gangguan kesehatan terhadap lingkungan pekerjaan sangat dibutuhkan supaya tenaga merasa aman dan sejahtera dalam mengerjakan pekerjaannya. Sosialisasi, pelatihan dan perhatian mengenai keselamatan kerja perlu diberikan kepada karyawan agar benar-benar paham tentang bahaya dan risiko yang ada di kawasan kerja. Jika para karyawan sudah memahami bahaya dan risikonya maka karyawan akan lebih berhati-hati dan tidak lalai dalam melakukan pekerjaannya, terlebih lagi jika itu pekerjaan yang memiliki ancaman kecelakaan yang tinggi.

1. Pendahuluan

Pada setiap aktivitas industri selalu terdapat ancaman dan risiko keselamatan yang melibatkan pekerja. Ancaman dan risiko pasti akan mendatangkan konsekuensi. Dulu, kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan di kawasan kerja dianggap sebagai bagian yang sudah memiliki konsekuensi tersendiri. Akan tetapi, bersamaan dengan berjalannya waktu ada berbagai standar hukum nasional dan internasional yang berisi mengenai K3 yang harus dipenuhi di kawasan kerja.

Banyak sekali kecelakaan kerja yang tumbuh di perusahaan. Kecelakaan kerja didorong oleh 2 faktor yaitu faktor manusia dan faktor teknis, dimana faktor yang sangat dan paling berpengaruh adalah faktor manusia.

Perlindungan karyawan dari kecelakaan dan gangguan kesehatan terhadap lingkungan pekerjaan sangat dibutuhkan supaya tenaga merasa aman dan sejahtera dalam mengerjakan pekerjaannya. International Labour Organization menyebutkan bahwa lebih dari 250.000.000 kecelakaan di kawasan kerja dan lebih dari 160.000.000 pekerja terkena sakit karena ancaman di kawasan kerja setiap tahunnya. Dan 1.200.000 juta pekerja meninggal karena mengalami kecelakaan di kawasan kerja. Kecelakaan kerja seringkali terjadi karena gagalnya pelaksanaan SMK3. Sistem Manajemen K3 akan berfungsi lebih baik jika perusahaan telah menumbuhkan budaya K3 yang diikuti dengan perilaku yang aman dari tenaga kerja agar dapat meraih pemenuhan K3.

Perusahaan yang baik ialah perusahaan yang menjamin keselamatan dan kesehatan karyawannya dengan menerbitkan peraturan mengenai K3 yang harus dilaksanakan oleh semua tenaga kerja dan pimpinan perusahaan.

(3)

kerja. Sistem Manajemen K3 merupakan hal yang tak bisa terpisahkan dari proses produksi yang memiliki tujuan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas, serta berperan dalam upaya perlindungan pekerja.

Menteri Ketenagakerjaan, Hanif, menjelaskan untuk mencegah adanya kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan yang berasal dari lingkungan kerja, maka seluruh pihak wajib memprioritaskan K3. Yakni terpaut dengan kehati-hatian, kedisiplinan, kelengkapan alat keselamatan dan alat pelindungan diri, dan lain-lain.

Dijelaskan juga ada beberapa hal yang menyebabkan kecelakan kerja terjadi. Salah satunya karena lemahnya SMK3 di perusahaan. Unit penanggung jawab K3 di perusahaan tidak melakukan tugasnya secara optimal. Kalangan dunia usaha harus mengoptimalkan pengawasan K3 saat di kawasan kerja.

2. Tinjauan Teoritis 2.1Pengertian K3 (K3)

Suma’mur (1981: 2) mengatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah serangkaian usaha untuk mewujudkan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan di kawasan kerja.

Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012, K3 adalah semua kegiatan yang mengamankan dan menjaga keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dengan cara mencegah kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan akibat kerja.

2.2 Pengertian Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja diartikan sebagai proses perencanaan dan pengendalian situasi yang memiliki potensi timbulnya kecelakaan kerja melalui standar operasi prosedur yang menjadi patokan dalam bekerja. (Ridley 2008: 44)

Secara definitif, keselamatan kerja merupakan kemampuan dan usaha yang terkonsep untuk mencegah terjadinya kecelakaan ataupun penyakit (Widodo Siswowardojo 2003: 2).

2.3Pengertian Kesehatan Kerja

(4)

H.A Tasliman (1993: 1) mengatakan bahwa kesehatan merupakan suatu keadaan dimana manusia dalam kondisi sehat, baik dalam keadaan tidak cacat, alat-alat kerja dalam keadaan baik tidak ada kekurangan atau kerusakan, lingkungan sekitar dalam kondisi sehat.

2.4 Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan dan Gangguan Kesehatan

Undang-undang tentang keselamatan kerja No. 1 pasal 2 tahun 1970, memberikan perlindungan K3 yang meliputi semua aspek pekerjaan yang berbahaya, dari semua kawasan kerja, baik bumi, dalam air sekalipun di udara.

Berikut ini ada beberapa faktor terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan antara lain:

1. Keadaan lingkungan kerja

Keadaan lingkungan kerja mencakup pengelolaan dan penyimpanan barang-barang berbahaya yang kurang diperhatikan keamanannya, ruang kerja yang terlalu berhimpitan dan pembuangan limbah sembarangan.

2. Pengaturan udara

Pergantian atau sirkulasi udara yang buruk serta suhu udara yang labil dapat menyebabkan kecelakaan dan gangguan pada kesehatan.

3. Pengaturan penerangan

Penerangan pada kawasan kerja harus diatur, karena jika tidak akan menimbulkan gangguan kesehatan kerja berupa mata terganggu atau kerjaan tak terlihat secara jelas.

4. Pemakaian peralatan kerja

Alat-alat kerja yang sudah rusak atau tidak berjalan sesuai fungsinya dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja.

5. Kondisi fisik dan mental

Kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan dapat dikarenakan kondisi fisik dan mental yang kurang baik diantaranya oleh karena adanya kerusakan alat indra, stamina yang labil, emosi yang tidak stabil, kepribadian yang rapuh, cara berfikir yang tidak berkembang, motivasi kerja yang rendah, ceroboh, kurang cermat dan kurangnya sosialisasi penggunaan fasilitas kerja yang dapat mengakibatkan risiko bahaya.

2.5 Pengertian Kecelakaan Kerja

Widodo Siswowardojo (2003: 2) menyebutkan bahwa kecelakaan kerja merupakan peristiwa yang tidak diinginkan yang berakibat pada terganggunya proses pekerjaan yangsebelumnya telah direncanakan.

2.6 Penyebab Kecelakaan Kerja

(5)

1. Faktor Manusia a) Usia Pekerja

Dalam penelitian yang dilakukan dengan test refleks didapat kesimpulan bahwa usia manusia memiliki pengaruh penting dalam terjadinya kecelakaan akibat kerja. Golongan yang memiliki umur lebih muda cenderung memiliki persentase kecelakaan yang lebih rendah daripada golongan yang memiliki usia lebih tua, karena usia muda lebih memiliki reaksi atau refleks yang lebih tinggi.

b) Pengalaman Bekerja

Semakin sedikit pengalaman kerja sesorang, maka semakin besar kemungkinan orang tersebut mengalami kecelakaan kerja akibat kurang berpengalaman. Banyaknya pengalaman bekerja dapat membuat seseorang lebih peka terhadap lingkungannya dan juga dapat mengantisipasi kecelakaan dan gangguan kesehatan yang terjadi di kawasan kerja.

c) Tingkat Pendidikan dan Keterampilan Pendidikan

Tingkat pendidikan dan keterampilan pendidikan tentu saja akan mempengaruhi cara berfikir seseorang dalam menghadapi pekerjaan, demikian saat menerima pelatihan kerja baik praktik maupun teori termasuk bagaimana cara melakukan pencegahan maupun cara menghindari kecelakaan kerja.

d) Lama Bekerja

Lamanya bekerja dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja karena pekerja tersebut sudah paham struktur pekerjaan tersebut.

e) Keletihan

Keletihan adalah keadaan di mana pekerja mengalami rasa lelah dan fisiologis dalam tubuh mengalami perubahan. Akibat dari kelelahan saat bekerja yaitu menurunkan kemampuan kerja dan kemampuan tubuh seorang pekerja.

2. Faktor Pekerjaan

Penyebab kecelakaan akibat faktor pekerjaan meliputi: a) Jam Kerja

(6)

b) Giliran Kerja (Shift Kerja)

Gilian kerja adalah pembagian jadwal kerja dalam waktu 24 jam. Seseorang yang sering bekerja pada pagi hari dan mengalami giliran kerja disaat malam hari dapat menyebabkan kecelakaan kerja karena orang tersebut belum adaptasi dengan keadaan kerja pada jam yang seharusnya dia tidur.

3. Faktor Lingkungan

Kecelakaan kerja yang diakibatkan faktor lingkungan terdiri atas: a) Lingkungan Fisik

Adanya cahaya yang sesuai dan tepat sehingga pekerjaan yang dikerjakan mendapatkan hasil yang maksimal dan dapat mengurangi terjadinya kecelakaan akibat kerja. Tidak hanya itu, kegaduhan juga dapat mengusik pekerja karena dapat mengganggu komunikasi sehingga dapat menyebabkan salah pengertian, tidak mendengar isyarat yang diberikan.

b) Lingkungan Kimia

Faktor kimia dapat berupa zat-zat dari suatu produk, zat saat proses produksi dan limbah dari suatu produksi.

c) Lingkungan Biologi

Bahaya dari lingkungan biologi dapat disebabkan oleh adanya gangguan dari serangga ataupun binatang lain yang dapat menimbulkan bermacam penyakit seperti infeksi, alergi, ataupun gigitan hewan berbisa yang dapat menyebabkan kematian.

2.7 Akibat dari Kecelakaan Kerja

Setiap kecelakaan kerja pasti mengakibatkan kerugian, baik itu kerugian material dan fisik. Menurut Cecep Dani Sucipto (2014:86) kerugian karena kecelakaan kerja terdiri dari:

1. Kerugian bagi instansi atau perusahaan

Kerugian bagi instansi/perusahaan antara lain:

 Biaya pengobatan korban dan pertolongan pertama  Biaya ganti rugi

 Kerusakan peralatan dan material  Kelambatan produksi

 Gaji selagi korban tidak bekerja

(7)

 Biaya pelatihan agar kemampuan produksi karyawan baru sama dengan korban kecelakaan kerja

 Berkurangnya kepercayaan masyarakat

2. Kerugian bagi karyawan

Kerugian yang paling parah bagi korban yaitu jika kecelakaan tersebut mengakibatkan cacat atau meninggal dunia.

Kerugian lainnya adalah:

 Cacat tetap

 Cedera berat ataupun ringan.  Masalah kejiwaan

 Rasa sedih dari keluarga  Beban masa depan

3. Kerugian bagi negara

Biaya yang dikeluarkan akibat kecelakaan kerja menjadi tanggung jawab negara juga, karena memiliki dampak terhadap masyarakan dimana masyarakat dijaga oleh Negara.

2.8 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Untuk mengantisipasi kecelakaan kerja perlu diperhatikannya keselamatan kerja dengan melakukan tindakan pencegahan dan pengamanan terhadap kecelakaan kerja.

Pencegahan tersebut bisa dilakukan dengan cara: 1. Pengamatan risiko bahaya

Dalam hal ini diperlukan informasi yang memuat tentang tingkat kecelakaan yang terjadi dikawasan kerja. Untuk mengetahuinya diperlukan sebuah pengamatan data dengan melakukan pengukuran risiko kecelakaan yaitu mencatat tingkat jenis kecelakaan yang terjadi.

Selain itu diperlukan penilaian risiko bahaya melalui indikasi faktor bahaya yang menyebabkan kecelakaan, tingkat kerusakan dan kecelakaan yang terjadi. Seperti jika bekerja di kawasan tinggi perlu mengetahui risiko terjatuh atau jika bekerja di taempat pemotongan maka harus memahami risiko terpotong karena berhubungan dengan benda tajam.

2. Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur

(8)

dengan ketentuan SOP dapat mengakibatkan kegagalan saat proses produksi, kerusakan peralatan dan kecelakaan.

3. Pengendalian faktor bahaya

Faktor berbahaya dipengaruhi oleh proses produksi, metode yang digunakan, produk yang dibuat dan alat-alat yang digunakan. Dengan mempertimbangkan tingkat risiko bahaya yang mungkin terjadi maka dapat diperkirakan cara mengurangi risiko bahaya kecelakaan.

Pengendalian faktor bahaya dapat dilakukan dengan:

1. Mengurangi pencemaran atau ancaman yang dapat terjadi akibat proses produksi, mengubah pemakaian bahan berbahaya menjadi bahan yang tidak berbahaya.

2. Menjauhkan pekerja dari faktor berbahaya yang ada di kawasan kerja, memfasilitasi peredam suara supaya tingkat kebisingannya berkurang, pemasangan jalur pergantian udara, dll.

3. Pengaturan secara administratif untuk melindungi pekerja, misalnya menempatkan pekerja dengan bidang yang sesuai dengan kemampuannnya, pengaturan shift kerja, menyiapkan alat perlindungan diri.

4. Eskalasi pengetahuan tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan sumber daya utama pada proses produksi, maka dari itu tenaga kerja perlu dilindungi dengan memberikan sebuah pengetahuan tentang pentingnya pelaksanaan K3 saat melakukan aktivitas kerja.

Peningkatan pengetahuan tenaga kerja dapat dilaksanakan dengan memberikan sebuah pelatihan K3 di awal saat bekerja dan dilakukan secara berkala agar selalu mengalami peningkatan dalam wawasan pengetahuan selesamatan dan kesehatan kerja.

5. Pemasangan pengingat bahaya

Dikawasan kerja banyak ditemukan faktor bahaya kerja, perlu dipasang rambu dan juga dapat berupa papan peringatan, poster, batas area aman dan lain sebagainnya agar terlepas dari kecelakaan kerja.

2.9 Pengertian Sistem Manajemen K3

(9)

Menurut Permenaker (Per. 05/Men/1996), Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari keseluruhan sistem manajemen yang mencakup struktur organisasi, tanggung jawab, perencanaan, prosedur, saat proses, saat pelaksanaan dan sumber daya yang diperlukan untuk pelaksanaan, pengkajian, pencapaian, pemeliharaan dan pengembangan kebijakan K3 dalam upaya pengendalian risiko yang bersangkutan dengan kegiatan kerja agar terwujudnya kawasan kerja yang sejahtera, tepat dan inventif.

2.10 Fungsi Sistem Manajemen K3

Fungsi Sistem Manajemen K3 menurut Soehatman Ramli (2010) adalah: 1. Sebagai alat manajemen

2. Sebagai penyalur pemenuhan persyaratan 3. Sebagai Konsultan keselamatan

4. Sebagai Pengendali rugi

2.11 Tujuan Sistem Manajemen K3

Tujuan SMK3 menurut PP No. 50 Tahun 2012 adalah:

 Meningkatkan daya guna perlindungan K3 yang tejadwal, terukur, tertata, dan terintegrasi.

 Mencegah dan meminimalisir kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan kerja  Terciptanya kawasan kerja yang aman, tentram, dan efisien untuk

meningkatkan produktivitas.

2.12 Manfaat Sistem Manajemen K3

Menurut Rudi Suardi (2007) yaitu: 1. Mengayomi karyawan

2. Menunjukkan kepatuhan terhadap peraturan dan UU 3. Mengurangi biaya

4. Menerapkan sistem manajemen yang efektif

5. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasaan pelanggan

Manfaat Pelaksanaan Sistem Manajemen K3 bagi perusahaan menurut Cecep Dani S (2014:169) adalah:

1. Meminimalisir jam kerja yang terbuang akibat kecelakaan kerja.

2. Menghindari kerugian material.

3. Menciptakan kawasan kerja yang efisien dan produktif.

4. Meningkatkan gambaran pasar perusahaan.

(10)

3. Diskusi 3.1 Studi Kasus

Karyawan Pabrik Gula Djatiroto Tewas di Kolam Penampungan Limbah

Harry Purwanto - detikNews

Lumajang - Seorang karyawan penggarapan limbah ditemukan tewas saat memeriksa debit limbah tetes Pabrik Gula Djatiroto di telaga penampungan. Wahyudi (43) tewas tenggelam akibat terperosok dari tangga pada Senin (5/1/2009).

Kecelakaan ini terjadi, ketika korban dan dua temanya, Sutrino (55) dan Bagong (57) sedang memeriksa limbah tetes. Korban yang berada tepat di belakang Sutrisno yang menggenggam tali ukur ke dalam limbah, terperosok dan terjatuh.

"Dia terperosok dengan keadaan terbaring dan sempat melambaikan tangan untuk meminta pertolongan," kata Sutrisno yang adalah teman korban.

Menurut Sutrisno, Wahyudi tidak dapat diselamatkan, oleh karena limbah tetes kental seperti lumpur dan terus-menerus menenggelamkan korban. "Jika bergerak di limbah tetes ini, orang akan semakin cepat tenggelam," tutur Sutrisno.

Selagi informasi telah berhasil dikumpulkan dari sejumlah saksi dari karyawan Pabrik Gula Djatiroto, ternyata korban tidak menggunakan alat pengaman untuk memeriksa limbah tetes. Bahkan dari pihak Pabrik Gula Djatirpto pun tidak menmfasilitasi alat keselamatan dan alat perlindungan diri bagi karyawannya.

Sementara itu Kanit Reskrim Polsek Jatiroto Aiptu Hariyanto, kelompoknya masih menyelidiki saksi-saksi yang melihat atau mengetahui kejadian. Sedangkan saat ini dilakukan penyidikan bagi korban agar dapat mengetahui jika ada unsur pembunuhan. "Kami minta persetujuan dari keluarga korban untuk melakukan penyidikan untuk mengurangi rasa khawatir keluarga korban yang masih tidak percaya akan kejadian ini," kata Hariyanto.

(fat/fat)

3.2 Analisis Kasus

(11)

Selain memfasilitasi APD, pihak pabrik pun harus melakukan sosialisasi tentang kecelakaan kerja apa saja yang mungkin terjadi di Pabrik Gula Djatirpto, dan juga pencegahan seperti apa yang bias dilakukan untuk menghindari kecelakaan kerja. Pihak pabrik juga harus selalu melakukan pemeriksaan terhadap seluruh peralatan yang berada di kawasan kerja. Jika ada alat yang mulai rusak harus segera diperbaiki secepat mungkin.

Tidak hanya sosialisasi, pelatihan dan perhatian mengenai keselamatan kerja perlu diberikan kepada karyawan agar benar-benar paham tentang bahaya dan risiko yang ada di kawasan pabrik. Jika para karyawan sudah memahami bahaya dan risikonya maka karyawan akan lebih berhati-hati dan tidak lalai dalam melakukan pekerjaannya, terlebih lagi jika itu pekerjaan yang memiliki ancaman kecelakaan yang tinggi.

Lalu, penyebab yang lainnya adalah minimnya pengawasan manajemen pada pabrik tersebut. Karena pengawasan merupakan hal yang wajib dan terstruktur, mengingat pabrik tersebut adalah perusahaan manufaktur. Tentunya pihak pabrik mengetahui bahwa perusahaannya memiliki pekerjaan yang berisiko tinggi, maka dari iru pihak pabrik sangat dianjurkan untuk melakukan pengawasan secara berkala. Salah satunya adalah dengan memfasilitasi Alat Perlindungan Diri agar kejadian tersebut tidak terulang kembali.

Setelah diketahui adanya kejadian ini, pihak pabrik perlu mengadakan evaluasi mengenai sistem manajemen k3 bagi pabrik dan juga perlu diadakannya peringatan dan pemberitahuan kepada karyawan yang lainnya agar tetap menjaga keselamatan pada saat bekerja dan ada disekitar kawasan kerja.

Pihak pabrik harus mengambil moral atau pelajaran yang didapat dari kejadian tersebut, agar tidak terjadi lagi hal yang serupa, karena akan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap Pabrik gula Djatirpto.

4. Kesimpulan

Pelaksanaan SMK3 menyandang pengaruh yang besar didalam perusahaan. Dari studi kasus yang dibahas pada analisis kasus terbukti jika SMK3 tidak dilaksanakan dengan baik, maka akan mengakibatkan kecelakaan di kawasan kerja. Perusahaan pun harus melakukan pengawasan tentang pelaksanaan SMK3 agar kecelakaan kerja di kawasan kerja bias berkurang dan akan membuat karyawan tidak khawatir lagi karena dapat menanggulangi kecelakaan tersebut.

5. Daftar Pustaka

(12)

Hapsyah, Mestina dan Harmon. (2015). Pengaruh Penerapan K3 Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Riset Bisnis dan Investasi, Vol. 1, No. 2, 123-138

Mukaram. (1997). Manajemen Proyek. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 1. No. 1, 21-28

Suma’mur. (1981). Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Gunung Agung.

Suardi, Rudi. (2007). Sistem Manajemen K3. Jakarta: PPM

Siswowardojo, Widodo. (2003). Norma Kesehatan dan Keselamatan Kerja Karyawan. Edisi 1, Yogyakarta.

Tasliman. H.A. (1993). K3 (Bahan Ajar). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Suma`mur. (1996). HIPERKES. Jakarta: Sagung Seto.

Sucipto, Cecep Dani. (2014). K3. Yogyakarta: Gosyen

Ramli, Soehatman. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja

(13)
(14)

Referensi

Dokumen terkait

Instrumen dimaksud adalah untuk mengungkap biaya yang diperlukan untuk penyelenggaran pendidikan yang meliputi (l) biaya investasi, terdiri dari biaya investasi lahan

Gerhana Matahari total atau sempurna atau kulliy terjadi manakala posisi Bulan dengan Bumi pada jarak yang dekat, sehingga bayangan kerucut (umbra) bulan menjadi panjang

Pangeran Cakrabhuwana bukanlah seorang ulama, dia seorang politikus, ( Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, belum datang ke Cirebon. Dia masih di Mesir.

Dalam rangka persiapan dan juga koordinasi dengan pihak Kementerian Luar Negeri Slowakia terkait dengan pelaksanaan FKB ke-IV di Jakarta pada tahun 2015, KBRI telah

Gambar 29: Paparan Urusetia Kertas Cadangan Permohonan Penyelidikan (BK-16a) Mesyuarat JKTPP untuk pilihan mesyuarat Pemilihan rekod Mesyuarat JKTPP yang telah dihantar

Aplikasi tuntunan sholat pada smartphone berbasis android dibangun dengan melakukan analisa kebutuhan sistem untuk mengidentifikasi user, data, proses dan

Peran karbohidrat dalam tubuh selain sebagai sumber energi bagi hewan ternak juga diantaranya sebagai cadangan makanan, glukosa sebagai gula sederhana dapat

Laporan kinerja ini merupakan hasil dari pelaksanaan seluruh rangkaian pengelolaan dan pelayanan informasi kepada masyarakat oleh PPID Dinas Komunikasi dan